katarak senilis

21
Gangguan penglihatan disebabkan katarak senilis E8 Christin 102009010 Mohd Shafiq Bin Shamsul Anuar Wahyu Viktor 102010037 Natalia Hadinata 102010129 Melkior Antonius Manek 102010141 Derry Setiawan 102010236 Cindy Purnama 102010300 Stephanie Yohanna Tania 102010341 Angelyn Christabella 102010342

Upload: gusna-ridha

Post on 27-Dec-2015

43 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

katarak senilis

TRANSCRIPT

Page 1: katarak senilis

Gangguan penglihatan disebabkan katarak senilis

E8Christin 102009010

Mohd Shafiq Bin Shamsul Anuar

Wahyu

Viktor 102010037

Natalia Hadinata 102010129

Melkior Antonius Manek 102010141

Derry Setiawan 102010236

Cindy Purnama 102010300

Stephanie Yohanna Tania 102010341

Angelyn Christabella 102010342

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANAJl. Arjuna Utara No.6

Jakarta 11510

ANAMNESIS2

Page 2: katarak senilis

Anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter dengan cara

melakukan serangkaian wawancara dengan pasien atau keluarga pasien atau dalam keadaan

tertentu dengan penolong pasien, terdiri dari:

1. Identitas pasien : nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan yang sering terpapar sinar matahari

secara langsung, tempat tinggal sebagai gambaran kondisi lingkungan dan keluarga, dan

keterangan lain mengenai identitas pasien.

2. Riwayat penyakit sekarang : Keluhan utama pasien katarak biasanya antara lain

Penurunan ketajaman penglihatan secara progresif (gejala utama katarak).

Mata tidak merasa sakit, gatal atau merah, perubahan daya lihat warna.

Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film, diplopia.

Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat menyilaukan mata.

Lampu dan matahari sangat mengganggu, hipermetropia.

Sering meminta ganti resep kaca mata.

3. Riwayat penyakit dahulu : riwayat penyakit sistemik yang dimiliki oleh pasien seperti diabetes

mellitus, hipertensi, pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolik lainnya memicu

resiko katarak, gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan vena, ketidakseimbangan

endokrin dan diabetes, serta riwayat terpajan pada radiasi, steroid / toksisitas fenotiazin, riwayat

alergi.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

Apakah ada riwayat katarak dalam keluarga.

PEMERIKSAAN FISIK3

Keadaan Umum

- TTV (terutama tekanan darah untuk megetahui apakah pasien hipertensi atau tidak).

- Pemeriksaan mata dasar

Pada pasien katarak mata tidak mengalami iritasi. Sehingga secara umum pada

pemeriksaan fisik mata dari luar tidak ditemukan kelainan. Yang lebih dikeluhan pasien ialah

berkurangannya kemampuan akomodasi. Hilangnya transparansi lensa ini dapat menyebabkan

penglihatan menjadi kabur, baik penglihatan jauh maupun dekat namun tidak disertai dengan

rasa nyeri. Pada pasien katarak tidak ditemukan adanya tanda peradangan baik pembengkakan,

eritema, panas dan nyeri tekan.

Page 3: katarak senilis

Secara makroskopi pada katarak yang matur dapat terlihat adanya kekeruhan di daerah belakang

pupil yang umumnya berwarna putih keabu-abuan. Karena didapati penurunan ketajaman

penglihatan pada katarak, maka pemeriksaan visus dengan menggunakan uji ketajaman

penglihatan Snellen diperlukan. Secara umum didapatkan korelasi antara penurunan ketajaman

penglihatan dengan tingkat kepadatan katarak.3

Pemeriksaan mata dasar tersebut ialah:

1. Ketajaman visus /VA

Pemeriksaan visus dilakukan dengan membaca kartu Snellen pada jarak 6 meter. Masing-masing

mata diperiksa secara terpisah, diikuti dengan pemeriksaan menggunakan pinhole untuk

menyingkirkan kelainan visus akibat gangguan refraksi. Penilaian diukur dari barisan terkecil

yang masih dapat dibaca oleh pasien dengan benar, dengan nilai normal visus adalah 6/6.

Apabila pasien hanya bisa membedakan gerakan tangan pemeriksa maka visusnya adalah 1/300.

Jika pasien hanya dapat membedakan kesan gelap terang (cahaya) maka visusnya 1/∞.

2. Gerak bola mata (ocular motility)

Ocular motility merupakan pemeriksaan untuk mengetahui fungsi otot-otot mata serta inervasiya.

Penyakit katarak memang tidak mempengaruhi ocular motility pada umumnya.

3. Tes lapangan pandang

Pemeriksaan ini berutjuan mengetahui gangguan lapang pandang. Dasar pemeriksaan ini adalah

membandingkan lapang pandang penderita dengan pemeriksa. Jika penderita dan pemeriksa

sama-sama dapat melihat jari atau benda berarti lapang pandang penderita sama dengan

pemeriksa.

Jika pasien terlambat melihat jari atau benda, maka lapang pandang pasien lebih sempit. Lapang

pandang pemeriksa harus normal & tes dilakukan untuk mengetahui hemianopia temporal.

4. Uji bayangan iris

Bertujuan untuk mengetahui derajat kekeruhan lensa. Senter disinarkan pada pupil dengan

membuat sudut 45° dengan dataran iris& melihat bayangan iris  pada lensa. Bila bayangan

iris pada lensa besar berarti letak kekeruhan jauh atau lensa belum keruh seluruhnya atau disebut

uji bayangan iris positif. Bila bayangan iris kecil atau dekat pada pupil maka disebut sebagai uji

bayangan iris negative.

Page 4: katarak senilis

5. Tekanan bola mata (Tonometri digital)

Pemeriksaan bertujuan untuk membandingkan tekanan bola mata penderita dengan tekanan bola

mata pemeriksa. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara penderita melihat kearah bawah lalu

kedua telunjutk pemeriksa diletakkan diatas kelopak mata atas + diatas sclera & ditekan secara

lembut, rasakan tekanan bola mata pasien.

6. Funduskopi

Pemeriksaan oftalmoskopi direk dapat digunakan untuk memeriksa segmen anterior (termasuk

lensa) maupun fundus. Kekeruhan yang ada pada lensa akibat katarak juga dapat diperlihatkan

pada pemeriksaan oftalmoskopi direk. Indikator lainnya pada oftalmoskopi direk untuk penderita

katarak adalah berkurangnya reflex merah. Refleks ini merupakan perubahan warna pupil

menjadi jingga kemerahan yang lebih terang dan homogen jika cahaya pemeriksa tepat sejajar

dengan sumbu visual yaitu saat pasien melihat ke arah cahaya oftalmoskop. Adanya kekeruhan

pada lensa dapat menghalangi seluruh atau sebagian reflex cahaya dan menyebabkan tampaknya

bintik atau bayangan gelap. Bila hal ini terjadi pasien dapat disuruh melihat ke tempat lain

sejenak kemudian kembali melihat cahaya, bila kekeruhan ini bergerak maka kemungkinan

letaknya ada dalam vitreus. Sedangkan bila tidak bergerak kemungkinan kekeruhan ini berasal

dari lensa. Pada stadium inpisien dan imatur tampak kekaburan yang kehitaman dengan latar

belakang merah jambu. Pada stadium matur haya didapat warana putih atau kehitaman tanpa

latar belakang merah jambu, lensa sudah keruh.

PEMERIKSAAN PENUNJANG4

Pemeriksaan penunjang berupa angiografi fundus untuk mengetahui adanya suatu

mikroaneurisma pada pembuluh darah yang memperdarahi retina. Prinsip pemeriksaan ini adalah

melihat gambaran pembuluh darah dengan bantuan media flouresein yang disuntikan melalui

vena lengan. Pada saat pemeriksaan ini dapat terlihat gambaran pembuluh darah retina.

Normalnya terlihat gambaran ground glass. Bila ada suatu mikroaneurisma seperti pada

penderita retinopati diabetes, maka pemeriksaan ini dapat menegakkan diagnosis tersebut.

Pemeriksaan penunjang selain yang dilakukan untuk mata ialah pemeriksaan

laboratorium darah. Hal ini penting mengingat pasien juga memiliki riwayat diabetes mellitus.

Pertama tentu darah rutin diperiksa sebagai parameter darah dasar.

Page 5: katarak senilis

Pemeriksaan darah yang kita dapat lakukan ialah memeriksa kadar glukosa darah. Misalnya gula

darah sewaktu Bukan DM <110 mg/dL, belum pasti DM 110-199 mg/dL, DM ≥ 200 mg/dL.5

Pemeriksaan GDS penting karena kita perlu mengontrol kadar glukosa darah pasien. Selain itu

pasien dengan diabetes memberi kontribusi untuk perjalanan penyakit kataraknya. DM juga

memiliki pengaruh besar terhadap berbagai kelainan di mata. Berbagai kelainan pada mata itu

jika kita ternyata menemukan kadar glukosa darah yang tinggi maka kita harus mengontrol kadar

gula darahnya.

Artinya tatalaksana yang dilakukan ialah control gula darah terlebih dahulu, karena pemulihan

pada mata akan terjadi ketika kadar blood glucose terkontrol dengan baik (jika kasus reversible)

selain itu akan sangat berbahaya jika gula darah menjulang tinggi dengan dibiarkan begitu saja.

Untuk memantau diabetes parameter yang sekarang popular diperiksa ialah HbA1c. HbA1c

merupakan ikatan antara glukosa dengan hb, dengan demikian pengukuran yang kita lakukan

melambangkan kondisi gula darah selama kurang lebih 3 bulan. Dengan demikian pemeriksaan

ini lebih akurat dalam memonitor DM, tidak seperti GDS yang nilainya bisa bervariasi

dipengaruhi intake karbohidrat beberapa waktu pada waktu tersebut. Kadar HbA1c hendaknya

dikontrol sampai dibawah 6,5 pada DM. Selain itu, kita bisa memeriksa kadar kolesterol darah,

untuk mengetahui apakah kadar kolesterolnya tinggi, sebagai salah satu faktor resiko penyakit

retinopasti diabetic.

Diagnosis UtamaKatarak senilis adalah kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia di atas

lima puluh tahun. Penyebab katarak senilis sampai sekarang belum diketahui secara pasti.

Namun banyak kasus katarak senilis yang ditemukan berkaitan dengan faktor keturunan, maka

riwayat penyakit keluarga perlu ditanyakan. Katarak secara klinik dikenal dalam lima stadium

yaitu insipien, imatur, intumessen, matur, hipermatur dan morgagni.3

Berdasarkan lokasi, katarak senilis dapat dibagi menjadi :

1. Nuclear sclerosis, merupakan perubahan lensa secara perlahan sehingga menjadi keras

dan berwarna kekuningan. Pandangan jauh lebih dipengaruhi daripada pandangan dekat

(pandangan baca), bahkan pandangan baca dapat menjadi lebih baik. Penderita juga

mengalami kesulitan membedakan warna, terutama warna biru

Page 6: katarak senilis

2. Kortikal, terjadi bila serat-serat lensa menjadi keruh, dapat menyebabkan silau terutama

bila menyetir pada malam hari. Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeruji

menuju korteks anterior dan posterior

3. Posterior subcapsular, merupakan terjadinya kekeruhan di sisi belakang lensa. Katarak ini

menyebabkan silau, pandangan kabur pada kondisi cahaya terang, serta pandangan baca

menurun. Banyak ditemukan pada pasein diabetes, pasca radiasi, dan trauma.

Diagnosis pembanding

1. Miopia3

Miopi adalah kelainan dimana pada myopia panjang bola mata anteroposterior dapat terlalu besar

atau kekuatan pembiasan media refraksi terlalu kuat.

Dikenal beberapa bentuk myopia seperti:

Miopia refraktif, bertambahnya indeks bias media penglihatan seperti terjadi pada katarak

intumesen dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasan lebih kuat. Sama

dengan miopia bias atau miopia indeks, miopia yang terjadi akibat pembiasan media

penglihatan kornea dan lensa yang terlalu kuat.

Miopia aksial, miopia akibat panjangnya sumbu bola mata, dengan kelengkungan kornea dan

lensa yang normal.

Pasien dengan miopia akan menyatakan melihat jelas bila dekat malahan melihat terlalu dekat,

sedangkan melihat jauh kabur atau disebut pasien adalah rabun jauh. Pasien dengan miopia akan

memberikan keluhan sakit kepala, sering disertai dengan juling dan celah kelopak yang sempit.

Seseorang miopia mempunyai kebiasaan mengerinyitkan matanya untuk mencegah

aberasi sferis atau untuk mendapatkan efek pinhole.

Pasien miopia mempunyai pungtum remotum yang dekat sehingga mata selalu dalam

atau berkedudukan konvergensi yang akan menimbulkan keluhan astenopia konvergensi. Bila

kedudukan mata ini menetap, maka penderita akan terlihat juling ke dalam atau esotropia.

Pada pemeriksaan funduskopi terdapat miopik kresen yaitu gambaran bulan sabit yang terlihat

pada polus posterior fundus mata miopia, sclera oleh koroid. Pada mata dengan miopia tinggi

akan terdapat pula kelainan pada fundus okuli seperti degenerasi macula dan degenerasi retina

bagian perifer.

Page 7: katarak senilis

2. Neuritis optik

Neuruitis optik adalah radang nervus optikus; penyakit ini dapat diklasifikasikan ke dalam dua

jenis yakni intraocular dan retrobulbar. Intraocular menyerang saraf bola mata (papillitis)

sedangkan retrobulbar mengenai bagian saraf di belakang bola mata.

Faktor resiko neuritis optikus adalah

1. Usia Neuritis optikus sering mengenai dewasa muda usia 20 sampai 40 tahun; usia rata-

rataterkena sekitar 30 tahun. Usia lebih tua atau anak-anak dapat terkena juga tetapifrekuensinya

lebih sedikit.

2. Jenis kelamin Wanita lebih mudah terkena neuritis optikus dua kali daripada laki-laki.

3. Ras Neuritis optikus lebih sering terjadi pada orang kulit putih dari pada ras yang lain.

Perjalanan penyakit mendadaik dengan turunnya tajam penglihatan yang dapat berlangsung

intermiten dan sembuh kembali dengan sempurna, dan bila sembuh sempurna akan

mengakibatkan atrofi papil saraf optic parsial atau total

Pada neuritis optic akan terdapat kehilangan penglihatan dalam beberapa jam sampai hari

yang mengenai satu atau kedua mata, dengan usia yang khusus 18-45 tahun, sakit pada rongga

orbita terutama pada pergerakkan mata, penglihatan warna terganggu, tanda uhthoff (penglihatan

turun setelah olah raga atau suhu tubuh naik).

Pada neuritis optic tajam penglihatan turun maksimal dalam 2 minggu. Pada sebagian besar

neuritis optic tajam penglihatan kembali normal sesudah beberapa minggu. Gangguan lapang

pandangan sentral atau sekosentral.

Pada satu mata akan terlihat defek pupil aferen relative atau adanya marcus gunn pupil.

Terdapat sel di dalam badan kaca. Edem papil dengan perdarahan lidah api (terutatam pada anak

dan pemuda) atau papil normal pada proses retrobulbar. Pengobatan neuritis, papilitis atau

neuritis retrobulbar, adalah sama yaitu kortikosteroid atau ACTH. Bersama-sama dengan

kortikosteroid diberikan juga antibiotic untuk menahan infeksi sebagai penyebab selain daripada

itu diberikan juga vasodilantasia dan vitamin.

ETIOLOGI

Katarak dapat ditemukan dalam keadaan tanpa adanya kelainan mata atau sistemik

(katarak senil, juvenil, herediter) atau kelainan kongenital mata.1 Katarak disebabkan oleh

berbagai faktor, seperti :

Page 8: katarak senilis

Penyebab sistemik :

Faktor keturunan.

Masalah kesehatan, misalnya diabetes.

Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid dan klorpromazin.

Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama.

Operasi mata sebelumnya, sindrom sistemik (sindrom down, sindrom lowe).

Dermatitis atopik, trauma (kecelakaan) pada mata

Kadar kalsium yang rendah.

Penyebab terjadinya kekeruhan lensa ini dapat :

1. Primer, berdasarkan gangguan perkembangan dan metabolisme dasar lensa.

2. Sekunder, akibat tindakan pembedahan lensa.

3. Komplikasi penyakit lokal ataupun umum.

EPIDEMIOLOGI2

Katarak senil ini terus berkembang menjadi salah satu penyebab utama dari

gangguan visual serta kebutaan di dunia. Umur merupakan faktor risiko yang penting untuk

terjadinya katarak senil. Penelitian mengidentifikasi adanya katarak pada sekitar 10%

orang Amerika Serikat, dan prevalensi ini meningkat sampai dengan sekitar 50% untuk

mereka yang berusia antara 65 dan 74 tahun dan sampai sekitar 70% untuk mereka yang beru

sia lebih dari 75 tahun. Sama halnya di Indonesia, katarak juga merupakan penyebab utama

berkurangnya penglihatan. Prevalensi kebutaan di Indonesia berkisar 1,2 % dari jumlah

penduduk dan katarak menduduki peringkat pertama dengan persentase terbanyak yaitu

0,7%. Berdasarkan beberapa penelitian katarak lebih sering terjadi pada wanita dibanding

pria dengan ras kulit hitam paling banyak.

MANIFESTASI KLINIS6

Tanda dan gejala yang mungkin terdapat pada katarak meliputi:

Penglihatan yang kabur dan penurunan daya penglihatan yagn terjadi secara berangsur-

angsur tanpa rasa nyeri sebagai akibat kekeruhan lensa

Pupil yang bewarna putih seperti susu akibat kekeruhan lensa

Penurunan penglihatan akibat bayangan pada retina yang kurang jelas

Page 9: katarak senilis

Penglihatan yang lebih baik pada cahaya redup daripada cahaya terang bagi pasien yang

mengalami opasitas sentral; ketika pupil berdilatasi, pasien dapat melihat objek sekitar di

opasitas.

PATOFISIOLOGI

Katarak secara klinik dikenal dalam 5 stadium yaitu insipien, imatur, intumessen, matur,

hipermatur dan morgagni

1. Katarak insipient

Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior (katarak

kortikal). Vakuol mulai terlihat di dalam korteks. Katarak subkapsular posterior, kekeruhan

mulai terlihat anterior subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan korteks berisi

jaringan degeneratif (benda morgagni) pada katarak insipien. Kekeruhan ini dapat menimbulkan

poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini

kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama.

2. Katarak immature

Sebagian lensa keruh atau katarak belum mengenai seluruh lapisan lensa. Pada katarak

immature, akan terjadi penambahan volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan

lensa yang degenerative. Pada keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan

pupil, sehingga terjadi glaucoma sekunder. Pemeriksaan shadow test positif.

3. Katarak intumessen

Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat yang degenerative menyerap air. Masuknya

air ke dalam celah lensa mengakibatkan lensa menjadi bengkak dan besar yang mendorong iris

sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini

akan dapat memberikan penyulit glaucoma. Katarak intumessen umumnya terjadi pada katarak

yang berjalan cepat dan mengakibatkan miopia lentikular. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi

korteks sehingga lensa akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah yang akan

memberikan miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan

jarak lamel serat lensa.

4.Katarak mature

Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa. Kekeruhan ini bisa terjadi

akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur atau intumessen tidak dikeluarkan

Page 10: katarak senilis

maka cairan lensa akan keluar sehingga lensa kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi

kekeruhan seluruh lensa yang bila lama akan mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik mata depan

akan berukuran kedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh,

sehingga uji bayangan iris/ shadow test negative.

5. Katarak hipermature

Katarak hipermatur, katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras atau

lembek dan mencair. Masa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa

menjadi mengecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan

lipatan kapsul lensa. Kadang-kadang pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan

zonula zinn menjadi kendor. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang tebal

maka korteks akan memperlihatkan bentuk menjadi sekantong susu disertai dengan nucleus yang

terbenam didalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini disebut sebagai katarak

Morgagni.

PENATALAKSANAAN

Pengobatan katarak adalah dengan pembedahan namun bisa juga menggunakan obatan jika

katarak tidak terlalu mengganggu. Pembedahan dilakukan atas tiga indikasi yaitu indikasi social,

medis dan optik. Indikasi sosial jika pasien mengeluh adanya gangguan penglihatan dalam

melakukan rutinitas pekerjaan. Indikasi medis bila ada komplikasi seperti glaucoma dan indikasi

optik: jika dari hasil pemeriksaan visus dengan hitung jari dari jarak 3 m didapatkan hasil visus

3/60.

1. Intra-Capsular Cataract Extraction (ICCE)

Ekstrasi jenis ini merupakan tindakan bedah yang umum dilakukan pada katarak senile. Lensa

dan kapsul lensa diangkat dengan memutus zonula zinn yang telah mengalami degenerasi.

Pada saat ini pembedahan intraskapuler jarang dilakukan. Kerugian ICCE adalah hanya dapat

dilakukan implantasi IOL yang dapat menimbulkan komplikasi terhadap kornea. Selain itu, tidak

adanya barrier segmen anterior dan posterior bola mata memudahkan timbulnya suatu

komplikasi. Keuntungan ICCE adalah tidak terjadinya katarak sekunder karena seluruh

Page 11: katarak senilis

komponen lensa diangkat. Teknik ini digunakan dalam kasus tertentu antara lain bila terjadi

subluksasio lensa atau dislokasi lensa.

2. Extra-Capsular Cataract Extraction (ECCE)

Lensa diangkat dengan meninggalkan kapsul lensa. Gelombang suara dengan frekuensi tinggi

(fakoemulsifikasi) bertujuan untuk memperlunak lensa sehingga memudahkan pengambilan

lensa melalui sayatan kecil.

Pembedahan dilakukan pada pasien katrak mudak pasien dengan kelainan endotel dan

keratoplasti, implantasi lensa intraokuler, pasca bedah ablasi. Penyulit yang timbul saat

pembedahan ini adlaah terjadinya katarak sekunder.

KOMPLIKASI

I. Lens induced glaucoma

Katarak dapat berubah menjadi glaukoma dalam tiga cara :

1. Phacomorphic glaucoma

Keadaan dimana lensa yang membengkak karena absorbsi cairan. Sudut yang

tertutup menghalangi jalur trabekular dan TIO meningkat. Ini merupakan jenis

glaukoma sudut tertutup sekunder.

2. Phacolytic glaucoma

Pada stadium hipermatur, protein lensa mencair ke COA dan dimakan oleh

makrofag. Makrofag yang membengkak akan menyumbat jalur trabekular dan

mengakibatkan peninggian TIO. Jenis ini merupakan glaukoma sudut terbuka

sekunder.

3. Phacotoxic Glaucoma

Lensa hipermatur dapat mengalami pencairan dan dapat meningkatkan TIO

karena menutup pupil atau sudut bilik depan.

II. Lens Induced Uveitis

Protein lensa merupakan suatu antigen yang tidak terekspos oleh mekanisme

imunitas tubuh selama perkembangannya. Saat terjadi pencairan ke bilik depan,

protein lensa akan dikenali sebagai benda asing dan mengakibatkan terjadinya reaksi

Page 12: katarak senilis

imun. Reaksi imun ini akan mengakibatkan uveitis anterior yang ditandai dengan

adanya kongesti siliar, sel, dan fler pada humor aqueous.

III. Subluksasi atau Dislokasi Lensa

Pada stadium hipermatur, zonula zinii pada lensa dapat melemah dan rusak. Hal ini

menyebabkan subluksasi lensa, dimana sebagian zonula zinii tetap utuh dan terdapat

bagian sisa lensa, atau dislokasi, dimana seluruh bagian zonula zinii telah rusak dan tidak

ada sisa lensa.

PENCEGAHAN1

Umumnya katarak terjadi bersamaan dengan bertambahnya umur yang tidak dapat dicegah.

Pemeriksaan mata secara teratur sangat perlu untuk mengetahui adanya katarak. Bila telah

berusia 60 tahun sebaiknya mata diperiksa setiap tahun. Pada saat ini dapat dijaga kecepatan

berkembangnya katarak dengan:

Tidak merokok, karena merokok mengakibatkan meningkatkan radikal bebas dalam

tubuh, sehingga risiko katarak akan bertambah

Pola makan yang sehat, memperbanyak konsumsi buah dan sayur

Lindungi mata dari sinar matahari, karena sinar UV mengakibatkan katarak pada mata

Menjaga kesehatan tubuh seperti kencing manis dan penyakit lainnya.

** Vitamin A : dapat diperoleh dari hati, telur, dan sayur seperti wortel maupun bayam. Vitamin

A ini penting dalam fungsi retina, juga membantu, mata beradaptasi dengan cahaya terang dan

gelap. Vitamin A mengurangi risiko terbentuknya katarak dan degenerasi makular terkait usia.

** Vitamin C : selain memperkuat tulang dan otot serta menjaga kesehatan gigi dan gusi,

vitamin C juga penting dalam menjaga kesehatan mata. Vitamin C mampu mengurangi risiko

katarak dan degenerasi makular. Sumber vitamin C dapat dijumpai padajeruk, stroberi, brokoli,

dan paprika.

** Vitamin E : dikaitkan juga dengan pencegahan katarak dan memperlambat perkembangan

katarak. Kacang-kacangan, sayuran berdaun hijau, serta produk yang diperkaya vitamin E adalah

sumber vitamin E yang baik.

Page 13: katarak senilis

** Selenium dan zinc : dua komponen ini menjadi mineral kunci untuk membantu proses

oksidasi. Mineral tersebut membantu tubuh menyerap antioksidan. Kecukupan mineral ini dalam

makanan sehari-hari juga membantu mencegah penyakit mata. Selenium dapat dijumpai pada

makaroni dan keju. Sementara zinc bisa diperoleh dari keju, yogurt, daging merah, dan beberapa

sereal yang diperkaya dengan mineral zinc.

PROGNOSIS1

Apabila pada proses pematangan katarak dilakukan penanganan yang tepat sehingga

tidak menimbulkan komplikasi serta dilakukan tindakan pembedahan pada saat yang tepat maka

prognosis pada katarak senilis umumnya baik.

KESIMPULAN

Katarak senile merupakan jenis katarak yang lazim timbul pada orang lanjut usia (> 60

tahun). Katarak senile disebabkan adanya proses degenerasi pada lensa sehingga terjadi

kekeruhan. Gejala yang menonjol adalah pandangan menjadi kabur seperti ditutup tirai.

Penatalaksanaan yang harus dilakukan adalah dengan operasi penggantian lensa sebelum

timbulnya komplikasi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan GD, Asbury T, Eva RP. Oftalmologi umum. Edisi ke-14. Jakarta: Widya

Medika; 2000.h.401-406.

2. Lumbantobing S. Neurologi Klinis Pemeriksaan Fisik dan mental. Jakarta: Balai Penerbit

FKUI 2006. Hall 25-46.

Page 14: katarak senilis

3. Ilyas S. Ilmu penyakit mata. Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010.h.200-11;

218-20.

4. Halim SL, Iskandar I, Edward H. Patologi klinik kimia klinik. Jakarta: Bagian Patologi

Klinik FK UKRIDA; 2011.h. 51-9.

5. Sibuea WH, Frenkel M. Pedoman dasar anamnesis dan pemeriksaan jasmani. Jakarta:

Sagung Seto; 2008.h.7-15.

6. Kowalak JP. Buku ajar patofisiologi. Jakarta: EGC, 2011. Hal.592-600.