proposal riki
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ginjal merupakan organ vital yang berperan sangat penting dalam
mempertahankan kestabilan lingkungan dalam tubuh. Ginjal mengatur
keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit dan asam basa dengan cara
menyaring darah yang melalui ginjal, reabsorbsi selektif air, elektrolit dan
non-elektrolit, serta mengekskresi kelebihannya sebagai kemih (Syaifuddin,
2007).
Ginjal mempunyai peran dan fungsi untuk mengatur keseimbangan
cairan dalam tubuh, mengatur konsentrasi garam dalam darah,
keseimbangan asam basa dalam darah dan eksresi bahan buangan seperti
urea dan sampah nitrogen lain didalam darah. Bila ginjal tidak mampu
bekerja sebagaimana mestinya maka akan timbul masalah kesehatan yang
berkaitan dengan penyakit gagal ginjal kronik.(Chayaningsih, 2009).
Gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan
penurunan fungsi ginjal yang ireversibel, pada suatu derajat yang
memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau
tranpalantasi ginjal. (Sudoyo, 2006)
2
Gagal ginjal merupakan penyakit sistemik dan merupakan jalur akhir
yang umum dari berbagai penyakit traktus urinarius dan ginjal. Gagal ginjal
terjadi ketika ginjal tidak mampu mengangkut sampah metabolic tubuh atau
melakukan fungsi regulernya. Suatu bahan yang biasanya dieliminasi di
urin menumpuk dalam cairan tubuh akibat gangguan eksresi renal dan
menyebabkan gangguan fungsi endokrin dan metabolic, cairan, elektrolit,
serta asam-basa (Smeltzer & Bare, 2002).
Gagal ginjal kronik adalah kegagalan fungsi ginjal untuk
mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit
akibat destruksi struktur ginjal yang progresif dengan manifestasi
penumpukan sisa metabolit (toksik uremik) di dalam darah (Arif Muttaqin,
2011).
Kerusakan ginjal secara permanen dimana fungsi ginjal tidak
kembali normal, cenderung berlanjut menjadi gagal ginjal terminal yang
diawali dari terjadinya gagal ginjal kronik (Cancer Institute,2009)
Penyakit Ginjal Kronik telah menjadi masalah kesehatan serius
didunia.Menurut (WHO, 2002), penyakit ginjal telah menyebabkan
kematian sebesar 850.000 orang setiap tahunnya.Hal ini menunjukkan
bahwa penyakit gagal ginjal kronik menduduki peringkat ke-12 tertinggi
angka kematian (Brunner&Suddarth, 2002).
3
Masalah lain yang muncul pada gagal ginjal kronik, salah satu
dampak yang timbul yaitu ginjal tidak mampu untuk mengkonsentrasikan
atau mengencerkan urine secara normal, respon ginjal yang sesuai terhadap
perubahan masukan cairan dan elektrolit sehari-hari tidak terjadi. Peran
perawat dengan masalah ini adalah mengukur intake dan output pasien
untuk menghindari resiko terjadinya edema, gagal jantung kongestif, dan
hipertensi ( Brunner& Suddarth, 2002).
Berdasarkan survey yang dilakukan Di negara maju, Menurut United
State Renal Data System (USRDS, 2008) di Amerika Serikat prevalensi
penyakit gagal ginjal kronis meningkat sebesar 20 – 25% setiap tahunnya.
Penyakit ginjal kronik merupakan penyakit yang saat ini jumlahnya
sangat meningkat,dari survey yang di lakukan oleh perhimpunan nefrologi
indonesia (PNEFRI) pada tahun 2009, prevalensi gagal ginjal kronik di
indonesia sekitar 12,5% yang berarti terdapat 18 juta orang dewasa di
indonesia menderita penyakit gagal ginjal kronik (siallagan,2012).
Gagal ginjal kronik merupakan masalah medik, sosial dan ekonomik
yang sangat besar bagi pasien dan keluarganya, khususnya di negara-
negara yang sedang berkembang yang memiliki sumber-sumber terbatas
untuk membiayai pasien dengan gagal ginjal terminal. (Kaltsouda, 2011)
Resiko pendapatan ekonomi yang rendah berpengaruh terhadap
kemampuan penderita dalam memenuhi tingkat kesehatannya.Status
pendidikan yang rendah mempengaruhi persepsi pasien dalam
4
menanggulangi keadaan sakit sistem perkemihan. Peran perawat sangat
diperlukan untuk memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit yang
diderita pasien dan menjelaskan prosedur asuhan keperawatan yang
diberikan pada pasien dengan gagal ginjal kronik(Muttaqin, 2011).
Masalah kesehatan sistem perkemihan yang bersifat kronis seperti
gagal ginjal terminal akan memberikan respon maladaptif terhadap konsep
diri pasien sehingga tingkat stress emosional dan mekanisme koping yang
digunakan berbeda-beda. Adanya perubahan fungsi struktur tubuh dan
adanya dialisis akan menyebabkan penderita mengalami gangguan pada
gambaran diri. Lamanya perawatan, biaya perawatan dan pengobatan
menyebabkan klien mengalami kecemasan, gangguan konsep diri dan
gangguan peran pada keluarga.Peran perawat sangat penting diperlukan
untuk menurunkan tingkat kecemasan pasien (Muttaqin, 2011).
Bila seseorang mengalami penyakit ginjal kronik sampai pada
stadium 5 atau telah mengalami penyakit ginjal kronik (gagal ginjal)
dimana laju filtrasi glomerulus (15 ml/menit) ginjal tidak mampu lagi
menjalankan seluruh fungsinya dengan baik maka dibutuhkan, Terapi
untuk menggantikan fungsi ginjal. Hingga saat ini dialisis dan transplantasi
ginjal adalah tindakan yang efektif sebagai terapi untuk gagal ginjal
terminal (Nikon D. Cahyaningsih, 2009).
Berdasarkan data yang didapat penulis dari rekam medik RSUP DR.
M. Djamil Padang pada tahun 2011 jumlah penderita dengan gagal ginjal
5
kronik terdapat 80 orang penderita dirawat dibangsal penyakit dalam. Pada
tahun 2012 jumlah penderita gagal ginjal kronik sebanyak 132 orang
penderita dirawat dibangsal penyakit dalam. Pada tahun 2013 jumlah
penderita gagal ginjal kronik sebanyak 60 orang yang dirawat dibangsal
penyakit dalam (Rekam Medis RSUP Dr.M.Djamil Padang).
Banyaknya kejadian gagal ginjal kronik di masyarakat perlu
mendapatkan perhatian serius yang terjadi pada klien dengan gagal ginjal
kronik. Maka peran perawat adalah menerapkan asuhan keperawatan yang
komprehensif yaitu Promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Peran
perawat sebagai promotif yaitu dengan cara memberikan pengetahuan
tentang penyakit Gagal Ginjal Kronik. Peran perawat sebagai preventif yaitu
menganjurkan kepada pasien supaya banyak mengkonsumsi air putih dan
menerapkan gaya hidup yang sehat salah satunya dengan menjaga berat
badan dengan berolahraga secara teratur. Peran perawat sebagai kuratif
bertujuan untuk memberikan pengobatan dengan asuhan keperawatan tetapi
biasanya dalam memberikan pengobatan perawat berkolaborasi dengan tim
medis lainnya. Peran perawat sebagai rehabilitatif merupakan upaya
pemulihan kesehatan bagi penderita-penderita yang dirawat dirumah sakit.
Usaha yang dilakukan yaitu dengan cara latihan fisik tertentu bagi penderita
gagal ginjal kronik.
Berdasarkan kondisi diatas dan data-data diatas juga menunjukkan
angka kejadian penderita gagal ginjal kronik di RSUP DR. M. Djamil
6
Padang sangat tinggi di bangsal penyakit dalam, maka penulis tertarik
untuk mengangkat kasus Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gagal Ginjal Kronik di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSUP
DR. M. Djamil Padang Tahun 2015.
B. Penetapan Masalah
Bagaimana menerapkan pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada
Klien dengan Gagal Ginjal Kronik di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam
RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2015.
C. Tujuan Studi Kasus
1. Tujuan Umum
Untuk menerapkan Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gagal
Ginjal Kronik di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSUP Dr. M.
Djamil Padang.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan pada klien
dengan Gagal Ginjal Kronik di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam
RSUP Dr. M. Djamil Padang.
b. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada klien dengan Gagal
Ginjal Kronik di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSUP Dr. M.
Djamil Padang.
7
c. Mampu menerapkan rencana asuhan keperawatan pada klien dengan
Gagal Ginjal Kronik di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSUP
Dr. M. Djamil Padang.
d. Mampu melaksanakan rencana keperawatan pada klien dengan
Gagal Ginjal Kronik di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSUP
Dr. M. Djamil Padang.
e. Mampu melakukan evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang
dilaksanakan rencana keperawatan pada klien dengan Gagal Ginjal
Kronik di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil
Padang.
f. Mampu melakukan dokumentasi keperawatan terhadap asuhan
keperawatan yang sudah dievaluasi pada klien dengan Gagal Ginjal
Kronik di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil
Padang.
D. Manfaat Studi Kasus
1. Bagi penulis
Untuk menambah wawasan dan pemahaman penulis dalam menerapkan
asuhan keperawatan pada klien, khususnya pada klien dengan gagal
ginjal kronik.
2. Bagi Pasien
8
Dengan adanya studi kasus tentang asuhan keperawatan pada klien
dengan gagal ginjal kronik ini, diharapkan pasien mendapatkan asuhan
keperawatan yang baik dari tenaga perawat.
3. Bagi Rumah Sakit
Hasil studi kasus ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan yang
bermanfaat bagi para perawat yang berada di RSUP DR.M.Djamil
Padang, agar dapat menerapkan dan memberikan asuhan keperawatan
pada klien dengan gagal ginjal kronik.
4. Bagi Institusi
Hasil studi kasus ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan atau
referensi akademi untuk pengembangan pembelajaran studi kasus
selanjutnya.
9
BAB IITINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar
1. Pengertian Gagal Ginjal Kronik
Gagal ginjal kronik adalah kegagalan fungsi ginjal untuk
mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit
akibat destruksi struktur ginjal yang progresif dengan manifestasi
penumpukan sisa metabolit (toksik uremik) di dalam darah (Arif
Muttaqin, 2011).
Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah gangguan
fungsi ginjal yang menahun bersifat progresif dan irreversibel. Dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit yang menyebabkan uremia (retensi
urea dan sampah nitrogen lain dalam darah (Smeltzer dan Bare, 2002).
Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang prgresif
dan irrefersibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit
sehingga terjadi uremia (Smeltzer dan Bare, 2002).
9
10
2. Anatomi dan Fisiologi Ginjal
a. Anatomi Ginjal
Gambar 1 Struktur Ginjal
Sistem urinaria adalah suatu system tempat terjadinya proses penyaringan
darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh
dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak
dipergunakan tubuh oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urine
(air kemih) (Syaifuddin, 2006).
Ginjal adalah suatu kelenjaryang terletak di bagian belakang kavum
abdominalis di belakang peritoneum pada kedua sisi vertebra lumbalis III,
11
melekat langsung pada dinding belakang abdomen. bentuk ginjal seperti biji
kacang, jumlahnya ada dua buah kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari
ginjal kanan.
1) Nefron
Unit fungsional ginjal adalah nefron. Pada manusia setiap ginjal
mengandung 1-1,5 juta nefron yang pada dasarnya mempunyai
struktur dan fungsi yang sama. Dapat dibedakan dua jenis nefron:
a) Nefron kortikalis yaitu nefron yang glomerulinya terletak pada
bagian luar dari korteks dengan lingkungan henle yang pendek
dan tetap berada pada korteks atau mengadakan penetrasi
hanya sampai ke zona luar dari medula.
b) Nefron juxtamedullaris yaitu nefron yang glomerulinya terletak
pada bagian dalam dari korteks dekat dengan cortex-medulla
dengan lengkung henle yang panjang dan turun jauh ke dalam
zona dalam dari medula, sebelum berbalik dan kembali ke
cortex (Syaifuddin, 2006).
Bagian-bagian nefron:
a) Glomerolus
Suatu jaringan kapiler berbentuk bola yang berasal dari arteriol
afferent yang kemudian bersatu menuju arteriol efferent,
Berfungsi sebagai tempat filtrasi sebagian air dan zat yang
terlarut dari darah yang melewatinya.
12
b) Kapsula Bowman
Bagian dari tubulus yang melingkupi glomerolus untuk
mengumpulkan cairan yang difiltrasi oleh kapiler glomerolus.
c) Tubulus
d) Duktus pengumpul (duktus kolektifus)
Satu duktus pengumpul mungkin menerima cairan dari delapan
nefron yang berlainan. Setiap duktus pengumpul terbenam ke
dalam medula untuk mengosongkan cairan isinya (urin) ke
dalam pelvis ginjal.
b. Fisiologi Ginjal
Menurut Sylvia A Price, ginjal terdiri dari dua fungsi utama, yaitu:
1. Fungsi Eksresi
a. Mempertahankan osmolalitas plasma dengan mengubah-
ubah eksresiair.
b. Mempertahankan volume dan tekanan darah dengan
mengubah-ubah eksresi Na+
c. Mempertahankan konsentrasi plasma masing-masing
elektrolitindividu dalam rentang normal.
13
d. Mempertahankan PH plasma sekitar 7,4 dengan
mengeluarkankelebihan H+ dan membentuk kembal HCO2.
1. Fungsi Noneksresi
Mensintesis dan mengaktifkan hormone :
a. Renin : Penting dalam pengaturan tekanan darah
b. Eritropetin :Merangsang produksi sel-sel darah merah
oleh sumsum tulang belakang.
c. Prostaglandin : Sebagian besar adalah vasodilatasi
bekerja secara local.
3. Etiologi
Pada dasarnya, penyebab gagal ginjal kronik adalah penurunan laju
filtrasi glomerulus atau yang disebut juga penurunan glomerulus
filtration rate (GFR).
Penyebab gagal ginjal kronik menurut Andra & Yessie, 2013 :
a. Gangguan pembuluh darah : berbagai jenis lesi vaskuler dapat
menyebabkan iskemik ginjal dan kematian jaringan ginjal. Lesi yang
paling sering adalah aterosklerosis pada arteri renalis yang besar,
dengan konstriksi skleratik progresif pada pembuluh darah.
Hiperplasia fibromuskular pada satu atau lebih arteri besar yang juga
menimbulkan sumbtan pembuluh darah. Nefrosklerosis yaitu suatu
14
kondisi yang disebabkan oleh hipertensi lama yang tidak di obati,
dikarakteristikkan oleh penebalan, hilangnya elastisitas system,
perubahan darah ginjal mengakibatkan penurunan aliran darah dan
akhirnya gagal ginjal.
b. Gangguan imunologis : Seperti glomerulonefritis
c. Infeksi : Dapat disebabkan oleh beberapa jenis bakteri terutama
E.Coli yang berasal dari kontaminasi tinja pada traktus urinarius
bakteri. Bakteri ini mencapai ginjal melalui aliran darah atau yang
lebih sering secara ascenden dari traktus urinarius bagi. Bawah lewat
ureter ke ginjal sehingga dapat menimbulkan kerusakan irreversibel
ginjal yang disebut pielonefritis.
d. Gangguan metabolik : Seperti DM yang menyebabkan mobilisasi
lemak meningkat sehingga terjadi penebalan membrane kapiler dan
di ginjal dan berlanjut dengan disfungsi endotel sehingga terjadi
nefropati amiloidosis yang disebabkan oleh endapan zat-zat
proteinemia abnormal pada dinding pembuluh darah secara serius
merusak membrane glomerulus.
e. Gangguan tubulus primer : terjadinya nefrotoksis akibat analgesic
atau logam berat.
f. Obstruksi traktus urinarius: oleh batu ginjal, hipertrofi prostat, dan
konstriksi uretra.
15
g. Kelainan kongenital dan herediter : penyakit polikistik = kondisi
keturunan yang dikarakteristik oleh terjadinya kista/kantong berisi
cairan di dalam ginjal dan organ lain, serta tidak adanya jar.ginjal
yang bersifat kongenital ( hipoplasia renalis) serta adanya asidosis.
4. Patofisiologi
Gagal ginjal kronik disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti
gangguan metabolic (DM), Infeksi (Pielonefritis), Obstruksi Traktus
Urinarius, Gangguan Imunologis, Hipertensi, Gangguan tubulus primer
(nefrotoksin) dan Gangguan kongenital yang menyebabkan GFR
menurun.
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk
glomerulus dan tubulus ) diduga utuh sedangkan yang lain rusak
( hipotesa nefron utuh ). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan
memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi
walaupun dalam keadaan penurunan GFR/daya saring.Metode adaptif
ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron –nefron
rusak.Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar dari pada
yang bisa direabsorpsi berakibat dieresis osmotic disertai poliuri dan
haus.Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak
oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya
gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala
khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80%-90%.
16
Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance
turun sampai 15ml/menit atau lebih rendah itu. (Barbara C Long)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein ( yang
normalnya dieksresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi
uremia dan mempengaruhi setiap system tubuh. Semakin banyak
timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat. ( Brunner&
Suddarth, 2002).
17
6. Klasifikasi
Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi tuga
stadium yaitu:
a. Stadium 1 ( penurunan cadangan ginjal)
Ditandai dengan kreatinin serum dan kadar Blood Ureum Nitrogen
(BUN) normal dan penderita asimtomatik
b. Stadium 2 ( insufisiensi ginjal)
Lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak (Glomerulo
filtration Rate besarnya 25% dari normal). Pada tahap ini Blood
Ureum Nitrogen mulai meningkat melebihi kadar normal, azotemia
ringan, timbul nokturia dan poliuri.
c. Stadium 3 ( Gagal ginjal stadium akhir / Uremia)
Timbul apabila 90% massa nefron telah hancur, nilai glomerulo
filtration rate 10% dari normal, kretainin serum dan kadar blood
ureum nitrogen meningkat sangat mencolok dan timbul oliguri.
(Price,) (Clevo & Margareth, 2012)
7. Tanda dan Gejala
Menurut Suyono (200l) Tanda dan gejala Gagal ginjal kronik adalah :
a. Gangguan pada sistem gastrointestinal.
1) Anoreksia, mual, dan muntah yang berhubungan dengan
gangguan metabolisme protein dalam usus dan terbentuknya zat-
zat toksik.
18
2) Fetor uremik : disebabkan ureum yang berlebihan pada air liur
yang diubah menjadi amonia oleh bakteri sehingga nafas berbau
ammonia.
b. Gangguan sistem Hematologi dan kulit.
1) Anemia, karena berkurangnya produksi eritropoetin.
2) Kulit pucat karena anemia dan kekuningan karena penimbunan
urokrom.
3) Gatal-gatal akibat toksin uremik.
4) Trombositopenia (penurunan kadar trombosit dalam darah).
5) Gangguan fungsi kulit (Fagositosis dan kemotaksis berkurang).
c. Sistem Syaraf dan otak.
1) Miopati, kelelahan dan hipertropi otot.
2) Ensepalopati metabolik : Lemah, Tidak bisa tidur, gangguan
konsentrasi.
d. Sistem Kardiovaskuler
1) Hipertensi
2) Nyeri dada, sesak nafas
3) Gangguan irama jantung akibat sklerosis dini
4) Edema
e. Sistem endokrin
1) Gangguan seksual : libido, fertilitas dan penurunan seksual pada
laki-laki, pada wanita muncul gangguan menstruasi.
19
2) Gangguan metabolisme glukosa, retensi insulin dan gangguan
sekresi insulin.
f. Gangguan pada sistem lain.
1) Tulang : osteodistrofi renal.
2) Asidosis metabolik akibat penimbunan asam organik.
8. Komplikasi
Menurut Smeltzer (2000), komplikasi potensial gagal ginjal kronik
yang memerlukan pendekatan kolaboratif dalam perawatan, mencakup :
a. Hiperkalemia
Akibat penurunan eksresi,asidosis metabolic, katabolisme dan
masukan diet berlebih
b. Pericarditis
Efusi pericardial, dan tamponade jantung akibat retensi produk
sampah uremik dan dialysis yang tidak adekuat
c. Hipertensi
Akibat retensi cairan dan natrium serta mal fungsi system rennin,
angiotensin, aldosteron
d. Anemia
Akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah
merah, peradangan gastro intestinal
e. Penyakit tulang serta klasifikasi metastatic akibat retensi fosfat
20
9. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan adalah menjaga keseimbangan cairan
elektrolit dan mencegah komplikasi, yaitu sebagai berikut :
a. Dialisis
Dialysis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal
yang serius, seperti hiperkalemia, pericarditis, dan kejang.Dialysis
memperbaiki abnormalitas biokimia, menyebabkan cairan, protein,
dan natrium dapat dikonsumsi secara bebas, menghilangkan
kecendrungan peradrahan, dan membantu penyembuhan luka.
b. Koreksi hiperkalemi
Mengendalikan kalium darah sangat penting karena hiperkalemi
dapat menimbulkan kematian mendadak. Hal yang pertama harus
diingat adalah jangan menimbulkan hiperkalemia.Selain dengan
pemeriksaan darah, hiperkalemia juga dapat didiagnosis dengan
EEG dan EKG. Bila terjadi hiperkalemia, maka pengobatannya
adalah dengan mengurangi intake kalium, pemberian Na Bikarbonat,
dan pemberian infuse glukosa.
21
c. Koreksi Anemia
Usaha pertama harus ditujukan untuk mengatasi factor defisiensi,
kemudian mencari apakah ada perdarahan yang mungkin dapat
diatasi. Pengendalian gagal ginjal pada keseluruhan akan dapat
meninggikan Hb. Transfuse darah hanya dapat diberikan bila ada
indikasi yang kuat, misalnya ada infusiensi koroner.
d. Koreksi Asidosis
Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus
dihindari.Natrium bikarbonat dapat diberikan peroral atau
parentera.Pada permulaan 100 mEq natrium bikarbonat diberi
intravena perlahan-lahan, jika diperlukan dapat diulang.Hemodialisi
dan dialysis peritoneal dapat juga mengatasi asidosis.
e. Pengendalian Hipertensi
Pemberian obat beta bloker, alpa metildopa dan vasodilatator
dilakukan. Mengurangi intake garam dalam mengendalikan
hipertensi harus hati-hati karena tidak semua gagal ginjal disertai
retensi natrium.
f. Transplantasi Ginjal
Dengan pencakokkan ginjal yang sehat ke pasien gagal ginjal kronik,
maka seluruh faal ginjal diganti oleh ginjal yang baru.
(Arif Muttaqin, 2011).
22
10. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Diagnostik Spesifik :
Ureum dan kreatinin : meninggi, biasanya perbandingan
antara ureum dan kreatinin kurang lebih 20:1. Ingat
perbandingan bisa meninggi oleh karena perdarahan saluran cerna,
demam, luka bakar luas, pengobatan steroid,danobstruksi saluran
kemih. Perbandigan ini berkurang : ureum lebih kecil dari
kreatinin, pada diet rendah protein, dan tes Klirens Kreatinin yang
menurun
Laboratorium :
a. Laju endap darah : meninggi yang diperberat oleh adanya
anemia dan hipoalbuminemia.Anemianormositer
normokrom, dan jumlah retikulosit yang rendah.
b. Hiponatremi : umumnya karena kelebihan cairan.
c. Hiperkalemia : biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut
bersama dengan menurunnya diuresis.
d. Hipoklasemiadan hiperfosfatemia : terjadi karena
berkurangnya sintesis vitamin D.3 pada pasien Gagal Ginjal
Kronik.
e. Phospate alkaline meninggi akibat gangguan metabolisme
tulang, terutama isoenzim fosfatase lindin tulang.
23
f. Hipoalbuminemiadan hipokolesterolemia, umumnya
disebabkan gangguan metabolisme dan diet rendah protein.
g. Peninggian gula darah, akibat gangguan metabolisme
karbohidrat pada gagal ginjal ( resistensi terhadap pengaruh
insulin pada jaringan perifer).
h. Hipertrigleserida, akibat gangguan metabolisme lema,
disebabkan peninggian hormone insulin dan menurunnya
lipoprotein lipase.
i. Asidosis metabolic dengan kompensasi respirasi
menunjukkan Ph yang menurun, HCO3 yang menurun, PCO2
yang menurun, semua disebabkan retensi asam –asam
organic pada gagal ginjal.
Pemeriksaan Diagnostik Lain :
a. Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal
(adanya batu atau adanya suatu obstruksi). Dehidrasi akan
memperburuk keadaan ginjal, oleh sebab itu penderita
diharapkan tidak puasa.
b. Intra Vena Pielografi ( IVP) untuk menilai system
pelviokalises dan ureter. Pemeriksaan ini mempunyai resiko
penurunan faal ginjal pada keadaan tertentu, misalnya usia
lanjut, diabetes mellitus, dan nefropati asam urat.
24
c. Ultrasonografi (USG) untuk menilai besar dan bentuk ginjal,
tebal parenkim ginjal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi
system pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih dan
prostat.
d. Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi
dari gangguan (vaskuler, parenkim, eksresi) serta sisa
fungsi ginjal.
e. Elektrokardiografi (EKG) untuk melihat kemungkinan :
hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda pericarditis, aritmia,
gangguan elektrolit (hiperkalemia) (Arif Muttaqin, 2011).