tugas audit sdm didi
TRANSCRIPT
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara tradisional, perhatian manajemen lebih difokuskan pada penggunaan
sumber daya alam (baku) yang ekonomis dan efisien dalam pencapaian tujuan
perusahaan. Tetapi pada saat ini, manajemen lebih terfokus pada Sumber Daya
Manusia (SDM) serta kontribusinya dalam mencapai tujuan perusahaan.SDM
memiliki peranan penting dalam pencapaian keunggulan bersaing perusahaan.
SDM yang memiliki kualitas tinggi akan berdampak positif terhadap penciptaian
nilai tambah dan tingkat kualitas keputusan yang diambil di dalam perusahaan.
Penciptaan nilai tambah ini terjadi ketika operasi berjalan sebagian besar
melibatkan aktivitas-aktivitas yang menambah nilai (value added activity), baik
bagi perusahaan maupun pelanggan.
Untuk meningkatkan tanggung jawab pada setiap karyawan dalam usaha
penciptaan nilai tambah, pengelolaan SDM harus menjadikan pemberdayaan
karyawan (employee empowerment) sebagai dasar perumusan program dalam
bidang SDM dan pelaksanaannya.Fungsi SDM memiliki peranan dan tanggung
jawab penting dalam memasok SDM yang memenuhi kualifikasi (kompetensi,
loyalitas, dan etos kerja yang tinggi) sesuai dengan kebutuhan keunggulan
bersaing perusahaan.
Karyawan merupakan asset bagi perusahaan dalam menjalankan strategi
bersaing dan pencapaian tujuan perusahaan. Untuk memperoleh SDM yang
berkualitas maka dibutuhkan proses pengelolaan SDM yang berkualitas pula.
Maka dari itu, dibutuhkan penilaian terkait kemampuan fungsi SDM dalam
memberikan kontribusi kepada perusahaan, yang meliputi :
a) Terpenuhinya SDM yang memenuhi kualifikasi perusahaan
b) Proses SDM telah berjalan baik, wajar dan objektif
c) Pemberdayaan SDM menjadi bagian utama dalam pengelolaan SDM
d) Menjadikan kepuasan kerja karyawan sebagai bagian dari keberhasilan
perusahaan, dan
e) Sederet permasalahan lain yang berhubungan dengan SDM
Audit atas fungsi SDM dapat dilakukan untuk mengevaluasi secara
menyeluruh terhadap tujuan, rencana dan program/ aktivitas SDM.Audit ini
dilakukan untuk mengevaluasi pelaksanaan dan pengendalian program-program
SDM.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari audit sumber daya manusia ?
2. Bagaimana kerangka kerja pada audit sumber daya manusia ?
3. Apa tujuan dari audit sumber daya manusia ?
4. Apa manfaat dari audit sumber daya manusia ?
5. Bagaimana strategi pendekatan pada audit sumber daya manusia ?
6. Bagaimana langkah-langkah audit pada audit sumber daya manusia ?
7. Bagaimana ruang lingkup dari audit sumber daya manusia ?
1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian dari audit sumber daya manusia
2. Untuk mengetahui kerangka kerja pada audit sumber daya manusia
3. Untuk mengetahui tujuan dari audit sumber daya manusia
4. Untuk mengetahui manfaat dari audit sumber daya manusia
5. Untuk mengetahui strategi pendekatan pada audit sumber daya manusia
6. Untuk mengetahuu langkah-langkah dari audit sumber daya manusia
7. Untuk mengetahui tentang ruang lingkup audit sumber daya manusia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Audit SDM
Sumber Daya Manusia relatif sulit untuk diaudit.Hal ini dikarenakan kinerja,
kemampuan dan skill yang dimiliki SDM tidak mungkin dievaluasi sekedar
dengan angka-angka diatas kertas.Maka dari itu, dibutuhkan suatu sistem
pengukuran kinerja yang menetapkan penilaian standarkinerja SDM suatu
perusahaan.Pengelolaan SDM yang tidak tepat berpotensi menimbulkan bahaya
setidaknya dalam beberapa bentuk berikut ini:
1. Tidak berjalannya merit system dalam penyediaan, penempatan dan
pengembangan.
2. Overhead Cost (biaya SDM) yang tidak sepadan atau berlebihan menurut
ukuran bisbis
3. Produktivitas yang rendah karena jumlah SDM yang berlebihan atau
sebaliknya, dan karena kompetensi yang tidak sesuai dengan kebutuhan.
4. Turnover karyawan yang tinggi, terutama SDM kategori start employee.
Untuk mengevaluasi dan mengendalikan tujuan, rencana dan program/
aktivitas SDM dibutuhkan pihak yang independen dalam melaksanakan Audit
SDM.Audit SDM merupakan penilaian dan analisis yang komprehensif terhadap
program-program SDM.Audit SDM menekankan penilaian (evaluasi) terhadap
berbagai aktivitas SDM yang terjadi pada perusahaan dalam rangka memastikan
aktivitas telah berjalan secara ekonomis, efisien dan efektif dalam mencapai
tujuannya dan memberikan rekomendasi perbaikan atas berbagai kekurangan yang
masih terjadi pada aktivitas SDM yang diaudit untuk meningkatkan kinerja dari
program/ aktivitas tersebut.Dari hasil audit akan diketahui apakah kebutuhan
potensial SDM perusahaan telah terpenuhi atau tidak dan berbagai hal dalam
aktivitas SDM yang masih bisa ditingkatkan kinerjanya.Audit SDM dapat
membantu perusahaan meningkatkan kinerja atas pengelolaan SDM dengan cara:
1. Menyediakan umpan balik nilai kontribusi fungsi SDM terhadap strategi
bisnis dan tujuan perusahaan.
2. Menilai kualitas praktik kebijakan dan pengelolaan SDM.
3. Melaporkan keberadaan SDM saat ini dan langkah-langkah perbaikan yang
dibutuhkan.
4. Menilai biaya dan manfaat praktik-praktik SDM.
5. Menilai hubungan SDM dengan manajemen lini dan cara-cara
meningkatkannya.
6. Merancang panduan untuk menentukan standar kinerja SDM.
1. Mengidentifikasi area yang perlu diubah dan ditingkatkan dengan rekomendasi
khusus.
Berikut formulasi sederhana untuk Human Resources Analysis:
a) Produktivitas SDM
b) Efektivitas SDM
c) Efisiensi SDM
2.1 Kerangka Kerja Audit SDM
Kerangka kerja audit menghubungkan pengelolaan SDM dengan tujuan
bisnis perusahaan, komitmen perusahaan dalam memberdayakan dan melibatkan
SDM serta mengidentifikasi permasalahan yang terjadi dalam hubungannya
tersebut dan merekomendasi langkah-langkah perbaikan yang diperlukan.
Berdasarkan rekomendasi dari hasil audit, perusahaan melakukan perbaikan dan
mengevaluasi pengaruh perubahan-perubahan hasil audit.
2.2 Tujuan Audit SDM
Tujuan dari diadakannya audit SDM adalah sebagai berikut:
1. Menilai efektivitas dari fungsi SDM
2. Menilai apakah program/ aktivitas SDM telah berjalan secara ekonomis, efektif,
dan efisien.
3. Memastikan ketaatan berbagai program/ aktivitas SDM terhadap ketentuan
hukum, peraturan dan kebijakan yang berlaku di perusahaan.
4. Mengidentifikasi berbagai hal yang masih dapat ditingkatkan terhadap aktivitas
SDM dalam menunjang kontribusinya terhadap perusahaan.
5. Merumuskan beberapa langkah perbaikan yang tepat untuk meningkatkan
ekonomisasi, efisiensi, dan efektivitas berbagai program/ aktivitas SDM.
2.3 Manfaat Audit SDM
William B Wertther, Jr. dan Keith Davis menyebutkan beberapa manfaat dari
audit SDM, antara lain:
1. Meningkatkan konstribusi dari Departemen SDM terhadap organisasi.
2. Meningkatkan citra professional Departemen SDM.
3. Mendorong tanggung jawab dan profesionalisme yang lebih tinggi karyawan
Departemen SDM.
4. Memperjelas tugas-tugas dan tanggung jawab Departemen SDM.
5. Mendorong terjadinya keragaman kebijakan dan praktik-praktik SDM.
6. Menemukan masalah-masalah kritis dalam bidang SDM.
7. Memastikan ketaatan terhadap hukum dan peraturan, dalam praktik SDM.
8. Menurunkan biaya SDM melalui prosedur SDM yang lebih efektif.
9. Meningkatkan keinginan untuk berubah dalam Departemen SDM.
10. Memberikan evaluasi yang cermat terhadap sistem informasi SDM.
2.4 Strategi Pendekatan Audit SDM
Ada tiga pendekatan utama dalam audit SDM, yang umum digunakan, yaitu:
1. Menentukan ketaatan pada hukum dan berbagai peraturan yang berlaku.
Audit menekankan penilaian bagaimana perusahaan menetapkan berbagai
aturan dan kebijakan yang secara internal berlaku di perusahaan, apakah sesuai
dengan aturan yang ditetapkan pemerintah sebagai pemegang otoritas dan apakah
setiap komponen dalam organisasi menjalankan aktivitasnya sesuai dengan aturan
dan kebijakan tersebut.UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan,
menngatur hak dan kewajiban perusahaan terhadap tenaga kerja dan pemerintah
sebagai pihak yang memberikan jasa pada perusahaan, dan bagaimana
keduabelahpihak saling menjaga hubungan yang harmonis sehingga tujuan
karyawan dan perusahaan dapat tercapai dengan baik. Perusahaan harus membuat
kebijakan dan peraturan internal perusahaan dengan tetap mentaati peraturan yang
ditetapkan oleh pemerintah
2. Mengukur kesesuaian program dengan tujuan organisasi.
Produktivitas berasal dari kelompok karyawan yang tertantang diberdayakan,
memiliki semangat dan dihargai.Manajer SDM sebagai pengendali fungsi harus
mampu mengarahkan program-programnya pada berbagai aktivitas yang dapat
meningkatkan produktivitas karyawan sesuai dengan kebutuhan
perusahaan.Keselarasan tujuan menjadikan aktivitas organisasi berjalan seirama
dalam mencapai tujuan perusahaan secara keseluruhan.Pemahaman terhadap
tujuan perusahaan dan strategi pencapaiannya, menjadi dasar dalam penyusunan
program setiap fungsi bisnis.SDM sebagai sumber kekuatan bersaing perusahaan,
menuntut adanya program pengelolaan SDM secara optimal dengan memberikan
ruang dan waktu terhadap keterlibatan SDM dalam keberhasilan
perusahaan.Pemberdayaan SDM dapat dilakukan dengan memberi kesempatan
bagi karyawan untuk berpartisipasi dan mengambil peran dalam mencapai
keberhasilan perusahaan.Perusahaan melakukan evaluasi terhadap program-
program yang ditetapkan sesuai dengan tujuan perusahaan secara keseluruhan.
3. Menilai kinerja program.
Mengukur kinerja program berarti menghubungkan aktivitas aktual program
SDM yang diaudit dengan ukuran-ukuran keberhasilan dan juga menghubungkan
kinerja program dengan strategi dan rencana yang telah ditetapkan
sebelumnya.Audit SDM melakukan penilaian terhadap kinerja program
berdasarkan ekonomisasi, efisiensi, dan efektivitasnya dalam mencapai tujuan.
Sehingga dari hasil audit akan diketahui apakah suatu program perlu ditingkatkan
kinerjanya atau belum berjalan secara maksimal karena dihadapkan pada suatu
kondisi di luar kemampuan manajemen untuk mengendalikannya serta bagaimana
tindak lanjutnya untuk memperbaiki kekurangan tersebut.
Dalam pelaksanaannya, masing-masing pendekatan tidak berdiri sendiri,
melainkan kombinasi dari ketiganya untuk memperoleh hasil audit secara optimal
dan juga untuk membantu manajemen dalam meningkatkan keunggulan bersaing
perusahaan. Penekanan pada salah satu pendekatan dimungkinkan pada tujuan
audit yang telah ditetapkan.
2.5 Langkah-Langkah Audit
Ada lima tahapan yang harus dilakukan dalam audit manajemen dan audit
SDM mengacu pada tahapan ini dalam pelaksanaannya. Langkah tersebut
meliputi :
1. Audit pendahuluan.
Pada tahap ini, auditor menekankan auditnya pada pencarian informasi latar
belakang dan gambaran umum terhadap program/ aktivitas SDM yang diaudit.
Informasi yang diperoleh akan menjadi perumusan tujuan audit sementara
(tentative audit objective). Tujuan audit merupakan suatu hipotesis yang
membutuhkan pembuktian untuk menjawab pertanyaan (kecurigaan) auditor.
Untuk memperoleh jawaban ini, auditor harus melakukan prosedur audit yang
telah ditetapkan. Tujuan audit SDM harus dirumuskan terlebih dahulu dan
membutuhkan suatu survei awal untuk memahami kondisi yang terjadi berkaitan
dengan program/ aktivitas yang diaudit dan masih membutuhkan perbaikan untuk
mendukung keberhasilan perusahaan di masa depan. Tujuan audit terdiri atas tiga
elemen, yaitu kriteria (criteria), penyebab (cause), dan akibat (effect).
Kriteria
Kriteria (criteria) merupakan berbagai peraturan, kebijakan, dan ketentuan lain
yang ditetapkan perusahaan sebagai pedoman dalam beraktivitas standar (norma)
yang menjadi pedoman bertindak bagi setiap individu dan kelompok dalam
organisasi. Kriteria dapat berupa :
a. Rencana SDM.
b. Berbagai kebijakan dan peraturan tentang SDM.
c. Tujuan setiap program.
d. SOP yang dimiliki perusahaan.
e. Rencana pelatihan &pengembangan karyawan.
f. Standar evaluasi yang ditetapkan perusahaan.
g. Peraturan pemerintah.
h. Standar yang merupakan best practice yang diterapkan oleh perusahaan
sejenis dalam bidang SDM.
i. Kriteria lain yang mungkin untuk diterapkan.
Jika perusahaan tidak memiliki kriteria yang secara lengkap
terdokumentasi,maka sebelum audit dilanjutkan ke tahap berikutnya, auditor harus
menawarkan terlebih dahulu kepada manajemen untuk bersama-sama
merumuskan kriteria yang dapat digunakan sebagai dasar (pedoman) beraktivitas
oleh semua komponen di dalam perusahaan dan juga sebagai dasar melakukan
evaluasi oleh auditor.
. Penyebab
1. Penyebab (cause) merupakan pelaksanaan program-program SDM dalam
organisasi yang menyebabkan terjadinya kondisi SDM yang ada saat
ini.Penyebab ada 2 jenis yaitu positif dan negatif.Penyebab bersifat positif,
jika aktivitas yang terjadi sangat mendukung tercapainya tujuan atau
manfaat yang lebih dari program/ aktivitas yang dilaksanakan tersebut
seperti pemilihan metode, materi, dan tutor yang tepat sehingga program
pelatihan karyawan dapat mencapai tujuannya.Sedangkan penyebab yang
bersifat negatif, jika aktivitas yang terjadi menyebabkan tidak tercapainya
tujuan dari program/ aktivitas yang dilaksanakan atau perusahaan
mengalami kerugian baik secara finansial maupun nonfinansial seperti
penetapan kompensasi karyawan yang tidak berdasarkan survei
pengupahan mengakibatkan tidak tercapainya keadilan internal dan
eksternal dalam kompensasi yang diterima karyawan.
2. Akibat
3. Akibat (effect) merupakan sesuatu yang harus ditanggung atau dinikmati
perusahaan karena terjadinya perbedaan aktivitas yang seharusnya
dilakukan (berdasarkan kriteria) dengan aktivitas aktual yang terjadi di
lapangan.Akibat dari penyebab positif dapat menguntungkan perusahaan
sedangkan akibat dari penyebab negatif akan merugikan perusahaan.
Akibat ini dapat diukur baik secara finansial maupun non-finansial.
1. Review dan pengujian pengendalian manajemen atas program-program SDM.
Sistem pengendalian manajemen, selain digunakan oleh manajer dan
supervisor dalam mengendalikan proses yang berjalan agar tidak keluar dari
ketentuan yang telah ditetapkan, tetapi juga untuk mengendalikan proses agar
berjalan secara ekonomis, efisien, dan efektif dalam mencapai tujuan perusahaan.
Hal-hal yang behubungan dengan sistem pengendalian manajemen dalam audit
SDM, antara lain:
a. Tujuan dari program/ aktivitas SDM harus dinyatakan dengan jelas dan
tegas.
b. Kualitas dab kuantitas dari SDM yang melaksanakan program/ aktivitas
kualifikasi dari SDM yag terlibat (menjadi sasaran) dari program/ aktivitas
SDM yang dilaksanakan.
c. Anggaran program
d. Pedoman/ metode kerja persyaratan kualifikasi
e. Spesifikasi dan deskripsi pekerjaan.
f. Standar (ukuran) kinerja program.
Berdasarkan hasil review sistem pengendalian manajemen, auditor dapat
memutuskan apakah tujuan audit sementara dapat ditingkatkan menjadi tujuan
audit yang sesungguhnya, sekaligus auditor dapat mengambil keputusan untuk
melanjutkan audit atau tidak, terkait ketersediaan data dan kebebasan dalam
melakukan audit.
2. Audit lanjutan
Auditor meringkas dan melakukan pengelompokan terhadap temuan audit yang
diperolehnya ke dalam kelompok kondisi, kriteria, penyebab dan akibat. Berbagai
kelompok temuan tersebut kemudian dianalisis untuk memahami apakah
permasalahan yang terjadi merupakan permasalah yang berdiri sendiri atau saling
tekait dengan permasalahan yang lain. Audior mengembangkan temuan audit
sehingga dapat diketahui adanya penyimpangan yang terjadi, penyebab
penyimpangan, dan akibat yang ditanggung perusahaan. Dari kekurangan yang
ditemukan itulah, auditor menyusun suatu rekomendasi untuk memperbaiki
penyimpangan yang terjadi agar tidak terulang lagi di masa depan.
3. Pelaporan
Laporan audit memuat tentang informasi latar belakang, kesimpulan audit dan
disertai dengan temuan-temuan audit sebagai bukti pendukung kesimpulan dan
rekomendasi yang diusulkan auditor sebagai alternatif perbaikan terhadap
penyimpangan yang masih terjadi. Laporan juga dilengkapi dengan ruang lingkup
dari audit yang dilakukan.
4. Tindak lanjut
Tindak lanjut merupakan implementasi dari rekomendasi yang diajukan
auditor.Dalam pelaksanaannya, manajemen didampingi auditor agar tindak lanjut
tersebut berjalan sesuai dengan rekomendasi yang diajukan dan dapat mencapai
tujuannya.
2.1 Ruang Lingkup Audit SDM
Pelaksanaan audit SDM adalah untuk memastikan apakah kebutuhan
potensial SDM bagi perusahaan (baik kuantitas maupun kualitas) telah terpenuhi
secara ekonomi, efektif, dan efisien. Untuk memenuhi kebutuhan SDM, maka
dilakukan perencanaan sampai dengan pemutusan hubungan kerja secara selaras
dengan tujuan perusahaan secara keseluruhan, sesuai dengan ketentuan dan
hukum yang berlaku. Audit SDM mengevaluasi program/ aktivitas SDM secara
komprehensif, maka ruang lingkup audit meliputi seluruh proses SDM, baik
secara parsial maupun secara keseluruhan, sesuai dengan kebutuhan dari hasil
audit, baik hanya pada satu departemen (divisi) maupun perusahaan secara
keseluruhan. Ruang lingkup audit SDM dibagi 3 kelompok yaitu:
1. Rekrutmen atau perolehan SDM, mulai dari awal proses perencanaan
kebutuhan SDM hingga proses seleksi dan penempatan.
2. Pengelolaan (pemberdayaan) SDM, meliputi semua aktivitas pengelolaan
SDM setelahada di perusahaan, mulai dari pelatihan dan pengembangan
sampai dengan penilaian kinerja karyawan.
3. Pemutusan hubungan kerja (PHK) karena mengundurkan diri maupun
pemecatan akibat pelanggaran aturan perusahaan.
Tabel 1.2 Pengelompokan Ruang Lingkup Audit SDM dan Sumber InformasinyaRuang Lingkup Audit Sumber Informasi
Rekrutmen SDM1. 2.3.4.
Perencanaan SDMRekrutmenSeleksi dan penempatannOrientasi dan penempatan
Anggaran SDMData (catatan) biaya rekrutmenUraian dan spesifikasi pekerjaanTingkat penerimaan karyawanCatatan wawancara karyawanCatatan lamaran yang ditolakPermintaan transfer
Pengelolaan SDM1.
2.3.4.5.
Pelatihan dan pengembangan karyawanKeselamatan dan kesehatan kerjaKesejahteraan karyawanHubungan kerjaPenilaian kinerja
Data biaya pelatihanCatatan produksiCatatan kecelakaan kerjaCatatan pengendalian kualitasCatatan produktivitas karyawanCatatan penilaian kinerjaCatatan kegagalan produkCatatan kehadiran karyawanCatatan tindakan disiplin terhadap karyawanData gaji dan tunjangan karyawanLaporan survei penggajianCatatan perputaran karyawanLaporan survei biaya hidupCatatan keluhan karyawanTuntutan serikat pekerja
Pemutusan Hubungan Kerja1.2.3.4.
Memasuki usia pensiunPengunduran diri karyawanPelanggaran disiplinKaryawan meninggal
Aturan pensiunAturan mengenai kompensasi (penghargaan) karyawanAturan disiplin karyawanAturan sanksi karyawanHak dan kewajiban bagi karyawan yang masuk dalam program pemutusan hubungan kerja.
2.1.1 Audit atas Perolehan SDM
2.1.1.1 Perencanaan SDM
Perencanaan SDM merupakan proses analisis dan identifikasi tentang
kebutuhan dan ketersediaan SDM untuk menyelesaikan berbagai bidang tugas dan
tanggung jawab yang harus dikelola perusahaan dalam mencapai tujuannya.
Rencana SDM merupakan bagian dari rencana strategis perusahaan, yang
memastikan kebutuhan SDM untuk mengimplementasikan strategi pencapaian
tujuan perusahaan dapat terpenuhi dalam kapasitas (kuantitas dan kualifikasinya)
yang tepat pada saat diperlukan.Perencanaan SDM harus secara maksimal
mengadopsi berbagai perubahan lingkungan bisnis dan organisasi yang terjadi,
sehingga dapat memenuhi tuntutan perubahan.
Proses perencanaan SDM diawali dengan mempertimbangkan tujuan dan
strategi perusahaan. Tingginya intensitas persaingan dan perubahan lingkungan
bisnis berdampak pada perubahan strategi perusahaan dengan memberikan
manfaat (nilai) yang lebih besar kepada pelanggan.Memaksimumkan nilai
pelanggan (customer value) dapat dicapai melalui efisiensi pada seluruh operasi
perusahaan tanpa mengorbankan kualitas.Perusahaan harus memiliki uraian,
spesifikasi pekerjaan, standar kinerja yang baru, penilaian kondisi internal SDM
dan melakukan analisis lingkungan eksternal yang mempengaruhi penawaran
tenaga kerja di pasar kerja.
Tabel 1.3 Kemitraan Manajer Lini dan Departemen SDM dalam Perencanaan
SDM
Manajer Lini Departemen SDM
Mengidentifikasi kebutuhan SDM pada setiap divisi/ departemen.
Membahas informasi perencanaan SDM dengan para ahli SDM
Mengintegrasikan rencana SDM dengan rencana departemental
Mengawasi rencana SDM untuk mengidentifikasi perubahan yang diperlukan
Turut serta dalam proses perencanaan strategis perusahaan secara keseluruhan.
Mengidentifikasi strategi SDM. Merancang sistem data perencanaan
SDM. Menyusun dan menganalisis data
yang berasal dari manajer lini berkaitan
Mengulas rencana kesuksesan tenaga kerja sehubungan dengan rencana SDM
dengan kebutuhan SDM. Menerapkan rencana SDM yang telah
disetujui manajemen puncak.Sumber: Manajemen Sumber Daya Manusia, Robert L Mathis dan John H. Jackson, 2002
Manfaat dari perencanaan SDM meliputi :
1. Perusahaan dapat memanfaatkan secara optimal SDM yang sudah ada di
perusahaan.
2. Meningkatkan efektivitas kerja.
3. Meningkatkan produktivitas kerja karyawan.
4. Tersedianya SDM yang memenuhi kualifikasi untuk memegang wewenang
dan tanggung jawab yang lebih besar di masa yang akan datang.
5. Menyediakan dasar penyusunan program SDM bagi fungsi SDM.
2.1.1.2 Rekrutmen
Rekrutmen meliputi upaya pencarian sejumlah calon karyawan yang memenuhi
syarat dalam jumlah tertentu dan perusahaan dapat menyeleksi orang-orang yang
paling tepat untuk mengisi lowongan pekerjaan yang ada. Kegiatan kunci dalam
pelaksanaa rekrutmen meliputi :
1. Menentukan kebutuhan jangka pendek dan jangka panjang pada setiap bidang,
jenis pekerjaan dan levelnya dalam perusahaan.
2. Terus berupaya mendapatkan informasi tentang perkembangan kondisi pasar
tenaga kerja.
3. Menyusun bahan-bahan rekrutmen yang efektif.
4. Menyusun program rekrutmen yang terpadu berhubungan dengan aktivitas SDM
yang lain dan dengan kerja sama antara manajer lini dan karyawan.
5. Mendapatkan calon karyawan yang berbobot dan memenuhi syarat.
6. Mencatat jumlah dan kualitas pelamar dari berbagai sumber dan masing-masing
metode rekrutmennya.
7. Melakukan tindak lanjut terhadap para karyawan baik yang ditolak maupun yang
diterima untuk mengevaluasi efektivitas rekrutmen yang dilakukan.
Pelaksanaan rekrutmen harus mampu mendapatkan SDM dengan cara yang
paling ekonomis, efektif dan efisien. Rekrutmen juga harus memberikan
kesempatan yang sama untuk setiap calon tenaga kerja untuk masuk ke dalam
sebuah perusahaan (tidak diskriminatif). Setiap pelaksanaan rekrutmen harus
berdasarkan pada prinsip-prinsip berikut:
1. Mutu karyawan yang akan direkrut harus berpedoman pada :
a) Analisis pekerjaan
b) Deskripsi pekerjaan
c) Spesifikasi pekerjaan
2. Jumlah karyawan yang diperlukan harus sesuai dengan pekerjaan (job) yang
tersedia.
3. Harus dilakukan dengan biaya yang paling minimal (ekonomis).
4. Perencanaan dan keputusan-keputusan strategis tentang rekrutmen.
5. Fleksibilitas.
6. Pertimbangan-pertimbangan hukum.
2.1.1.3 Seleksi dan Penempatan
Seleksi adalah proses mendapatkan dan menggunakan informasi mengenai
pelamar kerja untuk menentukan siapa yang seharusnya diterima menduduki
posisi jangka pendek dan jangka panjang. Sedangkan penempatan (placement)
berkaitan dengan pencocokan seseorang dengan jabatan yang akan dipegangnya.
Seleksi dan penempatan bertujuan untuk menempatkan orang yang tepat pada
jabatan (pekerjaan) yang tepat. Pelaksanaan seleksi menghubungkan antara
elemen-elemen kinerja setiap pekerjaan dengan kriteria seleksi bagi tenaga kerja
yang akan memenuhi tujuan kinerja dan prediktor-prediktor operasional kriteria
seleksi. Kriteria seleksi merupakan karakteristik yang harus dimiliki oleh
seseorang agar dapat melakukan pekerjaannya dengan berhasil sedangkan
prediktor adalah indikator-indikator yang dapat diukur dari kriteria seleksi.
Beberapa tujuan khusus yang dapat dicapai melalui seleksi adalah sebagai
berikut :
1. Memungkinkan perusahaan menerapkan strategi bisnis khususnya.
2. Memastikan bahwa investasi keuangan yang dilakukan pada karyawan (SDM)
dapat kembali pada waktu tertentu.
3. Mengevaluasi, mempekerjakan dan menempatkan pelamar pada jabatan yang
sesuai dengan minat mereka.
4. Memperlakukan pelamar secara adil (tidak diskriminatif).
5. Memperkecil kerugian yang mungkin terjadi sebagai akibat dari kesalahan dalam
menerima dan menempatkan karyawan.
6. Membantu memenuhi tujuan penerimaan karyawan dan jadwal yang telah
ditentukan.
Tabel 1.8 Kemitraan antara Manajer Lini dan Departemen SDM dalam Proses
Seleksi
Manajer Lini Departemen SDM
Menyediakan daftar permintaan tenaga
kerja dengan kualifikasi spesifikasi untuk
mengisi posisi yang dibutuhkan.
Berpartisipasi dalam proses seleksi yang
sesuai dengan bidangnya.
Melakukan wawancara akhir terhadap
calon karyawan.
Membuat keputusan akhir tentang
diterima atau ditolaknya peserta seleksi,
dengan mengacu pada saran yang diberikan
departemen SDM.
Menyediakan informasi lanjutan yang
dibutuhkan dari individu-individu terpilih.
Menyediakan penerimaan awal
pekerjaan.
Melakukan penyaringan wawancara
awal.
Mengelola tes-tes pekerjaan yang
sesuai.
Memperoleh informasi latar
belakang dan referensi peserta seleksi.
Merekomendasikan calon-calon
terbaik kepada para manajer lini untuk
seleksi akhir.
Mengevaluasi keberhasilan proses
seleksi.Sumber: Manajemen Sumber Daya Manusia, Robert L. Mathins dan John H. Jackson, 2000Proses seleksi yang efektif harus berjalan secara :
1. Akurat
2. Adil
3. Meyakinkan
2.1.2 Audit atas Pengelolaan SDM
2.1.2.1 Pelatihan dan Pengembangan Karyawan
Pelatihan dan pengembangan karyawan bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan SDM dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab, baik saat ini
maupun di masa yang akan datang. Pelatihan menekankan pada peningkatan
ketrampilan dan kemampuan SDM dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawab saat ini, sedangkan pengembangan SDM lebih menekankan pada
peningkatan kinerja SDM di masa yang akan datang.
Tabel 1.11 – Manfaat Pelatihan dan Pengembangan Karyawan
Manfaat bagi Perusahaan Manfaat bagi Karyawan1. Mengarahkan untuk meningkatkan
profitabilitas atau sikap yang lebih positif terhadap profit.
2. Memperbaiki pengetahuan kerja dan keahlian pada semua level.
3. Memperbaiki moral SDM4. Membantu karyawan dalam memahami
tujuan perusahaan5. Membantu menciptakan image perusahaan
yang lebih baik6. Mendukung otentisitas, keterbukaan, dan
kepercayaan7. Meningkatkan keharmonisan hubungan
antara atasan dan bawahan8. Membantu pengembangan perusahaan9. Belajar dari peserta10. Membantu mempersiapkan dan
melaksanakan kebijakan perusahaan11. Memberi informasi tentang kebutuhan
perusahaan di masa depan12. Perusahaan dapat membuat keputusan dan
pemecahan masalah yang lebih efektif13. Membantu pengembangan promosi dari
dalam 14. Membantu pengembangan keterampilan
kepemimpinan, motivasi, loyalitas, sikap
1. Membantu karyawan dalam membuat keputusan dan pemecahan masalah yang lebih efektif
2. Membantu mendorong dan mencapai pengembangan diri dan rasa percaya diri
3. Meningkatkan kepuasan kerja dan pengakuan
4. Membantu karyawan dalam mengatasi stress, frustasi dan konflik
5. Memberi informasi tentang meningkatnya pengetahun kepemimpinan, keterampilan komunikasi dan sikap
6. Membantu menghilangkan rasa takut dalam melaksanakan tugas baru
7. Memenuhi kebutuhan personal peserta dan pelatih
Manfaat dalam Hubungan Kerja Karyawan
1. Meningkatkan komunikasi antar kelompok dan individu
2. Membantu dalam orientasi karyawan baru dan karyawan transfer atau promosi
3. Memberikan informasi tentang kesamaan kesempatan dan aksi alternative
4. Meningkatkan keterampilan interpersonal5. Memberikan informasi tentang hukum
dan aspek lainnya pada karyawan15. Membantu meningkatkan efisiensi,
efektivitas, produktivitas dan kualitas kerja16. Membantu menekan biaya dalam berbagai
bidang seperti produksi, SDM dan administrasi
17. Meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap kompetensi dan pengetahuan perusahaan
18. Meningkatkan hubungan antara pekerja dengan manajemen
19. Mengurangi biaya konsultan ;uar dengan
pemerintah dan kebijakan interpersonal 6. Membuat kebijakan perusahaan, aturan, dan
regulasi7. Meningkatkan kualitas moral8. Membangun kekompakan kelompok9. Memberikan iklim yang baik untuk belajar,
pertumbuhan dan koordinasi10. Membuat perusahaan menjadi tempat yang
baik untuk bekerja dan hidup.
Sumber: Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan, Vitzal Rivai, 2004
Suatu program pelatihan yang baik harus dapat meningkatkan kemampuan
SDM dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Tujuan dari pelatihan
dan pengembangan secara garis besar adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas output
2. Menurunkan biaya kegagalan produk
3. Menurunkan pemborosan penggunaan sumber daya
4. Menurunkan kecelakaan kerja
5. Menurunkan perputaran karyawan, tingkat absensi, dan meningkatkan kepuasan
kerja
6. Mencegah timbulnya rasa antipati karyawan
aspek, antara lain :1. Validitas pelatihan
2. Transfer ilmu pengtahuan
3. Validitas interorganisasional
2.1.1.1 Perencanaan dan Pengembangan Karier
Karier adalah seluruh pekerjaan yang dimiliki atau dilakukan oleh individu
selama masa hidupnya.Karier merupakan pola dari pekerjaan dan sangat
berhubungan dengan pengalaman dan aktivitas salama masa kerja
individu.Pengembangan karier seorang karyawan menunjukkan semakin
meningkatnya kemampuan karyawan tersebut dalam memegang tugas, wewenang,
dan tanggung jawab yang lebih besar dalam pekerjaannya.Hasil suatu penelitian
menyimpulkan bahwa kebutuhan karyawan dalam perencanaan dan
pengembangan karier meliputi :
1. Persamaan karier ( career equity )
Karyawan menginginkan adanya kesamaan dalam sistem promosi dan kesempatan
untuk meningkatkan karier.
2. Kepedulian atasan ( supervisory concern )
Karyawan menginginkan dalam pengembangan kariernya ada peran aktif dari para
supervisor dan dapat memberikan umpan balik bagi prestasi kerjanya.
3. Kesadaran akan adanya kesempatan ( awareness of opportunity )
Karyawan menginginkan adanya kesempatan untuk berkarier.
4. Minat karyawan ( employee interest )
Karyawan memiliki keinginan dan tingkat minat yang berbeda – beda dalam
meningkatkan kariernya.
5. Kepuasan karier ( career satisfaction )
Tingkat kepuasan karyawan berbeda – beda tergantung berbagai faktor, antara lain
usia, kedudukan karyawan yang bersangkutan, dan lain – lain.
Tujuan dasar dari program perencanaan dan pengembangan karier adalah untuk
membantu karyawan menganalisis kemampuan dan minat dalam penyesuaian
antara kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang dengan kebutuhan
perusahaan.Program perencanaan dan pengembangan karier harus memperhatikan
tiga kepentingan pokok agar program ini dapat berjalan secara efektif. Ketiga hal
tersebut adalah :
1. Perencanaan dan pengembangan karier harus terintegrasi dengan perencanaan
SDM
2. Perencanaan dan pengembangan karier harus diikuti dengan evaluasi yang
memadai
3. Kebutuhan karyawan
Tabel 1.14 - Tujuan Perencanaan dan Pengembangan KarierNo.
Tujuan Uraian
1. Menyelaraskan strategi dan SDM yang dimiliki perusahaan
Dengan membantu karyawan dalam perencanaan dan pengembangan karir, departemen SDM dapat mengantisipasi rencana kerjanya, serta mendapatkan bakat yang diperlukam untuk mendukung strategi perusahaan
2. Mengembangkan karyawan yang dapat dipromosikan
Membantu dalam penyediaan bakat-bakat karyawan internal untuk dipromosikan dalam memenuhi posisi yang lowong
3. Mendukung keberagaman tenaga kerja
Membantu memahami harapan dan tujuan perusahaan, karena karyawan berasal dari berbagai latar belakang
4. Menurunkan perputaran karyawan
Meningkatkan perhatian dan loyalitas karyawan akan loyalitasnya terhadap perusahaan serta mengurangi perputaran karyawan
5. Mendorong munculnya potensi karyawan
Mendorong karyawan untuk lebih selektif dalam menggunakan kemampuannya, sebab mereka mempunyai tujuan karir yang lebih khusus
6. Meningkatkan perkembangan probadi
Mendorong karyawan untuk tumbuh dan berkembang
7. Mengurangi ketergantungan karyawan pada pihak lain dalam pengembangan karirnya
Menjadikan karyawan sadar akan pentingnya kualifikasi karyawan,mencegah manajer mementingkan diri sendiri, dan menyadarkan bahwa departemen SDM
bukanlah yang menentukan segala-galanya dalam perencanaan dan pengembangan karir karyawan
8. Memuaskan kebutuhan karyawan
Adanya kesempatan untuk tumbuh dan berkembang serta terpenuhi kebutuhan harga diri karyawan mendorong tercapainya kepuasan karyawan tersebut.
9. Membantu perencanaan tindakan afirmatif
Membantu menyiapkan pekerjaan yang lebih penting serta rencana kegiatan yang telah ditentukan
Sumber: Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan, Vitzal Rivai.
Untuk mendapatkan hasil terbaik dari program perencanaan dan
pengembangan karier, harus ada evaluasi untuk apakah program telah berjalan
secara ekonomis, efektif, efisiensi dan mendapatkan umpan balik sebagai dasar
perbaikan program ini di masa yang akan datang. Di samping itu, umpan balik
juga dapat menjadi informasi untuk :
1. Meyakinkan karyawan bahwa mereka masih berharga dan akan dipertimbangkan
untuk promosi di masa yang akan datang apabila memenuhi kualifikasi yang
dibutuhkan.
2. Menjelaskan mengapa seseorang karyawan tidak terpilih untuk menduduki
jabatan tertentu.
3. Mengidentifikasi tindakan khusus yang sebaiknya dilakukan dalam rangka
perencanaan dan pengembangan karier.
2.1.1.2 Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja pada dasarnya adalah menghubungkan kinerja karyawan
dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan standar keberhasilan
yang telah ditetapkan sebelumnya untuk tugas dan tanggung jawab
tersebut.Kegagalan produk yang disebabkan oleh faktor internal maupun
eksternal, sebagian dapat mencerminkan kinerja karyawan di bagian produksi,
karena kegagalan produk salah satunya dapat terjadi karena kurang cakapnya
karyawan tersebut melaksanakan tugas.
Berdasarkan orientasi penilaian, tujuan penilaian kinerja dapat dibedakan
menjadi dua yaitu tujuan penilaian yang berorientasi masa lalu dan berorientasi
masa depan. Penilaian kinerja berorientasi masa lalu lebih menekankan pada apa
yang telah dicapai oleh karyawan dan mengabaikan potensi karyawan yang masih
bisa ditingkatkan untuk kinerja masa depan. Sedangkan penilaian kinerja yang
berorientasi masa depan memiliki beberapa tujuan penting antara lain :
1. Membantu tiap karyawan untuk semakin memahami tentang peran dan fungsinya
di dalam perusahaan.
2. Membantu karyawan mengerti kekuatan dan kelemahannya dikaitkan dengan
peran dan fungsinya di dalam perusahaan.
3. Meningkatkan rasa kebersamaan antara masing – masing karyawan dengan
supervisor sehingga tiap karyawan memiliki motivasi kerja yang tinggi dalam
memberikan kontribusinya kepada perusahaan.
4. Membantu mempersiapkan karyawan untuk memegang pekerjaan pada jenjang
yang lebih tinggi dengan cara terus menerus meningkatkan perilaku dan kualitas
bagi posisi yang lebih tinggi.
5. Menyediakan data karyawan secara berkala untuk pengambilan keputusan di
bidang SDM.
Tabel 1.16 Program Audit – Penilaian Kinerja
No
.
Kriteria Uraian
1. Tujuan penelitian Tujuan penilaian harus ditetapkan terlebih dahulu dan
terdokumentasi, sebab hal lain ini akan menjadi
acuan dari program penilaian
2. Instrument
penilaian
Beberapa instrument yang sering digunakan :rating
scale, check list, penilaian sendiri atau MBO
(management of objective) harus disesuaikan dengan
tujuan penilaian. Sedangkan kualitas instrument
dapat dilihat dari keabsahan (validity), keandalan
(reliability), dan kepraktisan (practicability).
3. Standar penilaian Standar pemilaian harus ditetapkan terlebih dahulu
sevagai acuan pemberian bilai dan untu mengurangi
ketidakpuasan karyawan yang dinilai karena merasa
diperlakukan tidak adil karena standar penilaian yang
tidak jelas.
4. Petugas penilai Penilaian bisa dilakukan oleh atasan langsung, diri
sendiri, karyawan, dan atasan secara bersama-sama,
psikolog atau pihak eksternal yang disesuaikan
dengan metode dan tujuan penialaian
5. Siapa yang dinilai Yang dinilai adalah karyawan adari berbagai bagian,
departemen, baik pada posisi manajemen puncak,
menengah, maupun bawah
6. Waktu penilaian Penilaian bisa dilakukan secara periodic sesuai
dengan kebutuhan, tetapi penilaian yang dilakukan
secara berkala dapat memberikan input yang lebih
berarti terutama untuk pengambilan keputusan yang
sifatnya mendadak.
7. Pelatihan bagi
penilai
Diperlukan agar penilai terhindar dari kesalahan
dalam melakukan penilaian
8. Umpan balik dan
implikasi
Penilaian harus memberikan umpan balik (feedback)
baik kepada karyawan maupun kepada perusahaan.
Bagi karyawan umpan balik ditujukan untuk lebih
memperbaiki prestasi kerjanya, sedangkan bagi
perusahaan umpan balik lebih ditujukan sebagai
quality control informasi dalam proses pengambilan
keputusan strategis.
Tabel 1.17 menyajikan program audit yang dapat digunakan untuk melakukan
audit terhadap program/ aktivitas penilaian kinerja. (Lampiran)
2.1.1.3 Kompensasi dan Balas Jasa
Kompensasi adalah sesuatu yang diterima karyawan sebagai pengganti atas
kontribusi yang telah diberikan karyawan kepada perusahaan.Hal ini merupakan
salah satu bentuk pelaksanaan fungsi manajemen SDM yang berhubungan dengan
semua jenis pemberian penghargaan individual atas jasa keahlian atau pekerjaan,
dan kesetiaan karyawan kepada bisnis perusahaan.
Perusahaan harus memiliki manajemen kompensasi yang bisa mendukung
peningkatan kinerja perusahaan melalui terpenuhinya kebutuhan karyawan.Secara
umum tujuan dari manajemen kompensasi adalah untuk membantu perusahaan
mencapai tujuannya dan menjamin terciptanya keadilan internal dan eksternal.
Keadilan internal menjamin karyawan di dalam perusahaan mendapatkan
kompensasi berdasarkan standar yang sama, sesuai dengan bidang kerja dan
tingkat jabatan yang telah ditentukan di depan. Keadilan eksternal menjamin
bahwa karyawan mendapatkan kompensasi secara adil sesuai dengan yang terjadi
di pasar kerja. Sedangkan tujuan dari pemberian upah dan gaji adalah :
1. Menjalin ikatan kerja yang formal antara perusahaan dan karyawan
2. Mencapai kepuasan kerja karyawan
3. Merekrut karyawan yang berkualitas
4. Meningkatkan motivasi kerja karyawan
5. Meningkatkan stabilitas karyawan
6. Meningkatkan displin karyawan
7. Mencegah masuknya pengaruh serikat pekerja ke dalam perusahaan
8. Menghindari intervensi pemerintah
2.1.1.4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan dan kesehatan kerja mengacu pada kondisi fisiologis-fisik dan
psikologis karyawan yang diakibatkan oleh ligkungan dan fasilitas kerja yang
disediakan perusahaan.Perusahaan yang melaksanakan dengan baik program
keselamatan dan kesehatan kerja, dapat mencegah berbagai kecelakaan kerja atau
menderita penyakit tertentu pada karyawannya.Kondisi fisiologis fisik merupakan
berbagai akibat dalam bentuk penyakit, cedera, atau meninggal karena
pengelolaan keselamatan dan kesehatan kerja yang kurang baik.
Berbagai penyakit yang diderita karyawan bisa terjadi karena lingkungan kerja
yang kurang mendukung dan kurangnya fasilitas atau intruksi keselamatan kerja
yang seharusnya tersedia pada setiap fasilitas kerja. Selain akan menimbulkan
biaya sosial yang tiggi. Hal ini juga berakibat pada rendahnya produktivitas
karywan. Gangguan keselamatan dan kesehatan kerja dapat berupa:
1. Kecelakaan kerja
2. Penyakit yang diakibatkan oleh pekerjaan
3. Kehidupan kerja yang berkualitas rendah
4. Stres pekerjaan
5. Kelelahan kerja
Gangguan-gangguan di atas selain menyebabkan tidak tercapainya target
produk dan layanan demi kepuasan pelangggan, juga membuat perusahaan harus
menanggung biaya yang tidak sedikit jumlahnya. Oleh sebab itu, perusahaan
harus mengelola program kelematan dan kesehatan kerja dengan sebaik-
baiknya.Program keselamatan dan kesehatan kerja harus dikelola sebagai suatu
strategi perusahaan untuk meningkatkan kualitas kerja.Maka sebelum program ini
ditetapkan, perusahaan harus mengidentifikasi permasalahan tersebut.Setelah
diketahui penyebab permasalahannya, perusahaan dapat menjalankan beberapa
program keselamatan dan kesehatan kerja secara terintegrasi agar dapat
menekankan kecelakaan dan sakitnya karyawan dalam bekerja. Program-program
tersebut dapat meliputi:
1. Pemantauan Tingkat keselamtan dan Kesehatan Kerja
Pemantauan ini bertujuan untuk menilai efektivitas program keselamatan dan
kesehatan kerja yang ditetapkan perusahaan dalam menekan kecelakaan dan
bebagai permasalahan keselamatan dan kesehatan kerja lainnya.
2. Mengendalikan Stres dan Kelelahan Kerja
Berbagai tekanan dalam penyelesaian pekerjaan, hubungan kerja yang tidak
harmonis, dan tidak terpenuhinya kebutuhan karyawan dalam bekerja, merupakan
sumber-sumber stress yang diderita karyawan yang biasanya berpengaruh
langsung terhadap kepuasan kerja karyawan.
3. Mengembangkan Kebijakan Kesehatan kerja
Program keselamatan dan kesehatan kerja karyawan secara terintegrasi dapat
meningkatkan kinerja karyawan dan perusahaan secara keseluruhan, maka
semakin tinggi tingkat kepedulian perusahaan terhadap program tersebut.
4. Menciptakan program Kebugaran
Lebih baik mencegah daripada mengobati.Hal ini menjadi dasar dari semakin
pedulinya perusahaan dalam menjaga kesehatan karyawannya.Daripada harus
menolong mereka setelah sakit. Oleh karena itu, semakin banyak klub-klub
olahraga (kebugaran ) dibentuk di perusahaan, mulai dari yag paling sederhana
(biaya murah) sampai dengan yang paling kompleks (memerlukan keterampilan
dan biaya yang tinggi). Standar Occupational Safety and health Act-OSHA, yaitu
UU Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Amerika Serikat) mensyaratkan adanya
peralatan perlindungan kerja pribadi untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
Persyaratan tersebut disajikan pada tabel 1.20
Tabel 1.20 Persyaratan utama untuk perlindungan Kerja Pribadi
Persyaratan utama untuk peralatan Perlindungan Kerja Pribadi:
(personal Protectve Equipment-PPE)
1. Melakukan pengukuran bahaya dan pemilihan peralatan kerja
2. Menginformasikan kepada seluruh karyawan mengenai bahaya dan jenis peralatan
kerja yang akan digunakan untuk melindungi dirirnya
3. Memastikan bahwa masing-masing karyawan dilengkapi dengan fasilitas
keselamatan dan kesehatan kerja yang tepat.
4. Memverifikasi bahwa pengukuran terhadap bahaya dilaksanakan melalui
sertifikasi tertulis yag mengidentifikasi tempat kerja dan orang-orang yang
mengatakan bahwa pengukuran tersebut telah dilakukan.
5. Memastikan bahwa (personal Protectve Equipment-PPE) yang merusak atau tidak
efektif tidak boleh digunakan untuk menentukan tingkat kerusakan/kekurangan
tersebut.
6. Melatih para karyawan untuk mengetahui (minimal) hal-hal berikut: kapan PEE
dilakukan, bagaimana cara yang tepat untuk, menyalakan, mematikan
menyesuaikan, dan menggunakan PEE ini.
7. Menguji karyawan agar dapat menunjukkan adanya pemahaman terhadap bahan
pelatihan, serta kemampuan mereka untuk menggunakan PEE. Pengusaha pertama
kalinya harus mendefinisikan tujuan-tujuan pelatihan yang diperlukan disini.
8. Melatih kembali para karyawan jika ada alasan yang kuat bahwa para karyawan
tidak memiliki pemahaman dan keterampilan yang diperlukan.
9. Memverifikasi bahwa masing-masing karyawan telah menerima dan memahami
pelatihan yang diberikan melalui sertifikasi tertulis dengan menuliskan nama
masing-masing karyawan yang dilatih dan materi pelatihannya.
Sumber: Manajemen sumber daya manusia, Robert L Mathis dan John H,
Jackson, 2002
Tabel 1.21 di halaman berikut menyajikan program audit yang bisa digunakan
untuk melakukan audit terhadap keselamatan dan kesehatan kerja
2.1.1.5 Kepuasan Kerja Karyawan
Setiap individu memiliki tingkat kepuasan yang berbeda sesuai dengan sistem
nilai yang berlaku pada dirinya.Semakin tinggi penilaian terhadap kegiatan
dirasakan sesuai dengan keinginan individu.Maka semakin tiggi pula kepuasannya
terhadap kegiatan tersebut.Jadi kepuasan kerja merupakan gambaran evaluasi
seseorang atas perasaaan sikapnya yang senang atau tidak senang, puas atau tidak
puas dalam bekerja. Beberapa teori mengenai kepuasan kerja yang telah cukup
dikenal antara lain:
1. Teori ketidak puasan ( discrepancy theory)
Teori ini mengukur kepuasan kerja karyawan dengan menghitung selisih antara
sesuatu yang harus terjadi dengan kenyataan yang dirasakan
karyawan.Discrepancy positif terjadi apabila yang diperoleh karyawan lebih
besar daripada yang seharusnya sehingga memberikan kepuasan konsumen yang
lebih besar pada karyawan tersebut, sedangkan discrepancy negative jika terjadi
sebaliknya.
2. Teori Keadilan
Teori ini mengatakan bahwa kepuasan tergantung dari ada atau tidaknya
keadilan di dalam bekerja. Berdasarkan teori ini, kepuasan dipengaruhi oleh input
(sesuai yang mendukung pekerja seperti pendidikan, pegalaman, kecakapan,
beban kerja, dan sebagainya) vs output (sesuatu ynag dianggap bernilai yang
diterima karyawan seperti gaji dan kompensasi financial lainnya, penghargaan,
promosi dan sebagainya). Karyawan akan selalu membandingka rasio input-
output dirinya dengan rasio input-output orang lain. Bila perbandingan ini
seimbang berarti telah terjadi keadilan dan jika terjadi sebaliknya berarti terjadi
ketidakadilan.
3. Teori dua faktor (two factor theory)
Teori ini menganggap kepuasan kerja dan ketidakpuasan sebagai hal yang
berbeda dan mengelompokkan karateristik pekerjaan menjadi dua yaitu satisfies
(motivator) dan dissatisfies.Kelompok satisfies merupakan faktor-faktor atau
situasi yang dibutuhkan sebagai sumber kepuasan kerja seperi: pekerjaan yang
menarik, penuh tantangan, kesempatan berprestasi, kesempatan memperoleh
penghargaan dan promosi. Terpenuhinya factor-faktor tersebut akan menimbulkan
kepuasan, tetapi jika tidak terpenuhi tidak selalu menimbukan ketiadak puasan.
Kelompok dissatisfies merupakan faktor-faktor yang menjadi sumber
ketidakpuasan seperti gaji dan upah, pengawasan, hubungan antar pribadi, konsi
kerja, dans status. Jika faktor-faktor ini tidak terpenuhi karyawan akan merasa
tidak puas tetapi jika besarnya faktor ini memadai untuk memenuhi kebutuhannya
karyawan tidak akan kecewa walaupun belum terpuaskan.
Job descriptive Index (JDI) menyajikan beberapa faktor yang menyebabkan
kepuasan kerja. Faktor-faktor tersebut adalah:
1. Tempat kerja yang tepat
2. Pembayaran yang sesuai
3. Organisasi dan manajemen
4. Supervise yang tepat
5. Pekerjaan yang tepat
Pengukuran kepuasan kerja karyawan juga bermanfaat untuk memetakan
factor-faktor yang menjadi penyebab ketidak puasan karyawan dalam
melaksanakan pekerjaannya.Hal ini penting karena dengan identifikasi
permasalahan, dapat dirancang dalam program berikutnya untuk meminimalkan
pengaruh negatif dari penyebab ketidakpuasan tersebut.Tabel 1.22 berikut ini
menyajikan program kerja audit yang dapat digunakan untuk melakukan audit
terhadap pengelolaan kepuasan kerja karyawan.
2.1.2 Audit atas Pengurangan SDM
Perubahan lingkungan bisnis membuat perusahaan harus beroperasi dengan
efisien dan melakukan perbaikan dalam organisasinya. Kemungkinan yang sering
terjadi adalah kebijakan untuk melakukan restrukturisasi yang memungkinkan
hilanngya beberapa jabatan karena jabatan tersebut sudah tidak efektif lagi untuk
dipertahankan dan fungsinya bisa dilaksanakan oleh jabatan lain yang saat initetap
dipertahankan. Sebagai akibat dari restrukturisasi ini, pengurangan tenaga kerja
merupakan konsekuensi logis yang harus terjadi. Hal ini dapat menimbulkan
kekhawatiran dan keresahan karyawan (terutama yang merasa prestasinya tidak
istimewa, tidak memiliki keterampilan yang menonjol dibandingkan dengan
karyawan yang lain, dan berbagai kekurangan lain) akan kehilangan posisi atau
pekerjaan karena pengurangan tenaga kerja dapat berupa pemutusan hubungan
kerja.
Pengurangan tenaga kerja merupakan keputusan
yang tidak berdiri sendiri.Berbagai kepentingan harus diselamatkan agar
perusahaan bisa bertahan hidup (survive) dan ikut bermain dalam persaingan yang
sangat tinggi intensitasnya.
Terdapat alternative terakhir yang biasanya diambil oleh manajemen untuk
menyelamatkan perusahaan, seperti: pengurangan jam kerja dan gajinya (Job
sharing) atau program pensiun dini merupakan alternatif lain yang layak untuk
dipertimbangkan sebelum keputusan melakukan PHK ditetapkan. Di samping
berdampak pada kondisi keuangan, pengurangan tenaga kerja (terutama dalam
PHK) melibatkan berbagai permasalahan hukum yang harus diperhatikan
terutama yang berkaitan dengan hak-hak tenaga kerja yang terkena PHK
tersebut.UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Bab XII melalui pasal-
pasalnya mengatur secara ketat hak-hak tenaga kerja yang harus dipenuhi
perusahaan yang melakukan PHK.UU No 13 tahun 2003 Pasal 158-167 mengatur
tentang dalam hal apa perusahan dapat melakukan PHK. Beberapa alasan
perusahaan dapat melakukan PHK antara lain:
1. Tenaga kerja melakukan pelanggaran berat (penipuan, pencurian,
membocorkan rahasia, perusahaan dan sebagainya), setelah
kesalahannya dapat dibuktikan.
2. Tenaga kerja melakukan tindakan pidana dan dinyatakan bersalah oleh
pengadilan.
3. Tenaga kerja melakukan tindakan pelanggaran terhadap Perjanjian Kerja
Sama (setelah mendapatkan surat peringatan terlebih dahulu, sebanyak
tiga kali berturut-turut).
4. Tenaga Kerja Mengundurkan diri (secara sukarela).
5. Terjadi perubahan status perusahaan, penggabungan, peleburan atau
perubahan kepemilikan perusahaan dan tenaga kerja tidak bersedia
melanjutkan hubungan kerja.
6. Terjadi perubahan status perusahaan, penggabungan, peleburan, atu
perubahan, atau perubahan kepemilikan perusahaan dan perusahaan
tidak bersedia menerima tenaga kerja untuk melanjutkan hubungan
kerjanya.
7. Perusahaan tutup karena mengalami kerugian secara terus-menerus
selama 2 tahun atau terjadi keadaan yang memaksa (force majeure).
8. Perusahaan tutup karena melakukan peningkatan efisiensi.
9. Perusahaan pailit.
1. Tenaga kerja memasuki masa pensiun
Tenaga kerja mangkir selama 5 hari kerja berturut-turut atau lebih tanpa
keterangan tertulis dan telah dipanggil oleh perusahaan secara patut dan tertulis.
Tindakan PHK yang dilakukan untuk perusahaan akan membawa dampak baik
financial maupun nonfinansial. Dampak financial berhubungan dengan kewajiban
perusahaan untuk membayar pesangon dari tenaga kerja yang di PHK sedangkan
dampak nonfinansial lebih berhubungan dengan citra perusahaan di mata
masyarakatatau pelanggannya.
BAB IIIPENUTUPAN
3.1. Simpulan
Audit SDM di laksanakan untuk mencapai tujuan organisasi secara
keseluruhan baik untuk jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.
Artinya audit SDM mempunyai misi membantu pimpinan dengan memberikan
masukan informasi signifikan hasil penilaian auditor untuk membantu mengatasi
permasalahan yang tengah dihadapi oleh Departemen. Hasil audit SDM dapat
menjadi masukan berharga untuk referensi dalam membuat keputusan atau
mengambil kebijakan tentang SDM sehingga pengelolaan SDM dapat lebih sesuai
dengan perencanaan organisasi jangka panjang.
3.2. Saran
Dari uraian makalah ini, penyusun merekomendasikan pentingnya untuk
menguasai konsep Audit SDM karena hal tersebut akan dapat membantu
mengevaluasi kegiatan-kegiatan SDM yang dilakuakan dalam suatu perusahaan.
Dan hasilnya memberikan umpan balik tentang fungsi SDM bagi para manajer
operasional dan departemen SDM. Ini juga mengemukakan seberapa baik para
manajer mengelola tugas-tugas SDM.