fasilitas kepabeanan_suatu upaya pemberian kemudahan dan insentif fiskal bagi industri dan...

Upload: artohearts

Post on 23-Feb-2018

234 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/24/2019 Fasilitas Kepabeanan_suatu Upaya Pemberian Kemudahan Dan Insentif Fiskal Bagi Industri Dan Perdagangan

    1/25

    1

    FASILITAS KEPABEANAN :

    SUATU UPAYA PEMBERIAN KEMUDAHAN DAN INSENTIF FISKAL

    BAGI INDUSTRI DAN PERDAGANGAN

    (Widyaiswara Pusdik lat Bea dan Cukai)

    oleh: Surono

    Salah satu aspek dasar pembentukan Undang-undang nomor 10 tahun

    1995 tentang Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang

    nomor 17 tahun 2006, adalah pemberian insentif terhadap perdagangan dan

    sektor industri. Pemberian insentif tersebut diharapkan akan memberikan

    manfaat pertumbuhan perekonomian nasional. Bentuk fasilitas kepabeanan yang

    diberikan oleh Undang-undang Kepabeanan secara umum dapat dibedakan

    menjadi dua, yaitu:

    1) Fasilitas yang terkait dengan pelayanan, dalam rangka memberikan

    pelayanan yang lebih cepat, lebih baik dan lebih murah.

    2) Fasilitas yang terkait dengan fiskal kepabeanan, berupa pembebasan Bea

    Masuk, keringanan Bea Masuk, pengembalian Bea Masuk dan

    penangguhan Bea Masuk.

    Fasilitas pelayanan kepabeanan ditujukan untuk memperlancar arus

    barang, orang maupun dokumen dalam sistem atau tata laksana kepabeanan di

    bidang impor. Umumnya bentuk-bentuk fasilitas pelayanan telah diintegrasikan

    dalam sistem tata laksana kepabeanan. Kewenangan pemberian fasilitas

    pelayanan biasanya dilaksanakan oleh Kepala Kantor Pabean setempat. Hal ini

  • 7/24/2019 Fasilitas Kepabeanan_suatu Upaya Pemberian Kemudahan Dan Insentif Fiskal Bagi Industri Dan Perdagangan

    2/25

    2

    merupakan suatu perlakuan diskresi (penyimpangan) dari suatu sistem

    tatalaksana yang regular dengan tujuan semata-mata untuk kepentingan

    kelancaran arus barang, orang maupun dokumen.

    Fasilitas fiskal kepabeanan merupakan suatu bentuk pemberian insentif

    yang berkaitan dengan pungutan Bea Masuk. Bentuk-bentuk perlakuan yang

    diberikan dapat berupa tidak dipungut Bea Masuk, pembebasan Bea Masuk,

    pembebasan atau keringanan Bea Masuk, penangguhan Bea Masuk serta

    pengembalian Bea Masuk. Fokus utama pemberian insentif fiskal antara lain

    adalah untuk kepentingan sektor industri dan perdangangan, kepentingan

    publik, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan juga perlakuan yang

    lazim dalam tata pergaulan internasional.

    Artikel ini secara khusus mendeskripsikan bentuk-bentuk pemberian

    fasilitas kepabeanan, baik berupa fasilitas pelayanan maupun fasilitas fiskal

    kepabeanan. Disamping hal tersebut, penulis juga akan mendeskripsikan

    bentuk-bentuk lain perlakuan fiskal kepabeanan yang juga diterapkan oleh

    Pemerintah dengan mengacu kepada Undang-undang diluar Undang-undang

    Kepabeanan. Beberapa diantaranya adalah: ketentuan tarif preferensi dan Bea

    Masuk Ditanggung Pemerintah (BMDTP). Penjelasan mengenai kedua jenis

    perlakuan fiskal ini juga akan disampaikan dalam artikel ini.

  • 7/24/2019 Fasilitas Kepabeanan_suatu Upaya Pemberian Kemudahan Dan Insentif Fiskal Bagi Industri Dan Perdagangan

    3/25

    3

    Fasil itas Pelayanan

    Pengertian fasilitas pelayanan adalah bentuk-bentuk perlakuan khusus

    dalam proses penyelesaian formalitas kepabeanan dalam rangka memberikan

    pelayanan yang lebih cepat, lebih baik dan lebih murah. Tujuan utamanya adalah

    untuk memperlancar arus barang, orang atau dokumen. Pesatnya

    perkembangan industri dan perdagangan secara global mendorong iklim

    persaingan yang semakin tinggi. Agar produk Indonesia mampu bersaing,

    upaya-upaya efisiensi di sektor industri maupun perdagangan harus diiringi pula

    dengan tingkat pelayanan birokrasi yang semakin cepat dan murah. Pemerintah

    sadar akan hal tersebut dan terus berusaha meningkatkan pelayanan birokrasi

    khususnya yang berkaitan dengan formalitas kepabeanan.

    Materi undang-undang Kepabeanan maupun peraturan pelaksanaannya

    telah mengakomodasikan beberapa bentuk fasilitas pelayanan yang bertujuan

    memberikan insentif non fiskal. Berikut ini akan dideskripsikan secara singkat

    beberapa bentuk fasilitas pelayanan di bidang kepabeanan yang telah

    diaplikasikan dalam tata laksana kepabeanan khsususnya di bidang impor.

    1) Pembongkaran atau Penimbunan di Luar Kawasan Pabean

    (Referensi : Pasal 10A Undang-undang Kepabeanan)

    Pada dasarnya pembongkaran dan penimbunan barang impor wajib

    dilakukan di suatu tempat dalam Kawasan pabean. Akan tetapi apabila barang

    impor karena sesuatu hal, baik alasan yang menyangkut kondisi barang maupun

    kelayakan lokasi kawasan pabean, dapat saja seorang Kepala Kantor

    memberikan suatu diskresi (penyimpangan) yang mengizinkan pembongkaran

    dan penimbunan di luar kawasan pabean. Kebijakan ini semata-mata memang

  • 7/24/2019 Fasilitas Kepabeanan_suatu Upaya Pemberian Kemudahan Dan Insentif Fiskal Bagi Industri Dan Perdagangan

    4/25

    4

    karena kondisi-kondisi yang disebutkan tersebut dan bukan karena adanya

    privelegetertentu terhadap importir.

    Perlakuan khusus ini merupakan salah satu bentuk pemberian fasilitas

    pelayanan kepabeanan. Dalam pelaksanaannya, fasilitas kepabeanan ini

    seringkali diberikan oleh Kepala Kantor Bea dan Cukai di daerah-daerah yang

    sarana dan prasarana pelabuhan dan/atau kawasan pabeannya belum lengkap.

    Untuk pengamanan hak-hak negara, proses pembongkaran barang impor wajib

    diawasi oleh petugas Bea dan Cukai serta dilakukan penyegelan terhadap

    barang impor yang ditimbun.

    2) Fasilitas Vooruitslag

    (Referensi: Pasal 37 ayat 2 Undang-undang Kepabeanan)

    Pengertian fasilitas vooruitslag adalah suatu bentuk perlakuan khusus

    berupa pemberian izin untuk mengeluarkan terlebih dahulu barang impor yang

    masih terutang Bea Masuk dan PDRI dengan mempertaruhkan jaminan. Fasilitas

    vooruitslagdiberikan kepada importir yang telah mengajukan permohonan untuk

    memperoleh fasilitas pembebasan atau keringanan Bea Masuk, Bea Masuk dan

    pajak dalam rangka impor, dan/atau cukai, dan atas permohonan dimaksud

    belum diterbitkan keputusan mengenai pemberian fasilitas tersebut. Khusus

    terhadap barang impor untuk keperluan penanggulangan bencana alam dapat

    diberikan persetujuan vooruitslag walaupun importir belum mengajukan

    permohonan fasilitas pembebasan dimaksud.

    Peraturan pelaksanaan fasilitas vooruitslagdiatur dalam Peraturan Menteri

    Keuangan nomor PMK160/PMK.04/2007. Pengeluaran barang impor dengan

    fasilitas vooruitslag dilaksanakan dengan mengajukan dokumen pelengkap

  • 7/24/2019 Fasilitas Kepabeanan_suatu Upaya Pemberian Kemudahan Dan Insentif Fiskal Bagi Industri Dan Perdagangan

    5/25

    5

    pabean. Bentuk jaminan yang dapat dipertaruhkan dapat berupa : jaminan tunai,

    jaminan bank, jaminan perusahaan asuransi (Customs Bond) dan jaminan

    lainnya. Jaminan yang diserahkan adalah sebesar Bea Masuk, PDRI dan/atau

    cukai yang terutang.

    Jangka waktu pemberian fasilitas vooruitslagatau batas waktu penyampaian

    pemberitahuan pabean (PIB) paling lama 60 (enam puluh) hari sejak tanggal

    diserahkannya dokumen pelengkap pabean. Jangka waktu ini dapat

    diperpanjang oleh Kepala Kantor Bea dan Cukai paling lama 30 (tiga puluh) hari.

    Apabila proses fasilitas pembebasan belum selesai juga, maka permohonan

    perpanjangan dapat diberikan paling lama 30 (tiga puluh) hari lagi oleh Direktur

    Jenderal atau Pejabat yang ditunjuknya.

    3) Pelayanan Segera (Rush Handling)

    (Referensi : Pasal 10B ayat 2 huruf c Undang-undang Kepabeanan)

    Pelayanan Segera (rush handling) adalah pelayanan kepabeanan yang

    diberikan atas barang impor tertentu yang karena karakteristiknya memerlukan

    pelayanan segera untuk dikeluarkan dari kawasan pabean. Pelayanan segera

    diberikan untuk barang yang terikat waktu (peka waktu), memerlukan

    penanganan khusus atau barang-barang lain yang sangat diperlukan

    berdasarkan pertimbangan tertentu dari Kepala Kantor.

    Ketentuan teknis mengenai prosedur pengeluaran barang impor untuk

    dipakai dengan pelayanan segera, diatur secara khusus dalam Peraturan

    Menteri Keuangan nomor 148/PMK.04/2007. Adapun kategori barang yang

    diberikan fasilitas pelayanan segera, mencakup:

    - Organ tubuh manusia, antara lain: ginjal, kornea mata, atau darah;

  • 7/24/2019 Fasilitas Kepabeanan_suatu Upaya Pemberian Kemudahan Dan Insentif Fiskal Bagi Industri Dan Perdagangan

    6/25

    6

    - Jenazah dan abu jenazah;

    - Barang yang merusak lingkungan, antara lain barang yang mengandung

    radiasi;

    - Binatang hidup;

    - Tumbuhan hidup;

    - Surat kabar dan majalah yang peka waktu;

    - Dokumen (surat);

    - Barang lain yang karena karakteristiknya memerlukan pelayanan segera,

    apabila mendapat ijin dari Kepala Kantor.

    Untuk mendapatkan pelayanan segera atas barang yang memenuhi

    kriteria, importir harus mengajukan permohonan kepada pejabat bea dan cukai

    yang dilampiri dengan dokumen pelengkap pabean dan jaminan, sebesar Bea

    Masuk dan PDRI yang wajib dilunasi. Khusus terhadap kategori barang berupa

    organ tubuh manusia dan jenazah, Importir wajib memberitahukan dengan

    menggunakan PIB khusus (PIBT). Terhadap barang impor dengan fasilitas

    pelayanan segera, wajib dilakukan pemeriksaan fisik.

    Importir yang mendapat fasilitas pelayanan segera wajib menyerahkan

    pemberitahuan pabean (PIB) dan melunasi Bea Masuk, cukai dan PDRI yang

    terhutang paling lambat 3 (tiga) hari kerja sejak barang impor dikeluarkan.

    Apabila kewajiban pembayaran ini tidak diselesaikan pada waktunya, maka

    jaminan dicairkan dan dikenakan sanksi administrasi denda sebesar 10% dari

    Bea Masuk yang wajib dilunasi. Bagi importir yang melanggar ketentuan

    penyampaian PIB dan pelunasan pembayaran maka Fasilitas pelayanan segera

    tidak akan diberikan lagi, sampai dengan yang bersangkutan melunasi

    kewajibannya.

  • 7/24/2019 Fasilitas Kepabeanan_suatu Upaya Pemberian Kemudahan Dan Insentif Fiskal Bagi Industri Dan Perdagangan

    7/25

    7

    4) Fasilitas Jalur Prioritas

    (Referansi: Peraturan Dirjend nomor P-42/BC/2007 jo. P-08/BC/2008)

    Pengertian fasilitas jalur prioritas adalah suatu bentuk perlakuan khusus

    yaitu tidak dilakukan pemeriksaan fisik dan penelitian dokumen atas pemasukan

    barang impor dalam sistem tatalaksana impor barang. Dalam implementasinya,

    jalur prioritas dibedakan menjadi jalur MITA Prioritas dan jalur MITA Non

    Prioritas.

    Jalur MITA Prioritas adalah proses pelayanan dan pengawasan yang

    diberikan kepada MITA Prioritas untuk pengeluaran Barang Impor tanpa

    dilakukan pemeriksaan fisik dan penelitian dokumen. Selain itu, MITA Prioritas

    berhak atas fasilitas pembayaran berkala. Jalur MITA Non Prioritas adalah

    proses pelayanan dan pengawasan yang diberikan kepada MITA Non Prioritas

    untuk pengeluaran barang impor tanpa dilakukan pemeriksaan fisik dan

    penelitian dokumen, kecuali dalam hal-hal tertentu yaitu :

    - barang ekspor yang diimpor kembali;

    - barang yang terkena pemeriksaan acak; atau

    - barang impor sementara.

    5) Fasilitas Pemberi tahuan Pendahuluan (Prenotification)

    (Referensi: Peraturan Dirjend nomor P-42/BC/2007 jo. P-08/BC/2008)

    Pengertian fasilitas prenotification adalah pengajuan pemberitahuan Impor

    Barang (PIB) sebelum pihak pengangkut menyerahkan inward manifest, dengan

    ketentuan:

  • 7/24/2019 Fasilitas Kepabeanan_suatu Upaya Pemberian Kemudahan Dan Insentif Fiskal Bagi Industri Dan Perdagangan

    8/25

    8

    - Bagi importir MITA Prioritas tanpa harus mengajukan permohonan; Dalam hal

    ini Importir MITA Prioritas wajib menyampaikan rekapitulasi PIB dalam bentuk

    softcopykepada client coordinator, paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

    - Bagi importir lainnya, fasilitas prenotification dapat dilaksanakan setelah

    mendapatkan persetujuan Kepala Kantor Pabean atau Pejabat yang ditunjuk.

  • 7/24/2019 Fasilitas Kepabeanan_suatu Upaya Pemberian Kemudahan Dan Insentif Fiskal Bagi Industri Dan Perdagangan

    9/25

    9

    Fasil itas Fiskal Kepabeanan

    Pada dasarnya fasilitas fiskal yang dibicarakan disini adalah fasilitas yang

    terkait dengan penerimaan perpajakan, khususnya Bea Masuk. Fasilitas fiskal

    dalam konteks Undang-undang Kepabeanan mengandung pengertian sebagai

    bentuk-bentuk insentif perpajakan yang diberikan kepada industri, perdagangan,

    dan pihak-pihak tertentu. Bentuk-bentuk fasilitas fiskal kepabeanan dapat

    berupa:

    - Tidak dipungut Bea Masuk, sesuai Pasal 24 Undang-undang Kepabeanan;

    - Pembebasan Bea Masuk, sesuai Pasal 25 Undang-undang Kepabeanan;

    - Pembebasan atau Keringanan, sesuai Pasal 26 Undang-undang kepabeanan;

    - Pengembalian Bea Masuk, sesuai Pasal 27 Undang-undang Kepabeanan;

    - Pembebasan atau Keringanan Bea Masuk dalam rangka Impor Sementara,

    sesuai pasal 10D Undang-undang Kepabeanan;

    - Penangguhan Bea Masuk terhadap tempat penimbunan berikat, sesuai pasal

    44 Undang-undang Kepabeanan.

    Pada dasarnya fasilitas fiskal kepabeanan yang diberikan oleh Undang-

    undang nomor 10 tahun 1995 tentang Kepabeanan, sebagaimana telah diubah

    dengan Undang-undang nomor 17 tahun 2006 bertujuan untuk memberikan

    manfaat yang sebesar-besarnya bagi pertumbuhan ekonomi nasional dan juga

    bentuk perlakuan yang lazim terhadap tata pergaulan internasional. Untuk

    kepentingan industri dan perdagangan, pemerintah memberikan insentif

    terhadap industri yang sedang membangun atau melakukan pengembangan.

    Berkaitan dengan tata pergaulan internasional, pemerintah memberikan

    perlakuan pembebasan terhadap barang impor yang akan digunakan oleh

    perwakilan negara asing atau pejabat pada Badan internasional. Demikian pula

  • 7/24/2019 Fasilitas Kepabeanan_suatu Upaya Pemberian Kemudahan Dan Insentif Fiskal Bagi Industri Dan Perdagangan

    10/25

    10

    terhadap barang-barang yang digunakan untuk kepentingan publik yang tidak

    berorientasi pada hal-hal yang bersifat komersial, diberikan perlakuan

    pembebasan terhadap Bea Masuk.

    1) Tidak Dipungut Bea Masuk

    Sesuai dengan ketentuan pasal 24 undang-undang Kepabeanan diatur

    bahwa barang yang dimasukkan ke Daerah Pabean untuk diangkut terus atau

    diangkut lanjut ke luar Daerah Pabean tidak dipungut Bea Masuk. Dasar

    pertimbangan perlakuan tidak dipungut Bea Masuk pada hakekatnya

    mempertimbangkan asas-asas pemungutan pajak.

    Pada dasarnya asas pemungutan Bea Masuk di Indonesia menerapkan

    asas domisili. Pengertiannya bahwa pemungutan Bea Masuk dikenakan

    terhadap subyek yang berdomisili di Indonesia atau obyek yang dikonsumsi di

    dalam wilayah pabean Indonesia. Berdasarkan pengertian ini, maka terhadap

    barang yang diangkut terus atau diangkut lanjut ke luar daerah pabean, maka

    dari sisi subyek maupun obyek tidak memenuhi asas domisili tersebut.

    2) Pembebasan Bea Masuk

    Pasal 25 Undang-undang Kepabeanan memberikan bentuk fasilitas fiskal

    berupa pembebasan Bea Masuk terhadap barang impor yang digunakan untuk

    keperluan tertentu. Antara lain sebagai bentuk tata krama dalam pergaulan

    internasional berupa pembebasan terhadap barang impor yang digunakan untuk

    keperluan perwakilan negara asing dan pejabat pada Badan Internasional.

    Disamping itu, pembebasan Bea Masuk diberikan pula terhadap barang-barang

    yang digunakan untuk kepentingan publik yang bersifat nonkomersial, kemajuan

  • 7/24/2019 Fasilitas Kepabeanan_suatu Upaya Pemberian Kemudahan Dan Insentif Fiskal Bagi Industri Dan Perdagangan

    11/25

    11

    pendidikan dan ilmu pengetahuan, sosial kemanusiaan, pertahanan dan

    keamanan, serta kesehatan.

    Sifat pembebasan yang diatur dalam pasal 25 undang-undang

    Kepabeanan adalah pembebasan mutlak. Pengertiannya bahwa bentuk

    pembebasan atau peniadaan terhadap pemenuhan kewajiban pembayaran Bea

    Masuk yang diberikan pemerintah bersifat permanen. Dengan kata lain, selama

    pos tarif dalam Buku Tarif Bea Masuk Indonesia (BTBMI) memberikan

    pembebananan tarif Bea Masuk diatas 0% (nol persen) terhadap barang impor

    dengan fasilitas pembebasan, maka terhadap barang impor tersebut secara

    permanen tidak akan dikenakan pungutan Bea Masuk. Untuk mendapatkan

    skema pembebasan Bea Masuk tersebut, para pihak yang berhak menerima

    pembebasan wajib memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditentukan

    berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    Mungkin dalam pikiran anda timbul pertanyaan, bagaimana kalau barang

    yang diberikan pembebasan sesuai pasal 25, dalam BTBMI tarif Bea Masuknya

    sudah 0%, apakah pembebasan Bea Masuk tersebut masih relevan ? Untuk

    menjawab pertanyaan ini, perlu ditegaskan bahwa apabila pembebanan tarif

    dalam BTBMI sudah 0% maka secara tidak langsung telah berlaku pembebasan

    mutlak (absolute) tanpa syarat apapun. Pengertiannya bahwa importir dalam

    hal ini tidak perlu mengajukan permohonan fasilitas pembebasan sesuai Pasal

    25 undang-undang Kepabeanan. Contoh kasus seperti ini terjadi pada barang

    berupa buku-buku yang digunakan untuk keperluan ilmu pengetahuan.

  • 7/24/2019 Fasilitas Kepabeanan_suatu Upaya Pemberian Kemudahan Dan Insentif Fiskal Bagi Industri Dan Perdagangan

    12/25

    12

    3) Pembebasan atau Keringanan Bea Masuk

    Pasal 26 Undang-Undang Kepabeanan memberikan bentuk fasilitas fiskal

    berupa pembebasan atau keringanan Bea Masuk terhadap barang impor yang

    digunakan untuk keperluan tertentu. Fokus pemberian fasilitas ini terutama

    ditujukan terhadap sektor industri dan perdagangan. Antara lain pembangunan

    dan pengembangan sektor indsutri baik dalama skema penananaman modal

    maupun swasta murni. Disamping itu, fasilitas pembebasan atau keringanan Bea

    Masuk diberikan sebagai insentif sektor pertanian, pencegahan pencemaran

    lingkungan, keperluan olah raga, kepentingan publik yang dikelola pemerintah,

    proyek pembangunan yang dibiayai hibah, serta sektor industri yang berorientasi

    ekspor.

    Sifat pembebasan yang diatur dalam pasal 26 Undang-undang

    Kepabeanan adalah pembebasan yang bersifat relatif. Pengertiannya bahwa

    bentuk fasilitas yang diberikan dapat berupa pembebasan atau hanya berupa

    keringanan Bea Masuk saja, dan hal ini bersifat tentative(sementara), tergantung

    kepada kebijakan yang akan diterapkan pemerintah pada kondisi-kondisi

    tertentu. Contoh:

    - perlakuan fasilitas terhadap pembangunan atau pengembangan industri

    berdasar Keputusan Menteri Keuangan (KMK) nomor 135/KMK.04/2002

    adalah berupa keringanan Bea Masuk. (tarif akhir Bea Masuk menjadi 5%).

    - sejak berlakunya Peraturan Menteri Keuangan (PMK) nomor

    176/PMK.04/2009, perlakuan fasilitas terhadap pembangunan atau

    pengembangan industri adalah berupa pembebasan Bea Masuk.

  • 7/24/2019 Fasilitas Kepabeanan_suatu Upaya Pemberian Kemudahan Dan Insentif Fiskal Bagi Industri Dan Perdagangan

    13/25

    13

    4) Pengembalian Bea Masuk

    Pasal 27 undang-undang Kepabeanan memberikan bentuk fasilitas fiskal

    berupa pengembalian Bea Masuk atas bea-bea yang telah dibayar sebelumnya

    oleh importir. Dalam hal ini undang-undang kepabeanan telah memberikan

    batasan terhadap kategori barang atau subyek mana yang dapat menerima

    pengembalian Bea Masuk. Berdasar ketentuan pasal 27 tersebut, pengembalian

    dapat diberikan terhadap seluruh atau sebagian Bea Masuk yang telah dibayar

    atas:

    - kelebihan pembayaran Bea Masuk yang timbul akibat penetapann tarif dan

    nilai pabeana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (5), Pasal 17

    ayat (3), atau karena kesalahan tata usaha;

    - impor barang yang mendapat fasilitas pembebasan dan/atau keringanan

    Bea Masuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 dan Pasal 26;

    - impor barang yang oleh sebab tertentu harus diekspor kembali atau

    dimusnahkan di bawah pengawasan pejabat bea dan cukai;

    - impor barang yang sebelum diberikan persetujuan impor untuk dipakai

    kedapatan jumlah yang sebenarnya lebih kecil daripada yang telah dibayar

    Bea Masuknya, cacat, bukan barang yang dipesan, atau berkualitas lebih

    rendah; atau

    - kelebihan pembayaran Bea Masuk akibat putusan Pengadilan Pajak.

  • 7/24/2019 Fasilitas Kepabeanan_suatu Upaya Pemberian Kemudahan Dan Insentif Fiskal Bagi Industri Dan Perdagangan

    14/25

    14

    5) Fasilitas Pembebasan atau Keringanan Bea Masuk atas Barang Impor

    Sementara

    (Referensi : Pasal 10D Undang-undang Kepabeanan)

    Barang impor dapat dikeluarkan sebagai barang impor sementara jika pada

    waktu importasinya benar-benar dimaksudkan untuk diekspor kembali paling

    lama 3 (tiga) tahun. Terhadap barang impor sementara dapat diberikan

    pembebasan Bea Masuk atau keringanan Bea Masuk. Ketentuan operasional

    yang mengatur impor sementara adalah Peraturan Menteri Keuangan nomor

    140/PMK.04/2007 tentang Impor Sementara .

    Kategori barang impor sementara yang mendapat pembebasan Bea Masuk

    diatur dalam Pasal 3 ayat 2 PMK tersebut, yang meliputi:

    - barang untuk keperluan pameran yang dipamerkan di tempat lain dari

    tempat penyelenggaraan pameran berikat;

    - barang untuk keperluan seminar atau kegiatan semacam itu;

    - barang untuk keperluan peragaan atau demonstrasi;

    - barang untuk keperluan tenaga ahli;

    - barang untuk keperluan penelitian, pendidikan, ilmu pengetahuan dan

    kebudayaan;

    - barang yang diimpor untuk keperluan perlombaan dibidang olahraga;

    - kemasan yang digunakan untuk pengangkutan barang impor atau ekspor

    secara berulang-ulang;

    - barang keperluan contoh atau model;

    - kendaraan atau sarana pengangkut yang digunakan sendiri oleh wisatawan

    manca negara;

  • 7/24/2019 Fasilitas Kepabeanan_suatu Upaya Pemberian Kemudahan Dan Insentif Fiskal Bagi Industri Dan Perdagangan

    15/25

    15

    - kendaraan atau sarana pengangkut yang masuk melalui lintas batas dan

    penggunaannya tidak bersifat regular;

    - barang untuk diperbaiki, direkondisi, diuji, dan dikalibrasi;

    - binatang hidup untuk keperluan pertunjukan umum, olahraga, perlombaan,

    pelatihan, pejantan, dan penanggulangan gangguan keamanan;

    - peralatan khusus yang digunakan untuk penanggulangan bencana alam,

    kebakaran, dan gangguan keamanan;

    - kapal niaga yang diimpor oleh perusahaan pelayaran niaga nasional;

    - pesawat dan mesin pesawat yang diimpor oleh perusahaan penerbangan

    nasional;

    - barang yang dibawa oleh penumpang dan akan dibawa kembali ke luar

    negeri; dan/atau

    - barang pendukung proyek pemerintah yang dibiayai dengan pinjaman dari

    luar negeri.

    Pemberian keringanan Bea Masuk diperlakukan terhadap barang impor

    berupa mesin dan peralatan untuk kepentingan produksi atau pengerjaan proyek

    infrastruktur. Atas kegiatan impor sementara terhadap barang tersebut, importir

    akan dikenakan pungutan berupa :

    - Bea Masuk sebesar 2% untuk setiap bulan atau bagian dari bulan dari

    jumlah Bea Masuk yang seharusnya dipungut;

    - Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Barang Mewah

    (PPn.BM) secara penuh (100%). Akan tetapi, kewajiban membayar PPN

    atau PPn.BM tidak berlaku, apabila importir mendapatkan skema fasilitas

    perpajakan berdasarkan peraturan perpajakan yang berlaku;

  • 7/24/2019 Fasilitas Kepabeanan_suatu Upaya Pemberian Kemudahan Dan Insentif Fiskal Bagi Industri Dan Perdagangan

    16/25

    16

    Selain kewajiban membayar Bea Masuk, PPN dan PPn BM, Importir diwajibkan

    mempertaruhkan jaminan sebesar selisih antara Bea Masuk yang seharusnya

    dibayar dengan yang telah dibayar ditambah dengan Pajak Penghasilan Pasal

    22.

    6) Fasilitas Penangguhan Bea Masuk terhadap Tempat Penimbunan

    Berikat (Referansi: pasal 44, Undang-undang Kepabeanan)

    Bentuk insentif yang diterima oleh pihak yang menyelenggarakan Tempat

    Penimbunan Berikat (TPB) berupa penangguhan Bea Masuk dan tidak dipungut

    pajak-pajak dalam rangka impor maupun pajak-pajak dalam negeri. Fasilitas

    tempat penimbunan berikat merupakan bentuk fasilitas yang bersifat institusional

    terhadap subyek pajak. Pengertiannya bahwa perlakuan insentif perpajakan

    melekat terhadap institusi atau subyek pajak tertentu dan bukan terhadap obyek

    pajaknya. Secara prinsip barang-barang impor yang ditimbun di dalam TPB

    masih terutang Bea Masuk dan apabila dikeluarkan dari TPB selain untuk

    diekspor maka wajib dipungut Bea Masuk dan PDRI.

    Pada prinsipnya tujuan pengadaan Tempat Penimbunan Berikat adalah

    untuk memberikan insentif berupa penangguhan pembayaran Bea Masuk, atas

    kegiatan menyimpan, menimbun, memamerkan, menjual, mengemas dan

    mengolah barang yang berasal dari impor di dalam tempat penimbunan berikat.

    Pelaksanaannya, TPB dibagi menjadi beberapa jenis yaitu Kawasan Berikat,

    Gudang Berikat, Entrepot Tujuan Pameran, Toko Bebas Bea, Tempat

    Pelelangan Berikat dan Tempat Daur Ulang Berikat.

  • 7/24/2019 Fasilitas Kepabeanan_suatu Upaya Pemberian Kemudahan Dan Insentif Fiskal Bagi Industri Dan Perdagangan

    17/25

    17

    Perlakuan Tarif Preferensi dan Bea Masuk Ditanggung

    Pemerintah

    Alternatif pemberian insentif fiskal bagi sektor industri dan perdagangan di

    luar konteks fasilitas fiskal kepabeanan yang diatur oleh Undang-undang

    Kepabeanan, adalah perlakuan tarif preferensi dan Bea Masuk ditanggung

    Pemerintah. Perlakuan tarif preferensi didasarkan atas kerjasama perdagangan

    internasional yang memberikan keringanan terhadap tarif Bea Masuk, baik

    secara bilateral maupun multilateral. Dengan adanya kesepakatan tarif preferensi

    maka terhadap barang impor yang masuk dari suatu negara anggota akan

    diperlakukan tarif impor sesuai perjanjian tarif preferensi. Perlakuan BMDTP erat

    kaitannya dengan kebijakan pemerintah yang mengalokasikan anggaran dalam

    rangka menanggung beban Bea Masuk dan PDRI atas impor barang dan bahan

    oleh sektor industri tertentu yang mendapat insentif BMDTP.

    1) Bea Masuk Ditanggung Pemerin tah

    Konsep pemberian BMDTP adalah pemberian insentif fiskal bagi sektor

    industri dan perdagangan dalam rangka memenuhi penyediaan barang dan/atau

    jasa untuk kepentingan umum dan peningkatan daya saing industri tertentu di

    dalam negeri. Perlakuan pemberian insentif fiskal bagi sektor industri dan

    perdagangan dalam bentuk BMDTP, mulai diberikan oleh pemerintah sejak tahun

    2008. Referensi aturan pemberian BMDTP ini mengacu kepada Undang-undang

    Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (APBN) yang setiap tahun disusun

    oleh Pemerintah bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat.

    Setiap tahun berdasarkan UU APBN, pemerintah mengalokasikan pagu

    anggaran dalam jumlah tertentu untuk membiayai importasi yang dilakukan oleh

  • 7/24/2019 Fasilitas Kepabeanan_suatu Upaya Pemberian Kemudahan Dan Insentif Fiskal Bagi Industri Dan Perdagangan

    18/25

    18

    industri sektor tertentu yang memenuhi kriteria BMDTP sesuai dengan kebijakan

    pengembangan industri nasional. Dengan kata lain, skema pemberian insentif

    fiskal BMDTP hanya berlaku selama masa tahun anggaran (APBN) berjalan,

    yaitu periode 1 Januari sampai 31 Desember.

    Kriteria sektor industri tertentu yang dapat menerima BMDTP adalah:

    - memenuhi penyediaan barang dan atau/jasa untuk kepentingan umum,

    dikonsumsi oleh masyarakat luas dan/atau melindungi kepentingan

    konsumen;

    - meningkatkan daya saing;

    - meningkatkan penyerapan tenaga kerja;

    - meningkatkan pendapatan negara;

    Disamping kriteria sektor industri tersebut, barang dan bahan yang diimpor

    juga harus memenuhi kriteria :

    - barang dan bahan belum diproduksi di dalam negeri;

    - barang dan bahan sudah dapat diproduksi di dalam negeri namun belum

    memenuhi spesifikasi yang dibutuhkan;

    - barang dan bahan sudah dapat diproduksi di dalam negeri, namun jumlahnay

    belum mencukupi kebutuhan di dalam negeri

    Beberapa sektor industri yang pernah mendapatkan skema BMDTP pada tahun

    2010 yang lalu, antara lain:

    - industri pembuatan tinta khusus (toner) (sesuai PMK 205/PMK.011/2010);

    - industri pembuatan sorbitol (sesuai PMK 42/PMK.011/2010);

    - industri pembuatan karpet (sesuai PMK 55/PMK.011/2010);

    - industri pembuatan peralatan telekomunikasi (sesuai PMK

    54/PMK.011/2010);

  • 7/24/2019 Fasilitas Kepabeanan_suatu Upaya Pemberian Kemudahan Dan Insentif Fiskal Bagi Industri Dan Perdagangan

    19/25

    19

    - industri pembuatan Bagian Tertentu Alat Besar Dan/Atau Perakitan Alat

    Besar Oleh Industri Alat Besar (sesuai PMK 53/PMK.011/2010);

    - industri pembuatan alat tulis berupa ballpoint (sesuai PMK

    52/PMK.011/2010);

    - industri pembuatan komponen elektronika (sesuai PMK 51/PMK.011/2010);

    - industri pembuatan kemasan infus (sesuai PMK 50/PMK.011/2010);

    - industri pembuatan kabel serat optik (sesuai PMK 49/PMK.011/2010);

    - industri pembuatan kawat ban/steel cord(sesuai PMK 48/PMK.011/2010).

    2) Perlakuan Tarif Preferensi

    Kebijakan penetapan tarif Bea Masuk yang berlaku umum atau Most

    Favoured Nations (MFN) dilaksanakan dengan memperhatikan UU Nomor 7

    Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing the World Trade

    Organization (Non Agriculture Market Access, Agriculture). Implementasi Tarif

    Bea Masuk atas barang impor yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan tersebut

    tercantum dalam Buku Tarif Bea Masuk Indonesia (BTBMI). Secara umum dalam

    ketentuan pasal 12 Undang-undang Kepabeanan diatur bahwa terhadap barang

    impor dipungut Bea Masuk berdasarkan tarif setinggi-tingginya empat puluh

    persen dari nilai pabean untuk perhitungan Bea Masuk.

    Pengecualian terhadap batasan tarif Bea Masuk normal dapat dilakukan

    terhadap barang-barang sebagai berikut :

    - Barang impor hasil pertanian tertentu;

    - Barang impor yang termasuk dalam daftar eksklusif scheduleXXI Indonesia,

    Persetujuan Umum Mengenai Tarif dan Perdagangan;

  • 7/24/2019 Fasilitas Kepabeanan_suatu Upaya Pemberian Kemudahan Dan Insentif Fiskal Bagi Industri Dan Perdagangan

    20/25

    20

    - Barang impor yang dikenakan tarif Bea Masuk berdasarkan perjanjian atau

    kesepakatan internasional (preferential tariff);

    - Barang bawaan penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas, atau

    barang kiriman melalui pos atau jasa titipan.

    Berdasarkan referensi aturan yang dijelaskan dimuka tentunya anda dapat

    menyimpulkan bahwa kebijakan perlakuan tarif preferensi oleh Pemerintah pada

    hakekatnya merupakan konsekuensi adanya kerjasama internasional baik secara

    bilateral maupun multilateral. Dengan adanya perlakuan tarif preferensi maka

    kedua belah pihak, baik negara importir maupun eksportir dapat mengambil

    keuntungan yang optimal. Sebagai contoh, perlakuan tarif AFTA (ASEAN Fre

    Trade Area) maka terhadap barang impor yang masuk dari sesama anggota

    ASEAN akan diberlakukan tarif preferensi (Skema tarif CEPT).

    Bentuk-bentuk kerjasama internasional yang melibatkan Indonesia dengan

    negara-negara lainnya, baik secara bilateral maupun multilateral dan

    menimbulkan konsekuensi pemberlakuan tarif preferensi adalah sebagai berikut:

    - ASEAN Free Trade Area (AFTA) yaitu kerjasama perdagangan antara

    negara-negara anggota ASEAN. Kesepakatan tarif prefrensi AFTA tertuang

    dalam skema Common Efectif Preferential Tariff (CEPT). Kerjasama AFTA

    melibatkan 10 negara ASEAN, yaitu: Brunai Darussalam, Indonesia, Malaysia,

    Philippines, Singapura, Thailand Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam.

    Perjanjian AFTA menargetkan bahwa pada tahun 2010 akan menghapuskan

    semua Bea Masuk impor barang bagi Brunai Darussalam, Indonesia,

    Malaysia, Philippines, Singapura dan Thailand. Sedangkan untuk Kamboja,

    Laos, Myanmar dan Vietnam baru akan dihapuskan pada tahun 2015.

  • 7/24/2019 Fasilitas Kepabeanan_suatu Upaya Pemberian Kemudahan Dan Insentif Fiskal Bagi Industri Dan Perdagangan

    21/25

    21

    - Indonesia Japan Economic Partnership Agreement (IJ-EPA), yaitu kerjasama

    ekonomi antara pemerintah Indonesia dengan Japan yang sepakati pada

    tanggal 20 Agustus 2007.

    - ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) yaitu kerjasama kerjasama ekonomi

    dan pendirian suatu kawasan perdagangan bebas ASEAN-China. Persetujuan

    Kerangka Kerja mengenai Kerjasama Ekonomi Menyeluruh antara Negara-

    negara Anggota ASEAN dan Republik Rakyat China dilakukan di Phnom

    Penh, Kamboja pada tanggal 4 Nopember 2002 dan mulai diberlakukan sejak

    tanggal 1 Januari 2004.

    - ASEN-Korea Free Trde Area (AKFTA) yaitu kerjasama ekonomi dan pendirian

    suatu kawasan perdagangan bebas antara ASEAN-Korea. Kerangka

    kesepakatan kerjasama ekonomi menyeluruh antara Pemerintah negara-

    negara anggota ASEAN dan Republik Korea dilakukan pada tanggal 13

    Desember 2005 di Kuala Lumpur, Malaysia dan mulai berlaku sejak tanggal 1

    Januari 2006.

    - ASEAN-India Free Trade Area (AIFTA) yaitu kerjasama ekonomi dan

    pendirian suatu kawasan perdagangan bebas antara ASEAN-India. Kerangka

    kesepakatan kerjasama ekonomi menyeluruh antara Pemerintah negara-

    negara anggota ASEAN dan Republik India dilakukan pada tanggal 13

    Agustus 2009 di Bangkok, Thailand dan mulai berlaku sejak tanggal 1 Januari

    2010.

    Persyaratan utama yang harus dilengkapi oleh para importir yang ingin

    mendapatkan skema tarif preferensial adalah kewajiban melampirkan sertifikat

    keterangan asal barang (SKA) atau lazim disebut sebagai certificate of origin

    (COO). SKA diterbitkan pada saat barang diekspor atau segera setelah tanggal

  • 7/24/2019 Fasilitas Kepabeanan_suatu Upaya Pemberian Kemudahan Dan Insentif Fiskal Bagi Industri Dan Perdagangan

    22/25

    22

    pengapalan, dan berlaku selama 1 (satu) tahun. Dalam hal terdapat alasan

    khusus yang menyebabkan SKA tidak dapat diterbitkan pada saat pengapalan

    atau 3 (tiga) hari setelahnya, maka atas permintaan ekspotir atau agen yang

    ditunjuknya SKA dapat diterbitkan dan berlaku mundur selama satu tahun sejak

    tanggal pengapalan dan pada SKA diberi cap ISSUED RETROACTIVELY .

    Tabel 1

    Daftar SKA Tarif Preferensi

    SKEMA Jenis SKA Jumlah Ukuran Peruntukan

    CEPT Form D

    3 lembar :

    Lembar-1

    (asli/original)

    Lembar-2 (duplicate)

    Lembar-3 (triplicate

    ISO A4

    Lembar asli dikirim

    eksportir kepada Importir

    untuk BC negara

    pengimpor

    Lembar-2 untuk instansi

    penerbit di negara

    pengekspor.

    Lembar-3 untuk eksportir.

    JI-EPA Form

    IJ-EPA

    AK-FTA Form AK

    AC-FTA Form E

    4 lembar :

    Lembar-1

    (asli/original)

    Lembar- 2 (duplicate)

    Lembar- 3 (triplicate)

    Lembar-4

    (quadruplicate)

    Lembar asli danLembar-3

    dikirim Eksportir kepada

    Importir untuk BC negara

    pengimpor.

    Lembar-2 untuk instansi

    penerbit di negara

    pengekspor.

    Lembar-4 untuk eksportir.

    AI-FTA Form AI

  • 7/24/2019 Fasilitas Kepabeanan_suatu Upaya Pemberian Kemudahan Dan Insentif Fiskal Bagi Industri Dan Perdagangan

    23/25

    23

    Simpulan

    Fasilitas kepabeanan pada hakekatnya merupakan suatu bentuk insentif

    kepada masyarakat usaha, baik dalam bentuk fiskal maupun non fiskal yang

    ditujukan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang diinginkan pemerintah.

    Fasilitas pelayanan kepabeanan ditujukan untuk memperlancar arus barang,

    orang maupun dokumen dalam sistem atau tata laksana kepabeanan di bidang

    impor. barang, orang maupun dokumen. Fasilitas fiskal kepabeanan utamanya

    ditujukan untuk memberikan insentif fiskal yang bersifat meringankan beban para

    pelaku usaha. Fokus utama pemberian insentif fiskal antara lain adalah untuk

    kepentingan sektor industri dan perdangangan, kepentingan publik, kemajuan

    ilmu pengetahuan dan teknologi, dan juga perlakuan yang lazim dalam tata

    pergaulan internasional.

    Yang termasuk kriteria fasilitas pelayanan, antara lain: izin membongkar di

    luar kawasan pabean, vooruitslag, rush handling, jalur mita prioritas, pre

    notification, dan lain-lain. Karakteristik dari fasilitas pelayanan biasanya sudah

    terintegrasi di dalam sistem tata laksana kepabeanan baik impor maupun ekspor.

    Secara umum kewenangan pemberian izin atas fasilitas non fiskal ini telah

    diserahkan kepada Kepala Kantor Bea dan Cukai setempat walaupun masih ada

    beberapa kewenangan perizinan yang masih dilaksanakan oleh Direktur

    Jenderal cq. Direktur teknis terkait.

    Yang termasuk kriteria fasilitas fiskal kepabeanan, antara lain: tidak

    dipungut Bea Masuk, pembebasan Bea Masuk, pembebasan atau keringanan

    Bea Masuk, pengembalian Bea Masuk, penangguhan Bea Masuk, pembebasan

    atau keringanan Bea Masuk atas impor sementara, perlakuan tarif preferensi Bea

  • 7/24/2019 Fasilitas Kepabeanan_suatu Upaya Pemberian Kemudahan Dan Insentif Fiskal Bagi Industri Dan Perdagangan

    24/25

    24

    Masuk dan Bea Masuk ditanggung pemerintah. Dari beberapa kriteria fasilitas

    fiskal kepabeanan tersebut, perlakuan tarif preferensi mengacu kepada

    keterikatan Indonesia dalam perjanjian kerjasama ekonomi dan pendirian suatu

    kawasan perdagangan bebas baik secara bilateral maupun multilateral. Fasilitas

    Bea Masuk Ditanggung Pemerintah merujuk kepada Undang-undang APBN

    yang setiap tahun disusun oleh Pemerintah bersama-sama dengan Dewan

    Perwakilan Rakyat.

  • 7/24/2019 Fasilitas Kepabeanan_suatu Upaya Pemberian Kemudahan Dan Insentif Fiskal Bagi Industri Dan Perdagangan

    25/25

    Sumber Bacaan:

    Barang Impor Untuk Dipakai Dengan Menggunakan Jaminan (Vooruitslag).Barang Impor Untuk Dipakai Dengan Pelayanan Segera.Peraturan Menteri Keuangan nomor PMK140/PMK.04/2007 tentang ImporSementara.Peraturan Menteri Keuangan nomor PMK148/PMK.04/2007 tentangPengeluaran.Peraturan Menteri Keuangan nomor PMK160/PMK.04/2007 tentangPengeluaran.Surono dan Jafar, Mohamad. (2009). Fasilitas Kepabeanan. Jakarta: LPPKWidya Bakti.Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan sebagaimana telahdiubah dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007.