praktikum bioteknologi farmasi

32
PEMBUATAN MEDIA DAN STERILISASI LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI Oleh: Nadia Rahmah M. 122210101002 Ninda Titis A. 122210101010 Dhita Oktavia W. 122210101092 Syafira Nur Hayati 142210101001 Fitri Valentina S. 142210101003 Yuliana Ayu Puspita S. 142210101007 Siti Nurrosyidah 142210101011 Ain Rahmania 142210101013 Erika Dwi Rahmawati 142210101017 Laili Wafa N.K 142210101019 Erlinda Dwi Jayanti 142210101021 Leny Rizkiana 142210101023 BAGIAN BIOLOGI FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS JEMBER 2015

Upload: independent

Post on 29-Nov-2023

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PEMBUATAN MEDIA DAN STERILISASI

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI

Oleh:

Nadia Rahmah M. 122210101002

Ninda Titis A. 122210101010

Dhita Oktavia W. 122210101092

Syafira Nur Hayati 142210101001

Fitri Valentina S. 142210101003

Yuliana Ayu Puspita S. 142210101007

Siti Nurrosyidah 142210101011

Ain Rahmania 142210101013

Erika Dwi Rahmawati 142210101017

Laili Wafa N.K 142210101019

Erlinda Dwi Jayanti 142210101021

Leny Rizkiana 142210101023

BAGIAN BIOLOGI FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS JEMBER

2015

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

            Mahluk hidup yang ada di bumi tidak hanya terdiri dari makhluk hidup yang dapat dilihat

oleh mata telanjang, tetapi ada juga mikroorganisme yang berukuran kecil dan hanya dapat

dilihat dengan menggunakan teknik dan peralatan khusus. Mikroorganisme (jasad

renik) merupakan jasad hidup yang mempunyai ukuran sangat kecil

(Kusnadi,dkk,2003). Mikroorganisme mempengaruhi kehidupan manusia baik secara langsung

maupun tidak langsung yang bisa berperan sebagai kawan maupun lawan bagi kehidupan

manusia.

            Mikroorganisme dapat berkembang biak secara alami atau dengan campur

tangan manusia. Mikroorganisme yang dikembangkan oleh manusia diantaranya

melalui pertumbuhan menggunakan media. Pada pembuatan media ini, haruslah dimengerti jenis-

jenis nutrien yang diperlukan oleh bakteri dan juga keadaan lingkungan fisik

yang dapat menyediakan kondisi optimum bagi pertumbuhannya.

            Nutrien dan vitamin dalam media pertumbuhan berfungsi untuk membentuk substansi

yang mengaktivasi enzim pada media. Kebutuhan akan nutrien dan vitamin berbeda-beda pada

masing-masing mikroorganisme. Mikroorganisme memperlihatkan gejala yang berlainan

dalam pola pengambilan nutrisi, meskipun semua mikroorganisme membutuhkan vitamin dalam

proses metabolismenya, namun beberapa jenis mikroorganisme mampu mensintesis kebutuhan

vitaminnya sendiri dari senyawa-senyawa lain di dalam medium (Hadioetomo, 1986).

            Pembiakan mikroba secara buatan memerlukan media pertumbuhan untuk menjadi tempat

tumbuh dan penyedia nutrien bagi mikroba. Media pertumbuhan terdiri dari garam organik,

sumber energi (karbon), vitamin dan zat pengatur tumbuh (ZPT).  Pembuatan media ini dapat

pula ditambahkan komponen lain seperti senyawa organik dan senyawa kompleks lainnya

(Soeryowinoto, 1985).

            Media berfungsi untuk tempat tumbuhnya mikroba, isolasi, memperbanyak jumlah,

menguji sifat-sifat fisiologi dan perhitungan jumlah mikroba, dimana dalam proses

pembuatannya harus disterilisasi dan menerapkan metode aseptis untuk menghindari kontaminasi

pada media itu sendiri (Fuad, 2011).

            Media juga berperan sebagai wadah atau tempat zat hara yang digunakan oleh

mikroorganisme untuk pertumbuhan, sintesis sel, keperluan energi dalam metabolisme, dan

pergerakan. Umumnya, media pertumbuhan berisi air, sumber energi, zat hara sebagai sumber

karbon, nitrogen, sulfur, fosfat, oksigen, hidrogen, serta unsur-unsur lainnya.  Variasi dalam tipe

nutrisi, diimbangi oleh tersedianya berbagai macam media yang banyak macamnya untuk

kultivasinya, oleh sebab itu dalam laporan ini akan membahas lebih lanjut kebutuhan dasar

mikroorganisme, macam-macam media pertumbuhan, dan prosedur umum pembuatan media

pertumbuhan  guna menunjang kegiatan pembelajaran mikrobiologi.

Secara umum sterilisasi merupakan proses pemusnahan kehidupan khususnya mikrobia

dalam suatu wadah ataupun peralatan laboratorium. Sterilisasi dalam mikrobiologi adalah suatu

proses untuk mematikan semua mikroorgansime yang terdapat pada atau didalam suatu benda.

Ada tiga cara utama yang umum dipakai dalam sterilisasi yaitu penggunaan panas, penggunaan

bahan kimia, dan penyaringan (filtrasi). Apabila panas digunakan bersama-sama dengan uap air

maka disebut sterilisasi basah, bila tanpa kelembapan maka disebut sterilisasi kering. Medium

merupakan bahan yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme diatas atau didalamnya.

Sebelum menumbuhkan mikroorganisme, maka dilakukan percobaan untuk menambah

pengetahuan tentang cara pembuatan media dan mensterilisasi media.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang tertera di atas, maka permasalahan yang akan dibahas

dalam makalah ini, dirumuskan sebagai berikut:

a. Apa pengertian media pertumbuhan mikroorganisme?

b. Apa fungsi media pertumbuhan mikroorganisme?

c. Apa jenis-jenis media pertumbuhan mikroorganisme?

d. Apa persyaratan media pertumbuhan mikroorganisme?

e. Apa komponen penyusun media pertumbuhan mikroorganisme?

f. Apa pengertian sterilisasi?

g. Apa saja metode sterilisasi?

h. Apa saja cara yang dapat dilakukan untuk melakukan sterilisasi?

1.3 Tujuan

            Tujuan dari makalah ini antara lain :

a. Untuk mengetahui pengertian media pertumbuhan mikroorganisme

b. Untuk mengetahui fungsi media pertumbuhan mikroorganisme

c. Untuk mengetahui jenis-jenis media pertumbuhan mikroorganisme

d. Untuk mengetahui persyaratan media pertumbuhan mikroorganisme

e. Untuk mengetahui komponen penyusun media pertumbuhan mikroorganisme

f. Untuk mengetahui pengertian sterilisasi

g. Untuk mengetahui metode sterilisasi

h. Untuk mengetahui cara yang dapat dilakukan untuk melakukan sterilisasi

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Media Pertumbuhan Mikroorganisme

Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran

nutrisi (nutrient) yang digunakan oleh suatu mikroorganisme untuk tumbuh dan berkembangbiak

pada media tersebut. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi pada media berupa molekul-molekul

kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel-nya. Dengan media pertumbuhan juga bisa digunakan

untuk mengisolasi mikroorganisme, identifikasi dan membuat kultur murni. Komposisi media

pertumbuhan dapat dimanipulasi untuk tujuan isolasi dan identifikasi mikroorganisme tertentu

sesuai dengan tujuan masing-masing pembuatan suatu media. Media adalah suatu bahan yang

terdiri dari campuran zat-zat hara (nutrient) yang berguna untuk membiakkan mikroba. Dengan

mempergunakan bermacam-macam media dapat dilakukan isolasi, perbanyakan, pengujian sifat-

sifat fisiologis dan perhitungan jumlah mikroba (Sutedjo,1996).

2.2 Fungsi Media Pertumbuhan

Media berfungsi sebagai tempat tinggal, sumber makanan, dan penyedia nutrisi bagi

mikroorganisme yang akan dibiakan pada media, selain itu media juga berfungsi untuk

membiakkan, mengasingkan, mengirimkan dan meyimpan mikroorganisme dalam waktu yang

lama di laboratorium. Media juga dapat digunakan untuk mempelajari sifat-sifat

koloni/pertumbuhan mikroorganisme, serta sifat-sifat biokimiawinya. Di  dalam laboratorium

mikrobiologi kedokteran media juga dapat digunakan untuk pembuatan antigen, toksin dan untuk

pasasi kuman dengan tujuan perubahan virulensi dan lain-lain.

2.3 Jenis-jenis Media Perumbuhan

            Media untuk kultur bakteri dalam mikrobiologi ada banyak jenisnya dan dapat menjadi

tiga kelompok besar berdasarkan bentuk, komposisi atau susunannya, dan fungsinya:

a.        Berdasarkan Bentuknya

Bentuk media ada tiga macam yang dapat dibedakan dari ada atau tidaknya bahan

tambahan berupa bahan pemadat seperti agar-agar atau gelatin. Bentuk media tersebut yaitu:

1. Media padat merupakan media yang mengandung banyak agar atau zat pemadat kurang

lebih 15% agar sehingga media menjadi padat. Media ini dapat dibedakan menjadi tiga

jenis menurut bentuk dan wadahnya yaitu, media tegak, media miring, dan media

lempeng. Media tegak menggunakan tabung reaksi yang ditegakkan sebagai wadahnya,

media miring menggunakan tabung reaksi yang dimiringkan, sedangkan media lempeng

menggunakan petridish (plate) sebagai wadahnya. Media ini umumnya digunakan untuk

pertumbuhan koloni bakteri atau kapang.

2. Media semi padat atau semi cair merupakan media yang mengandung agar kurang dari

yang seharusnya kurang lebih 0,3% - 0,4% sehingga media menjadi kenyal, tidak padat

dan tidak begitu cair. Umumnya digunakan untuk pertumbuhan mikroba yang banyak

memerlukan air dan hidup anerobik dan untuk melihat pergerakan mikroba.

3. Media cair merupakan media yang tidak ditambahi bahan pemadat, umumnya digunakan

untuk pertumbuhan mikroalga.

b.       Berdasarkan Komposisi/susunannya

Berdasarkan komposisinya media di bagi atas :

1. Media alami/non sintetis merupakan media yang disusun dari bahan-bahan alami dimana

komposisinya yang tidak dapat diketahui secara pasti dan biasanya langsung diekstrak

dari bahan dasarnya seperti: kentang, tepung, daging, telur, ikan sayur, dsb. Contohnya:

Tomato juice agar.

2. Media semi sintesis merupakan media yang disusun dari bahan-bahan alami dan bahan-

bahan sintesis. Contohnya: Kaldu nutrisi disusun dari :Pepton  10,0 g, Ekstrak daging

10,0 g, NaCl 5,0 g, dan Aquadest 1000 ml.

3. Media sintesis, yaitu media yang disusun dari senyawa kimia yang jenis dan takarannya

diketahui secara pasti. Contohnya : Mac Conkey Agar.

c.        Berdasarkan fungsinya

Berdasarkan fungsinya, media dapat dibedakan menjadi enam yaitu:

1. Media Basal (media dasar) adalah media yang digunakan sebagai bahan dasar untuk

membuat media lain yang lebih kompleks. Media ini dapat mendukung pertumbuhan

hampir semua jenis mikrobia, contohnya adalah nutrient broth, kaldu pepton, dsb.

2. Media diferensial adalah media yang bila ditumbuhi oleh mikroba yang berbeda,

mikroba tersebut akan tumbuh dengan ciri khusus sehingga dapat dibedakan.

Contohnya: Media Triple Sugar Iron Agar (TSIA), Media Sulfit Indol Motility (SIM),

dsb.

3. Media selektif adalah media yang memungkinkan suatu jenis mikroba tumbuh dengan

pesat, sementara jenis mikroba yang lain terhambat. Contohnya: Media Salmonella

Shigella Agar (SSA), Thiosulphate Citrate Bile Salt (TCBS), dsb.

4. Media diperkaya (enrichment) adalah media yang dirancang untuk mendukung

pertumbuhan mikroorganisme. Media tersebut memiliki konstituen nutrisi yang

mendorong pertumbuhan mikroba tertentu. Contohnya: kaldu selenit, atau kaldu

tetrationat untuk memisahkan bakteri Salmonella thyposa dari tinja.

5. Media uji adalah media yang digunakan untuk identifikasi mikroba, umumnya

ditambah dengan substansi tertentu yang menjadi indikator, misalnya medium litmus

milk.

2.4 Persyaratan Media Pertumbuhan Mikroorganisme

1. Tingkat keasaman (pH)

Kebanyakan mikroba tumbuh baik pada pH sekitar netral dan pH 4,6 – 7,0

merupakan kondisi optimum untuk pertumbuhan bakteri, sedangkan kapang dan khamir

tumbuh pada pH yang lebih rendah.

2. Suhu

Suhu merupakan salah satu factor lingkungan yang berpengaruh terhadap

pertumbuhan mikroba. Setiap mikroba mempunyai kisaran suhu dan suhu optimum

tertentu untuk pertumbuhannya. Berdasarkan kisaran suhu pertumbuhan, mikroba

dibedakan atas tiga kelompok sebagai berikut:

1. Psikrofil, yaitu mikroba yang mempunyai kisaran suhu pertumbuhan pada suhu 0-20o

C.

2. Mesofil, yaitu mikroba yang mempunyai kisaran suhu pertumbuhan 20- 45o C.

3. Termofil, yaitu mikroba yang suhu pertumbuhannya diatas 45 o C.

Kebanyakan mikroba perusak pangan merupakan mikroba mesofil, yaitu tumbuh

baik pada suhu ruangan atau suhu kamar. Bakteri pathogen umumnya mempunyai suhu

optimum pertumbuhan sekitar 37o C, yang juga adalah suhu tubuh manusia. Oleh karena

itu suhu tubuh manusia merupakan suhu yang baik untuk pertumbuhan beberapa bakteri

pathogen. Mikroba perusak dan pathogen umumnya dapat tumbuh pada kisaran suhu 4–

66oC.

3. Nutrient

Mikroba sama dengan makhluk hidup lainnya, memerlukan suplai nutrisi sebagai

sumber energi dan pertumbuhan selnya. Unsur-unsur dasar tersebut adalah : karbon,

nitrogen, hidrogen, oksigen, sulfur, fosfor, zat besi dan sejumlah kecil logam lainnya.

Ketiadaan atau kekurangan sumber-sumber nutrisi ini dapat mempengaruhi pertumbuhan

mikroba hingga pada akhirnya dapat menyebabkan kematian.Kondisi tidak bersih dan

higinis pada lingkungan adalah kondisi yang menyediakan sumber nutrisi bagi

pertumbuhan mikroba sehingga mikroba dapat tumbuh berkembang di lingkungan seperti

ini. Oleh karena itu, prinsip daripada menciptakan lingkungan bersih dan higinis adalah

untuk mengeliminir dan meminimalisir sumber nutrisi bagi mikroba agar pertumbuhannya

terkendali.

4. Oksigen

Mikroba mempunyai kebutuhan oksigen yang berbeda-beda untuk

pertumbuhannya. Berdasarkan kebutuhannya akan oksigen, mikroba dibedakan atas 4

kelompok sebagai berikut:

1. Aerob, yaitu mikroba yang membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya.

2. Anaerob, yaitu mikroba yang tumbuh tanpa membutuhkan oksigen.

3. Anaerob fakultatif, yaitu mikroba yang dapat tumbuh dengan atau tanpa

adanya oksigen.

4. Mikroaerofil, yaitu mikroba yang membutuhkan oksigen pada konsentrasi

yang lebih rendah daripada konsentrasi oksigen yang normal di udara.

Mikroba perusak pangan sebagian besar tergolong aerob, yaitu membutuhkan

oksigen untuk pertumbuhannya, kecuali bakteri yang dapat tumbuh pada

saluran pencernaan manusia yang tergolong anaerob fakultatif.

5.  Tekanan osmosis

Suatu tekanan osmose akan sangat mempengaruhi bakteri jika tekanan osmose

lingkungan lebih besar (hipertonis) sel akan mengalami plasmolisis.  Sebaliknya tekanan

osmose lingkungan yang hipotonis akan menyebabkan sel membengkak dan juga dapat

mengakibatkan rusaknya sel.  Olah karena itu dalam mempertahankan hidupnya, sel

bakteri harus berada pada tingkat tekanan osmose yang sesuai, walaupun sel bakteri

memiliki daya adaptasi, perbedaan tekanan osmose dengan lingkugannya tidak boleh

terlalu besar.

 6. Sterilitas

Media harus dalam keadaan steril, artinya sebelum ditanami bakteri yang

dimaksud tidak ditumbuhi oleh mikroba lain.

2.5 Komponen Penyusun Media Pertumbuhan Mikroorganisme

1.     Bahan Dasar

a. Air (H2O) sebagai pelarut

b. Agar (dari rumput laut) yang berfungsi untuk pemadat media. Agar sulit

didegradasi oleh   mikroorganisme pada umumnya dan mencair pada suhu

45oC.

c. Gelatin juga memiliki fungsi yang sama seperti agar. Gelatin adalah polimer

asam amino yang diproduksi dari kolagen. Kekurangannnya adalah lebih

banyak jenis mikroba yang mampu menguraikannya dibanding agar.

d. Silica gel, yaitu bahan yang mengandung natrium silikat. Fungsinya juga

sebagai pemadat media. Silica gel khusus digunakan untuk memadatkan media

bagi mikroorganisme autotrof obligat.

2.     Nutrisi atau Zat Makanan

Media harus mengandung unsur-unsur yang diperlukan untuk metabolisme sel

yaitu berupa unsur makro seperti C, H, O, N, P; unsur mikro seperti Fe, Mg dan unsur

pelikan/trace element.

a. Sumber karbon dan energi yang dapat diperoleh berupa senyawa organik atau

anorganik esuai dengan sifat mikrobanya. Jasad heterotrof memerlukan sumber

karbon organik antara lain dari karbohidrat, lemak, protein dan asam organik.

b. Sumber nitrogen mencakup asam amino, protein atau senyawa bernitrogen lain.

Sejumlah mikroba dapat menggunakan sumber N anorganik seperti urea.

c. Vitamin-vitamin.

3.     Bahan Tambahan

Bahan-bahan tambahan yaitu bahan yang ditambahkan ke medium dengan tujuan

tertentu, misalnya phenol red (indikator asam basa) ditambahkan untuk indikator

perubahan pH akibat produksi asam organik hasil metabolisme.

Antibiotik ditambahkan untuk menghambat pertumbuhan mikroba

nontarget/kontaminan

4.     Bahan yang Sering Digunakan dalam Pembuatan Media

a. Agar

Agar dapat diperoleh dalam bentuk batangan, granula atau bubuk dan terbuat dari

beberapa jenis rumput laut. Kegunaannya adalah sebagai pemadat (gelling) yang pertama

kali digunakan oleh Fraw & Walther Hesse untuk membuat media. Jika dicampur dengan

air dingin, agar tidak akan larut. Untuk melarutkannya harus diasuk dan dipanasi,

pencairan dan pemadatan berkali-kali atau sterilisasi yang terlalu lama dapat menurunkan

kekuatan agar, terutama pada pH yang asam.

b. Peptone

Peptone adalah produk hidrolisis protein hewani atau nabati seperti otot, liver,

darah, susu, casein, lactalbumin, gelatin dan kedelai. Komposisinya tergantung pada

bahan asalnya dan bagaimana cara memperolehnya.

d. Meat extract.

Meat extract mengandung basa organik terbuat dari otak, limpa, plasenta dan

daging sapi.

c. Yeast extract

Yeast extract terbuat dari ragi pengembang roti atau pembuat alcohol. Yeast

extract mengandung asam amino yang lengkap & vitamin (B complex).

d. Karbohidrat.

Karbohidrat ditambahkan untuk memperkaya pembentukan asam amino dan gas

dari karbohidrat. Jenis karbohidrat yang umumnya digunkan dalam amilum, glukosa,

fruktosa, galaktosa, sukrosa, manitol, dll. Konsentrasi yang ditambahkan untuk

analisis fermentasi adalah 0,5-1%.

2.6 Pengertian sterilisasi

Sterilisasi merupakan proses membunuh semua mikroorganisme termasuk spora bakteri

pada benda yang telah didekontaminasi dengan tepat. Tujuan sterilisasi yaitu untuk

memusnahkan semua bentuk kehidupan mikroorganisme patogen termasuk spora, yang mungkin

telah ada pada peralatan kedokteran dan perawatan yang dipakai. Hal yang perlu

dipertimbangkan dalam memilih metode sterilisasi yaitu sifat bahan yang akan disterilkan

2.7 Metode sterilisasi

Metode sterilisasi ada 3, yaitu :

a.       Sterilisasi secara fisik

Sterilisasi secara fisik dipakai bila selama sterilisasi dengtan bahan kimia tidak

akan berubah akibat temperatur tinggi atau tekanan tinggi. Cara membunuh

mikroorganisme tersebut adalah dengan panas. Panas kering membunuh bakteri karena

oksidasi komponen-komponen sel. Daya bunuh panas kering tidak sebaik panas basah.

Pemanasan basah dapat memakai otoklaf, tyndalisasi dan pasteurisasi. Otoklaf adalah alat

serupa tangki minyak yang dapat diisi dengan uap air. Tyndalisasi merupakan metode

dengan mendidihkan medium dengan uap beberapa menit saja. Pasteurisasi adalah suatu

cara disinfeksi dengan pemanasan untuk mengurangi jumlah mikrooranisme tanpa

merusak fisik suatu bahan. Pemanasan kering dapat memakai oven dan pembakaran.

Selain itu dapat dilakukan penyinaran dengan sinar gelombang pendek (Waluyo, 2005).

b.      Sterilisasi secara kimia

Sterilisasi secara kimia dapat memakai antiseptik kimia. Pemilihan antiseptik

terutama tergantung pada kebutuhan daripada tujuan tertentu serta efek yang dikehendaki.

Perlu juga diperhatikan bahwa beberapa senyawa bersifat iritatif, dan kepekaan kulit

sangat bervariasi. Zat-zat kimia yang dapat dipakai untuk sterilisasi antara lain halogen

(senyawa klorin, yodium), alkohol, fenol, hidrogen peroksida, zat warna ungu kristal,

derivat akridin, rosalin, deterjen, logam-logam berat, aldehida, ETO, uap formaldehid

ataupun beta-propilakton (Volk, 1993).

c.       Sterilisasi secara mekanik.

Sterilisasi secara mekanik dapat dilakukan dengan penyaringan. Penyaringan

dengan mengalirkan gas atau cairan melalui suatu bahan penyaring

2.8 Cara untuk melakukan sterilisasi

Sterilisasi dapat dilakukan dengan cara:

1.      Sterilisasi dengan pemanasan kering

a.      Pemijaran/flambir

Cara ini dipakai langsung, sederhana, cepat dan dapat menjamin sterilisasinya,

namun penggunaannya terbatas pada beberapa alat saja, misalnya: benda-benda dari

logam (instrument), benda-benda dari kaca, benda-benda dari porselen.

Caranya yaitu:

1.      Siapkan bahan yang disterilkan, baskom besar yang bersih, brand spritus, korek api.

2.      Kemudian brand spritus dituangkan secukupnya ke dalam waskom tersebut.

Selanjutnya dinyalakan dengan api.

3.      Alat-alat instrumen dimasukkan ke dalam nyala api.

b.      Dengan cara udara panas kering

Cara ini pada dasarnya adalah merupakan suatu proses oksidasi, cara ini

memerlukan suhu yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan sterilisasi pemanasan

basah. Adapun alat yang dapat dilakukan dengan cara ini yaitu benda-benda dari logam,

zat-zat seperti bubuk, talk, vaselin, dan kaca.

Caranya yaitu:

1.      Alat bahan harus dicuci, sikat dan desinfeksi terlebih dahulu

2.      Dikeringkan dengan lap dan diset menurut kegunaannya

3.      Berilah indikator pada setiap set

4.      Bila menggunakan pembungkus, dapat memakai aluminium foil.

5.      Oven harus dipanaskan dahulu sampai temperatur yang diperlukan.

6.      Kemudian alat dimasukkan dan diperhatikan derajat pemanasannya.

2.      Sterilisasi dengan pemanasan basah

Ada beberapa cara sterilisasi ini, yaitu:

a.  Dimasak dalam air biasa.

Suhu tertinggi 100 ºC, tapi pada suhu ini bentuk vegetatif dapat dibinasakan tetapi

bentuk yang spora masih bertahan. Oleh karna itu agar efektif membunuh spora maka

dapat ditambahkan natrium nitrat 1% dan phenol 5%.

Caranya yaitu:

1.    Alat atau bahan instrumen dicuci bersih dari sisa-sisa darah, nanah atau kotoran lain.

2.    Kemudian dimasukkan langsung ke dalam air mendidih.

3.    Tambahkan nitrit 1% dan phenol 5%, agar bentuk sporanya mati

4.    Waktu pensterilan 30-60 menit (menurut pharmacope –Rusia).

5.    Seluruh permukaan harus terendam.

b.    Dengan uap air.

Cara ini cukup efektif dan sangat sederhana. Dapat dipakai dengan dandang/panci

dengan penangas air yang bagiannya diberi lubang/sorongan, agar uap air dapat mengalir

bagian alat yang akan disterilkan.waktu sterilisasi 30 menit.

Caranya yaitu:

1.      Alat-alat yang akan disterilkan dicuci, dibersihkan, disikat serta didesinfeksi.

2.      Kemudian dibungkus dengan kertas perkamen dan dimasukkan dalam dandang

e. Sterilisasi dengan uap air bertekanan tinggi.

Jenis sterilisasi dengan cara ini merupakan cara yang paling umum digunakan

dalam setiap rumah sakit dengan menggunakan alat yang disebut autoclave.

Caranya yaitu:

1.      Alat-alat atau bahan-bahan yang akan disterilkan dicuci, disikat, dan didesinfeksi

2.      Kemudian diset menurut penggunaannya dan diberi indikator.

3.      Kemudian dibungkus kain/kertas.

4.      Masukkan alat/bahan yang telah dibungkus ke dalam autoclave.

3.      Sterilisasi dengan penambahan zat-zat kimia

Cara ini tidak begitu efektif bila dibandingkan dengan cara pemanasan kering.

Cara ini dipergunakan pada bahan-bahan yang tidak tahan pemanasan atau cara lain tidak

bisa dilaksanakan karena keadaan. Contoh zat kimia : Formaldehyda, hibitane, Cidex.

4.      Sterilisasi dengan radiasi ultraviolet

Karena disemua tempat itu terdapat kuman, maka dilakukan sterilisasi udara dan

biasanya dilakukan di tempat-tempat khusus.Misalnya: di kamar operasi, kamar isolasi,

dsb. dan udaranya harus steril. Hal ini dapat dilakukan dengan sterilisasi udara (air

sterilization) yang memakai radiasi ultraviolet.

5.       Sterilisasi dengan filtrasi

Cara ini digunakan untuk udara atau bahan-bahan berbentuk cairan. Filtrasi udara

disebut HEPA (Hight Efficiency Paticulate Air). Tujuannya adalah untuk filtrasi cairan

secara luas hanya digunakan dalam produksi obat-obatan atau pada sistem irigasi dalam

ruang operasi, maupun dalam perawatan medik lainnya yang membutuhkan adanya cairan

steril. Jenis filternya yang penting ialah pori-porinya harus lebih kecil dari jenis kuman.

Pori-pori filter ukurannya minimal 0,22 micron.

BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan tempat praktikum

Praktikum “Pembuatan Media dan Sterilisasi” dilaksanakan pada hari Kamis, 22

Oktober 2015 di Laboratorium Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Jember.

3.2 Pembuatan media dan sterilisasi

3.2.1 Alat dan Bahan

Alat : tabung reaksi, erlenmeyer, beaker glass, pipet tetes, cawan petri, pH

meter, autoklaf, gelas ukur.

Bahan : agar, berbagai macam media, aquades.

3.2.2 Cara kerja

1. Penyiapan alat

2. Pembuatan media

Media ditimbang sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan yang tertera pada setiap label media

Media tersebut dilarutkan dalam sebagian aquades di dalam beaker glass

pH media diatur dengan penambahan HCL atau NaOH

Alat-alat yang digunakan untuk kerja mikrobiologi (teknik steril dan aseptis) disiapkan sebagai berikut : tabung reaksi, erlenmeyer ditutup dengn kapas berbalut kassa dan alumunium foil atau kertas payung;

cawan petri, pinset, blue tip, yellow tip dibungkus dengan kertas paying.

Sisa aquades ditambahkan hingga memenuhi volume yang diinginkan

Media dipanaskan diatas kompor atau hotplate hingga larutan homogen (digunakan magnetic stirrer atau pengadukan manual untuk mempercepat

homogenisasi)

Disiapkan tabung reaksi yang sudah bersih

Media dituangkan ke dalam tabung reaksi sebanyak sejumlah kebutuhan. Penuangan media dilakukan sebelum media mengental

Tabung reaksi ditutup dengan sumbat kapas berbalut kassa dan alumunium foil

Media disterilisasi di dalam autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit

Media dibuat miring dengan cara memiringkan tabung reaksi pada papan miring dengan sudut kemiringan yang sesuai dan dibiarkan hingga

memadat

Media agar cawan dibuat, disterilisasi secara aseptis ke dalam cawan petri. Jika media agar terlanjur memadat, tabung reaksi yang berisi media yang sudah steril diletakkan di dalam penangas air bersuhu 50oC selama

5 menit hingga mencair dan dapat dituang. media yang sudah dituang dalam cawan petri dibiarkan hingga memadat

Media cair tidak memerlukan perlakuan khusus setelah disterilisasi cukup disimpan hingga saat akan digunakan

Ditunggu hingga 24 jam. Apabila media tetap bersih dan tidak ditumbuhi oleh bakteri maupun jamur, maka media tersebut dapat digunakan untuk

kerja mikrobiologi

Jika media tidak terkontaminasi, maka harus dimusnahkan dan tidak dapat digunakan

Media yang tidak langsung digunakan dapat disimpan di dalam lemari pendingin

3. Sterilisasi alat dan media

a. Sterilisasi dengan panas basah

Sterilisasi panas basah dilakukan dengan menggunakan autoklaf suhu 121oC selama 15 menit

Bagian-bagian dari autoklaf dan fungsinya dikenali dan dipelajari

Alat yang telah disiapkan, dibersihkan dan dibungkus sesuai prosedur

Disiapkan juga tabung reaksi berisi media yang telah ditutup sesuai prosedur. Tabung reaksi dikemas sedemikian rupa sehingga dapat

berdiri tegak dan media tidak tumpah

Aquadest dituang ke dalam autoklaf hingga batas yang ditetapkan. Aquades tidak boleh melebihi batas agar tidak menggenangi alat yang

akan disterilisasi

Alat dan media ditata sedemikian rupa sehingga tidak ada ruang yang kosong, namun masih memungkinkan untuk terjadi pergerakan uap air

saat sterilisasi berlangsung

Autoklaf ditutup dengan rapat dan dipastikan semua knop sudah terpasang dengan rapat dan benar agar tidak terbuka saat tekanan

meningkat

Autoklaf dijalankan dan ditunggu hingga autoklaf berhenti dengan sendirinya

Ketika autoklaf sudah berhenti beroperasi, ditunggu hingga tekanan dalam autoklaf mencapai titik nol, baru dapat dibuka tutup autoklaf . Autoklaf dimatikan dan dicabut saklar listrik. Alat dan media yang

sudah disterilisasi dikeluarkan

Alat yang masih basah selanjutnya dikeringkan dalam oven. Alat yang sudah kering dapat disimpan selama kemasan tidak rusak

Proses sterilisasi diamati dengan menggunakan autoklaf mulai dari menjalankan alat hingga pendinginan.

b. Sterilisasi dengan panas kering

Sterilisasi panas kering dilakukan dengan menggunakan oven suhu 170oC selama 1 jam

Bagian-bagian oven dan fungsinya dikenali dan dipelajari dengan baik

Disiapkan peralatan gelas yang akan disterilisasi sesuai prosedur disiapkan. dan dipastikan bahwa alat gelas tersebut sudah benar-benar

bersih dan dibungkus sesuai dengan prosedur yang ada

Alat dimasukkan ke dalam oven. diapastikan bahwa alat sudah tersebar secara merata dan memungkinkan udara panas terdistribusi

secara merata di dalam oven

Oven ditutup dengan rapat

Oven disambungkan ke aliran listrik

Oven dihidupkan, diatur suhu dan waktu untuk sterilisasi (170oC selama 1 jam)

Oven dijalankan (waktu sterilisasi dihitung 1 jam setelah suhu ove mencapai 170oC)

Jika sterilisasi telah selesai, oven dimatikan dan dicabut aliran listriknya. Ditunggu hingga dingin dan alat dapat diambil

Alat yang sudah steril disimpan selama kemasan tidak rusak

Proses sterilisasi diamati dengan menggunalan oven (mulai dari menjalankan alat hingga pendinginan).

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. MACAM MACAM MEDIA

1. Media Cair

Digunakan sebagai  media yang diperkaya sebelum disebarkan pada media padat. 

Tujuan penggunaan media ini untuk memperbanyak jumlah sel mikroba yang ingin

dibiakkan. Media ini tidak cocok digunakan sebagai media untuk isolasi mikroba untuk

memperoleh biakan murni, juga tidak dapat menunjukkan karakter koloni kuman. Contoh

media cair adalah kaldu gizi (Nutrient Broth), air pepton (Pepton Water), dan lain-lain.

Jenis-jenis media cair:

Kaldu: cairan bening tembus cahaya dan berwarna kuning jerami, dibuat dari ekstrak

daging atau pepton. Beberapa jenis kaldu yang biasa dipakai adalah:

a. Kaldu infuse : daging sapi cincang bebas lemak dimasukkan ke dalam lemari es

semalaman. Cairan yang didapat sesudah dipisahkan dengan dengan dagingnya

didihkan selama 18 menit. Tambahkan pepton dan sodium klorida 0,5%.

b. Kaldu ekstrak daging : tersedia dipasaran dalam bentuk bubuk diproduksi oleh

berbagai perusahaan seperti Merkc, Bacto dan lain-lain.

c. Kaldu cerna : dibuat dari daging dengan cara enzimatik.  Zat-zat gizi disini lebih

banyak daripada di dalam kaldu infuse atau kaldu ekstrak. Tidak perlu penambahan

pepton, maka kaldu cerna lebih ekonomis. Enzim-enzim yang digunakan untuk

pembuatannnya adalah tripsin, pepsin dan lain-lain.

Pepton: merupakan protein yang  dicernakan sebagian dengan menggunakan enzim

hidrolitik, misalnya pepsin, tripsin, papain, dan lain-lain. Pepton memberikan zat-zat yang

mengandung nitrogen dan bekerja sebagai larutan penyangga (buffer). Beberapa kuman

dapat tumbuh dalam larutan pepton 1%. Zat-zata yang terkandung dalam pepton adalah

proteosa, polipeptida, dan asam-asam amino.

Ekstrak ragi, dibuat dengan mengekstraksikan ragi yang diotolisiskan dengan air.

Mempunyai kandungan vitamin B yang tinggi. Contoh lain media cair adalah media gula-

gula (gula 1% dalam air pepton), kaldu glukosa (glukosa 1% dalam kaldu gizi), kaldu

empedu (garam empedu 0,5% dalam kaldu gizi), dan lain-lain.

2. Media Padat

Media padat digunakan untuk mempelajari karakter pertumbuhan mikroba seperti

bentuk koloni. Media padat dipergunakan mengisolasi mikroba untuk mendapatkan isolat

murni. Pada prinsipnya media padat juga harus mengandung nutrisi untuk pertumbuhan

mikroba sebagaimana pada media cair, yang membedakan adalah adanya penambahan

bahan yang membuat media ini menjadi padat, untuk itu berikut bahan tambahan yang

dapat digunakan untuk memadatkan media:

a. Agar-Agar, adalah komponen penting media padat.  Agar-agar merupakan senyawa

polisakarida rumit yang diperoleh dari rumput laut (alga lebih tepatnya). Mencair pada

suhu 80oC sampai 100oC dan membeku pada suhu 35oC sampai 42oC. Agar tidak

menyediakan zat-zat gizi untuk mikroba. Hanya bekerja sebagai pemadat. Tidak

dimetabolisme oleh mikroba patogen apapun. Sehingga agar-agar sangat ideal sebagai

bahan tambahan atau pemadat karena tidak mempengaruhi komponen nutrisi dari media

yang dibuat.

b. Gelatin, merupakan protein yang dibuat dengan hidrilisis kolagen menggunakan air

mendidih. Mencair pada 37oC, membentuk gel yang tembus cahaya pada suhu di bawah

25oC. Karena titik cair yang mendekati suhu kamar sehingga gelatin kurang baik sebagai

pemadat media, selain itu gelatin juga dapat dihidrolisis oleh beberapa jenis mikroba. 

Penggunaan utama gelatin adalah untuk identifikasi dan klasifikasi kuman. Jika media

berubah warna menjadi hitam, artinya ada pembentukan hydrogen sulfida.

1. Komposisi setiap media

PLATE COUNT AGAR(PCA)

Plate Count Agar (PCA) atau yang juga sering disebut Standard Methods

Agar merupakan sebuah media pertumbuhan mikroorganisme yang umum

digunakan untuk menghitung jumlah mikroorganisme total yang terdapat pada

setiap sample makanan, produk susu, air limbah dan sample-sample lainnya yang

biasanya menggunakan metode Total Plate Count. Media PCA ini baik untuk

pertumbuhan total mikroba (semua jenis mikroba) karena di dalamnya

mengandung komposisi casein enzymic hydrolisate yang menyediakan asam

amino dan substansi nitrogen komplek lainnya serta ekstrak yeast mensuplai

vitamin B kompleks (Ruly. 2008)

Plate Count Agar (PCA) terdiri dari casein, yeast extract, dextrose dan juga

agar. Komposisi PCA untuk setiap liter yaitu :

Casein…………………………………. 5 gram

Yeast extract……………………….. .2.5 gram

Dextrose……………………………… 1 gram

Agar…………………………………….. 15 gram

NUTRIENT AGAR (NA)

Nutrient Agar merupakan suatu medium yang mengandung sumber

nitrogen dalam jumlah cukup yang dapat digunakan untuk budidaya bakteri dan

untuk penghitungan organisme dalam air, limbah, kotoran dan bahan lainnya. NA

juga digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang tidak

selektif, dalam artian mikroorganisme heterotrof.  Selain itu untuk pertumbuhan

sample pada uji bakteri dan untuk mengisolasi organisme dalam kultur murni.di

dalam Nutrient Agar tidak mengandung sumber karbohidrat sehingga baik

digunakan untuk pertumbuhan bakteri, namun kapang tidak dapat tumbuh dengan

baik. Untuk pengembangan dengan sedikit pilih-pilih terhadap bakteri.

Dibuat dengan cara mensuspensikan 28 gram dalam 1000 ml air suling.

Memanaskan sampai mendidih untuk melarutkannya. Mensterilisasi dengan

autoklaf pada suhu 121° C selama 15 menit. Campur dengan baik dan tuang dalam

cawan petri steril

Komposisi dari nutrient agar adalah:

1)   1,5 gram ekstrak daging sapi

2)   5 gram peptone

3)   5 gram NaCl

4) 1,5 gram ekstrak ragi

5)   1 liter air destilat

6)   15 gram/L Agar

Nutrient Broth (NB)

Merupakan media selektif yang digunakan oleh mikroorganisme yang

berbentuk cair. Namun sebenarnya nutient broth ini intinya sama saja dengan

nutrient agar.Untuk pengembangan secara umum dengan sedikit pemilihan

mikroorganisme. Komposisi dari nutrient broth antara lain:

5 gram pepton

5 gram NaCl

1,5 gram ekstrak daging sapi

1,5 gram ekstrak ragi

Dibuat dengan cara membuat suspensi dengan mencampurkan bahan 13

gram pada 1000 ml air suling. Dipanaskan jika diperlukan untuk melarutkannya.

Mensterilisasi dengan autoklaf selama 15 menit dengan suhu 121°C

MULLER HINTON AGAR

Mueller-Hinton Agar adalah media untuk pertumbuhan mikroba,agar ini biasanya

digunakan untuk tes sensitivitas antibiotik. Digunakan untuk penentuan

kertentanan terhadap mikroorganisme untuk agen antimikrobial.

Campuran ini juga biasa digunakan untuk tes sensitivitas Campylobacter.

Komposisi Mueller-Hinton Agar:

300 gram infuse daging sapi,

17,5 gram casein acid hydrolysate,

1,50 gram kanji,

17,00 gram agar.

Dibuat dengan cara membuat sampai suspensi dengan 38 gram dalam 100

ml air suling. Memanaskan sampai mendidik untuk melarutkannya. Mensterilisasi

dengan autoklaf pada suhu 121° C selama 15 menit. Campur merata sebelum

dituang.

Tujuan penggunaan media agar cawan dan miring

Sebenarnya ada 3 bentuk media agar, yakni media agar cawan petri, media agar

miring dan media agar tegak.

Media agar tegak dibuat dengan tujuan untuk menumbuhkan bakteri, pengujian

sifat-sifat fisiologis, serta untuk mengisolasi bakteri. Selain itu, media ini juga berguna

untuk menentukan bakteri, apakah aerob atau anaerob. Cara mengokulasikannya

adalah dengan pipet Pasteur atau dengan jarum ose.

Penggunaan media agar miring bertujuan untuk memperkecil kemungkinan

kontaminasi karena luas permukaannya yang kecil terhadap mulut tabung..

Dan dapat memperluas bidang untuk strain murni (indukan murni). Media agar

miring juga digunakan Agar terbentuk ruangan atau tempat yang lebih luas

untuk penanaman biakan bakteri. Media agar miring digunakan pula untuk

analisis kuantitatif yaitu menghitung koloni.

Media agar cawan digunakan untuk membiakkan bakteri pada medium datar

sehingga mudah dan jelas untuk diamati. Juga merupakan media untuk

penanaman mikroba dan mengisolasi mikroba.

2. Proses Sterilisasi

Mikrobiologi adalah yang membutuhkan volume kecil. Kemudian, salah satu

aktivitas di dalamnya yaitu sterilisasi. Adapun Sterilisasi itu sendiri adalah proses atau

kegiatan membebaskan suatu bahan atau benda dari semua bentuk kegiatan. Pada

prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara, antara lain

1. Sterilisasi secara spesifik, bisa dalam dua kondisi yaitu:

a. Lembab, dengan menggunakan autoklaf

b. Kering, dengan menggunakan oven.

2. Penyaringan, dengan pori- pori 2 mikrometer.

3. Radiasi, dengan sinar UV.

Sterilisasi aseptis dapat dilakukan dengan menggunakan autoklaf. Berikut akan

dijelaskan cara kerja autoklaf. Buka lip,isi aquades sampai tanda batas lalu masukkan alat

seperti alat penanak atau seperti ada saringannya. Kemudian setting waktu dan suhu,lalu

ditutup. Penutup autoklaf dapat dibuka kembali setelah suhu dibawah 80 C. Setelah

autoklaf basah, untuk bisa digunakan maka digunakan petri oven sehingga bisa lebih

cepat dan mencapai suhu 170 selama 1 jam. Adapun perhitungan 1 jam, dimulai setelah

suhu 170 C. Langkah selanjutnya adalah menuangkan media, pada praktikum ini kami

menggunakan 2 cawan petri dan 1 tabung reaksi yang dimiringkan. Jangan lupa untuk

bekerja dengan menggunakan handscone dan masker agar selalu dalam kondisi steril.

Kemudian meja dibersihkan dengan serbet ,disemprot alkohol 70 % dan dibersihkan

dengan tissue. Tangan yang telah dibungkus dengan handscone, semprot dengan alkohol

70 %.

Panaskan mulut tabung ke spiritus dengan menggunakan tangan kanan, sementara

tangan kiri memegang cawan petri. Cawan petripun dipanaskan pinggir- pinggirnya.

Apabila media sudah terlanjur mengendap, dapat dipanaskan dengan Water bath. Adapun

cawan petri yang digunakan biasanya berdiameter 6 cm, atau dapat juga sesuai kondisi,

apabila sediaan banyak maka diameter cawan petri bisa lebih lebar. Lalu, tabung reaksi

yang sudah dituang, dibersihkan lagi kecuali 2 petri dan 1 tabung. Dalam bekerja, semua

harus diberi label. Tabung reaksi yang ada medianya sebelum dicuci harus dibuang dulu.

Setelah mulut cawan bagian tepi dibakar, pijarkan jarum inokulum dan dinginkan.

Buka mulut cawan, ambil koloni tunggal dengan menempelkan jarum inokulum loop.

Lalu, media ditanam dengan jarum inokulum yang bulat dengan digesek- gesekkan pada

permukaannya.

Sterilisasi dengan pembungkusan cawan dengan menggunakan plastik wrap, dan

masukkan ke dalam kulkas dalam waktu 24 jam, serta amati apakah ada mikroorganisme

atau tidak. Apabila tidak, dapat digunakan untuk langkah selanjutnya.

3. Jenis-jenis metode sterilisasi, yaitu :

1. Metode sterilisasi fisik

Metode ini meliputi :

a. Metode sterilisasi panas kering/sterilisasi kering

b. Metode sterilisasi panas lembab/sterilisasi basah

c. Metode sterilisasi dengan penyaringan.

Metode ini digunakan untuk bahan-bahan yang sensitif terhadap panas, misalnya

enzim. Pada proses ini digunakan membran filter yangterbuat dari selulosa asetat.

Kerugiannya adalah biaya yang yang mahal. Dalam kerjanya filter mudah mampat

akibat filtrat tertinggal pada saringan, sehingga harus sering diganti dan membran

filternya tidak dapat digunakan untung menyaring virus.

d. Metode sterilisasi dengan menggunakan radiasi

Metode sterilisasi ini menggunakan radiasi sinar UV atau dapat juga dengan

metode ionisasi. Sinar UV dengan panjang gelombang 260nm memiliki daya penetrasi

yang rendah sehingga tidak dapat mematikan mikroorganisme namun dapat

mempenetrasi gelas, air, dan substansi lainnya. Sinar UV ini bereaksi dengan asam

nukleat sel mikroorganisme dan menyebabkan ikatan antara molekul timin yang

bersebelahan dan menyebabkan terbentuknya dimer timin, yang nantinya dapat

menghalangi replikasi DNA normal dengan menutup jalan enzim replikasi.

e. Metode sterilisasi dengan pengeringan atau desikasi

Metode sterilisasi ini menggunakan metode sterilisasi dengan menghilangkan

kandungan air. Karena mikroorganisme harus tumbuh dalam lingkungan yang lembab,

maka ketiadaan air dapat menghambat pertumbuhannya. Endospora bakteri sangat

tahan terhadap kekeringan, sehingga proses pengeringan (desikasi) tidak dapat

diaplikasikan pada endospora bakteri.

2. Metode sterilisasi kimia

Metode sterilisasi kimia adalah metode sterilisasi yang dilakukan untuk bahan-bahan

yang rusak apabila disterilkan dalam suhu tinggi, misalnya bahan dari plastik. Kekuatan

anti mikroba kimiawi diklasifikasikan atas dasar efisiensinya dalam membunuh

mikroorganisme.

- Agen anti mikroba ada 3, yaitu :

o Tinggi

- Dikategorikan tinggi karena efektif terhadap seluruh bentuk kehidupan termasuk

endospora bakteri. Contoh : germisida

o Rendah

- Dikategorikan rendah karena tidak efektif terhadap endospora bakteri, berbagai spora

fungi dan virus yang tidak memiliki amplop.

o Sedang

- Dikategorikan sedang karena bersifat mampu membunuh mikrobakterium

tuberkolosis dan efektif dalam berbagai virus (virus hepatitis dan rhinovirus), serta

tidak efektif dalam endospora bakteri.

Metode sterilisasi kimia dapat dilakukan dengan menggunakan gas atau radiasi. Adapun

bahan kimia yang dapat digunakan untuk sterilisasi gas, antara lain :

o Etilen oksida

Digunakan untuk sterilisasi ruang tertutup, yaitu dengan mendenaturasi protein

mikroorganisme.

o Gas formaldehid

o Asam parasetat

Asam parasetat merupakan sterilan yang bersifat sporisidal yaitu membunuh

bagian endospora dan virus dalam waktu 30 menit.

o Glutaraldehid alkalin

Glutaraldehid bersifat bakterisidal tuberkuloisidal dan virusidal dalam waktu

10 menit dan bersifat sporisida dalam waktu 3 sampai 10 jam. Glutaraldehid

berfungsi untuk pengawetan mayat.

o Cairan desinfektan, seperti : aldehid, alkohol, fenolit, hipoklorit.

Alkohol : efektif membunuh bakteri dan fungi tetapi tidak dapat endospora dan

virus yang tidak beramplop. Kerjanya dengan mendenaturasi protein

mikroorganisme dan melarutkan lipid baik pada virus beramplop ataupun

tidak.

Hipoklorit : digunakan untuk desinfektan peralatan makan di restoran.

Aldehid : bersifat mutagenik dan karsinogenik, yaitu menginaktivasi protein

dengan membentuk ikatan silang kovalen dengan beberapa gugus organik

fungsional pada protein.

4. Perbedaan Sterilisasi Panas Basah dan Sterilisasi Panas Kering

Ada tiga cara yang umum digunakan dalam sterilisasi yaitu penggunaan panas,

penggunaan bahan kimia dan penyaringan (Filtrasi). Bila panas digunakan bersama –

sama dengan uap air maka disebut sterilisasi panas lembut atau sterilisasi basah, bila

tanpa kelembapan maka disebut sterilisasi panas kering atau sterilisasi kering

(Hadioetomo, 1993).

Metode sterilisasi panas merupakan metode yang paling banyak dipercaya dan

digunakan. Ada dua metode sterilisasi panas :

1. Metode sterilisasi panas lembab atau sterilisasi basah dengan menggunakan

penggunaan uap air.

2. Metode sterilisasi panas kering atau sterilisasi kering

Proses sterilisasi panas :

Sterilisasi panas kering berfungsi untuk mematikan organisme dengan cara mengoksidasi

komponen sel atau mendenaturasi enzim. Metode ini tidak dapat digunakan untuk bahan

yang terbuat dari karer atau plastik. Waktu sterilisasinya sekitar dua sampai tiga jam dan

berdaya penetrasi rendah. Metode ini tidak memerlukaair sehingga tidak ada uap air yang

membasahi alat atau bahan yang disterilkan.

Sterilisasi panas basah dengan perebusan menggunakan air mendidih 100°C selama 10

menit efekfif untuk sel-sel vegetatif dan spora eukariot, namun tidak efektif untuk

edospora bakteri. Tingkat sterilisasi pada temperatur kurang dari 100°C tergantung pada

temperatur dan waktu sterilisasi. Sterilisasi panas basah digunakan untuk bahan yang

sensitif panas menggunakan autoklaf yang telah dilakukan pada praktikum kali ini.

5. Tahapan kritis sterilisasi panas basah dan sterilisasi panas kering

N

O

Tahapan Kritis Sterilisasi Panas Basah Sterilisasi Panas Kering

1 Waktu 15 menit 1 Jam

2 Suhu 1210 C 1700C

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA

Hadioetomo, R.S. 1993. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. Jakarta : Gramedia Pustaka, 1993.

Pratiwi, Sylvia. 2004. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta : Erlangga, 2004.

Waluyo. 2007. Mikrobiologi Umum. Malang : UM Press, 2007.

Waluyo, Lud. 2008. Teknik dan Metode Dasar dalam Mikrobiologi. Malang : UMM Press,

2008.

LAMPIRAN