prosiding seminar - badan litbang sdm kominfo
TRANSCRIPT
PROSIDING SEMINAR
OPTIMALISASI AKSES DAN PEMANFAATAN
INFORMASI PUBLIK
Bandung, 29 Oktober 2015
BALAI PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA (BPPKI) BANDUNG
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
REPUBLIK INDONESIA
2015
Katalog Dalam Terbitan
Prosiding Seminar Optimalisasi Akses dan Pemanfaatan Informasi Publik Bandung,
29 Oktober 2015
Editor: C. Suprapti Dwi Takariani, SH, M. Si. dan Drs. Kastawa, M. Si. Bandung:
BPPKI Bandung, 2015
12 xx + 114 halaman; 21 cm x 29 cm
ISBN: 978-602-17232-3-4
Editor
C. Suprapti Dwi Takariani, SH, M. Si.
Drs. Kastawa, M. Si.
Penata Letak dan Desain Cover
Tiari Pratiwi Hutami, S. Si.
Sekretariat dan Administrasi
Dra. Betty Djuliati
Penerbit: Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Bandung Badan Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Komunikasi dan Informatika RI Jl. Pajajaran No. 88 Bandung 40173 Telepon : (022) 6017493 Fax : (022) 6021740 E-mail : [email protected]
i
Kata Pengantar
Seminar Internal Peneliti BPPKI Bandung dengan tema “Optimalisasi Akses dan
Pemanfaatan Informasi Publik” merupakan kegiatan yang dilakukan oleh BPPKI
Bandung dalam rangka memfasilitasi para peneliti BPPKI Bandung untuk
meningkatkan kompetensinya. Naskah-naskah yang telah dipresentasikan pada
tanggal 29 Oktober 2015 di Ruang Serba Guna BPPKI Bandung Jalan Pajajaran No 88
Bandung tersebut akan didokumentasikan dalam bentuk prosiding seminar.
Seminar Internal Peneliti BPPKI Bandung ini, merupakan bagian dari tugas pokok dan
fungsi dari BPPKI Bandung selaku UPT dari Badan Litbang SDM Kementerian
Kominfo dalam melakukan pengkajian dan pengembangan di bidang komunikasi dan
dan informatika. Meskipun kegiatan seminar ini belum sempurna tetapi mendapat
apresiasi positif dari para peneliti. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan tersebut
memunyai arti penting bagi peneliti dan pengembangan kualitas peneliti di BPPKI
Bandung. Karena pada seminar tersebut juga dihadirkan nara sumber dari perguruan
tinggi yang memberikan penyegaran di bidang analisis isi media.
Ruang lingkup seminar Internal Peneliti BPPKI Bandung kali ini adalah optimalisasi
akses dan informasi publik. Informasi di era keterbukaan informasi saat ini sudah
membanjiri berbagai media massa di Indonesia baik media konvensional seperti
televisi, radio, surat kabar, dan media baru seperti media sosial. Masyarakat telah
dimudahkan untuk mendapatkan berbagai informasi yang dibutuhkannya. Namun
penyebaran informasi di berbagai media tersebut belum merata diterima oleh seluruh
masyarakat di Indonesia, karena berbagai hambatan seperti hambatan geografis
maupun kemampuan sebagian masyarakat Indonesia yang tinggal di wilayah
perdesaan.
Prosiding seminar edisi kali ini berisi 6 (enam) makalah yang ditulis oleh para peneliti
BPPKI Bandung dan juga materi berupa analisis isi dari nara sumber sebagai lampiran,
terdiri dari: Peran Media Massa sebagai Akses Publik dalam Menyosialisasikan
Program Revolusi Mental (Dida Dirgahayu), Optimalisasi Informasi Publik melalui
Radio Komunitas pada Komunitas Nelayan (C.Suprapti Dwi Takariani), Iklan Layanan
ii
Masyarakat melalui Media Luar Ruang di Kota Bandung (Noneng Sumiaty), Pelayanan
Informasi Pubik melalui Situs Web (Syarif Budhiriyanto), Peran Relawan TIK dalam
Meningkatkan Pemanfaatan TIK bagi Masyarakat Perdesaan (Risa Sunarsi), Website
Desa Majasari Kecamatan Sliyeg Indramayu sebagai Media Informasi Publik (Neti
Sumiati Hasandinata)
Pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada para penyaji
dan penulis makalah, editor, serta semua yang terlibat dalam penyusunan prosiding,
yang telah bekerja keras sehingga prosiding ini dapat diterbitkan. Mudah-mudahan
prosiding ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, terutama bagi
pengambil kebijakan di bidang komunikasi dan informatika, khususnya di wilayah
kerja BPPKI Bandung, yakni Provinsi Jawa Barat, Banten, Lampung, dan Sumatera
Selatan, serta bermanfaat dan dapat dijadikan acuan dalam pengembangan penelitian
dan pengkajian bidang komunikasi dan informatika yang menjadi tugas dan fungsi
Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Bandung, 29 Oktober 2015
Kepala BPPKI Bandung
Drs. Parulian Sitompul, MA NIP. 19641012 199403 1 002
iii
Rumusan
Seminar Internal Peneliti BPPKI Bandung
Tema
“Optimalisasi Akses dan Informasi Publik”
Seminar Internal Peneliti BPPKI Bandung dengan tema “Optimalisasi Akses dan
Informasi Publik”, dilaksanakan pada tanggal 29 Oktober 2015 di Ruang Serba Guna
BPPKI Bandung. Berdasarkan hasil pemaparan makalah dan diskusi yang dilaksanakan
oleh para penyaji dan peserta selama pelaksanaan seminar, maka keluaran yang dapat
dirumuskan dari seminar ini adalah sebagai berikut:
Keterbukaan informasi yang telah digulirkan pemerintah tahun 2008 lalu telah
mendorong perkembangan media massa untuk menyebarkan berbagai macam
informasi. Namun berbagai hambatan seperti kondisi geografis dan sumber daya
manusia komunitas nelayan menjadikan informasi sulit diakses. Radio komunitas
menjadi salah satu alternatif yang memudahkan masyarakat nelayan dalam
mengakses informasi.
Situs resmi Kota Bandung merupakan salah satu media informasi publik bagi
masyarakat. Media ini diperlukan sebagai ruang publik yang terbuka agar
masyarakat memeroleh informasi tentang dinamika penyelenggaraan
pemerintahan Kota Bandung. Media tersebut merupakan komitmen Pemerintah
Kota (Pemkot) Bandung untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik (good
governance).
Revolusi mental merupakan program ke delapan yang tertuang dalam agenda
prioritas Nawa Cita yaitu Revolusi Karakter Bangsa dan Action Plan Program
Prioritas-9 (Quick Wins). Surat kabar dan televisi sebagai akses informasi publik
dapat berperan dalam menyosialisasikan program revolusi mental, sehingga dapat
lebih dikenal dan pada akhirnya dapat menimbulkan partisifasi nyata dari
masyarakat.
Website sebagai salah satu situs penyedia layanan informasi memunyai peran
strategis dalam menyebarkan informasi bahkan dapat digunakan sebagai media
promosi dan komunikasi, yang bisa diakses masyarakat luas. Desa Majasari
iv
Kecamatan Sliyeg Kabupaten Indramayu, salah satu desa yang memanfaatkan
website sebagai media layanan informasi.
Peran Relawan TIK adalah meliterasi masyarakat dalam bidang TIK agar mereka
melek TIK dan cerdas dalam memanfaatkan TIK. Hal tersebut sebagai upaya agar
masyarakat bisa mengakses informasi yang dibutuhkannya.
Pesan melalui iklan media luar ruang baik oleh pamerintahan kota maupun swasta
atau masyarakat umum perseorangan atau badan harus memperhatikan keamanan,
keselamatan, kenyamanan, estetika, keserasian bangunan dan lingkungan serta
sesuai dengan rencana dan peraturan kota.
Bandung, 29 Oktober 2015
Tim Perumus
v
Daftar Isi
Kata Pengantar .............................................................................................................. i
Rumusan Seminar ........................................................................................................ iii
Daftar Isi . ........................................................................................................................ v
Laporan Ketua Panitia .................................................................................................. vi
Sambutan dan Pembukaan ........................................................................................... x
Makalah Peneliti BPPKI Bandung
C. Suprapti Dwi Takariani
Optimalisasi Informasi Publik melalui Radio Komunitas
pada Komunitas Nelayan ............................................................................................ 1
Syarif Budhirianto
Pelayanan Informasi Publik melalui Situs Web ................................................... 23
Dida Dirgahayu
Peran Media Massa sebagai Akses Publik dalam
Menyosialisasikan Program Revolusi Mental ...................................................... 45
Noneng Sumiaty
Iklan Layanan Masyarakat melalui Media
Luar Ruang di Kota Bandung ................................................................................... 59
Neti Sumiati Hasandinata
Website Desa Majasari Kecamatan Sliyeg
Indramayu sebagai Media Informasi Publik ........................................................ 73
Risa Sunarsi
Peran Relawan TIK dalam Meningkatkan
Pemanfaatan TIK bagi Masyarakat Perdesaan ..................................................... 91
vi
Laporan Ketua Panitia Seminar Internal Peneliti BPPKI Bandung
29 Oktober 2015
Tema: “Optimalisasi Akses dan Pemanfaatan Informasi Publik”
Assalamualaikum wr. wb.
Selamat pagi dan salam sejahtera bagi bapak-bapak dan ibu semua.
Yth, Kepala BPPKI Bandung (Drs. Parulian Sitompul)
Yth. Nara Sumber dari Fikom Unisba (Santi Indra Astuti, S. Sos., M. Si.)
Yth. Para undangan
Yth. Para Penyaji Makalah
Yth. Para Peserta seminar.
Syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa
atas keridhaan–Nya sehingga kita semua dapat hadir di tempat ini dalam rangka
mengikuti “Seminar Internal Peneliti BPPKI Bandung”.
Perkenankanlah kami secara singkat menyampaikan laporan tentang
penyelenggaraan Seminar Internal Peneliti BPPKI Bandung dengan tema
“Optimalisasi Akses dan Informasi Publik”, sebagai berikut:
Latar Belakang
Sesuai dengan tugas dan fungsinya, Balai Pengkajian dan Pengembangan
Komunikasi dan Informatika(BPPKI) Bandung selaku salah satu Unit Pelaksana
Teknis(UPT) Badan Litbang SDM Kominfo, pada Tahun Anggaran 2015
melaksanakan kegiatan seminar internal peneliti BPPKI Bandung. Kegiatan ini
dilakukan dalam rangka pengembangan SDM dikaitkan dengan visi dan misi Badan
Litbang SDM yang mengarah pada pengembangan profesi yang berbasis
kompetensi. Sehingga perlu dibuat sebuah program pengembangan dengan sasaran
peningkatan kapasitas SDM peneliti serta mengupayakan fasilitasi bagi para peneliti
BPPKI Bandung dalam meningkatkan kompetensinya dan memberikan penyegaran
vii
kembali kepada para peneliti dalam memahami penggunaan metode penelitian,
yang nantinya sangat diperlukan dalam melakukan penelitian.
Dasar Pelaksanaan Seminar
1. Keputusan Bersama Kepala LIPI Nomor: 3719/D/2004 dan Kepala BKN Nomor:
60 Tahun 2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Peneliti dan
Angka Kreditnya.
2. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor:
17/PER/M.KOMINFO/2010.
Tujuan Pelaksanaan Seminar
Tujuan dari diselenggarkannya seminar internal peneliti BPPKI Bandung ini adalah
untuk memfasilitasi para peneliti BPPKI Bandung dalam meningkatkan
kompetensinya dan memberikan penyegaran kembali kepada para peneliti dalam
memahami penggunaan metode penelitian, serta mengembangkan kualitas SDM
Peneliti di lingkungan BPPKI Bandung.
Sasaran:
1. Terbentuknya SDM peneliti yang memiliki kemampuan dan pengetahuan yang
memadai mengenai penggunaan metode penelitian dalam penulisan KTI.
2. Tersedianya fasilitasi pengembangan SDM Peneliti.
Output:
Output dari kegiatan seminar ini adalah berupa buku prosiding seminar BPPKI
Bandung.
Tempat dan Waktu Penyelenggaraan
Seluruh kegiatan seminar dilaksanakan di ruang Serba Guna BPPKI Bandung
selama 1 (satu) hari pada tanggal 29 Oktober 2015.
Persidangan
Seminar internal peneliti BPPKI Bandung kali ini akan disampaikan enam makalah
berupa hasil penelitian dan kajian dari para peneliti BPPKI Bandung. Keenam judul
tersebut adalah:
viii
1. Peran Media Massa sebagai Akses Publik dalam Menyosialisasikan Program
Revolusi Mental (Dida Dirgahayu)
2. Optimalisasi Informasi Publik melalui Radio Komunitas Pada Komunitas
Nelayan (C.Suprapti Dwi Takariani)
3. Iklan Layanan Masyarakat melalui Media Luar Ruang di Kota Bandung
(Noneng Sumiaty)
4. Pelayanan Informasi Pubik Melalui Situs Web (Syarif Budhiriyanto)
5. Peran Relawan TIK dalam Meningkatkan Pemanfaatan TIK Bagi Masyarakat
Perdesaan (Risa Sunarsi)
6. Website Desa Majasari Kecamatan Sliyeg Indramayu sebagai Media Informasi
Publik (Neti Sumiati Hasandinata)
Keenam makalah tersebut akan disajikan dalam dua sesi penyajian, sebagai
moderator adalah Doddy A Hanggi, SH, Kasi Program dan Evaluasi BPPKI
Bandung. Pada kesempatan ini kami juga akan menghadirkan nara sumber dari
FIKOM Unisba, (Santi Indra Astuti, S. Sos., M.Si.) yang akan menyampaikan tentang
“Analisis Isi Media.”
Peserta Seminar
Seminar Internal Peneliti BPPKI Bandung ini dihadiri oleh karyawan dan karyawati
BPPKI Bandung yang terdiri dari pejabat struktural, pejabat fungsional peneliti dan
litkayasa, dan staf dari seksi program dan evaluasi serta staf dari seksi publikasi,
dan narasumber dari Fikom UNISBA yang semuanya berjumlah 40 orang.
Demikian laporan seminar internal peneliti BPPKI Bandung kami sampaikan, tidak
lupa kami menyampaikan penghargaan kepada para peneliti yang telah
menyumbangkan naskah ilmiahnya, yang akan disajikan pada seminar ini. Ucapan
terima kasih juga kami sampaikan kepada Bapak dan Ibu serta nara sumber yang
telah berkenan hadir pada acara ini. Atas nama panitia kami sampaikan
permohonan maaf, jika dalam pelaksanaan seminar ini ada hal-hal yang kurang
berkenan.
Untuk selanjutnya kami memohon perkenan Bapak Kepala BPPKI Bandung untuk
memberikan arahan sekaligus membuka secara resmi seminar Internal Peneliti
BPPKI Bandung dengan Tema Optimalisasi Akses dan Pemanfaatan Informasi
Publik.
ix
Bilahitaufik walhidayah wasalamualaikum wr. wb.
Bandung, 29 Oktober 2015
Ketua Panitia Seminar Internal Peneliti BPPKI Bandung
x
SAMBUTAN DAN PEMBUKAAN SEMINAR
OPTIMALISASI AKSES DAN PEMANFAATAN INFORMASI
PUBLIK
Assalamualaikum Wr. Wb.
Salam Sejahtera bagi kita semua.
Selamat Pagi.
Yth. Narasumber, Santi Indra Astuti,.S. Sos., M. Si.
Yang saya hormati, para pejabat struktural di lingkungan BPPKI Bandung, para
penyaji makalah, para pejabat fungsional peneliti, fungsional litkayasa, dan para
peserta seminar
Pertama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Ilahi Robbi, karena atas
perkenanNyalah pada hari ini kita dapat hadir di sini dalam keadaan sehat walafiat,
untuk bersama-sama mengikuti seminar internal BPPKI Bandung dengan tema
“Optimalisasi Akses dan Pemanfaatan Informasi Publik”.
Hadirin yang saya hormati,
saya menyambut baik seminar internal BPPKI Bandung di lingkungan Balai
Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika (BPPKI) Bandung,
Badan Litbang SDM, Kementerian Komunikasi dan Informatika, yang
diselenggarakan pada tanggal 29 Oktober 2015 ini. Kegiatan seminar peneliti kali ini
merupakan yang keempat kalinya diselenggarakan. Seminar ini bertujuan, pertama,
memberikan media atau fasilitasi untuk peningkatan profesionalisme dan
kompetensi fungsional peneliti dan calon fungsional peneliti, dalam penyusunan
karya tulis ilmiah. Kedua, merupakan upaya mendorong adanya iklim yang
kondusif bagi pengembangan organisasi dan peneliti di dalamnya.
Dalam Peraturan LIPI No. 06/E/2013 tentang Kode Etika Peneliti, disebutkan
bahwa peneliti adalah insan yang memiliki kepakaran yang diakui dalam suatu
xi
bidang keilmuan, yang tugas utamanya adalah melakukan penelitian ilmiah dalam
rangka mencari kebenaran ilmiah. Oleh karena itu merupakan tugas dan fungsi para
peneliti untuk senantiasa meningkatkan kompetensi dan profesionalismenya
melalui kegiatan-kegiatan ilmiah, seperti melaksanakan kegiatan penelitian,
mengikuti seminar-seminar, mengembangkan keterampilan dan keahliannya,
terlibat dalam kegiatan-kegiatan ilmiah, dan lain-lain.
BPPKI Bandung saat ini memiliki 10 pejabat fungsional peneliti dengan kepakaran
meliputi: studi komunikasi dan media, jurnalistik, studi kebijakan publik, dan
teknologi dan informatika. Dari 10 peneliti tersebut, 6 (enam) orang berada pada
posisi jabatan Peneliti Madya; 2 (dua) orang peneliti muda; dan 1 (satu) orang
peneliti pertama, sementara calon peneliti 1 (satu) orang. Sudah banyak karya ilmiah
yang dihasilkan oleh peneliti BPPKI Bandung, di mana karya-karyanya tersebut
telah dipublikasikan dalam ke dalam jurnal baik yang ilmiah maupun yang semi
ilmiah. Evaluasi terhadap kinerja peneliti terus dilakukan oleh pihak balai, hal ini
untuk terus meningkatkan kualitas para peneliti. Evaluasi tidak saja dilakukan oleh
para pejabat struktural, namun juga melibatkan pihak luar seperti dari perguruan
tinggi negeri maupun swasta yang ada di Bandung dan juga praktisi di bidang
penelitian di Bandung seperti LIPI.
Tema seminar kali ini memilih topik optimalisasi akses dan pemanfaatan informasi
publik, dengan pertimbangan bahwa saat ini manusia telah memasuki sebuah era
globalisasi, era di mana media massa berkembang sesuai dengan tuntutan reformasi.
Media massa cetak maupun elektronik berkembang cukup pesat dan informasi
semakin marak dan membanjiri berbagai media massa baik cetak maupun
elektronik. Ditambah dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
yang memudahkan manusia untuk bisa mengakses informasi yang diinginkan
kapan saja dan di mana saja. Namun semua perkembangan tersebut belum
dinikmati secara merata oleh masyarakat di Indonesia. Masih banyak masyarakat
terutama di daerah perdesaan yang belum bisa mengakses informasi yang telah
membanjiri berbagai media tersebut. Oleh karenanya diperlukan upaya dari
pemerintah agar informasi-informasi tersebut bisa diakses dan dimanfaatkan secara
mudah oleh seluruh masyarakat terutama masyarakat di daerah perdesaan.
Dalam seminar kali ini akan dipresentasikan karya tulis ilmiah para peneliti BPPKI
Bandung, yang mengulas atau mengkaji mengenai optimalisasi akses dan
xii
pemanfaatan informasi. Penyusunan karya tulis ilmiah tersebut merujuk pada
standar kompetensi jabatan fungsional peneliti, yang merupakan salah satu
persyaratan yang memang harus dimiliki oleh seorang peneliti. Melalui kegiatan
seminar ini diharapkan dapat meningkatkan kompetensi para peneliti BPPKI
Bandung, sehingga para peneliti dapat memiliki kemampuan yang lebih baik.
Dalam kesempatan kali ini juga saya menyampaikan apresiasi kepada para penyaji
yang telah dengan serius menyiapkan karya tulis ilmiahnya, dan kepada tim panitia
seminar yang telah menyiapkan penyelenggaraan kegiatan seminar ini. Kepada
hadirin, mohon maaf apabila dalam penyelenggaraan seminar ini terdapat
kekurangan. Kepada para penyaji dan peserta seminar saya ucapkan selamat
mengikuti seminar.
Akhirnya dengan mengucapkan Bismillahirohman nirohim, seminar “Optimalisasi
Akses dan Pemanfaatan Informasi Publik” resmi dimulai. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhoi segala usaha baik kita.
Bandung, 29 Oktober 2015
Kepala,
Balai Pengkajian dan Pengembangan
Komunikasi dan Informatika
(BPPKI) Bandung
OPTIMALISASI AKSES DAN PEMANFAATAN
INFORMASI PUBLIK
Bandung, 29 Oktober 2015
MAKALAH PENELITIBPPKI BANDUNG
1
OPTIMALISASI INFORMASI PUBLIK MELALUI RADIO
KOMUNITAS PADA KOMUNITAS NELAYAN
C. Suprapti Dwi Takariani
Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika (BPPKI) Bandung, Jl
Pajajaran No.88 Bandung, Telp. 022-6074983 HP.08122179515
Email: [email protected]
Abstrak
Keterbukaan informasi yang telah digulirkan pemerintah tahun 2008 lalu telah mendorong perkembangan media massa untuk menyebarkan berbagai macam informasi. Berbagai hambatan seperti kondisi geografis dan sumber daya manusia komunitas nelayan menjadikan informasi sulit diakses. Radio Komunitas merupakan media massa yang saat ini berkembang cukup pesat di Indonesia. Perkembangan tersebut sangat menggembirakan karena radio komunitas dapat membantu pemerintah dalam menyebarkan informasi-informasi yang dibutuhkan oleh sebuah komunitas, salah satunya adalah komunitas nelayan. Program-program pemerintah yang berkaitan dengan kebutuhan nelayan bisa dikemas dengan sederhana dan mudah dimengerti oleh komunitas nelayan dan kemudian disiarkan di radio komunitas tersebut. Hal ini akan lebih efektif dan efisien dalam mengoptimalkan informasi dari pemerintah kepada komunitas nelayan. sudah saatnya pemerintah daerah setempat mendorong dan memfasilitasi komunitas nelayan tradisional untuk membangun atau mendirikan radio komunitas nelayan. Banyak manfaat yang akan diterima oleh komunitas nelayan selain akses informasi yang mudah, mereka juga bisa dilatih untuk tidak hanya pasif menerima informasi saja, namun juga bisa aktif dan berpartisipasi untuk memberikan ide-ide yang bermanfaat bagi komunitasnya. Melalui radio komunitas diharapkan pemerataan informasi minimal di komunitas nelayan akan membantu nelayan dalam memenuhi kebutuhan mereka akan informasi. Kata kunci: optimalisasi, informasi publik, radio komunitas.
PENDAHULUAN
Era reformasi yang digulirkan pada
tahun 1998 yang lalu, menjadi tonggak
keterbukaan informasi publik. Kesadaran
akan terbukanya akses informasi dari
berbagai kalangan semakin menguat.
Meski demikian keterbukaan informasi
untuk publik sebenarnya telah tercantum
dalam beberapa peraturan yang disahkan
sebelum era reformasi, antara lain:
Undang-Undang No. 23 Tahun 1997
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup,
dalam pasal 5 ayat 2 disebutkan: “Setiap
orang memunyai hak atas informasi
lingkungan hidup yang berkaitan dengan
peran dalam pengelolaan lingkungan
hidup”. Kemudian Undang-Undang No.
Prosiding Seminar Tahun 2015 “Optimalisasi Akses dan Pemanfaatan Informasi Publik”
2
24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang,
dalam pasal 4 ayat 2, butir a
disebutkan:”Setiap orang berhak untuk
mengetahui rencana tata ruang”.
Lahirnya Undang-Undang No. 14
Tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik merupakan wujud dari
komitmen pemerintah Indonesia untuk
menjadikan Indonesia sebagai negara
terbuka dan demokratis. Undang-
Undang yang diberlakukan sejak April
2010 tersebut memberikan jaminan
hukum kepada setiap anggota
masyarakat untuk mendapatkan
informasi dari badan-badan publik.
Undang-Undang tersebut juga
mewajibkan seluruh badan publik di
Indonesia memberi informasi terkait
kepentingan publik kepada masyarakat,
karena mendapatkan informasi
merupakan salah satu dari hak asasi
manusia. Hak untuk mendapatkan
informasi secara jelas tertuang dalam
Undang-Undang Dasar tahun 1945 pasal
28 F yang berbunyi, “Setiap orang berhak
untuk berkomunikasi dan memeroleh
informasi untuk mengembangkan
pribadi dan lingkungan sosialnya, serta
berhak untuk mencari, memeroleh,
memiliki, menyimpan, mengelola, dan
menyampaikan informasi dengan
menggunakan segala jenis saluran yang
tersedia”. Dalam pasal tersebut jelas
ditegaskan bahwa informasi merupakan
kebutuhan pokok bagi setiap manusia,
karena dalam setiap kehidupan manusia
selalu membutuhkan informasi. Hal
tersebut sangat berguna bagi
pengembangan pribadinya, karena tanpa
informasi manusia akan tertinggal dan
tidak mengetahui perkembangan zaman.
Dewasa ini manusia telah
memasuki sebuah era globalisasi, era di
mana media massa berkembang sesuai
dengan tuntutan reformasi. Media massa
cetak maupun elektronik berkembang
cukup pesat dan informasi semakin
marak dan menghiasi berbagai media
massa baik cetak maupun elektronik.
Masyarakat akan lebih mudah
mendapatkan berbagai informasi yang
mereka inginkan melalui berbagai media.
Bahkan media massa saat ini sudah
menjangkau hampir sebagian besar
masyarakat dari berbagai komunitas baik
di perkotaan maupun di perdesaan.
Menurut Schram (1964) dalam Sunarno
(2014:24) bahwa peran utama yang dapat
dilakukan oleh media massa dalam
pembangunan adalah membantu
memperkenalkan perubahan sosial.
Dalam hal ini media massa dapat
dimanfaatkan untuk merangsang proses
pengambilan keputusan,
memperkenalkan usaha modernisasi,
serta menyampaikannya kepada
masyarakat perdesaan. Dengan kata lain
peranan media massa adalah sebagai
agen pembaharu (Agent of Social Change).
Namun membanjirnya informasi di
berbagai media dan kemudahan untuk
mendapatkannya ternyata belum bisa
Optimalisasi Pemanfaatan Informasi Publik melaui Radio Komunitas pada Komunitas Nelayan C. Suprapti Dwi Takariani
3
dinikmati oleh seluruh masyarakat
Indonesia dari berbagai kalangan dan
berbagai daerah. Berbagai hambatan
yang dirasakan oleh masyarakat
Indonesia dalam mendapatkan informasi
berasal dari kondisi wilayah dan sumber
daya manusianya.
Kondisi geografis wilayah
Indonesia yang menyebabkan ada
wilayah yang berbatasan dengan negara
lain, daerah terpencil dan tertinggal,
menyebabkan wilayah tersebut sulit
menerima siaran dari berbagai media
massa yang disiarkan oleh lembaga
penyiaran di Indonesia, seperti surat
kabar, radio, dan televisi, maupun media
baru seperti internet. Selain kondisi
geografis, akses informasi juga masih
terkendala dengan kondisi sumber daya
manusia (SDM) Indonesia yang masih
belum menguasai teknologi informasi
dan komunikasi. Sehingga mereka masih
sulit untuk mengakses informasi dari
media baru seperti internet yang saat ini
menawarkan banyak informasi secara
mudah, murah, dan cepat.
Sebagai ilustrasi jumlah penduduk
Indonesia pada bulan Juli 2014 adalah
253.609.643 orang. Dengan jumlah
penduduk yang besar, ironisnya,
menurut United Nations Development
Programme, Indeks Pembangunan (IPM)
Indonesia masih berada di peringkat 108
dari 187 negara. Tentu ini berarti buruk
karena semakin rendah peringkat IPM
suatu negara, maka semakin rendah pula
kualitas SDMnya. Itulah yang kurang
dari SDM Indonesia. Ada beberapa
penyebab dari kurangnya kualitas SDM
suatu negara, salah satunya adalah
bidang yang paling mendasar yaitu
pendidikan (Anonim, 2012). Berdasarkan
hasil Sensus Penduduk 2010, persentase
penduduk 5 tahun ke atas berpendidikan
minimal tamat SMP/Sederajat sebesar
40,93 persen. Ini menunjukkan kualitas
SDM menurut tingkat pendidikan
formalnya relatif masih rendah. Angka
Melek Huruf (AMH) penduduk berusia
15 tahun ke atas sebesar 92,37 persen
yang berarti setiap 100 penduduk usia 15
tahun ke atas ada 92 orang yang melek
huruf. Penduduk dikatakan melek huruf
jika dapat membaca dan menulis huruf
latin atau huruf lainnya.
Ilustrasi di atas memerlihatkan
bahwa SDM masyarakat Indonesia masih
rendah, rendahnya SDM tersebut akan
berdampak kepada kemampuan mereka
dalam mengakses informasi publik.
Rachmiatie (2005:215) mengatakan
bahwa kecenderungan masyarakat
Indonesia, dalam perspektif komunikasi,
khususnya di daerah, masih tradisional,
belum demokratis serta bersifat linier
dengan arus informasi dari “atas ke
bawah” (top down). Keterbatasan tersebut
membuat mereka akhirnya hanya pasif
menunggu informasi yang akan
diberikan kepada mereka. Hal ini
didukung dengan hasil kajian dari
masyarakat telematika Indonesia (2001)
Prosiding Seminar Tahun 2015 “Optimalisasi Akses dan Pemanfaatan Informasi Publik”
4
yang mengungkap bahwa sebagian besar
masyarakat perdesaan di Indonesia
sangat terbatas aksesnya terhadap
berbagai sumber informasi produktif,
bahkan mayoritas dari mereka bersifat
pasif serta tidak memahami hak dan
kewajibannya dalam berkomunikasi
(Winnetou dan Setiawan, 2007). Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Badan
Informasi dan Komunikasi Nasional
(2000:137-146)) dalam Rachmiatie
(2005:215) juga mendukung mengenai
kepasifan dari masyarakat tingkat
bawah, yakni “Kategori kelompok
khalayak massa (heterogen dan anonim)
menunjukkan karakteristik pasif, dalam
arti hanya sebagai penerima,
mengonsumsi informasi dengan kualitas
dan kuantitas rendah. Kuantitas rendah
berarti media komunikasi yang
digunakan terbatas, dalam hal kualitas
dengan indikator dari penggunaan isi
(content) media, juga menunjukkan
tingkat yang rendah”
Nelayan merupakan salah satu
komunitas dalam struktur masyarakat di
Indonesia. Mereka tinggal di wilayah
pesisir pantai dan tidak berbeda dengan
masyarakat Indonesia yang tinggal di
daerah terpencil lainnya. SDM nelayan
pada umumnya rendah karena tidak
ditunjang dengan pendidikan yang
memadai, demikian pula dengan akses
terhadap informasi, sangat terbatas.
Kondisi tersebut pada umumnya dialami
oleh nelayan tradisional di Indonesia
tidak terkecuali masyarakat nelayan di
Jawa Barat. Berdasarkan data dari Dinas
Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa
Barat jumlah nelayan di Jawa Barat
adalah 100.354 ribu orang, ini merupakan
jumlah nelayan terbanyak nomor tiga
setelah Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Dari jumlah tersebut sebagian besar
kondisinya masih memrihatinkan.
Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan
Provinsi Jawa Barat, Jafar Ismail
mengatakan, kondisi nelayan di Jawa
Barat saat ini memang terbilang masih
memrihatinkan. "Jumlah nelayan Jawa
Barat saat ini sekitar 100.000 orang. 70
persen ada di pantai Utara dan 30 persen
di pantai Selatan. Pendapatan rata-rata
setiap keluarga nelayan hanya Rp 2,5 juta
per bulan," katanya (Anonim, 2015).
Kemiskinan nelayan juga dibuktikan
dengan hasil penelitian terhadap nelayan
tangkap di Kabupaten Karawang tahun
2015, di mana sebagian besar responden
rata-rata berpenghasilan antara
Rp.500.000 – Rp.750.000 per bulan, di
samping penghasilan yang rendah
pendidikan nelayan di daerah tersebut
juga tergolong rendah pada umumnya
responden pendidikan responden tamat
sekolah dasar atau sederajat (Takariani,
2015). Rendahnya pendapatan nelayan
atau tidak menentunya pendapatan
nelayan memang sangat beralasan,
karena sumber penghasilan nelayan akan
sangat tergantung dari cuaca atau iklim,
jika cuaca sedang bagus mereka akan
Optimalisasi Pemanfaatan Informasi Publik melaui Radio Komunitas pada Komunitas Nelayan C. Suprapti Dwi Takariani
5
mendapatkan hasil yang bagus pula jika
cuaca atau iklim kurang mendukung
tidak mustahil pendapatan nelayan akan
berkurang bahkan kadang tidak
mendapatkan hasil sama sekali. Selain itu
nelayan tradisional juga harus bersaing
dengan nelayan-nelayan yang
menggunakan kapal besar, yang secara
otomatis mereka akan lebih banyak
mendapatkan tangkapan ikan dibanding
dengan nelayan kecil. Hal-hal tersebut
menyebabkan nelayan tradisional sulit
untuk keluar dari jerat kemiskinan.
Untuk meningkatkan kesejahteraan
nelayan, mereka perlu dibekali dengan
berbagai informasi yang bisa mendukung
untuk mengembangkan profesinya
sebagai nelayan, seperti bagaimana cara
mendapatkan modal, menjual ikan
dengan harga sesuai pasar, pengolahan
ikan agar bisa bernilai jual tinggi,
informasi tentang cuaca, dan lain-lain.
Rentannya kondisi nelayan tradisional
dan terbatasnya akses informasi tersebut
mengakibatkan banyak program-
program pemerintah di bidang sosial,
ekonomi, dan lain-lain tidak bisa diakses
dengan baik oleh nelayan tradisional.
Sementara seiring dengan
diundangkannya UU KIP media
khususnya media komunikasi massa
berkembang cukup pesat.
Sejalan dengan bertambahnya
media penyiaran khususnya swasta, di
mana kompetisi menjadi sebuah
keharusan, maka perilaku industri
penyiaran akan banyak ditentukan oleh
akumulasi modal yang pada gilirannya
akan menentukan apa dan siapa yang
harus muncul dan dikesampingkan
dalam media penyiaran. Ini berarti isu-
isu permasalahan sosial seperti
pengangguran, orang miskin, dan lain-
lain tidak berpotensi untuk diolah
menjadi komoditas informasi (Rochim,
2011). Demikian pula dengan media
massa yang saat ini dijumpai di
masyarakat nelayan seperti televisi tidak
banyak memberikan informasi yang
dibutuhkan oleh nelayan, karena jika
diamati televisi-televisi swasta yang saat
ini bersiaran tampaknya lebih
mengedepankan unsur hiburannya
daripada unsur - unsur lainnya seperti
informasi dan pendidikan, jikapun ada
hanya menempati porsi yang kecil. Oleh
karena itu kehadiran media komunikasi
yang berbasiskan kearifan lokal menjadi
salah satu alternatif bagi komunitas
nelayan khususnya nelayan tradisional
untuk mengakses informasi sesuai
dengan kebutuhannya.
Salah satu media komunikasi yang
berbasiskan kearifan lokal adalah radio
komunitas, karena radio komunitas
merupakan media massa nirlaba, yang
dimiliki dan dikelola oleh komunitas
tertentu, dan menuntut partisipasi dari
komunitas tersebut. Sehingga konten dari
radio komunitas bisa disesuaikan dengan
kebutuhan masyarakat di komunitas
tersebut. Radio komunitas juga
Prosiding Seminar Tahun 2015 “Optimalisasi Akses dan Pemanfaatan Informasi Publik”
6
merupakan media massa yang
tampaknya sangat cocok untuk
masyarakat Indonesia yang heterogen.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Rachmiatie (2007:105) mendukung
mengenai hal tersebut. Disebutkan ada
enam hal, pertama, radio komunitas
dapat menumbuhkan partisipasi yang
merupakan kekuatan bagi komunitas
untuk membuka pintu perubahan
kehidupan komunitas; Kedua, melayani
informasi di segala sektor kehidupan
komunitas; Ketiga, mempromosikan dan
merefleksikan budaya, karakter, dan
identitas lokal/komunitasnya; Keempat,
meningkatkan akses untuk penyebaran
informasi secara lisan; Kelima,
merupakan bentuk tanggung jawab
sosial atas kebutuhan komunitasnya;
Keenam, berperan penting dalam
memberikan kekuatan bagi kaum yang
terpinggirkan dan para grass root.
Daerah Pantai Utara (Pantura) Jawa
Barat merupakan daerah yang
perkembangan radio komunitasnya
cukup pesat. Berdasarkan data daerah
Cirebon memiliki jaringan radio
komunitasnya sendiri yang disebut
Jaringan Radio Komunitas Wilayah III
Cirebon disingkat Jarik III Kabupaten
Indramayu juga memiliki jumlah radio
komunitas yang cukup banyak yakni 29
radio komunitas. Sementara itu di daerah
Subang baru 9 radio komunitas
(Lilis,dkk, 2013:146). Berkembangnya
radio komunitas di daerah Pantura
tersebut bisa membantu pemerintah
daerah atau badan publik pemerintah
untuk ikut mendiseminasikan informasi-
informasi khususnya yang berkaitan
dengan nelayan.
Berdasarkan uraian di atas maka
permasalahan yang akan diangkat dalam
kajian ini adalah bagaimana
mengoptimalkan informasi publik
melalui radio komunitas pada
masyarakat nelayan tradisional? Tujuan
yang ingin dicapai dalam kajian ini
adalah ingin menganalisis optimalisasi
informasi publik melalui radio
komunitas pada masyarakat nelayan
tradisional.
PEMBAHASAN
Komunitas Nelayan
Sebelum membahas mengenai
komunitas nelayan, maka akan penulis
uraikan terlebih dahulu beberapa
pendapat mengenai istilah komunitas.
Secara konseptual kata komunitas berasal
dari kata community yang berarti ikatan
tertentu dari hasil interaksi sosial di
masyarakat. Komunitas menurut Hillery
(1955), Jonassen (1959), dan Wills (1977)
adalah sekelompok orang yang hidup
dalam suatu wilayah tertentu, yang
memiliki pembagian kerja yang berfungsi
khusus dan saling bergantung
(interdependent), serta memiliki sistem
sosial budaya, yang mengatur kegiatan
para anggota, memiliki kesadaran akan
Optimalisasi Pemanfaatan Informasi Publik melaui Radio Komunitas pada Komunitas Nelayan C. Suprapti Dwi Takariani
7
kesatuan dan perasaan memiliki, serta
mampu bertindak secara kolektif dengan
cara yang teratur (Horton dan Hunt, Terj.
Ram dan Sobari, 1999:129 dalam
Rachmiatie, 2007:72).
Komunitas juga bisa dikatakan
sebagai suatu unit atau kesatuan sosial
yang terorganisasikan dalam kelompok-
kelompok dengan kepentingan bersama
(communities of common interest), baik
yang bersifat fungsional maupun yang
memunyai territorial (Siwi, 2012). Istilah
komunitas dalam batas-batas tertentu
dapat menunjuk pada warga sebuah
dusun (dukuh atau kampung), desa,
kota, suku, atau bangsa. Dalam
perspektif sosiologi komunitas dapat
dibedakan dari masyarakat lebih luas
(society) melalui kedalaman perhatian
bersama (a community of interest) atau
oleh tingkat interaksi yang tinggi (an
attachment community). Para anggota
komunitas memunyai kebutuhan
bersama (common needs).
Sementara itu Nasrullah (2012:138)
mengatakan definisi komunitas adalah:
(1) Terbentuk dari sekelompok; (2) Saling
berinteraksi secara sosial di antara
anggota kelompok itu; (3) Berdasarkan
adanya kesamaan kebutuhan atau tujuan
dalam diri mereka atau di antara anggota
kelompok yang lain; (4) Adanya wilayah-
wilayah. Faktor utama yang menjadi
dasar suatu komunitas adalah adanya
interaksi yang lebih besar di antara para
anggotanya sehingga menumbuhkan
rasa keterikatan dan keakraban yang
menimbulkan kenyamanan bagi para
anggotanya. Umumnya mereka memiliki
kebiasaan-kebiasaan yang sama,
meskipun hanya sebagian yang
menjalankan tradisi yang dimiliki
(Rachmiatie, 2007:72).
Dari definisi-definisi di atas, terlihat
bahwa terdapat hal yang sama, seperti
adanya kebutuhan, kepentingan, dan
kebiasaan yang sama di antara para
anggota komunitas dan mereka saling
berinteraksi satu dengan yang lainnya
untuk menjalankan aktivitas bersama.
Nelayan sendiri bisa diartikan
sebagai masyarakat yang hidup, tumbuh,
dan berkembang di kawasan pesisir,
yakni suatu kawasan transisi antara
wilayah darat dan laut. Sebagai suatu
sistem, masyarakat nelayan terdiri atas
kategori-kategori sosial yang membentuk
kekuatan sosial. Mereka juga memiliki
sistem nilai dan simbol-simbol
kebudayaan sebagai referensi perilaku-
perilaku mereka sehari-hari. Faktor
budaya ini menjadi pembeda masyarakat
nelayan dari kelompok masyarakat
lainnya (Sipahelut dalam Takariani,
2015:3). Sedangkan dalam ketentuan
Undang-Undang No. 3 Tahun 2004
tentang Perikanan, mengatur dan
membedakan pengertian nelayan
menjadi dua yaitu nelayan dan nelayan
kecil. Dalam pasal 1 angka 10, nelayan
adalah orang yang mata pencahariannya
melakukan penangkapan ikan,
Prosiding Seminar Tahun 2015 “Optimalisasi Akses dan Pemanfaatan Informasi Publik”
8
sedangkan pada pasal 1 angka 11 yang
dimaksud nelayan kecil adalah orang
yang mata pencahariannya melakukan
penangkapan ikan untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari dengan
menggunakan kapal perikanan
berukuran paling besar 5 (lima) Gross
Ton (GT). Penjelasan pasal 18 ayat (6)
Undang-Undang Republik Indonesia No.
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, yang dimaksud dengan “nelayan
kecil” adalah nelayan masyarakat
tradisional yang menggunakan bahan
dan alat penangkapan ikan secara
tradisional. Retnowati (2011:152)
mengatakan bahwa nelayan tradisional
adalah orang perorangan yang
pekerjaannya melakukan penangkapan
ikan dengan menggunakan perahu dan
alat tangkap yang sederhana
(tradisional). Dengan keterbatasan
perahu maupun alat tangkapnya, maka
jangkauan wilayah penangkapannya pun
menjadi terbatas biasanya hanya berjarak
6 mil laut dari garis pantai. Nelayan
tradisional ini biasanya adalah nelayan
yang turun temurun yang melakukan
penangkapan ikan untuk mencukupi
kebutuhan hidupnya.
Sementara jika dilihat dari ciri-ciri
komunitas nelayan berdasarkan data dari
Dinas Perikanan dan Kelautan (2012)
adalah sebagai berikut:
1. Dilihat dari segi mata pencaharian,
nelayan adalah mereka yang
aktivitasnya berkaitan dengan
lingkungan laut dan pesisir atau
mereka yang menjadikan perikanan
sebagai matapencahariannya.
2. Dilihat dari segi cara hidup,
komunitas nelayan adalah komunitas
gotong royong. Kebutuhan gotong
royong dan tolong menolong terasa
sangat penting pada saat mengatasi
keadaan yang menuntut pengeluaran
biaya besar dan pengerahan tenaga
yang banyak, seperti saat berlayar,
membangun rumah, atau tanggul
penahan gelombang di sekitar desa.
3. Segi keterampilan. Pekerjaan sebagai
nelayan adalah pekerjaan berat
namun pada umumnya mereka
hanya memiliki keterampilan
sederhana. Kebanyakan mereka
bekerja sebagai nelayan adalah
profesi yang diturunkan oleh orang
tua, bukan sesuatu yang dipelajari
secara profesional.
4. Dilihat dari teknologi peralatan
tangkap yang digunakan nelayan
dapat dibedakan dalam dua kategori,
yaitu nelayan modern dan nelayan
tradisional. Nelayan modern
menggunakan teknologi
penangkapan yang lebih canggih
dibandingkan dengan nelayan
tradisional (Dinas Perikanan dan
Kelutan Jawa Barat, 2013).
Melihat beberapa definisi dari
komunitas dan nelayan di atas, tampak
bahwa komunitas nelayan adalah mereka
yang aktivitasnya menangkap dan
Optimalisasi Pemanfaatan Informasi Publik melaui Radio Komunitas pada Komunitas Nelayan C. Suprapti Dwi Takariani
9
mengelola ikan di laut dan memiliki
kesamaan-kesamaan seperti adanya
kebutuhan, kepentingan, dan kebiasaan
yang sama di antara komunitas dan
mereka saling berinteraksi satu dengan
yang lainnya untuk menjalankan
aktivitas bersama yakni aktivitas yang
berkaitan dengan kenelayanan.
Dalam kajian ini nelayannya
dibatasi pada komunitas nelayan
tradisional di Jawa Barat, di mana
mereka melakukan aktivitas menangkap
ikan di laut dengan menggunakan alat-
alat yang sederhana dan profesi mereka
sebagai nelayan biasanya didapat secara
turun temurun. Sebagai nelayan
tradisional pada umumnya mereka
masuk dalam kategori miskin dengan
tingkat pendidikan yang rendah. Tingkat
pendidikan khususnya bagi nelayan
tradisional tidaklah dianggap penting
untuk bekal bekerja mencari ikan di laut,
karena pekerjaan sebagai nelayan
merupakan pekerjaan kasar yang lebih
banyak mengandalkan otot dan
pengalaman, maka setinggi apapun
tingkat pendidikan nelayan itu tidaklah
memberikan pengaruh terhadap
kecakapan mereka dalam melaut. Faktor-
faktor yang menyebabkan kemiskinan
pada nelayan khususnya nelayan
tradisional menurut Kusnadi (2003:19)
dapat dikategorikan menjadi dua yakni
kemiskinan yang berasal dari faktor
internal dan eksternal. Kemiskinan yang
berasal dari faktor internal nelayan
adalah:
1. Keterbatasan kualitas sumber daya
manusia nelayan;
2. Keterbatasan kemampuan modal
usaha dan teknologi penangkapan;
3. Hubungan kerja dalam organisasi
penangkapan yang seringkali kurang
menguntungkan nelayan;
4. Kesulitan melakukan diversifikasi
usaha penangkapan;
5. Ketergantungan yang tinggi terhadap
okupasi melaut;
6. Gaya hidup yang dipandang boros,
sehingga kurang berorientasi ke
masa depan.
Sedangkan faktor kemiskinan yang
berasal dari faktor eksternal adalah:
1. Kebijakan pembangunan perikanan
yang lebih berorientasi pada
produktivitas untuk menunjang
pertumbuhan ekonomi nasional dan
parsial;
2. Sistem pemasaran hasil perikanan
yang lebih menguntungkan
pedagang perantar;
3. Kerusakan ekosistem pesisir laut dan
laut karena pencemaran dari wilayah
darat, praktik penangkapan ikan
dengan bahan kimia, perusakan
terumbu karang, dan konversi hutan
bakau di kawasan pesisir;
4. Penggunaan peralatan tangkap ikan
yang tidak ramah lingkungan;
5. Penegakan hukum yang lemah
terhadap perusak lingkungan;
Prosiding Seminar Tahun 2015 “Optimalisasi Akses dan Pemanfaatan Informasi Publik”
10
6. Terbatasnya teknologi pengolahan
pasca panen;
7. Terbatasnya peluang kerja di sector
non perikanan yang tersedia di desa
nelayan;
8. Kondisi alam dan fluktuasi musim
yang tidak memungkinkan nelayan
melaut sepanjang tahun;
9. Isolasi geografis desa nelayan yang
mengganggu mobilitas, jasa, modal,
dan manusia.
Faktor internal dan eksternal yang
menjadi penyebab kemiskinan di atas
menurut hemat penulis bersumber dari
kurangnya akses nelayan terhadap
informasi. Informasi-informasi yang
berkaitan dengan kebutuhan nelayan
sampai saat ini belum bisa dengan
mudah diakses oleh nelayan. Sementara
berkembangnya media massa seiring
dengan era keterbukaan informasi masih
sedikit yang mengupas informasi khusus
untuk nelayan utamanya untuk nelayan
tradisional. Televisi yang merupakan
media massa yang hampir dimiliki oleh
sebagian besar masyarakat termasuk
komunitas nelayan (berdasarkan hasil
penelitian tentang Opini Nelayan tentang
Informasi Publik di Kabupaten karawang
Provinsi Jawa Barat, dimiliki oleh hampir
seluruh nelayan yang menjadi sampel
penelitian) belum memberikan informasi
yang sesuai dengan keinginan nelayan,
karena tampaknya saat ini televisi lebih
banyak berisi unsur hiburannya.
Komunitas Nelayan dan Kemudahan
Akses Informasi Publik
Informasi merupakan kebutuhan
pokok setiap orang, bagi pengembangan
pribadi dan lingkungan sosialnya, serta
merupakan bagian penting bagi
ketahanan nasional. Informasi juga
memainkan peran yang cukup penting
dalam setiap aspek kehidupan manusia,
karena informasi memungkinkan
seseorang dapat mengembangkan
berbagai ide-ide, dengan informasi
seseorang juga bisa mendapatkan
berbagai peluang yang bisa bermanfaat
bagi diri dan kelompoknya. Hal tersebut
juga terkait dengan fitrah manusia yang
berhak untuk mendapatkan informasi
karena informasi merupakan salah satu
bagian integral dari komunikasi
antarmanusia.
Pada masyarakat modern,
kebutuhan atas informasi semakin
banyak dan semakin urgen.
Perkembangan teknologi komunikasi
turut mendorong perkembangan
informasi. Setiap detik, informasi terus
menyebar dari satu tempat ke tempat lain
dengan cepat akibat perkembangan
teknologi komunikasi. Setiap hari
seseorang disuguhi informasi dari
belahan dunia yang berbeda nyaris pada
saat bersamaan. Batas-batas antar negara
seolah menjadi hilang (borderless world)
akibat pesatnya perkembangan
informasi. Tidak ada satu pun negara
yang bisa secara mutlak menghambat
Optimalisasi Pemanfaatan Informasi Publik melaui Radio Komunitas pada Komunitas Nelayan C. Suprapti Dwi Takariani
11
pesatnya laju arus informasi
(Subagiyo,2009).
Sebagian negara mengatur akses
terhadap informasi itu ke dalam
konstitusinya. Sebagian lagi mengatur
dalam undang-undang khusus dengan
beragam sebutan. Hak atas informasi di
berbagai negara dianggap sebagai bagian
dari kebebasan berekspresi dan
kebebasan pers. Negara yang sudah
memiliki undang-undang khusus
mengenai akses informasi antara lain
Amerika Serikat, Denmark, Norwegia,
Belanda, Prancis, Australia, Selandia
Baru, Kanada, India, Hungaria, Korea
Selatan, Irlandia, Israel, Jepang, Afrika
Selatan, dan Thailand. Pada hakikatnya,
jaminan dan perlindungan akses
terhadap informasi di negara-negara
tersebut dilandasi upaya
mengembangkan tata kelola
pemerintahan yang baik.
Di Indonesia secara yuridis formal
hak atas informasi telah ditegaskan
dalam Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia Tahun 1945, karena hak atas
informasi adalah salah satu hak asasi
manusia. Dalam pasal 28 F UUG 1945
disebutkan bahwa:
“Setiap orang berhak untuk
berkomunikasi dan memeroleh informasi
untuk mengembangkan pribadi dan
lingkungan sosialnya, serta berhak untuk
mencari, memeroleh, memiliki,
menyimpan, mengolah, dan
menyampaikan informasi dengan
menggunakan segala jenis saluran yang
tersedia”.
Pemerintah Indonesia telah
menunjukkan komitmen untuk
menjadikan Indonesia sebagai negara
terbuka dan demokratis dengan
diterapkannya Undang-Undang Nomor
14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik (UU KIP). Undang-
Undang yang diberlakukan sejak April
2010 tersebut memberikan jaminan
hukum kepada setiap anggota
masyarakat untuk meminta informasi
dari badan-badan publik. Undang-
Undang tersebut juga mewajibkan
seluruh badan publik di Indonesia
memberi informasi publik kepada
masyarakat yang membutuhkannya.
Salah satu permasalahan mendasar
optimalisasi akses informasi bagi
masyarakat di masa lalu adalah
banyaknya hambatan masyarakat untuk
mengakses dan memeroleh informasi.
Selain kondisi geografis dan fator SDM
khususnya nelayan, pemerintah sendiri
tampaknya belum optimal dalam
mendiseminakan berbagai informasi
yang terkait dengan kebutuhan
masyarakat khususnya masyarakat
nelayan yang tinggal di perdesaan.
Keluarnya UU KIP, tersebut juga
telah memberi peluang pada media
massa baik cetak maupun elektronik
untuk berkembang dan juga media baru
seperti internet. Perkembangan tersebut
menjadikan media massa dan media baru
Prosiding Seminar Tahun 2015 “Optimalisasi Akses dan Pemanfaatan Informasi Publik”
12
berlomba-lomba memberikan berbagai
informasi kepada khalayaknya, ditambah
dengan perkembangan teknologi
komunikasi dan informasi, akses segala
informasi sangat terbuka.
Perkembangan media tersebut
sayangnya belum banyak dinikmati oleh
seluruh masyarakat. Komunitas nelayan
di Jawa Barat, belum semuanya bisa
menikmati perkembangan media yang
begitu pesat yang menyajikan berbagai
macam informasi. Seperti internet
misalnya belum semua daerah nelayan di
Jawa Barat terhubung dengan internet,
jika sudah terhubungpun masih banyak
kendalanya seperti SDM nya yang belum
bisa mengakses internet dan kondisi
geografis yang jaringan yang tidak
bagus. Demikian pula dengan media
massa lainnya seperti surat kabar dan
radio, sudah banyak nelayan yang tidak
memiliki radio dan surat kabar belum
masuk hingga ke daerah nelayan, sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh penulis beberapa waktu yang lalu di
daerah nelayan di Kabupaten Karawang.
Kondisi di atas bisa jadi juga
dialami oleh komunitas nelayan lainnya
khususnya di Provinsi Jawa Barat.
Nelayan hanya bisa mengakses informasi
melalui televisi, petugas penyuluh
perikanan, dan ketua kelompok/rukun
nelayan. Namun baru sedikit informasi
yang dibutuhkan nelayan yang
didapatkan dari media televisi maupun
yang diberikan oleh media interpersonal
tersebut. Dahlan (1997:5) dalam
Widiastuti (2010:315) mengatakan
pemerataan pembangunan hanya
dimungkinkan seiring dengan
pemerataan informasi dan komunikasi.
Upaya pemerataan apapun tanpa
diimbangi dengan pemerataan informasi
dan komunikasi yang terjadi justru akan
terjadi kesenjangan, kesenjangan pada
akhirnya akan menimbulkan kemiskinan.
Setiawan (1989:3) dalam Widiastuti
(2010:315) mengatakan informasi
seringkali tidak bisa mencapai
masyarakat hingga ke tingkat paling
bawah karena pada umumnya informasi
disampaikan melalui jaringan formal.
Misalnya informasi mengenai bantuan
yang seharusnya ditujukan untuk
masyarakat desa ternyata tertahan di elit
desa setelah itu informasi dimanfaatkan
oleh elit desa dan untuk kepentingan
keluarganya dan dirinya.
Radio komunitas bisa menjadi salah
satu alternatif yang dianggap efektif
untuk penyebaran informasi dari
pemerintah hingga ke masyarakat tingkat
bawah, karena radio komunitas
merupakan media yang bisa terjangkau
oleh masyarakat di suatu komunitas.
Optimalisasi Informasi Publik Melalui
Radio Komunitas
Membanjirnya informasi melalui
berbagai media sebagai dampak dari
diberlakukannya Undang-Undang
Keterbukaan Informasi Publik beberapa
Optimalisasi Pemanfaatan Informasi Publik melaui Radio Komunitas pada Komunitas Nelayan C. Suprapti Dwi Takariani
13
tahun silam tampaknya tidak dapat
dihindari oleh masyarakat. Namun
membanjirnya informasi tersebut tidak
semuanya bisa dinikmati oleh seluruh
masyarakat di Indonesia, karena berbagai
keterbatasan dan hambatan sehingga
informasi tersebut tidak bisa diakses
dengan mudah oleh seluruh masyarakat.
Keterbatasan masyarakat dalam
mengakses informasi yang saat ini
melimpah ruah di berbagai media
memang sangat disayangkan. Oleh
karena itu diperlukan sebuah media yang
bisa mengoptimalkan akses terhadap
informasi publik. Mengoptimalkan yang
menurut KBBI adalah memberikan yang
terbaik, dapat dikatakan optimalisasi
akses adalah tindakan atau upaya yang
terbaik yang harus dilakukan oleh
pemerintah daerah dalam
menyebarluaskan informasi melalui
media yang bisa memberikan
kemudahan akses informasi.
Salah satu media massa yang
dianggap bisa memberikan kemudahan
akses informasi bagi masyarakat
Indonesia yang heterogen adalah radio
komunitas. Radio komunitas merupakan
madia massa yang pertumbuhannya kian
berkembang dari hari ke hari setelah
diberlakukannya Undang-Undang No. 32
Tahun 2002 tentang Penyiaran. Subarkah
(2008) dalam Takariani (2013:24)
menyebutkan bahwa jumlah radio
komunitas semakin bertambah di
berbagai pelosok tanah air, seolah-olah
ingin mengimbangi jumlah gabungan
radio komersial dan radio publik di
tanah air. Radio dengan beragam
komunitas saat ini muncul di berbagai
wilayah Indonesia, dengan berbagai
jenisnya seperti komunitas mahasiswa,
komunitas petani, komunitas pedagang,
komunitas agama, komunitas nelayan,
dan lain-lain. Hal ini mencerminkan
heterogenitas masyarakat Indonesia dan
kebutuhan komunitas akan media.
Pesatnya perkembangan radio komunitas
juga dipengaruhi dengan tingginya
keinginan dan kesempatan komunitas
untuk menyelesaikan beberapa persoalan
yang ada di komunitasnya. Prakoso dan
Nugent, (2007) dalam Lilis,dkk (2013:146)
mengatakan berdasarkan databasis
Jaringan Radio Komunitas Indonesia
(JRKI), radio komunitas saat ini terdapat
di 20 provinsi. Data jumlah radio
komunitas yang ada di Indonesia per
Juni 2007 ialah sebanyak 680 radio
komunitas. Provinsi dengan jumlah radio
komunitas terbanyak ialah Jawa Barat
yakni 348. Hal ini menunjukkan bahwa
betapa perkembangan jumlah radio
komunitas di Jawa Barat begitu pesat
dibandingkan daerah lainnya. JRKI Jawa
Barat sendiri berdiri sejak tahun 2002
dengan 48 radio komunitas. Bahkan, di
Jawa Barat ada sejumlah jaringan radio
lain, seperti jaringan radio suara petani
atau nelayan yang memiliki anggota 280
stasiun radio serta JRKTI yang
beranggotakan 30 stasiun radio. Ini
Prosiding Seminar Tahun 2015 “Optimalisasi Akses dan Pemanfaatan Informasi Publik”
14
artinya, selain dari radio komunitas yang
telah terdaftar di KPID, ternyata masih
ada radio komunitas petani dan nelayan
yang belum menjadi anggota JRKI
dengan jumlah yang cukup fantastis.
Berbeda jauh pada awal
kemunculannya, sebagai lembaga
penyiaran, radio komunitas sangat
dikucilkan, karena dianggap sebagai
radio ilegal. Padahal di negara-negara
maju keberadaan radio komunitas sangat
dibutuhkan dan sudah banyak mengkaji
tentang manfaat dari radio komunitas.
Bahkan menurut KPI (2009), di sejumlah
negara di benua Afrika, radio-radio
komunitas menjadi garda terdepan
dalam membendung penyebaran HIV
(Suara, 2011).
Berkembangnya media komunitas
khususnya radio komunitas tidak
terlepas dari semakin meningkatnya
kebutuhan masyarakat akan informasi-
informasi lokal atau informasi yang
relevan dengan kebutuhan komunitas
tersebut.
Konsep radio komunitas sendiri
pada awalnya berakar dari aktivitas
kelompok buruh tambang di Bolivia dan
Columbia pada akhir 1940an, yang
memakai radio sederhana sebagai alat
untuk menyatukan diri dan memperbaiki
kondisi pekerjaannya.
Di Eropa pada tahun 1960–1970an,
radio ilegal yang melawan monopoli
pemerintah di dunia penyiaran
mengembangkan konsep tersebut dan
disesuaikan dengan perkembangan
penyiaran saat ini, sebagai ‘radio untuk,
mengenai, dan oleh masyarakat’. Di
benua Afrika, radio komunitas
berkembang sebagai alat demokrasi
setelah jatuhnya rezim apartheid di Afrika
Selatan.
Di Asia, organisasi donor
internasional seperti UNESCO dan juga
institusi penyiaran nasional lebih banyak
terlibat dalam mengintroduksikan radio
komunitas daripada kelompok lokal
(Fraser dan Estrada 2001:6 dalam
Jurriens, 2003:117).
Sementara di Indonesia istilah
media komunitas mulai dipakai oleh
masyarakat pada awal tahun 2000
dengan munculnya buletin komunitas
“Angkringan” yang digagas oleh
sekelompok anak muda di Timbulharjo,
Yogyakarta, buletin Forum Warga Kamal
Muara, “Fokkal” buletin Forum Warga
Kalibaru dan beberapa Forum Warga di
Bandung. Memasuki tahun 2001,
kelompok anak muda yang mengelola
buletin Angkringan di Timbulharjo mulai
mengembangkan radio komunitas, yang
mereka sebut Radio Angkringan FM,
kemudian menginspirasi Paguyuban
Pengembangan Informasi Terpadu
(PINTER) di Terban Yogyakarta untuk
mendirikan Panagati FM, Forum Warga
Cibangkong (FWC) mendirikan radio
komunitas Cibangkong di Bandung,
Forum Masyarakat Majalaya Sejahtera
(FM2S) mendirikan radio komunitas
Optimalisasi Pemanfaatan Informasi Publik melaui Radio Komunitas pada Komunitas Nelayan C. Suprapti Dwi Takariani
15
Majalaya Sejahtera (MASE) dan Forum
Komunikasi Warga Kamal Muara
mendirikan radio komunitas Kamal
Muara di Jakarta. Pada bulan Februari
2002 beberapa radio komunitas yang
digagas oleh forum warga mulai terlibat
advokasi Rencana Undang-Undang
(RUU) Penyiaran, revisi UU No. 24 tahun
1997 tentang Penyiaran (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1997
Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3701), hingga
radio komunitas kemudian diakui
keberadaannya dan UU No.32 Tahun
2002 tentang Penyiaran menjadi payung
hukumnya (Aninim, 2015).
Sebagai media komunikasi, radio
komunitas memiliki fungsi yang sama
dengan radio-radio komersial lainnya,
selain berfungsi sebagai kontrol sosial
radio komunitas juga berfungsi
mendidik, memberi informasi, dan
menghibur pendengarnya. Keempat
fungsi tersebut merupakan bagian
terpenting dari radio komunitas. Radio
komunitas sendiri merupakan lembaga
layanan nirlaba yang dimiliki dan
dikelola oleh komunitas tertentu,
umumnya melalui yayasan atau asosiasi.
Tujuannya adalah untuk melayani dan
memberikan manfaat kepada komunitas
di mana lembaga penyiaran tersebut
berada (Fraser dan Estrada, 2001:3).
Undang-Undang No. 32 Tahun 2002
tentang Penyiaran menyatakan bahwa :
“Lembaga penyiaran komunitas
merupakan lembaga penyiaran
yang berbentuk badan hukum
Indonesia, didirikan oleh komunitas
tertentu, bersifat independen, dan
tidak komersial, dengan daya
pancar rendah, luas jangkauan
wilayah terbatas, serta untuk
melayani kepentingan
komunitasnya”.
Ada banyak manfaat yang dimiliki
oleh radio komunitas, seperti
dikemukakan oleh The National
Community Radio Forum (NCRF), yakni:
(Rachmiatie, 2007:82)
1. Partisipasi merupakan kekuatan
bagi komunitas untuk membuka
pintu perubahan kehidupan
komunitas;
2. Melayani informasi di segala sector
kehidupan komunitas;
3. Memromosikan dan merefleksikan
budaya, karakter, dan identitas
lokal/komunitasnya;
4. Meningkatkan akses untuk
penyebaran informasi secara lisan;
5. Merupakan bentuk tanggung jawab
sosial atas kebutuhan komunitasnya;
6. Berperan penting sebagai pemberi
kekuatan bagi kaum yang
terpinggirkan.
Radio komunitas sendiri saat ini
juga sering disebut sebagai radio sosial,
radio pendidikan, atau radio alternatif.
Radio komunitas merupakan lembaga
penyiaran yang memberikan pengakuan
Prosiding Seminar Tahun 2015 “Optimalisasi Akses dan Pemanfaatan Informasi Publik”
16
secara signifikan terhadap peran
supervisi dan evaluasi oleh anggota
komunitasnya melalui sebuah lembaga
supervisi yang khusus didirikan untuk
tujuan tersebut, dimaksudkan untuk
melayani komunitas tertentu saja dan
(karenanya) memiliki daerah jangkauan
yang terbatas (Gazali dalam Anwarudin,
2010). Pemerintah telah menyediakan
frekuensi khusus untuk radio komunitas
yaitu di 107.7-9 FM. Karena frekuensinya
yang khusus maka harus dipastikan daya
pancar radio komunitas terbatas supaya
tidak bertabrakan dengan radio
komunitas yang lainnya. Lucas FB (2003)
dalam Pramudia (2007:14) mengatakan
bahwa radio komunitas adalah radio
yang dirancang dan dioperasikan oleh,
dengan, untuk, dan dari komunitas itu
sendiri (by, with, for, and of the people).
Penyiaran komunitas bisa dikatakan
merepresentasikan pengembangan
komunikasi dua arah secara massal
untuk mencapai perubahan dan
pembangunan manusia secara holistik.
Pendekatan radio berbasis
komunitas, bukan mengisolasi
audiennya, melainkan membangun
hubungan antara penyiar dan
masyarakat pendengar pada dimensi
yang lain.
Konsep penyiaran komunitas
membawa sebuah misi, orientasi,
komitmen, dan perhatian berdasarkan
perkembangan kebutuhan masyarakat.
Penyiaran bisa dilakukan dengan cara
menciptakan siaran yang berkualitas,
bermartabat, mampu menyerap dan
merefleksikan aspirasi masyarakat yang
beraneka ragam, termasuk untuk
mencegah dampak negatif dari informasi
nasional (Kia, 2011). Hal ini tentunya
sangat berbeda dengan lembaga
penyiaran komersial, yang penyampaian
informasinya cenderung dirancang
secara top-down dari atas ke bawah,
masyarakat dianggap pasif dan hanya
sebagai objek.
Radio komunitas bisa dimanfaatkan
untuk mengangkat isu-isu lokal yang
sangat relevan dan dibutuhkan oleh
masyarakat. Radio komunitas sebagai
salah satu bagian dari sistem penyiaran
Indonesia secara praktik bisa ikut
berpartisipasi dalam penyampaian
informasi yang sesuai dengan kebutuhan
komunitasnya, baik menyangkut aspirasi
warga masyarakat maupun program-
program yang dilakukan pemerintah
untuk bersama-sama menggali masalah
dan mengembangkan potensi yang ada
di lingkungannya. Karena lebih
menonjolkan unsur lokalitas dan
komunitasnya sudah barang tentu tiap-
tiap radio komunitas akan berbeda-beda
dalam setiap proses produksinya. Radio
komunitas nelayan tentunya akan
memrioritaskan program-programnya
yang khusus berkaitan dengan
kebutuhan nelayan.
Kehadiran radio komunitas juga
akan membantu mempermudah akses
Optimalisasi Pemanfaatan Informasi Publik melaui Radio Komunitas pada Komunitas Nelayan C. Suprapti Dwi Takariani
17
informasi bagi nelayan khususnya
nelayan tradisional. Pemerintah daerah
setempat atau badan publik pemerintah
bisa menyisipkan informasi-informasi
yang sangat dibutuhkan oleh nelayan
seperti program pemberdayaan untuk
nelayan, melalui radio komunitas. Radio
komunitas juga bisa menggali informasi
mengenai harga ikan dari sumber yang
kredibel sehingga nelayan tidak
dipermainkan oleh para tengkulak yang
membeli ikan tidak sesuai dengan harga
pasar. Masalah modal misalnya yang
selama ini menjadi kendala utama
nelayan tradisional, radio komunitas bisa
menjadi media untuk menjembatani
nelayan dengan para pemberi modal agar
nelayan tradisional mendapatkan
informasi mengenai cara mendapatkan
modal dari pemerintah.
Berdasarkan hasil penelitian yang
penulis lakukan terhadap nelayan
tradisional di Kabupaten Karawang,
selama ini mereka mendapat modal dari
“Bank Harian”, “Bank Harian”
merupakan istilah yang digunakan oleh
nelayan di Kabupaten Karawang
terhadap orang yang meminjami
sejumlah modal kepada mereka
(Takariani, 2015). Selama ini mereka
memang tidak mengetahui bagaimana
cara mendapatkan modal untuk
kelangsungan pekerjaan mereka sebagai
nelayan, apalagi jika tiba musim paceklik,
musim di mana nelayan tidak
mendapatkan hasil tangkap seperti yang
diharapkan. Informasi-informasi seperti
inilah yang selama ini belum bisa diakses
para nelayan di media massa
konvensional seperti televisi, radio, dan
surat kabar. Selain itu radio komunitas
juga bisa mengangkat potensi-potensi
yang ada pada komunitas nelayan
sehingga mereka bisa mengelola dan
mengolah hasil yang mereka dapatkan
tentunya dengan pembinaan,
pendampingan dan akses informasi
dengan mudah.
Pada perkembangannya, radio
komunitas menempati peran dan posisi
yang cukup strategis dalam mendorong
penguatan masyarakat melalui informasi.
Beberapa praktik yang telah dilakukan
oleh radio komunitas di beberapa tempat
telah memberikan bukti bahwa radio
komunitas dapat berperan aktif dalam
memberikan pembelajaran-pembelajaran
terhadap rakyat untuk dapat terlibat
dalam setiap proses penyelenggaraan
kebijakan publik, baik itu dengan
melakukan kegiatan-kegiatan sosialisasi
kebijakan, menjadi clearing house bagi
pengelola program pembangunan serta
melakukan monitoring terhadap praktik-
praktik penyelenggaraan kebijakan
public (Suryandaru, 2013).
Ada banyak manfaat dari radio
komunitas sebagai penyebar informasi,
menurut The National Community Radio
Forum (NCRF) dalam Rachmiatie
(2005:219), yaitu forum radio komunitas
Prosiding Seminar Tahun 2015 “Optimalisasi Akses dan Pemanfaatan Informasi Publik”
18
yang sudah memiliki 54 negara sebagai
anggotanya di dunia adalah:
1) Berpartisipasi. Merupakan kekuatan
bagi komunitas untuk membuka
pintu perubahan kehidupan
komunitas;
2) Melayani informasi di segala sektor
kehidupan komunitas;
3) Memromosikan dan merefleksikan
budaya, karakter, dan identitas
lokal/komunitasnya;
4) Meningkatkan akses untuk
penyebaran informasi secara lisan;
5) Merupakan bentuk tanggung jawab
sosial atas kebutuhan komunitasnya;
6) Berperan penting sebagai pemberi
kekuatan bagi kaum yang
terpinggirkan.
Manfaat-manfaat tersebut di atas
yang tampaknya belum disadari oleh
masyarakat, khususnya masyarakat yang
kurang mudah mengakses informasi
karena beberapa hambatan atau kendala.
Hadirnya radio komunitas di suatu
lingkungan komunitas tertentu bisa
memberikan nuansa baru karena media
tersebut akan memberikan pengaruh
yang cukup besar dalam lingkungan di
komunitas tersebut. Di sisi lain akan
terlihat bahwa radio komunitas akan
menjadi simpul informasi bagi sebuah
sistem informasi dalam sebuah
komunitas (Usodo, dkk, 2008 dalam
Feriawan, dkk, 2013:3). Kesejahteraan
komunitas nelayan tradisional dapat
diwujudkan dengan mengoptimalkan
informasi melalui radio komunitas.
Bagi komunitas nelayan tradisional
yang selama ini mereka pasif atau sulit
untuk mengakses informasi karena
kekurangtahuan atau ketiadaan media
yang bisa menjembatani nelayan untuk
mendapatkan informasi, radio komunitas
bisa dijadikan sebagai media alternatif
untuk mengatasi hal tersebut. Meskipun
hal ini kurang sejalan dengan ciri khas
dari radio komunitas itu sendiri, di mana
ide-ide atau program siaran seharusnya
berasal dari warga komunitas.
PENUTUP
Keterbukaan informasi yang
beberapa waktu lalu telah diformalkan
oleh pemerintah Indonesia yakni dengan
disahkannya Undang-Undang No.14
Tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik, berdampak pada
membanjirnya berbagai macam informasi
di berbagai media yang muncul seiring
dengan diberlakukannya undang-
undang tersebut.
Tidak semua masyarakat Indonesia
yang terdiri dari beragam komunitas bisa
mengakses informasi dengan mudah.
Komunitas nelayan tradisional di
Kabupaten Karawang merupakan
sebagian kecil dari komunitas yang ada
di Indonesia dan kebutuhan akan
informasi belum sepenuhnya terpenuhi.
Akses mereka terhadap informasi baru
Optimalisasi Pemanfaatan Informasi Publik melaui Radio Komunitas pada Komunitas Nelayan C. Suprapti Dwi Takariani
19
sebatas dari media interpersonal seperti
petugas penyuluh perikanan dan ketua
kelompok nelayan. Sedangkan media
massa seperti televisi, radio, dan surat
kabar belum banyak memberikan
informasi seperti yang diinginkan oleh
nelayan.
Radio komunitas merupakan media
komunikasi dan informasi yang saat ini
berkembang cukup pesat di berbagai
komunitas yang ada di Indonesia. Radio
komunitas merupakan media massa yang
diharapkan bisa mengoptimalkan
penyebaran informasi terutama informasi
yang berkaitan dengan kebutuhan
komunitas tersebut dan mudah diakses
oleh nelayan.
Informasi-informasi yang dikemas
secara sederhana dan sesuai dengan
keinginan komunitas atau masyarakat ,
akan mudah diterima, dan mereka bisa
sekaligus berpartisipasi aktif di
dalamnya
Program-program pemerintah yang
berkaitan dengan kebutuhan nelayan
bisa dikemas dengan sederhana dan
mudah dimengerti oleh komunitas
nelayan dan kemudian disiarkan di radio
komunitas tersebut, hal ini akan lebih
efektif dan efisien dalam
mengoptimalkan informasi dari badan
publik pemerintah kepada masyarakat.
Melihat begitu pentingnya akses
informasi bagi nelayan khususnya
nelayan tradisional, sudah saatnya
pemerintah daerah setempat mendorong
dan memfasilitasi komunitas nelayan
tradisional untuk membangun atau
mendirikan radio komunitas nelayan.
Banyak manfaat yang akan diterima
oleh komunitas nelayan selain akses
informasi yang mudah, mereka juga bisa
dilatih untuk tidak hanya pasif menerima
informasi saja, namun juga bisa aktif dan
berpartisipasi untuk memberikan ide-ide
yang bermanfaat bagi komunitasnya.
Melalui radio komunitas
diharapkan pemerataan informasi
minimal di komunitas nelayan akan
membantu nelayan dalam memenuhi
kebutuhan mereka akan informasi.
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Dinas Perikanan dan Kelautan Jawa Barat. (2013). Buku Statistik Perikanan Tangkap Jawa
Barat Tahun 2013 .Bandung: Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Fraser, Colin dan Sonia Estrepo Estrada. (2001). Buku Panduan Radio Komunitas.
Jakarta:UNESCO Jakarta Office.
Prosiding Seminar Tahun 2015 “Optimalisasi Akses dan Pemanfaatan Informasi Publik”
20
Kusnadi. (2002). Konflik Sosial Nelayan, Kemiskinan dan Perebutan Sumber Daya Perikanan.
Yogyakarta: LKiS.
Nasrullah, Rulli. (2012). Komunikasi Antar Budaya Di Era Budaya Siber. Jakarta: Kencana.
Rachmiatie, Atie. (2007). Radio Komunitas, Eskalasi Demokratisasi Komunikasi. Bandung:
Simbiosa Rekatama Media.
Subagiyo,dkk. (2009). Anotasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik Edisi Pertama. Jakarta:Komisi Informasi Pusat RI.
Jurnal:
Pramudia, Joni Rahmat. (2007). Radio Komunitas Untuk Perluasan Pendidikan Non
Formal. Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, Vol. 4 No.1, April 2007, hal.14.
Jurriens, Edwin. (2003). Radio Komunitas Di Indonesia: “New Brechtian Theatre” Di
Era Reformasi?. Jurnal Antropologi Indonesia, No.72, hal.117, Tersedia dalam
http://journal.ui.ac.id/index.php/jai/article/viewFile/3478/2758, diakses
tanggal 15 Oktoer 2015.
Lilis, Dede CH, dkk. (2013). Mengusung Masyarakat Madani Melalui Radio Komunitas.
Mimbar.Vol.29 No. 2 Desember 2013, hal. 146.
Rachmiatie, Atie. (2005). Keberadaan Radio Komunitas sebagai Eskalasi Demokratisasi
Komunikasi pada Komunitas Pedesaan di Jawa Barat. Mediator. Vol 6. No.2
Desember 2005, hal 215.
Retnowati, Endang. (2011). Nelayan Indonesia Dalam Pusaran Kemiskinan Struktural
(Perspektif Sosial, Ekonomi, dan Hukum).Perspektif. Vol. XVI, No. 3, Tahun 2013
Edisi Mei, hal. 152.
Suara. (2011). Virtual Ausience Community Radio dalam Online Social Media. Tersedia
dalam http://e-journal.uajy.ac.id/2404/2/1KOM03367.pdf, diakses tanggal 15
September 2015.
Takariani, C.Suprapti Dwi. (2013). Peluang dan Tantangan Radio Komunitas di Era
Konvergensi. Observasi, Vol. 11 No. 1 Tahun 2013, hal 24.
Widiastuti. (2010). Kemiskinan Struktural Informasi. Jurnal Ilmu Komunikasi. Vol. 8, No.
3, Tahun 2010, hal. 315.
Winnetou, Teuku dan Wawan Setiawan. (2007). Peranan Radio Komunitas Agro dalam
Pelayanan Informasi Pertanian di Desa Pangalengan. Jurnal Mediator, Vol. 8 No. 2
Tahun 2007, hal. 369.
Optimalisasi Pemanfaatan Informasi Publik melaui Radio Komunitas pada Komunitas Nelayan C. Suprapti Dwi Takariani
21
Skripsi:
Anwarudin. (2010). Strategi Penyiaran Radio Komunitas dalam Memeroleh Pendengar (Studi
pada Radio Komunitas Srimartini FM Kelurahan Srimartini Kecamatan Piyungan).
Skripsi. UIN Sunan Kalijaga Semarang.
Feriawan, Indra dan Reni Nuraini. (2013). Peran Radio Komunitas dalam Pemenuhan
Kebutuhan Informasi.Skripsi. Telkom University.
Takariani, C.Suprapti Dwi .(Kementerian Komunikasi dan Informatikan RI, Badan
Penelitian dan Pengembangan SDM, Balai pengkajian dan Pengembangan
Komunikasi dan Informatika. (2015, Sept). Opini Nelayan Tentang Informasi Publik
di Kabupaten Karawang Provinsi Jawa Barat. Laporan Penelitian.Bandung.
Internet:
Anonim. (2015). Nelayan Jabar Masih Banyak Yang Miskin.Tersedia dalam
http://www.pikiran-rakyat.com/ekonomi/2015/04/06/322481/nelayan-jabar-
masih-banyak-yang-miskin.Diakses tanggal 20 Oktober 2015.
………. (2012). Sumber Daya Manusia Di Indonesia Masih Kurang. Tersedia dalam
http://anypedia.tumblr.com/post/103637055236/sumber-daya-manusia-di-indonesia-masih-
kurang, diakses 21 Oktober 2015.
Anonim. (2015). Tentang JRKI. Tersedia dalam https://jrki.wordpress.com/about/.
Diakses tanggal 21 Oktober 2015
Kia,Anakia. (2011). Konvergensi Media Bagi Jaringan Rakom. Tersedia dalam
http://www.kompasiana.com/www.anakia.com/konvergensi-media-bagi-
jaringan-rakom_55009ff7813311ca60fa7eea, diakses tanggal 29 September 2015.
Rochim, Mochamad. (2011). Kiprah Radio Komunitas Dalam Pemberdayaan Masyarakat.
Tersedia dalam
http://komunikasi.unsoed.ac.id/sites/default/files/40.MochamadRochim_unisb
a.pdf, diakses tanggal 14 September 2015.
Siwi. (2012). Konsep Komunitas dan Masyarakat dalam Perspektif Sosiologi. Tersedia dalam
http://skpm.ipb.ac.id/konsep-komunitas-dan-masyarakat-dalam-perspektif-
sosiologi/, diakses tanggal 21 September 2015.
Sunarno, Heri. (2014). Strategi Komunikasi Radio Komunitas Dalam Mempertahankan
Eksistensinya. Tersedia dalam http://jurnal.yudharta.ac.id/wp-
content/uploads/2014/11/2.pdf, diakses tanggal 28 September 2015.
Suryandaru, Yayan Sakti. (2013). Demokratisasi Informasi Melalui Radio Komunitas.
Tersedia dalam http://yayan-s-fisip.web.unair.ac.id/artikel_detail-70858-
komsosbang-
Prosiding Seminar Tahun 2015 “Optimalisasi Akses dan Pemanfaatan Informasi Publik”
22
Demokratisasi%20Informasi%20Melalui%20Radio%20Komunitas.html, diakses
tanggal 20 Oktober 2015.
23
PELAYANAN INFORMASI PUBLIK MELALUI SITUS WEB
Syarif Budhirianto
Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Bandung Jln. Pajajaran No. 88
Bandung 40173 Telp. (022) 6017493 Fax.(022) 6021740 Hp. 08122393677 Email: syarifbudhi @gmail.com
Abstrak
Situs web bandung.go.id merupakan media pelayanan informasi publik untuk menjawab berbagai kebutuhan masyarakat. Fokus penelitian adalah bagaimana memberikan fungsi pelayanan informasi publik kepada masyarakat, kualitas konten informasi yang disajikan, serta daya tarik penampilan situs. Tujuannya untuk mengetahui berbagai layanan informasi publik yang disajikan melalui situs bandung.go.id, baik dari aspek fungsi, kualitas, dan daya tarik yang ditampilkan, sehingga bagi Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menjadikan bahan kebijakan dan strategi pengembangan situs web pemerintah yang lebih baik. Jenis penelitian adalah deskriptif kualitatif, dengan melakukan observasi dan monitoring langsung terhadap situs bandung.go.id, selanjutnya melakukan kategorisasi, interpretasi data, dan pengambilan simpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa situs bandung.go.id sudah berfungsi sebagai media informasi publik yang dibutuhkan masyarakat, kualitas konten tersaji lebih variatif, dan memunyai daya tarik homepage bagi alternatif masyarakat dalam mengaksesnya, tetapi konsistensi penampilan berupa desain template, aktualitas informasi, serta pembaruan data (updating) perlu ditingkatkan lagi.
Kata Kunci: pelayanan, informasi publik, situs web.
PENDAHULUAN
Situs web resmi Kota Bandung
dengan nama http//:
www.bandung.go.id merupakan salah
satu media informasi publik bagi
masyarakat. Media ini diperlukan
sebagai ruang publik yang terbuka agar
masyarakat memeroleh informasi seluas
mungkin tentang dinamika
penyelenggaraan pemerintahan Kota
Bandung dengan segala potensi yang
ada. Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung
berkomitmen untuk mewujudkan tata
pemerintahan yang baik (good governance)
perlu mengedepankan transparansi
informasi dan komunikasi dalam
menjalankan tugas pokok dan fungsinya
sesuai amanat Undang-Undang Nomor
14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan
Informasi Publik (UU KIP).
Dengan situs yang dimiliki, diharap
membuat pelayanan informasi publik
lebih cepat, mudah, dan murah tanpa
sekat birokrasi yang dihadapi, di mana
pada masa lalu hal ini tidak mungkin
bisa dilakukan secepat itu. Keberadaan
situs web bandung.go.id , juga telah
terintegrasi dan terkoneksi dengan
seluruh satuan kerja perangkat daerah
(SKPD) dan sejumlah kecamatan, hanya
dengan mengklik situs atau portal
Prosiding Seminar Tahun 2015 “Optimalisasi Akses dan Pemanfaatan Informasi Publik”
24
pemerintah tersebut akan tersaji berbagai
sajian informasi yang dibutuhkan.
Terlebih bagi masyarakat luar Kota
Bandung yang ingin mengetahui lebih
jauh tentang kota ini akan lebih
dimudahkan lagi tanpa harus datang
langsung serta diberikan literasi yang
lebih akurat lagi, terutama mereka yang
akan melakukan usahanya.
Sejak situs ini berdiri pada tahun
2003, telah terjadi kemajuan yang pesat
pada rancangan desain, tampilan, dan
konten, juga telah memberi kontribusi
yang signifikan dalam memberikan
informasi publik kepada masyarakat. Hal
ini tidak lepas dari komitmen Pemkot
Bandung untuk memberi pelayanan
informasi secara optimal bagi
masyarakat, serta ditunjang dengan
peningkatan sumber daya pengelola
yang dimiliki. Seperti dikemukakan
Suryanto (2009), tampilan pada sebuah
website merupakan faktor utama dalam
menentukan ketertarikan pengguna
untuk mengakses. Tampilan ini terdapat
tata cara proses dalam menciptakan
halaman yang penuh estetika dan seluk
beluk mekanisme yang dikenal dengan
nama desain web.
Hanya dengan dinamika kemajuan
inilah keberadaan situs bandung.go.id
dapat dipertahankan dengan baik,
terlebih peta persaingan dengan situs
lainnya yang semakin ketat untuk
menarik perhatian pengunjung. Apalagi
ke depan masyarakat akan semakin
bergantung pada pemanfaatannya dalam
melakukan aktivitas informasi dan
komunikasi serta sudah menjadi tuntutan
gaya hidup orang masa kini untuk
mencari informasi melalui internet, di
mana sebelumnya masyarakat belum
terbayang bagaimana pemanfaatan situs
ini menjadi alat koneksitas kepada
kerabatnya tanpa ada sekat (barier)
tempat dan waktu yang memisahkannya.
Untuk itu pelaksanaan
pembangunan Pemkot Bandung pada
tahun 2015 di bidang teknologi informasi
dan komunikasi (TIK) terus menjadi
prioritas untuk dikembangkan, baik dari
segi hardware software, konten informasi
yang disajikan, pembaruan (updating),
serta kualitas interaksi, untuk menjadi
daya tarik bagi pengunjungnya. Wakil
Walikota Bandung Oded M. Danial
seusai kegiatan pra evaluasi sistem
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah
(SAKIP) 2015, berkomitmen bahwa di
setiap SKPD para pegawainya perlu
mengembangkan dan pelatihan diri
dalam menghadapi perkembangan
teknologi informasi sehingga dapat
meningkatkan mutu layanan informasi
bagi masyarakat.
Dalam konteks ini situs yang
dimiliki oleh Pemkot Bandung sebagai
media informasi publik memunyai tiga
halaman muka (homepage) yang
dimunculkan, selain bandung.go.id
sebagai portal resmi Kota Bandung
dengan berbagai informasi, juga di
dalamnya terdapat dua homepage yang
menarik yaitu situs @pemkot bandung
khusus sebagai media interaktif, dan
situs diskominfo.go.id, yang khusus
Pelayanan Informasi Publik pada Situs Web Syarif Budhirianto
25
menampilakan audio visual (youtube).
Dengan demikian diharap masyarakat
pengguna diberikan alternatif dan nilai
tambah (value added) sajian informasi dan
komunikasi pada situs tersebut, baik dari
aspek fungsi, kualitas, ataupun daya
tarik penampilan.
Berdasar latar belakang tersebut,
maka fokus kajian ini yang akan dibahas
adalah bagaimana pelayanan informasi
publik melalui situs web bandung.go.id ,
yakni dengan tiga pertanyaan pokok: (1)
Bagaimana fungsi situs web sebagai
media pelayanan informasi bagi
masyarakat; (2) Bagaimana kualitas situs
dalam meningkatkan pelayanan
informasi publik; dan (3) Bagaimana
daya tarik situs bandung.go.id untuk
menarik perhatian masyarakat.
Tujuan penelitian ini adalah
mengetahui pelayanan informasi publik
kepada masyarakat melalui situs web
bandung.go.id, baik dari sisi fungsi,
kualitas, dan daya tarik yang
ditampilkan. Sedangkan kegunaannya
bagi Kementerian Komunikasi dan
Informatika (Kemenkominfo) sebagai
bahan kebijakan dan strategi
pengembangan website pada pemerintah
daerah yang lebih berkualitas dan
memunyai daya tarik sebagai media
informasi publik.
LANDASAN KONSEP
Pelayanan Informasi Publik
Situs web (website) pemerintah
merupakan media pelayanan informasi
publik memerlukan daya tarik tersendiri
pengguna agar selalu mengakses secara
berkelanjutan. Sebagai media, dalam
pengembangan e-government yang paling
dasar adalah menyediakan informasi
penyelenggaraan pemerintahan agar
dapat dilihat, diambil (download), dan
dimiliki berbagai pihak yang
berkepentingan. Melalui website, warga
dan pemangku kepentingan lainnya
dapat mengetahui bagaimana
pemerintah bekerja, bagaimana prosedur
mengakses layanan pemerintah, dan
bagaimana mengubah kebijakan dan
peraturan yang berpengaruh bagi
kehidupan warga (La Porte dan
Demchak, 2002).
Terdapat beberapa kriteria yang
harus diperhatikan agar menarik dan
pengguna mau mengakses secara
berkelanjutan, yaitu bagaimana
masyarakat mencari informasi di
internet, informasi apa yang paling
banyak dibutuhkan, terlebih pada situs
web bandung go.id Pemkot Bandung
dengan tampilannya harus menarik dan
dapat memengaruhi jumlah pengunjung
yang mengakses. Penggunaan website
diharapkan akan membuat masyarakat
dan pemerintah mampu berhubungan
secara lebih baik, murah, dan efektif,
terutama bagi pemerintah sebagai
penyampai informasi dan pelayanan
pemerintah akan meningkat (Vassilakis,
2005), begitu pula partisipasi masyarakat
dalam mengakses lebih meningkat
(Lytras, 2006).
Prosiding Seminar Tahun 2015 “Optimalisasi Akses dan Pemanfaatan Informasi Publik”
26
Penerapan media ini dapat
menunjang aksesibilitas dalam
memercepat proses interaksi antara
pemerintah dengan masyarakat.
Pemanfaatannya ditujukan dalam rangka
meningkatkan kualitas pelayanan publik
dan menghidupkan aktivitas masyarakat
guna mencapai tingkat kesejahteraan
yang lebih baik, serta berfungsi menjadi
portal informasi, interaksi, dan transaksi
bagi pemerintah dengan pihak
pemangku kepentingan. Government to
citizen (G to C) dalam mewujudkan
prinsip-prinsip good govermance dapat
ditinjau dari beberapa hal, antara lain:
Fungsi, yaitu sebagai media
penyampaian informasi, media
komunikasi maupun transaksi dalam
bentuk portal kepada masyarakat dalam
hal pelayanan publik (Dwiyanto,
2005:23).
Dalam rangka menunjang
pemerintahan yang baik dalam
peningkatan pelayanan dan
kesejahteraan masyarakat yang
berkelanjutan, sebenarnya tidak
berwujud penggunaan situs saja, tetapi
mencakup semua pemanfaatan berbagai
media elektronik dalam penyelenggaraan
pemerintahan. Namun internet dan
website dalam perkembangannya menjadi
media yang lebih populer dibandingkan
penggunaan media lainnya, bahkan
menjadi sebuah sistem pengelolaan relasi
baru yang bersifat timbal balik antara
pemerintah dan berbagai pemangku
kepentingannya (ends) melalui
pengembangan media berbasis teknologi
informasi (tools) dan kemudian menjadi
menggurita dalam hal ukuran dan
jumlah penggunanya (Wagner, 2006).
Penggunaan situs web oleh
masyarakat dalam melaksanakan
fungsinya sebagai pelayanan publik,
memunyai kelebihan interaktif
dibandingkan dengan cara-cara yang
selama ini dilakukan, karena akan
membantu pemerintah dalam
menyediakan informasi, memberi
layanan umum, dan memungkinkan
adanya transaksi secara online kepada
masyarakat dengan kualitas yang lebih
baik lagi. Dengan kata lain, bahwa fungsi
dari media ini adalah sebagai media
informasi dan komunikasi Pemkot
Bandung kepada masyarakat, di
dalamnya termasuk kinerja
pemerintahan masing-masing SKPD dan
link dengan seluruh kecamatan yang ada.
Semua itu dapat diakses masyarakat luas
dengan berbagai layanan interaksi yang
disediakan.
Di dalam strategi penyelenggaraan
situs, penting untuk memastikan bahwa
berbagai tugas manajemen yang
diperlukan bagi pengelolaan yang efektif
telah teridentifikasi, dan tanggung jawab
pelaksanaan telah teralokasi serta
dipahami dengan jelas oleh para
pengelola. Dari konsep yang secara
komprehensif telah diketahui di atas
maka diketahui beberapa manfaat dari
pelaksanaannya, antara lain :
Memerbaiki kualitas pelayanan
pemerintah kepada para stakeholder
(masyarakat, kalangan bisnis, dan
Pelayanan Informasi Publik pada Situs Web Syarif Budhirianto
27
industri) terutama dalam hal kinerja
efektivitas dan efisiensi diberbagai
bidang kehidupan bernegara.
Meningkatkan transparansi, kontrol,
dan akuntabilitas penyelenggaraan
pemerintahan dalam rangka
penerapan konsep good corporate
governance.
Menciptakan suatu lingkungan
masyarakat baru yang dapat secara
cepat dan tepat menjawab berbagai
permasalahan yang dihadapi sejalan
dengan berbagai perubahan global
dan trend yang ada.
Mengurangi secara signifikan total
biaya administrasi, relasi, dan
interaksi yang dikeluarkan
pemerintah maupun stakeholder
untuk keperluan aktivitas sehari-hari.
Memberikan peluang bagi
pemerintah untuk mendapatkan
sumber-sumber pendapatan baru
melalui interaksinya dengan pihak-
pihak yang berkepentingan.
Memberdayakan masyarakat dan
pihak-pihak lain sebagai mitra
pemerintah dalam proses
pengambilan berbagai kebijakan
publik secara merata dan demokratis.
Menciptakan masyarakat berbasis
komunitas informasi yang lebih
berkualitas (Indrajid, 2005).
Istilah lain dalam mengakses
informasi dan komunikasi adalah
computer mediated communication (CMC),
yang merupakan sebuah istilah yang
digunakan untuk melakukan komunikasi
antar dua orang /lebih yang dapat saling
berinteraksi melalui komputer yang
berbeda melalui aplikasi yang ada pada
komputer tersebut. Hal ini sesuai dengan
fungsinya bahwa, computer mediated
communication is a process of human
communication via computer, involving
people situated in particular contex, engaged
in process to shaped media for variety of
purpose (Thurlov, 2007). Definisi lain
dari CMC adalah studi yang memelajari
bagaimana perilaku masyarakat dalam
mengakses informasi melalui medium
komputer dalam pertukaran informasi
dan komunikasi (Wood dan Smith, 2005).
Komputer sebagai sarana media
informasi dan komunikasi, begitu pula
halnya dengan situs web bandung.go.id
diharapkan banyak dikunjungi dan
diminati banyak orang, bukan hanya di
akses masyarakat di daerahnya sendiri,
tetapi oleh masyarakat di seluruh
Indonesia dan luar negeri. Terdapat 10
parameter yang perlu dipenuhi oleh situs
web pemerintah, yaitu:
Kepemilikan dan alamat kontak,
situs yang baik harus menampilkan
informasi mengenai siapakah pemilik
situs web pemda tersebut.
Kecepatan (speed), faktor ini tampilan
sebuah situs sangat berpengaruh
terhadap pengunjung.
Halaman depan (homepage), adalah
hal utama yang akan dibuka
pengunjung.
Konteks, harus sejalan dengan visi
dan misi serta tupoksi dari pemda.
Prosiding Seminar Tahun 2015 “Optimalisasi Akses dan Pemanfaatan Informasi Publik”
28
Isi (content), merupakan informasi
yang akan disampaikan oleh pemda
kepada masyarakat.
Mobilitas data, sebuah situs pemda
harus selalu dimutakhirkan/up date.
Ketepatan (accuracy), salah satu
parameter keberhasilan situs pemda
adalah ketepatan.
Kemudahan dibaca (readibility), suatu
situs harus mudah dibaca,
dimengerti, dan dipahami oleh
pengunjung.
Ukuran kualitas interaksi (usability),
adalah pengalaman pengunjung
ketika melakukan interaksi pada
situs web.
Layanan publik (Suryanto, 2009).
Selanjutnya Suryanto (2009) dalam
bukunya: Step By Step Web Design: Theory
and Practices, mengungkapkan kriteria
yang mencerminkan bahwa suatu situs
web berkualitas baik, apabila memiliki
usability, sistem navigasi (struktur),
desain visual (graphic design) content,
compatibility, loading time, functionality,
and interactivity. Di mana hal tersebut
dalam bentuk sajian informasi yang
berkualitas ditentukan oleh mobilitas
data dan ketepatan (accuracy) informasi,
serta perlu dilakukan data terbaru
(update). Dengan demikian, para
pengunjung diberi sajian informasi yang
aktual, layaknya media informasi
lainnya.
Sedangkan kriteria situs web yang
memunyai daya tarik bagi pengunjung
memiliki empat unsur utama, yaitu:
tampilan, isi (content), interaksi, dan
fungsi. Di dalamnya termasuk juga aspek
kecepatan (speed) akses informasi, lay out
halaman depan (homepage), penampilan
gambar yang menarik, dan kemudahan
untuk dibaca (readibility). Layanan
interaktif sebagai bagian dari fungsi situs
web bandung.go.id merupakan hal yang
urgent tersaji pada setiap situs web,
karena dasar pelayanan informasi dan
komunikasi menurut paradigma new
public service adalah pelayanan publik
yang responsif terhadap berbagai berita
dan nilai yang ada, tugas melakukan
negosiasi dan elaborasi pada kepentingan
masyarakat dapat terakomodir berupa
preferensi dan nilai-nilai yang ada pada
masyarakat (Denhardt dan Denhardt,
2005).
Dalam mengimplementasi e-
government tidak selalu berwujud
penggunaan internet atau situs web,
tetapi mencakup semua pemanfaatan
berbagai media elektronik dalam
penyelenggaraan pemerintahan. Namun,
pemanfaatan situs dalam
perkembangannya menjadi media yang
lebih populer dibandingkan penggunaan
media lainnya. Kepopulerannya bahkan
seringkali mengaburkan makna e-
government itu sendiri, seolah identik
dengan internet dan website (tools), bukan
sebagai sebuah sistem pengelolaan relasi
baru yang bersifat timbal balik antara
pemerintah dan berbagai pemangku
kepentingannya melalui pengembangan
media berbasis teknologi informasi
(Suryanto, 2009).
Pelayanan Informasi Publik pada Situs Web Syarif Budhirianto
29
Sementara itu struktur informasi
dan komunikasi diperlukan untuk
memerjelas informasi yang akan
disampaikan dalam situs web portal,
terutama situs internet. Struktur
informasi yang tercakup dalam situs
internet adalah prinsip-prinsip good
governance, seperti transparansi dan
akuntabilitas. Transparansi diperlukan
agar aksi oleh satu pihak dapat dikontrol
oleh pihak lainnya, dan akuntabilitas
merupakan konsekuensi yang harus ada
agar transparansi tersebut menjadi
bermakna. Kemudian information changes,
yaitu sejauhmana tingkat perubahan
informasi dalam portal, baik statis (tidak
pernah berubah) maupun dinamis (selalu
berubah). Jenis informasi, yaitu materi
informasi yang disajikan terutama
informasi yang bergubungan dengan
sumberdaya pelayanan publik, seperti :
informasi pelayanan umum, informasi
potensi dan peluang investasi, informasi
komoditi perdagangan, informasi
infrastruktur pendukung, dan
sebagainya.
Sekilas Situs Web bandung.go.id
Situs web merupakan media
komunikasi online yang menyediakan
berbagai macam informasi, yang
mecakup: image, audio, dan video.
Keberadaan website yang efektif
merupakan salah satu strategi yang harus
dijalankan oleh pemerintah agar dapat
membantu menangani manjemen secara
keseluruhan. Di dalam strategi
penyelenggaraan situs, penting untuk
memastikan bahwa berbagai tugas
manajemen yang diperlukan bagi
pengelolaa yang efektif telah
teridentifikasi, dan tanggung jawab
pelaksanaan telah teralokasi serta
dipahami dengan jelas oleh para
pengelola.
Keberadaan situs atau portal
bandung.go.id sebagai situs resmi
Pemkot Bandung yang dikelola oleh
Dinas Komunikasi dan Informatika,
terletak di Jalan Wastukencana No. 2
Bandung,Telepon (022) 4234892 Fax.
(022) 4234892, merupakan situs yang
memunyai jaringan (link) yang
terkoordinasi dan terkoneksi dengan
seluruh SKPD Kota Bandung, serta
dengan 30 (tiga puluh) kecamatan yang
ada.
Tanggung jawab utama dalam
mewujudkan hal ini berada dalam
kewenangan Dinas Komunikasi dan
Informatika (Diskominfo) Kota
Bandung, di mana tugas pokoknya
adalah: melaksanakan urusan
pemerintahan daerah berdasarkan asas
otonomi dan tugas pembantuan urusan
bidang komunikasi dan informatika.
Visinya adalah “Terwujudnya masyarakat
informasi Kota Bandung melalui
penyelenggaraan komunikasi dan informatika
yang efektif dan efisien”. Dengan demikian,
keberadaan situs ini dengan segala
kemajuannya dapat juga mendukung
program dari Pemerintah Provinsi Jawa
Barat sebagai Jabar Cyber Province (JCP),
artinya seluruh kabupaten dan kota di
Jabar memanfaatkan kemajuan TIK
Prosiding Seminar Tahun 2015 “Optimalisasi Akses dan Pemanfaatan Informasi Publik”
30
sebagai basis informasi dan komunikasi
yang strategis dalam pelayanan publik.
Penataan situs web melalui portal
bandung.go.id telah dimulai dengan
proses kerja terpadu yang tepat guna
pada akhirnya diharap dapat mencapai
tujuan utama, yaitu peningkatan
pelayanan publik. Di mana Pemprov
Jabar sebagai fasilitator, mediator, serta
koordinator fungsi pemerintahan daerah
di 26 kabupaten dan kota dengan aspek
informasi lintas wilayah dan lintas
sektoral. Sehingga visi dan misi yang
dicanangkan Pemkot Bandung sebagai
wadah dari inisiatif TIK dapat
direalisasikan di seluruh wilayah
kecamatan, yakni: memudahkan
komunikasi antar unit kerja;
memudahkan pengiriman dan
pengolahan data; mewujudkan efisiensi,
efektivitas, akuntabilitas, dan
transparansi penyelenggaraan
pemerintahan; memudahkan akses
internet untuk berbagai aktivitas;
mendapatkan layanan yang lebih mudah;
dan meningkatkan partisipasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan.
Situs web bandung.go.id sebagai
media resmi Pemkot Bandung yang
menyediakan berbagai informasi kepada
para stakeholder (masyarakat, kalangan
bisnis, dan industri), terutama terkait
kinerja pemerintah, diharap memberikan
transparansi, kotrol, dan akuntabilitas
penyelenggaraan Pemkot Bandung. Di
samping itu, akan memberikan informasi
dan komunikasi kepada masyarakat Kota
Bandung khususnya secara cepat dan
tepat dalam menjawab berbagai
permasalahan yang dihadapi.
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini deskriptif
kualitatif yang mengkaji jenis dan
kualitas informasi dari situs web
bandung.go.id, serta mengeksplorasi
informasi dan fasilitas informasi dan
komunikasi, sehingga memberikan
deskripsi karakteristik situs web.
Gambar 1
bandung.go.id sebagai Portal Resmi Kota Bandung yang Menyediakan Informasi Penting Penyelenggaraan
Pemerintahan
31
Teknik pengumpulan data
dilakukan dengan observasi langsung
atau monitoring pada situs resmi Kota
Bandung pada bulan Juni dan Juli 2015,
yakni dengan melakukan penelusuran
menggunakan fasilitas internet;
melakukan observasi terhadap fungsi,
kualitas, dan daya tarik dari situs web
bandung.go.id. Langkah selanjutnya
adalah melakukan kategorisasi dan
interpretasi berdasar fokus penelitian
yang diangkat, selanjutnya diambil
simpulan.
Penelitian observasi langsung
melibatkan penggunaan dan
pengumpulan berbagai bahan empirik,
seperti studi kasus, teks siaran,
interaksional dan visual: yang
menggambarkan momen penting dan
problematik, serta paradigma kehidupan
individual dan kolektif (Denzim dan
Lincoln,1994). Sebagai pelengkap kajian
ini, dilengkapi dengan studi kepustakaan
yang berkaitan dengan masalah
penelitian ini.
PEMBAHASAN
Dalam mewujudkan media
informasi dan komunikasi dalam
pelayanan publik, situs web
bandung.go.id telah dimanfaatkan secara
aktif oleh masyarakat dan pemangku
kepentingan lainnya. Konsep utama dari
situs ini adalah menghasilkan efisiensi,
efektifitas, dan transparansi informasi
publik bagi masyarakat. Situs ini
merupakan implementasi dari e-
government yang harus mendayagunakan
potensi TIK yang dimiliki.
Heeks (2001) menyatakan, TIK
memunyai peran untuk memberi
kesempatan yang sama menghasilkan
ketersediaan informasi dan pelayanan
publik dalam memerbaiki kehidupan
sosial ekonomi masyarakat, serta
memerluas jangkauan agar dapat
mencapai seluruh wilayah negara. Di
samping itu dapat meningkatkan
transparansi dan memerbaiki efisiensi
pelayanan publik dalam memerlancar
intervensi antarlembaga, baik
pemerintahan ataupun non
pemerintahan.
Fungsi Situs Web bandung.go.id
Berdasar monitoring langsung pada
portal resmi Kota Bandung lebih melihat
bagaimana situs ini berfungsi sebagai
media informasi dan komunikasi publik
bagi masyarakatnya. Masyarakat akan
mudah memeroleh akses informasi,
sekaligus juga bisa berpartisipasi dalam
bentuk interaksi sampai sejauhmana
responnya. sebagaimana tujuan dari
media ini, yaitu:
Untuk memeroleh informasi secara
mudah, benar dan luas cakupannya.
Penyebarluasan informasi melalui
media elektronik yang meliputi:
1. Semua bahan yang telah
diterbitkan atau belum yang telah
berada perlindungannya hak cipta
(boleh diketahui umum).
2. Semua informasi yang dibuat dan
dikumpulkan sesuai undang-
Prosiding Seminar Tahun 2015 “Optimalisasi Akses dan Pemanfaatan Informasi Publik”
32
undang (tunduk kepada
pertimbangan-pertimbangan dan
rahasia pribadi).
3. Semua komponen yang
diperlukan bagi kepentingan
masyarakat (Setiyadi, 2001).
Situs web bandung.go.id seperti
digambarkan di atas, juga sudah
memenuhi sebagai media transparansi
informasi yang digunakan instansi
pemerintah kepada masyarakat sesuai
dengan kebutuhannya, baik untuk
mendapat data, mengolah data,
memroses dalam berbagai cara untuk
menghasilkan informasi yang
berkualitas, yaitu informasi yang akurat
dan tepat.
Dilihat dari lay out halaman depan,
media ini memiliki tiga halaman depan
yang menarik, yakni: (1) Halaman utama
yaitu bandung.go.id sebagai portal resmi
Kota Bandung; (2) Halaman kedua
adalah @Pemkot Bandung sebagai media
interaktif dalam versi new twitter; (3)
Halaman ketiga adalah Diskominfo
Bandung dengan sajian utama berupa
informasi-informasi yang disajikan
dalam bentuk youtube. Ketiga halaman
tersebut, sebenarnya satu kesatuan
(komplementer) informasi dan
komunikasi yang disajikan pada halaman
utama bandung.go.id, di mana dalam
bentuk penyajian informasi dilengkapi
dengan layanan interaktif twitter, serta
dalam bentuk foto dan video (youtube).
Pada halaman utama, pengelola situs
berusaha menyajikan informasi dan
komunikasi yang lebih lengkap kepada
masyarakat luas mengenai segala sesuatu
yang berkaitan dengan Kota Bandung
dan kinerja aparat pemerintahnya.
Dengan demikian, media ini menjadi
bagian suatu integritas dari organisasi
pemerintah dalam melaksanakan
perubahan dan peningkatan pelayanan
masyarakat ke arah yang lebih baik (good
government).
Pada homepage kedua adalah
@Pemkot Bandung sebagai media
interaktif dalam versi new twitter
menyediakan layanan informasi publik
atas konten informasi yang disediakan
kepada masyarakat, di mana saat itu
yang menjadi trending isu menonjol yaitu
tentang penerimaan jalur afirmasi peserta
didik baru (PPDB) dengan fasilitas surat
keterangan tidak mampu (SKTM) yang
menimbulkan polemik di masyarakat,
berita tentang tol Cipali yang baru
diresmikan banyak menimbulkan
korban, informasi kinerja pemerintahan,
dan berita lainnya. Di halaman ini terjadi
interaksi dan dialog antara pemerintah
dengan masyarakat secara tertulis
layaknya seperti mengirim short message
system (SMS), sehingga diharap ada
kesepahaman bersama. Bahkan dalam
data interaktif secara lengkap tersaji
jumlah following, followers, favorites, dan
lists sampai sejauhmana atensi
masyarakat pada layanan ini.
Pemkot Bandung yang
terkoordinasi dan terkoneksi dengan
seluruh SKPD dan kecamatan, juga
memberikan kemudahan bagi
masyarakat mengaksesnya, sebagai
Pelayanan Informasi Publik pada Situs Web Syarif Budhirianto
33
Gambar 2
Situs @PemkotBandung Sebagai Media Interaktif dengan Masyarakat
kinerja pelayaan informasi yang setiap
saat dapat diakses. Masyarakat dengan
mudahnya mencari informasi dan
melakukan interaksi sesuai dengan
layanan yang dikehendaki, begitu pula
untuk mengetahui potensi Kota Bandung
bagi masyarakat luar dengan mudahnya
tinggal mengklik portal pemerintah
tersebut, semua tersaji dengan lengkap.
Bahkan dalam tampilannya, dapat
diketahui oleh masyarakat, kuantitas
interaksi yang dilakukan masyarakat
terhadap informasi yang disajikan
(followers).
Fakta di atas menunjukkan,
sebagian besar masyarakat diharap
semakin bergantung pada pemanfaatan
internet dalam melakukan aktifitas,
meskipun masih ada juga sebagian
masyarakat Kota Bandung yang belum
bisa memanfaatkan layanan ini. Walau
demikian kebutuhan masyarakat
terhadap pelayanan informasi dan
komunikasi melalui situs dari waktu ke
waktu semakin meningkat. Pola kerja
seperti ini tidak sekadar menunjukkan
gaya hidup orang modern tetapi sudah
menjadi kebutuhan semua orang, serta
instansi pemerintah. Hal ini mirip seperti
komunikasi ponsel di mana hampir
semua kelas sosial masyarakat
menggunakannya, padahal pada waktu
sebelumnya masyarakat belum terbayang
bagaimana pemanfaatan alat ini dapat
menjadi penghubung komunikasi dan
informasi kepada kerabatnya yang cepat,
murah, tanpa dibatasi oleh sekat-sekat
daerah yang memisahkannya.
Sementara itu pelaksanaan
pembangunan Pemkot Bandung pada
tahun 2015 dibidang TIK, yang
mengoptimalkan pemanfaatan situs web
guna menunjang pemerintahan yang
transparan, bersih, dan efisien dalam
peningkatan pelayan dan kesejahteraan
Masyarakat yang berkelanjutan
merupakan prioritas utama untuk
mewujudkan e-government yang lebih
maju, terutama dalam penataan fungsi
informasi, pembaruannya (updating),
serta kualitas interaksi pada fasilitas
komunikasi yang tersedia perlu
ditingkatkan lagi perannya. Karena salah
Prosiding Seminar Tahun 2015 “Optimalisasi Akses dan Pemanfaatan Informasi Publik”
34
Gambar 3
Koneksi melalui Media Sosial dengan SKPD dan Kecamatan di Kota Bandung
satu kelemahan media situs milik
pemerintah adalah dalam aspek updating
data yang tidak secara kontinyu dirubah,
bahkan dalam waktu berbulan-bulan
konten yang ditampilkan masih tetap
yang lama.
Penggunaan situs web
bandung.go.id oleh masyarakat dalam
melaksanakan fungsinya sebagai
pelayanan publik jauh lebih maju lagi
dibanding terdahulu. Saat berlakunya e-
government dua belas tahun lalu, situs ini
lebih bersifat penyampaian informasi saja
kepada masyarakat, tetapi sekarang
dengan adanya dinamika kemajuan
desain web dan pertambahan
pengunjung sudah melakukan interaktif
dan transaksi pelayanan publik. Begitu
pula apa yang dilakukan pada situs web
milik SKPD lainnya, segala proses
perizinan, lelang, kependudukan,
infrastruktur, dan lainnya sudah
terkoneksi dengan internet sehingga
masyarakat dimudahkan dalam segala
pelayanan publiknya.
Disamping situs web bandung.go.id
sudah berinteraksi dengan masyarakat
pengguna, karena link sudah
menyediakan fasilitas penghubung
sebagai alat komunikasi yang ke masing-
masing SKPD ataupun dengan sejumlah
kecamatan yang ada sesuai dengan
bidangnya masing-masing. Yakni dengan
menggunakan jaringan computer mediated
communication (CMC), yaitu jaringan
komputer yang saling terhubung secara
lokal/internal di sebuah pemerintahan.
Sinergitas pemanfaatan sarana
website serta kerja sama antar instansi di
Pemkot Bandung dalam memasok berita
juga perlu mendapat perhatian, karena
dengan cara eloborasi konten yang
dihasilkan akan lebih variatif lagi. Hal ini
untuk menjawab arus informasi dan
komunikasi dari situs lainnya yang
sangat cepat dan kompetitif, serta diikuti
lahirnya berbagai situs jejaring sosial atau
media sosial yang banyak digandrungi
oleh berbagai lapisan masyarakat, seperti
twitter, facebook, BBM, line, watchup, dan
jenis media sosial lainnya. Begitu pula
melalui sarana interaktif lainnya, seperti
melalui email, chatting, buku tamu, jajak
pendapat, kotak saran atau sarana dialog
lainnya yang disediakan.
Pelayanan Informasi Publik pada Situs Web Syarif Budhirianto
35
Akses yang cukup mudah dan
berbagai aplikasi yang menarik tersebut,
juga terdapat pada homepage Diskominfo
Bandung yang lebih menekankan sajian
informasi dan komunikasi melalui
youtube/video. Seperti bagaimana seorang
Walikota Ridwan Kamil melakukan
sambutan kepada para stakeholders di
Balai Kota Bandung untuk memberi
pengertian tentang kebijakan PPDB, serta
bagaimana saat melakukan dialog panas
dengan orang tua murid yang merasa
dirugikan dengan kebijakan ini. Lebih
dari itu juga dalam web ditampilan
music, sport, dan gaming sebagai informasi
hiburan, yang tidak sekadar menyajikan
informasi dan komunikasi saja. Tampilan
seperti itu patut diapresiasi untuk
memerlihatkan kepada publik, bahwa
konten yang dimiliki tidak berupa data
saja, tetapi diikuti dengan sajian audio
visual yang saat ini menjadi trending
sebuah situs internet.
Kualitas Informasi dari Situs Web
bandung.go.id
Sebagai salah satu kota yang terus
mengalami perkembangan pesat menuju
kota metropolitan yang madani dan terus
menuntut percepatan arus teknologi dan
informasi, Kota Bandung dengan
situsnya www.bandung.go.id,
dikategorikan sebagai situs web
pemerintah kota dengan menggunakan
inisial go yang berasal dari kata
government (pemerintah) yang berarti
situs ini dikelola pemerintah setempat
dan inisial id menandakan negara
Indonesia yang mengelola situs tersebut.
hal ini telah sesuai dengan ketentuan
fitur yang dituangkan dalam Panduan
Penyelenggaraan Situs Web Pemerintah
Daerah oleh Depkominfo 2009 lalu.
Unsur terpenting yang dilakukan
oleh pengelola bandung.go.id saat ini
adalah kualitas isi informasi (content)
yang disain lebih menarik dan variatif,
sajian informasi (content), mobilitas data
terbaru (update) dan aspek ketepatan
(accuracy) informasi. Pemkot Bandung
yang dikoordinir oleh Diskominfo
mengembangkan isi konten yang selalu
baru serta ditulis dengan baik, jelas dan
memenuhi kebutuhan masyarakat luas,
serta mudah di akses. Terbukti, informasi
layanan publik ditampilkan dalam tiga
homepage yang masing-masing memunyai
konten yang berlainan, sehingga
masyarakat diberi keleluasaan untuk
mengakses.
Tingkat sajian informasi pada situs
bandung.go.id kepada pengguna dapat
ditinjau dari beberapa hal, antara lain
tampilan, isi (content), interaksi, dan
transparansi informasi. Seperti
disebutkan bahwa unsur-unsur tersebut
perlu ditingkatkan kualitasnya dalam
menunjang pelayanan publik, sesuai
dengan program utama yaitu “Program
pengembangan komunikasi, informasi,
media massa dan pemanfaatan teknologi
informasi”, dengan sasaran yang dicapai:
meningkatkan penggunaan TIK menuju
transfer Iptek dalam akselerasi informasi
dan komunikasi di Kota Bandung.
Dalam merealisasikan e-government
melalui visinya terwujudnya masyarakat
Prosiding Seminar Tahun 2015 “Optimalisasi Akses dan Pemanfaatan Informasi Publik”
36
informasi melalui penyelenggaraan
komunikasi dan informatika yang efektif
dan efisien, yakni mengoptimalkan
pemanfaatan sarana komunikasi dan
informasi pemerintah dan masyarakat,
serta melaksanakan desiminasi informasi
melalui website. Pemkot Bandung harus
selalu memerbaharui data dan berita
secara aktual, seperti dikemukakan oleh
Wakil Walikota Oded M. Danial yang
terus menggenjot penerapan sistem
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah
(SAKIP) di setiap SKPD, sebagai
perbaikan layanan informasi kepada
masyarakat, serta setiap SKPD perlu
mengembangkan diri, pelatihan yang
terus menerus sesuai dengan dinamika
kemajuan TIK.
Dari kualitas konten yang disajikan
cukup lengkap, hal ini terlihat dari ragam
berita dan informasi yang disajikan
seputar Kota Bandung dan daerah
lainnya, mulai dari berita harian sampai
event-event strategi promosi daerah
sebagian besar sudah memenuhi harapan
pengguna, dan cara penyampaiannya
relatif mudah dipahami dan dicerna,
sehingga tidak memerlukan waktu untuk
berfikir panjang. Pesan yang disajikan
tidak berbelit-belit dan ngambang
melainkan lugas dan langsung pada poin
pemberitaan.
Informasi yang terdapat pada situs
sudah relevan dengan tujuan pembuatan
situs, yaitu untuk memenuhi kebutuhan
informasi masyarakat Kota Bandung dan
masyarakat lainnya. Relevansi informasi
tersebut dapat dilihat pada setiap berita
yang disajikan oleh situs tersebut yang
merupakan berita seputar aktivitas
Walikota Bandung Ridwan Kamil yang
sering menghiasi informasi masyarakat
Kota Bandung, sehingga bagi masyarakat
akan menambah nilai relevansi situs
dengan tujuan dan sasaran pembuatan
website. Artinya sebagian besar situsnya
sudah menampilkan informasi yang
menampilkan potensi dan layanan
masyarakat, baik dalam bentuk tulisan
atau dalam bentuk gambar (brand
visualization). Sedangkan tingkat
perubahan bentuk informasi (information
changes) yang disajikan terbagi atas:
Pertama, informasi statis, informasi yang
tidak berubah dalam waktu relatif lama,
seperti profil daerah, sumber daya
daerah dan infrastruktur daerah. Kedua,
informasi dinamis, terutama informasi
yang cenderung mengalami perubahan
dalam waktu yang relatif singkat, seperti
informasi kegiatan Wali Kota Bandung
atau pemerintahan, maupun
pengumuman tender barang dan jasa.
Namun demikian, karena ini di
dalamnya telah terintegrasi/terkoneksi
(link) dengan seluruh SKPD dan
kecamatan tidak berbanding lurus
dengan kebijakan pengelola website,
dimana konten yang dikirim (upload)
seringkali kurang aktualitas, juga
acapkali terjadi ketika diklik tidak ada
web page nya. Masalah ini harus
secepatnya diperbaiki, untuk
meningkatkan image masyarakat pada
situs ini, terlebih pada situs-situs yang
sudah eksis hal ini paling dihindari.
Pelayanan Informasi Publik pada Situs Web Syarif Budhirianto
37
Sinerginitas para pengelola di
dalam jaringan internet berupa LAN
antar SKPD perlu ditingkatkan
kualitasnya, updating data, serta
pemanfaatan web page secara optimal,
sehingga konten informasi terbangun
secara terpadu. Adapun jenis informasi
yang muncul dalam situs bandung.go.id
dikategorikan dalam: informasi umum
(profil singkat mengenai Kota Bandung),
pariwisata (gambaran umum objek
wisata beserta lokasinya), informasi even
budaya (peristiwa tradisi budaya dan
kesenian, maupun acara seminar,
pertemuan dan sarasehan), potensi dan
peluang (potensi daerah dalam bentuk
sumber daya alam maupun sumber daya
manusia), informasi sarana dan fasilitas
pendukung (ketersediaan sarana dan
fasilitas transportasi, akomodasi, utilitas,
komunikasi yang memadai), serta berita
(informasi kegiatan pemerintahan atau
peristiwa penting dalam lingkup Kota
Bandung).
Berdasar pada kualitas konten yang
disajikan terlihat dari para pengelolanya
sudah ada kesadaran untuk selalu
berusaha melengkapi berita yang
dipublikasikan dalam memberikan
responsibility bagi segenap publik dalam
bentuk informasi yang berkredibilitas
tinggi sesuai dengan sasaran dan tujuan
dari e-government. Sehingga setiap
cakupan informasi ruang lingkup
Pemkot Bandung bisa disajikan secara
lengkap untuk semua segmentasi
masyarakat.
Dari sisi kualitas maupun kuantitas
berita relatif baik, tetapi dari sisi
efektivitas peningkatkan popularitas
Pemkot Bandung masih perlu perbaikan,
hal ini dapat dilihat dari minimnya
popularitas link serta masih rendahnya
peringkat traffic mayoritas situs web.
Padahal semakin baik peringkat tersebut,
maka semakin populer keberadaannya,
sehingga semakin tinggi perpindahan
informasi yang terjadi dari pemerintah ke
masyarakat. Karena sebagus apapun
kualitas suatu situs jika tidak
memperhatikan segi efektivitas dalam
meningkatkan popularitas, maka kualitas
yang bagus tersebut akan menjadi
kurang optimal.
Pada halaman depan (homepage),
konten berita ada trend peningkatan yang
signifikan, begitu pula tata letak dan
desain situ web bandung.go.id tidak
monoton (padahal pada awal berdiri
situs ini lebih sebagai hiasan dan tidak
ada interaksi dari pengguna, jauh dari
harapan konsep e-government yang ideal).
Homepage pada suatu situs identik
dengan sampul suatu buku yang
dipublikasi, suatu bentuk yang menarik
yang akan memberi kesan tersendiri bagi
pengunjung situs untuk mengetahui
lebih jauh tentang kualitas isi dari situs
bersangkutan. Situs web bandung.go.id
secara minimal sudah memenuhi kriteria
kualitas web yang baik, seperti
menyangkut, nama pemda, log, alamat
kantor, nomor telepon, gambar dalam
bentuk citra (image), kontak email, link
dengan isi yang tersedia pada situs,
Prosiding Seminar Tahun 2015 “Optimalisasi Akses dan Pemanfaatan Informasi Publik”
38
fasilitas pencarian (search engine) dan
lain-lain. Menurut Suryanto, situs
pemerintah yang berkualitas, harus
memerhatikan beberapa hal, yaitu : 1.
Homepage sebagai panduan untuk
membuka situs web dapat ditemukan
pada URL (uniform resource locator) yang
menyatakan nama host dengan tempat
server; 2. Terdapat link ke homepage dari
setiap halaman (web page) pada situs web
3. Menu navigasi utama dapat dibuka
dari homepage; dan 4. Logo simbol dari
situs sebaiknya terdapat pada setiap
halaman (Suryanto, 2009).
Konten web Kota Bandung
sebagian besar telah mengaplikasikan
tahap web presence, tahap informasi dasar
yang dibutuhkan masyarakat, sedangkan
tahap selanjutnya interaksi dan transaksi
secara riil sudah dilakukan secara online.
Hal ini sesuai dengan komitmen Pemkot
Bandung, bahwa secara ketentuan teknis
situs webnya telah mengikuti beberapa
standar yang diperlukan dalam
pembangunan web sebagai media
informasi dan komunikasi. Selanjutnya,
untuk memudahkan proses interaksi
antara masyarakat dan pemangku
kepentingan (stakeholder) dalam
menemukan situs, Pemkot Bandung dan
pihak pengelola perlu mempromosikan
situsnya dan mendaftarkan ke mesin
pencari (search engine), hal ini karena di
cyber media ini ada berjuta-juta situs.
Oleh sebab itu perlu pengenalan situs
secara layak melalui direktorinya, dan
juga melalui cara lain seperti
pemberitahuan lewat pers, hubungan
masyarakat, brosur, dan lain-lain.
Lebih jauh meskipun ruang
interaksi sudah tersedia dengan lengkap,
justru kekurangan yang menonjol dari
pembangunan situs dalam hal
pemanfaatannya oleh masyarakat belum
optimal. Sementara itu fase atau tahap
pemantapan berupa ketersediaan
pelayanan publik serta pemanfaatan
layanan lintas instansi juga belum
terealisasi secara optimal. Meskipun
demikian situs ini telah bergerak ke arah
fase ketiga (transaction) yang lebih baik
lagi, hanya pergerakannya masih lambat,
karena hal ini menyangkut dari sumber
daya masyarakat Kota Bandung masih
banyak yang tidak mengerti akan
manfaat TIK. Seperti bagaimana
masyarakat untuk bisa mengaplikasikan
cara-cara dalam pembuatan kartu tanda
penduduk yang baru, employment,
layanan hukum, perijinan, lelang, dan
sebagainya.
Penggunaan situs web
bandung.go.id oleh masyarakat dalam
melaksanakan fungsinya sebagai
pelayanan publik, memunyai kelebihan
interaktif dibandingkan dengan cara-cara
yang selama ini dilakukan. Website
pemerintahan atau lebih dikenal dengan
e-government merupakan sistem
informasi manajemen berbasis elektronik
untuk membantu pemerintah dalam
menyediakan informasi, memberi
layanan umum, dan memungkinkan
adanya transaksi secara online kepada
masyarakat dengan kualitas yang lebih
Pelayanan Informasi Publik pada Situs Web Syarif Budhirianto
39
baik lagi. Asep Herman Suryanto (2009)
dalam bukunya: Step By Step Web Design:
Theory and Practices, mengungkapkan
kriteria yang mencerminkan bahwa suatu
situs web sudah bisa dikatakan baik,
apabila memiliki usability, sistem navigasi
(struktur), desain visual (graphic design)
content, compatibility, loading time,
functionality, and interactivity. Di samping
itu empat unsur utama yang menjadi
daya tarik dan yang akan dilihat oleh
pengguna/pengunjung website, yaitu:
tampilan, isi (content), interaksi, dan
fungsi.
Sebenarnya e-government tidak
selalu berwujud penggunaan internet
dan website, tetapi mencakup semua
pemanfaatan berbagai media elektronik
dalam penyelenggaraan pemerintahan.
Namun, internet dan website dalam
perkembangannya menjadi media yang
lebih populer dibandingkan penggunaan
media lainnya. Kepopuleran media ini
bahkan seringkali mengaburkan makna
dari e-government itu sendiri.
Daya Tarik
Suatu hal yang harus ditangani oleh
pengelola situs web agar penampilannya
memunyai daya tarik pengunjung
adalah disain situs harus sesuai dengan
standar penyajian (visualisasi) dan
tampilan grafis yang menarik. Proses
perencanaan dan perancangan juga perlu
diperhatikan agar secara estetika isi
tampilannya ada daya tarik tersendiri
dibanding situs web lainnya yang sangat
banyak di media internet.
Konsep visual dengan pembagian
tata letak untuk masing-masing konten
dalam menjaga konsistensi penampilan
secara terpadu pada situs web
bandung.go.id sudah dapat ditampilkan
berupa desain template sebagai pedoman
dalam pembuatan homepage yang
menarik sesuai dengan tata letak grafis.
Hal ini disadari oleh para pengelolanya
karena desain suatu situs merupakan
ujung tombak untuk menarik perhatian
masyarakat untuk mengakses, serta
memunyai faktor penting dalam
memengaruhi perilaku pengunjung. Hal
tersebut dapat diakses, bagaimana
pengelolanya menampilkan tiga home
page sekaligus dalam sebuah portalnya,
sehingga bagi masyarakat memunyai
alternatif mencari informasi yang
diinginkan, baik informasi data, interaksi,
dan penyajian dalam bentuk youtube.
Seperti dikemukakan oleh Tao
Zhou dalam Harimurti (2009), bahwa
daya tarik suatu situs ditentukan oleh
kualitas desain website yang secara
signifikan memiliki efek lebih kuat pada
kepercayaan dan kepuasan yang
mengarah keinginan untuk mengunjungi
kembali situs. Ia juga menyatakan
bahwa, daya tarik situs juga tergantung
dari navigasi yang baik. perancangan
harus menggunakan navigasi yang
efektif untuk bisa melihat situs secara
keseluruhan. Informasi dan layanan
publik akan digunakan jika pengunjung
sudah terbiasa menggunakannya.
Pengelola harus memerhatikan beberapa
Prosiding Seminar Tahun 2015 “Optimalisasi Akses dan Pemanfaatan Informasi Publik”
40
Gambar 4
Media Transaksi dan Interaksi dalam Situs Web Kota Bandung
hal, yaitu homepage sebagai panduan
untuk dapat menemukan uniform resource
location (URL) untuk menyatukan nama
host dengan tempat server, selain itu
terdapat link ke homepage dari setiap
halaman situs
Di samping telah memuat web page
yang memadai pada bandung.go.id,
berdasar observasi masih ada sebagian
kecil dalam fiturnya ketika di klik masih
ada halaman atau web page yang kosong.
Kekosongan ini karena format text
language ketika diakses atau protokol
yang menyampaikan informasi dari
server website Pemkot Bandung belum di
isi atau diupdate pengelolanya. Seperti
koordinasi dalam sajian informasi
dengan SKPD dan kantor kecamatan
yang acapkali terjadi kekosongan (blank)
halaman, karena pihak mereka tidak
memerhatikan konsep penyajian
informasi berkala yang harus dilakukan.
Hal ini sebenarnya tidak boleh
terjadi dalam sebuah website dimana
kompetisi antar situs selalu berusaha
menampilkan konten yang lengkap dan
variatif, sekali saja pengguna dihadapi
persoalan seperti itu, maka dengan cepat
akan beralih mencari informasi ke situs
lain sesuai dengan yang dicari. Hal ini
sebenarnya sangat disayangkan, karena
tidak sejalan dengan hasil kreasi dan
inovasi para pengelola yang telah
berusaha menampilkan kerangka
tampilan situs yang lebih menarik
sebagai modal utama untuk menstimulan
pengguna memanfaatkannya.
Berdasar konsep awal suatu situs
yang memunyai daya tarik, Pemkot
Bandung dengan portalnya
bandung.go.id, faktor homepage dan
visualisasi tampilan (walaupun ada
sebagian kecil yang belum memenuhi)
telah memenuhi mekanisme sebuah situs
atau dikenal dengan nama desain web
yang baik. Pemkot Bandung menyadari
bahwa dalam penampilan situs secara
visual harus menarik, karena penampilan
bisa mencerminkan suatu kualitas situs,
menggambarkan karakter, maupun
visualisasi seseorang. Begitu pula hal
pertama yang ditangkap pengunjung
ketika tiba pada sebuah situs ini adalah
bagaimana tampilannya (layout, image,
Pelayanan Informasi Publik pada Situs Web Syarif Budhirianto
41
Gambar 5
Situs Web DiskominfoBdg Menyajikan dalam Bentuk Sajian youtube.com
warna dan elemen desain lainnya),
pengunjung tidak langsung membaca
konten terlebih dahulu, melainkan tanpa
sadar memilah secara visual dan
kemudian baru memutuskan akan
melanjutkan mendalami kontennya.
Terutama apabila pengunjung yang baru
pertama kali mengakses, kesan pertama
yang dia tangkap akan menjadi penentu,
apakah situs ini pantas dikunjungi lagi
atau tidak.
Desain situs bandung.go.id yang
dikelola oleh Dinas Komunikasi dan
Informasi Pemkot Bandung secara
keseluruhan, perlu peningkatan strategi
sebagai pintu masuk untuk melihat atau
mendapatkan informasi yang diperlukan,
masyarakat akan memeroleh layanan
yang disediakan, dan masyarakat
memiliki saluran dalam mengembangkan
partisipasi dalam kehidupan bernegara.
Dari segi tampilan situs umumnya sudah
mencerminkan layaknya situs
pemerintah daerah yang bagus dan
menarik perhatian pengguna (users),
sehingga memunyai kelebihan interaksi
yang selama ini dilakukan dengan cara-
cara konvensional.
Segi tampilan ini sudah layak
disebut sebagai situs pemerintah kota
tahun 2015, dimana pertama-tama yang
dilihat oleh pengguna, ini merupakan
sebuah modal untuk menarik perhatian.
Kesan yang elegan membuat mata
pengunjung sejenak tertuju untuk
melihat lebih lama terhadap situs
tersebut. Namun ada beberapa aspek
yang menjadi penghalang dari
keberhasilan, yaitu aspek penempatan
posisi gambar dan teks berita. Pada
tampilan situs telah memiliki aspek
komunikatif dua arah (interaktif), di
mana pada masa lalu aspek ini kurang
interaktif dengan masyarakat. Hal ini
dapat dilihat dari isi yang ada pada
tampilan utama situs yang cukup variatif
dan informatif yang lengkap dalam
memberikan penjelasan mengenai sajian
informasi terkait dengan sistem kinerja
pemerintah kota.
Gaya penampilan situs dinilai
sudah mengikuti dinamika sebuah
Prosiding Seminar Tahun 2015 “Optimalisasi Akses dan Pemanfaatan Informasi Publik”
42
website yang menarik, di mana data yang
ditampilkan baik gambar maupun teks
berita di back up dengan gaya yang
dinamis. Sebuah gambar dalam satu home
page bisa ditampilkan dalam beberapa
termin yang menarik, dan masing-
masing bisa diakses oleh pengguna
sesuai dengan kebutuhan. Begitu pula
dalam tampilan teks berita utama,
layaknya sebuah running tex yang dapat
diakses sesuai dengan alternatif pilihan
berita yang dibutuhkan (Budhirianto,
2012).
Adanya kemajuan dari rancangan
tampilan tersebut, pengelola sudah
berinovasi dan berkreasi untuk
meningkatkan perhatian kepada
pengguna atau masyarakat untuk
mengaksesnya, sebab dengan cara itu
akan memberikan stimulan untuk
mengetahui lebih lanjut konten situs web
bandung.go.id, baik dari sisi
kelengkapan informasi maupun minat
public mengaksesnya. Secara
keseluruhan desainnya cukup bagus,
namun masih banyak memakai atribut-
atribut metropolis yang berlebihan
sehingga jauh dari kesan kesederhanaan.
Prinsip kearifan lokal Kota Bandung,
hendaknya lebih direpresentasikan
dalam sebuah desain situs, karena hal
tersebut menunjukkan cermin atau potret
masyarakat Kota Bandung.
Untuk memudahkan aksesibilitas
pengguna dalam menelusuri situs web
maka peran layout yang baik dan
sederhana sangat diperlukan, dan apabila
tidak tertata secara baik akan
membutuhkan waktu yang cukup lama
dalam mencari informasi. Dengan layout
yang baik, mudah untuk diakses
pengguna untuk menemukan sesuatu
dengan cepat apa yang dicarinya.
Adanya perubahan desain ini
menggambarkan bahwa pengelolaan
situsnya lebih inovatif dan kreatif sesuai
dengan tuntutan masyarakat. Karena
desain tampilan situs merupakan hal
yang pertama dilihat oleh pengguna,
apakah selanjutnya diakses atau tidak.
Bahkan dalam desain situs sudah bisa
menampilkan warna halaman dan
gambar secara simultan dan terintegrasi
dengan baik, bila dahulu lebih dominan
warna biru, tetapi sekarang warna
dominannya adalah hijau, kuning, biru,
dan merah sebagai direktori konten
informasi yang ditampilkan.
Dari sisi gambar, juga akan
menimbulkan kesan pertama kepada
pengguna (user) ketika menjelajah situs
web, karena unsur ini background situs
merupakan modal utama untuk
ketertarikan seseorang, yang selanjutnya
menimbulkan stimulan dan feedback
positif untuk menelaah lebih lanjut
konten yang ada pada situs.
PENUTUP
Situs web bandung.go.id sudah
berfungsi sebagai media informasi publik
yang dibutuhkan masyarakat, dimana
homepagenya memiliki tiga halaman
depan yang menarik, yaitu: halaman
utama bandung.go.id sebagai portal
Pelayanan Informasi Publik pada Situs Web Syarif Budhirianto
43
resmi Kota Bandung; halaman kedua
adalah @PemkotBandung yang
difokuskan sebagai media interaktif; dan
halaman ketiga adalah diskominfo.go.id
dengan sajian informasi dalam bentuk
youtube.
Kualitas situs yang dikelola oleh
Diskominfo Kota Bandung sajian
informasinya lebih menarik dan variatif,
baik dari sisi konten, mobilitas data, dan
aspek ketepatan informasi. Namun dari
sisi aktualitas informasi perlu di up date
secara berkala, begitu pula dalam web
page nya ada sebagian kecil ketika diklik
tidak ada.
Daya tarik situs bandung.go.id
adalah disain dalam homepage yang
sudah memenuhi standari visualisasi dan
tampilan yang menarik, tetapi
konsistensi penampilan berupa desain
template sebagai pedoman pembuatan
situs masih perlu ditingkatkan, baik dari
informasi data, cara berinteraksi, ataupun
penyajian dalam bentuk audio visual.
Saran
Situs web bandung.go.id sebagai
salah satu media informasi pelayanan
publik, harus bisa mengoptimalkan
fungsi dan kualitasnya secara berkala
serta wajib memerbaharui konten berita
yang disajikan, sehingga memunyai daya
tarik penggunanya untuk mengaksesnya.
Bagi Kementerian Komunikasi dan
Informatika (Kemenkominfo) yang
memunyai kewenangan membuat
kebijakan, harus membuat standar dan
evaluasi situs web pemerintah daerah
yang berkualitas dan berfungsi
memenuhi layanan informasi publik
seperti yang diwajibkan dalam pasal 7
ayat 3 Undang-Undang Keterbuakaan
Informasi Publik.
DAFTAR PUSTAKA
Budhirianto, Syarif. (2012). Pengelolaan Content Website Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Jurnal Penelitian Komunikasi. Vol. 15 No. 1 Juli 2012. Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Bandung.
Dwiyanto, Agus (Editor),(2005). Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Denhardt & Denhardt. (2003). The New Public Service: An Approach To Reform International Review of Public Administration. New York: ME. Sharpe, Inc.
Harimurti, Agung R.M. (2009). E-government sebagai Media Transformasi Pemerintahan dalam Perspektif KIP. Kumpulan Karya Ilmiah Peneliti Terpilih Tahun 2009. Yogyakarta: MMTC.
Indrajit, E Richardus. (2005). Electronic Government, Penerbit Andi, Yogyakarta. La Porte, T.M., C.C. Demchak,et al.(200). Democracy and Bureaucracy in the Age of the web:
Empirical Findings and Theorical Speculations, Administration and Society.
Prosiding Seminar Tahun 2015 “Optimalisasi Akses dan Pemanfaatan Informasi Publik”
44
Lytras, M.D. (2006). The Semantic Electronic Government: Knoledge Management for Citizen Relationship and New Assessment Scenarios, Electronic Government.
Setiyadi. (2001). Electronic Government: Sudahkah Memberi Manfaat. Dalam http://www.
Insteps.or.id/file/media/electronic government.pdf. Diakses tanggal7 Juli 2015.
Suryanto, Asep Herman.(2009). Step By Step Web Design : Theory and Practices.
Yogyakarta.
Thurlouv, Crespin. (2007). Fabricating Youth New Media Discourse and Technologization of
Young People. In Language in The Media: Representations, Identities, Ideologis,
Salley Johnson and Astrid Ensslin. London: Continum.
Wood, Andrew F. And Mattew J. Smith. (2005). Online Com: Linking Technologis, Identity,
and Culture. New Jersey: Lawrence Erlbaun Associates.
Wagner, Davidson R.M. (2006). From Government to Government a Transisition Model.
Information Technology and People. Vol. 18 No. 3. Hal. 280-299.
45
PERAN MEDIA MASSA SEBAGAI AKSES PUBLIK DALAM
MENYOSIALISASIKAN PROGRAM REVOLUSI MENTAL
Dida Dirgahayu
Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Bandung (BPPKI) Bandung
Jl. Pajajaran No. 88 Bandung-40173, Jabar, Telp.022-6017493,Fax.022-6021740
HP.081573761965. E-mail: [email protected]
Abstrak
Reformasi yang dilaksanakan di Indonesia baru sebatas melakukan perombakan yang sifatnya institusional, belum menyentuh paradigma, mindset, atau budaya politik dalam rangka pembangunan bangsa (nation building). Dilihat dari sisi diseminasi informasi melalui media massa, wartawan sebagai ujung tombak perusahaan pers merupakan orang pertama yang harus memiliki pemahaman tentang program revolusi mental. Hal ini menjadi penting karena pengetahuan dan pemahaman tentang revolusi mental akan mewarnai hasil karya jurnalistiknya dari mulai pencarian pengolahan dan penyampaian berita kepada khalayak. Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode pengumpulan data melalui studi literatur dan teori-teori tentang jurnalistik media massa dan program revolusi mental. Hasil kajian literatur ini menyatakan bahwa media massa sebagai akses informasi publik secara sadar dan netral dapat merekonstruksi program revolusi mental sehingga dapat diketahui, dipahami, dan dilakukan oleh semua orang Indonesia dalam upaya mencapai amanat Trisakti.Tulisan ini diharapkan dapat memberikan gambaran singkat tentang aktivitas jurnalistik media massa sebagai akses informasi publik.
Kata kunci: peran, media massa, program revolusi mental
PENDAHULUAN
Presiden Republik Indonesia, Ir. H.
Joko Widodo menyatakan, nation building
tidak mungkin maju kalau sekadar
mengandalkan perombakan institusional
tanpa melakukan perombakan
manusianya atau sifat mereka yang
menjalankan sistem ini. Sehebat apa pun
kelembagaan yang kita ciptakan, selama
ditangani oleh manusia dengan salah
kaprah tidak akan membawa
kesejahteraan. Sejarah Indonesia merdeka
penuh dengan contoh di mana salah
pengelolaan (mismanagement) negara
telah membawa bencana besar nasional.
Sudah saatnya Indonesia
melakukan tindakan korektif dengan
mencanangkan revolusi mental
menciptakan paradigma, budaya politik,
dan pendekatan nation building baru yang
lebih manusiawi, sesuai dengan budaya
Nusantara, bersahaja, dan
berkesinambungan. Melakukan konsep
Trisakti dengan tiga pilarnya, yaitu
Indonesia yang berdaulat secara politik,
Indonesia yang mandiri secara ekonomi,
Prosiding Seminar Tahun 2015 “Optimalisasi Akses dan Pemanfaatan Informasi Publik”
46
dan Indonesia yang berkepribadian
secara sosial budaya.
Revolusi mental merupakan
program kedelapan yang tertuang dalam
agenda prioritas Nawa Cita yaitu
Revolusi Karakter Bangsa dan Action Plan
Program Prioritas-9 (Quick Wins). Secara
spesifik revolusi mental menjadi RPJM
2015-2019 Kementerian Komunikasi Dan
Informatika (Kemkominfo) RI Bidang
Politik dan Komunikasi, yaitu
melaksanakan secara konsisten UU No.14
tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik. Strateginya di
antaranya adalah penyediaan konten
informasi publik berkualitas untuk
meningkatkan kecerdasan dan
pengembangan kepribadian bangsa dan
lingkungan sosialnya, dan kampanye
publik terkait Revolusi Mental.
Media massa dalam menjalankan
aktivitasnya secara langsung maupun
tidak langsung akan menjalankan
fungsinya seperti yang diamanatkan oleh
RPJM 2015-2019 Kementerian
Komunikasi Dan Informatika
(Kemkominfo) RI Bidang Politik dan
Komunikasi, di mana karya jurnalistik
yang berkualitas untuk meningkatkan
kecerdasan dan pengembangan
kepribadian bangsa dan lingkungan
sosialnya, dan kampanye publik terkait
Revolusi Mental.
Realitasnya, sedikit sekali tulisan
maupun siaran pada media massa yang
mengangkat program revolusi mental,
padahal pers khususnya media surat
kabar dan televisi sebagai akses informasi
publik dapat berperan dalam
mensosialisasikan program revolusi
mental sehingga dapat lebih dikenal dan
pada akhirnya dapat menimbulkan
partisifasi nyata dari masyarakat.
Berdasarkan kondisi dan kerangka
berfikir di atas, maka kajian literatur ini
ini penting dilakukan untuk memberikan
gambaran tentang bagaimana peran yang
bisa dilakukan oleh media massa sebagai
akses informasi publik dalam
mensosialisasikan program revolusi
mental. Tulisan ini diharapkan bisa
dijadikan kajian awal yang akan
diteruskan dengan penelitian-penelitian
lanjutan ke depannya. Kajian ini dibahas
berdasarkan teori dan definisi sehingga
diharapkan dapat bermanfaat untuk
menambah wawasan dan pengetahuan.
Metodologi penulisan
Tulisan ini merupakan analisis dari
berbagai dokumen yang telah ada.
Dibuat dengan metodologi studi
kepustakaan. Melakukan kajian literatur
yang berkaitan dengan teori yang
berkaitan dengan topik tulisan. Dalam
pencarian teori, penulis mengumpulkan
informasi sebanyak-banyaknya dari
kepustakaan yang berhubungan.
Sumber-sumber kepustakaan diperoleh
dari: buku, jurnal, majalah, hasil-hasil
penelitian, dan sumber-sumber lainnya
yang sesuai (internet, dll). Studi
Peran Media Massa sebagai Akses Publikdalam Menyosialisasikan Program Revolusi Mental Dida Dirgahayu
47
kepustakaan meliputi proses umum
seperti: mengidentifikasikan teori secara
sistematis, penemuan pustaka, dan
analisis dokumen yang memuat
informasi yang berkaitan dengan topik
bahasan.
Studi kepustakaan dari sumbernya
dibedakan menjadi dua bagian yaitu:
kepustakaan konseptual dan
kepustakaan penelitian. Kepustakaan
konseptual meliputi konsep-konsep atau
teori-teori yang ada pada buku-buku dan
artikel yang ditulis oleh para ahli yang
dalam penyampaiannya sangat
ditentukan oleh ide-ide atau pengalaman
para ahli tersebut. Sebaliknya
kepustakaan penelitian meliputi laporan
penelitian yang telah diterbitkan baik
pada jurnal maupun majalah ilmiah.
Kerangka pemikiran
Teori tentang pengaruh media
massa bermula dari pandangan bahwa
media massa “berpengaruh kuat dan
langsung”, terhadap pembentukan sikap
dan perilaku tertentu pada masyarakat
yang hanya bersikap pasif dan menerima
saja setiap rangsangan yang datang dari
media. Pandangan ini dikenal sebagai
Model Jarum Hipodermik, di mana
komponen-komponen komunikasi, yaitu
komunikator, pesan, media, sangat
perkasa dalam mempengaruhi
komunikasi (Rusadi, 1994).
Tan, sebagaimana dikutip Rusadi,
mengatakan, asumsi dasar teori efek
media massa, ialah bahwa media massa
dapat menentukan persepsi kita tentang
fakta, norma, nilai-nilai masyarakat
melalui penyajian dan penonjolan
beberapa tema yang disajikan, khususnya
melalui televisi (Rusadi, 1994).
Sementara itu menurut Katz,
Gurevitch dan Hass, penggunaan media
meliputi isi media, jenis media, terpaan
media dan situasinya, misalnya di rumah
atau di luar rumah, sendiri atau dengan
orang lain. Penggunaan media juga
dilandasi oleh kebutuhan perorangan
yang dipengaruhi oleh lingkungan
sosialnya. Adapun kebutuhan
perorangan meliputi kebutuhan kognitif,
kebutuhan afektif, kebutuhan akan
integrasi personal, integrasi sosial, dan
kebutuhan untuk menghindarkan diri.
Lingkungan sosial yang dimaksud ialah
ciri-ciri demografi yang dicerminkan
dalam lingkungan desa dan kota, afiliasi
kelompok dan ciri-ciri pribadi (Rusadi,
1994).
Peran media massa
Peran media massa dalam berbagai
aspek kehidupan sosial masyarakat
modern semakin besar. Hal itu tampak
pada usaha penggunaan media massa
untuk mempercepat proses perbahan
sosial di negara-negara berkembang
ataupun penggunaannya untuk
kampanye politik, advertensi, dan
propaganda (Henry Subiakto dan
Rachmah Ida, 2012)
Prosiding Seminar Tahun 2015 “Optimalisasi Akses dan Pemanfaatan Informasi Publik”
48
Pekerjaan media pada hakikatnya
adalah mengonstruksikan realitas suatu
fakta atau peristiwa yang dipilihnya, di
antaranya realitas tentang revolusi
mental merupakan program kedelapan
yang tertuang dalam agenda prioritas
Nawa Cita yaitu Revolusi Karakter
Bangsa dan Action Plan Program
Prioritas-9 (Quick Wins).
Disebabkan sifat dan faktanya
bahwa pekerjaan media massa adalah
menceriterakan peristiwa-peristiwa,
maka seluruh isi media adalah realitas
yang telah dikonstruksikan (constructed
reality). Isi media pada hakikatnya adalah
hasil rekonstruksi realitas dengan bahasa
sebagai perangkat dasarnya, sedangkan
bahasa bukan saja alat untuk
merefresentasikan realitas, namun juga
bias menentukan relief seperti apa yang
akan diciptakan oleh bahasa tentang
realitas (Sobur, 2002).
Fungsi sekunder media adalah: (1)
untuk mengampanyekan proyek-proyek
yang bersifat kemasyarakatan, yang
diperlukan sekali untuk membantu
kondisi-kondisi tertentu, (2) memberikan
hiburan kepada pembaca dengan sajian
cerita komik, kartun dan cerita-cerita
khusus, (3) melayani pembaca sebagai
konselor yang ramah, menjadi agen
informasi dan memperjuangkan hak.
Dari empat fungsi media massa
(informasi, edukasi, hiburan, dan
persuasif), fungsi yang paling menonjol
pada surat kabar adalah informasi. Hal
ini sesuai dengan tujuan utama khalayak
membaca surat kabar, yaitu
keingintahuan akan setiap peristiwa yang
terjadi di sekitarnya. Fungsi hiburan
dapat ditemukan pada rubrik artikel
ringan, feature, komik atau kartun seta
cerita bersambung. Fungsi mendidik dan
memengaruhi akan ditemukan pada
artikel ilmiah, tajuk rencana atau
editorial, dan rubrik opini. Fungsi pers
bertambah, yiatu sebagai alat kontrol
sosial yang konstruktif (Quail, 1991).
Media surat kabar sebagai akses
informasi publik
Surat kabar merupakan jenis media
massa yang tertua dibandingkan dengan
media massa lainnya. Surat kabar juga
merupakan media massa yang paling
banyak dan paling luas penyebarannya,
serta paling dalam daya mampunya
dalam merekam kejadian sehari-hari
sepanjang sejarah negara manapun di
dunia (Quail,1991).
Surat kabar pada awalnya ditandai
oleh wujud yang tetap, bersifat komersial
(dijual secara bebas), bertujuan banyak,
bersifat umum dan terbuka. Surat kabar
kadar inovasi yang lebih tinggi dari pada
buku cetak, penemuan bentuk karya
tulis, sosial, dan budaya yang baru
meskipun pada masa itu pandangan
yang muncul tidaklah demikian adanya.
Kekhususan surat kabar bila
dibandingkan dengan media massa
lainnya terletak pada individualisme,
Peran Media Massa sebagai Akses Publikdalam Menyosialisasikan Program Revolusi Mental Dida Dirgahayu
49
orientasi pada kenyataan, kegunaan
sekularitas, dan kecocokan dengan
tuntutan kebutuhan kelas sosial baru
yaitu para pengusaha dan para
profesional. Kualitas kebaruannya bukan
terletak pada teknologi atau cara
distribusinya, melainkan pada fungsinya
yang tepat bagi kelas sosial tertentu yang
berada dalam iklim kehidupan yang
berubah dan suasana yang secara sosial
dan politik lebih bersifat persuasif
(Quail,1991).
Media Televisi sebagai akses informasi
publik
Televisi adalah media massa yang
memunyai sifat yang dapat memenuhi
kebutuhan dan keinginan khalayak.
Bersifat audiovisual (didengar dan
dilihat), menggambarkan kenyataan dan
dapat langsung menyajikan peristiwa
yang sedang terjadi kesetiap rumah para
pemirsa dimanapun mereka berada
(Ardianto, dkk, 2004).
Menurut catatan siaran percobaan
televisi di Amerika serikat dimulai tahun
1920, para ilmuwan terus
mengembangkan teknologi komunikasi
dalam bentuk televisi. Sebelumnya
antara tahun 1890 dan 1920, Scareloepoe
ilmuwan Inggris, Perancis, Rusia, dan
Jerman menyarankan pengembangan
terknik transmisi gambar televisi. John L.
Baird, penemu dari Scotlandia
memperagakan untuk pertama kalinya
teknologi gambar hidup televisi di
London pada tahun 1926. Sejak itulah
televisi dapat menayangkan gambar-
gambar hidup seperti film layar lebar.
Sementara itu, The English Derby
membuat movie source (film televisi)
pertama dan British Broadcast Corporation
(BBC) merupakan televisi siaran yang
pertama di dunia yang membuat jadwal
televisi secara teratur (Ardianto,dkk,
2004).
Media online sebagai akses informasi
publik
Munculnya media sosial
(khususnya twiter dan facebook ), blog dan
laman memberikan peluang baru bagi
komunikasi politik yang secara mendasar
mengubah hubungan antara penguasa
dan warga negara dalam demokrasi
modern. Selain memiliki blog dan laman,
para politisi maupun biroikrat bahkan
presiden telah menjadi anggota jejaring
sosial terkemuka dan membangun
pengikut sebanyak-banyaknya untuk
menyosialisasikan pesan yang ingin
disampaikan kepada khalayak (Mulyana,
2013).
Di Indonesia sendiri belum banyak
penelitian komunikasi politik yang
melibatkan penggunaan media sosial di
Indonesia. Diperkirakan jejaring sosial ini
berpengaruh cukup besar, terutama jika
para kandidat politik ingin mendapatkan
dukungan dari para pemilih muda,
apalagi pemilih pemula, terutama yang
tinggal di perkotaan. Khalayak muda ini
Prosiding Seminar Tahun 2015 “Optimalisasi Akses dan Pemanfaatan Informasi Publik”
50
lazimnya berpendidikan dan melek
internet. Setidaknya, salah satu faktor
yang membuat Jokowi dan Ahok menang
dalam pemilihan gubernur dan wakil
gubernur DKI Jakarta Tahun 2012 adalah
dukungan para pengguna media sosial,
terutama twitter, facebook, dan Yahoo
(Mulyana, 2013).
Jurnalistik media massa
Jurnalistik merupakan karya media
massa sebagai informasi yang diakses
publik, Jurnalistik secara etomologis
jurnalistik berasal dari kata journ. Secara
sederhana jurnalistik diartikan sebagai
kegiatan yang berhubungan dengan
pencatatan atau pelaporan setiap hari
(Sumadiria, 2005).
Dalam leksikon komunikasi
dirumuskan, jurnalistik adalah pekerjaan
mengumpulkan, menulis, menyunting,
dan menyebarkan berita dalam karangan
untuk surat kabar, majalah dan media
massa lainnya seperti radio dan televisi
(Kridalaksana, 1977).
Dalam bahasa Prancis, jurnalistik
(journalistic) berasal dari kata du jour atau
journal yang artinya “hari” atau “catatan
harian”. Dalam bahasa Belanda,
journalistiek artinya penyiaran catatan
harian, hal ini merujuk pada asal mula
munculnya media massa yang disebut
Acta Diurna pada zaman Romawi kuno di
bawah pemerintahan Raja Julius Caesar.
Dalam bahasa Inggris, kata journal
diartikan sebagai pelaporan, pencatatan,
penulisan, atau perekaman kejadian.
Kamus The Oxford Paperback Dictionary
mengartikan kata journal sebagai sebuah
rekaman berita, kejadian, atau transaksi
bisnis sehari-hari (a daily record of news or
events or business transtaction) dan a
newspaper or periodical atau surat kabar
atau berkala (Romli, 2005).
John M. Echols dan Hassan Shadily
dalam Kamus Inggris-Indonesia
mengartikan journal sebagai majalah,
surat kabar, dan diary atau catatan harian.
Journalistic sendiri diartikan sebagai
“mengenai kewartawanan”. Dari asal-
usul kata atau arti etimologis tersebut
didapat beberapa hal yang membangun
konsep jurnalistik, antara lain catatan,
kejadian, wartawan, dan suratkabar,
sehingga muncul definisi jurnalistik
sebagai “proses penulisan dan
penyebarluasan informasi berupa berita,
feauture, dan opini melalui media
massa”(Romli, 2005).
F. Fraser Bond dalam An
Introduction to Journalism (1961:1) menulis
jurnalistik adalah segala bentuk yang
membuat berita dan ulasan mengenai
berita sampai pada kelompok pemerhati.
Roland E. Wolseley dalam Understanding
Magazines (1969:3) menyebutkan,
jurnalistik adalah pengumpulan,
penulisan, penafsiran, pemrosesan, dan
penyebaran informasi umum, pendapat
pemerhati, hiburan umum secara
sistematik dan dapat dipercaya untuk
diterbitkan pada surat kabar, majalah,
Peran Media Massa sebagai Akses Publikdalam Menyosialisasikan Program Revolusi Mental Dida Dirgahayu
51
dan disiarkan di stasiun siaran.
Adinegoro menegaskan, jurnalistik
adalah semacam kepandaian mengarang
yang pokoknya memberi pekabaran pada
masyarakat dengan secepat-cepatnya
agar tersiar seluas-luasnya. Secara teknis,
jurnalistik adalah kegiatan menyiapkan,
mencari, mengumpulkan, mengolah,
menyajikan, dan menyebarkan berita
melalui media berkala kepada khalayak
seluas-luasnya dengan secepat-cepatnya
(Sumadiria, 2005).
Perkembangan aktivitas jurnalistik
di Indonesia telah ada sejak penjajahan
Belanda. Pers mulai dikenal sejak abad
18, tepatnya tahun 1744 ketika sebuah
surat kabar bernama Bataviasche Nouvelles
diterbitkan oleh orang-orang Belanda,
pada tahun 1776 di Jakarta terbit surat
kabar Vendu Niews. Surat kabar pertama
sebagai bacaan kaum pribumi adalah
surat kabar Bianglala disusul oleh surat
kabar Bromantani pada tahun 1885,
kemudian surat kabar Soerat Kabar Bahasa
Melajoe pada tahun 1856 (Effendy, 2003).
Dilihat dari segi bentuk dan
pengelolaannya, jurnalistik dibagi
kedalam tiga bagian besar, jurnalistik
media cetak (news paper and magazine
journalism), jurnalistik media elektronik
auditif ( radio broadcast jaounalism), dan
jurnalistik media audiovisual (television
journalism). Produk jurnalistik terbagi
menjadi tiga kelompok besar, yaitu:
Berita (news), meliputi berita langsung
(straight news), berita menyeluruh
(comprehensive news), berita mendalam
(depth news), pelaporan mendalam (depth
reporting), berita penyelidikan
(investigative reporting), berita khas
bercerita (feature news), dan berita gambar
(photo news). Kolompok opini (views),
meliputi tajuk rencana, karikatur, pojok,
artikel, kolom, esai dan surat pembaca.
Kelompok iklan (advertising ), mencakup
berbagai jenis dan sifat iklan. Pemisahan
secara tegas berita dan opini merupakan
konsekuensi dari norma-norma dan etika
luhur jurnalistik yang tidak
menghendaki berita sebagai fakta
objektif, diwarnai atau dibaurkan dengan
opini sebagai pandangan yang sifatnya
subjektif (Sumadiria, 2005).
Media massa sebagai akses informasi
publik
Media massa sebagai akses
informasi publik juga bisa berperan
sebagai sumber rujukan penyebaran
informasi yang cepat. Dalam hal ini,
media dapat meningkatkan pengetahuan
masyarakat. Sekarang ini, media
memiliki andil yang penting dalam
mengajak masyarakat untuk memerangi
kekerasan dan tindak kriminalitas.
Sebagai kekuatan strategis dalam
menyebarkan informasi merupakan salah
satu otoritas sosial yang berpengaruh
dalam membentuk sikap dan norma
sosial suatu masyarakat. Media massa
bisa menyuguhkan teladan budaya yang
Prosiding Seminar Tahun 2015 “Optimalisasi Akses dan Pemanfaatan Informasi Publik”
52
bijak untuk mengubah perilaku
masyarakat (Segara, 2010).
Di samping itu, ada beberapa hal
yang memengaruhi kebiasaan mencari
informasi, antara lain adanya intuisi
kebutuhan (need of cognition) yaitu suatu
kebutuhan yang dekat hubungannya
dengan rasa ingin tahu. Intuisi
kebutuhan akan muncul sebagai variabel
yang memengaruhi perhatian seseorang
terhadap isi pesan komunikasi (Depari,
1982).
Kata Informasi berasal dari bahasa
asing “Information” yang berasal dari kata
dasar “Inform” yang secara leksikal
artinya adalah “ to give form or character
to;” atau : be the formative principle of:”
atau”to give, imbue or inspire with some
specific quality or character.” Jadi
sepatutnya diperhatikan bahwa
informasi bukanlah hanya sebagai objek
ataupun output saja, yang lazim diartikan
dalam Bahasa Indonesia sebagai suatu
keterangan ataupun berita, melainkan
juga harus melihat kepada aspek
pemrosesannya (Makarim, 2004).
Informasi merupakan hal yang
penting, menurut Alvin Toffler
“Information can be one of the most
important influences shaping society. It can
furnish trends, if communicated, may affect
decision action that influence the world”.
Informasi sebagai komoditi berbeda
dengan komoditi lainnya, makin banyak
dijual informasi akan makin berkembang.
Siapapun yang berkecimpung dalam
bidang informasi (termasuk juga
komunikasi) harus melihat ke depan,
karena menghimpun, mengolah, dan
mengirim informasi tak akan luput dari
pengaruh kemajuan teknologi (Makarim,
2004).
Nilai (value) atau karakteristik dari
suatu informasi yang baik menurut
David Kroenke paling tidak akan
ditentukan oleh kriteria-kriteria antara
lain sebagai berikut : (1).Pertinence, yakni
informasi tersebut harus relevan dengan
kebutuhan serta dapat memberikan nilai
tambah sesuai dengan konteks
kepentingan si pengguna. (2).Timelines,
yakni informasi tersebut harus tersedia
pada saat dibutuhkan. (3).Accuracy, yakni
informasi tersebut harus akurat sesuai
dengan konteks dan intensitas tujuan
penggunaannya. (4).Reduced uncercainty,
yakni informasi tersebut harus mendekati
ketepatan yang nyata atau mengurangi
suatu ketidakpastian tertentu;(5).Elemen
of surprise, yakni informasi tersebut
haruslah mempunyai nilai kebaharuan
atau paling tidak baru diketahui bagi si
penggunanya (Makarim, 2004).
Nawa Cita dan Revolusi Mental
Nawa Cita digagas oleh Presiden
Joko Widodo untuk menunjukkan
prioritas jalan perubahan menuju
Indonesia yang berdaulat secara politik,
serta mandiri dalam bidang ekonomi dan
berkepribadian dalam kebudayaan. Yaitu
:
Peran Media Massa sebagai Akses Publikdalam Menyosialisasikan Program Revolusi Mental Dida Dirgahayu
53
1. Menghadirkan kembali negara untuk
melindungi segenap bangsa dan
memberikan rasa aman pada seluruh
warga negara, melalui politik luar
negeri bebas aktif, keamanan
nasional yang terpercaya dan
pembangunan pertahanan negara Tri
Matra terpadu yang dilandasi
kepentingan nasional dan
memperkuat jati diri sebagai negara
maritim.
2. Membuat pemerintah tidak absen
dengan membangun tata kelola
pemerintahan yang bersih, efektif,
demokratis, dan terpercaya, dengan
memberikan prioritas pada upaya
memulihkan kepercayaan publik
pada institusi-institusi demokrasi
dengan melanjutkan konsolidasi
demokrasi melalui reformasi sistem
kepartaian, pemilu, dan lembaga
perwakilan.
3. Membangun Indonesia dari
pinggiran dengan memperkuat
daerah-daerah dan desa dalam
kerangka negara kesatuan.
4. Menolak negara lemah dengan
melakukan reformasi sistem dan
penegakan hukum yang bebas
korupsi, bermartabat, dan terpercaya.
5. Meningkatkan kualitas hidup
manusia Indonesia melalui
peningkatan kualitas pendidikan dan
pelatihan dengan program
"Indonesia Pintar"; serta peningkatan
kesejahteraan masyarakat dengan
program "Indonesia Kerja" dan
"Indonesia Sejahtera" dengan
mendorong land reform dan program
kepemilikan tanah seluas 9 hektar,
program rumah kampung deret atau
rumah susun murah yang disubsidi
serta jaminan sosial untuk rakyat di
tahun 2019.
6. Meningkatkan produktivitas rakyat
dan daya saing di pasar internasional
sehingga bangsa Indonesia bisa maju
dan bangkit bersama bangsa-bangsa
Asia lainnya
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi
dengan menggerakkan sektor-sektor
strategis ekonomi domestik.
8. Melakukan revolusi karakter bangsa
melalui kebijakan penataan kembali
kurikulum pendidikan nasional
dengan mengedepankan aspek
pendidikan kewarganegaraan, yang
menempatkan secara proporsional
aspek pendidikan, seperti pengajaran
sejarah pembentukan bangsa, nilai-
nilai patriotisme dan cinta Tanah Air,
semangat bela negara dan budi
pekerti di dalam kurikulum
pendidikan Indonesia.
9. Memperteguh kebhinnekaan dan
memperkuat restorasi sosial
Indonesia melalui kebijakan
memperkuat pendidikan
kebhinnekaan dan menciptakan
ruang-ruang dialog antarwarga
(Revolusi Mental, 2014).
Prosiding Seminar Tahun 2015 “Optimalisasi Akses dan Pemanfaatan Informasi Publik”
54
Revolusi mental
Menurut Presiden RI Joko Widodo,
dalam pembangunan bangsa, saat ini kita
cenderung menerapkan prinsip-prinsip
paham liberalisme yang jelas tidak sesuai
dan kontradiktif dengan nilai, budaya,
dan karakter bangsa Indonesia. Sudah
saatnya Indonesia melakukan tindakan
korektif, tidak dengan menghentikan
proses reformasi yang sudah berjalan,
tetapi dengan mencanangkan revolusi
mental menciptakan paradigma, budaya
politik, dan pendekatan nation building
baru yang lebih manusiawi, sesuai
dengan budaya Nusantara, bersahaja,
dan berkesinambungan.
Tujuh butir program gerakan
nasional revolusi mental Indonesia Baru :
(1) Negara harus hadir ditengah-tengah
masyarakat. Bukan hanya memerintah,
tetapi juga melindungi dan melayani. (2)
Indonesia bukan sekedar negara kaya,
tetapi juga serba bisa. Bisa mandiri, dan
bisa mencukupi kebutuhan pokoknya
sendiri. Dengan kekayaan sumber daya
alam yang kita miliki. (3) Indonesia
adalah teladan dalam hal toleransi dan
pembauran, karena perbedaan adalah
kekayaan bangsa. (4) Indonesia harus
bisa menggenggam dunia, pendidikan
yang baik menjadi kuncinya. Dan itu
harus menjadi tanggung jawab bersama.
(5) Indonesia adalah negara yang
makmur diatas fondasi ekonomi
kerakyatan, bukan ekonomi yg dikuasai
segelintir orang. (6) Indonesia adalah
bangsa terhormat dan tidak bersedia
menjadi budak bangsa lain. (7) Indonesia
adalah bangsa yang membanggakan dan
penuh prestasi, Indonesia bukan bangsa
rendah diri (Revolusimental, 2015).
PEMBAHASAN
Penggunaan istilah ”revolusi” tidak
selalu diartikan sebagai sebuah gerakan
"bumi hangus", tetapi merupakan sebuah
semangat mentalitas positif untuk
memberantas segala praktik-praktik yang
buruk yang sudah terlalu lama dibiarkan
tumbuh kembang sejak lama. Revolusi
mental bukanlah revolusi fisik yang
memerlukan dukungan moril dan
spiritual serta komitmen dalam diri
seorang pemimpin dan masyarakat
secara keseluruhan.
Melakukan revolusi mental dapat
dilaksanakan melaui konsep Trisakti
yang pernah diutarakan Bung Karno
dalam pidatonya tahun 1963 dengan tiga
pilarnya. Yaitu: (1) Indonesia yang
berdaulat secara politik. (2) Indonesia
yang mandiri secara ekonomi. (3)
Indonesia yang berkepribadian secara
sosial-budaya.
Dalam Rencana Jangka Menengah
Sektor Komunikasi Dan Informatika
2015-2015 Kementerian Komunikasi Dan
Informatika tertulis bahwa komunikasi
memegang peranan penting dalam
pembentukan mental bangsa Indonesia
di masa yang akan datang. Kehadiran
Peran Media Massa sebagai Akses Publikdalam Menyosialisasikan Program Revolusi Mental Dida Dirgahayu
55
media massa baik real space maupun cyber
space sangat berpengaruh terhadap
budaya masyarakat indonesia, maka
doperlukan suatu kondisi dan ekosistem
media massa untuk membentuk
komunikasi yang memberikan efek baik
bagi bangsa dan negara Indonesia (Badan
Litbang SDM Kominfo, 2015).
Melihat fungsi dan kemampuan
yang dimilikinya, pers atau media massa
sebagai sumber informasi yang diakses
publik menjadi salah satu pilar yang bisa
mendukung program revolusi mental
melalui penyebaran informasi tentang
apa yang akan dilakukan dan yang telah
dilaksanakan pemerintah. Pers yang
berfungsi melakukan rekonstruksi sosial
akan mampu menjadi jembatan informasi
dan bisa menumbuhkan partisipasi nyata
dari masyarakat untuk melakukan
revolusi mental menciptakan paradigma,
budaya politik, dan pendekatan nation
building baru yang lebih manusiawi,
sesuai dengan budaya nusantara,
bersahaja, dan berkesinambungan seperti
yang diamanatkan oleh presiden.
Peran pers atau media massa
sebagai akses informasi publik sangatlah
menentukan dalam menyosialisasikan
program revolusi pemerintah. Sesuai
teori tentang pengaruh media massa
dapat memengaruhi pembacanya yang
pasa awalnya bersikap pasif menjadi
berperan aktif dalam melakukan makna
dari revolusi mental. Media massa
merupaka media diseminasi informasi
dalam bentuk karya jurnalistik dalam
mempercepat proses perubahan sosial.
Media massa sebagai media akses
informasi publik juga bisa berperan
sebagai sumber rujukan penyebaran
informasi yang cepat. Dalam hal ini,
media dapat meningkatkan tingkat
pengetahuan masyarakat.
Media massa sebagai akses
informasi publik dapat menempatkan
dirinya dan berfungsi sebagai Jurnalisme
Pro-Pemerintah (Government-say-so-
Journalism), jurnalistik yang
memberitakan atau meliput apa saja
yang disiarkan pemerintah. Berhasilnya
penyampaian pesan dan respon yang
ditimbulkan dalam diseminasi informasi
dapat dilakukan oleh sejauhmana
pemerintah memanfaatkan media massa
dalam membangun image positif baik itu
personal maupun program pemerintah.
terhadap masyarakat.
Media massa dengan kemampuan
yang dimilikinya dapat memberikan
pengetahuan, pemahaman, menimbulkan
reaksi positif tentang progaram revilusi
mental dan nawacita. Peran media massa
sebagai akses informasi publik sangatlah
penting karena masyarakat
membutuhkan referensi. Berdasarkan
kajian psikologi, norma dan pengaruh
interpersonal memberikan pengaruh
terhadap sikap seseorang. Melalui berita-
berita yang disiarkan, media secara tidak
langsung telah memberikan referensi
kepada masyarakat untuk memengaruhi
Prosiding Seminar Tahun 2015 “Optimalisasi Akses dan Pemanfaatan Informasi Publik”
56
keputusan politiknya. Semakin sering
berita tersebut diberikan, maka akan
semakin besar pengaruh yang akan
didapatkan oleh masyarakat.
Media massa menjadi sangat efektif
untuk melakukan propaganda karena
media massa memiliki kemampuan
memengaruhi masyarakat yang tinggi.
Media massa dapat digunakan untuk self
marketing melalui berita dan informasi
yang disiarkan. Melalui informasi-
informasi di media masyarakat pada
akhirnya akan terpengaruh oleh berita-
berita tersebut dan mengikuti pesan yang
disampaikan. Media adalah mendorong
dukungan publik terhadap kepentingan-
kepentingan tertentu yang mendominasi
pemerintah dan masyarakat. Asumsi
tersebut makin memperkuat pandangan
bahwa media massa memang bisa
digunakan sebagai alat propaganda oleh
pemerintah.
Pemerintah dapat menggunakan
media massa secara maksimal sebagai
akses informasi publik dalam upaya
diseminasi program revolusi mental
seperti yang tertuang dalam nawa cita.
Hal ini dimungkinkan karena media
massa memunyai fungsi dan kelebihan
dalah hal jangkauan ke masyarakat
sesuai dengan karakteristik yang melekat
seperti misalnya surat kabar dan televisi.
Olivia Dwiayu mengutarakan
karakteristik surat kabar sebagai media
massa mencakup: publisitas, periodisitas,
universalitas, aktualitas dan
terdokumentasikan. Untuk menyerap isi
surat kabar, dituntut kemampuan
intelektualitas tertentu. Khalayak yang
buta huruf tidak dapat menerima pesan
surat kabar begitu juga yang
berpendidikan rendah. Dilihat dari ruang
lingkupnya, surat kabar nasional,
regional, dan lokal. Ditinjau dari
bentuknya, ada surat kabar biasa dan
tabloid. Dilihat dari bahasa yang
digunakan, ada surat kabar berbahasa
Indonesia, Bahasa Inggris, dan Bahasa
Daerah.
Menurut Agee dalam Mc.Quail
(1991), surat kabar memiliki tiga fungsi
utama dan fungsi sekunder. Fungsi
utama media adalah: (1) to inform
(menginformasikan kepada pembaca
secara objektif tentang apa yang terjadi
dalam suatu komunitas, negara dan
dunia, (2) to comment (mengomentari
berita yang disampaikan dan
mengembangkannya ke dalam focus
berita, (3) to provide (menyediakan
keperluan informasi bagi pembaca yang
membutuhkan barang dan jasa melalui
pemasangan iklan di media.
Edo Segara megutarakan, Terdapat
tiga segmen dalam media cetak surat
kabar yang sering digunakan sebagai
sarana diseminasi informasi, yaitu berita,
editorial dan iklan. Kesemuanya
membantu pembinaan citra dan
penyajian masalah. Surat kabar
menyajikan ceritra yang membina kesan.
Peran Media Massa sebagai Akses Publikdalam Menyosialisasikan Program Revolusi Mental Dida Dirgahayu
57
PENUTUP
Program revolusi mental
pemerintah hendaknya mampu benar-
benar bekerja bagi rakyat dan bukan bagi
segelintir golongan kecil. Menciptakan
sebuah sistem politik yang akuntabel,
bersih dari praktik korupsi dan tindakan
intimidasi. Indonesia juga memerlukan
birokrasi yang bersih, andal, dan kapabel,
yang benar-benar bekerja melayani
kepentingan rakyat dan mendukung
pekerjaan pemerintah yang terpilih.
Pilar ketiga Trisakti adalah
membangun kepribadian sosial dan
budaya Indonesia. Sifat keindonesiaan
semakin pudar karena derasnya tarikan
arus globalisasi dan dampak dari
revolusi teknologi komunikasi selama 20
tahun terakhir. Indonesia tidak boleh
membiarkan bangsanya larut dengan
arus budaya yang belum tentu sesuai
dengan nilai-nilai luhur bangsa kita.
Media massa sebagai alat
komunikasi massa atau media akses
informasi publik sangat berperan penting
dalam menyampaikan pesan atau
informasi tentang kebijakan pemerintah
kepada masyarakat. Pentingnya peran
media massa diantaranya disebabkan
oleh keterbatasan pemerintah dalam hal
penyampaian informasi secara langsung
kepada masyarakat luas.
Media massa sebagai akses
informasi publik, masyarakat akan dapat
dengan mudah mengetahui informasi
revolusi mental yang dicanangkan
pemerintah. Media massa surat kabar,
televisi, internet, majalah, buku, radio
dan lain sebagainya, dapat kapan saja
menyampaikan berita berita atau
informasi kepada masyarakat dan pada
umumnya dinilai masyarakat memiliki
krediblitas yang tinggi sehingga apa
yang diungkapkan dianggap suatu
kebenaran yang ada di masyarakat.
Diseminasi program revolusi
mental pemerintah dapat lebih terdengar
pada masyarakat bawah karena
keefektifan media massa dalam
menyampaikan pesan secara cepat dan
murah. Media massa dengan
kemampuannya menjangkau massa
dalam jumlah yang cukup besar, dapat
menembus populasi yang besar pula.
Media massa dapat mempengaruhi cara
pandang masyarakat tentang revolusi
mental dengan jenis dan volume
Revolusi mental harus menjadi
sebuah gerakan nasional. Kata kunci dari
tercapainya program revolusi mental
seperti yang tercantum dalam nawa cita
adalah adanya kesamaan persepsi di
antara semua pemimpin dan masyarakat
Indonesia. Revolusi mental harus dimulai
dari diri sendiri, kelompok, dan semua
fihak sesuai dengan tugas, fungsi dan
kewenangan yang dimilikinya. Di sinilah
peran media massa sebagai akses
informasi publik yang secara sadar dan
netral merekonstruksi program revolusi
mental sehingga dapat diketahui,
Prosiding Seminar Tahun 2015 “Optimalisasi Akses dan Pemanfaatan Informasi Publik”
58
dipahami, dan dilakukan oleh semua
orang Indonesia dalam upaya mencapai
amanat Trisakti.
DAFTAR PUSTAKA
Buku : Ardianto, Elvinaro, Erdiyana, Komala. (2004). Komunikasi Massa Suatu Pengantar.
Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Assegaf,Dja’far. (1985). Jurnalistik Mas Kini: Pengantar Kewartawanan. Jakarta : Ghalia
Indonesia. Depari, SR. (1994). Prospek Bisnis Informasi di Indonesia (ed. Sumarsono Suniardja).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Effendy, Onong Uchjana. (1993). Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Remaja
Rosda Karya. Kridalaksana. (1977 ). Menulis Berita dan Feature. Bandung: Media Karya. Mc.Quail, Denis. (1991). Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Erlangga. Romli, Asep Syamsul M. (2005). Jurnalistik Terapan. Bandung: Batik Press. Rusadi, Udi. (1994). “Penggunaan Media Massa”. Jurnal Penelitian dan Komunikasi
Pembangunan. Edisi Khusus No.1. Jakarta: Badan Litbang Deppen RI. Sobur, Alex. (2002). Analisis Teks Media. Bandung: Rosdakarya. Subiakto, Henry dan Rachmah Ida. (2012). Komunikasi Politik, Media, dan Demokrasi.
Jakarta: Kencana. Sumadiria, Haris. (2005). Jurnalistik Indonesia. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Makarim, Edmon. (2004). Kompilasi Hukum Telematika. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada Internet : Revolusimental. (2015). Tersedia dalam
http://nasional.kompas.com/read/2014/05/21/0754454/.Nawa.Cita.9.Agenda.Prioritas.Jokowi-JK diakses 05 Agustus 2015
Segara, Edo. (2010). Politik Media Massa. Tersedia dalam http://www.edosegara.com/2010/06/politik-media-massa.html diakses 05 Agustus 2015
Lainnya : Dedi Mulyana. (2013). Era Ketiga Komunikasi Politik, Pikiran Rakyat, Terbit selasa,27-08-
2013 Badan Litbang SDM.(2015). Naskah Akademis Strategi Pembangunan Dan Forecasting
Bidang Komunikasi Dan Informatika 2015-2019
59
IKLAN LAYANAN MASYARAKAT MELALUI MEDIA LUAR
RUANG DI KOTA BANDUNG
Noneng Sumiaty
Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika (BPPKI) Bandung Jl. Pajajaran no. 88
Bandung, Jawa Barat-40173. Telp.(022)6017493, Fax. (022) 6021740, HP. 08122303764, email:
Abstrak
Pesan melalui iklan media luar ruang baik oleh pamerintahan kota maupun swasta atau masyarakat umum perseorangan atau badan harus memerhatikan keamanan, keselamatan, kenyamanan , estetika, keserasian bangunan dan lingkungan, serta sesuai dengan rencana dan peraturan kota. Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa iklan layanan masyarakat yang dipasang oleh pemerintah Kota Bandung telah sesuai dengan peraturan yang berlaku, namun masih ada pemasang iklan dari pihak swasta tidak memerhatikan peraturan yang ada. Ini terlihat masih ada spanduk yang pemasangannya semena-mena, sehingga menggangu kepentingan publik.
Kata kunci: publik, iklan, media, luar ruang.
PENDAHULUAN
Sistem pemerintahan yang sekarang
berlangsung di Indonesia adalah sistem
demokratis, di mana pemerintah
berusaha menampung aspirasi dari
masyarakat, kemudian menyesuaikan
diri dengan apa yang menjadi aspirasi
masyarakat tersebut. Begitu juga Kota
Bandung, sebagai pemerintahan Kota
Bandung yang tidak terlepas dari urusan
kota yang sangat kompleks. Seiring
dengan kemajuan kota yang sangat
dinamis. Kemajuan yang dicapai Kota
Bandung masih mengalami beberapa
kendala dalam beberapa hal, seperti:
dalam penanganan sampah, keamanan,
ketertiban dan keindahan. Untuk
menangani hal itu, Pemerintah Kota
Bandung berusaha untuk
menyosialisasikan suatu peraturan yang
telah ada seperti peraturan tentang
ketertiban, kebersihan, dan keindahan
(K3). Sosilisasi peraturan perundang-
undangan, seperti K3 dan reklame bisa
melalui media luar ruang seperti:
spanduk, baner, dan baliho.
Upaya dari pemerintah yang
demokratis dalam penyesuaian dengan
masyarakatnya harus membuat pesan
yang baik, estetika, dan tidak
mengeksploitasi ruang publik secara
berlebihan. Strategi yang menarik
masyarakat dalam menyosialisasikan K3,
salah satunya melalui iklan yang dibuat
oleh pemerintah dengan menggunakan
Prosiding Seminar Tahun 2015 “Optimalisasi Akses dan Pemanfaatan Informasi Publik”
60
iklan layanan masyarakat (public service
advertising) yang sifat iklannya tidak
berusaha mengejar keuntungan material.
Lain halnya dengan pesan iklan yang
dikeluarkan oleh swasta atau masyarakat
perorangan atau badan, bersifat bisnis
yaitu mendapatkan keuntungan yang
sebesar-besarnya.
Iklan yang dibuat oleh swasta atau
oleh masyarakat perorangan atau suatu
badan pada umumnya bersifat komersil
yaitu harus menguntungkan. Meskipun
demikian tidak boleh merugikan pihak
lain atau bertentangan dengan peraturan-
peraturan yang berlaku, dan harus
mengedepankan aspek estetika serta
terintegrasi dengan lingkungannya.
Keadaan kota yang aman, indah,
dan menarik serta tercapainya pelayanan
yang optimal terhadap masyarakat serta
pengunjung Kota Bandung, Pemerintah
Kota Bandung membuat iklan yang berisi
pesan-pesan yang membangun dengan
dinamis. Supaya iklan atau reklame
sesuai dengan keadaan kota yang maju
dan dinamis sesuai dengan yang
diinginkan, Pemerintah Kota Bandung
telah mengesahkan Peraturan Kota No. 4
Tahun 2012 tentang penyelenggaan
reklame.
Dinamika penggunaan media untuk
periklanan tidak mudah, artinya bukan
tidak mungkin menimbulkan hal-hal
yang tidak diharapkan oleh siapapun.
Apalagi jika menggunakan media luar
ruang, di samping ruang publik yang
dirambah oleh iklan, juga dampak iklan
yang ditampilkan dari iklan itu sendiri.
Pemasangan iklan media luar ruang oleh
pemertintah merupakan bagian dari
program sosialisasi. Oleh karena itu
sangatlah penting jika periklanan melalui
media luar ruang diatur oleh peraturan-
peraturan yang akan mengikat para
pemasang iklan.
Iklan melalui media luar ruang
yang disampaikan baik oleh
pamerintahan kota maupun oleh swasta
atau masyarakat umum atau badan harus
memerhatikan keamanan, keselamatan,
kenyamanan masyarakat, estetika,
keserasian bangunan dan lingkungan
serta sesuai dengan rencana kota.
Pokoknya diharapkan sesuai dengan
peraturan-peraturan yang barlaku yaitu
Peraturan Daerah Kota Bandung No. 4
Tahun 2012.
Berdasarkan uraian di atas, maka
bisa dirumuskan permasalahan
penelitian sebagai berikut: Bagaimana
pesan-pesan yang disampaikan oleh
pemerintah atau iklan layanan
masyarakat, melalui iklan media luar
ruang sesuai Peraturan Kota Bandung
No. 4 Tahun 2012 ?; Bagaimana pesan-
pesan yang disampaikan oleh swasta
atau masyarakat umum perseorangan
atau badan, melalui iklan media luar
ruang sesuai Peraturan Kota Bandung
No. 4 Tahun 2012.
Adapun tujuan penelitian ini adalah
ingin menganalisis pesan-pesan yang
Ranah Publik dalam Iklan Media Luar di Kota Bandung Noneng Sumiaty
61
disampaikan oleh pemerintah atau iklan
layanan masyarakat, melalui iklan media
luar ruang sesuai Peraturan Kota
Bandung No. 4 Tahun 2012, dan
menganalisis pesan-pesan yang
disampaikan oleh swasta atau
masyarakat umum perseorangan atau
badan, melalui iklan media luar ruang
sesuai Peraturan Kota Bandung No. 4
Tahun 2012.
LANDASAN KONSEP
Pengertian Publik
Dalam hal ini publik lebih dekat
pada pengertian masyarakat umum.
Namun demikian pengertian publik yang
melekat pada pelayanan publik tidak
sepenuhnya sama dan sebangun dengan
pengertian masyarakat. Nurcholish
(2005) memberikan pengertian publik
sebagai sejumlah orang yang memunyai
kebersamaan berfikir, perasaan, sikap
dan tindakan yang benar dan baik
berdasarkan nilai-nilai norma yang
mereka miliki.
Konsep dasar ruang publik adalah
ruang nirsekat. Di sini publik dapat
berinteraksi dan dengan bebas
mengemukakan pendapat sehingga
memungkinkan terjadinya transformasi
sosial dalam proses yang demokratis.
Booyd-Barret dan Newbold dalam
Isnaini (2011) Habermas menyebutkan,
ruang public yang ideal adalah yang
mampu menjadi jembatan interaksi
antara penguasa dan masyarakat dari
beragam kelas. Hanya melalui ruang
public inilah dapat terwujud masyarakat
yang dewasa, bebas penindasan, dan
mampu menanggulangi krisis.
Iklan
Iklan merupakan bentuk
penyampaian pesan yang menawarkan
suatu produk yang ditujukan kepada
masyarakat melalui media yang
memengaruhi masyarakat untuk
membeli (Jefkins, 1997 dalam Runtiko,
2013). Sedangkan pengertian periklanan
menurut Kasali (2007), “Iklan adalah
pesan yang menawarkan suatu produk
yang ditujukan kepada masyarakat lewat
suatu media”. Definisi yang lebih
lengkap dapat dijumpai pada Wrigh
dalam Liliweri (1992) yang mengatakan
bahwa: ”tujuan iklan adalah untuk
memotivasi seorang pembeli potensial
dan mempromosikan penjual suatu
produk atau jasa, untuk memengaruhi
pendapat publik, memenangkan
dukungan publik untuk berpikir atau
bertindak sesuai dengan keinginan
pemasang iklan”.
Melihat definisi di atas, berarti
unsur yang penting dalam periklanan
adalah pesan-pesan yang disampaikan
melalui media kepada seluruh
masyarakat. Media tersebut bisa cetak
dan elektronik, sedangkan pesan-pesan
bisa pesan atau ajakan yang membangun
dari pemerintah; atau pesan-pesan dari
Prosiding Seminar Tahun 2015 “Optimalisasi Akses dan Pemanfaatan Informasi Publik”
62
swasta perorangan atau badan tentang
suatu produk-produk dengan tujuan agar
masyarakat menerima pesan itu dan bisa
mengikuti sehingga merubah sikap
setelah melihat iklan tersebut.
Media Periklanan
Adapun media atau alat periklanan
dalam melakukan promosi yang
dikelompokan oleh Tjiptono, (2008),
sebagai berikut:
1. Media Cetak, yaitu media yang statis
dan mengutamakan pesan-pesan
dengan sejumlah kata, gambar, atau
foto, baik dalam tata warna maupun
hitam putih. Jenis-jenis media cetak
terdiri atas:
a. SuratKabar
b. Majalah
c. Tabloid,
d. Brosur,
e. selebaran,
f. dan lain-lain.
2. Media Elektronik, yaitu media
dengan teknologi elektronik dan
hanya bisa digunakan bila ada jasa
tranmisi siaran. Jenis-jenis media
elektronik antara lain:
a. Televisi
b. Radio.
Media Luar Ruang, yaitu media
iklan biasanya berukuran besar yang
dipasang ditempat-tempat terbuka
seperti dipinggir jalan, dipusat kramaian
atau tempat-tempat khusus lainnya.
Jenis-jenis media luar ruang meliputi
billboard, buklet, poster, baligo, spanduk,
umbul-umbul, balon raksasa dan lain-
lain (Tjiptono, 2008).
Media Luar Ruang
Media periklanan luar ruangan
merupakan salah satu media yang
diletakan di luar ruangan yang pada saat
ini telah menjadi bagian dari kehidupan
masyarakat, yang memiliki tujuan
menyampaikan pesan promosi suatu
produk atau jasa. Definisi tentang media
luar ruang menurut Santosa (2009),
“Media Luar ruangan adalah semua iklan
yang menjangkau konsumen ketika
mereka sedang berada di luar rumah
atau kantor. Media luar ruangan
membujuk konsumen ketika mereka
sedang di tempat-tempat umum, dalam
perjalanan, dalam ruang tunggu, juga di
tempat-tempat terjadi transaksi”.
Sedangkan menurut Tjiptono (2008),
“Media Luar ruangan adalah media yang
berukuran besar dipasang ditempat-
tempat terbuka seperti dipinggir jalan,
dipusat keramaian atau tempat-tempat
khusus lainnya, seperti di dalam bus
kota, gedung, pagar tembok dan
sebagainya.”
Secara umum, iklan melalui media
ruang diartikan sebagai segala bentuk
pesan tentang suatu produk atau jasa
yang disampaikan lewat suatu media
luar ruang besar dipasang ditempat-
tempat terbuka (umum) seperti di
pinggir jalan, di perjalanan, di ruang
Ranah Publik dalam Iklan Media Luar di Kota Bandung Noneng Sumiaty
63
tunggu, dipusat keramaian atau tempat-
tempat khusus lainnya, dan ditujukan
kepada sebagian atau seluruh
masyarakat.
Iklan Layanan Masyarakat
Iklan Layanan Masyarakat adalah
iklan yang digunakan menyampaikan
informasi, memersuasi atau mendidik
khalayak di mana tujuan akhir bukan
untuk mendapatkan keuntungan
ekonomi, melainkan keuntungan
sosial.Keuntungan sosial yang dimaksud
adalah munculnya penambahan
pengetahuan, kesadaran sikap, dan
perubahan perilaku masyarakat terhadap
masalah yang diiklankan, serta
mendapatkan citra yang baik di
masyarakat.
Secara normatif, bertambahnya
pengetahuan, dimilikinya kesadaran
sikap dan perubahan perilaku
masyarakat sangat penting bagi kualitas
kehidupan masyarakat itu sendiri, sebab
masyarakat akan terbangun dan digiring
pada situasi kearah keadaan yang baik.
Umumnya, materi yang disampaikan
berupa informasi-informasi publik untuk
menggugah khalayak melakukan suatu
kebaikan yang normatif sifatnya.
Misalnya anjuran agar tertib berlalu
lintas, memiliki budaya antri, menyukai
kebersihan lingkungan, hemat listrik,
hemat air, hemat BBM, menjaga
kelestarian lingkungan, menjaga satwa
liar, mencintai budaya sendiri, memiliki
kesetiakawanan sosial yang tinggi,
demokrasi anti kekerasan, sportivitas,
perilaku seks yang sehat, mengikuti
gerakan orang tua asuh, peduli dengan
kelompok masyarakat miskin, dan
sebagainya.
Selain mendatangkan kebaikan dan
peningkatan kualitas hidup masyarakat,
bertambah pengetahuan masyarakat dan
munculnya kesadaran serta sikap
perilaku sebagaimana inti pesan juga
dapat menguntungkan pengiklan itu
sendiri, selain mendapatkan citra baik di
tengah di masyarakat (Widyatama, 2007).
Gambar 1
Iklan layanan masyarakat.
Sumber: detikNews, 2015
Prosiding Seminar Tahun 2015 “Optimalisasi Akses dan Pemanfaatan Informasi Publik”
64
Sama seperti iklan yang bersifat
komersial, iklan layanan masyarakat pun
menggunakan teknik means-end chain.
Pengertian dari teknik means-end chain
adalah jika masyarakat mematuhi
kebijakan, hal tersebut bisa dijadikan
batu loncatanuntuk pencapaian tujuan
akhir tertentu. Tujuan akhir yang
dijanjikan tehnik ini merupakan solusi
menang-menang (win-win solution) bagi
berbagai kalangan. Teori ini beragumen
bahwa suatu pesan dapat diterima jika
semua dimensi kebutuhan masyarakat
telah tersentuh, mulai dari kebutuhan
fisik, psikososial, dan spiritual
(Zaenudin, 2007).
Iklan dari Masyarakat
Iklan yang datang dari masyarakat
umum adalah iklan yang bersifat non
komersial karena untuk kepentingan
bersama untuk menyampaikan pesan-
pesan dari masyarakat terhadap
pemerintah. Biasanya iklan ini berupa
penyaluran hati nurani masyarakat
terhadap pemerintah, apabila terjadi
kesalahpahaman atau terjadi bentrokan
antara warga dengan petugas atau
penguasa. Iklan ini biasanya
menggunakan media komunikasi yaitu
media luar ruang, seprti spanduk yang
bertuliskan pernyatan-pernyataan dari
masyarakat terhadap pemerintah.
Pernyataan ini bisa disebut demo dari
masyarakat , bisa berupa imbauan atau
usulan; bahkan bisa ejekan terhadap
pemerintahnya.
Gambar 2 menunjukkan spanduk
yang dibawa atau diarak masyarakat
sebagai pendemo kepada pemerintah
atau penguasa. Demo ini menuntut
pemerintah untuk menghentikan
pungutan liar di sekolah-sekolah dalam
penerimaan murid baru. Pokoknya
pendemo meminta kepada yang
berwenang untuk pemberantasan
korupsi di sekolah-sekolah.
Dari Gambar 2 terlihat gambar yang
dimuat di spanduk adalah seorang tokoh
masyarakat, yaitu seorang Wali Kota
Gambar 2: Spanduk demo dari masyarakat
Sumber: video. tempo.co, 2014
Ranah Publik dalam Iklan Media Luar di Kota Bandung Noneng Sumiaty
65
Bandung Ridwan Kamil yang setuju
dengan adanya moratorium pungutan
dan pemberantasan korupsi di sekolah.
Iklan ini menggunakan pendekatan
personifikasi, di mana creator iklan
mencoba menggambarkan target secara
rinci dan nyata profil tokoh yang
digambarkan mencoba mengutarakan
apa yang menjadi ekpektasi mereka,
kendala yang sedang mereka alami,
kehidupan mereka, dan sebagainya
(Zaenudin, 2007).
Sebagai iklan non komersial, iklan
ini dianggap efektif oleh masyarakat
yang menginginkan perubahan; karena
iklan ini diarak ditempat umum dan
terbuka sehingga diharapkan pesan dari
iklan tersebut sampai kepada pihak yang
berwenang atau pihak-pihak terkait.
Iklan yang Efektif
Dalam menyusun iklan program
periklanan harus disusun dengan
memerhatikan lima M (Kotler, 2003
dalam Darmadi, dkk. 2003) agar
menghasilkan iklan yang efektif, yaitu:
1. Mission (misi): Apakah tujuan
periklanan
2. Money (uang) : Berapa banyak uang
yang dibutuhkan untuk belanja
iklan?
3. Message (pesan) : Pesan apa yang
harus disampaikan?
4. Media : Media apa yang paling
efektif dan efisien?
5. Measurement (evaluasi) : Bagaimana
mengevaluasi efektivitas iklan.
Seperti disampaikan di atas bahwa
iklan yang efektif harus memenuhi
kelima unsur yaitu: memunyai misi,
uang, pesan, media, dan evaluasi. Begitu
juga dengan iklan media luar ruang,
apabila iklan tersebut mau efektif; yaitu
harus memenuhi unsur tersebut.
Iklan Komersial
Teknik yang digunakan dalam iklan
komersial sama dengan yang digunakan
pada iklan layanan masyarakat yaitu
means-end chain. Teknik ini akan lebih
efektif jika hubungan yang diciptakan
sesuai dengan harapan masyarakat dan
tidak dipaksakan. Jika alasan hubungan
yang diciptakan tidak dapat menyentuh
pengetahuan, masyarakat akan mencibir
yang dilihatnya. Semakin dapat diterima
oleh pikiran dalam artian masuk akal,
semakin besar peluang iklan untuk
diterima masyarakat. Untuk
merumuskan means-end chain yang dapat
diterima, berbagai macam pendekatan
harus dilakukan.
Pada iklan komersial, selain
menggunakan pendekatan psikologis,
pengiklan pun mengadakan riset pasar.
Data-data dikumpulkan agar mereka
yakin dengan segmentasi yang akan
dibidik, kemudian peneliti menggunakan
panel data untuk menganalisis perilaku
konsumen dan pasar. Setelah mengetahui
perilaku konsumen dan pasar, berbagai
Prosiding Seminar Tahun 2015 “Optimalisasi Akses dan Pemanfaatan Informasi Publik”
66
macam strategi akan dengan mudah
dibuat. Mulai dari siapa saja segmentasi
pasar, di mana mereka biasanya membeli
barang, produk seperti apa yang akan
dibeli, serta variabel-variabel lainnya.
Dari konsep ini, perusahaan dapat
mematok target penjualan dan
keuntungan perusahaan (Zulkarnaen,
2007).
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini menggunakan
jenis penelitian deskriptif kualitatif, yaitu
penelitian yang berusaha
menggambarkan atau mendeskripsikan
objek yang di teliti berdasarkan fakta
yang ada di lapangan (Sugiyono, 2009).
Penelitian kualitatif dilakukan
untuk menemukan gambaran yang
menyeluruh dan mendalam tentang
objek yang diteliti, dengan berangkat dari
suatu fenomena yang ada, penelitian ini
juga tidak berangkat dari suatu teori
yang hendak diuji kebenarannya, seperti
dikatakan Alwasilah bahwa: “Penelitian
kualitatif tidak berangkat dari teori, tapi
berangkat dari kasus atau pengamatan”
(Alwasilah , 2005).
Sementara subjek penelitian adalah
mereka yang berwenang memberikan
jawaban tentang pemasangan spanduk
atau baliho di Kota Bandung. Objek
penelitian adalah spanduk atau baliho
yang dipasang di luar ruangan di
wilayah Kota Bandung, baik yang
dipasang oleh Pemerintah Kota Bandung
dan oleh masyarakat umum atau
perorangan atau lembaga atau badan.
Responden adalah Dra. Hj. Iim
Dewi Mulyani sebagai Kepala Bidang
Hubungan Masyarakat , Tetty Siti
Hasanah, SH, sebagai Kepala Seksi
Pengolahan Data dan Informasi serta
Yusuf Cahyadi, SH petugas Fungsional
Umum Dinas Komunikasi dan
Informatika (Diskominfo) Kota Bandung.
Lokasi penelitian berada di Kota
Bandung.
PEMBAHASAN
Dalam struktur bagian Diskominfo
terdapat beberapa bagian yaitu:
Sekretariat, Humas (Hubungan
Masyarakat), Telematika, Desiminasi,
Postel (Pos dan Telekomunikasi), UPT
(Unit Pelaksana Teknis) Pengaduan
Masyarakat, dan UPT Radio Sonata.
Media Luar Ruang terdapat dalam
bagian Desiminasi. Secara lengkapnya
bagian Desiminasi terdiri dari: dua sub
bagian, yaitu sub bagian PDI (Pengelola
Data Informasi) dan sub bagian
Multimedia.
PDI terdiri dari: PPID (Pejabat
Pengelola Informasi dan Dokumentasi),
Kelompok Informasi Masyarakat (KIM),
dan PEDASI (Pengelola Data Informasi).
Sedangkan Multimedia terdiri dari:
Radio dan Televisi, Bina Kota dan Media
Luar Ruang. Jadi media luar ruang
Ranah Publik dalam Iklan Media Luar di Kota Bandung Noneng Sumiaty
67
berada dalam sub bagian Multimedia
dan Bagian Desiminasi.
Tugas, Pokok Bagian Diseminasi
Informasi
Kepala Bidang Desiminasi
Informasi mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas pokok
Kepala Dinas lingkup desiminasi
informasi.
Untuk melaksanakan tugas pokok,
Kepala Bidang Desiminasi Informasi
mempunyai fungsi :
1. Perencanaan dan penyusunan
program lingkup pengelolaan data
informasi, serta komunikasi dan
multimedia;
2. Pelaksanaan dan penyusunan
petunjuk teknis dan bahan kebijakan
pengelolaan data informasi, serta
komunikasi dan multimedia;
3. Pelaksanaan lingkup pengelolaan
data informasi, serta komunikasi dan
multimedia; dan
4. Monitoring, evaluasi dan pelaporan
pelaksanaan lingkup pengelolaan
data informasi dan komunikasi serta
multimedia (Diskominfo, 2015).
Kepala Bidang Desiminasi
Informasi membawahkan :
Seksi Pengelolaan Data dan
Informasi;
Kepala Seksi Pengolahan Data dan
Informasi mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas pokok
Kepala Bidang Desiminasi Informasi
lingkup pengolahan data dan informasi.
Untuk melaksanakan tugas pokok, Seksi
Pengolahan Data dan Informasi
mempunyai fungsi :
1. Pengumpulan dan penganalisaan
data lingkup Pengolahan Data dan
Informasi;
2. Penyiapan bahan petunjuk teknis
lingkup Pengolahan Data dan
Informasi;
3. Pelaksanaan lingkup Pengolahan
Data dan Informasi yang meliputi
data dan informasi pengaduan
masyarakat baik dari media
elektronik dan cetak serta tatap
muka; dan
4. Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan
lingkup Pengolahan Data dan
Informasi.
Seksi Komunikasi dan Multimedia.
Kepala Seksi Komunikasi dan
Multimedia mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas pokok
kepala bidang desiminasi informasi
lingkup komunikasi dan pengaduan
masyarakat. Untuk melaksanakan tugas
pokok, kepala seksi komunikasi dan
multimedia mempunyai fungsi :
1. Pengumpulan dan penganalisaan
data lingkup komunikasi dan
multimedia;
2. Penyiapan bahan petunjuk teknis
lingkup komunikasi dan multimedia
3. Pelaksanaan lingkup komunikasi dan
multimedia yang meliputi
menghimpun dan menganalisa data
Prosiding Seminar Tahun 2015 “Optimalisasi Akses dan Pemanfaatan Informasi Publik”
68
yang diarsipkan, diimplementasikan
serta disosialisasikan dalam bentuk
multimedia, dan penerbitan media
cetak serta penyelenggaraan media
interaktif; dan
4. Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan
lingkup Komunikasi dan
Multimedia. (Diskominfo, 2015).
Iklan layanan masyarakat saat ini
masih dianggap efektif untuk
menyampaikan pesan-pesan
pembangunan oleh pemerintah. Seperti
halnya dengan iklan layanan masyarakat
yang disampaikan oleh Pemerintah Kota
Bandung dalam menyosialisasikan
peraturan tentang ketertiban, kebersihan
dan keindahan (K3) yaitu Peraturan
Pemerintah Daerah Kota Bandung No. 11
Tahun 2005 tentang perubahan atas
Peraturan Pemerintah Daerah Kota
Bandung Nomor 03 Tahun 2005 tentang
penyelenggaraan ketertiban, kebersihan
dan keindahan.
Pemasangan iklan tentang K3
tersebut disampaikan oleh Pemerintah
Kota Bandung melalui spanduk yang
dipasang tepat di tempat-tempat yang
strategis dalam kota, agar semua
masyarakat kota bisa melihatnya atau
setidaknya pernah mengetahuinya.
Menurut Yusuf Cahyana Fungsional
Umum, Dinas Kominfo Kota Bandung
selama ini sudah memasang spanduk
dan baligo di titik titik strategis di kota
Bandung sesuai dengan peraturan yang
ada.
Sementara bagian-bagian yang
terlibat dalam pemasangan baligo yaitu:
1. Dinas dan Pemakaman dan Taman
(Diskamtam) Kota Bandung
mengenai titik penempatan.
2. Satuan Polisi Pamong Praja mengenai
pengawasan. (Wawancara, 2015).
Pada kenyataannya di lapangan ada
pemasangan iklan yang tidak mematuhi
peraturan K3 dan peraturan tentang
Gambar 3: Pemasangan spanduk iklan yang sembarangan.
Sumber: Diskominfo Kota Bandung, 2015.
Ranah Publik dalam Iklan Media Luar di Kota Bandung Noneng Sumiaty
69
penyelenggaraan reklame. Hal ini seperi
tertera pada Gambar 3.
Dalam gambar 3 terlihat betapa
semrawutnya pemasangan spanduk
tersebut. Spanduk satu dengan lainnya
saling tumpuk, yang satu menghalangi.
yang lainnya, sehingga kelihatan tidak
indah dipandang mata Juga spanduk di
atas menunjukkan bahwa antara
pemasang yang satu dengan lainnya
tidak ada etika pemasangan. Ini jelas
menyalahi peraturan-peraturan yang
ada. Seperti menyalahi Peraturan
Pemerintah Kota Bandung No. 11 Tahun
2005 tentang K3 dan Peraturan
Pemerintah Daerah Kota Bandung No. 4
Tahun 2012 tentang penyelenggaan
reklame.
Iklan yang menyalahi peraturan-
peraturan yang telah disahkan tersebut,
selama ini belum pernah ditindaklanjuti
sampai ke tingkat pengadilan. Hal ini
disampaikan oleh petugas fungsional
umum Dinas Komunikasi dan
Informatika Kota Bandung, Yusuf
Cahyana bahwa: “selama ini apabila
terjadi pelanggaran terhadap K3 dan
pemasangan reklame, hanya dilakukan
pemindahan pemasangan spanduk atau
penurunan yang dilakukan oleh Satpol
PP, petugas Diskamtam sebagai tim
pengawasan dan pengendalin serta
petugas Dinas Komunikasi dan
Informatika Kota Bandung dengan
koordinasi bersama unsur kepolisin dari
Polres Bandung” (wawancara, Juli 2015).
Hal di atas dibenarkan oleh Kepala
Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Diskominfo Kota Bandung, Tetty Siti
Hasanah yang menyatakan bahwa:
apabila terjadi pemasangan spanduk atau
baliho yang tidak sesuai dengan
peraturan K3 dan Peraturan reklame,
maka tindakan yang diambil adalah
bekerjasama dengan Satpol PP dan
koordinasi dengan pihak kepolisian
untuk menurunkan atau memindahkan
spanduk atau baliho tersebut”
(wawancara, Juli 2015).
Gambar 4
Pemasangan iklan yang sesuai dengan peraturan.
Sumber: Diskominfo Kota Bandung, 2015.
Prosiding Seminar Tahun 2015 “Optimalisasi Akses dan Pemanfaatan Informasi Publik”
70
Pemasangan iklan layanan
masyarakat oleh Pemerintah Kota
Bandung melalui Diskominfo beserta
Diskamtam dan Satpol PP serta
koordinasi dengan kepolisian, bersama-
sama menentukan dan memasang
spanduk , baner atau baliho di titik-titik
sudut kota yang strategis; dengan tetap
mengindahkan unsur keamanan dan
keindahan estetika kota seperti yang
terlihat dalam gambar 4.
Iklan tentang layanan masyarakat
yang dipasang oleh Pemerintah Kota
Bandung, seperti yang terlihat di gambar
atas; merupakan contoh pemasangan
yang benar, yaitu telah sesuai dengan
peraturan-peraturan yang berlaku.
Bahkan membantu terciptanya keadaan
kota yang tertib, aman, dan indah.
PENUTUP
Simpulan
Iklan layanan masyarakat baik
berupa spanduk, baliho, atau banner yang
dipasang di luar ruangan oleh
Pemerintah Kota Bandung khususnya
digunakan untuk menyosialisasikan
peraturan-peraturan yang telah
disyahkan oleh pemerintah. Dalam hal
ini Pemerintah Kota Bandung
menggunakan media luar ruang berupa
spanduk, baliho, atau banner untuk
menyosialisasikan Peraturan Pemerintah
Daerah Kota Bandung No. 11 Tahun 2005
dan Peraturan Pemerintah Daerah Kota
Bandung No. 5 Tahun 2012. Penggunaan
media tersebut telah sesuai dengan
peraturan-peraturan yang berlaku. Baik
dari titik-titik tempat pemasangan
maupun dari desain spanduk tersebut.
Sementara Iklan dari masyarakat
umum yang diperuntukkan bagi
Pemerintah Kota Bandung untuk
kepentingan umum dan tidak komersil
adakalanya masih tidak sesuai dengan
peraturan-peraturan yang ada. Misalnya
tentang adanya kenaikan harga bahan
bakar minyak (BBM), adanya kenaikan
terhadap bahan pokok, mahalnya biaya
pendidikan, dan tentang kepengurusan
persatuan persepakbolaan lokal
Kabupaten/Kotamadya Bandung
(PERSIB).
Saran-saran
Iklan layanan masyarakat yang
selama ini telah ada telah memenuhi
peraturan dan unsur estetika sebaiknya
lebih diperbanyak lagi untuk dipasang
pada titik strategi dan masih kosong,
agar masyarakat lebih mengetahui dan
memahami apa yang diinginkan oleh
pemerintah kota; sehingga keadaan yang
bersih, indah, aman, nyaman akan segera
tercapai.
Sementara iklan yang datangnya
dari masyarakat umum yang bersifat
nonkomersil dan bertujuan
menginginkan adanya perubahan kepada
hal yang lebih baik, harus ditingkatkan
konten (isi) dan desainnya dari spanduk,
Ranah Publik dalam Iklan Media Luar di Kota Bandung Noneng Sumiaty
71
baliho atau baner yang digunakan di
media luar ruang tersebut; agar tidak
menyalahi peraturan-peraturan yang
ada.
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Alwasilah, A Chaedar. (2005). Pokoknya Kualitatif. Dasar-Dasar Merancang Dan Melakukan
Penelitian Kualitatif. Jakarta, Penerbit, Pustaka Jaya.
Darmadi, Sugiarto, Anton, dan Hendrawan. (2003). Invansi Pasar Dengan Iklan Yang Efektif,
Jakarta: Gramedia Jefkins, Frank. (1977), Periklanan, Penerjemah: Haris Munandar.
Editor: Yati Sumiharti. Jakarta: Erlangga.
Isnaini, Santi dkk. (2011). Representasi Relasi Kekuasaan pada Tata Ruang Publik Kota
Tua di Pulau Jawa (Studi Semiotik Sosial pada Alun-Alun Kota Malang di Masa
Kolonial). Dalam: Budianto, Heri dan Farid Hamid.ed. Ilmu Komunikasi Sekarang
dan Tantangan Masa Depan. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group. Hal. 507-536.
Kasali, Rhenald. (2007). Managemen Periklanan. Jakarta: Grafiti.
Liliweri, Alo. (1992). Dasar-dasar Komunikasi Periklanan. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Nurcholish, Hanif, (2005). Teori dan Praktek Pemerintahan dan Otonomi Daerah. Jakarta:
PT. Grasindo.
Santosa, Sigit. (2000). CREATIVE ADVERTISING, Petunjuk Teknis Mempersiapkan
Iklan Cetak dan Elektronik dengan Effesien. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Tjiptono, Fandy. (2008). Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Andi Publisher.
Widyatama, Rendra. (2007). Pengantar Periklanan. Yogyakarta: Pustaka Publisher Book.
Jurnal/Makalah:
Runtiko, Agus Ginanjar. (2013). Desain Iklan Layanan Masyarakat. JURNAL PENELITIAN
KOMUNIKASI. Vol. 16 No. 1 .Hal. 21-38. Balai Pengkajian Dan Pengembangan
Komunikasi Dan Informatika Bandung.
Zainudin, Heni Nuraeni. (2007). Prediksi Efek Tertunda Iklan Layanan Masyarakat Melalui
Bermacam Pendekatan. Menyoroti Iklan Di Televisi. Observasi. Kajian Komunikasi
Dan Informatika. Vol. 5 No. 2. Hal. 73-87. Penerbit: Simbiosa Rekatama Media
bekerja sama dengan BP2I Bandung.
Regulasi:
Peraturan Daerah Kota Bandung No. 4 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Reklame
Prosiding Seminar Tahun 2015 “Optimalisasi Akses dan Pemanfaatan Informasi Publik”
72
Peraturan Daerah Kota Bandung No. 11 Tahun 2005 Tentang Perubahan atas Peraturan
Daerah Kota Bandung Nomor 03 tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Ketertiban,
Kebersihan, dan Keindahan.
Surat Kabar:
Edukatorial. (2015). Sabet Tiga Penghargaan Indonesia’s Attractiveness Award 2015.
Pikiran Rakyat, 15 Juni 2015, hal. 5.
Internet:
Avitia Nurmatari, http://news.detik.com/berita-jawa-barat/2948692/kencing-
sembarangan-di-bandung- bayar-rp-250-ribu-merokok-rp-5-juta, diakses tanggal
25/6/2015.
Nawazaki, Dicky Zulfikar dan Maulana Ryan (ed). (2014). Fortusis Dukung
Moratorium Hapus Pungutan Sekolah dalam
http://video.tempo.co/read/2014/08/12/2022/fortusis-dukung-moratorium-
hapus-pungutan-sekolah, diakses tanggal 25/6/15.
73
WEBSITE DESA MAJASARI KECAMATAN SLIYEG
INDRAMAYU SEBAGAI MEDIA INFORMASI PUBLIK
Neti Sumiati Hasandinata
Kementerian Komunikasi dan Informatika RI Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan
Informatika Bandung Jalan Pajajaran No.88 Bandung 40173 Telp.(022) 6017493 fax (022) 6021740 email :
Abstrak
Website sebagai salah satu situs penyedia layanan informasi memunyai peran strategis dalam menyebarkan informasi bahkan dapat digunakan sebagai media promosi dan komunikasi, yang bisa diakses masyarakat luas. Desa Majasari Kecamatan Sliyeg Kabupaten Indramayu, salah satu desa yang memanfaatkan website sebagai media layanan informasi. Fokus penelitian ini adalah bagaimana memberdayakan website dalam pengelolaan agar bermanfaat bagi masyarakat serta mendorong partisipasi masyarakat memanfaatkan website sebagai sarana informasi dan interaksi? Tujuan penelitian untuk mengetahui pengelolaan, manfaat, serta partisipasi masyarakat dalam memanfaatkan website sebagai sarana informasi dan interaksi. Metode penelitian deskriftif kualitatif, data kualitatif yang dikumpulkan melalui observasi dan wawancara untuk melengkapi analisis. Hasil penelitian menunjukkan, pengelolaan website dilaksanakan optimal, dikelola secara kolaboratif antara pemerintah desa, komunitas TIK, dan lembaga kemayarakatan lainnya, pemanfaatan website sebagai layanan informasi masyarakat, tampilan gambar kegiatan, promosi potensi desa. Partisipasi masyarakat dalam pengisian konten website, cukup baik karena dorongan komunitas TIK, dalam pemberdayaan TIK.
Kata kunci : website, media informasi, publik.
PENDAHULUAN
Pemanfaatan Telematika telah
menjadi bagian yang hampir tidak
terpisahkan dan menyentuh berbagai
aspek kehidupan manusia, hal ini
dikarenakan manfaat telematika yang
dapat meningkatkan efesiensi,
efektivitas, trasnparansi, dan
akuntabilitas dalam satu aktivitas.
Kemampuan telematika yang pesat serta
potensi pemanfaatanya secara luas, telah
memberi peluang pengaksesan,
pengelolaan, dan penggunaaannya secara
cepat dan akurat.
Telematika sebagai sumber
informasi yang cepat dan mudah menjadi
populer di kalangan masyarakat, tidak
hanya di perkotaan, juga di perdesaan.
Definisi masyarakat informasi dari
Deklarasi World Summit on the Information
Society (WSIS), bahwa masyarakat
informasi yang berpusat pada
masyarakat, inklusif, dan berorientasi
pada pembangunan adalah di mana
setiap orang dapat membuat, mengakses,
Prosiding Seminar Tahun 2015 “Optimalisasi Akses dan Pemanfaatan Informasi Publik”
74
memanfaatkan, dan berbagi informasi
serta pengetahuan, yang memungkinkan
setiap individu, komunitas, dan
masyarakat untuk mencapai potensi
mereka dalam rangka mengembangkan
pembangunan yang terus dipelihara dan
mengembangkan kualitas hidup mereka,
sebagaimana yang telah dideklarasikan
dalam tujuan dan prinsip-prinsip dari
piagam PBB, dan menghormati secara
penuh serta menguatkan Deklarasi
Universal Hak Azasi Manusia (Wiyarsih,
2008).
Undang-Undang Keterbukaan
Informasi Publik nomr 14 tahun 2008,
menjamin setiap warga negara
memeroleh informasi publik dari
berbagai badan publik yang ada,
termasuk pemerintah desa sebagai badan
publik wajib memenuhi amanat Undang-
Undang tersebut. Kementrian
Komunikasi dan Informatika
(Kemenkominfo), salah satu institusi
pemerintah yang memunyai tanggung
jawab mewujudkan masyarakat
informasi , yang menguasai pengetahuan
dan teknologi.
Langkah pemerintah dengan
mengeluarkan Inpres No 20 tahun 2001
tentang Kebijakan Pengembangan dan
Pendayagunaan Telematika di Indonesia,
demikian juga Peraturan Menteri
Komunikasi dan Informatika Nomor 41
tahun 2007 tentang Panduan Umum Tata
Kelola Teknologi Informatika, yang
secara khusus mengakomodir dan
menangani bidang TIK dan seluruh
tahapan pengembangan e- goverment,
relevan dengan Undang Undang nomor
25 tahun 2009 tentang Layanan Publik,
mengamanatkan negara berkewajiban
memenuhi kebutuhan setiap warga
mendapat layanan publik yang prima
sesuai dengan kebutuhan dan perubahan
di berbagai bidang kehidupan
masyarakat.
Di lingkungan Pemerintah Daerah
Provinsi Jawa Barat, Peraturan Daerah
Nomor 21 tahun 2008, tentang Organisasi
Tata Kerja Dinas Komunikasi dan
Informatika Provinsi Jawa Barat, antara
lain mengatur kebijakan yang menyentuh
kepentingan publik khususnya bidang
TIK. Saat ini dihadapkan pada harapan
dan tantangan global, antara lain dipicu
oleh kemajuan telematika.
Meskipun percepatan pemanfaatan
telematika, berkaitan dengan
pengetahuan, namun yang lebih penting
bagaimana masyarakat memanfaatkan
dan mengimplementasikannya dalam
kehidupan sehari-hari. Pemanfaatan
telematika membutuhkan anggota
masyarakat yang berdaya. Saat ini
banyak gagasan-gagasan tentang
masyarakat informasi, sebuah tatanan
masyarakat baru yang proses
kehadirannya didorong oleh
pengembangan telematika. Meskipun
teknologi komunikasi dapat
mengoptimalisasikan banyak tugas,
Website Desa Majasari Kecamatan Sliyeg Indramayu sebagai Media Informasi Publik Neti Sumiati Hasandinata
75
faktor manusia tetap menjadi andalan
utama.
Sebagaimana diketahui, saat ini
sebagian besar penduduk Indonesia
tingggal di pedesaan, yaitu sekitar 65%
(data BPS tahun 2014). Demikian juga di
Provinsi Jawa Barat, sebagian besar
penduduk desa di Jawa Barat, memunyai
karakteristik sebagai petani kecil terdiri
dari bidang pertanian, peternakan, atau
juga perkebunan, juga nelayan kecil yang
berada di pesisir pantai utara sepeti
Indramayu, Cirebon, Karawang, dan
pantai selatan sepeti Pangandaran,
Tasikmalaya, Garut. Ada juga daerah
yang berkarakter pegunungan yang
disertai sarana wisata seperti
Pangalengan, Tangkuban Perahu, Ciater,
dan lainnya. Telematika menjadi
alternatif mewujudkan pembangunan
perdesaan, karena dengan telematika
dimungkinkan tersedia sarana dan
instrumen yang bermanfaat untuk
berbagai keperluan layanan publik,
memberikan informasi yang diperlukan
masyarakat. Informasi yang disampaikan
kepada masyarakat desa, diharapkan
dapat meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam meningkatkan taraf
hidup bahkan dapat berkompetensi
dengan masyarakat kota.
Untuk membangun masyarakat
informasi diperlukan adaya sistem
pranata telekominikasi dan informasi
yang memadai yang berupa jaringan
yang memungkinkan seluruh masyarakat
dapat mengakses informasi.
Terkait dengan Undang- Undang
No.32 tahun 2004, tentang Otonomi
Daerah, yang memberi kewenangan
untuk mengatur daerahnya sendiri,
dalam pelaksanaannya membawa
perubahan dan inovasi dalam sistem
pelayanan. Demikian juga dalam
pemerintahan desa, sebagai ujung
tombak pemerintahan berfungsi sebagai
pengayom, pembimbing, penggerak
partisipasi masyarakat sebagai sub sistem
pemerintahan nasional. Undang-Undang
menyebutkan, pengertian desa sebagai
kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki batas wilayah, yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan asal usul dan adat istiadat
setempat yang diakui dan dihormati
dalam sistem pemerintah Negara
Kesatuan republik Indonesia.
Dengan diterbitkannya, Undang-
Undang nomor 6 tahun 2014 tentang
Desa, pemerintah desa semakin memiliki
potensi dan peran strategis dalam
perencanaan kebijakan publik dan
pengambilan keputusan.
Dari definisi tersebut, desa
merupakan bagian vital bagi keberadaan
bangsa Indonesia, merupakan satuan
terkecil dari bangsa Indonesia yang
mununjukan keragaman, menjadi
kekuatan penyokong bagi tegaknya dan
eksisnya bangsa. Dengan demikian
Prosiding Seminar Tahun 2015 “Optimalisasi Akses dan Pemanfaatan Informasi Publik”
76
penguatan desa melalui telematika tak
bisa dipisahkan dalam era globalisasi,
dan merupakan pendidikan literasi
media, guna memberikan wawasan,
pengetahuan sekaligus skill(
keterampilan) kepada pengguna media
untuk mampu memilah dan menilai isi
media massa yang dapat dipakai
sekaligus juga berpikir secara kritis
(Tamburaka, 2013).
Desa Majasari Kecamatan Sliyeg,
Kabupaten Indramayu, merupakan salah
satu desa, yang memanfaatkan website
sebagai media layanan informasi. Desa
ini merupakan desa yang mendapat
penghargaan komunitas TIK se-Jawa
Barat dari Dinas Komunikasi dan
Informatika Provinsi Jawa Barat tahun
2014. Kuwu Desa Majasari Wartono
S.Pd., M.Si. mengatakan website Desa
Majasari selama ini dapat dimanfaatkan
sebagai media untuk penyampaian
berbagai informasi dan memublikasikan
potensi desa di bidang perikanan,
peternakan, pertanian, produk UKM, dan
pupuk organik, serta berbagi
perkembangan pembangunan desa
(Wawancara dengan Wartono S.Pd.,
M.Si. Mei 2014 di Balai Desa Majasari)
Berdasarkan hal tersebut di atas
penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian, tentang website desa, apakah
website Desa Majasari dapat bermanfaat
bagi layanan informasi publik? Dalam
konteks penelitian ini memfokuskan
pada website Desa Majasari dengan
asumsi website tersebut cukup aktif
digunakan. Fokus penelitian bagaimana
memberdayakan website dalam
pengelolaan agar mampu memberi
manfaat bagi masyarakat dan
mendorong partisipasi masyarakat
memanfaatkan website sebagai sarana
informasi dan iterakasi dalam upaya
peningkatan ekonomi mereka. Tujuan
penelitian untuk mengetahui
pengelolaan dan manfaat website sebagai
media layanan informasi publik, serta
untuk mengetahui partisipasi masyarakat
dalam memanfaatkan web sebagai sarana
informasi dan interaksi dalam upaya
meningkatkan ekonomi masyarakat.
Kegunaan sebagai data awal tentang
keberadaan website desa dalam persfektif
layanan informasi publik, agar dapat
dijadikan referensi oleh Pemerintah
Daerah Provinsi Jawa Barat dan
Kementerian Komunikasi dan
Informatika dalam menetapkan kebijakan
srategi layanan publik berbasis TIK.
KAJIAN PUSTAKA
Penelitian terdahulu tentang website
pemerintah telah dilakukan Syarif
Budhirianto dengan judul 1.Apresiasi
Masyarakat terhadap media website Di
Era Keterbukaan Informasi Publik.
Dalam penelitiannya diungkapkan
tingkat apresiasi masyarakat terhadap
website Pemprov. Jawa Barat berdasarkan
aspek intensitas mengakses, ketertarikan
Website Desa Majasari Kecamatan Sliyeg Indramayu sebagai Media Informasi Publik Neti Sumiati Hasandinata
77
konten, transparansi informasi dalam
persfektif keterbukaan publik adalah
cukup tinggi. 2.Pengelolaan Konten
Website Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Dalam penelitiannya Syarif Budhirianto,
mengungkapkan, konten informasi yang
disajikan website Pemerintah Provinsi
Jawa Barat sebagaian besar memenuhi
harapan masyarakat .
Berdasarkan penelitian-penelitian di
atas, penelitian yang dilakukan penulis
setema tentang website namun
dilaksanakan pada website pemerintah
desa sebagai media informasi publik,
yang kajiannya lebih memfokuskan pada
aspek pengelolaan dan manfaatnya bagi
masyarakat. Dengan demikian penelitian
yang dilakukan penulis sebagai
pelengkap dari penelitian-penelitian
terdahulu.
Pengertian Website
Website merupakan kumpulan dari
halaman- halaman yang berhubungan
dengan file-file lain yang saling terkait.
Dalam sebuah website terdapat satu
halaman yang dikenal dengan sebutan
homepage. Homepage adalah sebuah
halaman yang pertama kali dilihat ketika
seseorang mengunjungi sebuah website (
Jhonsen, 2004:2).
Sebuah halaman web biasanya
berupa dokumen yang ditulis dalam
format HTML (Hyper Text Markup
Language), yang selalu bisa diakses
melalui HTTP, yaitu sebuah protokol
yang menyampaikan informasi dari
server website untuk ditampilkan kepada
para pemakai melalui web browser.
Website Pemerintah Daerah,
keberadaan website yang efektif
merupakan salahsatu stategi yang harus
dijalankan oleh pemerintah agar dapat
membantu menangani manajemen secara
keseluruhan. Website pemerintah akan
lebih baik dan lebih lugas jika terdapat
keterpaduan antara penerbitan elektronik
dengan unit-unit kerja di lingkungan
pemerintah daerah yang materinya
disajikan melalui situs web
bersangkutan. Di dalam strategi
penyelenggara situs, penting untuk
memastikan bahwa berbagai tugas
manajemen yang diperlukan bagi
pengelolaan yang efektif telah
terindentifikasi, dan tanggung jawab
pelaksanaan telah teralokasi serta di
pahami dengan jelas oleh pengelola(
Budhirianto, 2012).
Adanya kompleksitas pada
publikasi secara elektronik melalui media
online dan bertambahnya kepentingan
pemerintah daerah provinsi, kabupaten,
dan kota untuk memberikan informasi
kepada masyarakat, diperlukan adanya
persyaratan standar struktur organisasi
yang akan menjadi pegangan bagi
penanggung jawab situs web pemerintah
daerah dalam melakukan pengawasan
dan pemantauan.
Prosiding Seminar Tahun 2015 “Optimalisasi Akses dan Pemanfaatan Informasi Publik”
78
Isi minimal setiap situs web
pemerintah daerah adalah (
Kominfo,2003):
1. Selayang pandang, menjelaskan
secara singkat tentang keberadaan
pemda bersangkutan ( sejarah, motto
daerah dan arti lambang, lokasi
dalam bentuk peta, visi dan misi )
2. Pemerintahan daerah, menjelaskan
struktur organisasi yang ada di
pemda bersangkutan ( eksekutif,
legislatif), beserta nama, alamat,
telepon, email dari pejabat daerah.
Jika memungkinkan biodata dari
pimpinan daerah ditampilkan agar
masyarakat luas mengetahuinya.
3. Geografi, menjelaskan tentang
keadaan topografi, demografi, cuaca
dan iklim, sosila dan ekologi, budaya
dari daerah bersangkutan.
4. Peta wilayah dan sumberdaya, dalam
bentuk peta wilayah dan
sumberdaya yang dimiliki oleh
daerah bersangkutan dalam bentuk
peta
5. Peraturan/kebijakan daerah,
menjelaskan perda yang telah
dikeluarkan oleh pemda, melalui
situs web inilah semua perda yang
telah dikeluarkan dapat
disosialisasikan kepada masyarakat
luas.
6. Buku Tamu,tempat menerima
masukan dari pengguna situs web
pemerintah daerah yang
bersangkutan ( Budhirianto , 2012)
Pengertian Desa
Dalam Undang- Undang Nomor 6
tahun 2014, “ Desa adalah desa dan desa
adat atau yang disebut dengan nama
lain, selanjunya disebut desa, adalah
kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki batas wilayah yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan, kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan prakasa
masyarakat , hak asal usul, dan atau hak
tradisional yang diakui dan dihormati
dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia”(pasal 1).
Kedudukan Desa tercermin dalam
Pasal 2 dan Pasal 5 undang-undang
tersebut, sebagai berikut
“Penyelenggaraan Pemerintah Desa,
pelaksanaan Pembangunan Desa,
pembinaan kemasyarakatan Desa, dan
pemberdayaan masyarakat Desa
berdasarkan Pancasila, Undang- Undang
Negara Kesatuan Republik Indonesia
Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan Bhineka Tunggal Ika(
pasal 2). “ Desa berkedudukan di
wilayah Kabupaten/Kota”(pasal5).
Ketentuan tersebut menegaskan
kedudukan Desa sebagai bagian dari
Pemerintah Daerah.
Informasi Publik
Website desa dibangun dengan
tujuan sebagai media informasi resmi
tentang desa. Secara teknis, website desa
dirancang memiliki peta situs yang
Website Desa Majasari Kecamatan Sliyeg Indramayu sebagai Media Informasi Publik Neti Sumiati Hasandinata
79
memuat fungsi-fungsi olah data dan
informasi yang berguna untuk
menunjang aspek layanan publik di
tingkat desa yang dapat ditampilakan
secara online.
Merujuk pada aturan tentang
informasi publik, pemerintah desa perlu
tangggap dan menyiapkan
pengelolannnya. Undang-Undang
Keterbukaan Informasi publik mengatur
tiga jenis informasi publik yang wajib
dikelola oleh sebuah badan publik,
termasuk pemerintah desa.
Ketiga jenis informasi publik itu
meliputi:
1. Informasi yang wajib disediakan dan
diumumkan secara berkala :
Informasi yang berkaitan dengan
pemerintah desa
Informasi mengenai kegiatan dan
kinerja pemerintah desa
Informasi mengenai laporan
keuangan
Informasi lain yang diatur dalam
peraturan perundang- undangan.
2. Informasi yang wajib diumumkan
secara serta merta
Pemerintah desa wajib
mengumumkan secara serta merta
suatu informasi yang dapat
mengancam hajat hidup orang
banyak dan ketertiban umum
Informasi tersebut wajib
disampaikan dengan cara yang
mudah dijangkau oleh masyarakat
dan dalam bahasa yang mudah
dipahami.
3. Informasi yang wajib tersedia setiap
saat
Daftar seluruh informasi publik
yang berada di bawah penguasaan
pemerintah desa
Hasil keputusan pemerintah desa
dan pertimbangannya
Seluruh kebijakan yang ada
berikut dokumen pendukungnya.
Rencana kerja proyek, termasuk
didalamnya pekiraan pengeluaran
pemerintah desa
Perjanjian pemerintah desa
dengan pihak ketiga
Informasi dan kebijakan yang
disampaikan pejabat desa yang
berkaitan dengan pelayanan
masyarakat.
Prosedur pelayanan kerja pegawai
pemerintah desa yang berkaitan
dengan pelayanan masyarakat
Laporan mengenai pelayanan
akses informasi publik
sebagaimana diatur dalam
Undang- Undang Nomor 14 tahun
2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik.
Sajian Informasi Website
Website pemerintahan merupakan
sistem informasi manajemen berbasis
elektronik untuk membantu pemerintah
dalam menyediakan informasi, memberi
layanan umum, dan memungkinkan
Prosiding Seminar Tahun 2015 “Optimalisasi Akses dan Pemanfaatan Informasi Publik”
80
adanya transaksi secara online kepada
masyarakat dengan kualitas lebih baik
lagi. Terdapat beberapa kriteria yang
harus diperhatikan dalam website agar
menarik dan pengguna mau mengakses
secara berkelanjutan, seperti bagaimana
masyarakat mencari informasi di
internet, informasi apa yang paling
banyak dibutuhkan. Informasi yang
disajikan, terbagi dua, yaitu: jenis
informasi dan jenis data. Jenis informasi
adalah jenis informasi yang disajikan
berhubungan dengan sumber daya
pelayanan publik, seperti; pelayanan
umum, potensi dan peluang investasi,
komoditi perdagangan, infrastruktur
pendukung/transportasi, akomodasi,
dan sebagainya. Jenis data adalah bentuk
informasi yang disajikan dalam portal ,
baik berupa teks, gambar maupun peta.
Sedangkan bentuk komunikasi,
yaitu tersedianya media untuk
berinteraksi antara pengunjung dengan
pemerintah secara online, baik berupa
email, kontak pengunjung atau forum
diskusi online. Sedangkan bahasa adalah
pilihan penggunaan yang mudah
dipahami oleh pengunjung, biasanya
digunakan bahasa Indonesia dan Inggris
sebagai bahasa universal, artinya
kemudahan akses baik dari segi
kemudahan membuka situs maupun
pencarian situs dalam search engine, serta
struktur menu yang familiar (
Budhirianto,2012).
Partisipasi
Pengetian partisipasi berarti peran
serta seseorang atau kelompok
masyarakat dalam proses pembangunan
baik dalam bentuk pernyataan maupun
dalam bentuk kegiatan yang memberi
masukan pikiran, tenaga, waktu,
keahlian, modal dan atau materi, serta
ikut memanfaatkan dan menikmati hasil-
hasil pemabangunan (Sumaryadi, 2010:
46 ).
Masyarakat merupakan salah satu
bagian penting yang akan berpengaruh
terhadap tegaknya negara, oleh karena
itu dalam diri masyarakat harus tumbuh
suatu kesadaran akan keberadaannya
sehingga timbul hasrat untuk turut serta
bersama pemerintah dalam membangun
negara. Demikian juga masyarakat di
lingkungan pemerintahan desa, sebagai
ujung tombak pemerintahan negara.
Salah satu upaya yang dapat
dilakukan oleh seorang warga desa
dalam pemanfaatkan website desa yaitu
dengan berpartisipasi aktif dan
melibatkan diri secara aktif dalam
pengisian konten dalam berbagai
kegiatan pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi didaerahnya,
sebagai kemampuan khalayak yang
melek terhadap media ( literasi media )
dan pesan media massa dalam konteks
komunikasi massa. Ada beberapa poin
penting dari gerakan melek media (
Baran & Davis, 2010;418-419, dalam
Tamburaka 2013), antara lain;
Website Desa Majasari Kecamatan Sliyeg Indramayu sebagai Media Informasi Publik Neti Sumiati Hasandinata
81
1. Khalayak adalah aktif, tetapi mereka
belum tentu sadar akan apa yang
mereka lakukan dengan media.
2. Kebutuhan, kesempatan, dan pilihan
khalayak didorong secara tidak
alamiah oleh akses terhadap media
dan konten media
3. Konten media dapat secara implisit
dan eksplisit memberikan tuntunan
terhadap tindakan
4. Orang-orang harus secara realistis
mengukur bagaimana interaksi
mereka dengan teks media dapat
menentukan tujuan bahwa interaksi
tersebut mendukung mereka di
dalam lingkungan mereka.
5. Orang-orang memiliki tingkatan
berbeda dalam pengolahan kognitif,
dan hal ini dapat secara radikal
memengaruhi bagaimana mereka
menggunakan media dan apa yang
bisa mereka dapatkan dari media.
Pada masyarakat desa Majasari
yang heterogen dalam hal usia,
pendidikan, pekerjaan serta strata
ekonomi bentuk partisipasi akan
berlainan, dengan demikian kehadiran
website desa sebagai literasi media
membuka wawasan baru tentang pesan
media dalam konten website desa sebagai
layanan informasi dan hiburan
masyarakat.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini bersifat deskriftif
kualitatif yaitu menggali keterangan dari
pejabat dan petugas yang terkait dengan
website desa Majasari, meliputi
pengelolaan , pemanfaatan website serta
partisipasi masyarakat.. Tenik
pengumpulan data primer dilakukan
melalui observasi, untuk melihat kondisi
website dalam melaksanakan kegiatan
sebagai media informasi publik,
wawancara mendalam (deft interview)
kepada informan kunci (key person), yaitu
Kepala Desa (Kuwu) Desa Majasari,
Komunitas TIK Desa , Relawan TIK,
petani, peternak, pelaku UKM,Gapoktan,
pengelola Radio Komunitas Petani, yang
mengetahui tentang Website Desa
Majasari, serta memunyai kompetensi
dalam mengelola Web. Sedangkan
dengan pengguna Web dengan cara
mendatangi kelompok pelajar atau
mahasiswa. Data sekunder melalui studi
dokumentasi dan kepustakaan, untuk
melihat kebijakan publik dalam
melaksanakan kegitan layanan informasi.
Data kulitatif yang dikumpulkan melaui
obsevasi dan wawancara untuk
melengkapi analisis ( Mulyana, 2002)
Prosiding Seminar Tahun 2015 “Optimalisasi Akses dan Pemanfaatan Informasi Publik”
82
HASIL PENELITIAN
Visi dan Misi Desa Majasari
Visi :
Mewujudkan masyarakat Majasari yang
Religius, Aspiratif, Produktif, Inovatif
dan Harmonis atau RAPIH ditopang
dengan system pemerintahan yang baik
dan profesional dalam pranata social
yang beradab, setara dan berkeadilan.
Religius diartikan bahwa masyarakat
desa Majasari diharapkan memiliki
tingkat pemahaman dan pengalaman
nilai-nilai agama secara baik dan benar,
sehingga dapat tercermin dalam pola
pikir dan bertingkah laku sesuai dengan
nilai-nilai agama yang diyakininya.
Aspiratif diartikan bahwa masyarakat
desa Majasari mempunyai keinginan,
dalam mewujudkan sebuah cita-cita
dalam berkehidupan bermasyarakat yang
beradab, menunjang kesetaraan dan
keadilan. Produktif diartikan bahwa
masyarakat desa Majasari mampu
memberdayakan, mengolah dan
menghasilkan, segala sumberdaya untuk
memenuhi kebutuhan hidup. Inovatif
diartikan bahwa segala bentuk
pembaharuan diperlukan dalam
menghadapi tantangan jaman pada
semua sendi kehidupan. Harmonis
diartikan bahwa masyarakat desa
Majasari hidup selaras, saling bantu
membantu, mencintai perdamaian
dengan tidak melihat perbedaan starata
social, suku dan gender.
Misi :
Dalam mewujudkan visi tersebut
diatas, desa Majasar menyusun misi
Panca Karya Hita Karana (lima kerja
yang menjadikan sejahtera), yaitu: 1.
Mengembangkan sumberdaya manusia
yang bermutu dengan berbasis pada
nilai-nilai agama, ilmu pengetahuan,
teknologi, dan budaya serta mendorong
Tabel 1. Responden yang diwawancara
Nomor Nama Jabatan
1 Wartono, S.Pd., M.Si. Kepala Desa Majasari
2 Raskam Juru tulis desa
3 Zulfikar Komunitas TIK/Relawan TIK/Rakom
4 Aas Adwijaya Komunitas TIK/Relawan TIK/Rakom
5 Yumi Pelaku UKM
6 Slamet Setiyadi Petani
7 Khariri Gapoktan
8 Juhariah Rakom Petani
9 Eryantin, S.Pd. Sukarelawan/Tutor TIK
10 Sujeri Sukarelawan/Tutor TIK
Website Desa Majasari Kecamatan Sliyeg Indramayu sebagai Media Informasi Publik Neti Sumiati Hasandinata
83
majunya bidang pendidikan baik formal
atau non formal yang mudah diakses dan
dinikmati seluruh warga masyarakat; 2.
Meningkatkan peran seluruh masyarakat
terutama perempuan dalam
pembangunan; 3. Meningkatkan
perekonomian masyarakat dengan
optimalisasi sektor pertanian; 4.
Membangun sistem pemerintahan yang
bersih serta berorientasi pada pelayanan
publik: 5. Menegakan keamanan dan
ketertiban umum dengan membangun
solidaritas anatar tokoh masyarakat dan
semua komponen masyarakat dalam
partisipasi membangun desa yang
berlandaskan moral serta menjunjung
tinggi gotong royong dan nilai- nilai adat
istiadat
Visi dan misi suatu desa merupakan
salah satu persyaratan standar, sebagai
pegangan bagi penanggungjawab situs
web pemerintah daerah dalam
melakukan pengawasan dan pemantaun.
Visi, misi Desa Majasari tersebut sangat
relevan dengan Kebijakan Kementerian
Komunikasi dan Informatika dalam
mewujudkan masyarakat informasi, serta
Instruki Presiden No 20 Tahun 2001
tentang Kebijakan Pengembangan dan
Pendayagunaan Telematika Indonesia,
serta Undang-Undang no 25 tahun 2009
tentang Layanan Publik juga Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RJMD) Pemda Provinsi Jawa Barat tahun
2013- 2018, tanggung jawab utama untuk
mewujudkan hal ini dalam kewenangan
Dinas Komunikasi dan Informatika (
Diskominfo) Provinsi Jawa Barat. Visi
Pemda Provinsi Jawa Barat adalah “
Terwujudnya masyarakat informasi Jawa
Barat melalui penyelenggaraan
komunikasi dan informatika yang efektif
dan efisien, visi tersebut tertuang dalam
Rencana Strategis Diskominfo, dimana
arah kebijakan umum pembangunan TIK
difokuskan untuk mewujudkan jabar
cyber provinse (JCP) pada tahun 2018.
Sebagai bagian terkecil dari
pemerintahan , Pemerintah desa Majasari
menangkap peluang website Pemrov
Jabar dengan jaringan (link) yang
kontennya terkoneksi dan terkoordinasi
dengan 26 kabupaten/ kota se Jawa Barat
termasuk Kabupaten Indramayu di
dalamnya. Maka wajar ketika aktivitas
TIK desa Majasari Kabupaten Indramayu
mendapat apresiasi dari Pemda Provinsi
Jawa Barat, karena visi misi desa yang
diimplentasikan dengan pemanfaatan
TIK di desa.
Pengelolaan pelayanan publik melalui
website desa
Desa Majasari dinilai berhasil
membina komunitas TIK yang berada di
bawah naungan organisasi berbasis
masyarakat CBO Zulfikar. Komunitas
TIK Desa Majasari, berhasil mengelola
website desa dengan alamat website www-
majasari-desa.id, juga email dengan
alamat [email protected].
Website ini dapat dimanfaatkan sebagai
Prosiding Seminar Tahun 2015 “Optimalisasi Akses dan Pemanfaatan Informasi Publik”
84
media untuk penyampaian berbagai
informasi dan memplubikasikan potensi
serta berbagai perkembangan
pembangunan di desa. Desa ini menjadi
pemenang dalam seleksi anugrah TIK
Jawa Barat, yang diselenggarakan Dinas
Komunikasi dan Informatika Provinsi
Jawa Barat, karena desa ini dinilai sangat
aktif melakukan perubahan dibidang
sosial kemasyarakatan melalui media
teknologi dan informasi dan
komunikasi.TIK desa Majasari CBO
Zulfikar semula digagas pemuda desa
setempat Aas Adiwijaya, yang
memunyai kepedulian untuk kemajuan
desa, diwujudkan dengan inisiatif
membuat website yang merangkul
kalangan anak muda dan pelajar. Inisiatif
Aas disambut Kuwu Wartono Spd Msi.
Dalam perkembangannya media tersebut
sangat berperan dalam mewujudkan
desa membangun, masyarakat sudah
melek internet dan sudah memahami
manfaat TIK.
Sebagai sebuah media publik,
website membutuhkan tim pengelola.
Langkah- langkah yang ditempuh dalam
pembuatan website Desa Majasari adalah
sebagai berikut;
Mengadakan koordinasi dan
komunikasi melalui rapat- rapat yang
dilaksanakan di Balai desa, antara
aparat desa, komunitas TIK, tokoh
masyarakat, Karang Taruna,
pengelola Radio Komunitas Petani,
Kelompok PKK, dan Gapoktan (
Gabungan Kelompok Tani )
Dalam rapat tersebut diambil
kesepakatan, perlunya pembentukan
web desa, pembuatan desain web
dipercayakan kepada komunitas TIK.
Mengingat perlunya pemahaman
tentang pemanfaatan TIK, komunitas
TIK Desa Majasari, mengadakan
pelatihan bagi remaja dan anak
sekolah, juga kalangan masyarakat
lainnya, dengan pelatihan ini
diharapkan bagi yang telah
menguasai komputer dapat menjadi
tutor TIK bagi kalangan lainnya,
kedepannya masyarakat desa
Majasari dapat memahami
telematika.( wawancara Dengan
Kepala Desa Majasari, 3 Mei 2014).
Media website desa dikelola secara
kolaboratif antara pemerintah desa
Majasari komunitas TIK dan relawan TIK
desa Majasari juga dengan Radio
Komunitas Petani, dan lembaga sosial
kemasyarakatan lainnya, seperti
kelompok PKK, Karang taruna, juga
Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani).
Menarik adanya keterlibatan Radio
Komunitas Petani. Semua stasiun radio
memiliki kandungan informasi. Radio
siaran sebagai salahsatu medium
komunikasi adalah kendaraan untuk
berbagi informasi (Wibowo, 2012). Dalam
menjalankan pengelolaan sebuah media
website, diperlukan adanya organisasi
Website Desa Majasari Kecamatan Sliyeg Indramayu sebagai Media Informasi Publik Neti Sumiati Hasandinata
85
dan sistem kerja yang baik. Bagi
masyarakat desa, isi informasi
merupakan matrei untuk penambahan
atau wawasan pengetahuan masyarakat
di lingkungannya.
Pengelola website tersebut terdiri
dari Administrator, Operator, dan
Redaksi . Personil administrator terdiri
dari ; Staf pemerintah desa/juru tulis
desa yang secara fungsional ditetapkan
dengan Surat Keputusan Kepala Desa
sebagai Pejabat Pengelola Informasi dan
Dokumentasi/PPID), didampingi
beberapa relawan TIK dari Karang
Taruna dan Komunitas TIK . Sebagai
administrator memunyai kewenangan
penuh dalam akses dalam olah data dan
informasi.
Personil operator terdiri dari : staf
desa, didampingi relawan TIK,
Karangtaruna, PKK, juga kru Radio
Komunitas Petani, sebagai operator
mempunyai kewenangan akses terbatas,
baik dalam olah data, maupun informasi.
Personil Redaksi terdiri dari staf
desa; staf desa, relawan TIK , karang
taruna, PKK, mahasiswa/pelajar
stempat, dengan akses dan
kewenangannya hanya pada olah
informasi untuk website desa sebagai tim
media.
Terbangunnya website desa, yang
dimotori komunitas TIK merupakan
langkah positif untuk menciptakan
informasi layanan publik, serta
tersedianya sarana promosi potensi desa,
melalui saluran komunikasi berbasis
telematika, konten tampilannya terutama
bidang pertanian, peternakan, dan hasil
produksi rumah tangga khususnya
makanan olahan serta hasil
pengembangan pembangunan lainnya.
Website yang dibangun dengan
tujuan sebagai media informasi resmi
tentang desa. Kepala Desa telah
mengoptimalkan personil pengelola
sesuai standar yang diamanatkan
Undang-Undang Keterbukaan Informasi
Publik, membuat Surat Keputusan
tentang PPID desa untuk bertindak
sebagai administrator, juga melibatkan
lembaga kemasyarakatan yang ada di
desa. Secara teknis, website desa
dirancang memiliki peta situs yang
memuat fungsi-fungsi olah data dan
informasi yang berguna menunjang
aspek pelayanan publik.
Peran Komunitas TIK/Relawan TIK
dalam mengelola website desa
Menyadari pengelolaan website
memerlukan ketrampilan IT, sistem ini
dikelola oleh personil–personil yang
memahami sistem komputerisasi,
sehingga penyajian informasinya dapat
dilakukan dengan baik. Personil yang
mengelola website Desa Majasari dimotori
oleh komunitas TIK/relawan TIK desa
sebagai pengelola, penggiat dan
pemberdaya, tergabung dalam gerakan
desa membangun dan memunyai
kepedulian untuk menyebarluaskan serta
Prosiding Seminar Tahun 2015 “Optimalisasi Akses dan Pemanfaatan Informasi Publik”
86
membangun tata kelola pemerintahan
desa, melalui pengelolaan informasi
perdesaan yang prima dengan prinsip
efektivitas, transparan, dan akuntabel.
Relawan TIK Desa Majasari
merupakan lembaga sosial
kemasyarakatan, sebagai tindak lanjut
dari pembentukan secara nasional
tanggal 9 Desember 2008 di Jakarta, yang
kelahirannya dilatarbelakangi oleh
pesatnya pengambangan dan
pemanfaatan Teknologi Informasi dan
Komunikasi dalam berbagai aspek
kehidupan masyarakat dan bangsa.
Komunitas TIK/Relawan TIK Majasari
dibentuk tahun 2009
Salah satu tujuan utama dari
Relawan TIK Indonesia adalah
memasyarakatkan dan memberdayakan
pemanfaatan TIK untuk masyarakat .
Program yang dilaksanakan relawan
TIK/ komunitas TIK desa Majasari antara
lain ; - pelatihan pemanfaatan TIK ke
berbagai elemen masyarakat di berbagai
dusun Desa Majasari, kalangan pemuda
dan kalangan pelajar melaui roadshow ke
sekolah-sekolah yang ada di Desa
Majasari, setingkat SLTP dan SLTA-
pendampingan pelaporan untuk kaum
petani melaui Gapoktan, dan pelaku
usaha rumahan, serta penyebaran
informasi melalui web desa dan media
sosial lainnya.
Kegiatan penyebaran informasi
melalui web, merupakan bagian dari
proses transformasi pengetahuan
mengenai pengelolaan informasi desa
dengan menggunakan domain desa.id.
Pemanfaatan Website Desa sebagai
media informasi publik
Website Desa Majasari memiliki
pengolah informasi yang dapat
ditampilkan secara online. Informasi yang
tersimpan dan tampilan dalam menu-
menu website desa . Pengumpulan data
untuk konten website disesuaikan dengan
perkembangan kegiatan Desa Majasari,
seperti pembangunan sarana
transportasi, sarana ibadah, kegiatan
kemasyarakatan, promosi makanan
olahan produksi rumah tangga seperti
kripik, dodol, dan makanan cemilan
lainnya.
Indikator pemanfaatan website desa
antara lain;
Layanan informasi pemerintaha desa
dalam proses pembangunan atau
kegiatan pemerintahan dan
kemasyarakatan lainnya,yang
dilaksanakan kelompok PKK, Karang
Taruna BimaSakti Desa Majasari,
Radione Wong Tani, antara lain
Pengelolaan Tanaman Terpadu padi
sawah irigasi, Pengembangan Usaha
Agribisnis Pedesaan (PUAP),
Berantas Hama Tikus Dengan
Senapan Berlaser, juga informasi
tentang Gapoktan desa salurkan
dana BLM PUAP
Tampilan gambar kegiatan di desa,
baik yang dilakukan lingkungan
Website Desa Majasari Kecamatan Sliyeg Indramayu sebagai Media Informasi Publik Neti Sumiati Hasandinata
87
desa, lingkungan kabupaten yang
dihadiri Bupati Indramayu,
lingkungan provinsi yang dihadiri
pejabat tingkat Provinsi Jawa Barat,
bahkan lingkungan Nasional yang
dihadiri pejabat tingkat Pusat
setingkat Menteri dapat diakses
masyarakat setempat, masyarakat
diluar desa , bahkan masyarakat luas
lainnya.
Adanya promosi desa, dengan
tampilan konten keberhasilan, yang
menonjol anatara lain Kehadiran
Bupati serta pejabat dari BNP2TKI
Kementrian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi, karena Desa Majasari
merupakan desa terbaik secara
nasional dalam melindungi Tenaga
Kerja Indonesia (TKI) diluar negri
dengan menerbitkan Peraturan Desa
Majasari N0.3 tahun 2012 tentang
Perlindungan TKI asal desa Majasari
mewrupakan terobosan bagi
perlindungan TKI asal Majasari.
Atas keberhasilan ini pada tangggal
23 Februari 2015, Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak meresmikan Rumah
Edukasi TKI, sebagai pilot proyek di desa
Majasari dengan tujuan mengembangkan
sarana edukasi dalam upaya
perlindungan dan pemberdayaan TKI
dan keluarga melalui pelatihan bahasa
dan komputer serta pelatihan kewira
usahaan.
Demikian juga kehadiran pejabat
tingkat Provinsi, karena Perpustakaan
Desa Majasari merupakan juara I
Pengelolaan Perpustakaan Tingkat
Provinsi Jawa Barat, dan Juara III
pengelolaan perpustakaan Tingkat
Nasional. Keberhasilan lainnya yang
ditampilkan di laman website adalah
pengolahan pupuk kandang, serta
pemasaran produk desa lainnya seperti
mangga gedong dan lainnya.
Dari laman yang tersedia laman
untuk promosi lebih dominan (15)
daripada laman berita (9), dengan
demikian website desa betul- betul
dimanfaatkan sebagai sarana promosi
dan potensi keberhasilan desa, serta
menunjukan kreativitas pengelola baik,
kredibilitas
Partisipasi Masyarakat memanfaatkan
website desa sebagai wahana informasi
dan interaksi
Dibentuknya website desa
diharapkan agar interaksi antar
pemerintah desa dengan masyarakat,
dengan desa lain atau dunia luar lainnya.
Web yang berkonten potensi desa
memungkinkan terjadinya transaksi
dengan desa lain sebagai sumber
ekonomi desa atau sumber ekonomi
masyarakat. Banyak upaya yang telah
dilakukan aparat, maupun lembaga
masyarakat lainnya khususnya
komunitas TIK, untuk memfasilitasi
pengenalan TIK bagi kelompok
Prosiding Seminar Tahun 2015 “Optimalisasi Akses dan Pemanfaatan Informasi Publik”
88
masyarakat, sebagai upaya
memberdayakan website agar mampu
memberi manfaat bagi masyarakat dan
mendorong partisipasi masyarakat
memanfatkan web sebagai wahana
informasi dan interaksi dalam upaya
peningkatan ekonomi mereka. Potensi ini
memungkinkan karena dari segi
geografis Desa Majasari termasuk daerah
yang memunyai daratan luas untuk
pertanian, peternakan juga aktivitas
kelompok cukup menunjang untuk
memberdayakan partisipasi warga. Visi,
misi desa memungkinkan aktivitas warga
turut berpartisipasi dalam berbagai
aktivitas. Partisipasi masyarakat desa
dalam memberdayakan web, tampak
dari pelibatan pengisian konten sebagai
berikut:
Kelompok industri rumah tangga,
makanan cemilan memanfaatkan
web desa sebagai sarana promosi,
sebagian terjadi transaksi dengan
masyarakat luar( wawancara dengan
ibu eni pembuat dodol mangga )
Kelompok petani yang tergabung
dalam Gapoktan memanfaatkan
webdesa untuk menyampaikan
informasi tentang, pelaksanaan
kebijakan pemrintah terkait upaya
peningkatan hasil pertanian dan
pemasaran
Berdasarkan wawancara dengan
masyarakat desa dari berbagai
kelompok biasanya mereka
mengakses website desanya ketika
mengikuti kegiatan di perpustakaan
desa, yang selain menyediakan
koleksi buku tentang Teknologi, Ilmu
Terapan pertanian, kebudayaan,
sejarah juga memfasilitasi
masyarakat belajar pemasaran secara
online, mencari resep makanan, yang
dipandu para volunter sebanyak 9
orangyaitu, Aas Adiwijaya, Eryanti
Spd, Henim Hidayah, Miftia
Yunanda Putri, Winia Nuraeni,
Reigha Putri Andini, Nurpenda,
Sujeri dan Rista Ayu Melinda.
Kegiatan ini dilakasanakan secara
periodik, dilaksanakan berdasarakan
kelompok, yaitu PKK, pengajian,
Gapoktan, Karang Taruna, pendengar
aktif Radione Wong Tani, sehingga dengan
fasilitas yang digagas ini masyarakat
merasa ikut memiliki website, serta
meningkatkan litersai TIK masyarakat
desa.
Keberhasilan melibatkan partisipasi
masyarakat, menunjukkan kelompok
kelompok masyarakat, atau pembuat
keputusan dalam hal ini kepala desa dan
aparatnya, senantiasa mengajak
masyarakat ikut terlibat dalam program
desa termasuk program website desa.
Sebagian masyarakat dari kelompok
indutri rumah tangga, atau kelompok
petani berpartisipasi langsung
menampilkan kegiatan mereka walaupun
untuk pengsisian web atau untuk
berinteraksi masih mendelegasikan
Website Desa Majasari Kecamatan Sliyeg Indramayu sebagai Media Informasi Publik Neti Sumiati Hasandinata
89
partisipasi pengisian konten atau
interaksi kepada kelompok yang mahir
dalam penguasaan komputer.
PENUTUP
Simpulan
Kebijakan pemerintah desa dalam
pengelolaan website Desa Majasari
dilakukan secara kolaboratif dengan
berbagai kelompok masyarakat yang
dimotori oleh Komunitas TIK dilakukan
berdasarkan tahapan-tahapan
pembahasan dan kesepakatan sudah
tepat, juga penempatan personil
pengelola sesuai dengan kompetensi
terutama pada aktivitas layanan
informasi publik dan promosi desa ,
melalui data website selalu dapat
diperbaharui (up date).
Website Desa Majasari sudah pro
aktif menyajikan berbagi informasi, yakni
beberapa tampilan kegiatan
pembangunan, kegiatan kemasyarakatan,
prestasi yang diraih dan potensi desa
bidang pertanian, olahan makanan.
Tampilan dikemas secara menarik,
dengan komposisi warna dan letak, juga
memberi ruang interaktif untuk
dikomentari, bahkan transaksi, melaui
face book, twitter, email, dan media sosial
lainnya. Konten yang ditampilkan
memenuhi kebutuhan informasi
khususnya bagi masyarakat Desa
Majasari dan desa lainnya se Kecamatan
Sliyeg, terutama informasi dalam
menyosialisasikan program pemerintah
terkait pertanian dan potensi desa, yang
dapat diakses secara luas, bahkan dapat
mengundang investor.
Pengisian konten berdasarkan
partisipasi masyarakat/kelompok
masyarakat, namun penguasaan
komputer masyarakat belum memadai
dimana pengisian konten interaktif dan
transaksi dipercayakan pada komunitas
TIK sebagai salahsatu pengelola website
desa.
Saran
Agar website Desa Majasari tetap
diminati dan menarik kalangan
masyarakat luas, sebaiknya pengelola
sering meng upload informasi informasi
terbaru. Untuk meningkatkan
penguasaan Teknologi Informasi
Komunikasi dikalangan masyarakat
perlu pelibatan berbagai kalangan/
instansi terkait mengadakan pendidikan
dan pelatihan penguasaan komputer .
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Jhonsen, (2004 ), Web Designer untuk Pemula, Jakarta: Elex Media Komputindo,
Kelompok Gramedia, Anggota IKAPI
Prosiding Seminar Tahun 2015 “Optimalisasi Akses dan Pemanfaatan Informasi Publik”
90
Mulyana, Dedi (2002), Metode Penelitian Kwalitatif, Penerbit PT.Remaja Rosda Karya
Bandung
Sumaryadi, I Nyoman ( 2010), Perencanaan Pembangunan Daerah Otonom dan
Pemberdayaan Masyarakat, Penerbit Citra Utama, Jakarta
Tamburaka, Apriadi (2013),Literasi Media Cerdas Bermedia Khalayak Media Massa, PT Raja
Grafindo Persada Jakarta
Wibowo, Fred (2012) Teknik Produksi Program Radio Siaran, Penerbit Rona Pancaran
Ilmu Yogyakarta.
Regulasi
Undang-Undang N0.14 tahun 2008, tentang Keterbukaan Informasi Publik
Undang-Undang No.25 tahun 2009, tentang Layanan Publik
Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang Otonomi Daerah
Undang-Undang No. 6 tahun 2014 tentang Pemerintahan Desa
Instruksi Presiden No.20 tahun 2001 tentang Kebijakan Pengembangan dan
Pendayagunaan Telematika di Indonesia
Peraturan Mentri Komunikasi dan Informatika No.41 tahun 2007, tentang Panduan
Umum Tata Kelola Teknologi Informatika
Peraturan daerah No.21 tahun 2008 tentang Organisasi Tata Kerja Dinas Komunikasi
dan Informatika Propinsi Jawa- Barat
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RJMD) 2013-2018 Pemerintah
Daerah Provinsi Jawa- Barat.
Peraturan Desa Majasari No.3 tahun 2012 tentang Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
asal desa Majasari.
Jurnal
Budhirianto, Syarif. (2012). Pengelolaan Content Website Pemerintah Provinsi Jawa-
Barat. Jurnal Penelitian Komunikasi. Vol. 15 No. 1 Juli, hal. 51-66.
Internet
Wiyarsih (2008), Menuju Masyarakat Informasi dalam http://
wiyarsih.staf.ugm.ac.id/wp1?-p=16 diakses tgl 10 Agustus 2015.
91
PERAN RELAWAN TIK DALAM MENINGKATKAN
PEMANFAATAN TIK BAGI MASYARAKAT PERDESAAN
RISA SUNARSI
Balai Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika (BPPKI) Bandung Jl. Pajajaran No. 88
Bandung 40173, Fax. (022) 6021740 email : [email protected]
Abstrak
Peran relawan TIK di pergunakan/ diperlukan untuk membantu masyarakat yang buta dalam bidang TIK menjadi melek serta dari melek menjadi cerdas agar ada peningkatan jumlah masyarakat yang melek dan memiliki kemandirian dalam memenuhi kebutuhan informasinya dengan teknologi informasi dan komunikasi. Sehingga masyarakat informasi tersebut terbentuk dari usaha mendapatkan manfaat informasi dengan TIK, yang diharapkan dapat dicapai bukan hanya oleh masyarakat perkotaan saja tetapi juga oleh masyarakat perdesaan. Serta didukung komitmen dan kerja sama dari pemerintah pusat, daerah serta peran serta para pemangku kepentingan, kalangan bisnis, perguruan tinggi, komunitas dan masyarakat madani, maka upaya bersama mencerdaskan kehidupan bangsa semakin nyata. Di masa mendatang pembentukan kegiatan relawan TIK semoga dapat bergulir, tumbuh dan berkembang hingga ditingkat provinsi dan kabupaten/kota dan seterusnya mengakar sampai tingkat kecamatan. Dan relawan TIK Indonesia kelak diharapkan mampu mengawal, mendampingi dan melakukan pemberdayaan masyarakat dalam pemanfaatan bantuan pemerintah dan relawan TIK juga diharapkan mampu membentuk satuan tugas yang bersikap siaga, sigap dan tanggap dalam melakukan koordinasi, kolaborasi, kerjasama di berbagai daerah dalam situasi darurat, bencana maupun krisis guna memulihkan infrastruktur dan pemanfaatan TIK.”
Kata kunci: relawan TIK, pemanfaatan, masyarakat perdesaan.
PENDAHULUAN
Kondisi geografis Indonesia yang
tersebar dalam berbagai pulau, penyebab
kendala kesenjangan informasi di
kalangan masyarakat terpencil maupun
di perbatasan, sementara kebutuhan akan
informasi merupakan hak seluruh
masyarakat tanpa kecuali, termasuk
masyarakat di perdesaan. Pada sisi
lainnya kondisi saat ini menunjukkan
sebagian masyarakat belum memiliki
kemampuan yang memadai untuk
menelaah muatan informasi, baik karena
faktor sosial, ekonomis maupun kultural.
selain adanya keterbatasan akses dan
kemampuan masyarakat dalam
memanfaatkan informasi maka
pemerintah perlu mengurangi
kesenjangan digital dan pengentasan
kemiskinan.
Peran pemerintah dalam membuat
kebijakan dan program untuk
mengurangi kesenjangan digital dan
Prosiding Seminar Tahun 2015 “Optimalisasi Akses dan Pemanfaatan Informasi Publik”
92
pengentasan kemiskinan, adalah dua
pokok utama pembangunan dalam
pemanfaatan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK), sebagai wujud
komitmen para Kepala Pemerintah
Negara dari berbagai penjuru dunia
dalam Pertemuan Tingkat Tinggi
Masyarakat Informasi Sedunia (World
Summit On Information Society) WSIS-
Pertama di Jenewa Thn 2003 dan WSIS-
Kedua di Tunisia Thn 2005, sehingga
menghasilkan sepuluh kebijakan dan
program unggulan yang diawali dengan
penyediaan infrastruktur telekomunikasi
dan internet untuk menghubungkan
desa-desa, hingga mewujudkan separuh
penduduk dunia melek teknologi
informasi dan komunikasi sehingga
mampu menyerdaskan diri dan
memakmurkan kehidupan masyarakat
serta bangsa. Mengingat batas waktu
pencapaian sasaran global pada tahun
2015 bahwa separuh penduduk dunia
agar bisa menikmati manfaat TIK untuk
meningkatkan kesejahteraan hidup.
(Kominfo, 2013).
Sebagaimana ciri dari negara
berkembang, keberadaan TIK di
Indonesia masih didominasi oleh
sebagian besar masyarakat perkotaan,
sedangkan di daerah perdesaan masih
kurang tersentuh. Masalah dalam
meningkatkan akses yang lebih besar
terhadap pelayanan informasi dan
komunikasi kepada masyarakat, yakni
adanya kesenjangan. Pada negara maju
pemanfaatan TIK oleh masyarakat relatif
sudah merata, di Indonesia sebagian
besar baru dinikmati oleh masyarakat
kota saja, mereka umumnya lebih terlibat
dalam pemanfaatan teknologi digital.
TIK dapat dijadikan sebagai sebuah
alat ampuh bagi keberhasilan
pembangunan karena sifat-sifat yang
dimilikinya, sehingga memungkinkan
peningkatan komunikasi dan pertukaran
informasi secara dramatis, serta
membawa manfaat bagi penguatan dan
penciptaan jaringan ekonomi
masyarakat. Untuk mengatasi
kesenjangan perlu dilakukan dorongan
berbagai komponen dalam masyarakat
dan pemerintah untuk membudayakan
pemanfaatan TIK.
Pemanfaatan teknologi informasi
dan komunikasi diharapkan mampu
membawa perubahan paradigma
pembelajaran yang pada gilirannya
berguna bagi peningkatkan
kesejahteraan. Agar bisa menikmati
manfaat TIK guna meningkatkan
kesejahteraan hidup, maka diperlukan
upaya khusus dan didukung secara
sektoral, baik melalui kerjasama lintas
sektor, lintas wilayah dan lintas intitusi
secara terpadu, utuh dan sinergis
menjadi keperluan yang tidak terelakan.
Pada tataran operasional, paska
reformasi dan desentralisasi serta
otonomi daerah, Indonesia kekurangan
tenaga lapangan untuk memberikan
dorongan motivasi, partisipasi dan
Peran Relawan TIK dalam MeningkatkanPemanfaatan TIK pada Masyarakat Perdesaan Risa Sunarsi
93
membangkitkan semangat warga agar
memiliki rasa tanggung jawab, karena
untuk memelihara hasil pembangunan
adalah hal yang mudah diucapkan, akan
tetapi sangat sulit untuk diwujudkan.
Untuk mengatasi hal tersebut maka
dibutuhkan adanya relawan dibidang
TIK untuk pemanfaatan TIK, ini dinilai
cukup memadai sebagai solusi strategis
guna melibatkan masyarakat untuk
berperan serta dalam mencapai tujuan
bersama bangsa Indonesia untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa.
Peran relawan TIK dipergunakan/
diperlukan untuk membantu masyarakat
yang buta dalam bidang TIK menjadi
melek serta dari melek menjadi cerdas
agar ada peningkatan jumlah masyarakat
yang melek dan memiliki kemandirian
dalam memenuhi kebutuhan
informasinya dengan teknologi informasi
dan komunikasi. Sehingga masyarakat
informasi tersebut terbentuk dari usaha
mendapatkan manfaat informasi dengan
TIK, yang diharapkan dapat dicapai
bukan hanya oleh masyarakat perkotaan
saja tetapi juga oleh masyarakat
perdesaan.
Kementrian Komunikasi dan
Informatika RI ( 2011), mendefinisikan
relawan TIK, sebagai individu/satuan
reaksi cepat yang dibentuk melalui
proses edukasi, yang dapat bekerja
membangun masyarakat informasi
Indonesia secara kolaboratif dan sukarela
serta membangun kemitraan yang
mendasarkan pada upaya
pengembangan pengetahuan,
keterampilan/ilmu pengetahuan di
bidang teknologi informasi dan
komunikasi bagi para anggota serta
warga masyarakat lainnya. Serta
didukung komitmen dan kerja sama dari
pemerintah pusat, daerah serta peran
serta para pemangku kepentingan,
kalangan bisnis, perguruan tinggi,
komunitas dan masyarakat madani,
maka upaya bersama mencerdaskan
kehidupan bangsa semakin nyata.
Di masa mendatang pembentukan
kegiatan Relawan TIK semoga dapat
bergulir, tumbuh dan berkembang
hingga ditingkat provinsi dan
kabupaten/kota mengakar sampai
tingkat kecamatan. Relawan TIK
Indonesia kelak diharapkan mampu
mengawal, mendampingi dan melakukan
pemberdayaan masyarakat dalam
pemanfaatan bantuan pemerintah dan
relawan TIK juga diharapkan mampu
membentuk satuan tugas yang bersikap
siaga, sigap dan tanggap dalam
melakukan koordinasi, kolaborasi,
kerjasama di berbagai daerah dalam
situasi darurat, bencana maupun krisis
guna memulihkan infrastruktur dan
pemanfaatan TIK, sesuai dengan isi
deklarasi relawan TIK.
Prosiding Seminar Tahun 2015 “Optimalisasi Akses dan Pemanfaatan Informasi Publik”
94
PEMBAHASAN
Perkembangan TIK di era
globalisasi, menempati posisi penting
sebagai pilar pembangunan dan TIK juga
berperan sebagai katalisator dan
sekaligus peluang usaha. TIK di
harapkan menjadi solusi sistematik
problem pembangunan seperti
pengangguran dan kemiskinan. Dengan
adanya pemanfaatan teknologi informasi
dan komunikasi diharapkan mampu
membawa perubahan paradigma
pembelajaran yang pada gilirannya
berguna bagi peningkatan kesejahteraan.
Karena kesenjangan informasi
merupakan salah satu lingkaran
kemiskinan. Miskin informasi
menyebabkan masyarakat kesulitan
mengembangkan alternatif
kehidupannya dan masyarakat
membutuhkan informasi, pengetahuan
yang dapat mereka manfaatkan untuk
meningkatkan kualitas kehidupannya
dalam berbagai aspek sosial, budaya,
kesehatan, ekonomi, politik atau
lingkungannya (Wiyati, 2011 ).
Pemahaman dan pemanfaatan
masyarakat terhadap perkembangan atau
kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) dipengaruhi oleh
faktor-faktor eksternal dari diri individu
seperti pola pergaulan, terpaan media
dan faktor ekonomi yang menjadi dasar
bagi pembentukan pengetahuan.
Menurut Sarwono, teori-teori yang
berorientasi kognitif adalah teori yang
menitik beratkan proses sentral seperti
sikap, ide, dan harapan. Lebih banyak
mempelajari pembentukan konsep,
berfikir dan membangun pengetahuan
(Sarwono, 1984:89).
Sedangkan TIK merupakan
konvergensi teknologi telekomunikasi
atau komunikasi dan komputer yang
memungkinkan setiap individu
pengguna komputer untuk saling
terhubung dan berbagi sumber daya
sistem informasi, baik melalui jaringan
kabel ataupun nirkabel dan TIK
merupakan jembatan antara maju dan
berkembang, sebagai alat pembangunan
ekonomi dan sosial, mesin pertumbuhan
pilar utama pembangunan masyarakat
dan ekonomi basis pengetahuan global,
serta kesempatan bagi negara untuk
membebaskan dirinya dari tirani
geografis.
Dengan demikian setiap orang
dengan beragam latar belakang suku, ras,
agama, jenis kelamin, dan lainnya harus
dijamin memiliki kesempatan yang sama
untuk mengakses TIK dimanapun dan
kapanpun agar mendapatkan layanan
informasi dan komunikasi global, untuk
mendapatkan kemudahan dalam
memahami apa yang diinformasikan atau
dikomunikasikan oleh siapapun dari
manapun dan untuk berekpresi dalam
ruang interaksi antar individu yang
terbebas dari batasan–batasan geografis.
Peran Relawan TIK dalam MeningkatkanPemanfaatan TIK pada Masyarakat Perdesaan Risa Sunarsi
95
Pengertian TIK adalah Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) memuat
semua teknologi yang berhubungan
dengan penanganan informasi.
Penanganan ini meliputi pengambilan,
pengumpulan, pengolahan,
penyimpanan, penyebaran, dan
penyajian informasi. Jadi, TIK adalah
teknologi yang berhubungan dengan
pengambilan, pengumpulan,
pengolahan, penyimpanan, penyebaran,
dan penyajian informasi (Munir, 2009).
Sedangkan informasi merupakan
hal yang penting, menurut Alvin Toffler
“Information can beone of the most important
influences shaping society. It can furnish
trends, if communicated, may affect decision
action that influence the world”. Informasi
sebagai komoditi berbeda dengan
komoditi lainnya, makin banyak dijual
informasi akan makin berkembang.
Siapapun yang berkecimpung dalam
bidang informasi (termasuk juga
komunikasi) harus melihat ke depan,
karena menghimpun, mengolah dan
mengirim informasi tak akan luput dari
pengaruh kemajuan teknologi (Makarim,
2004:531).
Sedangkan masyarakat informasi
dipahami sebagai bentuk masyarakat
baru yang struktur sosialnya berdasarkan
kepada pembuatan, distribusi akses, dan
penggunaan informasi secara bebas.
Kebebasan tersebut mendorong
perkembangan kreativif intelektual
manusia hingga kepada tahap di mana
informasi sebagai produk kreatif menjadi
sumber daya ekonomi yang
dimanfaatkan oleh masyarakat, dan
penguasaannya menjadi kekuatan
pendorong bagi perubahan dan
pembangunan dalam masyarakat
informasi.
Informasi adalah bagian integral
dari komunikasi antar manusia, dan
mendapatkan informasi merupakan hak
yang melekat pada fitrah manusia, yang
senantiasa tidak bisa terlepas dari
komunitasnya karena manusia adalah
bagian dari masyarakat yang selalu
berhubungan satu sama lain melalui
komunikasi dalam perikehidupan
sosialnya. Manusia memerlukan
kebebasan dalam berkomunikasi, untuk
menuangkan buah pemikirannya tanpa
ada ancaman maupun paksaan sehingga
keterbukaan dan kemudahan terhadap
akses informasi merupakan prasyarat
bagi kebebasan untuk memperoleh
informasi. Kebebasan informasi
merupakan hak asasi manusia sebab
informasi adalah bagian integral
komunikasi antar manusia.
Informasi merupakan kebutuhan
pokok setiap orang bagi pengembangan
pribadi dan lingkungan sosialnya.
Hampir dalam setiap aspek kehidupan
manusia, mulai dari kegiatan
memperjuangkan diri sendiri dan
kelompok masyarakat sampai dalam
penyelenggaraan pemerintahan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara,
Prosiding Seminar Tahun 2015 “Optimalisasi Akses dan Pemanfaatan Informasi Publik”
96
memerlukan informasi. Tanpa
penguasaan informasi, kehidupan
seseorang, organisasi atau bangsa akan
tertinggal oleh kemajuan dan perubahan
jaman yang terus bergerak. Dalam ranah
publik yang demikian, informasi yang
akurat dan berimbang akan dapat
membantu masyarakat dalam mengolah
dan menganalisis untuk memperoleh
pemahaman terhadap suatu
permasalahan. Selain itu, kebebasan dan
kemudahan untuk memperoleh
informasi adalah sebagai sarana
kehidupan berdemokrasi.
Wilbur Schramm menyatakan
informasi menjadi kebutuhan manusia
yang esensial untuk mencapai tujuan,
melalui informasi, manusia dapat
mengetahui peristiwa yang terjadi di
sekitarnya, memperluas cakrawala
pengetahuan dan mengaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari. Banyaknya
informasi yang beredar saat ini dapat
meningkatkan kualitas hidup
masyarakat, yang dikenal sebagai
masyarakat informasi, di mana pada
masyarakat ini standar hidup, bentuk
pekerjaan dan sistem pndidikan
dipengaruhi oleh informasi. Satu hal
yang menonjol pada masyarakat
informasi ini adalah adanya kesadaran
tentang pentingnya informasi dalam
kehidupan sehari-hari, dan kemampuan
untuk memperoleh, mengevaluasi dan
menggunakannya untuk tujuan-tujuan
tertentu yang lebih luas, ciri ini disebut
melek informasi atau information
literacy (Rakhmat, 2005).
Hak atas informasi yang merupakan
salah satu hak asasi manusia, tidak akan
efektif apabila tidak ada keterbukaan dan
kemudahan dalam memperoleh akses
informasi yang lebih luas dan tidak
terdistorsi, karena keterbukan informasi
merupakan penentuan kadar dan nilai
bagi kehidupan demokrasi. Keterbukaan
informasi adalah sekaligus sebagai
perangkat bagi masyarakat untuk
mengontrol dan mengawasi setiap
langkah penyelenggara negara. Dalam
sebuah sistem demokrasi yang
menyatakan kekuasaan berasal dari
rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat,
semestinya rakyat juga memiliki hak
mengkritisi dan mengontrol setiap
kebijakan yang diambil dan dijalankan
pemerintah.
Untuk itulah pemerintah
membentuk Relawan TIK untuk
membantu kesenjangan informasi di
masyarakat perdesaan, agar tidak ada
kesenjangan antara kota dan desa- desa
di wilayah Indonesia. Serta memobilisasi
potensi masyarakat yang memiliki
kesempatan, kemauan dan kemampuan
pengelolaan manfaat TIK dari berbagai
lapisan dan golongan untuk menaruh
kepedulian atas keperluan bangsa
Indonesia dalam mengatasi kesenjangan
digital.
Kelahiran relawan TIK Indonesia
memiliki latar belakang akan adanya
Peran Relawan TIK dalam MeningkatkanPemanfaatan TIK pada Masyarakat Perdesaan Risa Sunarsi
97
perkembangan teknologi informasi yang
demikian pesat. Pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi telah
merambah semua segi / sendi kehidupan
kita saat ini. Dalam bernegara pun kita
tak lepas dengan penggunaan teknologi
bantu yang satu ini. Angka pertumbuhan
pengguna internet demikian pesat.
Dalam kurun waktu 10 tahun saja,
penggunanya ada sekitar 45 juta. Angka
ini merupakan angka perkiraan terkecil.
Bisa jadi angka sesungguhnya jauh dari
itu. Diperkirakan pengguna internet di
Indonesia pada tahun 2015 mencapai 120
juta orang.
Namun hal yang perlu
disayangkan, pemanfaatan internet di
Indonesia masih belum merata di seluruh
wilayah negara tercinta ini. Hal ini
dimungkinkan adanya kesenjangan
infrastruktur dan belum meratanya
ketersediaan sumber daya manusia yang
mampu mengenalkan pemanfaatan
internet kepada masyarakat. Di lain
pihak, kebutuhan manusia akan adanya
interaksi yang nyaman telah memberi
dorongan untuk membentuk komunitas
komunitas di berbagai bidang.
Komunitas tersebut termasuk di
dalamnya Komunitas Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK).
Dengan adanya kondisi di atas,
Kementerian Kominfo memfasilitasi
terbentuknya suatu komunitas tingkat
nasional yang mewadahi komunitas
komunitas TIK lainnya yang telah
terbentuk sebelumnya oleh masyarakat.
Komunitas ini diberi nama relawan TIK
Indonesia.
Sedangkan peran relawan TIK bagi
masyarakat adalah berbagai tindakan
relawan dimana TIK digunakan untuk
pembangunan dan sebagai sumber daya
bagi tindakan relawannya sendiri.
Tindakan tersebut membangun peran
relawan TIK di tengah masyarakat
seperti; menyediakan informasi,
mencarikan informasi secara proaktif
bagi pengguna yang tidak memiliki akses
TIK, memproduksi konten/ informasi
lokal dalam beragam format. Dalam
pengembangan sumberdaya manusia
menyelenggarakan latihan dasar TIK
secara online bagi pengguna akhir agar
mahir dalam aplikasi yang relevan dan
mendampinginya setelahnya sampai
mereka mampu menggunakan keakhlian
tersebut untuk mendapatkan keuntungan
kompetitif, menyelenggarakan latihan
secara online bagi relawan TIK untuk
menambah jumlah personal terlatih
dalam area lanjutan, dan dalam
pengembangan sumberdaya TIK yaitu
mengidentifikasi kebutuhan informasi
masyarakat dan sumberdaya yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
tersebut, walaupun relawan TIK dapat
membantu masyarakat yang buta
menjadi melek dan dari melek menjadi
cerdas agar ada peningkatan jumlah
populasi masyarakat yang memiliki
Prosiding Seminar Tahun 2015 “Optimalisasi Akses dan Pemanfaatan Informasi Publik”
98
kemandirian dalam memenuhi
kebutuhan informasinya dengan TIK.
Relawan TIK Indonesia dibentuk
secara resmi pada tanggal 4 Juli 2011 di
Bogor dalam sebuah acara bertajuk
“Forum Koordinasi, Komunikasi,
Kolaborasi dan Kerjasama Komunitas
TIK (FK5T)”. Tujuan utama dari relawan
TIK Indonesia adalah memasyarakatkan
dan memberdayakan pemanfaatan TIK
untuk masyarakat antara lain :
Pelatihan pemanfaatan TIK ke
berbagai elemen masyarakat
Sosialisasi penggunaan Open Source
Roadshow ke sekolah -sekolah
Penggunaan TIK untuk usaha bagi
UKM
Penyebaran informasi melalui web
dan media sosial
Tujuan yang ingin dicapai oleh
Relawan TIK adalah :
1. internal (mikro) menyiapkan anggota
dalam penguasaan pengetahuan,
sikap dan keterampilan individual
maupun kerjasama kelompok guna
menyelenggarakan tugas – tugas
edukasi soaial pemberdayaan
maupun kegiatan insidental;
2. organisasional (meso) menjadikan
relawan TIK sebagai satuan yang
mampu bereaksi cerdas, tanggap,
bergerak cepat serta bertindak cermat
dalam menjalankan tugasnya.
3. nasional (makro) berkontribusi dan
partisipasi dalam berbagai kegiatan
pembangunan, kemasyarakatan serta
berperan dalam tugas kemanusiaan,
dengan cara mengoptimalkan
pemanfaatan TIK bagi kemaslahatan
masyarakat dan kemajuan bangsa
Indonesia.
Visi Relawan TIK Indonesia yaitu
menjadikan relawan TIK sebagai pribadi,
sekaligus warga masyarakat unggulan,
yang siap siaga mengemban misi sosial,
kemasyarakatan dan kemanusiaan bagi
pemberdayaan melalui pemanfaatan/
penguasaan keterampilan teknologi
informasi dan komunikasi untuk
kemajuan dan bangsa.
Untuk mencapai tujuan dan
mewujudkan visi tersebut relawan TIK
Indonesia memiliki misi :
1. menghimpun dan membina potensi
Relawan TIK dalam satu wadah yang
terorganisir, mencapai efisiesi,
manfaat dan efektivitas kegiatan
secara optimal;
2. mempersiapkan kader–kader
relawan TIK secara intelektual,
pribadi dan sosial serta moral
khususnya di bidang TIK sebagai
unsur generasi penerus
pembangunan dan perjuangan
bangsa.
3. mengusahakan secara bersama-sama
agar tercapainya tujuan organisasi
dengan menyusun kebijakan,
landasan program dan rencana
kegiatan yang sesuai dengan
perkembangan teknologi guna ikut
Peran Relawan TIK dalam MeningkatkanPemanfaatan TIK pada Masyarakat Perdesaan Risa Sunarsi
99
serta mengarahkan kemajuan
masyarakat.
4. menjalin terselenggaranya
koordinasi, kerjasama, kolaborasi
dan komunikasi dengan komunitas
para pemangku kepentingan serta
pihak lain, agar secara sinergis dan
saling menguntungkan “
mendayagunakan sumberdaya TIK
untuk pembangunan berkelanjutan
dengan keberpihakan jender, aksi
afirmatif bagi minoritas, netral
teknologi serta ramah lingkungan.
Bidang kegiatan Relawan TIK
Kerelawanan di bidang TIK yang
ingin dikembangkan dan menjadi
program utama dalam peningkatan
kapabilitas dan sekaligus menjadi lahan
pengabdian dari para pegiat atau
Relawan TIK Indonesia, yakni :
1. Kapasitas SDM, Pemberdayaan
Masyarakat, Literasi TIK, Internet
Sehat;
2. Infrastruktur, Gadget, Sekuriti, dan
Jaringan;
3. Pengembangan aplikasi informatika
dan konten digital, aplikasi open
source dan piranti lunak legal;
4. Konservasi budaya, program inklusi
sosial, Green ICT, Penanggulangan
Bencana, krisis dan kondisi darurat;
5. Hubungan internasional,
persaudaraan Relawan TIK (
Relawan TIK, 2011 ).
Karena perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi di Indonesia
relatif pesat, baik teknologi maupun
jumlah pengguna. Karena itu keberadaan
relawan TIK Indonesia memiliki posisi
strategis guna membantu masyarakat
perdesaan dan mengoptimalkan
pemanfaatan TIK agar memberikan
dampak bagi peningkatan kemaslahatan
masyarakat dan kehidupan bangsa.
PENUTUP
Teknologi Informasi dan
komunikasi (TIK) sebagai sarana,
prasarana dan sektor pembangunan
mempunyai arti strategis dalam rangka
memperkuat persatuan dan kesatuan
bangsa, meningkatkan kesejahteraan
umum, serta memperlancar kegiatan
layanan pemerintah. Selain itu, TIK juga
bermanfaat guna mendorong
pertumbuhan ekonomi, dan sekaligus
peningkatan pemerataan pembangunan
serta mempererat hubungan antar bangsa
guna ikut serta mewujudkan perdamaian
dunia.
Untuk mewujudkannya hal
tersebut, maka gagasan menggulirkan
kegiatan bagi Relawan dibidang
pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi (relawan TIK ) dinilai cukup
memadai sebagai strategis guna
melibatkan peran serta warga
masyarakat dengan prinsip sukarela,
Prosiding Seminar Tahun 2015 “Optimalisasi Akses dan Pemanfaatan Informasi Publik”
100
terbuka dan kapabilitas. Karena relawan
TIK memunyai tujuan untuk
meningkatkan wawasan pengetahuan,
kemampuan, keterampilan dan keahlian
serta sikap saling pengertian dalam
memupuk rasa tanggung jawab,
solidaritas, maupun komitmen yang
besar agar TIK berperan dan memberikan
kontribusi dalam upaya meningkatkan
kecerdasan bangsa dan kesejahteraan
rakyat dalam wadah negara kesatuan
Republik Indonesia.
Relawan TIK nantinya diharapkan
bisa menjadi jembatan yang mampu
menghubungkan berbagai pihak seperti
masyarakat dengan penggiat TIK,
penggiat TIK dengan pemerintah serta
penggiat TIK dengan perusahaan atau
donor. Selain sebagai jembatan, Relawan
TIK juga bisa melakukan branding
organisasi dengan memanfaatkan jejaring
social yang ada seperti facebook, twitter,
website dan sebagainya. Relawan TIK
juga diharapkan mampu merangkul
berbagai komunitas di berbagai daerah di
Indonesia sehingga lingkup kegiatannya
bersifat nasional, serta menjadi forum
mediasi bagi semua program antar
berbagai kalangan di bidang
pemberdayaan masyarakat dan
pemanfaatan TIK.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Kominfo. (2013). Buku Putih 2013. Jakarta: Badan Litbang SDM.
Makarim, Edmon. (2004). Kompilasi Hukum Telematika. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Munir. (2009). Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Bandung: Alfabet.
Rakhmat, Jalalludin. (2005). Psikology Komunikasi. Bandung: Rosdakarya.
Relawan TIK. (2011). Relawan TIK Indonesia; Bersama Membangun Masyarakat Indonesia
Informatif. Jakarta: Ditjen APTIKA KEMKOMINFO.
Wirawan, Sarwono Sarlito. (1983). Teori-Teori Psikologi Sosial Jilid Kedua. Jakarta:
Rajawali.
Wiyati, Emi Karni. (2011). Peran Komunikasi dalam Pengembangan Modal Sosial dan
Kelembagaan. Dalam: Budianto, Heri dan Farid Hamid.ed. Ilmu Komunikasi
Sekarang dan Tantangan Masa Depan. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group. Hal.
375-389.
OPTIMALISASI AKSES DAN PEMANFAATAN
INFORMASI PUBLIK
Bandung, 29 Oktober 2015
LAMPIRAN PRESENTASINARASUMBER
Santi Indra Astuti, S. Sos., M. Si.
“Analisis Isi Media”