laboratorium farmasetika

68
LABORATORIUM FARMASETIKA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN CAIR DAN SEMI PADAT “LARUTAN” OLEH: GOLONGAN SELASA SIANG TA. 2013/2014

Upload: reno-s-filan

Post on 27-Oct-2015

621 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: LABORATORIUM FARMASETIKA

LABORATORIUM FARMASETIKA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

LAPORAN LENGKAP

PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN CAIR DAN SEMI PADAT

“LARUTAN”

OLEH:

GOLONGAN SELASA SIANG

TA. 2013/2014

MAKASSAR

2013

Page 2: LABORATORIUM FARMASETIKA

FORMULA ASLI

I. Thymol Mouthwash

Tiap 100 mL larutan mengandung:

Timol 0,06%

Mentol 0,1%

Metil salisilat 0,07%

Setil piridinium klorida 0,05%

Alkohol 96% 10%

Sorbitol 70% 15%

Poloksamer 407 0,5%

Indigo karmin 0,008%

NaOH/HCl 0,1N qs. (sampai pH 7)

Aquadest ad 100 mL

Spesifikasi

Volume sediaan : 100 mL

Warna : Biru (bening)

Wadah : Botol plastik (bening)

Aroma : Khas

pH : 7

Page 3: LABORATORIUM FARMASETIKA

II. Syrup Vit. B-complex

Tiap 100 mL larutan mengandung:

Tiamin HCl 0,1%

Riboflavin 0,0254%

Piridoksin 0,2%

Sianokobalamin 0,0002%

Asam askorbat 0,05%

Sorbitol 70% 25%

Propilen glikol 24%

Gliserin 24%

Orange flavor 0,1%

Pewarna jingga 0,001%

Na. EDTA 0,3%

Asam sorbik 0,1%

Asam sitrat qs

Aquadest ad 100 mL

Spesifikasi

Volume sediaan : 100 mL

Warna : Jingga

Wadah : Botol cokelat kaca

Aroma : Khas

pH : 4

Page 4: LABORATORIUM FARMASETIKA

MASTER FORMULA

I. Thymol Mouthwash

TRIMOL® Mouthwash

Jumlah produk : 6 botol @100 mL

Pabrik : PT. Indo Excipharma

Tanggal formulasi : 1 September 2013

Rencana produksi : 17 September 2013

No. Registrasi : CD 13001001

No. Batch : A 04001010

No. Nama Bahan FungsiJumlah per

wadah

Jumlah per

batch

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Timol

Mentol

Metil salisilat

Setil piridinium

klorida

Alkohol 96%

Sorbitol 70%

Poloksamer 407

Indigo karmin

NaOH/HCl 0,1N

Aquadest

Zat aktif

Zat aktif/

Flavoring agent

Agen terapeutik

Pengawet

Co-solvent

Peningkat

viskositas/

humektan

Surfaktan

Pewarna

pH adjust

Solvent

0,06 g

0,1 g

0,07 g

0,05 g

10 mL

15 mL

0,5 g

0,008 g

qs

ad 100 mL

0,396 g

0,66 g

0,462 g

0,33 g

66 mL

99 mL

3,3 g

0,0528 g

ad 660 mL

Page 5: LABORATORIUM FARMASETIKA

II. Syrup Vit. B-complex

ETRIVIT® Syrup

Jumlah produk : 6 botol @100 mL

Pabrik : PT. Indo Excipharma

Tanggal formulasi : 1 September 2013

Rencana produksi : 17 September 2013

No. Registrasi : SD 130001001

No. Batch : A 04001010

No. Nama Bahan FungsiJumlah per

wadah

Jumlah per

batch

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

Tiamin HCl

Riboflavin

Piridoksin

Sianokobalamin

Asam askorbat

Sorbitol 70%

Propilen glikol

Gliserin

Orange flavour

Pewarna jingga

Na EDTA

Asam sorbik

Asam sitrat

Aquadest

Zat aktif

Zat aktif

Zat aktif

Zat aktif

Pengstabil

Co-solvent

Co-solvent

Peningkat

viskositas

Perasa

Pewarna

Pengkhelat

Pengawet

pH adjust

Pelarut

100 mg

25,4 mg

200 mg

200 mcg

50 mg

25 mL

24 mL

24 mL

0,1 g

1 mg

0,3 g

0,1 g

qs

26 mL

0,66 g

167,64 mg

1,32 g

1320 mcg

0,33 g

165 mL

158,4 mL

158,4 mL

0,66 g

6,6 mg

1,98 mg

0,66 g

171,6 mL

Page 6: LABORATORIUM FARMASETIKA

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kata larutan (solution) sering dijumpai.  Larutan merupakan

campuran homogen antar dua atau lebih zat berbeda jenis.  Ada dua

komponen utama pembentukan larutan, yaitu zat terlarut (solution), dan

pelarut  (solvent).  Fasa larutan dapat berupa fasa gas, cair, atau fasa

padat bergantung pada sifat kedua komponen pembentukan larutan.

Apabila fase larutan dan fase zat-zat pembentukannya sama, zat yang

berada dalam jumlah terbanyak umumnya disebut pelarut sedangkan zat

lainnya sebagai zat terlarutnya.

Larutan merupakan sediaan cair yang mengandung bahan kimia

terlarut. Sediaan obat berbentuk larutan atau dalam farmasetika disebut

sediaan cair misalnya sirup, spirit, eliksir, air aromatik, tingtur, infusa dll.

Selain itu larutan sebagai obat luar misalnya losio dan larutan otik.

Sediaan obat berbentuk larutan, merupakan campuran homogen dimana

zat aktifnya terdistribusi secara merata sehingga dosis dapat diberikan

dengan tepat.

Faktor utama pemilihan penggunaan obat bentuk sediaan cair

khususnya larutan yaitu lebih mudah ditelan dibandingkan dengan bentuk

sediaan padat seperti tablet atau kapsul, sehingga lebih cocok untuk

pemberian pada bayi, anak-anak, dan usia lanjut yang susah menelan

obat dalam bentuk kapsul atau tablet. Sediaan tablet atau kapsul dihindari

Page 7: LABORATORIUM FARMASETIKA

untuk anak kurang dari 5 tahun. Disamping itu, larutan juga memberikan

efek yang lebih cepat karena obat cepat di absorbsi tanpa mengalami

proses disintegrasi dan pelarutan karena sudah berada dalam bentuk

larutan. Untuk pemakaian luar , larutan lebih mudah digunakan. Namun

ada beberapa obat yang tidak stabil atau mudah rusak bila dibuat dalam

larutan, sehingga harus selalu dibuat baru bila akan digunakan.

Penggunaan obat dalam bentuk sediaan cair sangat dibutuhkan

oleh masyarakat terutama bagi bayi, anak-anak dan orang tua yang sulit

mengkonsumsi obat dalam bentuk padat.

I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

I.2.1 Maksud Percobaan

Mengetahui dan memahami tahapan formulasi sediaan larutan,

mulai dari tahapan studi preformulasi, formulasi, pembuatan sediaan,

hingga evaluasi dari sediaan larutan.

I.2.2 Tujuan Percobaan

Melakukan tahapan formulasi sediaan larutan, mulai dari tahapan

studi preformulasi, formulasi, pembuatan sediaan, hingga evaluasi dari

sediaan larutan.

I.3 Prinsip Percobaan

Page 8: LABORATORIUM FARMASETIKA

Formulasi sediaan cair melalui beberapa tahapan-tahapan

formulasi, mulai dari studi preformulasi, formulasi, hingga pembuatan

sediaan larutan.

Page 9: LABORATORIUM FARMASETIKA

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum

a. Definisi Larutan

Larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut,

kecuali dinyatakan lain, sebagai pelarut digunakan air suling. (1)

Larutan adalah sistem yang homogen secara kimia dan fisika dari dua

atau lebih bahan. (2)

Larutan adalah suatu proses termodinamika stabil yang terdiri dari dua

atau banyak komponen yang biasanya berupa gas, cair, atau padat.

(3)

Larutan adalah campuran homogen yang dibuat dengan melarutkan

zat padat, zat cair, atau gas dalam cairan lainnya dan mewakili

kelompok sediaan dimana molekul-molekul terlarut atau bahan

terlarutnya terdispersi dalam sejumlah pelarut tersebut.(4)

Larutan adalah campuran molekul-molekul dari dua zat atau lebih

untuk membentuk larutan jernih.(5)

Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat

kimia yang terlarut. Misal : terdispersi secara molekuler dalam pelarut

yang sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur. (6)

Larutan adalah cairan yang homogen mengandung sekurang-

kurangnya dua komponen. (7)

Larutan sejati didefinisikan sebagai suatu campuran dari dua atau lebih

komponen yang membentuk suatu disperse molekul yang homogen,

Page 10: LABORATORIUM FARMASETIKA

yaitu system satu fase dimana komposisinya dapat bervariasi secara

luas. (8)

Kesimpulan: Larutan adalah campuran homogen yang terdiri atas satu

atau lebih zat terlarut yang berupa padatan, cairan atau gas dalam pelarut

yang sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur membentuk

sistem termodinamika yang stabil secara fisika dan kimia dimana zat

terlarut pada tingkat molekular.

b. Pengertian Kelarutan

Kelarutan didefinisikan dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi

zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperature tertentu dan secara

kualitatif didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat

membentuk dispersi molekul homogen. (8)

Pernyataan kelarutan zat dalam bagian tertentu pelarut adalah

kelarutan pada suhu 200 dan kecuali dinyatakan lain menunjukkan

bahwa 1 bagian bobot zat padat atau 1 bagian volume zat cair larut

dalam bagian sebagai berikut (1) :

Istilah kelarutan Jumlah bagian pelarut diperlukan untukmelarutkan 1 bagian zat

Page 11: LABORATORIUM FARMASETIKA

Sangat mudah larut

Mudah larut

Larut

Agak sukar larut

Sukar larut

Sangat sukar larut

Praktis tidak larut

Kurang dari 1

1 sampai 10

10 sampai 30

30 sampai 100

100 sampai 1000

1000 sampai 10000

lebih dari 10000

c. Larutan sebagai termodinamika stabil

Beberapa tipe aglomerasi sebagai flokulasi dan agregasi yang

diambil sebagai ukuran dalam kecenderungan sistem untuk mencapai

keadaan termodinamika lebih stabil. Peningkatan kerja (F) atau energi

bebas permukaan F menyebabkan pemecahan dari padatan ini. Partikel

yang lebih kecil dan akibatnya meningkatkan daerah total permukaan A

yang diberikan oleh:

F = SL. A (1)

dimana SL adalah tegangan antar muka antara medium cair dan partikel

padat. Dalam mencapai keadaan yang stabil, sistem cenderung

mengurangi energi bebas permukaan, dimana keseimbangan dicapai

ketika F = 0. Kondisi ini dapat dicapai, sebagaimana yang tampak pada

persamaan, dengan mengurangi tegangan antar muka atau dapat dicapai

dengan mengurangi luas permukaan. (8)

Untuk mencapai pelarut dan zat terlarut menjadi larutan,

seharusnya disertai dengan penurunan energi bebas system. Fungsi

Page 12: LABORATORIUM FARMASETIKA

energi bebeas pada tekanan dan temperature konstan ditandai dengan

simbol G, lalu untuk pelaruit yang melarutkan zat terlarut, ∆G harus

negatif. Kemampuan dari system untuk melakukan kerja dikurangi

selama pembentukan larutan. Perubahan energi bebas untuk bahan

proses diberikan dengan persamaan :

∆G = ∆H - T∆S

Dimana: H = perubahan entalpi (panas), yang merupakan

ukuran energi term al yang tersimpan

T = temperature absolute

S = Perubahan entalpi. Entropi merupakan ukuran

kekacauan dan dihubungkan pada jumlah

konfigurasi yang mungkin dan peraturan

struktur dalam sebuah system

Kelarutan adalah proses persamaan dan criteria proses untuk mencapai

dan menjaga titik ekuilibrum yang mana perubahan energi bebas dari

proses menjadi 0. Pada titik jenuh, H = TS. (3)

d. Mekanisme Kelarutan

Solvasi dan hidrasi: Jika garam ionik dilarutkan, misalnya dalam air,

terjadi pemisahan dari kation dan anion. Garam yang mengikuti

orientasi molekul pelarut. Orientasi molekul pelarut disekitar ion dalam

larutan. Prosesnya disebut solvasi (hidrasi jika terlarut dalam air), ini

hanya mungkin terjadi jika pelarutnya sangat polar. Bagaimanapun

dipol-dipol ditarik dan ditahan oleh ion-ion solut /larutan. Pelarut juga

Page 13: LABORATORIUM FARMASETIKA

harus memiliki kemampuan untuk menjaga agar ion-ion bermuatan

yang tersolvasi tetap terpisah, dengan energi minimal.

Cairan polar seperti air dapat menunjukkan aksi pelarut oleh

kemampuannya memutuskan ikatan kovalen dalam zat terlarut dan

kemudian terjadi ionisasi zat terlarut. Ion-ion yang dihasilkan dari

reaksi pendahuluan dengan pemutusan ikatan kovalen selanjutnya

dipertahankan dalam larutan dengan mekanisme yang sama dengan

garam-garam ionik. Contoh Hidrogen klorida dilarutkan dalam air.

HCl + H2O H3O+ + Cl-

Mekanisme lain dari cairan polar sebagai pelarut adalah termasuk saat

pelarut dan zat terlarut mampu bergabung dengan membentuk ikatan

hidrogen. Sebagai contoh kelarutan alkohol dengan berat molekul

rendah dalam air, digambarkan kemampuan dari molekul alkohol

menjadi kompleks air-alkohol.

Kelarutan eter, aldehid, keton, asam-asam anhidrat dalam air dan

dalam pelarut polar lainnya, juga sebagian besar dapat terjadi karena

pembentukan kompleks asosiasi antara zat terlarut dan pelarut dengan

adanya ikatan hidrogen.

Aksi pelarut dari cairan non polar melibatkan suatu makanisme yang

berbeda-beda karena tidak mampu membentuk dipol yang

menyebabkan tarik menarik antara ion-ion dari garam ionik atau

memutuskan ikatan kovalen untuk menghasilkan senyawa ionik atau

membentuyk kompleks asosiasi dengan zat terlarut , cairan nonpolar

Page 14: LABORATORIUM FARMASETIKA

tidak mampu melarutkan senyawa polar . Pada umumnya hanya dapat

melarutkan bahan-bahan non polar lainnya yang ikatan antar

molekulnya lemah. Biasanya hanya melibatkan gaya dipol terinduksi.

(4)

e. Keuntungan dan Kerugian Sediaan Larutan

(5 : 125)

Keuntungan:

Bagian setara untuk pengobatan terjamin karena larutan bersifat

homogen.

Larutan dapat diberikan dengan menggunakan takaran rumah tangga

yang umum.

Larutan memungkinkan aksi yang cepat karena obat tidak

membutuhkan waktu untuk melarut lebih dulu setelah pemberian

Kilauan jernih larutan menghasilkan penampkan yang menarik.

Kerugian:

Rasa obat lebih terasa dalam larutan

Jumlah pelarut dan cair/kentalnya (fluiditas) larutan memberikan

bentuk pengobatan yang kurang praktis dibawa dibandingkan

dengan sediaan kering atau pekat, seperti serbuk atau tablet.

Ada kemungkinan peningkatan kerusakan karena reaksi kimia terjadi

paling cepat dalam larutan.

(3 : 502)

Keuntungan:

Page 15: LABORATORIUM FARMASETIKA

Larutan sebagai campuran homogen terdistribusi secara merata

dalam sediaan pengobatan.

Dosisnya dapat lebih mudah divariasikan dengan sediaan.

Beberapa obat mengiritasi mukosa lambung ketika diberikan dalam

bentuk tablet/kapsul. Iritasi ini dapat dikurangi jika obat diberikan

dalam larutan karena faktor pengenceran.

Aksi obat yang cepat dapat terjadi karena obat diabsorpsi lebih cepat

ketika diberikan dalam bentuk larutan.

Keuntungan lain dari larutan dapat lebih mudah diberikan

pengaroma, pemanis dan pewarna.

Keuntungan utamanya untuk pemberian pengobatan bagi anak-anak

atau pasien yang tidak dapat menelan tablet atau kapsul.

Obat yang ditujukan untuk penggunaan luar dapat lebih mudah dan

merata dioleskan jika dicampur dalam larutan.

Ada juga beberapa obat yang pembuatannya baik dalam larutan

karena karakteristik fisik alamnya.

Kerugian:

Massa dan sifat alir larutan adalah dua kerugian utama dari larutan.

Kapsul/tablet kurang memakan tempat dan lebih mudah dibawa

dibanding larutan.

Beberapa obat karena bau dan rasanya yang buruk sangat sulit

dibuat dalam larutan yang cocok.

Tidak stabil dalam air.

Page 16: LABORATORIUM FARMASETIKA

(2 : 170)

Keuntungan:

Larutan lebih homogen dan lebih mudah ditelan oleh beberapa pasien

dibandingkan dengan bentuk sediaan padat.

Obat padat memiliki kecepatan disolusi yang lambat, sedang larutan

aksinya lebih cepat sebagai obat terlarut dan siap diabsorpsi setelah

diberikan.

Kerugian:

Lebih besar kemungkinannya untuk mengalami degradasi dan

berinteraksi antara unsur-unsurnya dibanding dengan sediaan padat.

Mempunyai rasa obat yang tidak menyenangkan dimana larutan oral

sulit untuk diberi p`engaroma.

f. Komposisi Larutan

1. Cairan pembawa

Pembawa adalah media yang terdiri dari bahan obat yang dilarutkan

atau didispersikan untuk cairan obat terbagi atas: air, air aromatik.

2. Bahan obat

3. Bahan tambahan

4. Penstabil warna

5. Pewarna

6. Antioksidan

7. Pengawet

Page 17: LABORATORIUM FARMASETIKA

8. Pengaroma

9. Pengatur pH (3)

g. Jenis-Jenis Larutan

1. Larutan yang mengandung air

Air: Komposisi utama dalam banyak bentuk sediaan adalah air yang

telah dijelaskan. Digunakan sebagai bahan dan sebagai pelarut

untuk zat tambahan yang diinginkan atau bahan kimia obat.

Air aromatik: Air aromatik diketahui juga sebagai air yang berkhasiat

obat, bersih. Larutan air jenuh dari minyak menguap atau bahan

aromatik lain atau bahan yang mudah menguap.

Asam encer: Asam anorganik secara resmi dan asam organik yang

pasti. Meskipun sedikit yang dibutuhkan sebagai agen terapeutik,

tetapi sangat penting dalam bidang kimia dan produksi farmasetik.

Potio: Adalah bentuk sediaan cair yang berisi satu atau lebih bahan

kimia terlarut dalam pelarut air.

Douches: Adalah larutan yang mengandung air digunakan secara

langsung pada bagian atau ke dalam rongga tubuh. Fungsi sebagai

pembersih atau bahan antiseptik.

Gargle: Adalah larutan yang mengandung air digunakan untuk

mencegah faring dan nasofaring dengan melawan udara dari paru-

paru selanjutnya gargle tertahan di tenggorokan.

Page 18: LABORATORIUM FARMASETIKA

Enema: Adalah bentuk injeksi pada rektal untuk mengosongkan

perut, pengaruh sistem oleh absorpsi atau efek lokal yang

menyebabkan penyakit.

Mouthwash: Adalah larutan yang mengandung air yang paling

banyak digunakan untuk menghilangkan bau busuk, penyegar atau

efek antiseptik atau mengontrol plak.

Juice: Juice dibuat dari sari buah segar. Mengandung banyak air dan

digunakan dalam pembuatan sirup yang bekerja sebagai bahan

pembawa.

Larutan pencuci hidung: Biasanya dibuat untuk mengeluarkan isi dari

hidung dalam bentuk tetes atau semprot.

Larutan otic: Larutan ini kadang-kadang dibutuhkan untuk pembuatan

sediaan yang berhubungan dengan telinga.

Larutan irigasi: Larutan ini digunakan untuk mencuci atau

membersihkan bekas perban operasi, luka atau mengelap tubuh.

2. Larutan pekat yang mengandung air dan rasanya manis

Sirup: Adalah larutan pekat yang mengandung gula dalam air atau

cairan lainnya.

Madu: Adalah bentuk cairan yang pekat, mirip dengan sirup, sebagai

pengganti sirup, digunakan sebagai pembawa.

Mucilago: Secara umum mucilago pekat, kental, cairan adhesi yang

dibuat dengan mendispersikan gom dalam air atau dengan ekstraksi

dengan prinsip mucilago dari bahan tumbuhan dengan air.

Page 19: LABORATORIUM FARMASETIKA

Jelly: Adalah bagian dari jeli yang berstruktur lengket, berisi air

dengan kadar yang tinggi.

3. Larutan yang tidak mengandung air

Kolodion: Adalah sediaan cair yang berisi piroxilin dalam campuran

etil eter dan alkohol.

Elixir: Adalah hidroalkoholik yang manis, jernih, berbau enak yang

dimaksudkan untuk penggunaan oral.

Gliserin: Campuran dari bahan obat yang didalamnya terdapat tidak

kurang dari 50% gliserin.

Linimen: Adalah larutan atau campuran dari berbagai macam bahan

dalam minyak, larutan alkohol dari sabun atau emulsi.

Inhalasi dan inhalan: Inhalasi adalah obat atau larutan obat yang

digunakan melalui hidung atau jalur pernapasan oral untuk efek lokal

atau sistemik.Inhalan meliputi obat-obat atau kombinasi obat yang

karena sifat tekanan uap yang tinggi dapat dibawa oleh udara

menuju ke saluran hidung dimana obat tersebut memiliki efek.

Oleovitamin: Adalah minyak dari hati ikan yang diencerkan dengan

minyak nabati yang dapat dimakan atau larutan dari vitamin yang

terkandung atau terkonsentrasi dalam minyak ikan (biasanya vitamin

A dan D).

Spirit: Umumnya dikenal sebagai pengaroma larutan yang

mengandung alkohol atau hidroalkohol dari bahan yang mudah

menguap.

Page 20: LABORATORIUM FARMASETIKA

Obat tetes untuk gigi: Sediaan yang digunakan untuk meringankan

sakit gigi untuk sementara dengan menggunakan kapas kecil dan

dimasukkan ke dalam lubang gigi. (4)

Berdasarkan jumlah zat terlarut dalam larutan:

Larutan encer: Larutan yang mengandung sejumlah kecil zat terlarut

A dalam larutan.

Larutan pekat: Mengandung sejumlah besar bahan dalam larutan.

Larutan jenuh: Sejumlah zat A yang tepat larut pada batas

kelarutannya dalam air pada suhu kamar.

Larutan lewat jenuh: Sejumlah zat A yang melebihi batas

kelarutannya dalam air pada suhu kamar. Larutan ini tidak stabil dan

pengadukannya dapat menyebabkan larutan ini menjadi larutan

jenuh. (3)

Berdasarkan sifat fisikokimia:

Larutan mikromolekuler: Larutan ini seluruhnya terdiri dari unit-unit

mikro, yang mana dapat berupa molekul atau ion, seperti air, alkohol,

ion Na, klorida, sukrosa, gliserin, dll. Kelas ini juga termasuk larutan

yang mana komponennya dimer, trimer atau bentuk ion

berpasangan. Kriteria utama yang membedakan larutan

mikromolekuler dari kelas lain adalah ukuran dari unit solut dan

pelarutnya. Secara umum ukurannya berkisar 1 – 10 Å.

Larutan micellar: Unit-unit zat terlarut ini terdiri dari agregat (misel)

dari molekul atau ion zat terlarut. Sifat nyata dari larutan ini seperti

Page 21: LABORATORIUM FARMASETIKA

kejernihan dan kekentalannya menyerupai larutan mikromolekuler

tetapi nilai pengukuran sifat fisikanya seperti tekanan uap, tekanan

osmotik, konduktan dan yang lainnya menunjukkan ciri yang berbeda

dari nilai untuk larutan mikromolekuler. Misel dalam sistem ini

didefinisikan sebagai agregat polimolekuler atau polion yang dapat

menjangkau ukuran partikel daerah koloid. Jadi larutan miselar

menunjukkan sebagai larutan dari kumpulan koloid. Pentingnya misel

dalam farmasi terletak pada daya larutnya dan dalam kemiripan pada

berbagai sistem biologi.

Larutan makromolekuler: Sistem ini dimana zat terlarutnya terdispersi

secara molekuler seperti dalam mikromolekuler ini berbeda dari

larutan makromolekuler dalam satu aspek penting. Ukuran dan berat

molekul dari makromolekuler sama besarnya dengan sistem yang

memiliki sifat unit. Larutan akasia, CMC, albumin, DNA dan PVP

adalah contoh dari kelas ini. (3)

II.2 Alasan Formulasi

II.2.1 Timol Mouthwash

a. Alasan Pemilihan Zat Aktif

Page 22: LABORATORIUM FARMASETIKA

Timol adalah senyawa antiseptik fenolik (turunan fenol) dengan

efek antibakteri dan antifungi yang lebih baik dibandingkan fenol. Dalam

bidang kesehatan gigi, timol telah banyak digunakan untuk menghilangkan

infeksi dental, juga mulut dan tenggorokan. Timol telah dinyatakan aman

untuk digunakan oleh FDA pada tahun 2009. (9)

b. Alasan Pemilihan Bentuk Sediaan

Dalam pembuatan sediaan farmasetik yang berupa mouthwash,

bentuk sediaan larutan menjadi pilihan utama. Hal ini dikarenakan

komposisi mouthwash yang sederhana; dalam salah satu sumber

dinyatakan bahwa mouthwash adalah sediaan yang sangat mudah

pembuatannya. Pemilihan bentuk sediaan larutan adalah yang paling

sesuai jika dibandingkan sediaan cair lainnya. (3)

c. Alasan Pemilihan Bahan Tambahan

- Mentol (Zat aktif/perasa)

Memiliki rasa peppermint yang khas, juga menimbulkan sensasi

dingin dan segar pada penggunaan topical. Dianggap aman dan

bersifat noniritan. Selain berfungsi sebagai bahan perasa, mentol

juga dapat meningkatkan efektivitas kerja dari timol. (10)

- Setil piridinium klorida (Pengawet)

Telah digunakan sebagai bahan pengawet karena aktivitas

antiseptiknya; digunakan tunggal maupun kombinasi dengan bahan

Page 23: LABORATORIUM FARMASETIKA

lain. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa sediaa

mouthwash yang mengandung bahan ini mampu membantu

mencegah terbentuknya plak. Secara umum, dianggap nontoksik dan

noniritan. (10)

- Alkohol 96%(Co-solvent)

Timol memiliki kelarutan yang sangat baik dalam etanol 96%. Etanol

juga merupakan salah satu co-solvent yang paling banyak

digunakan, terutama dalam pembuatan mouthwash. Keuntungan lain

dari penggunaan etanol adalah tidak diperlukannya tambahan

pengawet. (10)

- Sorbitol 70% (Humektan/peningkat viskositas/pemanis)

Termasuk pemanis non-gula, sehingga tidak membahayakan

kesehatan gigi. Selain menutupi rasa bahan obat, sorbitol juga dapat

menimbulkan sensasi dingin yang dibutuhkan dalam sediaan

mouthwash. Relatif bersifat inert dan dapat campur dengan berbagai

bahan serta stabil secara fisik. (10)

- Poloksamer 407 (Surfaktan)

Merupakan golongan surfaktan nonionik. Dalam mouthwash,

penggunaan surfaktan memiliki dua tujuan; pertama untuk membantu

ketercampuran antara bahan-bahan minyak dengan air, kedua untuk

membantu membersihkan rongga mulut dari sisa-sisa makanan.

Poloksamer 407 telah luas digunakan dalam produksi sediaan

farmasetik, serta dianggap relatif aman.

Page 24: LABORATORIUM FARMASETIKA

- Indigo karmin (Pewarna)

Merupakan pewarna indigoid yang digunakan untuk kebanyakan

sediaan oral dan topical. Relatif aman dan noniritan. (10)

- NaOH/ HCl 0,1 N (pH Adjust)

Untuk menjaga kestabilan sediaan, diperlukan adanya bahan-bahan

tambahan untuk meningkatkan atau menurunkan pH agar mencapai

pH netral. Kedua bahan ini dianggap aman pada konsentrasi rendah.

(10)

- Aquadest (Pelarut)

Pelarut utama yang paling banyak digunakan dalam produksi

sediaan farmasetik. Stabil secara kimiawi dalam fase fisik apapun.

Serta aman untuk digunakan karena merupakan materi dasar

penyusun makhluk hidup. (10)

II.2.2 Sirup Vit. B-complex

a. Alasan Pemilihan Zat Aktif

- Tiamin HCl (Vitamin B1)

Jika ditinjau dari segi farmakologi, tiamin merupakan salah satu

substansi vitamin B yang paling penting peranannya

- Riboflavin (Vitamin B2)

Pencegahan dan terapi defisiensi vitamin B2 yang sering menyertai

pellagra.

- Piridoksin HCl (Vitamin B6)

Page 25: LABORATORIUM FARMASETIKA

Sebagai koenzim pada metabolisme dari asam amina.

- Sianokobalamin (Vitamin B12)

Sebagai koenszim pada metabolisme asam amina.

b. Alasan Pemilihan Bentuk Sediaan

Bentuk sediaan syrup dipilih karena sediaan larutan lebih cepat

diabsorbsi dibandingkan sediaan lain. Bentuk sediaan ini sangat

sesuai untuk penggunaan pediatrik dan geriatrik.

c. Alasan Pemilihan Bahan Tambahan

- Asam Askorbat (Pengstabil)

Digunakan untuk menghilangkan endapan yang terbentuk akibat

pencampuran tiamin dan riboflavin dalam larutan.

- Sorbitol 70% (Pemanis)

Termasuk pemanis non-gula, sehingga tidak membahayakan

kesehatan gigi. Selain menutupi rasa bahan obat, sorbitol juga dapat

menimbulkan sensasi dingin yang dibutuhkan dalam sediaan

mouthwash. Relatif bersifat inert dan dapat campur dengan berbagai

bahan serta stabil secara fisik. (10)

- Propilen Glikol (Co-solvent)

Page 26: LABORATORIUM FARMASETIKA

Telah banyak digunakan sebagai co-solvent dalam berbagai sediaan

farmasetik. Kemampuan melarutkan bahannya lebih baik

dibandingkan dengan gliserin. Dianggap bersifat nontoksik. (10)

- Gliserin (Peningkat viskositas)

Mampu meningkatkan viskositas pada konsentrasi rendah. Bersifat

nontoksik dan noniritan. (10)

- Perasa Jeruk

Untuk tujuan estetika dan penyesuaian peggunaan dengan

konsumen pediatrik.

- Pewarna Jingga

Sesuai dengan perasa yang digunakan.

- Na2EDTA (Pengkhelat)

Digunakan sebagai pengkhelat, EDTA dapat membentuk larutan air

yang stabil membentuk kompleks (mengkhelat) alkali dan ion-ion

logam berat. Pengkhelat digunakan agar dapat mencegah terjadinya

reaksi antara logam pewarna botol amber dengan bahan aktif. (10)

- Asam Sorbik

Memiliki aktivitas antibakteri dan antifungi dengan spektrum luas.

(10)

- Asam Sitrat

Digunakan untuk mencapai pH yang menjaga stabilitas sediaan.

II.3 Uraian Bahan

Page 27: LABORATORIUM FARMASETIKA

a. Timol (12:6020, 10:740)

Nama Resmi : Thymol

Sinonim : -

RM/BM : C10H14O/ 150,2

RB :

Pemerian : Kristal tak berwarna

Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, sangat mudah larut

dalam ethanol 96%, mudah larut dalam minyak

mineral esensial, agak sukar larut dalam gliserin.

Inkompatibilitas : Tidak dapat campur dengan iodin, alkali, dan

oksidator. Aktivitas antimikrobanya dapat berkurang

karena keberadaan protein.

Stabilitas : Tidak stabil terhadap paparan cahaya dan udara.

b. Mentol (10:434)

Nama Resmi : Mentholum

Sinonim : Mentoli, menthol

RM/BM : C10H20O/ 156,27

Page 28: LABORATORIUM FARMASETIKA

RB :

Pemerian : Serbuk kristalin, tidak berwarna, dengan rasa dan

bau yang khas.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam ethanol 96%, kloroform,

eter, dan paraffin cair. Mudah larut dalam asam

asetat glasial.

Inkompatibilitas : Akan membentuk massa basah dengan kamfer,

butilkloralhidrat, timol, dan resorsinol.

Stabilitas : Dapat tersublim dengan mudah pada suhu di atas

25o C.

c. Metil salisilat (12:3859)

Nama Resmi : Methyl Salycilate

Sinonim : -

RM/BM : C8H8O3/ 152,1

RB :

Pemerian : Cairan tidak berwarna atau sedikit kuning.

Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, campur dengan

Page 29: LABORATORIUM FARMASETIKA

ethanol dan dengan minyak lemak esensial.

Inkompatibilitas : -

Stabilitas : Tidak tahan terhadap cahaya.

d. Setil piridinium klorida (10:157)

Nama Resmi : Cetylpyridinium Chloride

Sinonim : Cepacol; Medilave

RM/BM : C21H38ClN/ 339,9

RB :

Pemerian : Serbuk putih dengan bau khas.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam

kloroform, sangat sukar larut dalam eter, praktis

tidak larut dalam aseton.

Inkompatibilitas : Tidak dapat campur dengan oksidator dan alkali.

Stabilitas : Stabil pada kondisi penyimpanan normal.

e. Alkohol (10:17)

Nama Resmi : Ethanolum

Sinonim : Etil alkoholRM/BM : C2H6O/ 46,07

RB :

Pemerian : Cairan jernih, tidak berbau, mudah menguap dan

Page 30: LABORATORIUM FARMASETIKA

dengan bau khas yang lemah dan rasa membakar.

Kelarutan : Campur dengan air dan metilen klorida.

Inkompatibilitas : Dapat bereaksi dengan oksidator pada kondisi

asam.

Stabilitas : Stabil pada kondisi penyimpanan normal.

f. Sorbitol (10:679)

Nama Resmi : Sorbitolum

Sinonim : Sorbitab; Neosob

RM/BM : C6H14O6/ 182,17

RB :

Pemerian : Serbuk kristalin higroskopik, tidak berbau, putih

atau nyaris tidak berwarna.

Kelarutan : Sangat mudh larut dalam air, larut dalam ethanol,

praktis tidak larut dalam kloroform dan eter.

Inkompatibilitas : Dapat meningkatkan degradasi penisilin.

Stabilitas : Relatif inert dan dapat campur dengan berbagai

bahan.

g. Poloksamer 407 (10:507)

Page 31: LABORATORIUM FARMASETIKA

Nama Resmi : Poloxamer

Sinonim : Lutrol, Pluronic, Monolan

RM/BM : HO(C2H4O)a(C3H6O)b(C2H4O)aH

RB :

Pemerian : Serbuk putih seperti lilin, mudah mengalir, tidak

berbau, tidak berwarna.

Kelarutan : Mudah larut dalam ethanol, agak sukar larut dalam

propilen glikol.

Inkompatibilitas : -

Stabilitas : Stabil dalam kondisi penyimpanan normal.

h. Indigo Karmin (10:194)

Nama Resmi : Sodium Indigotine Disulfonate

Sinonim : Indigo Karmina

RM/BM : C16H8Na2O8S2 / 466,40

RB :

Pemerian : Serbuk biru atau mengkilat seperti tembaga biru

hampir tidak berbau, rasa asin.

Kelarutan : Larut dalam 10 bagian air, mudah larut dalam air

hangat, praktis tidak larut dalam etanol (95%) P.

Page 32: LABORATORIUM FARMASETIKA

Inkompatibilitas : Dengan asam sitrat dan sakarosa.

Stabilitas : Peka terhadap cahaya.

i. NaOH (10:649)

Nama Resmi : Natrii Hydroxidum

Sinonim : Natrium Hidroksida

RM/BM : NaOH/ 40,0

RB : -

Pemerian : Padatan putih, tidak berbau, berentuk pelet/flakes.

Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol.

Inkompatibilitas : Dapat bereaksi dengan asam dan ester.

Stabilitas : Peka terhadap udara.

j. HCl (10:308)

Nama Resmi : Acidum Hydrochloridum

Sinonim : Asam Klorida, Asam Garam

RM/BM : HCl/ 36,5

RB : -

Pemerian : Cairan tidak berwarna, berasap dan bau

merangsang jika diencerkan dua bagian air asap

dan bau hilang.

Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol.

Inkompatibilitas : Dapat bereaksi dengan basa.

Stabilitas : Peka terhadap udara.

Page 33: LABORATORIUM FARMASETIKA

k. Aquadest (1:96)

Nama Resmi : Aqua Destillata

Sinonim : Air Suling

RM/BM : H2O/ 18.02

RB : -

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak  

mempunyai rasa.

Kelarutan : -

Inkompatibilitas : -

Stabilitas : -

l. Tiamin HCl

Nama Resmi : Thiamini Hydrochloridum

Sinonim : Thiamin Hidrokloridum, Vit.B1

RM/BM : C12H17ClN4OS,HCl/ı337.3

RB :

Pemerian : Hablur kecil, bau khas lemah, mirip ragi, rasa

pahit.

Kelarutan : Mudah larut dalam air, sukar larut dalam

etanol

(95%)P, praktis tidak larut dalam eter P, dan

Page 34: LABORATORIUM FARMASETIKA

dalam

benzena P, dan larut dalam gliserol P.

Inkompatibilitas : Pencampuran antara tiamin dan riboflavin dalam

larutan dapat menimbulkan endapan tiokrom atau

kloroflavin.

Stabilitas : Peka terhadap udara, panas dan cahaya.

pH stabil 4-7.

m. Riboflavin (12:5196)

Nama Resmi : Riboflavinum

Sinonim : Vit. B2

RM/BM : C17H20N4O6 /ı376.4

RB :

Pemerian : Serbuk kristalin kuning atau jingga kekuningan.

Kelarutan : Larut dalam air, sangat sukar larut dalam etanol.

Inkompatibilitas : Pencampuran antara tiamin dan riboflavin dalam

larutan dapat menimbulkan endapan tiokrom atau

kloroflavin.

Stabilitas : Peka terhadap udara, panas dan cahaya.

n. Piridoksin HCl (12:5107)

Page 35: LABORATORIUM FARMASETIKA

Nama Resmi : Piridoksin Hidroklorida

Sinonim : Vit. B6

RM/BM : C8H11NO3,HCl//ı205.6

RB :

Pemerian : Serbuk hablur putih, stabil di udara, mudah

teroksidasi.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam etanol dan

dalam kloroform, praktis tidak larut dalam eter,

dalam aseton dan dalam etilasetat.

Inkompatibilitas : -

Stabilitas : Peka terhadap cahaya.

o. Sianokobalamin (12)

Nama Resmi : Cyanocobalamin

Sinonim : Vit. B12

RM/BM : C63H88CoN14O14P/ıı1355

Page 36: LABORATORIUM FARMASETIKA

RB :

Pemerian : Hablur atau serbuk hablur; merah tua; tidak

berbau. Bentuk anhidrat sangat higroskopik.

Kelarutan : Agak sukar larut dalam air dan dalam etanol (95

%) P; praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam

eter P; dan dalam aseton P.

Inkompatibilitas : Dengan oksidator dan reduktor dan dengan garam

logam berat. Stabil dalam larutan netral dan dalam

larutan asam kuat.

Stabilitas : Dalam larutan yang mengandung tiamin HCl,

sianokobalamin, dan penyusun lain vitamin B

Kompleks, kerusakan produk tiamin HCl

menyebabkan kerusakan sianokobalamin yang

cepat ion Fe konsentrasi rendah dapat melindungi

produk tanpa mempengaruhi stabilitas tiamin.

Page 37: LABORATORIUM FARMASETIKA

p. Asam Askorbat (12:427)

Nama Resmi : Acidum Ascorbicum

Sinonim : Vit. C

RM/BM : C6H8O6 /176.1

RB :

Pemerian : Serbuk kristalin putih atau hampir putih; serbuk

tidak berwarna

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, larut dalam etanol.

Inkompatibilitas : Dengan oksidator kuat.

Stabilitas : Relatif stabil di udara dalam bentuk serbuknya.

q. Propilen Glikol (10:592)

Nama Resmi : Propylenglycolum

Sinonim : Methyl glycol

RM/BM : C3H8O2 / 76.09

RB :

Pemerian : Cairan kental, jernih tidak berwarna, rasa khas,

praktis tidak berbau, meyerap air pada udara

lembab.

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan aseton dan

dengan kloroform; larut dalam ester dan beberapa

Page 38: LABORATORIUM FARMASETIKA

minyak esensial.

Inkompatibilitas : Dengan oksidator kuat.

Stabilitas : Higroskopis sehingga harus disimpan dalam

wadah tertutup rapat.

r. Gliserin (10:283)

Nama Resmi : Glycerolum

Sinonim : Gliserin; Kemstrene

RM/BM : C3H8O3/ 92.09

RB :

Pemerian : Cairan kental, jernih tidak berwarna, rasa khas,

praktis tidak berbau, meyerap air pada udara

lembab.

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan aseton dan

dengan kloroform; larut dalam ester dan beberapa

minyak esensial.

Inkompatibilitas : Dengan oksidator kuat.

Stabilitas : Higroskopis sehingga harus disimpan dalam

wadah tertutup rapat.

s. Na2EDTA (10:242)

Page 39: LABORATORIUM FARMASETIKA

Nama Resmi : Dinatrii Edetat

Sinonim : EDTA; Natrium Edetat

RM/BM : C10H14N2Na2O8/ 372.24

RB :

Pemerian : Serbuk hablur; putih; tidak berbau, rasa agak

asam.

Kelarutan : Larut dalam 11 bagian air, sukar larut dalam

ethanol, praktis tidak larut dalam kloroform dan eter.

Inkompatibilitas : Dengan oksidator kuat, basa kuat, dan bereaksi

dengan ion-ion logam.

Stabilitas : Lebih stabil dibandingkan bentuk asamnya.

t. Asam Sorbik (10:672)

Nama Resmi : Acidum Sorbicum

Sinonim : Asam Sorbat

RM/BM : C6H8O2 /112.13

RB :

Pemerian : Serbuk hablur licin; putih; bau khas.

Kelarutan : Sukar larut dalam air; larut dalam ethanol dan

Page 40: LABORATORIUM FARMASETIKA

dalam eter P.

Inkompatibilitas : Dengan oksidator kuat, basa kuat, dan bereaksi

reduktor. Aktivitas antimikroba berkurang dengan

keberadaan surfaktan nonionik.

Stabilitas : Sensitif terhadap oksidasi, terutama dengan

keberadaan cahaya.

u. Asam Sitrat (1:50)

Nama Resmi : Acidum Citricum

Sinonim : -

RM/BM : C6H8O7. H2O

RB :

Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk putih; tidak

berbau; rasa sangat asam; agak higroskopik;

merapuh dalam udara kering dan panas.

Kelarutan : Larut dalam kurang dari 1 bagian air dan dalam 1.5

bagian etanol P; sukar larut dalam eter.

Inkompatibilitas : Dengan oksidator kuat, basa kuat, dan bereaksi

reduktor.

Stabilitas : Peka terhadap udara dan cahaya.

BAB III

METODE KERJA

Page 41: LABORATORIUM FARMASETIKA

III.1 Alat dan Bahan

III.1.1 Alat

Alu, beker 500 mL, erlenmeyer 100 mL, erlenmeyer 250 mL,

erlenmeyer 1 L, corong, gelas arloji, gelas ukur, lumpang, lap halus, lap

kasar, pipet tetes, sendok tanduk, timbangan analitik, wadah

penimbangan.

III.1.2 Bahan

Akuades, alkohol 96%, timol, metil salisilat, mentol, indigo karmin,

poloksamer 407, setil piridinium klorida, sorbitol 70%, NaOH, HCl, tiamin

HCl, riboflavin, piridoksin HCl, asam askorbat, propilenglikol, gliserin,

perasa jeruk, pewarna jingga, Na2EDTA, asam sorbik, asam sitrat.

III.2 Cara Kerja

III.2.1 Timol Mouthwash

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2. Timol digerus bersama mentol dalam lumping hingga homogen (a).

3. Metil salisilat dilarutkan dengan alkohol 96% sebanyak 66 mL dalam

Erlenmeyer hingga homogen kemudian ditutup (b).

4. Dilarutkan poloksamer dengan 15 mL aquadest hingga homogen (c).

5. Dimasukkan larutan (a) ke dalam larutan (c) aduk hingga homogen

(d).

6. Dimasukkan sorbitol 70% ke dalam campuran larutan (d) aduk

hingga homogen (e).

Page 42: LABORATORIUM FARMASETIKA

7. Dilarutkan setil piridinium klorida dalam 10 mL aquadest aduk hingga

homogen. Kemudian dimasukkan dalam larutan (e).

8. Dimasukkan seluruh larutan (b) ke dalam larutan (e).

9. Dilakukan pengecekan pH kemudian di adjust dengan NaOH/HCl 0,1

N hingga pH 7,0.

10.Ditambahkan indigo karmin aduk hingga homogen.

11.Dicukupkan dengan aquadest hingga 100 mL.

12.Setelah homogen kemudian disaring dengan menggunakan kertas

saring.

13.Dimasukkan ke dalam wadah dan diberi etiket.

III.2.2 Sirup Vitamin B-compleks

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2. Ditimbang bahan sesuai perhitungan bahan.

3. Dilarutkan tiamin HCl, nikotinamid, piridoksin HCl, sianokobalamin ke

dalam 100 mL air suling, diaduk hingga homogen (a).

4. Dilarutkan riboflavin dalam sebagian sorbitol (b).

5. Dibuatkan larutan pembawa sirup dengan mencampur gliserin,

propilenglikol dan sisa sorbitol (c).

6. Dimasukkan dinatrium edetat, perasa jeruk, pewarna jingga, asam

askorbat dan asam sorbik ke dalam larutan (c) aduk hingga homogen

(d).

Page 43: LABORATORIUM FARMASETIKA

7. Dicampurkan larutan (a), (b) ke dalam larutan (d) dalam Erlenmeyer.

Aduk hingga homogen (e).

8. Dicukupkan larutan (e) dengan aquadest hingga 660 mL.

9. Dimasukkan asam sitrat dalam larutan yang telah dicukupkan, aduk

hingga homogen.

10.Periksa pH larutan, dicukupkan pH hingga mencapai 4,0 dengan

menambahkan HCl/NaOH 0,1N.

11.Disaring dengan kertas saring dan dimasukkan ke dalam wadah.

12.Setelah itu dikemas, dengan pengemasan etiket dan dimasukkan ke

dalam dos obat dengan brosur yang sudah ada.

III.3 Perhitungan

III.3.1 Timol Mouthwash

- Perhitungan Bahan

Per wadah

Timol 0,06% = 0,06100

x 100 mL = 0,06 g

Mentol 0,1% = 0,1100

x 100 mL = 0,1 mL

Metil salisilat 0,07% = 0,07100

x 100 mL = 0,07 mL

Setil piridinium klorida 0,05% = 0,05100

x 100 mL = 0,05 mL

Alkohol 96% 10% = 10100

x 100 mL = 10 mL

Page 44: LABORATORIUM FARMASETIKA

Sorbitol 70% 15% = 15100

x 100 mL = 15 mL

Poloksamer 407 0,5% = 0,5100

x 100 mL = 0,5 g

Indigo karmin 0,008%= 0,008100

x 100 mL = 0,008 mL

NaOH/HCl 0,1 N qs.

Aquadest 74,1% = ad 100 mL

Per batch

Timol = (0,06 g x 6) + 10% = 0,396 g

Mentol = (0,1 mL x 6) + 10 % = 0,66 mL

Metil salisilat = (0,07 mL x 6) + 10 % = 0,462 mL

Setil piridinium klorida = (0,05 mL x 6) + 10 % = 0,33 mL

Alkohol 96% = (10 mL x 6) + 10 % = 66 mL

Sorbitol 70% = (15 mL x 6) + 10 % = 99 mL

Poloksamer 407 = (0,5 g x 6) + 10 % = 3,3 g

Indigo karmin = (0,008 mL x 6) + 10 % = 0,0528 mL

NaOH/HCl 0,1 N qs.

Aquadest 74,1% = ad 100 mL

III.3.2 Sirup Vit. B-compleks

Page 45: LABORATORIUM FARMASETIKA

- Perhitungan Dosis

Tiamin HCl

DL anak-anak = 1-5 tahun = 0,5 – 0,7 mg/hari

= 5-10 tahun = 0,9 mg/hari

DL dewasa = 5 – 10 mg/hari

DM = 30 mg/hari

Riboflavin

DL anak-anak = 1-5 tahun = 0,7 – 0,9 mg/hari

= 5-10 tahun = 1,1 mg/ hari

DL dewasa = 3 – 10 mg/hari

Nikotinamid

DL anak-anak = 9 – 20 mg/hari

DL dewasa = 15 – 50 mg

DM dewasa = 500 mg

Piridoksin HCl

DL anak-anak = 0,5 – 1,5 mg/hari

DL dewasa = 5 – 150 mg/hari

Sianokobalamin

DL anak-anak = 15 mcg

DL dewasa = 1 – 100 mcg

- Perhitungan Bahan

Page 46: LABORATORIUM FARMASETIKA

Per wadah

Tiamin HCl = 0,1 % x 100 mL = 0,1 g

Riboflavin = 0,0254% x 100 mL = 25,4 mg

Piridoksin HCl = 0,2% x 100 mL = 0,2 g

Sianokobalamin = 0,0002% x 100 mL = 200 mcg

Asam askorbat = 0,05% x 100 mL = 0,05 g

Sorbitol 70% = 25% x 100 mL = 25 mL

Propilen glikol = 24% x 100 mL = 24 mL

Gliserin = 24% x 100 mL = 24 mL

Perasa jeruk = 0,1% x 100 mL = 0,1 g

Pewarna jingga = 0,001% x 100 mL = 1 mg

Na2 EDTA = 0,3% x 100 mL = 0,3 g

Asam sorbik = 0,1% x 100 mL = 0,1 g

Asam sitrat = qs

Aquadest = 26% x 100 mL = 26 mL

Per batch

Tiamin HCl = (0,1 g x 6) + 10% = 0,66 g

Riboflavin = (25,4 mg x 6) + 10% = 167,64 g

Piridoksin HCl = (0,2 g x 6) + 10% = 1,32 g

Sianokobalamin = (200 mcg x 6) + 10% = 1320 mcg

Asam askorbat = (0,05 g x 6) + 10% = 0,33 g

Sorbitol 70% = (25 mL x 6) + 10% = 165 mL

Page 47: LABORATORIUM FARMASETIKA

Propilen glikol = (24 mL x 6) + 10% = 158,4 mL

Gliserin = (24 mL x 6) + 10% = 158,4 mL

Perasa jeruk = (0,1 g x 6) + 10% = 0,66 g

Pewarna jingga = (1 mg x 6) + 10% = 6,6 mg

Na2 EDTA = (0,3 g x 6) + 10% = 1,98 g

Asam sorbik = (0,1 g x 6) + 10% = 0,66 g

Asam sitrat = qs

Aquadest = (26 mL x 6) + 10% = 171,6 mL

BAB IV

Page 48: LABORATORIUM FARMASETIKA

PEMBAHASAN

Larutan merupakan jenis sediaan cair yang memiliki kenggulan

dibandingkan sediaan cair lainnya. Pembuatan larutan mudah dan tidak

membutuhkan waktu serta biaya yang besar. Dari segi estetika, larutan

memiliki estetika yang baik karena kejernihannya dan juga memiliki

stabilitas yang lebih baik selama penyimpanan.

Dalam praktikum kali ini, telah dibuat dua formula; timol mouthwash

dan sirup vitamin B-complex. Kedua sediaan ini dibuat dalam bentuk

larutan dengan berbagai pertimbangan.

Timol mouthwash dibuat dalam bentuk larutan karena pada

dasarnya sediaan mouthwash merupakan golongan sediaan larutan.

Karena kelarutan timol dalam air rendah, maka ditambahkan bahan yang

mampu meningkatkan kelarutannya (co-solvent) yaitu alkohol. Selain

timol, dalam formulasi ini juga ditambahkan agen terapeutik lain yang

dapat membantu kerja timol, yatu mentol dan metil salisilat. Cara kerjanya

dimulai dengan menggerus timol dan mentol di dalam lumping hingga

mecapai titik eutektikum atau membentuk massa basah. Sementara itu,

metil salisilat dilarutkan dalam alkohol dan poloksamer dan setil piridinium

klorida dilarutkan dalam aquadest.Setelah campuran homogen, dilarutkan

pengecekan pH, dan dicukupkan hingga pH 7 menggunakan NaOH/ HCl

0,1 N.

DAFTAR PUSTAKA

Page 49: LABORATORIUM FARMASETIKA

1. Jones, David. 2008. Pharmaceutics-Dosage Form and Design.

London: Pharmaceutical Press.

2. Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta: Depkes RI.

3. Husa, W.J. 1957. Martin’s Dispensing of Medication. Mark Publishing

Company.

4. Troy, David. 2008. Remington: The Sciece and Practice of Pharmacy.

Philadelphia: Lippincott.

5. Parrott, Eugene L. 1970. Pharmaceutical Technology. Iowa: University

of Iowa Press.

6. Jenkins, GI, dkk. 1957. The Art of Compounding. McGraw-Hill.