optimaslisasi kelompok tani

44
1 LAPORAN AKHIR PENELITIAN PENELITIAN DOSEN MUDA ANALISIS KONVERGENSI FUNGSI-FUNGSI KELOMPOK TANI TANAMAN PANGAN PERKOTAAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN DI KOTA PADANG Oleh NURAINI BUDI ASTUTI, SP, MSi NIDN 0019017803 Pembimbing Dr. Ir. FAIDIL TANJUNG, MSi NIDN.0011106706 Dibiayai oleh Dana DIPA Universitas Andalas Tahun Anggaran 2014, sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian No. 14/UN.16/PL/DM/I/2014, Tanggal 28 Mei 2014 JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG TAHUN 2014

Upload: unand

Post on 15-Nov-2023

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

LAPORAN AKHIR PENELITIAN

PENELITIAN DOSEN MUDA

ANALISIS KONVERGENSI FUNGSI-FUNGSI KELOMPOK TANI TANAMAN

PANGAN PERKOTAAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN DI KOTA

PADANG

Oleh

NURAINI BUDI ASTUTI, SP, MSi

NIDN 0019017803

Pembimbing

Dr. Ir. FAIDIL TANJUNG, MSi NIDN.0011106706

Dibiayai oleh Dana DIPA Universitas Andalas Tahun Anggaran 2014, sesuai dengan

Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian No. 14/UN.16/PL/DM/I/2014,

Tanggal 28 Mei 2014

JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ANDALAS PADANG TAHUN 2014

2

PENELITIAN DOSEN MUDA

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Penelitian : Analisis Konvergensi Fungsi-Fungsi Kelompok Tani

Tanaman Pangan dalam Pembangunan Pertanian Di

Kota Padang

Kode/Nama Rumpun Ilmu : 186/Penyuluhan Pertanian

Ketua peneliti

a. Nama : Nuraini Budi Astuti, SP, MSi

b. NIDN : 0019017803

c. Jabatan Fungsional : lektor

d. Prodi : Agribisnis

e. No HP : 085283292490

f. Alamat surel (email) : [email protected]

Biaya Penelitian : RP. 12.500.000

Padang, 12 November 2014

Ketua Peneliti

Nuraini Budi Astuti, SP, MSi

Mengetahui

Dekan Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Ardi, MSc

NIP. 195312161980031004

Dr. Ir. Faidil Tanjung, MSi

NIP.19671011994121001

Menyetjui

Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Prof. Dr. Herwandi, M.Hum

NIP. 196209131989011001

3

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT atas terselesaikannya laporan

akhir penelitian yang dibiayaai oleh dana DIPA Universitas Andalas ini. Ucapan terimakasih

ditujukan kepada Bapak Dekan Fakultas Pertanian dan Pembimbing yaitu Bapak Dr. Ir.

Faidil Tanjung, MSi, yang telah memfasilitasi peneliti dalam mendapatkan dana bantuan

penelitian sehingga penelitian ini dapat terselenggara dengan baik. Ucapan terimakasih juga

ditujukan kepada semua responden atas kesediaan dan kerjasamanya dalam memberikan

informasi yang dibutuhkan. Akhirnya kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam

penelitian ini, yang tidak mungkin disebutkan namanya satu persatu, penuliskan ucapkan

terimakasih banyak. Semoga kegiatan ini tercatat sebagai amal ibadah bagi kita semua, amin.

Penelitian dengan tema dinamika kelompok tani ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi bagi ilmu pengetahuan, khususnya Ilmu Penyuluhan. Akhirnya penulis menyadari

bahwa masih banyak kelemahan dalam tulisan ini, oleh karena itu kritik dan masukan yang

membangun sangat kami harapkan.

Padang, 12 November 2014

Ketua Tim penelitian

Nuraini Budi Astuti, SP, MSi

4

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI ............................................................................................................... i

DAFTAR TABEL ............................................................................................................. ii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 2

C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 3

D. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 3

E. Luaran penelitian ........................................................................................ 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 4

A. Pembangunan Pertanian ............................................................................. 4

B. Kelompok Tani .......................................................................................... 5

C. Penyuluhan Pertanian................................................................................. 6

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 17

A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................... 9

B. Metode Penelitian ....................................................................................... 9

C. Metode Pengambilan Sampel ..................................................................... 9

D. Topik Data .................................................................................................. 9

E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 11

F. Tekhnik Analisa data ................................................................................ 13

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 13

A. Profil Kota Padang .............................................................................. 13

5

B. Deskripsi Pelaksanaan Fungsi Kelompok Tani ................................... 15

C. Permasalahan dalam Pelaksanaan Fungsi Kelompok Tani dan

Usulan Solusi....................................................................................... 24

BAB V PENUTUP ................................................................................................ 30

A. Kesimpulan .................................................................................... 30

B. Saran ............................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 31

LAMPIRAN

6

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Kategori penilaian untuk pelaksanaan fungsi kelompok tani ................ 12

Tabel 2. Luas daerah, jumlah dan kepadatan penduduk menurut

kecamatan di Kota Padang tahun 2013 ................................................. 13

Tabel 3. Jenis komoditi, luas panen, produksi, produktifitas di Kota

Padang tahun 2012 ................................................................................ 14

Tabel 4. Pelaksanaan fungsi kelompok tani di kelompok tani

tanaman pangan Kota Padang ............................................................... 22

Tabel 5. Masalah petani dan peran PT CNM dalam mengatasi masalah

petani ............................................................................................................... 41

7

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Grafik pelaksanaan kegiatan fungsi pembelajaran ................................ 17

Gambar 2. Grafik pelaksanaan kegiatan untuk fungsi kerjasama .......................... 19

Gambar 3. Grafik pelaksanaan kegiatan dalam fungsi produksi ........................... 21

Gambar 4. Petani sebagai pelaku utama pembangunan pertanian ......................... 23

8

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Peta Kota padang ............................................................................... 33

Lampiran 2. Pelaksanaan kegiatan dalam fungsi pembelajaran pada kelompok

tani ................................................................................................... 34

Lampiran 3. Pelaksanaan kegiatan dalam fungsi kerjasama pada kelompok

tani ................................................................................................... 33

Lampiran 4. Pelaksanaan kegiatan dalam fungsi produksi pada kelompok

tani ................................................................................................... 34

9

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan pertanian yang merupakan bagian dari pembangunan nasional

menempatkan petani sebagai pelaku utama sesuai dengan amanat UU SP3K no 16

tahun 2006. Sebagai pelaku utama tentu saja petani menjadi faktor penentu dalam

menyukseskan program-program dalam pertanian pertanian. oleh karena itu

pembinaan dan pemberdayaan petani perlu terus dilakukan melalui kegiatan

penyuluhan pertanian. Salah satu upaya yag dilakukan oleh pemerintah untuk

memberdayakan petani adalah dengan mendorong petani untuk berkelompok atau

membentuk kelompok-kelompok tani. Berbagai program pemerintah terutama

dibidang pertanian hanya bisa diakses oleh petani melalui kelompok tani. Tidak

hanya di Sumatera Barat kebijakan seperti ini telah diterapkan melalui kebijakan

nasional.

Banyak hal positif yang bisa dicapai oleh petani melalui kelompok tani,

salah satu yang paling penting adalah meningkatkan atau memperkuat posisi tawar

petani. Jika petani memiliki organisasi yang kuat maka petani tidak saja hanya akan

menjadi price taker namun akan menjadi price maker. Krisnamurti (2008)

menambahkan bahwa petani atau kelompok petani yang memiliki jaringan

komunikasi dan interaksi lebih luas dengan kelompok, maupun kelembagaan lain

yang terkait, akan lebih sering terjadi pertukaran informasi sehingga mempunyai

modal sosial tinggi dan mempunyai peluang untuk meningkatkan produktivitas,

pendapatan dan kesejahteraannya.

Hal tersebut di atas hanya akan bisa tercapai jika kelompok-kelompok tani

yang ada telah dapat menjalankan fungsinya dengan efektif. Menurut Hariadi (2011),

kelompok tani memainkan fungsi sebagai: wadah pembelajaran, unit produksi, unit

kerjasama dan unit usaha. Keberhasilan kelompok tani dalam menjalankan fungsinya

tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal kelompok seperti motifasi, interaksi,

kohesifitas, self efficacy, norma kelompok dan faktor kepemimpinan, namun faktor

eksternal seperti pembinaan oleh petugas penyuluh dan pamong desa atau aparat

pemerintahan juga turut mempengaruhinya.

Paradigma pembangunan pertanian perlu mengalami pergeseran dari yang

bersifat top down menjadi buttom up, dari yang berorientasi produksi saja menjadi

10

berpusat kepada masyarakat atau petani. Tentu saja hal tersebut hanya bisa efektif

apa bila petani melalui kelompok tani dapat berperan secara aktif dalam proses

pembangunan. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui

sudah sampai sejauh mana fungsi-fungsi kelompok tani dijalankan.

B. Rumusan Masalah

Sampai tahun 2013 Kota Padang telah terdaftar sebanyak 268 kelompok tani

yang tersebar di sembilan kecamatan. Berbagai program pembangunan pertanian

telah dilaksanakan dengan menjadikan kelompok tani sebagai penerima program

seperti RPKPL, PUAP, GPP dan GERNAS Kakao. Beberapa kajian memperlihatkan

data bahwa tidak semua program dapat berhasil dengan baik. Begitu juga dengan

aktifitas kelompok tani hanya tampak ketika ada program saja. Secara umum

dorongan pemerintah untuk terbentuknya kelompok tani masih tampak pada jumlah

kelompok tani yang meningkat, namun secara kualitas belum bisa mendorong petani

untuk aktif dalam kegiatan kelompok.

Hal di atas secara umum tergambar dari beberapa kelompok tani yang

pernah diwawancarai. Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada saat prasurvei

kepada ketua Gapoktan Indarung Sepakat mengatakan bahwa kelompok tani yang

dipimpinnya telah mendapatkan begitu banyak bantuan dari pemerintah seperti dana

PUAP namun pengembaliannya ternyata macet karena hampir semua anggota yang

menerima dana tidak mengembalikan atau mencicil. Terakhir mereka mendapatkan

bantuan bibit kakao melalui prgram Gernas Kakao, namun yang ditanam oleh

anggota kelompok tidak sampai 100 batang, karena anggota kelompok tani beralasan

mereka sibuk dengan pekerjaaan lain dan tidak ada dana dan tenaga untuk menanam.

Kegiatan kelompok hanya terlihat pada saat ada program saja, jika program dari

pemerintah tidak ada, maka kelompok menjadi fakum.

Permasalahan yang hampir sama dihadapi juga oleh Kelompok Tani Pulau

Sakato di Kecamatan Lubuk Kilangan, wawancara dengan ketua kelompok

menyatakan bahwa kelompok ini tiga bulan terakhir tidak mempunyai kegiatan

apapun bahkan pertemuan rutin juga tidak. Ketua kelompok menjelaskan bahwa

kelompok ini hanya aktif jika sedang ada program.

Kodisi di atas kemudian memuncukan pertanyaan bagaimana kondisi

kelompok tani yang sesungguhnya? apakah fungsi-fungsi kelompok tani telah

11

dijalankan? apa permasalahan yang dihadapi oleh kelompok tani? Apa rekomendasi

yang cocok untuk mengoptimalkan fungsi kelompok tani di Kota Padang?

Berdasarkan permasalahan di atas perlu dilakukan penelitian untuk mencari

tahu bagaimana kondisi kelompok tani yang sesungguhnya, sehingga bisa

dirumuskan sebuah strategi penguatan kelompok untuk mengefektifkan fungsi

kelompok agar dapat berperan banyak dalam pembangunan pertanian. Untuk itu

perlu penelitian lebih dalam untuk mencari gambaran bagaimana kondisi

sesungguhnya dari kelompok tani yang ada dikota Padang ini, sehingga kajian

mengenai pelaksanaan dari fungsi kelompok ini menjadi penting. Oleh karena itu

penelitian ini diberi judul “Analisis Konvergensi Fungsi-fungsi Kelompok Tani

Tanaman Pangan Perkotaan dalam Pembangunan Pertanian di Kota Padang

C. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan pelaksanaan fungsi kelompok tani di Kota Padang

2. Menganalisis permasalahan dalam kelompok tani di Kota Padang

D. Manfaat Penelitian

1. Untuk bidang kajian yang sejenis, penelitian ini memberikan tambahan

informasi mengenai dinamika kelompok tani khususnya di Kota Padang.

2. Memberikan informasi kepada pemerintah yang dapat dijadikan sebagai

masukan dan pertimbangan dalam menyusun program-program

pembangunan pertanian

E. Luaran Penelitian

1. Terbitnya artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal nasional atau prosiding

pada seminar nasional

2. Sebagai salah satu sumber untuk menyusunan bahaan ajar pada Mata

Kuliah Dasar-dasar Penyuluhan di Fakultas Pertanian

12

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembangunan Pertanian

Pembangunan pertanian adalah proses dinamis untuk meningkatkan

kemampuan (sektor) pertanian dalam menghasilkan barang-barang yang dibutuhkan

masyarakat (pasar), dengan menggerakan segenap daya mampu manusia, modal,

organisasi, teknologi dan pengetahuan untuk memanfaatkan sekaligus melestarikan

sumber daya alam guna menamin kesejahteraan dan kelangsungan hidup petani dan

bangsa (masyarakat nasional). dengan kata lain, pembangunan pertanian adalah

usaha sadar untuk mentransformasikan pertanian tradisional menjadi pertanian maju,

yang produktifitasnya terus-menerus meningkat (Sumintaredja, 2001)

Kebijaksanaan nasional pembangunan pertanian di suatu negara tentunya

tidak lepas dari pengaruh faktor-faktor eksternal, apalagi dalam era globalisasi yang

di cirikan adanya keterbukaan ekonomi dan perdagangan yang lebih bebas, akan sulit

ditemukan adanya kebijaksanaan nasional pembangunan pertanian yang steril dari

pengaruh-pengaruh faktor eksternal. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi

kebijaksanaan nasional pembangunan pertanian di Indonesia antara lain adalah; (i)

kesepakatan-kesepakatan internasional, seperti WTO, APEC dan AFTA; (ii)

kebijaksanaan perdagangan komoditas pertanian di negara-negara mitra perdagangan

indonesia; (iii) lembaga-lembaga internasional yang memberikan bantuan kepada

Indonesia terutama dalam masa krisis (Pranolo, 2000).

Perjalanan pembangunan pertanian di Indonesia mengalami pasang surut

yang sangat dilematis. Indonesia sebagai negara agraris yang seharusnya

mengedepankan pertanian sebagai fundamental pembangunan pertanian yang

berkelanjutan, malah mengedepankan eksplorasi SDA dan pembangunan teknologi

tingi dan melupakan pembangunan pertanian karena dianggap berkontribusi kecil

pada produk domestik bruto (PDB) (Sukino, 2013)

Padahal menurut Kuznet dalam Sukino (2013) sektor pertanian dapat

berkontribusi dalam mendukung pembanguan ekonomi suatu negara melalui:

1. Pemasok bahan pangan bagi penduduk dan bahan baku roduk

manufaktur/industri rakyat.

2. Pemasok tenaga kerja dan sumber utama investasi sektor lain.

13

3. Pasar yang besar bagi produk industri domestik, baik untuk konsumsi

maupun untuk berusaha.

4. Penghasil devisa

Pendapat lain mengatakan bahwa pada hakekatnya pembangunan pertanian

diimplementasikan dalam berbagai kegiatan. kegiatan-kegiatan tersebut antara lain

mencakup: (1) penerapan berbagai pola pemberdayaan masyarakat sebagai elaku

pembangunan agribisnis terutama petani, (2) fasilitasi terciptanya iklim yang

kondusif bagi perkembangan kreativitas dan kegiatan ekonomi masyarakat, (3)

penyediaan sarana dan prasarana fisik oleh pemerintah dengan fokus pemenuhan

kebutuhan publik yang mendukung sektor pertanian serta lingkungan bisnis secara

luas, dan (4) akselerasi pembangunan wilayah dan stimulasi tumbuhnya investasi

masyarakat serta dunia usaha (Departemen Pertanian, 2002)

B. Kelompok Tani

Kelompoktani adalah kelembagaan petani/peternak/pekebun yang dibentuk

atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi dan

sumberdaya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha

anggotanya. Kelompoktani ditumbuhkembangkan dari, oleh dan untuk petani yang

saling mengenal, akrab, saling percaya, mempunyai kepentingan dalam berusahatani,

kesamaan dalam tradisi/pemukiman/hamparan usahatani (Pusat Penyuluhan

Pertanian, 2012).

Berdasarkan definisi di atas, maka kelompok tani memiliki ciri-ciri yaitu:

1. saling ,mengenal, akrab dan saling percaya diantara sesama anggota

2. mempunyai pandangan dan kepentingan yang sama dalam berusaha tani

3. memiliki kesamaan dalam tradisi dan atau pemukiman, hamparan usaha, jenis

usaha, status ekonomi maupun sosial, bahasa, pendidikan dan ekologi

4. ada pembagian tugas dan tanggung jawab sama diantara sesama anggota

5. adanya kawasan usaha tani yang menjadi tanggung jawab bersama diantara para

anggotanya

6. adanya kader tani yang berdedikasi untuk menggerakan para petani dan

kepemimpinannya diterima oleh sesama petani lainnya

14

7. adanya kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya oleh sekurang-kurangnya

sebagian besar anggotanya

8. adanya dorongan atau motivasi dari tokoh masyarakat setempat untuk

menunjang program yang telah ditentukan.

Pembentukan kelompok Tani sendiri menurut Permentan No. 273 tahun

2007 Tentang Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani mengamanatkan bahwa

pembinaan kelompok Tani diarahkan pada penerapan sistem agribisnis, peningkatan

peranan, peran serta petani dan anggota masyarakat desa lainnya dengan

menumbuhkembangkan kerjasama antar petani dan pihak terkait lainnya.

Departemen Pertanian tahun 1997 dalam Hariadi 2011, menguraikan fungsi

kelompok tani sebagai berikut:

A. Kelompok tani sebagai kelas belajar-mengajar atau unit belajar, pengetahuan,

artinya kelompok tani merupan wadah beajar mengajar bagi anggotanya guna

meningatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta tumbuh dan

berkembangnya kemandirian dalam berusaha tani sehingga produktivitasnya

meningkat, pendapatannya bertambah serta kehidupannya lebih sejahtera.

B. Kelompok tani sebagai wahana atau unit kerjasama. Kelompok tani merupakan

tempat untuk memperkuat kerjasama diantara sesama petani dalam kelompok

tani dan antara kelompok serta pihak lain, melalui kerjasama ini diharapkan

usaha taninya akan lebih efisien serta lebih mampu menghadapi ancaman,

tantangan, hambatan dan gangguan.

C. Kelompok tani sebagai unit produksi, usahatani yang dilaksanakan oleh masing-

masing anggota kelompok tani, secara keseluruhan harus dipandang sebagai satu

kesatuan usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi, baik

dipandang dari segi kuantitas, kualitas maupun kontinuitas.

C. Penyuluhan Pertanian

Menurut Subejo (2012), penyuluhan pertanian yang secara umum dimaknai

sebagai kegiatan menyebarluaskan informasi dan teknologi pertanian serta

membimbing petani di Indonesia telah mengalami masa keemasan dan kesuraman.

Dinamika penyuluhan pertanian bergerak sejalan dengan dinamika perubahan sosial,

politik dan ekonomi nasional. Ketika kebijakan nasional memberi prioritas yang

15

tinggi pada pembangunan pertanian maka aktivitas penyuluhan berkembang dengan

sangat dinamis, dan sebaliknya ketika prioritas pembangunan pertanian tidak

menjadi agenda utama maka penyuluhan pertanian mengalami masa suram dan

stagnasi.

Tuntutan di lapangan semakin rumit sehingga jika penyuluhan pertanian

sebagai penyedia public goods tidak bisa berperan dengan baik maka akan semakin

ditinggalkan oleh penguna tradisionalnya. Pada saat ini penyuluh-penyuluh lapangan

swasta yang juga merupakan pelayan teknis perusahaan sarana produksi nasional dan

multinasional juga telah merambah ke desa-desa (Subejo, 2012).

Margono (2000) dalam Mardikato (2009) memaknai penyuluhan sebagai

kegiatan pemberdayaan masyarakat. Istilah ini telah lazim digunakan oleh banyak

pihak sejak Program Pengentasan Kemiskinan pada dasawarsa 1990-an. Terkait hal

tersebut, selanjutnya Mardikanto (2009) merangkum kegiatan penyuluhan dari

berbagai pemahaman, yaitu:

1. Penyebarluasan (informasi), penyuluhan sebagai terjemahan dari kata

“extention”, dapat diartikan sebagai proses penyebarluasan, dalam hal ini

informasi tentang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang dihasilkan leh

perguruan tinggi ke dalam praktek atau kegiatan teknis.

2. Penerangan/penjelasan, penyuluhan berasal dari kata ”sulu” atau obor,dapat

diartikan sebagai kegiatan penerangan atau memberikan terang bagi yang

dalam kegelapan.

3. Pendidikan non-formal (luar sekolah),

4. Perubahan perilaku, penyuluhan adalaah proses aktif yang memerlukan

interaksi antara penyuluh dan yang disuluh agar terbangun “perubahan

perilaku” yang merupakan perwujudan dari: pengethuan, sikap dan

keterampilan.

5. Rekayasa sosial, melakukan segala upaya untuk menyiapkan sumberdaya

manusia agar mereka tahu, mau dan mampu melaksanakan peran sesuai

dengan tugas pokok dan fungsinya dalam sistem sosialnya masing-masing.

6. Pemasaran inovasi (teknis dan sosial)

16

7. Perubahan sosial, penyuluhan dalam jangka panjang diharapan mampu

menciptakan pilihan-pilihan baru untuk memperbaiki kehidupan

masyarakatnya.

8. Pemberdayaan masyarakat, penyuluhan bertujuan untuk mrwujudkan

masyarakat madani dan mandiri dalam pengertian dapat mengambil

keputusan (yang terbaik) bagi kesejahteraannya sendiri.

9. Penguatan kapasitas, upaya untuk melebih mampukan individu agar lebih

mampu berperan di dalam kelompok dan masyarakat global.

17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian akan dilakukan di Kota Padang (Lampiran 1) dengan

pertimbangan bahwa ini adalah kajian tentang kelompok tani perkotaan sehingga

Kota Padang yang merupakan Ibu Kota Provinsi Sumatera Barat dimana areal

pertanian padi sawah masih cukup luas yaitu sekitar 6812 Ha (S. Rizal dalam

shnews.co, 2013), memenuhi kriteria tersebut. Penelitian ini telah dilaksanakan pada

bulan April hingga Bulan Oktober 2014.

B. Metode penelitian

Penelitian ini menggunakan Metode Survei. Menurut Fowler (1988) dalam

Creswell (1994) disain survei memberikan uraian kuantitatif maupun numerik

sejumlah pecahan populasi – sampel – melalui proses pengumpulan data dengan

mengajukan pertanyaan pada orang.

Disain survei dalam penelitian ini memungkinkan penarikan kesimpulan

secara umum mengenai pelaksanaan fungsi kelompok tani di Kota Padang dan

permasalahan yang mereka hadapi. Disain survei dipilih karena keunggulannya

dalam hal: penghematan disain, kecepatan dalam pengumpulan data dan kemampuan

untuk mengidenifikasi sifat-sifat suatu populasi dari sekelompok kecil indvidu atau

sampel Babbie (2004) dan Creswell (1994).

C. Metode Pengambilan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah semua kelompok tani tanaman pangan

yang masih aktif di Kota Padang, yaitu sebanyak 194. Dengan menggunakan sistem

quota sampling, sampel diambil sebanyak 30 kelompok yaitu dengan teknik simple

random sampling.

D. Topik Data

Data atau informasi yang akan dikumpulkan dikelompokan berdasarkan

tujuan penelitian. Data yang dikumpulkan adalah untuk waktu satu tahun terakhir.

Untuk tujuan pertama yaitu mendeskripsikan pelaksanaan fungsi kelompok tani di

Kota Padang, topik data dan indikatornya adalah sebagai berikut:

18

1. Fungsi pembelajaran, dengan indikator:

a. melaksanakan pertemuan rutin secara teratur

b. mengundang narasumber, baik petugas pertanian, swasta, koperasi maupun

lembaga perkreditanannya

c. mengunjungi Balai Penyuluhan Pertanian, Balai Pelatihan untuk

mendapatkan informasi

d. mengikuti berbagai kursus atau pelatihan yang diperlukan untuk

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan berusaha tani

e. mengikuti pameran, temu usaha baik yang diselenggarakan oleh petani

sendiri, pemerintah maupun swasta

f. mengikutsertakan wanita dan pemuda dalam kegiatan kelompok tani

g. mengembangkan kader kepemimpinan dengan cara memberikan kesempatan

2. Fungsi kerjasama

a. memiliki aturan kelompok yang disepakati

b. memiliki pembagian tugas yang jelas

c. memiliki kas kelompok

d. melaksanakan administrasi kelompok dengan tertib yang berkaitan dengan

pencatatan: data anggota kelompok, aset/kekayaan kelompok, hasil

e. mengembangkan kegiatan untuk saling membantu seperti: simpan pinjam

f. bekerjasama dengan kelompok lain

g. bekerjasama dengan kemitraan dengan perusahaan swasta, BUMN ataupun

BUMD

3. Fungsi produksi

a. mempunyai rencana bersama untuk menetapkan pola usaha tani mencakup,

pola tanam, jenis usahatani dan lain-lain

b. menyusun rencana usaha tani misalnya: Rencana Definitif Kelompok,

Rencana Definitf Kebutuhan Kelompok, rencana permodalan, rencana

pemasaran dan lain-lain.

c. menetapkan teknologi tepat guna yang disepakati bersama

19

d. mengadakan kegiatan untuk kepentingan bersama seperti pengadaan sarana

produksi,

e. penyediaan fasilitas untuk kepentingan bersama seperti: pengolahan lahan

kelompok, kadang ternak bersama, tempat berkumpul bersama (seperti

pondok, sekretariat kelompok)

f. menganalisis dan menilai usahatani yang dilaksanakan secara bersama dan

merumuskan perbaikan bersama

4. Fungsi Bisnis

a. menganalisis potensi pasar dan peluang pengembangan komoditas yang lebih

menguntungkan

b. menganalisis potensi yang dimiliki untuk mengembangkan komoditi sesuai

dengan permintaan pasar

c. mengelola usaha tani secara komersial dan berkelanjutan

d. menjalin kerjasama dengan lembaga permodalan

Untuk Topik data dari tujuan kedua yaitu menganalisis permasalahan dalam

kelompok tani, akan diturun sesuai dengan temuan penelitian dari tujuan satu.

Permasalahan akan digali dari fungsi-fungsi yang tidak dijalankan oleh kelompok

tani. Sementara solusi akan diberikan berdasarkan masalah yang ditemui.

E. Teknik Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan teknik triangulasi yaitu dengan menggabungkan

beberapa cara yaitu:

1. Observasi merupangan kegiatan pengamatan langsung ke lokasi penelitian

yang bertujuan untuk melihat secara langsung kodisi real objek penelitian.

2. Wawancara terstruktur, dilakukan dengan menggunakan instrumen kuesioner

yang ditujukan kepada sample yaitu kelompok tani yang diwakili oleh

pengurus.

3. Wawancara mendalam menggunakan panduan wawancara dengan ketua

kelompok tani. Wawancara mendalam bertujuan untuk menggali informasi

lebih ditail dan gambaran yang lebih mendalam mengenai objek penelitian

20

F. Tekhnik analisa data

Data yang diperoleh dari penelitian selanjutnya akan dianalisa secara

deskriptif kualitatif. Untuk tujuan pertama semua indikator yang telah dicantumkan

pada topik data akan dicek pelaksanaannya ke kelompok tani dengan menggunakan

daftar checklist dengan menggunakan dua kategori yaitu melaksanakan atau tidak

melaksanakan. Selanjutnya akan ditabulasi dan dipersentasekan. Hasil persentase

akan dinilai dengan kategori sebagai berikut:

Tabel 1. Kategori penilaian untuk pelaksanaan fungsi kelompok tani

No Kategori Pelaksanaan

1 Optimal 66 – 100%

2 Kurang optimal 33 – 65%

3 Tidak optimal 0 – 32%

Analisa data untuk tujuan ke dua adalah dengan mengelompokan alasan dan

masalah dari ketidak berfungsian kelompok tani. Selanjutnya akan dirumuskan upaya

untuk perbaikan. Secara keseluruhan langkah-langkah dalam analisa data adalah

sebagai berikut

1. Mengumpulkan data sesuai tujuan penelitian dan topik data

2. Editing, pengelompokan dan reduksi data

3. Data ditampilkan dalam bentuk tabulasi, presentase dan uraian

4. Analisis dengan konsep dan teori yang relevan

5. Penarikan kesimpulan

21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil Kota Padang

1. Kondisi Geografis

Kota Padang (Lampiran 2) merupakan Ibu Kota Provinsi Sumatera Barat

memiliki luas 694,96 Km2 dengan posisi 00

0 44' 00'' - 01' 08'' 35'' LS dan 100

0 05' 05'' -

1000 34' 09'' BT (BAPPEDA Kota Padang, 2013). Batas-batas wilayah adalah sebagai

berikut :

Batas Utara : Kabupaten Padang Pariaman

Batas Selatan : Kabupaten Pesisir Selatan

Batas Timur : Selat Mentawai

Batas Barat : Kabupaten Solok

Kondisi ketinggian Kota Padang sangat bervariasi, yaitu antara 0 – 1853 m

dpl dengan rata-rata curah hujan 384,85 mm/bulan den rata-rata hari hujan 15 hari.

Suhu kota Padang berkisar antara 22,60 – 31,7

0 C dengan kelembaban 77 – 94%

(BPS, 2014). Kondisi ini cocok untuk budidaya tanaman padi.

2. Kondisi Demografis

Jumlah penduduk Kota Padang tahun 2013 adalah 876678 jiwa yang

tersebar di 11 kecamatan (Badan Pusat Statistik Kota Padang, Tahun 2014).

Sementara berdasarkan Sensus Tani Kota Padang tahun 2013 Jumlah rumah tangga

petani (RTP) adalah 19.576. Rincian jumlah penduduk berdasarkan kecamatan dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2. Luas daerah, jumlah dan kepadatan penduduk menurut kecamatan di Kota

Padang tahun 2013

No Kecamatan Luas Daerah

(km)

Jumlah

Penduduk

(jiwa)

Kepadatan

(jiwa/km)

1. Bungus Teluk Kabung 100.78 23 858 237

2. Lubuk Kilangan 85.99 51 847 603

3. Lubuk Begalung 30.91 113 217 3 663

4. Padang Selatan 10.03 58 780 5 860

5. Padang Timur 8.15 78 789 9 667

6. Padang Barat 7.00 45 781 6 540

7. Padang Utara 8.08 70 051 8 670

22

Tabel 2. Sambungan...

No Kecamatan Luas Daerah

(km)

Jumlah

Penduduk

(jiwa)

Kepadatan

(jiwa/km)

8. Nanggalo 8.07 59 137 7 328

9. Kuranji 57.41 135 787 2 365

10. Pauh 146.29 64 864 443

11. Koto Tangah 232.25 174 567 752

Jumlah 694.96 876 678 1 261

Sumber: Badan Pusat Statis Kota Padang tahun 2014

3. Kondisi Pertanian

Produksi pertanian yang utama di Kota Padang adalah padi dan palawija.

Berikut ini data produksi komoditi tanaman pangan dan palawija di Kota Padang

tahun 2012

Tabel 3. Jenis komoditi, luas panen, produksi, produktifitas di Kota Padang tahun

2012

No Jenis komoditi luas panen

(Ha)

produksi

(ton)

produktifitas

(Kwt/Ha)

1 Padi sawah 14,945.00 78,699.00 52.66

2 Jagung / Maize 2.00 5.00 25.00

3 Ubi Kayu / Cassava 161.00 2,734.00 169.81

4 Ubi Jalar /Sweet

Potatoes 23.00 279.00 121.30

5 Kacang Tanah /

Peanuts 10.00 22.00 22.00

6 .Kacang Hijau / 2.00 2.00 10.00

Tahun 2012 15,143.00 81,741.00 57.25

Tahun 2011 13,894.00 81,209.84 61.07

Tahun 2010 13,741.00 73,495.00 56.61

Tahun 2009 14,295.00 79,197.00 55.40

Tahun 2008 10,433.00 60,723.00 58.20

Sumber: Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan dan Kehutanan Kota Padang,

tahun 2013

Data di atas memperlihatkan bahwa produksi padi sawah dan palawija di

Kota Padang cenderung mengalami peningkatan dari tahun-ketahun. Sedangkan

23

produktifitas dari tahun secara umum juga memperlihatkan kecenderungan

peningkatan kecuali dari tahun 2011 ke 2012 mengalami sedikit penerunan. Diantara

komoditi di atas, padi sawah memiliki produksi yang paling tinggi tahun 2012,

namun untuk produktifitas lahan, maka komoditi ubi kayu adalah yang paling tinggi.

B. Deskripsi Pelaksanaan Fungsi Kelompok Tani

Secara sosial ekonomi, pendekatan kelompok dilakukan karena keterbatasan

sumberdaya (modal usaha, lahan pertanian, dan sebagainya) yang dimiliki oleh

petani secara individual. Secara sosio budaya, pendekatan kelompok dilakukan

karena karena kenyataan masyarakat Indonesiakebanyakan berorientasi kelompok

dalam setiap kehidupannya. Aktivitas masyarakat sangat banyak ditentukan melalui

keputusan-keputusan kelompok, terlebih pada masyarakat agraris (Hariadi, 2011).

Pengembangan kerjasama kelompok dan organisasi di tingkat petani

bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan kelembagaan petani dan mendorong

petani dalam kegiatan dan program pembangunan pertanian. Bunch (1991) dalam

Anantanyu (2009) menyebutkan kelembagaan diperlukan karena tiga alasan:

Pertama, banyak permasalahan pertanian yang hanya dapat dipecahkan oleh suatu

lembaga. Kelembagaan petani dapat menjadi perantara antara petani dengan

kelembagaan lain. Kelembagaan petani dapat menyediakan jasa pelayanan untuk

petni sendiri sehingga memungkinkan untuk belajar. Kelembagaan dapat

memberikan kelanggengan pada usaha petani karena memungkinkan adanya

pengembangan teknologi secara terus-menerus. Kemampuan kerjasama petani sama

pentingnya dengan perolehan pengetahuan teknis. Ketiga, kelembagaan adalah

adalah upaya untuk menghadapi persaingan dengan dunia luar.

Seiring perkembangannya ternyata pembentukan kelompok-kelompok pada

masyarakat petani juga didorong oleh kepentingan pemerintah dalam menjalankan

program-program pembangunan pertanian, terutama untuk memudahkan kontrol dan

koordinasi. Keterbatasan tenaga penyuluh pertanian yang tidak mungkin menjangkau

petani satu-persatu juga menjadi alasan lain diterapkannya pendekatan kelompok

dalam kegiatan penyuluhan.

Berikut ini adalah pelaksanaan fungsi-fungsi kelompok tersebut:

1. Fungsi Pembelajaran

24

Fungsi kelompok Tani yang pertama adalah fungsi pembelajaran. Agar

fungsi kelompok sebagai kelas belajar dapat berjalan dengan baik, maka kelompok

diarahkan untuk melakukan kegiatan sebagai berikut:

a. Melaksanakan pertemuan rutin

Dari 30 kelompok yang disurvey 87% telah melakukan kegiatan ini. Tema

yang dibahas beragam seperti membahas tentang saluran irigasi, penyusunan RDKK

( Rencana Definitif Kerja Kelompok), pemberantasan hama dan lain-lain.

b. Mengundang nara sumber

Kegaitan ini ternyata belum banyak dilakukan oleh kelompok tani. Terlihat

dari jumlah kelompok yang pernah mengundang narasumber hanya 37% saja.

Kegiatan ini sebenarnya bertujuan agar terjadi alih informasi dari “luar” ke “dalam”

maksudnya informasi yang berasal orang-orang yang berkompeten dan terkait

dengan sektor pertanian diharapkan bisa sampai ke petani. Namun sayangnya belum

banyak dari kelompok tani yang melaksanakan kegiatan ini

c. Mengunjungi Balai Penyuluhan Pertanian

Balai penyuluhan pertanian (BPP) merupakan salah satu sumber dimana

teknologi dan informasi pertanian bisa diakses. Penyululuh pertanian diharapkan

dapat mengarahkan agar kelompok tani melalui perwakilannya dapat mencari

informasi ke BPP sehingga pengetahun petani mengenai pertanian dapat terus

ditingkatkan. Sayangnya sangat sedikit kelompok yang memanfaatkan BPP sebagai

sumber informasi yaitu hanya 6,7% saja.

d. Mengikuti berbagai kursus

Kursus tani bertujuan untuk meningkatkan keterampilan petani dalam

menjaankan usahataninya. Jumah kelompok tani yang mengikuti kursus atau

pelatihan adalah sebanyak 67%, angka ini sebenarnya menunjukan bahwa kursus

atau pelatihan yang diselenggarakan sudah cukup optimal.

e. Melaksanakan kegiatan yang berguna seperti pameran, temu usaha

Keterlibatan kelompok dalam pameran atau temu usaha biasanya bertujuan

agar petani dapat menambah wawasannya mengenai kondisi usaha tani di luar

lingkungannya sehingga bisa saling berbagai pengalaman. Sayangnya sangat sedikit

yang pernah mengikuti kegiatan ini yaitu hanya 10% saja.

f. Mengikut sertakan perempuan dan pemuda dalam kegiatan kelompok

25

Keterlibatan wanita dalam kelompok menjadi penting terutama untuk

kelompok tanaman pangan karena tanaman pangan masih merupakan domainnya

perempuan dimana keterlibatan perempuan dalam aktifitas usaha tani tanaman

pangan sangat intensif jadi tentu saja perempuan sangat berkepentingan dengan

semua kegiatan yang bertujuan untuk peningkatan kemampuan petani dalam

berusaha tani. Sebanyak 97% kelompok tani telah mengikut sertakan perempuan dan

pemuda dalam kegiatan kelompok.

g. Mengembangkan kader kepemimpinan

Pengembangan kader kepemimpinan telah dilakukan yaitu sebanyak 53%

dengan indikator adanya pergantian pemimpin/ketua kelompok secara berkala dalam

kelompok.

Rangkuman dari persentase jumlah kegiatan yang dilaksanakan dan tidak

dilaksanakan tercakup dalam fungsi pembelajaran adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Grafik pelaksanaan kegiatan fungsi pembelajaran

Jika dianalisa dengan menggabungkan keseluruhan kegitan dalam fungsi

pembelajaran, dari 7 kegiatan yang harus dilakukan oleh kelompok agar fungsi

pembelajaran dapat berlangsung dengan baik, maka rata-ratanya adalah 3,6 (51%)

(Lampiran 2), artinya kelompok tani tanaman pangan hanya melaksanakan 3 – 4

kegiatan saja. Angka tersebut dinillai kurang optimal.

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

a b c d e f g

melaksanakan

tidak melaksanakan

26

2. Fungsi Kerjasama

Agar fungsi kerjasama dapat berjalan dengan baik, maka kegiatan yang

harus dilakukan oleh kelompok adalah sebagai berikut:

a. Menetapkan aturan yang jelas dalam kelompok

Aturan berfungsi untuk mengarahkan perilaku anggota dalam mencapaii

tujuan kelompok. Sayangnya hanya 2% saja kelompok yang telah memiliki aturan

yang jelas dan disepakati oleh para anggotanya.

b. Adanya pembagian tugas yang jelas

Pembagian tugas yang jelas masih menjadi hal yang sangat sedikit dimiliki

oleh kelompok tani, terbukti hanya 10% kelompok yang memiliki pembagian tugas

yang jelas. Semua responden yang memiliki pembagian tugas yang jelas menyatakan

pembagian tugas tersebut telah dinyatakan dalam SK pengesahan kelompok.

c. Menghimpun dana untuk kegiatan rutin/kas kelompok

Salah satu aspek yang dapat memperlancar aktivitas kelompok adalah

adanya dana untuk penyelenggaraan kegiatan tersebut. Oleh karena itu penting bagi

kelompok untuk dapat menghimpun dana atau memiliki kas kelompok. Terdapat

63% kelompok tani yang telah melaksanakan kegiatan penghimpunan dana ini.

d. Memiliki administrasi kelompok yang tertib

Secara umum administrasi dalam kelompok baru sampai pengarsipan

daftar nama-nama anggota kelompok, Sk pengesahan kelompok dan beberapa

diantaranya memiliki catatan buku tamu dan dokumentasi piagam penghargaan.

Berkaitan dengan ha ini sebanyak 90% kelompok telah melakukannya. Namun

belum ada dokumentasi yang berkaitan dengan pencatatan hasil pertemuan. Dengan

kata lain sebanyak 87% kelompok yang selalu mengadakan pertemuan rutin tidak

satupun yang mendokumentasikan pertemuan tersebut dalam bentuk catatan hasil

pertemuan.

e. Melaksanakan kegiatan saling membantu seperti simpan-pinjam atau arisan

Kegiatan saling membantu dalam kelompok umumnya dilakukan dalam

bentuk arisan (julo-julo), sementara kelompok yang memiliki kegiatan simpan

pinjam hanya kelompok yang tergabung dalam gapoktan yang memiliki unit usaha

pembiayaan. Jumlah kelompok yang menjalanan kegiatan ini sangat sedikit yaitu

sebanyak 23%.

27

f. Melaksanakan kegiatan kerjasama dengan kelompok lain

Aktifitas kerjasama dengan kelompok lain juga termasuk kegatan yang

jarang dilakukan oleh kelompok, tercatat hanya 6,7% kelompok yang pernah

bekerjasama dengan dengan kelompok lain.

g. Melaksanakan kerjasama kemitraan dengan perusahaan swasta, BUMN atau

BUMD atau kerjasam dengan pihak ke tiga

Kerjasama dengan pihak ketiga tampaknya masih sangat jarang dilakukan.

Hanya ada 6,7% yang memiliki hubungan kerjasama dengan pihak ketiga, itupun

buka hubungan kemitraan. Satu kelompok bekerjasama dengan PT Semen Padang

dalam hal permodalan dan satu kelompok lagi bekerjasama sama dengan koperasi

juga dalam hal permodalan.

Keseluruhan kegiatan yang menunjang fungsi kerjasama dalam kelompok

dapat digambarkan dalam grafik berikut ini:

Gambar 2. Grafik pelaksanaan kegiatan untuk fungsi kerjasama

Jika dianalisa dengan menggabungkan keseluruhan kegiatan dalam fungsi

kerjasama, dari 7 kegiatan yang harus dilakukan oleh kelompok agar fungsi

kerjasama dapat berlangsung dengan baik, maka rata-ratanya adalah 2,3 (31,9%)

(Lampiran 3) artinya kelompok tani tanaman pangan Kota Padang hanya

melaksanakan 2 – 3 kegiatan saja. Angka ini termasuk kategori tidak optimal.

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

a b c d e f g

Melakukan

Tidak Melakukan

28

3. Fungsi Produksi

Agar fungsi kelompok sebagai unit produksi dapat berjalan dengan baik,

maka kelompok tani di arahkan untuk melakuka kegiatan sebagai berikut:

a. Menetapka pola usahatani yang menguntungkan

Aktifitas penetapan pola usahatani baru pada kesepakatan memulai musim

tanam secara serentak yaitu sebanyak 67% kelompok tani tanaman pangan di Kota

Padang. Kelompok tani yang menerapkan pola tanam serentak semua beralasan

karena pola serentak lebih memudahkan dalam pemberantasan hama. Sementara

kegiatan yang berkaitan dengan kesepakatan untuk menanam komoditas tertentu

belum ada. Sedangkan kelompok tani yang tidak menerapkan pola tanam serentak

beralasan karena terkendala oleh keterbatasan ketersediaan air.

b. Menyusun rencana usahatani

Sebanyak 87% kelompok tani mempunyai rencana usahatani karena data

itu diperlukan untuk penyusunan RDKK. Sementara rencana yang berkaitan dengan

permodalan dan pemasaran secara bersama belum ada.

c. Menerapkan teknologi tepat guna yang disepakati bersama

Jumlah kelompok tani yang telah menerapkan tekknologi tertentu adalah

sebanyak 83%. Tenologi yang mereka terapkan adalah teknologi padi tanam

sebatang (PTS), pembuatan kompos secara bersama dan pengolahan tanah dengan

menggunakan hand tractor.

d. Pengadaan sarana produksi bersama

Sarana produksi yang dimiliki secara bersama (berkelompok) adalah rumah

kompos (3%) dan hand tractor (74%), jadi total kelompok tai yang telah

menyediakan sarana produsi secara berkelompok adalah sebanyak 77%, sementara

sarana lain seperti alat untuk pemberantasan hama dan panen dimiliki secara pribadi.

e. Fasilitas untuk kepentingan bersama

Fasilitas bersama yang dimiliki oleh kelompok adalah kantor sekretariat

tempat diselenggarakannya pertemuan rutin atau pertemuan dengan penyuluh

pertanian. Sekretariat ini dimiliki oleh 47% kelompok tani. Sementara kelompok

yang tidak memiliki sekretariat melaksanakan pertemuan rutin di rumah pengurus

kelompok tani atau salah seorang anggota.

f. Aktifitas untuk menilai kegiatan usahatani, serta merumuskan perbaikan

29

Aktifitas ini hanya dilakukan oleh 3% saja (1 kelompok tani). Kelompok

tani (pengurus kelompok) merasa bahwa aktivitas mereka dalam berusahatani atau

cara mereka bertani sudah baik sehingga tidak perlu lagi ada upaya perbaikan.

Keseluruhan kegiatan kelompok tani yang menunjang fungsi produksi

dapat digambarkan dalam grafik berikut ini:

Gambar 3. Grafik pelaksanaan kegiatan dalam fungsi produksi

Dari grafik diatas terlihat bahwa dari 6 kegiatan yang seharusnya dilakukan

oleh kelompok tani dalam menjalankan fungsinya sebagai unit produksi terdapat 4

kegiatan yang kegiatannya telah dilakukan oleh lebih dari 50% kelompok tani yang

disurvei. Jika dirata-ratakan maka setiap kelompok telah melaksanakan rata-rata 3,5

dari 6 kegiatan atau 58,3% (Lampiran 4). Angka ini masuk dalam kategori kurang

optimal.

Pelaksanaan kegiatan dari ketiga fungsi kelompok tani per kelompok tani

secara keseluruhan adalah sebagai berikut:

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

a b c d e f

Melakukan

tidak melakukan

30

Tabel 4. Pelaksanaan fungsi kelompok tani di kelompok tani tanaman pangan Kota

Padang

No Fungsi kelompok Tani Pelaksanaan

skor penilaian

1 Pembelajaran 51% kurang optimal

2 Kerjasama 32% tidak optimal

3 Produksi 58,3% kurang optimal

Rata-rata 50,16% kurang optimal

Data pada tabel di atas menunjukan bahwa kelompok tani tanaman pangan

di Kota Padang belum berfungsi secara optimal atau kurang optimal. Ini tentu saja

dapat menjadi penghambat dalam upaya menyukseskan pembangunan pertanian,

mengingat petani yang tergabung dalam kelompok tani adalah pelaku utama dalam

pembangunan pertanian. Bahkan Mosher (1965) mengatakan bahwa kegiatan

bersama oleh para petani (group action) adalah salah satu faktor pelancar dalam

pembangunan pertanian.

Agar kelompok tani di Kota Padang dapat berperan dengan baik dalam

pembangunan pertanian, tentu diperlukan pembenahan-pembenahan dan

pengembangan kelompok. Berkaitan dengan hal tersebut Madarisa (2013)

menyebutkan tiga alasan penting pengembangan kelompok yaitu: Pertama,

kelompok merupakan jalan (masuk) untuk melakukan kerjasama dalam

pembangunan. Kedua, Sumatera Barat telah mengambil kebijakan yang terpadu bagi

pembangunan pertanian, semenjak tahun 2010 yang memerlukan dukungan dari dan

proses penguatan asosiasi dan kelompok tani. Ketiga, kelompok dan asosiasi

merupakan wadah untuk berbagi.

Pembangunan pertanian hanya akan berhasil dengan baik jika ditopang oleh

pelaku utama (petani) dan pelaku usaha yang berkualitas. Peningkatan kualitas petani

sebagai pelaku utama terutama ditujukan untuk pengembangan kapital manusia

(human capital) dan kapital sosial (social capital) (Soemardjo, 2012).

Pengembangan kedua modal tersebut dapat dilakukan dengan mengoptimalkan

fungsi kelompok tani. Kaitan atau hubungan antara fungsi kelompok tani dengan

pembangunan pertanian dapat digambarkan sebagai berikut:

31

Gambar 4. Petani sebagai pelaku utama pembangunan pertanian

Peningkatan kapital manusia dapat dicapai jika fungsi pembelajaran dalam

kelompok tani bisa berjalan dengan baik. Artinya jika semua kegiatan yang tercakup

dalam fungsi ini dilakukan oleh kelompok tani, maka kelompok bisa menjadi sarana

bagi petani untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam mengelola

usahataninya. Peningkatan pengetahuan dimungkinkan karena kegiatan dalam fungsi

pembelajaran akan membuat petani memiliki wadah untuk saling berbagi informasi

sehingga sesama petani dapat saling berbagi ilmu. Begitu juga kegiatan dalam fungsi

pembelajaran memungkinkan transfer ilmu dan teknologi dari “pihak luar” kepada

petani.

Peningkatan pengetahuan petani dapat diupayakan melalui kegiatan

pertemuan rutin, mengundang nara sumber dari luar dan kunjungan ke balai

PEMBANGUNAN PERTANIAN

PELAKU USAHA/

SWASTA PELAKU

UTAMA/PETANI

MENGEMBANGKAN

MENGEMBANGKAN

HUMAN CAPITAL

SOCIAL CAPITAL

K U A L I T A S

P E T A N I

F U N G S I

K E L O M P O K

PEMBELAJARAN

KERJASAMA

PRODUKSI

32

penyuluhan dan pertanian. Pertemuan rutin bisa menjadi wadah difusi informasi

antar petani dimana sesama petani bisa bertukar informasi atau pengalaman.

Sedangkan nara sumber dan BPP merupakan sumber informasi dari luar kelompok

yang dapat menambah pengetahuan petani melalui proses tranfer

informasi/teknologi. Dari hasil penelitian sayangnya kegiatan mengudang

narasumber dan kunjungan ke BPP masih sangat kurang dilakukan dimana jumlah

kelompok tani yang melaksanakan kegiatan ini hanya 37% dan 6,7% saja.

Peningkatan keterampilan petani dapat diupayakan melalui kegiatan kursus

atau pelatihan. Kegiatan ini sudah dilaksankan oleh 67% kelompok tani artinya

sebagian besar kelompok telah memainkan perannya dalam meningkatkan

keterampilan petani/anggota kelompok.

Fungsi kerjasama dan produksi akan mendorong berkembangnya kapital

sosial karena kegiatan-kegiatan dalam kedua fungsi ini bertujuan untuk mewadahi

baik antar petani anggota kelompok maupun petani dengan “pihak luar” untuk saling

bekerjasama demi tercapainya pengelolaan usahatani yang lebih baik dan

peningkatan produktivitas pertanian. Sayangnya peran kelompok dalam melakukan

kegiatan kerjasama masih rendah yaitu 31,9% saja. Ini berarti upaya kelompok untuk

memupuk modal sosial melalui aktifitas kerjasama masih rendah. Sedangkan

kegiatan dalam fungsi produksi sudah cukup lumayan yaitu sebesar 58,33% namun

angka ini masih menunjukan bahwa kelompok belum melaksanakan fungsinya

sebagai unit produksi secara optimal.

Berkembangnya modal sosial dan modal manusia akan meningkatkan

kualitas petani. Petani yang berkualitas tentunya akan dapat memainkan peran yang

aktif dan efektif dalam menyukseskan setiap program pembangunan.

C. Permasalahan dalam Pelaksanaan Fungsi Kelompok Tani dan Usulan

Solusi

Kelompok tani akan dapat berfungsi dengan baik jika kelompok dapat

memainkan perannya dalam mewadahi berbagai kegiatan yang bermanfaat bagi

petani sesuai dengan fungsinya. Permasalahan disini diangkat dari kegiatan yang

paling sedikit dilakukan oleh kelompok tani. Berikut ini permasalahan dalam

pelaksanaan fungsi kelompok:

1. Permasalahan dalam kegiatan yang berkaitan dengan fungsi pembelajaran

33

a. Rendahnya tingkat kunjungan ke BPP karena petani merasa bahwa informasi

yang mereka perlukan sudah cukup ditanyakan saja kepada petugas penyuluh

pertanian yang rutin atau sering mengunjungi kelompok. Sementara itu

meskipun terdapat 6,7% pengurus kelompok yang pernah melakukan

kunjungan ke BPP, hal itu bukanlah berasal dari inisitif mereka sendiri

namun karena diundang untuk datang ke BPP. I penjelasan tersebut terlihat

bahwa petani belum memahami atau merasakan pentingnya BPP sebagai

pusat atau sumber informasi. Karena tidk semua informasi yang ada di BPP

dapat disampaikan secara lengkap oeh peugas penyuluh pertanian, misalnya

informasi yang erkaitan dengan tanaman dalam bentuk demplot. Ini tentu

sebaiknya disaksikan langsung oeh petani agar petani dapat melihat sendiri

dan membuat perbandingan. Upaya mengundang petani ke BPP merupakan

salah satu langkah yang bisa ditempuh untuk mendorong petani agar mau

mengunjungi BPP. Disamping itu tentu petugas penyuluh pertanian

sebaiknya selalu menginformasikan atau “mempromosikan” apa saja

informasi penting yang bermanfaat bagi petani yang tersedia di BPP untuk

memotivasi petani mengunjungi BPP.

b. Kegiatan mengikuti pameran atau temu usaha masih rendah. Hal ini bisa jadi

karena kegiatan ini juga tidak sering ada. Selain itu petani merasa bahwa

mereka tidak tahu apa perlunya mengikuti kegiatan tersebut. Penyuluh

pertanian dapat memberikan penjelasan bahwa pameran bisa dijadikan ajang

bagi petani untuk “mempromosikan” produk mereka. Sedangkan kegiatan

temu usaha adalah ajang pertemuan antara petani dengan pihak swasta. Ini

bisa menjadi jalan kerjasama kemitraan bagi petani. Penyuluh sebaiknya

memberikan informasi jika ada kegiatan pameran atau temu usaha kepada

kelompok tani dan mendorong petani untuk mengikutinya.

c. Jarangnya kelompok tani mengundang narasumber. Narasumber bisa berasal

dari peneliti, akademisi ataupun pihak lain yang bisa menyampaikan

informasi yang bermanfaat bagi petani. Pengurus kelompok beralasan bahwa

mereka tidak tahu siapa yang harus diundang, karena jika ada masalah cukup

bertanya ke penyuluh saja. Penyuluh pertanian bisa jadi tidak menguasai

semua informasi yang berkaitan dengan pertanian karena masalah sektor

34

pertanian sangat kompleks. Hal ini bisa di atasi jika nara sumber yang

berkompeten bisa dihadirkan ke tengah petani. Penyuluh pertanian dapat

menjaankan fungsinya sebagai fasilitator yang menjad penghubung antara

petani dengan pihak lain karena bisa dimaklumi jika petani tidak memiliki

relasi dengan peneliti atau akademisi maupun pihak lain.

d. Pengembangan kader kepemimpinan yang belum optimal. Meskipun telah

terdapat 53% kelompok yang sudah melakukan pergantian ketua dan

memiliki aturan tentang masa kepemimpinan, namun angka tersebut masih

belum optimal. Masih banyak kelompok yang tidak memili aturan mengenai

masa kepemimpinan/kepengurusan kelompok dan tidak menganti ketua

kelompok. Hal ini disebabkan karena ketua yang sekarang masih ada dan

tidak perlu diganti. Alasan lain karena tidak ada anggota yang bersedia

menjadi ketua. Ini bisa menjadi masalah karena umunya ketua yang

sekarang sudah berumur lanjut tentu saja berpengaruh kepada kreatifitasnya

dalam mencari informasi guna kemajuan kelompok. Penyuluh sebaiknya

memberikan latihan tentang kepemimpinan terutama bagi anggota kelompok

yang masih muda dan mendorong kelompok untuk memiliki aturan yang

jelas mengenai masa kepemimpinan sehingga pemilihan ketua dapat

dilakukan secara berkala.

2. Permasalahan dalam pelaksanaan fungsi kerjasama

a. Kelompk Tani tidak memiliki aturan dan pembagian kerja yang jelas.

Permasalahan ini terjadi karena anggota kelompok tani terbiasa

mengandalkan ketua kelompok saja dalam mengurus segala sesuatu yang

berkaitan dengan kegatan kelompok. Anggota merasa tidak perlu

merumuskan aturan atau pembagian kerja yang jelas selama tujuan mereka

berkelompok dapat dicapai. Hal ini membuat kelompok tidak dapat

berkembang dengan baik karena tenaga dan pikiran ketua tentu terbatas,

keberhasilan sebuah kelompok tidak hanya ditentukan oleh kretaifitas ketua

saja namun juga partisipasi aktif oleh anggotanya. Untuk mengatasi hal ini

penyuluh perlu mendampingi kelompok dalam merumuskan Ad/ART

kelompok dan memberikan motivasi kepada anggota tentang perlunya

35

keterlibatan anggota serta aturan yang jelas agar kelompok dapat berperan

dengan baik.

b. Kurangnya peran kelompok dalam membangun kegiatan saling membantu

antar sesama anggota dalam kelompok. Kelompok dapat memfasilitasi

pembentukan kegiatan kerjasama atau kegatan yang saling menguntung antar

sesama anggota kelompok. Kegiatan tersebut seperti simpan pinjam,

kegiatan ini dapat menolong petani dalam mengatasi masalah modal usaha

atau kebutuhan uang tunai bagi petani. Kegiatan ini bisa di upayakan jika

kelompok memiliki kegiatan penghimpunan dana yang dilakukan secara

rutin, disamping itu juga diperlukan aturan yang jelas dalam pengelolaan

dana. Beberapa kelompok telah melaksanakan hal ini dalam bentuk kegiatan

arisan. Kegiatan lain yang bisa difasilitasi oleh kelompok adalah kegiatan

“julo-julo karajo” atau arisan tenaga kerja. Kegiatan ini sama dengan arisan

biasa namun yang dipergilirkan bukan penerimaan sejumlah uang, namun

giliran kerja di lahan-lahan anggota. Kegiatan ini dapat mengurangi

pengeluaran petani untuk membayar buruh tani, terutama untuk kegatan

penanaman dan panen.

c. Tidak ada atau sedikit sekali kelompok yang melakukan kerjasama dengan

kelompok lain. Kerjasama dengan kelompok lain bertujuan untuk

memperkuat posisi tawar petani terutama dibidang pemasaran. Jika petani

memiliki satu sub terminal yang menampung hasil produksi secara bersama

dalam satu kawasan, maka harga produk pertanian tentu tidak hanya

ditentukan oleh pedagang pengumpul saja namun secara bersama-sama

petani juga bisa menaikan posisi tawar mereka. Untuk membentuk hal ini

terlebih dulu petanii tentu harus diupayakan terlepas dari jeratan hutang

(biasanya petani berhutang ke pedagang pengumpul dengan jaminan hasil

panen). Selanjutnya penyuluh harus menjalankan peran aktif sebagai

penghubung antar kelompok tani.

d. Kurangnya kegiatan kemitraan atau kerjasam dengan pihak swasta ataupun

BUMN

e. Fasilitas bersama yang masih kurang. Untuk pengadaan fasilitas milik

bersama seperti kandang bersama, rumah kompos, mesin bajak tertu awalnya

36

petani harus dibantu, selanjutnya harus ada motivasi terus-menerus dari

penyuluh dan ketua kelompok untuk menumbuhkan kesadaran bersama guna

memelihara fasilitas bersama tersebut.

3. Permasaahan dalam kegiatan yang berkaitan dengan fungsi produksi

a. Hampir semua kelompok tidak pernah memfasilitasi pertemuan anggota

untuk melakukan penilaian kegiatan usahatani, serta merumuskan perbaikan.

Sebagian besar beralasan karena keberhasilan maupun kegagalan usahatani

yang dilakukan menjadi urusan masing-masing petani. Alasan lain karena

mereka merasa bahwa hasil yang mereka perleh saat ini kurang lebih sama

saja dari tahun sebelumnya, sehingga petani merasa tidak ada yang perlu

diperbaiki. Kalau ada permasalahan maka biasanya hal tersebt dibicarakan

pada saat pertemuan rutin. Penyuluh sebaiknya membuka kesadaran petani

bahwa kondisi yang dihadapi oleh petani saat ini masih memungkinkan

untuk menjadi lebih baik dengan cara menginformasikan teknologi baru

yang menjanjikan peningkatan produksi. Jadi penyuluh bisa mendorong

anggota kelompok untuk melakukan pertemuan ini.

b. Penyediaan fasilitas untuk kepentingan bersama seperti: pengolahan lahan

kelompok, kadang ternak bersama, tempat berkumpul bersama (seperti

pondok, sekretariat kelompok) yang masih sangat kurang. Fasilitas bersama

yang dimiliki oeh kelompok tani baru sekretarat kelompok, itupun hanya

dimiliki oleh 47% kelompok tani. Sementara untuk pengolahan lahan atau

pembuatan kandang ternak diserahkan kepada masing-masing anggota.

Untuk pengolahan tanah sebagian dilakukan oleh tenaga upahan (buruh tani).

Penyediaan fasilitas bersama memungkinkan efisiensi biaya produksi,

misalnya jika kegiatan-kegiatan yang memerlukan tenaga tambahan seperti

pengolahan tanah, penanaman dan saat panen bisa di lakukan secara gotong-

royong bergiliran anatar anggota kelompok tentu akan sangat mengurangi

biaya riil yang biasanya dikeluarkan oleh petani. Penyuluh perlu

memberikan pengarahan dan penjelasan mengenai hal ini, dan mendorong

kelompok untuk mengumpulkan dana guna membangun kandang ternak

kelompok (bagi kelompok yang memili ternak) atau membeli handtractor

37

milik bersama sehingga petani kedepannya tidak perlu mengeluarkan biaya

untuk menyewanya.

Dari paparan di atas, terlihat bahwa kurang optimalnya fungsi kelompok

tani karena kelompok belum mampu memfasilitasi berbagai kegiatan yang dapat

menggalang partisipasi para sehingga anggota kelompok bisa berinteraksi dengan

lebih intensif. Hal ini sesuai dengan temuan Hariadi (2011) yang menyatakan bahwa

faktor yang sangat signifikan mempengaruhi keberhasilan fungsi kelompok tani

adalah interaksi. Sementara untuk fungsi kerjasama dan pembelajaran selain

dipengaruhi oleh interaksi juga dipengaruhi oleh kegiatan enyuluhan pertanian.

Seperti yang disampaikan oleh Sumardjo (2009) dalam Sumardjo (2012)

fokus utama penyuluhan adalah pengembangan kapital manusia (human capital)

sebagai bagian dari sistem sosial dan kelembagaan, sehingga menjadi kapital sosial

(social capital) yang kondusif bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat pertanian.

Untuk kasus dalam penelitian ini, temuan Hariadi (2011) bisa dipakai,

karena setiap kelompok pasti berada di bawah binaan tenaga penyuluh pertanian.

Untuk mengoptimal fungsi kelompok tani, maka penyuluh pertanian dapat

memainkan perannya sebagai fasilitator yang menghubungkan kelompok tani dengan

kelompok tani lainnya atau menghubungkan kelompok tani dengan pihak ketiga

seperti koperasi, BUMN atau perusahaan swasta lainnya dengan model kerjasama

kemitraan. Sementara fungsi pembelajaran dapat ditinkatkan melalui upaya

pendampingan dan pembinaan yang intensif dari penyuluh pertanian. Sementara

interaksi antar petani dapat diintensifkan jika kegiatan kelompok tani dijalankan.

38

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kelompok tani belum berfungsi secara optimal, dimana rata-rata setiap

kelompok tani baru melaksanakan 51% fungsi pembelajaran, 329% fungsi

kerjasama dan 58,3% fungsi produksi.

2. Belum optimalnya fungsi kelompok baik sebagai wadah pembelajaran,

wadah kerjasama maupun unit produksi dikarenakan masih banyak kegiatan-

kegiatan dalam fungsi tersebut yang tidak dilaksanakan oleh kelompok.

3. Optimalisasi fungsi kelompok diperlukan untuk mendorong berkembangnya

modal sosial dan modal manusi ditingkat petani sehingga kualitas petani

sebagai pelaku utama pembangunan pertanian dapat ditingkatkan.

B. Saran

1. Perlu bimbingan dan pengarahan oleh penyuluh pertanian untuk

mengoptimalkan fungsi kelompok tani.

2. Sebaiknya penyuluh memfasilitasi terbentuknya jaringan kerjasama antar

kelompok tani dan antara petani dengan pihak swasta.

3. Perlu peningkatan interaksai antar anggota kelompok tani melalui

peningkatan jumlah kegiatan dalam kelompok tani.

39

DAFTAR PUSTAKA

Babbie, Earl. 2004. The Practice of Social Research. Wardswrth/Thomson Learning

10 Davis drive Belmont, Ca 94002-3098 USA

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Padang. 2013

Badan Pusat Statistik Kota Padang. 2014. Profil Kota Padang

S. Rizal. 2013. Luas Areal Persawahan padang Berkurang. diperoleh dari

http://m.shnews.co.php/web/read/18356/luas-areal-persawahan-padang-

berkurang.html; internet: diunduh tanggal 18 januari 2014

Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan dan Kehutanan Kota Padang, 2013.

Produksi, Luas Tanam dan Produktifitas Palawija dan Padi Kota Padang. BPS

Kota Padang

Hariadi, Sunarru Samsi. 2011. Dinamika Kelompok. Penerbit Sekolah Pas padangca

Sarjana UGM. Jogjakarta

Creswell, Jonh W. 1994. Research Desighn. Pnerbit KIK Press Jakarta

Krisnamurti, B. 2008. “Agenda Pemberdayaan Petani dalam Rangka Pemantapan

Ketahanan Pangan Nasional”. Jurnal Ekonomi Rakyat Th. 11 No. 7 [Jurnal

On-Line]; Diperoleh dari: http://www.ekonomirakyat.org/edisi19/artikel

3.htm; Internet; diunduh tanggal 23 Agustus 2013.

Madarisa Fuad. 2013. Perspektif Pembangunan Peternakan rakyat. Andalas

University Press. Padang

Mardikato, Totok. 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. Universitas Sebelas Maret.

Solo

Pranolo, Tito. 2000. Pembangunan Pertanian dan Liberalisasi Perdagangan.

Makalah, disampaikan pada Konpernas XIII Perhepi, Jakarta 12 Pebruari

2000

Pusat Penyuluhan Pertanian. Kelompok Tani Sebagai Wahana Kerjasama. Badan

Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian. Kementrian Pertanian.

Jakarta

Soebiyanto FX. 1998. Peranan Kelompok dalam Mengembangkan Kemandirian

Petani dan ketangguhan Berusahatani. Disertasi Program Pascasarjana, IPB

Bogor.Sukino. 2013. Membangun Pertanian dengan Pemberdayaan

Masyarakat Tani. Pustaka Baru. Yogyakarta

40

Sumardjo, 2012. Kelembagaan Masyarakat Tani dalam Merevolusi Revolusi Hijau.

Pemikiran Guru Besar IPB. IPB Press. Bogor Sumintaredja, Samedi. 2001.

Penyuluhan pertanian. editor Mulyono Machmur. Sinar Tani. Jakarta

41

Lampiran 1 Peta Kota Padang

42

Lampiran 2. Pelaksanaan kegiatan dalam fungsi pembelajaran pada kelompok tani

NO KLP TANI kegiatan dalam fungsi pembelajaran Jumlah

kegiatan a b c d e f g

1 RAPERTA 1 1 1 1 0 1 0 5

2 PERMAi INDAH 1 1 0 1 0 1 1 5

3 KWT MELATI JAYA 1 0 0 1 0 1 1 4

4 BG TANJUNG 1 0 0 1 0 1 0 3

5 BATUNG I 0 0 0 0 0 1 0 1

6 Suka Maju 1 1 0 1 0 1 1 5

7 Jaya Murni 1 0 0 0 0 1 1 3

8 Saiyo Sakato 1 1 1 1 0 1 1 6

9 Patamuan 1 0 0 1 0 1 1 4

10 Jaya Bersama 1 1 0 1 0 1 1 5

11 Cahaya Baru 1 0 0 1 0 1 0 3

12 Simp 3 korong Gd 1 0 0 1 0 1 0 3

13 pasar Lalang 1 0 0 0 0 1 0 2

14 Usaha Tani 1 1 0 1 0 1 1 4

15 Cinta damai 1 0 0 1 0 1 0 3

16 Tuo Sepakat 1 0 0 0 0 1 0 2

17 telaga Baru 1 0 0 0 0 0 0 1

18 Taruko saiyo 1 0 0 1 1 1 0 4

19 kwt Mekar sari 1 1 0 1 0 1 0 4

20 Bukit Putus 0 0 0 1 0 1 1 3

21 Serba Usaha 0 0 0 0 0 1 0 1

22 Gurun Sepakat 0 0 0 0 0 1 1 2

23 Banda Langik 1 1 0 1 0 1 1 5

24 Bawah asam 1 1 0 0 0 1 1 4

25 Sawah Rangah 1 0 0 0 0 1 1 3

26 Sepakat 1 0 0 1 0 1 0 4

27 Cangkiang Baduri 1 0 0 1 0 1 0 3

28 Permata Harapan 1 1 0 1 1 1 1 6

29 Kp Duri Sepakat 1 1 0 1 0 1 1 5

30 Tunas Harapan 1 0 0 0 1 1 1 4

Jumlah 26 11 2 20 3 29 16 3,6

Persentase (%) 87 37 6,7 67 10 97 53 51

Keterangan:

Angka 1: kegiatan dilaksanakan

Angka 0: kegiatan tidak dilaksanakan

43

Lampiran 3. Pelaksanaan kegiatan dalam fungsi kerjasama pada kelompok tani

NO KLP TANI kerjasama Jumlah

kegiatan a b c d e f g

1 Raperta 0 0 0 1 0 0 1 2

2 Permai Indah 0 0 1 1 0 0 0 2

3 KWT Melati Jaya 0 1 1 1 0 0 0 3

4 BG Tanjung 0 0 1 1 0 0 0 2

5 Batung I 0 0 0 0 0 0 0 0

6 Suka Maju 0 0 1 1 1 0 0 2

7 Jaya Murni 0 0 0 1 0 0 0 1

8 Saiyo Sakato 0 0 0 1 0 0 0 1

9 Patamuan 0 1 1 1 0 0 0 3

10 Jaya Bersama 0 0 1 1 0 0 0 2

11 Cahaya Baru 0 0 0 1 0 0 0 1

12 Simp 3 korong Gd 0 1 1 1 1 0 0 4

13 pasar Lalang 0 0 1 1 0 0 0 2

14 Usaha Tani 0 1 1 1 1 0 0 4

15 Cinta damai 0 1 0 0 0 0 0 1

16 Tuo Sepakat 0 0 1 1 0 0 0 2

17 telaga Baru 0 0 1 0 0 0 0 1

18 Taruko saiyo 1 1 1 1 1 1 0 6

19 kwt Mekar sari 1 1 1 1 1 0 0 5

20 Bukit Putus 0 0 1 1 0 0 0 2

21 Serba Usaha 0 0 0 1 0 1 0 1

22 Gurun Sepakat 0 0 0 1 0 0 0 1

23 Banda Langik 0 1 1 1 1 0 0 4

24 Bawah asam 0 0 1 1 0 0 0 2

25 Sawah Rangah 0 0 1 1 0 0 0 2

26 Sepakat 0 1 1 1 1 0 0 4

27 Cangkiang Baduri 0 0 0 1 0 0 0 1

28 Permata Harapan 0 1 0 1 0 0 1 3

29 Kp Duri Sepakat 0 0 0 1 0 0 0 1

30 Tunas Harapan 0 0 1 1 0 0 0 2

Jumlah 2 10 19 27 7 2 2 67

Persentase (%) 6,7 33 63 90 23 6,7 6,7 32

Keterangan:

Angka 1: kegiatan dilaksanakan

Angka 0: kegiatan tidak dilaksanakan

44

Lampiran 4. Pelaksanaan fungsi produksi pada kelompok tani

NO KLP TANI produksi

Jumlah a b c d e f

1 RAPERTA 1 1 1 1 1 0 5

2 PERMAi INDAH 1 1 1 1 0 0 4

3 KWT MELATI JAYA 1 0 1 0 1 0 2

4 BG TANJUNG 0 1 1 1 0 0 3

5 BATUNG I 0 0 0 0 0 0 0

6 Suka Maju 0 1 1 1 1 0 4

7 Jaya Murni 0 1 0 1 0 0 1

8 Saiyo Sakato 0 1 1 1 0 0 3

9 Patamuan 1 1 1 1 1 0 5

10 Jaya Bersama 0 1 0 1 0 0 1

11 Cahaya Baru 0 1 0 0 1 0 2

12 Simp 3 korong Gd 0 1 0 1 0 0 1

13 pasar Lalang 1 1 1 1 0 0 4

14 Usaha Tani 0 1 1 0 0 0 2

15 Cinta damai 1 1 1 0 0 0 3

16 Tuo Sepakat 1 0 1 1 1 0 4

17 telaga Baru 0 1 1 1 1 0 4

18 Taruko saiyo 1 1 1 1 1 1 6

19 kwt Mekar sari 1 0 1 0 1 0 3

20 Bukit Putus 1 1 1 1 0 0 4

21 Serba Usaha 1 1 1 1 1 0 5

22 Gurun Sepakat 1 1 1 0 1 0 4

23 Banda Langik 1 1 1 1 1 0 5

24 Bawah asam 1 1 1 1 0 0 4

25 Sawah Rangah 1 1 1 1 1 0 5

26 Sepakat 1 1 1 1 0 0 4

27 Cangkiang Baduri 1 1 1 1 0 0 4

28 Permata Harapan 1 1 1 1 1 0 4

29 Kp Duri Sepakat 1 1 1 1 0 0 4

30 Tunas Harapan 1 1 1 1 0 0 5

Rata-rata 20 26 25 23 14 1 105

Persentase (%) 67 87 83 77 47 3 3,5

Keterangan:

Angka 1: kegiatan dilaksanakan

Angka 0: kegiatan tidak dilaksanakan