farmasetika: salep1

19
FARMASETIKA DASAR KELOMPOK 5: KHARIS DWI MARIA ULFA MARWAH RISTIANTY MAYA PRATIWI MOULINA RAHMAH NENG RAHMAWATI DEWI RIYAN SEPTIAN

Upload: marwahhh

Post on 19-Jul-2015

42 views

Category:

Health & Medicine


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Farmasetika: Salep1

FARMASETIKA

DASAR

KELOMPOK 5:

KHARIS DWI

MARIA ULFA

MARWAH

RISTIANTY

MAYA PRATIWI

MOULINA

RAHMAH

NENG

RAHMAWATI

DEWI

RIYAN SEPTIAN

Page 2: Farmasetika: Salep1

Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk

pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir (FI ed

IV).

Bahan obatnya larut atau terdispersi homogen dalam

dasar salep yang cocok (FI ed III).

Salep tidak boleh berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain

kadar bahan obat dalam salep yang mengandung obat

keras atau narkotik adalah 10 %. Sedian setengan padat

ini tidak menggunakan tenaga.

Page 3: Farmasetika: Salep1

Persyaratan Salep menurut Farmakope Indonesia Edisi III

• Pemberian tidak boleh berbau tengik.

• Kadar, kecuali dinyatakan lain dan untuk salep yang

mengandung obat keras atau narkotik, kadar bahan obat

adalah 10 %.

• Dasar salep homogenitas, Jika salep dioleskan pada

sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok,

harus menunjukkan susunan yang homogen.

• Penandaan pada etiket harus tertera “obat luar”

Page 4: Farmasetika: Salep1

1. Dasar Salep Hidrokarbon

• Dasar salep ini dikenal sebagai dasar salep

berlemak, antara lain vaselin putih dan salep

putih. Hanya sejumlah kecil komponen berair

yang dapat dicampurkan kedalamnya. Salep ini

dimaksudkan untuk memperpanjang kontak

bahan obat dengan kulit dan bertindak sebagai

pembalut penutup. Dasar salep hidrokarbon

digunakan terutama sebagai emolien, sukar

dicuci, tidak mengering dan tidak tampak

berubah dalam waktu lama.

Page 5: Farmasetika: Salep1

2. Dasar Salep Serap

• Dasar salep serap ini dibagi dalam 2 kelompok.

Kelompok pertama terdiri atas dasar salep yang

dapat bercampur dengan air membentuk emulsi

air dalam minyak (parafin hidrofilik dan lanolin

anhidrat), dan kelompok kedua terdiri atas

emulsi air dalam minyak yang dapat bercampur

dengan sejumlah larutan air tambahan (lanolin).

Dasar salep ini juga berfungsi sebagai emolien.

Page 6: Farmasetika: Salep1

3. Dasar Salep yang dapat dicuci dengan air

• Dasar salep ini adalah emulsi minyak dalam air,

antara lain salep hidrofilik (krim). Dasar salep ini

dinyatakan juga sebagai dapat dicuci dengan

air, karena mudah dicuci dari kulit atau dilap

basah sehingga lebih dapat diterima untuk dasar

kosmetika. Beberapa bahan obat dapat menjadi

lebih efektif menggunakan dasar salep ini dari

pada dasar salep hidrokarbon. Keuntungan lain

dari dasar salep ini adalah dapat diencerkan

dengan air dan mudah menyerap cairan yang

terjadi pada kelainan dermatologik.

Page 7: Farmasetika: Salep1

4. Dasar Salep Larut Dalam Air

• Kelompok ini disebut juga dasar salep tak

berlemak dan terdiri dari konstituen larut air.

• Dasar salep jenis ini memberikan banyak

keuntungannya seperti dasar salep yang dapat

dicuci dengan air dan tidak mengandung bahan

tak larut dalam air, seperti paraffin, lanolin

anhidrat atau malam. Dasar salep ini lebih tepat

disebut gel.

Page 8: Farmasetika: Salep1

Stabil selama dipakai harus bebas

inkompatibilitas

Lunak (halus dan homogen)

Mudah dipakai

Dasar salep yang cocok

Dapat terdistribusi merata

Page 9: Farmasetika: Salep1

1. Unguenta: Salep yang memiliki konsistensi seperti

mentega, tidak mencair pada suhu biasa, tetapi mudah

dioleskan

2. Krim ( cream ): Salep yang banyak mengandung air,

mudah diserap kulit, suatu tipe yang dapat dicuci dengan

air.

3. Pasta: Salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat

( serbuk) berupa suatu salep tebal karena merupakan

penutup/pelindung bagian kulit yang diolesi.

Page 10: Farmasetika: Salep1

4. Cerata: Salep berlemak yang mengandung persentase

lilin ( wax) yang tinggi sehingga konsistensinya lebih keras

( ceratum labiale ).

5. Gelones / spumae/ jelly: Salep yang lebih halus,

umumnya cair , dan sedikit mengandung atau tidak

mengandung mukosa ; sebagai pelicin atau basis,

biasanya berupa campuran sederhana yang terdiri dari

minyak dan lemak dengan titik lebur rendah.

Contoh : starch jelly ( amilum 10% dengan air mendidih).

Page 11: Farmasetika: Salep1

1. Salep epidermik ( epidermic ointment, salep penutup)

• Salep ini berguna untuk melindungi kulit, menghasilkan efek lokaldan untuk meredakan rangsangan / anestesi lokal ; tidak diabsorbsi ; kadang-kadang ditambahkan antiseptik atau astringent. Dasar salepyang baik untuk jenis salep ini adalah senyawa hidrokarbon.

2. Salep endodermik

• Salep yang bahan obatnya menembus ke dalam tubuh melalui kulit, tetapi tidak melalui kulit ; terabsorbsi sebagian dan digunakan untukmelunakkan kulit atau selaput lendir. Dasar salep yang terbaikadalah minyak lemak.

3. Salep diadermik

• Salep yang bahan obatnya menembus ke dalam tubuh melalui kulituntuk mencapai efek yang diinginkan. Misalnya, salep yang mengandung senyawa merkuri iodida atau belladona.

Page 12: Farmasetika: Salep1

• 1. Zat padat (Zat padat dan larut dalam dasar salep):

A.) Camphorae:

• Dilarutkan dalam dasar salep yang sudah dicairkan didalampot salep tertutup (jika tidak dilampaui daya larutnya)

• Jika dalam resepnya terdapat minyak lemak (Ol. sesami), camphorae dilarutkan lebih dahulu dalam minyak tersebut

• Jika dalam resep terdapat salol, menthol, atau zat lain yang dapat mencair jika dicampur (karena penurunan titik eutektik), camphorae dicampurkan supaya mencair, baru ditambahkandasar salepnya

• Jika camphorae itu berupa zat tunggal, camphorae ditetesilebih dahulu dengan eter atau alkohol 95%, kemudian digerusdengan dasar salepnya.

Page 13: Farmasetika: Salep1

B.) Pellidol

• Larut 3% dalam dasar salep, pellidol dilarutkan bersama-sama dengan dasar salepnya yang dicairkan (jika dasarsalep disaring tetapi jangan lupa harus ditambahkanpada penimbangannya sebanyak 20% ).

• Jika pellidol yang ditambahkan melebihi daya larutnya, maka digerus dengan dasar salep yang mudah dicairkan.

C.) Iodum

• Jika kelarutannya tidak dilampaui, kerjakan seperti padacamphorae

• Larutkan dalam larutan pekat KI atau NaI (seperti padaunguentum iodii dari Ph. Belanda V)

• Ditetesi dengan etanol 95% sampai larut, baruditambahkan dasar salepnya

Page 14: Farmasetika: Salep1

2. Zat padat larut dalam air

A.) Protargol

• Taburkan diatas air, diamkan ditempat gelap selama ¼ jam sampailarut

• Jika dalam resep terdapat gliserin, tambahkan gliserin tersebut, baruditambahkan airnya dan tidak perlu ditunggu ¼ jam lagi karenadengan adanya gliserin, protargol atau mudah larut.

B.) Colargol

• Dikerjakan seperti protargol

C.) Argentum nitrat (AgNO3)

• Walaupun larut dalam air, zat ini tidak boleh dilarutkan dalam air karena akan meninggalkan bekas noda hitam pada kulit yang disebabkan oleh terbentuknya Ag2O, kecuali pada resep obat wasir.

D.) Fenol/fenol

• Sebenarnya fenol mudah larut dalam air, tetapi dalam salep tidakdilarutkan karena akan menimbulkan rangsangan atau mengiritasikulit dan juga tidak boleh diganti dengan Phenol liquifactum(campuran fenol dan air 77-81,5% FI ed.III).

Page 15: Farmasetika: Salep1

3. Zat cair

Sebagai pelarut bahan obat

A.) Air

Terjadi reaksi:

• Contohnya, jika aqua calcis bercampur dengan minyak

lemak akan terjadi penyabunan sehingga cara

penggunaannya adalah dengan diteteskan sedikit demi

sedikit kemudian dikocok dalam sebuah botol bersama

dengan minyak lemak, baru dicampur dengan bahan

lainnya.

Tak terjadi reaksi:

• Jumlah sedikit : teteskan terakhir sedikit demi sedikit

• Jumlah banyak : diuapkan atau diambil bahan

berkhasiatnya saja dan berat airnya diganti dengan dasar

salepnya

Page 16: Farmasetika: Salep1

B.) Spiritus/etanol/alkohol

• Jumlah sedikit : teteskan terakhir sedikit demi sedikit

• Jumlah banyak :

- Tahan panas : Tinct. Ratanhiae, panaskan diatas tangasair sampai sekental sirop atau sepertiga bagian.

- Tak tahan panas :

• Diketahui pembandingnya, maka diambil bagian-bagiannya saja, misalnya tinct. iodii

• Tak diketahui pembandingnya, teteskan terakhir sedikitdemi sedikit

• Jika dasar salep lebih dari 1 macam, harusdiperhitungkan menurut perbandingan dasar salepnya.

C.) Cairan kental

• Umumnya dimasukan sedikit demi sedikit. Contohnya : gliserin, pix lithantratis, pix liquida, balsem peruvianum, ichtyol, kreosot.

Page 17: Farmasetika: Salep1

• 3. Bahan berupa ekstrak/extractum

A.) Extractum sicccum /kering

• Umumnya larut dalam air, maka dilarutkan dalam air, dan

berat air dapat dikurangkan dari dasar salepnya

B.) Extractum spissum/kental

• Diencerkan dahulu dengan air atau etanol

C.) Extractum liquidum

• Dikerjakan seperti pada cairan dengan spiritus.

Page 18: Farmasetika: Salep1

4. Bahan-bahan lainA.) Hydrargyrum

• Gerus dengan adeps lanae dalam lumpang dingin, sampai halus (<20µg) atau gunakan resep standar, misalnya : Unguentum Hydrargyri (Ph.Belanda V) yang mengandung 30% dan Unguentum Hydrargyri Fortio(C.M.N) mengandung 50%

B.) Naphtolum

• Dapat larut dalam sapo kalicus, larutkan dalam sapotersebut. Jika tidak ada sapo, dikerjakan sepertiCamphorae. Mempunyai D.M/T.M untuk obat luar.

C.) Bentonit

• Serbuk halus yang dengan air akan membentukmassa seperti salep.

Page 19: Farmasetika: Salep1

TERIMA KASIH