makalah sumber sumber pembelanjaan jangka pendek dan jangka panjang

30
MAKALAH MANAJEMEN FINANSIAL (Sumber – Sumber Pembelanjaan Jangka Pendek dan Jangka Panjang) Disusun Oleh : Fatmawati Gilang Nursandi Andyo Rendra   PROGRAM MAGISTER TERAPAN PROGRAM STUDI AGRIBISNIS POLITEKNIK NEGERI JEMBER 2015

Upload: independent

Post on 17-Nov-2023

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

MAKALAH MANAJEMEN FINANSIAL (Sumber – Sumber Pembelanjaan Jangka Pendek dan

Jangka Panjang)

Disusun Oleh :

Fatmawati

Gilang Nursandi

Andyo Rendra

 

 

PROGRAM MAGISTER TERAPAN

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

POLITEKNIK NEGERI JEMBER

2015

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Meskipun pengklasifikasian sumber dana berdasar atas jangka waktu

tidaklah selalu tepat (kredit jangka pendek yang selalu diperpanjang akhirnya

menjadi dana jangka panjang), harus diakui bahwa dalam praktiknya dilakukan

pembagian dana berdasar atas jangka waktu sebagai contoh, bank mengklasifikasi

kredit menjadi kredit investasi (jangka panjang) dan kredit modal kerja (jangka

pendek). Pengklasifikasian ini nampaknya lebih banyak berhubungan dengan

matching principle. Dengan demikian maka sumber dana jangka pendek

seharunya dipergunakan hanya untuk kebutuhan jangka pendek pula. Sedangkan

kebutuhan dana jangka panjang hendaknya dibiayai dengan jangka panjang.

1.2 Tujuan

1. Mengetahui pengertian dari sumber dana menurut asalnya dan berdasar atas

jangka waktu.

2. Mengetahui kelebihan dan kekurangan yang dimiliki ketika kita menggunakan

jenis sumber dana yang akan dipilih dalam suatu kebutuhan dana.

1.3 Manfaat

Makalah ini dibuat dengan tujuan menjelaskan secara lebih rinci dan detail

mengenai sumber dana menurut asalnya terutama berdasar atas jangka waktu,

serta memahami kelebihan dan kekurangan yang dimiliki ketika kita

menggunakan jenis sumber dana yang akan dipilih dalam suatu kebutuhan dana.

Dengan mengetahui hal tersebut, kita dapat mengaplikasikan di dalam perusahaan.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sumber Dana Menurut Asalnya

2.1.1 Sumber Intern (Internal Sources)

Sumber dana ditinjau dari asalnya pada dasarnya dibedakan menjadi

sumber intern (internal sources) dan sumber extern (external sources). Dana yang

berasal dari dari sumber intern adalah dana atau modal yang dibentuk atau

dihasilkan sendiri di dalam perusahaan seperti laba ditahan (retained earning) dan

penyusutan (depreciation). Ditinjau dari penggunaan atau bekerjanya kedua dana

tersebut di dalam perusahaan tidak ada bedanya. Besarnya laba ditahan atau

cadangan dipengaruhi oleh besarnya laba yang diperoleh selama periode tertentu,

dividend policy dan plowing back policy yang dijalankan oleh perusahaan.

Meskipun jumlah laba yang diperoleh selama periode tertentu besar, tetapi oleh

karena perusahaan mengambil kebijakan bahwa sebagian besar dari laba tersebut

dibagikan sebagai deviden, maka bagian laba yang ditahan akan kecil jumlahnya,

dan sebaliknya laba ditahan akan cenderung besar kalau perusahaan mengambil

kebijakan penanaman kembali dalam perusahaan yang besar. Sumber intern selain

berasal dari laba ditahan atau cadangan juga berasal dari depresiasi. Besarnya

depresiasi setiap tahunnya tergantung pada metode depresiasi yang digunakan

oleh perusahaan yang bersangkutan. Sementara sebelum depresiasi tersebut

digunakan untuk mengganti aktiva tetap yang akan diganti, dapat digunakan untuk

membelanjai perusahaan meskipun waktunya terbatas sampai saat penggantian

tersebut. Selama waktu itu depresiasi merupakan sumber dana atau modal di

dalam perusahaannya sendiri.

2.1.2 Sumber Extern (External Sources)

Sumber extern (external sources) adalah sumber yang berasal dari luar

perusahaan, Dana yang berasal dari sumber ekstern adalah dana yang berasal dari

para kreditur dan pemilik, peserta atau pengambil bagian di dalam perusahaan.

Dana atau modal yang berasal dari para kreditur adalah merupakan hutang bagi

perusahaan yang bersangkutan dan modal yang berasal dari kreditur tersebut ialah

apa yang disebut modal asing. Metode pembelanjaan dengan menggunakan modal

asing disebut pembelanjaan asing atau pembelanjaan dengan hutang (debt

financing). Dana atau modal yang berasal dari pemilik, peserta atau pengambil

bagian di dalam perusahaan adalah merupakam dana yang akan tetap ditanamkan

dalam perusahaan yang bersangkutan, dan dana ini dalam perusahaan tersebut

akan menjadi modal sendiri. Metode pembelanjaan dengan menggunakan dana

yang berasal dari pemilik atau calon pemilik tersebut disebut pembelanjaan

sendiri (equity financing). Dengan demikian maka dana yang berasal dari sumber

ekstern adalah terdiri dari modal asing dan modal sendiri.

Pada dasarnya pihak-pihak pemberi dana atau modal ekstern yang utama

dapat digolongkan dalam 3 golongan yaitu:

1. Supplier, Supplier memberikan dana kepada suatu perusahaan di dalam bentuk

penjualan barang secara kredit, baik untuk jangka pendek (kurang dari 1

tahun), maupun untuk jangka menengah (lebih dari 1 tahun dan kurang dari 10

tahun).

2. Bank, bank adalah lembaga kredit yang mempunyai tugas utama memberikan

kredit disamping pemberian jasa-jasa lain dibidang keuangan. Pemberian kredit

oleh bank bisa jangka pendek (kurang dari 1 tahun), jangka menengah (lebih

dari 1 tahun dan kurang dari 10 tahun), dan jangka panjang (lebih dari 10

tahun).

3. Pasar modal (capital market), adalah merupakan sumber dana ektern bagi suatu

perusahaan, dimana pasar modal didefinisikan suatu pengertian abstrak yang

mempertemukan dua kelompok yang saling berhadapan tetapi yang

kepentingannya saling mengisi, yaitu calon pemodal (investor) disatu pihak

dan emiten yang membutuhkan dana jangka menengah atau jangka panjang

dilain pihak, atau dengan kata lain adalah tempat (dalam artian abstrak)

bertemunya penawaran dan permintaan dana jangka menengah atau jangka

panjang. Dimaksudkan dengan pemodal adalah perorangan atau lembaga yang

menanamkan dananya dalam efek, sedangkan emiten adalah perusahaan yang

menerbitkan efek untuk ditawarkan kepada masyarakat. Fungsi dari pasar

modal adalah mengalokasikan secara efisien arus dana dari unit ekonomi yang

mempunyai surplus tabungan (saving surplus unit) kepada unit ekonomi yang

mempunyai defisit tabungan (saving deficit unit). Dalam pasar modal

dibedakan antara pasar perdana dan pasar sekunder. Dimaksudkan dengan

pasar perdana adalah pasar bagi efek yang pertama kali diterbitkan dan

ditawarkan dalam pasar modal, sedangkan pasar sekunder adalah pasar bagi

efek yang sudah ada dan sudah diperdagangkan dalam bursa efek.

2.2 Sumber Dana Jangka Pendek

2.2.1 Penting Pendanaan Jangka Pendek

Manajemen modal kerja membutuhkan pembiayaan modal kerja yang

bersifat sementara dan dapat dibiayai dengan sumber pendanaan jangka pendek.

Sumber dana jangka pendek pada prinsipnya merupakan bentuk pendanaan yang

harus dilunasi dalam jangka waktu satu tahun. Masalah yang paling penting yang

harus diperhitungkan dalam menentukan pilihan sumber dana jangka pendek

adalah tersedianya dana pada saat diperlukan dan biaya dana paling efektif. Salah

satu dari tujuan perencanaan jangka pendek adalah untuk menjaga likuiditas

perusahaan. Perusahaan yang dalam keadaan likuid akan memiliki kewenangan

untuk membayar kewajiban yang sudah jatuh tempo akan mendukung aktivitas

operasional perusahaan. Hal ini disebabkan perusaahaan memiliki dana yang

cukup untuk memenuhi kebutuhan jangka pendeknya, seperti membayar hutang

yang jatuh tempo, gaji karyawan, pajak, dan kewajiban jangka pendek lainnya

yang harus segera dibayar. Dan yang memiliki hubungan erat dengan kemampuan

memenuhi likuiditas tersebut adalah kebijakan pendanaan jangka pendek yang

diterapkan oleh perusahaan. Pemenuhan keuangan jangka pendek, juga

dibutuhkan untuk membiayai aktivitas perusahaan terutama yang berkaitan

dengan kebutuhan modal kerja perusahaan.

Perencanaan keuangan jangka pendek kita kenal dengan nama

pendanaan jangka pendek dikenal juga dengan nama pembelanjaan jangka

pendek. Dalam pendanaan jangka pendek dikenal pembelanjaan atau pendanaan

yang bersifat spontan dan tidak spontan. Bersifat spontan artinya pendanaan ini

dilakukan untuk hal-hal yang bersifat jangka waktu singkat dan segera harus

dipenuhi serta tidak terlalu banyak persyaratan, misalnya hutang dagang.

Sementara itu pendanaan yang tidak spontan seperti kredit atau pinjaman

perbankan dan commercial paper (surat hutang/promes). Pinjaman bank

memerlukan jaminan tertentu, sedangkan commercial paper tidak memerlukan

jaminan, kecuali nama baik atau reputasi perusahan.

Dengan demikian, pendanaan jangka pendek di samping digunakan

untuk memenuhi kebutuhan likuiditas juga untuk membiayai perkembangan

operasi perusahaan, membayar kewajiban, dan menandai sebagian perkembangan

aktiva perusahaan. Dalam praktiknya pendanaan jangka pendek berkaitan erat

dengan pembiayaan aktiva lancar. Karakteristik pendanaan jangka pendek

terutama untuk membiayai modal kerja neto, antara lain sebagai berikut:

1. Setiap ragam sumber pendanaan jangka pendek memiliki keunggulan dan

kelemahan dari masing-masing sumber tersebut.

2. Pendanaan jangka pendek dibutuhkan hanya dalam satu tahun atau beberapa

tahun saja.

3. Pendanaan jangka pendek dipergunakan secara musiman dan fluktuasi waktu

tertentu di dalam posisi pendanaan korporasi yang dibutuhkan dalam

mengantisipasi perkembangan bisnis.

4. Sebagai contoh, pendanaan jangka pendek dipergunakan untuk menambah

modal kerja (extra), misalnya untuk membiayai aktiva lancar atau pendanaan

untuk proyek jangka panjang.

5. Apabila dibandingkan dengan pendanaan jangka panjang, pendanaan jangka

pendek memiliki beberapa kelebihan, sebagai contoh: mudah untuk diatur,

tidak terlalu mahal biayanya, dan hanya membutuhkan agunan yang sifatnya

fleksibel.

6. Pengembalian pendanaan jangka pendek sangat tergantung kepada fluktuasi

tingkat bunga, digunakan sebagai pendanaan baru apabila dibutuhkan dalam

frekuensi kegiatan bisnis yang semakin meningkat.

7. Sumber utama jangka pendanaan jangka pendek adalah kredit dagang,

pinjaman dari bank, surat-surat berharga, piutang, dan persediaan barang

dagangan.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan di dalam seleksi dari sumber pendanaan

jangka pendek antara lain.

1. Biaya (cost)

2. Efek dari credit rating, beberapa sumber mungkin efeknya negative bila

dilihat dari credit rating korporasi.

3. Risiko (risk), korporasi harus mampu memberikan jaminan bahwa

pendanaan itu dapat menghasilkan.

4. Keterbatasan (restrictions), harus dibatasi sesuai dengan kebutuhan

minimum dari modal kerja neto

5. Fleksibilitas (flexibility), kebutuhan pendanaan jangka pendek harus

disesuaikan secara periodik, menjaga kesinambungan modal kerja.

6. Sangat tergantung kondisi pasar uang (expected money market).

7. Sangat tergantung pada tingkat inflasi

8. Kemampuan korporasi untuk menghasilkan laba dan posisi tingkat

likuiditas korporasi

9. Stabilitas operasional korporasi

2.2.2 Sumber Pendanaan Jangka Pendek

Tersedianya kebutuhan dana jangka pendek sangatlah penting guna

menunjang operasional perusahaan. Dalam praktiknya terdapat beberapa jenis

pendanaan jangka pendek yang dapat dipilih perusahaan. Artinya dari berbagai

alternative tersebut perusahaan dapat memilih mana sumber yang paling

menguntungkan dan paling cepat diperoleh. Berikut ini beberapa jenis pendanaan

jangka pendek yang tersedia, yaitu:

1. Kredit perdagangan

2. Beban yang masih harus dibayar (gaji dan pajak)

3. Kredit pasar uang

4. Pinjamanan jangka pendek

5. Wesel (draft)

6. Akseptasi bank (banker’s acceptance)

7. Surat hutang (promes)

8. Pinjaman jangka pendek tanpa jaminan

9. Menjaminkan piutang dan persediaan

10. Anjak piutang (factoring)

Dana jangka pendek bisa dikelompokkan menjadi dua tipe, yaitu:

1. Pendanaan spontan.

2. Pendanaan yang memerlukan negosiasi.

2.2.2.1 Pendanaan Spontan

Pendanaan spontan adalah sumber dana yang ikut berubah apabila

aktivitas perusahaan berubah. Contoh pendanaan spontan yang paling banyak di

pergunakan oleh perusahaan adalah hutang dagang.

a. Hutang Dagang (Trade Credits)

Hutang dagang merupakan suatu bentuk sumber dana jangka pendek

yang umum dimiliki hampir semua korporasi/perusahaan. Hutang dagang timbul

karena transaksi pembelian suatu barang disetujui dan korporasi penjual setuju

bahwa untuk pembelian tersebut dibayar kemudian, maka dikatakan pembeli

memperoleh kredit atau sumber danahutang dagang (trade credits). Syarat

pembayaran atas pembelian barang dinyatakan dalam credit terms. Pada

umumnya, dalam setiap credit terms terdapat suatu pemberian diskonto, apabila

atas pembelian barang tersebut dibayar dalam waktu yang ditetapkan. Sebagai

contoh: apabila ada penawaran diskonto, misalnya 3/10, net 30, pengertiannya

adalah apabila pembayaran hutang dilakukan dalam waktu 10 hari akan diberikan

diskonto 3% atau pembayaran penuh apabila pembayaran dilakukan sampai

dengan maksimal 30 hari. Penggunaan hutang dagang sebagai sumber dana jangka

pendek mempunyai beberapa keuntungan, antara lain:

1. Apabila terpaksa, hutang dagang dapat dibayar pada saat yang dijanjikan, tidak

diperlukan lagi adanya suatu perjanjian formal.

2. Hutang dagang dapat dianggap sebagai kredit spontan yang mempunyai

hubungan dengan kenaikan investasi dalam aktiva lancar.

Penambahan atau pengurangan sumber danahutang tergantung dari jumlah

kebutuhan dana yang dikaitkan dengan perubahan nilai investasinya. Hutang

dagang merupakan bentuk kredit umum yang relative mudah diperoleh sebagai

akibat dari transaksi operasional korporasi. Kalau perusahaan selalu membeli

barang dagangan secara kredit degan jangka waktu 3 bulan, pembelian dalam satu

tahun senilai Rp 3.000 juta, maka rata- rata hutang dagang yang dimiliki

perusahaan akan sebesar, Rata-rata hutang dagang = pembelian/ perputaran

hutang. Dengan demikian: Rata-rata hutang dagang = Rp3.000 juta/4= Rp 750

juta. Apabila pembelian yang dilakukan meningkat, misalnya menjadi Rp3.300

juta, maka rata-rata hutang dagang juga akan meningkat menjadi, Rata-rata hutang

dagang= Rp 3.300 juta/4 = Rp 825 juta. Contoh tersebut menunjukkan bahwa

peningkatan pembelian sebesar 10% juga akan meningkatkan hutang dagang

sebesar 10%. Karena itulah dalam metode peramalan keuangan sering

dipergunakan metode persentase penjualan, dan diaplikasikan untuk rekening

hutang dagang. Daya tarik dari pendanaan spontan adalah bahwa perusahaan tidak

perlu melakukan negosiasi atau perundingan formal untuk menambah atau

mengurangi dana yang diperlukan, juga kadang-kadang pengunduran sedikit dari

waktu yang dijanjikan tidak segera mendapat teguran dari supplier. Secara umum

terdapat tiga tipe hutang dagang, yaitu:

1. Open Account

Open account merupakan tipe yang paling popular, dan tipe ini menunjukkan

bahwa penjual mengirimkan barang ke pembeli dilengkapi dengan faktur yang

menyebutkan barang yang dikirim, harga per satuan, harga keseluruhan, dan

syarat-syarat pembayaran. Setelah pembeli menandatangi tanda penerimaan

barang, pembeli berarti menyatakan berhutang kepada penjual. Berbagai

persyaratan disertakan dalam open account. Persyaratan- persyaratan tersebut

antara lain adalah

a. COD (Cash On Delivery) yaitu pembayaran pada waktu pengiriman barang,

dan CBD (Cash Before Delivery) yaitu pembayaran sebelum barang dikirim,

yang menunjukkan bahwa penjual tidak memberikan kredit.

b. Net period tanpa memberikan discount. Seperti misalnya net 60, yang berarti

bahwa pembeli boleh membayar barang tersebut pada hari ke-60. Kalau

disebutkan 2/10 net 30 berarti pembeli bisa memperoleh discount kalau

membayar pada hari ke-10 (lewat hari tersebut berarti tidak memperoleh

discount), dan paling lambat membayar pada hari ke-30. Untuk persyaratan

2/10 net 30 sebenarnya penjual menawarkan tingkat bunga yang cukup

menarik. Kalau pembeli tidak memanfaatkan discount tersebut, maka

sebenarnya mereka kehilangan kesempatan untuk memperoleh harga 2% lebih

murah karena tidak bersedia membayar 20 hari lebih cepat (selisih antara hari

ke-30 dan ke-10).

Dengan demikian maka tingkat bunga efektif yang ditawarkan penjual

adalah:= 2/98 x 360/20 = 36,7% Umumnya karena tujuan pemberian discount

adalah untuk mempercepat pembayaran, maka discount yang ditawarkan harus

cukup menarik untuk dimanfaatkan. Contoh di atas menunjukkan bahwa

pembeli akan rugi apabila tidak memanfaatkan discount yang senilai 36,7%

(bandingkan dengan bunga bank yang barangkali berkisar 18%).

Dengan demikian, bagi pembeli tersebut akan lebih baik untuk

memanfaatkan discount tersebut, sekalipun harus meminjam dari bank untuk

menutupi kekurangan dananya. Perhatikan bahwa memanfaatkan diskon berarti

mempercepat pembayaran dan memperkecil saldo hutang dagang. Dengan

melakukan cara ini kebutuhan modal kerja akan meningkat. Peningkatan modal

kerja memerlukan sumber dana, dan pendanaan dapat menggunakan sumber

ekstern jangka pendek. Biaya discount tersebut akan makin berkurang, kalau

periode netto- nya menjadi makin lama apabila dibandingkan dengan periode

diskonnya. Sebagai misal, apabila persyaratan penjualannya adalah 2/10 net 60

(periode diskonnya tetap 10 hari, tetapi periode nettonya meningkat dari 20 hari

menjadi 50 hari), maka tingkat bunga tahunnya adalah: 2/98 x 360/50 = 36,7%. 2)

Notes Payable Notes payable berarti pembeli membuat surat pernyataan berhutang

secara resmi kepada penjual, disertai kapan akan dilunasi hutang tersebut. Cara ini

sering dilakukan setelah pembeli tidak melunasi open account.

3) Trade Acceptance

Trade acceptance berarti penjual menarik draft kepada pembeli yang

menyatakan kapan draft tersebut akan dibayar. Draft ini kemudian “dijamin” oleh

bank yang akan membayar draft tersebut. Setelah itu barulah penjual mengirim

barang tersebut. Selain hutang dagang pendanaan spontan juga bisa berasal dari

rekening- rekening yang oleh akuntansi diklasifikasikan sebagai rekening

accruals. Misalnya pembayaran upah dan pembayaran pajak. Upah sering

dibayarkan mingguan setelah para karyawan melakukan pekerjaan mereka. Dalam

hal ini sebenarnya para karyawan memberikan kredit kepada perusahaan (karena

mereka kerja terlebih dahulu baru dibayar kemudian). Demikian juga dengan

pembayaran pajak. Meskipun perusahaan-perusahaan mungkin mengangsur pajak

penghasilan mereka, tetapi pada akhir tahun fiscal mereka mungkin masih harus

menambah pembayaran pajak penghasilan. Ini berarti pemerintah sebenarnya

memberikan “kredit” dalam bentuk membayar kekurangan pajak di kemudian

hari.

2.2.2.2. Pendanaan Yang Memerlukan Negosiasi

Sumber dana ini menunjukkan bahwa perusahaan harus melakukan

perjanjian formal untuk memperolehnya. Sumber pendanaan dapat berasal dari

money market credit ataupun short-term loans yang berasal dari bank dan

perusahaan pembiayaan. Untuk menghimpun dana yang berasal dari money

market perusahaan menerbitkan instrument keuangan yang dijual kepada para

pemodal, baik langsung ataupun lewat dealer. Sedangkan short-term loan sering

berwujud kredit modal kerja.

1. Money Market Credit

a. Commercial Paper (CP) atau Surat Berharga

Commercial paper (cp) merupakan sekuritas jangka pendek yang

diterbitkan oleh perusahaan (umumnya perusahaan besar dan mapan), yang

menyatakan bahwa pada tanggal tertentu perusahaan tersebut bersedia

membayar sejumlah yang tercantum dalam sekuritas tersebut. Commercial

paper pada umumnya dikeluarkan oleh korporasi besar yang telah memiliki

kepercayaan dan reputasi yang cukup dikenal luas di kalangan dunia

bisnis.Instrument keuangan ini kemudian dijual kepada para pemodal di pasar

uang. Pasar cp dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu dealer market dan

direct placement market. Jangka waktu commercial paper pada umumnya

adalah 90 hari, meskipun terdapat juga yang mempunyai jangka waktu lebih

lama, tingkat bunga untuk commercial paper bervariasi sekitar bunga utama

yang berlaku (prime rate) untuk kredit perdagangan dari bank. Commercial

paper dapat dipaksakan langsung korporasi yang mengeluarkannya atau dapat

ditempatkan melalui perantara (broker’s). Keuntungan bagi korporasi yang

mengeluarkan commercial paper adalah berikut ini:

1. Meningkatkan status korporasi yang mengeluarkan commercial paper di

pasar uang

2. Jumlah kredit yang diperoleh melalui pengeluaran commercial paper pada

umumnya besar. Oleh karena itu, cukup dibutuhkan satu sumber yang

cukup besar bagi pendanaan korporasi.

3. Tingkat bunga yang ditawarkan untuk commercial paper cukup kompetitif

dibandingkan dengan sumber danajangka pendek lainnya.

b. Banker’s acceptance

Untuk perusahaan yang berbisnis pada perniagaan internasional atau

domestik, banker’s acceptance dapat menjadi sumber penting untuk

pendanaan. Misalkan suatu perusahaan di Indonesia akan mengimpor barang

senilai $100,000 dari suatu perusahaan di Inggris. Kedua perusahaan setuju

untuk menggunakan time draft berjangka 90 hari untuk pembayaran.

Perusahaan di Indonesia akan mengatur letter of credit(L/C) dengan banknya

di Indonesia, dimana bank tersebut akan setuju untuk membayar draft atas

perusahaan tersebut apabila ditunjukkan oleh bank di Inggris (yaitu bank

perusahaan di Inggris). Perusahaan di Inggris kemudian mengirimkan barang

yang dipesan dan pada waktu yang sama meminta perusahaan di Indonesia

untuk membayar dengan draft berjangka 90 hari. Kemudian perusahaan

Inggris membawa draft tersebut ke bank di Inggris. Bank di Inggris kemudian

meminta bank di Indonesia untuk membayar draft tersebut apabila telah jatuh

tempo. Dengan kata lain, bank di Indonesia menjamin bahwa pembelian

barang tersebut akan dibayar. Apabila bank yang menjamin merupakan bank

yang sangat dipercaya, banker’s acceptance tersebut dapat dipedagangkan.

Dengan demikian bank di Inggris tidak harus memegang draft tersebut sampai

jatuh tempo, tetapi dapat menjualnya ke pihak lain dengan diskon tertentu,

sebelum jatuh tempo. Diskon tersebut mencerminkan pembayaran bunga

kepada pemodal untuk. Pada hari ke-90 pemodal menyerahkan banker’s

acceptance tersebut kepada bank untuk menerima pembayaran, dan pada

tanggal tersebut perusahaan yang menerbitkan banker’s acceptance tersebut

berkewajiban untuk memiliki dana sebesar $100,000 di bank tersebut untuk

menutup pembayaran tersebut.

2. Kredit jangka pendek (short-term loans)

Untuk maksud-maksud penyajian, seringkali lebih konvenien untuk

memisahkan kredit jangka pendek menjadi dua jenis, yaitu unsercured loans dan

secured loans.

a. Unsercured loans

Umumnya perusahaan pembiayaan (finance companies) tidak ada yang

menawarkan unsercured loans, karena perusahaan yang memerlukan unsecured

loans dapat memperoleh loans tersebut dari bank dengan bunga lebih murah.

Unsercured loans merupakan kredit yang diberikan oleh bank kepada

perusahaan tanpa suatu agunan fisik tertentu. yang menjadi jaminan adalah

kelayakan usaha yang diberi kredit tersebut. Umumnya diharapkan bahwa

aktiva yang dibeli dengan kredit tersebut diharapkan mampu menghasilkan

arus kas yang cukup untuk membayar kembali pokok pinjaman dan bunga

kredit unsercured tersebut. Karena itu jenis kredit ini sering disebut sebagai

“self liquidating”. Unsercured loans mungkin diberikan dengan mencantumkan

pengaturan tentang line of credit, dengan perjanjian revolving credit, atau

berdasarkan atas transaksi. Kredit tersebut secara formal ditunjukkan oleh

suatu nota promes (promissory notes) yang ditanda tangani oleh debitur (yaitu

pihak yang menerima kredit) yang menjelaskan kapan hutang tersebut akan

dilunasi beserta bunganya.

1) Line of credit.

Line of credit merupakan kesepakatan antara bank dan debitur yang

menyatakan jumlah maksimum kredit yang dapat dinikmati oleh debitur

pada suatu waktu. Biasanya credit line dinyatakan dalam waktu satu tahun

dan dapat diperpanjang satu tahun lagi. Seringkali credit line tersebut

diperpanjang setelah bank menerima laporan keuangan yang telah diaudit

dan menilai debitur memang menunjukkan perkembangan yang membaik.

Meskipun demikian, line of credit tidaklah merupakan komitmen legal dari

pihak bank untuk memperpanjang kredit yang diberikan. Meskipun

disebutkan bahwa kredit dapat diperpanjang satu tahun lagi, bank dapat

saja menolak memperpanjang kredit tersebut apabila dinilai kondisi

debitur tidak baik.Dalam banyak kasus, bank secara moral merasa terikat

untuk memperpanjang kredit yang diberikan meskipun dapat saja menolak

apabila situasi memang sangat buruk.

2) Revolving credit agreement

Perjanjian ini merupakan komitmen legal yang diberikan oleh bank untuk

menambah jumlah kredit sampai dengan jumlah tertentu. Apabila debitur

ingin menarik tambahan kredit, bank harus menyediakan dana tersebut

apabila debitur belum melanggar batas maksimum yang disepakati

bersama. Sebagai missal batasan kreditnya adalah Rp.500 juta, dan telah

dipergunakan debitur sebesar Rp.300 juta. Dengan demikian maka debitur

dapat menarik tambahan kredit sebesar Rp.200 juta apabila diperlukan.

Karena bank harus menyediakan kredit maksimum sebesar Rp.500 juta,

sedangkan yang dimanfaatkan oleh debitur dapat saja kurang dari batas

maksimum tersebut, maka bank akan meminta commitment fee atas kredit

yang belum terpakai. Dengan demikian maka dalam satu tahun biaya yang

dibayar oleh debitur adalah bunga ditambah commitment fee.Sering kali

revolving credit management berlaku untuk jangka waktu lebih dari satu

tahun.

3) Kredit berdasar transaksi

Meminjam di bawah kesepakatan credit line atau revolving credit

management sering kali dirasa kurang konvenien atau agak mahal apabila

perusahaan hanya memerlukan kredit jangka pendek untuk satu tahun saja.

Sebagai misal, perusahaan kontraktor, mungkin memerlukan kredit jangka

pendek sebelum perusahaan tersebut menerima pembayaran dari pemberi

pekerjaan. Karena itu kredit yang diperlukan hanyalah sejumlah kebutuhan

dana untuk menyelesaikan tahap pekerjaan tertentu, dan untuk jangka

waktu sampai dengan kontraktor tersebut menerima pembayaran dari

pemberi pekerjaan. Dia tidak perlu meng- arange agreement apapun.

4) Tingkat bunga kredit

Kalau penentuan tingkat bunga pada berbagai instrument keuangan yang

telah dibicarakan di depan (yaitu cp dan banker’s acceptance) lebih banyak

ditentukan oleh “pasar”, maka penentuan tingkat bunga untuk unsecured

loans lebih banyak ditentukan oleh negosiasi antara debitur dan bank.

Bank akan menentukan tingkat bunga dengan memperhatikan credit

worthiness (kelayakan diberikan kredit) calon debitur dan juga keadaan

pasar uang. Keadaan pasar uang ditunjukkan dari prime rate yang berlaku

pada waktu tertentu. Prime rate menunjukkan tingkat bunga kredit yang

diberikan kepada nasabah utama (yaitu nasabah yang secara finansial

sangat baik). Kadang-kadang bank menawarkan suku bunga dengan

mengaitkan dengan prime lending rate. Misalkan suku bunga kredit

ditawarkan sebesar 1,25% di atas prime lenofing rate. Dengan demikian

apabila prime lending rate adalah 16,75%, maka calon debitur akan

memperoleh kredit dengan suku bunga sebesar 16,75% + 1.25% =

18,00%.

b. Secured loans

Istilah ini menunjukkan bahwa perusahaan memperoleh kredit dengan

memberikan aktiva tertentu sebagai agunan kredit tersebut. Sebenarnya sesuai

dengan UU Perbankan 1992, kredit yang diberikan harus disertai agunan.

Hanya saja agunan tidak harus dinyatakan secara fisik, dalam bentuk aktiva

tertentu. Dapat saja agunan tersebut berupa kelayakan usaha yang dibiayai

kredit tersebut. Kredit kelayakan usaha (KKU) merupakan contoh kredit yang

diberikan hanya berdasarkan atas kelayakan usaha tersebut. Apabila bank

meminta agunan lain selain kelayakan usaha tersebut, dikatakan bahwa bank

meminta agunan tambahan. Dalam pengertian inilah (kredit dengan agunan

tambahan) disebut sebagai secured loans. Karena itu dalam makalah ini

pengertian agunan hendaknya ditafsirkan sebagai “agunan tambahan” sesuai

dengan UU Perbankan tahun 1992, atau aktiva tertentu yang dipergunakan

sebagai agunan (tambahan). Banyak perusahaan yang tidak mampu

memperoleh kredit dari bank tanpa menggunakan agunan, baik karena

perusahaan tersebut masih baru, belum dikenal bank, ataupun karena bank

ragu akan kemampuan perusahaan tersebut untuk melunasi kreditnya. Dengan

meminta agunan (tambahan), kreditur (bank) mempunyai dua sumber untuk

melunasi kredit tersebut, yaitu dari arus kas perusahaan, dan apabila gagal,

maka dapat diperoleh dari menjual aktiva yang dipergunakan sebagai agunan.

Dengan demikian, dipandang dari teori keuangan, keharusan menyediakan

agunan adalah dimaksudkan untuk menghindarkan penggeseran risiko ke

pihak kreditor oleh pemilik perusahaan. Tanpa penyediaan agunan akan

terjadi situasi pada saat perusahaan memperoleh keuntungan, maka selisih

keuntungan di atas bunga yang dibayar akan dinikmati seluruhnya oleh

pemilik perusahaan. Sebaliknya apabila perusahaan rugi maka kreditur

diminta untuk ikut menanggung kerugian tersebut, dan sering kali malah

sebagian besar kerugian harus ditanggung oleh kreditur. Agunan (collateral)

yang diminta kreditur untuk disediakan, pada dasarnya dimaksudkan untuk

dijual apabila debitur tidak mampu membayar kreditnya.Apabila hasil

penjualan agunan tersebut melebihi sisa hutangnya, maka kelebihannya

dikembalikan ke debitur. Sebaliknya apabila kurang, maka kreditur akan

menjadi kreditur umum, sama seperti kreditur-kreditur lain yang tidak

dijamin dengan agunan tertentu. agunan tersebut sangat bervariasi jenisdan

marketability- nya. Umumnya apabila agunan tersebut mempunyai harga

pasar yang jelas dan mudah dijual, maka kredit yang diberikan dapat

mencapai proporsi yang cukup besar. Sebaliknya apabila agunan tersebut

merupakan aktiva yang sangat spesifik dan susah menjualnya, maka kreditur

mungkin hanya memberikan kredit dengan proporsi yang relative rendah.

Karena itulah di dalam analisis kredit, dikenal istilah 5 Cs of dredit yang

salah satu komponennya adalah collateral. Secara lengkap 5 Cs of credit

adalah character (watak dan kejujuran pimpina perusahaan), capacity

(kemampuan manajemen), capital (modal perusahaan), collateral (agunan

kredit), danconditions (kondisi bisnis).

2.2.3 Pendanaan Dengan Memanfaatkan Piutang Dagang

Pemanfaatan piutang dagang untuk memperoleh dana jangka pendek dapat

dilakukan dengan menjaminkan (pledging) piutang tersebut kepada kreditur, atau

menjualnya (factoring) ke perusahaan anjak piutang (atau juga bank).

1. Menjaminkan piutang

Dengan cara ini maka piutang dipergunakan sebagai agunan untuk memperoleh

kredit jangka pendek. Untuk itu akan dibuat perjanjian antara kreditur dan

debitur yang merinci transaksi kredit tersebut. Jumlah kredit akan dinyatakan

dalam persentase dari piutang yang dijaminkan. Umumnya debitur membayar

processing fee (biasanya sekitar 1% dari piutang yang dijaminkan), yang

dimaksudkan sebagai biaya untuk me-review dan menganalisis piutang yang

dijaminkan. Apabila perjanjian kredit meng-cover seluruh piutang, maka

kreditur tidak mempunyai kendali atas kualitas piutang yang dijaminkan.

Sebagai alternatifnya, kreditur mungkin akan meminta hanya sebagian piutang

yang memang dinilai aman sebagai jaminan kredit yang akan diterbitkan.

Dengan demikian mungkin kreditur hanya bersedia memberikan kredit sebesar

60-70 persen dari total piutang, tetapi bersedia memberikan 85-90 persen dari

selected piutang yang dinilai cukup aman.

2. Menjual (factoring) piutang

Sebagai alternatif menjaminkan piutang, banyak perusahaan di industri-

industri seperti garmen, tekstil, dan furniture menjual (atau melakukan

factoring) piutang dagang mereka. Piutang dijual kepada perusahaan anjak

piutang (atau bank) yang akan mengambil alih risiko penagihan piutang

tersebut seandainya ada piutang yang tidak tertagih (without recourse).

Factoring dilakukan dengan dua cara, yaitu: Maturity factoring dan Advance

factoring. Dengan maturity factoring perusahaan anjak piutang membeli semua

piutang perusahaan dan setiap bulan membayar ke perusahaan sebanyak

piutang yang jatuh tempo.Perusahaan yang memilih jenis ini umumnya ingin

menghindari analisis kredit dan biaya pengumpulan piutang, dan secara regular

menerima sejumlah kas. Fee yang diterima oleh perusahaan anjak piutang

berkisar 1-2 persen dari piutang yang dijual.

2.2.4 Pendanaan Dengan Memanfaatkan Persediaan

Persedian merupakan sumber kedua yang dapat dimanfaatkan untuk memperoleh

kredit jangka pendek. Besarnya kredit yang diperoleh akan tergantung pada nilai

dan cepat tidaknya persediaan tersebut rusak. Bahan-bahan mentah seperti

gandum, kayu, minyak, bahan-bahan kimia, merupakan jenis persediaan yang

dapat memperoleh nilai tinggi karena mudah untuk dijual kembali. Sebaliknya

barang-barang dalam proses merupakan jenis persediaan yang sulit untuk

dijadikan agunan karena sulit untuk dijual. Ada beberapa cara untuk

menggunakan persediaan sebagai agunan guna memperoleh secured loans. Cara-

cara tersebut adalah:

1. Floating atau blanket lien

Dengan perjanjian ini, debitur memberikan hak (legal right) kepada debitur

atas barang-barang (persediaan) yang dijadikan agunan. Cara ini merupakan

cara yang paling sederhana tetapi paling tidak aman bagi kreditur. Debitur

(yaitu perusahaan yang pinjam) tetap mempunyai control sepenuhnya atas

persediaan tersebut. Ia bisa menjual dan mengganti persedian tersebut sesuai

dengan keinginannya. Karena ketiadaan kendali atas persediaan inilah yang

membuat kreditur merasa bahwa risiko yang ditanggungnya cukup tinggi.

Dengan demikian maka umumnya kredit yang diberikan hanyalah merupakan

persentase yang cukup kecil apabila dibandingkan dengan nilai persediaan

yang dijaminkan. Jaminan yang dipergunakan umumnya juga menyangkut

bukan hanya persediaan saat ini tetapi juga persediaan di masa yang akan

datang.

2. Chattel mortgage agreement

Untuk meningatkan kendali atas persediaan tersebut, kreditur bisa melakukan

identifikasi atas barang-barang tertentu (misalnya dengan nomor identifikasi).

Apabila cara ini dipergunakan, diperlukan Charttel Mortgage Agreement.

Debitur tetap mengelola persediaan tersebut, tetapi baru bisa menjualnya

dengan persetujuan kreditur. Cara ini cukup mahal pengaturannya karena

diperlukan identifikasi terhadap barang-barang tertentu.karena itu umumnya

hanya dilakukan untuk barang-barang seperti alat mesin (machine tools) atau

barang-barang modal.

3. Field warehouse financing agreement

Kendali yang lebih baik atas barang-barang yang dijadikan sebagai agunan

dapat makin ditingkatkan apabila dipergunakan field warehouse financing

agreement. Dengan cara ini persediaan yang dijadikan agunan akan dipisahkan

dari persediaan lain, dan dikelola oleh pihak ketiga yang merupakan

perusahaan pengelola pergudangan. Pemisahan tersebut tidaklah berarti bahwa

persediaan yang dijadikan agunan harus ditaruh di gudang milik perusahaan

pengelola. Barang- barang tersebut tetap di gudang debitur, tetapi pengelolaan

persediaan tersebut yang dilakukan oleh pihak ketiga. Cara ini terutama

bermanfaat untuk persediaan dalam bentuk curah (bulky), seperti minyak

tanah. Apabila minyak tanah tersebut akan dipergunakan sebagai agunan

dengan perjanjian ini, maka minyak tersebut akan ditaruh di tanki atau kapal

tanker yang terpisah, sehingga mudah untuk memonitornya. Dengan cara ini

debitur tidak diizinkan untuk menjual atau menggunakan persediaan tersebut

tanpa persetujuan kreditur. Perusahaan pengelola gudang tersebut akan

menerima fee dari kegiatan tersebut. Biaya untuk cara ini umumnya cukup

mahal karena fee tersebut ditangung oleh debitur.

4. Terminal warehouse agreement

Perbedaan cara ini dengan cara lain di atas adalah bahwa gudang yang

dipergunakan merupakan gudang public (artinya bukan milik debitur). Dengan

demikian maka barang-barang yang dijaminkan di kirim ke gudang public

tersebut, dan kemudian dikelola oleh pihak ketiga. Biayanya akan lebih mahal

dari acara di atas, karena diperlukan biaya transportasi ke gudang public

tersebut.

2.3 Sumber Dana Jangka Panjang

Pendanaan jangka panjang merupakan salah satu jenis pendanaan yang

bisa dimanfaatkan oleh perusahaan dalam jangka waktu yang relatif lebih lama

dibandingkan dengan alternatif jenis pendanaan lainnya dalam memenuhi

kebutuhan pembelanjaan perusahaan. Jenis pendanaan jangka panjang yang umum

kita kenal antara lain : Kredit Investasi, Hipotek (Mortgage), Obligasi, Saham.

2.3.1 Kredit Investasi

Kredit investasi adalah merupakan alternatif pendanaan jangka panjang

yang umumnya disediakan oleh kalangan perbankan selain kredit modal kerja

(pendanaan jangka pendek) yang selama ini kita kenal. Keputusan perusahaan

untuk memanfaatkan kredit investasi ini hendaknya mempertimbangkan faktor-

faktor berikut ini :

a. Kelayakan jenis investasi yang akan dilaksanakan.

b. Pola cashflow dari investasi yang akan dilaksanakan

c. Lamanya jangka waktu kredit

d. Besarnya pengembalian pinjaman setiap periodenya

e. Tingkat suku bunga yang dipersyaratkan

f. Persyaratan mengenai pelunasan kredit sebelum jatuh tempo yang biasanya

dalam bentuk penalty.

Contoh : Perusahaan Mandiri menandatangani perjanjian kredit investasi dengan

Bank Mapan senilai Rp. 1 milyar pada pertengahan tahun 2004 untuk jangka

waktu 5 tahun dengan tingkat suku bunga sebesar 16% per tahun dengan

persyaratan tambahan bahwa pelunasan sebelum jatuh tempo akan dikenakan

penalty sebesar 2% dalam bentuk bunga per tahun. Pada pertengahan tahun 2007

ini, perusahaan mendapatkan tawaran kredit dari Manhattan Bank dengan tingkat

suku bunga sebesar 13,5% per tahun. Apabila perusahaan tetap meneruskan

kreditnya pada Bank Mapan, maka bunga yang harus dibayar adalah : Bunga = 2

x 16% x Rp. 1 milyar = Rp. 320 juta Andaikan sekarang perusahaan punya niat

menerima tawaran Manhattan Bank, maka denda yang harus dibayar ke Bank

Mapan dan bunga yang harus dibayar ke Manhattan Bank oleh perusahaan

Mandiri adalah : Denda = Rp. 40 juta Bunga = 2 x 13,5% x Rp. 1 milyar = Rp.

270 juta Total = Rp. 310 juta Dari ilustrasi diatas, maka dapatlah disimpulkan

bahwa alternatif menerima tawaran Manhattan Bank akan lebih menguntungkan

bagi perusahaan Mandiri. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah “ mengapa

Bank Mapan mengenakan penalty dalam pelunasan kredit sebelum jatuh tempo

“ ? Hal ini dikarenakan Bank Mapan harus berupaya untuk menjual kembali dana

dari perusahaan Mandiri tersebut agar dapat menghasilkan return.

2.3.2 Hipotek (Mortgage)

Hipotek adalah merupakan alternatif pendanaan jangka panjang dalam

bentuk hutang yang biasanya harus disertai dengan agunan berupa aktiva tidak

bergerak (tanah, bangunan). Dalam hal terjadinya likuidasi perusahaan yang

mempunyai hutang, maka kewajiban kreditur harus dipenuhi terlebih dahulu dari

hasil penjualan aktiva yang dijadikan sebagai agunan tersebut.

2.3.3 Obligasi

Obligasi merupakan surat tanda hutang, dan umumnya tidak dijamin

dengan aktiva tertentu. Oleh karenanya kalau perusahaan bangkrut, pemegang

obligasi akan diperlakukan sebagai kreditur umum. Dalam Obligasi, akan

mencantumkan :

a. Nilai pelunasan atau face value

b. Jangka waktu pelunasan

c. Bunga yang dibayarkan (coupon rate)

d. Berapa kali dalam satu tahun bunga tersebut dibayarkan

Tipe obligasi konvensional mempunyai dampak resiko baik bagi pemilik

maupun penerbit obligasi. Resiko ini biasanya dikaitkan dengan tingkat suku

bunga. Artinya, apabila suku bunga naik maka harga obligasi akan turun (dalam

kondisi ini pemilik obligasi akan rugi). Akan tetapi apabila tingkat suku bunga

turun, maka harga obligasi akan mengalami kenaikan (dalam kondisi yang

demikian ini penerbit obligasi akan rugi). Dalam rangka untuk meminimalisir

kerugian yang dialami oleh perusahaan penerbit obligasi yang disebabkan karena

menurunnya tingkat suku bunga, penerbit obligasi kemudian menawarkan :

a) Obligasi dengan suku bunga mengambang ( floating rate ). Misalnya, suku

bunga obligasi ditentukan sebesar sama dengan suku bunga rata-rata deposito

jangka waktu 6 bulan pada bank pemerintah ditambah dengan 1,00%.

b) Mencantumkan call price.

Call price menunjukkan harga yang akan dibayar oleh penerbit obligasi, pada

saat hak untuk membeli kembali obligasi tersebut dilaksanakan oleh penerbit

obligasi. Misalkan : call price sebesar 110. Artinya Penerbit obligasi dapat

meminta obligasi yang dimiliki oleh pemodal dengan membayarnya sebesar

Rp. 1.100.000,- pada saat harga obligasi di pasar sebesar Rp. 1.100.000,- bagi

pemilik obligasi dengan nilai nominal sebesar Rp. 1.000.000,-. Pada saat

obligasi dilunasi oleh penerbit, maka penerbit kemudian akan mengganti

dengan obligasi baru dengan coupon rate yang lebih rendah. Misalkan :

Perusahaan menerbitkan obligasi dengan coupon rate 17% per tahun. Karena

menurunnya suku bunga, obligasi yang ekuivalen dapat dijual sesuai dengan

nilai nominal dengan coupon rate hanya 14% per tahun. Saat ini obligasi

tersebut masih mempunyai usia 9 tahun lagi. Kondisi ini menyebabkan

perusahaan ingin memanggil obligasi lama. Apabila call price sebesar 105 dan

diperlukan waktu 3 bulan overlap sebelum obligasi baru dipergunakan untuk

melunasi obligasi lama. Berapakah keuntungan daripada penggantian obligasi

tersebut kalau nilai nominalnya sebesar Rp. 1.000.000,- ? Pelunasan obligasi

lama = 105 x Rp. 1.000.000,- = Rp. 1.050.000,- Kas masuk obligasi baru = Rp.

1.000.000,- Selisih Rp. 50.000,- Bunga selama periode overlap = 0,25 x 17% x

Rp. 1 juta = Rp. 42.500,- Kas keluar pada awal periode Rp. 92.500,-

Penghematan pembayaran bunga ( 17% - 14% ) x Rp. 1.000.000,- = Rp.

30.000,- Dengan menggunakan tingkat bunga 14% maka Present Value (PV)

penghematan selama 9 tahun sebesar = 4,946 x Rp. 30.000,- = Rp. 148.380,-

Dengan demikian keuntungan bagi penerbit obligasi sebesar = Rp. 148.380,- -

Rp. 92.500,- = Rp. 55.880,- Untuk melunasi obligasi, perusahaan sering

menyisihkan dana khusus yang sering disebut sebagai “ Sinking Fund “,

dimana dana tersebut biasanya ditempatkan pada bank setelah mencapai usia

tertentu.

Jenis-jenis obligasi :

1. Obligasi yang tidak dijamin dengan aktiva tertentu ( unsecured bond ) atau

disebut juga dengan “ debenture “.

2. Subordinate debenture, merupakan obligasi yang pelunasannya akan

dilakukan oleh perusahaan setelah debenture terselesaikan pada saat terjadi

likuidasi perusahaan.

3. Income Bonds, merupakan jenis obligasi yang hanya membayarkan bunga

saja kepada pemiliknya, apabila perusahaan memperoleh keuntungan

4. Zero Coupon Bonds, merupakan jenis obligasi yang tidak membayarkan

bunga kepada pemiliknya, dan perusahaan dalam menjual obligasi jenis ini

dengan memberikan discount. Penerbitan jenis obligasi semacam ini sering

didasarkan atas maksud untuk memperoleh keuntungan karena present value

pembayaran pajak. Dalam penerbitan obligasi, perusahaan kadang-kadang

menyertakan “ warrant “, yang merupakan hak untuk membeli saham

dengan harga tertentu dan digunakan sebagai semacam penarik minat agar

orang mau membeli obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan.

Contoh :

Misalkan Perusahaan Mandiri mau menerbitkan obligasi dengan

nilai nominal sebesar Rp. 1.000.000,- dengan coupon rate sebesar 13% dan

jangka waktu 5 tahun, dimana obligasi tersebut ditawarkan sebesar nilai

nominalnya. Andaikan saat ini coupon rate yang umum berlaku untuk

obligasi yang ekuivalen dengan obligasi yang mau ditawarkan sebesar 15%.

Perusahaan Mandiri dalam menawarkan obligasi ini disertai dengan warrant,

yang menyatakan bahwa pembeli obligasi ini berhak membeli 100 lembar

saham biasa dengan harga Rp. 8.000,- per lembar saham pada lima tahun

yang akan datang, dimana harga saham saat ini sebesar Rp. 6.000,-. Apabila

para pemodal memperkirakan bahwa lima tahun yang akan datang harga

saham perusahaan Mandiri sebesar Rp. 11.000,-, maka warrant tersebut

akan cukup menarik investor untuk membeli obligasi yang ditawarkan oleh

Perusahaan Mandiri. Mengapa demikian ? Jawabannya cukup sederhana,

karena dengan harga saham sebesar Rp. 11.000,- maka investor akan

memperoleh keuntungan sebesar Rp. 3.000,- per lembar saham.

Dengan demikian total keuntungan yang didapatkan dari warrant

dalam bentuk saham ini menjadi = 100 x Rp. 3.000,- = Rp. 300.000,- Pola

arus kas yang diharapkan oleh investor dengan membeli obligasi tersebut

dapat dilihat dalam ilustrasi perhitungan berikut ini. Tahun Arus Kas 0

(1.000.000 ) 1 130.000 2 130.000 3 130.000 4 130.000 5 130.000 1.000.000

300.000. Dengan menggunakan formulasi berikut, maka tingkat keuntungan

yang diharapkan dari obligasi dengan warrant tersebut adalah 5 130 1.000

130 1.000 = + + t = 1 (1+i )t (1+i)5 (1+i)5

Dari perhitungan diatas akan diperoleh nilai i sebesar 17,25% Dari

contoh ilustrasi diatas, dapat disimpulkan bahwa apabila harga saham di

bawah Rp. 11.000,- maka tingkat keuntungan akan lebih kecil dari 17,25%

dan apabila harga saham lebih besar dari Rp. 11.000,- maka tingkat

keuntungan akan lebih besar dari 17,25%. Dalam hal ini para pemegang

saham akan menerima keuntungan minimal sebesar 13% ( sebesar coupon

rate-nya ). Apabila kita mau menaksir nilai warrant dengan menggunakan

konsep teori opsi dari Black and Scholes, maka akan diperoleh nilai seperti

nampak dalam ilustrasi perhitungan berikut ini. Diasumsikan bahwa deviasi

standar perubahan harga ( a ) saham sebesar 0,20 dan tingkat bunga bebas

resiko sebesar 10% per tahun.

Langkah 1 : Kalikan deviasi standar perubahan harga saham dengan akar

dari jangka waktu opsi jatuh tempo : 0,20 x √ 5 = 0,45

Langkah 2 : Hitung rasio nilai saham dengan PV exercise opsi PV harga

exercise = 8.000 / ( 1 + 0,1 )5 = Rp. 4.967,- Rasio = 6.000 : 4.967 = 1,20

Langkah 3 : Dari tabel A-4 kita akan menemukan harga opsi call sebesar

25,94 persen ( lihat sumbu tegak angka 0,45 dan sumbu datar 1,20 ) dari

harga saham saat ini atau sebesar 25,94% x Rp. 6.000,- = Rp. 1.554,-

Langkah 4 : Kalikan nilai call tersebut dengan 100, karena warrant tersebut

memberikan hak untuk membeli saham Nilai warrant = 100 x Rp. 1.554,- =

Rp. 155.400,- Apakah warrant tersebut menarik untuk dibeli oleh calon

investor ? Jawabannya adalah ya ! Perhatikan ilustrasi perhitungan dibawah

ini : Nilai obligasi seandainya tanpa warrant sebesar : 5 130.000 130.000 Po

= + = Rp. 932.960,- t = 1 (1+0,15 )1 (1+0,15)5 Dari ilustrasi perhitungan

diatas, maka selisih harga obligasi seandainya tanpa warrant akan sebesar

Rp. 67.040,- berasal dari ( Rp. 1.000.000,- - Rp. 932.960,- ). Dan apabila

dibandingkan dengan harga obligasi yang menggunakan warrant akan lebih

menguntungkan, karena disini calon investor akan mendapatkan keuntungan

sebesar Rp. 155.400,- > Rp. 67.040,-. Dengan demikian warrant tersebut

akan tetap menarik dimata calon investor. Penambahan jumlah lembar

saham yang tanpa disertai dengan pemasukan modal sesuai dengan harga

saham yang berlaku saat itu, akan mengakibatkan penurunan harga saham

dan sebagai akibatnya nilai call dan juga warrant juga akan turun. Fenomena

ini disebut sebagai “ dilusi “. 2.3.4 Obligasi Konversi Obligasi konversi

( Convertible Bonds / CB ) merupakan obligasi yang dapat dikonversikan

( dirubah ) menjadi saham biasa. Pemilik obligasi konversi akan memiliki

obligasi dan opsi call atas saham perusahaan. Misalkan : Perusahaan

Mandiri diatas menerbitkan obligasi konversi dengan nilai nominal Rp.

1.000.000,- per lembar dan membayarkan coupon rate 14% per tahun, yang

dapat dikonversikan menjadi saham biasa pada lima tahun yang akan

datang. Setiap lembar obligasi konversi dapat dikonversikan menjadi 100

lembar saham biasa. Andaikan pada akhir tahun kelima, harga per lembar

saham biasa mencapai lebih dari Rp. 10.000,- maka para pemegang obligasi

akan mengkonversikannya menjadi saham biasa. Akan tetapi apabila harga

saham di bawah Rp. 10.000,- mereka mungkin akan memilih untuk

menguangkan obligasi tersebut. Dari contoh diatas, ratio konversi sebesar

100, dan harga konversi sebesar Rp. 10.000,-. Apabila harga saham saat

sekarang ini sebesar Rp. 8.000,- per lembar, maka nilai konversi akan

menjadi sebesar 100 x Rp. 8.000,- = Rp. 800.000,- Apabila jangka waktu

pelunasan obligasi adalah 5 tahun, sedangkan obligasi yang ekuivalen

dengan obligasi tersebut memberikan coupon rate sebesar 15%, maka nilai

obligasi akanh menjadi : 5 140.000 1.000.000 Nilai Obligasi = [ ] + = Rp.

966.520,- t = 1 (1+0,15 )t (1+0,15)5 Andaikan harga pasar obligasi sebesar

Rp. 980.000,-, maka premi konversi adalah sebesar Rp. 980.000,- - Rp.

966.480,- = Rp. 13.520,- Permasalahan yang kemudian muncul adalah

Bagaimana cara menilai menarik tidaknya tawaran obligasi konversi

tersebut di mata calon investor? Jawabannya adalah sangat sederhana, yakni

dengan menggunakan teori opsi call. Misalkan : harga saham Perusahaan

Mandiri Rp. 7.000,- per lembar, dan obligasi dapat ditukar dengan 100

lembar saham. Nilai nominal ( pelunasan ) obligasi sebesar Rp. 1.000.000,-.

Dengan demikian exercise price-nya sebesar Rp. 10.000,- ( Rp. 1.000.000,- :

100 ). Andaikan deviasi standar ( ) perubahan harga saham ditaksir sebesar

o,20 dan risk free rate sebesar 10% per tahun Dengan menggunakan model

Black and Scholes, maka kita dapat menaksir nilai opsi call sebagai berikut :

Langkah 1 : Kalikan deviasi standar perubahan harga saham dengan akar

dari jangka waktu opsi jatuh tempo : 0,20 x √ 5 = 0,45

Langkah 2 : Hitung rasio nilai saham dengan PV exercise opsi PV harga

exercise = 10.000 / ( 1 + 0,1 )5 = Rp. 6.209,- Rasio = 7.000 : 6.209 = 1,12

Langkah 3 : Dari tabel A-4 kita akan menemukan harga opsi call sebesar

22,7 persen ( lihat sumbu tegak angka 0,45 dan sumbu datar 1,12 ) dari

harga saham saat ini atau sebesar 22,7% x Rp. 7.000,- = Rp. 1.589,-

Langkah 4 : Konversikan nilai call tersebut sesuai dengan rasio konversinya,

karena obligasi tersebut dapat dikonversikan menjadi 100 saham, maka nilai

call 100 saham adalah: Nilai call = 100 x Rp. 1.589,- = Rp. 158.900,- Dari

ilustrasi perhitungan diatas, maka selisih harga obligasi seandainya tanpa

konversi akan sebesar Rp. 33.520,- berasal dari (Rp. 1.000.000,- - Rp.

966.480,-). Dan apabila dibandingkan dengan harga obligasi yang

menggunakan konversi akan lebih menguntungkan dibandingkan dengan

obligasi yang tanpa konversi. Hal ini disebabkan karena obligasi yang setara

menawarkan coupon rate 15%, dan nilai obligasi ( dengan coupon rate

hanya 14% ). Artinya terlampau mahal sebesar Rp. 33.520,- apabila tidak

mempunyai hak konversi. Dengan demikian tawaran obligasi konversi

tersebut cukup menarik bagi calon investor karena nilai hak sebesar Rp.

158.900,- > Rp. 33.520,- nilai cost yang harus dibayar. 2.3.5 Saham

Preferen Saham preferen adalah saham yang memberikan deviden yang

tetap besarnya. Besarnya deviden yang diterima oleh pemegang saham

preferen tidak dipengaruhi oleh laba yang diperoleh oleh perusahaan. Dalam

hal ini deviden saham preferen dilakukan terhadap laba setelah pajak.

Misalnya nilai nominal saham sebesar Rp. 1.000,- dengan memberikan

deviden rate sebesar 16%, maka pemegang saham prederen akan

memperoleh deviden sebesar Rp. 160,- Pemegang saham preferen

adakalanya tidak menerima pembagian deviden setiap tahun. Artinya,

apabila perusahaan mengalami kerugihan pada tahun lalu, maka pembagian

deviden oleh perusahaan sementara waktu akan ditunda dan akan diberikan

manakala perusahaan mengalami keuntungan pada periode tahun

berikutnya. Dalam kondisi yang demikian ini, maka perusahaan akan

memberikan deviden secara kumulatif. Dalam hal diadakannya Rapat

Umum Pemegang Saham ( RUPS ), pemegang saham preferen ini tidak

berhak memberikan suara.

1. Saham Biasa Dan Right Saham menunjukkan bukti kepemilikan,

sedangkan obligasi merupakan surat tanda hutang jangka panjang yang

diterbitkan oleh perusahaan. Para pemegang saham mempunyai hak

untuk memilih direksi perusahaan. Yang umumnya berlaku adalah “ one

share one vote “. Artinya satu saham memiliki satu suara. Penerbitan

rights ( rights issue ) saham baru akan dilakukan oleh perusahaan apabila:

a. Perusahaan memerlukan tambahan dana untuk keperluan ekspansi.

b. Perusahaan dapat menerbitkan saham baru dan menawarkan kepada

publik umum atau kepada pemegang saham lama

c. Apabila perusahaan menawarkan saham baru ke publik umum, maka

perusahaan harus menggunakan jasa lembaga penjamin ( yang akan

menjamin bahwa penerbitan tersebut akan laku terjual semua ) atau

menawarkan saham baru dengan harga yang lebih rendah dari harga

saham saat ini kepada para pemegang saham lama.

Contoh :

Misalkan perusahaan akan menerbitkan saham baru sebanyak 10 juta

lembar dan ditawarkan dengan harga Rp. 5.000,- per lembar kepada para

pemegang saham lama. Dengan demikian, maka setiap pemilik satu

lembar saham lama diberi hak membeli satu lembar saham baru dan

kepada mereka diberikan bukti rights sesuai dengan jumlah saham yang

mereka miliki. Bagi mereka yang tidak ingin membeli saham baru dapat

menjual bukti rights. Penawaran semacam ini disebut sebagai “ Penawaran

Terbatas “, karena hanya dibatasi kepada para pemegang saham lama.

Mengapa perusahaan menerbitkan rights ? Alasan utama perusahaan

menrbitkan rights adalah untuk menghemat biaya emisi dan menambah

jumlah lembar saham yang diperdagangkan. Dengan penambahan jumlah

lembar saham yang diperdagangkan di pasar bursa, maka diharapkan akan

dapat meningkatkan frekuensi perdagangan saham tersebut

( meningkatkan likuiditas saham ).

2. Penerbitan Sekuritas Di Pasar Modal Apablia perusahaan akan

menerbitkan saham di pasar modal, berbagai pihak perlu dihubungi,

sebelum memperoleh ijin dan persetujuan dari Badan Pengawas Pasar

Modal ( BAPEPAM ). Pihak-pihak tersebut antara lain :

a. Akuntan Publik yang akan menyatakan bahwa laporan keuangan

perusahaan telah diaudit dan dinyatakan wajar tanpa syarat ( WTS ).

b. Notaris, yang akan meyatakan bahwa Rapat Umum Pemegang Saham

(RUPS) memang telah memutuskan bahwa perusahaan untuk go

public.

c. Konsultan Hukum, yang menyatakan bahwa perusahaan memang

sedang tidak berada dalam sengketa hukum dengan pihak manapun

juga.

d. Appraisal ( perusahaan penilai ), yang akan membuat pernyataan

tentang nilai wajar dari berbagai aktiva yang dimiliki perusahaan saat

ini.

e. Underwriter ( perusahaan penjamin ), yang akan menjamin bahwa

keseluruhan saham yang ditawarkan oleh perusahaan akan laku

terjual, dan apabila ada sebagian besar saham yang tidak laku terjual,

maka underwriter inilah yang nantinya akan membeli secara

keseluruhan terhadap saham-saham yang belum laku terjual.

Sedangkan persyaratan-persyaratan lain yang menyangkut kondisi intern

perusahaan yang akan menerbitkan sekuritas di pasar modal, antara lain :

a. Perusahaan adalah merupakan perusahaan yang baik (telah lama

beroperasi, dan selama dua tahun terakhir menghasilkan

keuntungan).

b. Besar ( jumlah saham yang diterbitkan minimal satu juta lembar

saham dengan nilai nominal Rp. 1.000,- ).

DAFTAR PUSTAKA

Weston, J. Fred dan Brigham, Eugene F. 1990. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Jakarta, Erlangga,.

Kasmir. 2010. Pengantar Manajemen Keuangan, Jakarta: Kencana.

Manahan, P. 2005. Manajemen Keuangan (Finance Management): Konseptual, Problem & Studi Kasus, Bogor: Ghalia Indonesia,

Husnan, S dan Pudjiastuti, E 2006. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Yogyakarta: UPP STIM YKPN.