reformasi di persimpangan jalan

27
TUGAS PEREKONOMIAN INDONESIA PAPER “REFORMASI DI PERSIMPANGAN JALAN” Disusun oleh: Anita Widyastuti ( 12/330794/EK/18969) Astri Meida Wardanie (12/331315/EK/18999) Dosen Pengampu : Prof. Dr. Mudrajad Kuncoro, M.Soc.Sc. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada

Upload: ugm

Post on 26-Jan-2023

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

TUGAS PEREKONOMIAN INDONESIAPAPER

“REFORMASI DI PERSIMPANGAN JALAN”

Disusun oleh:

Anita Widyastuti (12/330794/EK/18969)

Astri Meida Wardanie (12/331315/EK/18999)

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Mudrajad Kuncoro, M.Soc.Sc.

Fakultas Ekonomika dan BisnisUniversitas Gadjah Mada

2013

Reformasi di Persimpangan JalanMengkaji Ulang Reformasi

Selama masa pemerintahan di Indonesia, reformasi

memiliki sebutan di setiap pemerintahan. Pada masa

penjajaan dan Orde Lama, disebut dengan revolusi. Pada masa

Orde Baru dijabarkan sebagai tahap-tahap pembangunan.

Sedangkan pada masa Soeharto, reformasi diartikan sebagai

perombakan tatananl lama yang otoriter, korup, dan timpang,

menuju tatanan baru yang lebih demokratik, pro-rakyat, dan

berkeadilan.

Kebijakan-kebijakan pada tiap masa pemerintahan:

1. Masa Soekarno

Soekarno pada masa ini berorintasi ke dalam (inward

looking) dalam pengembangan strategi industry. Pemerintah

pada masa itu memfokuskan diri pada BUMN (Baan Usaha

Milik Negara) yang bergerak pada sektor manufaktur.

Namun pada periode ini terjadi ketidakstabilan politik,

deficit anggaran, inflasi yang melonjak karena terlalu

kuatnya campur tangan dari pemerintah sehingga industry

nasional tidak dapat berkembang dengan baik.

2. Masa Soeharto

Gambar 1.1 Perkembangan Kebijakan Industri Nasional

Pada periode ini, kebijakan yang paling terkenal adalah

Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita), yang

menitikberatkan pada :

Industri yang menghasilkan devisa dengan cara

memproduksi barang subtitusi Impor,

Industry yang memproses bahan mentah dalam negeri

dalam jumlah yang besar,

Industry padat karya,

Perusahaaan negara untuk tujuan strategis dan

politis.

Hingga pada tahun 1997 mulailah terjadi krisis ekonomi

yang menyebabkan gejolak di berbagai sektor termasuk

sektor industry.

3. Pasca Presiden Soeharto

Perkembangan Kebijakan IndustriNasional (1967 – 2009)

Sumber : kuncoro (2009)

Pada tahun 1998 oleh Presiden Habibie (pengganti

Soeharto) kebijakan industry berubah menjadi periode

pemulihan krisis. Sebagai awal dari rentetan kebijakan

yang dimaksudan untuk memperbaiki dan memulihkan keadaan

perekonomian nasional pasca krisis.

4. Masa Abdurrahman Wahid dan Megawati

Kebijakan yang diterapkan masih berkaitan dengan

pemulihan perekonomian yaitu revitalisasi, konsolidasi,

dan restrukturisasi industry, serta muali menerapkan

pendekatan kluster.

5. Masa Susilo Bambang Yudhoyono – Jusuf Kalla

Visi kebijakan industry yang dijalankan oleh pasangan

SBY-JK adalah “pada tahun 2020 Indonesia menjadi negara

industry baru”. Kebijakan ini dijalankan dalam dua

sasaran kualitatif, yaitu jangka menengah (2004-2009) dan

jangka panjang (2010-2020). Pada masa pemerintahan SBY-

JK ini, focus kebijakan masih sama dengan masa

pemrintahan sebelumnya yaitu pengembangan dan pemulihan

indutri pasca krisis.

Saat itu SBy-JK juga menjelaskan tentang strategi yang

mereka miliki yaitu tripple strategy yang isinya adlah sebagai

berikut

– Mencapai pertumbuhan 6,5% per tahun

– Menggerakkan kembali sektor riil

– Revitalisasi pertanian dan perekonomian perdesaaan

6. Masa Susilo Bambang Yudhoyono – Boediono

SBY – Boe memiliki visi utama yaitu “Terwujudnya

Indonesia yang sejahtera, demokratis, dan berkeadilan” .

Dengan misi sebagai berikut

– Melanjutkan pembangunan menuju Indonesia yang sejahtera

– Memperkuat pilar-pilar demokrasi

– Memperkuat dimensi keadilan di semua bidang

Pada masa SBY – Boediono orientasi yang dituju masih

inward & outward looking.

Dinamika Lingkungan Bisnis di Indonesia

Gambar 1.2 Sektor Riil dalam Dinamika Perekonomian Indonesia

Gambar 1.2 menjelaskan dinamika sektor riil yang

dipengaruhi oleh lingkungan internal dan eksternal.

Lingkungan internal perekonomian Indonesia bisa dibilang

masih sangat lemah. Struktur perekonomian Indonesia

masih rentan terhadap berbagai macam gejolak.

Lingkungan internal lain yang masih harus diperhatkan

adalah ketimpangan antar daerah yang semakin melebar.

Pertumbuhan ekonomi yang dialami Indonesia tidak

dibarengi dengan pembangunan yang merata di seluruh

Indonesia terutama penduduk yang berada di daerah-daerah

terpencil. Selama ini aktivitas dan pembangunan ekonomi

hanya terjadi di kawasan Barat Indonesia yang meliputi

Jawa, Bali, Sumatra. Sedangkan Kawasan Timur Indonesia

Sektor RiilLingkungan InternalStruktur perekonomian yang rentak gejolakKetimpangan antar golongan pendapatan meningkatKetimpangan antar daerah meningkatKeamanan energi dan panganBencana alamOtonomi DaerahKebijakan FiskalKebijakan Moneter dan PerbankanKebijakan SektoralLingkungan EksternalVoltalitas Harga MinyakPerilaku Kurs ValasKrisis dn Resesi GlobalAEC 2015KEBANGKITAN EKONOMI INDONESIA 2030Sektor Riil Dalam DinamikaPerekonomian Indonesia

Sumber : kuncoro (2009)

hanya mendapat sisa dari kue pembangunan di Kawasan

Barat.

Tabel 1.1. 10 Provinsi dengan Jumlah Penduduk Terbanyak

Selain lingkungan internal, lingkungan eksternal juga

banyak mempengaruhi sektor riil di Indonesia. Volatilitas

harga minyak merupakan salah satu factor yang mempengaruhi

perekonomian Indonesia. Seperti yang diketahui, Indonesia

telah menjadi net importer yang otomatis sangat terpengaruh

10 Provinsi dengan JumlahPenduduk Terbanyak

Sumber : BPS

Provinsi 2000 2010

Jawa Barat 35.729.537 43.053.732

Jawa Timur 34.783.640 37.476.757

Jawa Tengah 31.228.940 32.382.657

Sumatera Utara 11.649.655 12.982.204

DKI Jakarta 8.389.443 9.607.787

Banten 8.098.780 10.632.166

Sulawesi

Selatan8.059.627 8.034.776

Sumatera

Selatan6.899.675 7.450.394

Lampung 6.741.439 7.608.405

Riau 4.957.627 5.538.367

INDONESIA 206.264.595 237.641.326

terhadap fluktuasi harga minyak dunia. Ditambah lagi

konsumsi minyak di Indonesia yang setiap tahunnya semakin

meningkat juga menjadi salah satu factor mengapa harga

minyak dunia akan sangat mempengaruhi sektor riil di

Indonesia.

Lingkungan eksternal yang lain adalah perilaku kurs

valas. Pada tahun 1998 sempat terjadi krisis yang benar-

benar memporakporandakan Indonesia di berbagai sektor.

Hilangnya kepercayaaan, pelarian modal, merosotnya nilai

tukar akhirnya memunculkan suatu lingkaran setan yang tidak

kunjung usai.

Selain itu yang perlu diperhatikan adalah ancaman

krisis dan resesi global serta pendeklarasian Asean

Economics Community 2015. Yang perlu dipertanyakan adalah

apakah Indonesia siap bersaing dengan negara-negara Asean

dengan keadaan ekonomi dan social yang bisa dibilang masih

belum stabil.

Pro-Poor, Pro-Job, Pro-Growth

Gambar 1.3. Bagan Kerja Pemerintahan SBY

Gambar 1.3 menjelaskan bagaimana bagan kerja dari

pemerintahan SBY. Pada awal pemerintahan SBY-JK telah

disusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

(RPJMN). Namun RPJMN tersebut mendapat kritik dari Tim

Indonesia Bangkit (2006), RPJMN ini dianggap tidak sesuai

dengan yang semestinya. RPJMN ini dituding tidak memiliki

strategi dan kebijakan untuk mencapai visi dan dianggap

suatu kegagalan pemerintah dalam perencanaan pembangunan.

Kendati demikian, setelah resmi dipilih oleh rakyat,

SBY menjabarkan tentang Concern.nya tentang kepedulian untuk

mengatasi pengangguran dan kemiskinan yang disebut new deal.

New deal ini tertuang dalam triple track strategy, yang isinya :

pro-poor, pro-job, pro-growth.

Selain itu pada saat Pidato Kenegaraan dan Keterangan

Pemerintah atas RAPBN dan Nota Keuangan Tahun 2009, SBY

Bagan Kerja Pemerintahan SBY

Sumber : Kuncoro(2013)

juga menjelaskan tentang focus dan arah kebijakan pemerintah

yang meliputi ;

Strategi yang dijalankan adalah strategi pertumbuhan

disertai pemerataan “growth with equity”,

Produksi beras nasional lebih tinggi daripada konsumsi

beras dan Indonesia mencapai swasembada beras,

Tema pembangunan pada Rencana Kerja Pemerintah tahun

2009 adlah “Peningkatan Kesejahteraan Rakyat dan

Pengurangan Kemiskinan”.

Yang perlu dipertanyakan sekarang adalah bagaimana

implementasi dari triple track strategy dan tiga agenda utama

kebijakan pemerintahan SBY 2004 - 2013 ? Akan kita bahas

lebih lanjut.

Pencapaian RPJMN tahun 2004 - 2013

1. Kinerja Ekonomi dan Sosial

Grafik 1.1. Indikator Ekonomi dan Sosial tahun 2004 -

2009

Tahun 2004-2013 dapat dikatakan indicator-indikator

diatas cukup stabil. Walaupun sempat terjadi gejolak

pada tahun 2008 dan 2009 untuk indicator inflasi yang

sempat melonjak tinggi pada tahun 2008 yaitu sebesar

Sumber : Kuncoro (2009),BPS (2013)

2004

2006

2008

2010

2012

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

Indikator Ekonomi dan Sosial tahun

2004 - 2013 total pengangguranpenduduk miskininflasipertumbuhan

pers

enta

se

11,06% dan turun drastis pada tahun 2009 (2,78%).

Sedangkan untuk pertumbuhan ekonomi juga sempat mengalami

penurunan yang cukup signifikan pada tahun 2009, pada

tahun 2008 pertumbuhannya 6,01% dan pada tahun 2009

menjadi 4,63%. Untuk dua indicator lain seperti tingkat

kemiskinan dan pengangguran dapat dibilang cukup stabil

dan semakin membaik karena persentasenya semakin kecil

setiap tahunnya.

Tingkat kemiskinan pada tahun 2004 sebesar 16,70% dan

pada tahun 2013 hanya sebesar 11,37%. Sedangkan untuk

tingkat pengangguran pada tahun 2004 berada pada angka

9,90% dan pada tahun 2013 turun menjadi 6,25%. Namun

turunnya persentase tersebut mash jauh dari target yang

ingin dicapai oleh pemerintahan SBY.

Grafik 1.2. Jumlah Pengangguran di Indonesia tahun 2004 -

2013

Dapat dilihat pada grafik 1.2 bahwa jumlah angkatan

kerja semakin meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2004

Sumber : Kuncoro (2009),BPS (2013)

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

0.0020.0040.0060.0080.00100.00120.00140.00

Jumlah Pengangguran di Indonesia tahun 2004 - 2013

Angkatan Kerja Bekerja Penganggur

juta

orang

jumlah angkatan kerja 104,00 juta jiwa dan terus

meningkat setiap tahunnya 105,90 juta jiwa (2005), 106,40

juta jiwa (20060 hingga mencapai 118,19 juta jiwa pada

tahun 2013. Dari peningkatan angkatan kerja terlihat

bahwa jumlah penduduk yang bekerja juga meningkat

mengikuti peningkatan jumlah angkatan kerja. Namun

jumlah penganggur semakin menurun setiap tahunnya seperti

pada tahun 2004 dengan jumlah angkatan kerja 104,00 juta

jiwa jumlah penganggur sebesar 10,30 juta jiwa ,terus

menurun hingga pada tahun 2013 jumlah angkatan kerja

118,19 juta jiwa jumlah penganggur hanya sebesar 7,39juta

jiwa. Berikut tabel yang menunjukkan tingkat

pengangguran terbuka di Indonesia pada tahun 2004 – 2013.

Grafik 1.3. Tingkat Pengangguran Terbuka tahun 2004 - 2013

Dari grafik 1.3 dapat dilihat bahwa tingkat

pengangguran terbuka setiap tahunnya menurun dari tahun

2004 (9,90%) meningkat menjadi 11,20% pada tahun 2005

dan kembali turun pada tahun 2006 (10,20%) dan terus

turun hingga menyentuh angka 6,25% pada tahun 2013.

Sumber : Kuncoro (2009),BPS (2013)

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 20130.002.004.006.008.0010.0012.00

Tingkat Pengangguran Terbuka (2004-2013)

Pers

enta

se

Trend ini menunjukkan penurunan yang cukup signifikan

dan cukup baik namun tetap belum mencapai target yang

tertera pada RPJMN hingga 2010.

Tabel 1.2. Ringkasan RPJMN tahun 2004 - 2013

2004 - 2009 2010 - 2013No.

Sasaran Hasil Tercapai/Belum

Sasaran Hasil Tercapai/ Belum

1. Pertumbuhan

ekonomisebesar

7,6% padatahun2009.

Pertumbuhan

ekonomitercatatmeningkatcukup

signifikan dari 5%

padatahun2004

menjadi6,3% padaakhirtahun2007.

Belumtercapaikarena

pertumbuhan

ekonomiper tahunselama

2005-2008sebesar5,9% danpadatahun2009

diproyeksikanhanya

mencapai4,5 –5,5%.

Pertumbuhan

ekonomisebesar6,7-7,4%

padatahun2013.

Pertumbuhan

ekonomitercatatmeningka

tmencpai6,49%padatahun2011.Namunterus

menurunhingga

menyentuh angka5,62%tahun2013.

Belumtercapaikarena

pertumbuhan

ekonomipertahunselama2010-2013tidakpernah

mencapaitargetkecuali2011

2. Mengurangi angkapengangguranterbukamenjadi5,1% padatahun

Jumlahpengangguranterbukamenurunsecarasignifikan, yaitu

Belumtercapaikarenameskimenurun,pengangguran masih9,1% pada

Pengangguranterbukaberkurangmenjadi5-6%

Jumlahpengangguranterbukamenurunsecarasignifikan,

Belumtercapaikarenameskimenurun,pengangguranmasih

Ringkasan RPJMN tahun 2004-2013

2009. dari11,2%padatahun2005menjadi9,1% padatahun2007.Selainitu,jumlahlapanganpekerjaanmeningkatsebesar 6juta.

tahun2007,masihjauh daritarget5,1% ditahun2009.

yaitu7,14%tahun2010mencapai6,14%tahun2012

sebesar6,25%padatahun2013

3. Menurunkan angkakemiskinan menjadi8,2% padatahun2009

Angkakemiskinanmeningkatmenjadi17,8tahun2006 dan16,6%padatahun2007 darisebesar16% padatahun2005

Belumtercapaikarenakemiskinan masih15,4%padatahun2008,masihjauh daritarget8,2%tahun2009

Menurunkan angkakemiskinan menjadi9,5%-10,5%padatahun2013

Angkakemiskinanmengalamipenurunan yangcukupsignifikan,13,33%tahun2010menjadi11,37%tahun2013

Belumtercapaikarenakemiskinan masihjauhdaritargetyaitusebesar9,5%10,5% padatahun2013

Dilihat dari keseluruhan data yang telah dibahas ,dapat

disimpulkan dari RPJMN 2004 dan 2010 yang mencakup pro-

Sumber : Kuncoro (2009), Perpres No.5 tahun 2010

poor, pro-job, pro-growth mayoritas belum tercapai secara

maksimal.

Menuju Indonesia Lebih Baik (bingung meh dikei subtitle opo)

Selain factor-faktor yang berhubungan dengan triple

track strategy, masih ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan oleh pemerintah Indonesia, antara lain

1. Pembangunan Ekonomi yang kurang merata

Dapat dilihat pada grafik 1.1 bahwa pertumbuhan

ekonomi memang terus mengalami peningkatan dari tahun

2004-2009, namun tidak dapat dipungkiri bahwa

pertumbuhan yang terus meningkat itu tidak dibarengi

dengan pembangunan ekonomi yang merata. Pembangunan

banyak dilakukan di provinsi-provinsi utama di kawasn

barat Indonesia sedangkan kawasan timur hanya

mendapatkan serpihan-serpihan kecil dari pembangunan.

Hal tersebut merupakan salah saatu PR besar

pemerintah bagaimana agar tidak terjadi ketimpangan

antar daerah dan pembangunan ekonomi dapat dilakukan

secara merata di seluruh Indonesia.

Tabel 1.3. Koefisien Variasi Tingkat Kemiskinan Tiap Provinsi di Indonesia

Aceh

Sumatera BaratJambi

Bengkulu

Bangka Belitung

DKI Jakarta

Jawa Tengah

Jawa TimurBali

Nusa Tenggara Timur

Kalimantan Tengah

Kalimantan Timur

Sulawesi Tengah

Sulawesi Tenggara

Sulawesi Barat

Maluku UtaraPapua

0.000.150.300.45

Koefisien Variasi

CV

Provinsi

Pers

entase

Terlihat pada tabel 1.3 bahwa tingkat kemiskinan

terbesar ada di Papua (30,66%) dan terendah ada di DKI

Jakarta (3,70%). Hal ini menunjukkan bahwa terjadi

ketimpangan yang sangat signifikan antara provinsi di

kawasan barat dan provinsi-provinsi di kawasan timur

sehingga banyak terjadi kemiskinan di kawasan Indonesia

Timur.

Selain ketimpangan tingkat kemiskinan, juga terjadi

kesenjangan pendapatan antara penduduk miskin dan

penduduk kaya di Indonesia. Walaupun tingkat penduduk

miskin semakin berkurang seperti yang dapat dilihat pada

grafik 1.3, namun tidak berarti rasio gini akan semakin

kecil, seperti yang ada pada tabel 1.4 berikut.

Tabel 1.4. Indeks Gini Ratio (2004 -2013)Indeks Gini Ratio (2004-2012)

Society

GroupSBY – JK SBY - BOEDIONO

2005 2006

2007

2008 2009 2010 2011 2012

40%Lowest 18,8 19,

819,1

19,56

21,22

18,05

16,85

16,88

40%Middle 36,4 38,

136,1

35,67

37.54

36,48

34,37

34,18

20%Highest 44,8 42,

244,8

44,77

41,24

45,47

48,42

48,94

GiniRatio 0,36 0,3

30,37

0,36 0,37 0,38 0,41 0,41

Tabel 1.5. Peranan Wilayah dalam Pembentukan GDP

Wilayah 2004

2005

2006

2007

2008

2009 2010 2011

*)2012**)

Sumatera 22,41

22,12

22,27

22,73

22,90

22,69 23,12 23,5

7 23,77

Jawa &Bali

60,63

60,11

60,68

60,23

59,21

59,88 59,33 58,8

1 58,87

Kalimantan

9,49

10,00

9,51

9,38

10,36

9,21 9,15 9,55 9,30

Sulawesi 4,16

4,07

4,04

4,09

4,19

4,46 4,52 4,61 4,74

NusaTenggara, Maluku& Papua

3,30

3,71

3,50

3,58

3,34

3,76 3,88 3,46 3,32

*) Angka sementara**) Angka sangat sementaraSumber : BPS (2013)

Penyumbang GDP terbesar dari tahun 2004-2013 masih

di dominasi oleh pulau-pulau di kwasan barat Indonesia

seperti Jawa, Sumatra, yng mencapai kisaran 20%.

Sedangkan minritas sumbangan berasal dari Maluku dan

Papua yang hanya sebesar 3%.

2. Perbaikan kualitas Sumber Daya Manusia

Sumber : BI (2011), BPS (2012), Kuncoro (2009)

Peranan Wilayah dalam Pembentuan GDP

Tabel 1.5. Human Development Index Negara-negara Asia

Timur dan Pasifik 2013

Dilihat dari tingkat pengembangan sumber daya

manusia Indonesia masih berada pada level menengha

dengan estimasi HDI sebesar 0,629. Jika dibandingkan

dengan beberapa negara ASEAN seperti singapura dan

Malaysia, Indonesia masih jauh tertinggal karena

Singapura sendiri berada pada level sangat tinggi dengan

Human Development Index Negara-NegaraAsia Timur dan Pasifik Tahun 2013

Sumber : Wikipedia

estimasi HDI 0,895. Sedangkan Malaysia berada pada

level tinggi dengan estimasi HDI 0,769.

3. Stabilitas dan dukungan fundamental yang kuat

Nilai Indeks Persepsi Korupsi (IPK) sebuah negara

merupakan indeks gabungan, sebuah hasil polling,

kumpulan pendapat ahli terkait korupsi dan survei bisnis

yang dilakukan oleh sejumlah lembaga independen dan

terkemuka.

IPK memfokuskan diri pada korupsi di sektor publik

dan mendefinisikan korupsi sebagai penyalahgunaan

wewenang pada kantor2 publik untuk keuntungan pribadi.

Contoh : penyuapan pejabat publik, kecurangan

proses pengadaan barang dan jasa, penggelapan dana

publik, dll

Indonesia merupakan salah satu negara yang ikut

dalah peringkat menuruk IPK ini, tabel 1.8 akan

menjabarkan peringkat Indonesia selama beberapa tahun

dari beberapa negara.

Tabel 1.6. Corruption perception Index Indonesia

(2004-2013)Corruption Perception Index Indonesia (2004-2013)

Di tahun 2013 ini Indonesia dapat dikatakan bukan lagi

sepuluh negara terkorup di Dunia. Indonesia seperti

yang terlihat pada tabel 1.8 menduduki peringkat 114

dari 177 negara dengan indeks persepsi korupsi sebesar

32 dari range 1-100.

*range 1-10** range 1-100 (mulai 2012)Sumber : transparency

Tahun CPI Peringkat (JumlahNegara)

2004 2 * 133 (145) 2005 2,2 137 (159) 2006 2,4 2007 2,3 143 (180) 2008 2,6 126 (180) 2009 2,8 - 2010 2,8 110 (178) 2011 3 100 (182) 2012 32 ** 118 (176) 2013 32 114 (177)

Tabel 1.7. Corruption Perception Index Negara-negara

Asia (2013)

Apabila ditilik kembali, kenaikan peringkat ini dapat

dikatakan akibat dari adanya lembaga baru yaitu Komisi

Pemberantasan Korupsi. Dengan adanya lembaga semacam

itu, dapat muncul rasa takut da tidak mau untuk

Corruption Perception Index Negara-negaraAsia (2013)

Peringkat Negara CPI5 Singapura 8,615 Hongkong 7,536 Taiwan 6,146 Korea Selatan 5,580 China 494 Filipina 3,6114 Indonesia 3,2116 Vietnam 3,1119 Timor Leste 3157 Myanmar 2,1

Total Negara 177Sumber : transparency international

melakukan korupsi sehingga CPI Indonesia terus

meningkat.

Penutup

Lima belas tahun era reformasi ternyata belum banyak

membawa perubahan di negeri ini, terutama dari segi ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat dikatakan tidak

berkualitas, aspasial, bias ke kawasan Indonesia barat, dan

hanya menguntungkan kelompok kaya. Oleh karena itu, dengan

memperhatikan perkembangan kinerja ekonomi selama lima belas

tahun terakhir, mungkin reformasi perlu segera dikaji ulang.