laporan kf 2 fasa fix

20
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II A. JUDUL Kesetimbangan fase dua komponen B. HARI / TANGGAL PERCOBAAN Rabu / 26 Februari 2014 C. TUJUAN Menggambarkan kesetimbangan fase dua komponen fase cair-cair (fenol-air) Menentukan titik ekivalen pada kesetimbangan fase dua komponen fase cair-cair (fenol-cair) Menentukan fasa, komponen, dan derajat kebebasan suatu sistem kestimbangan fase cair-cair (fenol-cair) D. DASAR TEORI a. Fasa (P) Kata fasa berasal dari bahasa Yunani yang berarti pemunculan. Fasa (P) adalah keadaan materi yang seragam diseluruh bagiannya, bukan hanya dalam komposisi kimianya, melainkan juga dalam keadaan fisiknya. Sumber lain mendefinisikan fasa adalah daerah materi dari suatu sistem yang secara fisis dapat dibedakan dari daerah materi yang lain dalam sistem tersebut; fasa memiliki struktur atom dan sifat-sifat sendiri yang apabila terjadi perubahan temperatur, komposisi, atau peubah termodinamik yang lain, akan berubah secara kontinu (tidak berubah mendadak). Pada dasarnya berbagai fasa yang hadir dalam suatu sistem dapat dipisahkan secara mekanis. Pengertian ini memperluas pengertian fasa yang telah lama kita kenal yaitu fasa padat, cair, dan gas. Gas atau campuran gas adalah fase tunggal, kristal adalah fase tunggal dan dua cairan yang dapat campur secara total membentuk fase tunggal. Es adalah fase tunggal (P=1), walaupun es itu dapat dipotong-potong menjadi bagian-bagian kecil. Campuran es dan air adalah sistem dua fase (P=2) walaupun sulit untuk menentukan batas antara fase-fasenya.  Sistem yang terdiri dari beberapa fasa bisa berada dalam keseimbangan termodinamis disebut sistem multi-fasa. Sistem yang hanya terdiri dari satu fasa disebut sistem satu-fasa. 1 KESETIMBANGAN FASE DUA KOMPONEN

Upload: independent

Post on 15-Nov-2023

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II

A. JUDUL

Kesetimbangan fase dua komponen

B. HARI / TANGGAL PERCOBAAN

Rabu / 26 Februari 2014

C. TUJUAN

Menggambarkan kesetimbangan fase dua komponen fase cair-cair (fenol-air)

Menentukan titik ekivalen pada kesetimbangan fase dua komponen fase cair-cair

(fenol-cair)

Menentukan fasa, komponen, dan derajat kebebasan suatu sistem kestimbangan fase

cair-cair (fenol-cair)

D. DASAR TEORI

a. Fasa (P)

Kata fasa berasal dari bahasa Yunani yang berarti pemunculan. Fasa (P)

adalah keadaan materi yang seragam diseluruh bagiannya, bukan hanya dalam

komposisi kimianya, melainkan juga dalam keadaan fisiknya. Sumber lain

mendefinisikan fasa adalah daerah materi dari suatu sistem yang secara fisis dapat

dibedakan dari daerah materi yang lain dalam sistem tersebut; fasa memiliki

struktur atom dan sifat-sifat sendiri yang apabila terjadi perubahan temperatur,

komposisi, atau peubah termodinamik yang lain, akan berubah secara kontinu

(tidak berubah mendadak). Pada dasarnya berbagai fasa yang hadir dalam suatu

sistem dapat dipisahkan secara mekanis. Pengertian ini memperluas pengertian fasa

yang telah lama kita kenal yaitu fasa padat, cair, dan gas.

Gas atau campuran gas adalah fase tunggal, kristal adalah fase tunggal dan dua

cairan yang dapat campur secara total membentuk fase tunggal. Es adalah fase

tunggal (P=1), walaupun es itu dapat dipotong-potong menjadi bagian-bagian

kecil. Campuran es dan air adalah sistem dua fase (P=2) walaupun sulit untuk

menentukan batas antara fase-fasenya. Sistem yang terdiri dari beberapa fasa bisa

berada dalam keseimbangan termodinamis disebut sistem multi-fasa. Sistem yang

hanya terdiri dari satu fasa disebut sistem satu-fasa.

1 KESETIMBANGAN FASE DUA KOMPONEN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II

b. Komponen (C)

Komponen (C) merupakan spesies yang ada dalam sistem, seperti zat terlarut

dan pelarut dalam larutan biner. Banyaknya komponen dalam sistem C adalah

jumlah minimum spesies bebas yang diperlukan untuk menentukan

komposisi semua fase yang ada dalam sistem. Dengan kata lain, kita hanya

menghitung banyaknya jika spesies yang ada dalam sistem tidak bereaksi.

Misalnya, air murni adalah sistem satu-komponen (C=1) dan campuran etanol dan

air adalah sistem dua-komponen (C=2). Biasanya untuk melakukan perhitungan

banyaknya komponen bisa didefinisikan sebagai :

C = S – R

dengan ;

C : komponen,

S : spesies/molekul, dan

R : reaksi yang terjadi antara spesies-spesies (reaksi-reaksi pada kesetimbangan,

kenetralan muatan).

Dalam sistem komponen-tunggal  (C=1), tekanan dan temperatur dapat diubah

secara bebas jika hanya ada satu fase (P=1). Jika kita mendefinisikan varian F

sistem sebagai banyaknya variabel intensif yang dapat diubah dengan bebas tanpa

mengganggu banyaknya fase yang berada dalam kesetimbangan, maka F=2. Jadi

sistem itu bivarian dan mempunyai dua derajat kebebasan. Berdasarkan

perhitungan J.W. Gibbs tentang aturan fase yang menunjukkan hubungan umum

antara varian F, jumlah komponen C, dan jumlah fase pada kesetimbangan P untuk

suatu sistem dengan komposisi sembarang, ialah:

c. Derajat Kebebasan

Dalam membicarakan kesetimbangan fasa, kita tidak akan meninjau variabel

ekstensif yang bergantung pada massa dari setiap fasa tetapi meninjau variabel-

2 KESETIMBANGAN FASE DUA KOMPONEN

P + F = C + N

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II

variabel intensif seperti suhu, tekanan, dan komposisi (fraksi mol). Jumlah variabel

intensif independen yang diperlukan untuk menyatakan keadaan suatu sistem

disebut derajat kebebasan dari sistem tersebut.

d. Sistem Dua Komponen Cair-Cair

 

Dua cairan dikatakan misibel sebagian jika A larut dalam jumlah yang

terbatas, dan demikian pula dengan B, larut dalam A dalam jumlah yang terbatas.

Bentuk yang paling umum dari diagram fasa T-X cair-cair pada tekanan tetap,

biasanya 1 atm (seperti gambar diatas). Diagram diatas dapat diperoleh secara

eksperimen dengan menambahkan suatu zat cair ke dalam cairan murni lain pada

tekanan tertentu dengan variasi suhu.

Cairan B murni yang secara bertahap ditambahkan sedikit demi sedikit cairan

A pada suhu tetap (T1). Sistem dimulai dari titik C (murni zat B) dan bergerak kea

rah kanan secara horizontal sesuai dengan penambahan zat A. Dari titik C ke titik

D diperoleh satu fasa (artinya A yang ditambahkan larut dalam B). Di titik D

diperoleh kelarutan maksimum cairan A dalam cairan B pada suhu T1.

Penambahan A selanjutnya akan menghasilkan sistem dua fasa (dua lapisan),

yaitu lapisan pertama (L1) larutan jenuh A dalam B dengan komposisi XA,1 dan

lapisan kedua (L2) larutan jenuh B dalam A dengan komposisi XA,2. Kedua lapisan

ini disebut sebagai lapisan konyugat ( terdapat bersama-sama di daerah antara D

dan F). Komposisi keseluruhan ada diantara titik D dan F. Di titik E komposisi

keseluruhan adalah XA,3. Jumlah relatif kedua fasa dalam kesetimbangan ditentukan

dengan aturan lever. Di titik E lapisan pertama lebih banyak dari lapisan kedua.

3 KESETIMBANGAN FASE DUA KOMPONEN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II

Penambahan A selanjutnya akan mengubah komposisi keseluruhan semakain ke

kanan, sementara komposisi kedua lapisan akan tetap XA,1 dan XA,2.

Perbedaan yang terjadi akibat penambahan A secara terus menerus terletak

pada jumlah relatif lapisan pertama dan kedua. Semakin ke kanan jumlah relatif

lapisan pertama akan berkurang sedangkan lapisan kedua akan bertambah. Di titik

F cairan A yang ditambahkan cukup untuk melarutkan semua B dalam A

membentuk larutan jenuh B dalam A. Dengan demikian sistem di F menjadi satu

fasa. Dari F ke G, penambahan A hanya merupakan pengenceran larutan B dalam

A. Untuk mencapai titik G di perlukan penambahan jumlah A yang tak terhingga

banyaknya atau dengan melakukan percobaan mulai dari zat A murni yang

kemudian di tambah zat B sedikit demi sedikit sampai di capai titik F dan

seterusnya.

Jika percobaan dilakukan pada suhu tinggi akan di peroleh batas kelarutan

yang berbeda. Semakin tinggi suhu, kelarutan masing-masing komponen satu sama

lain meningkat, sehingga daerah fasa semakin menyempit. Kurva kelarutan pada

akhirnya bertemu disuatu titik pada suhu konsolut atas, atau disebut juga suhu

kelarutan kritis (Tc). Di atas titik Tc cairan saling melarut sempurna dalam berbagai

komposisi. Contoh sistem yang mengikuti kurva seperti ini adalah sistem air-fenol

dengan Tc = 65,85oC. TC temperatur kritik, titik kritis yaitu suhu yang menunjukkan

bahwa pada temperatur tersebut adalah batas terendah sistem dalam keadaan dua

fasa , di atas temperatur tersebut kedua cairan melarut sempurna dalam segala

komposisi.

e. Diagram Fase

Diagram fase adalah sejenis grafik yang digunakan untuk menunjukkan

kondisi kesetimbangan antara fase-fase yang berbeda dari suatu zat yang sama.

4 KESETIMBANGAN FASE DUA KOMPONEN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II

E. ALAT DAN BAHAN

Alat :

1. Tabung reaksi besar 2 buah

2. Pengaduk 2 buah

3. Beaker glass 500 mL 2 buah

4. Kaki tiga dan kasa 1 buah

5. Pembakar spirtus 1 buah

6. Gelas ukur 10 mL 1 buah

7. Termometer 2 buah

Bahan

1. Aquadest secukupnya

2. Fenol secukupnya

F.

5 KESETIMBANGAN FASE DUA KOMPONEN

diangkat tabung dari penangas dan diamatidicatat suhu pada saat terjadi perubahan menjadi keruh

dicatat suhu pada saat perubahan menjadi jernih

10 mL fenol

dimasukkan ke dalam tabung reaksi besar B yang dilengkapi pengaduk dan termometerdimasukkan 2 mL akuades ke dalam tabungdiadukdiamati perubahan yang terjadidimasukkan ke dalam penangas airdiamati

Larutan jernih

t1B = …. ??

t2B = … ??

dicatat suhu pada saat perubahan menjadi jernih

10 mL akuades

dimasukkan ke dalam tabung reaksi besar A yang dilengkapi pengaduk dan termometerdimasukkan 2 mL larutan fenol ke dalam tabungdiadukdiamati perubahan yang terjadidimasukkan ke dalam penangas airdiamati

Larutan jernih

t1A = …. ??

diangkat tabung dari penangas dan diamatidicatat suhu pada saat terjadi perubahan menjadi keruh

t2A = … ??

Air

Penangas air

dimasukkan ke dalam beaker glass ± setengah volum totaldididihkan dengan pembakar spiritus

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II

F. ALUR KERJA

6 KESETIMBANGAN FASE DUA KOMPONEN

dicatat suhu pada saat perubahan menjadi jernih

10 mL akuades

dimasukkan ke dalam tabung reaksi besar A yang dilengkapi pengaduk dan termometerdimasukkan 2 mL larutan fenol ke dalam tabungdiadukdiamati perubahan yang terjadidimasukkan ke dalam penangas airdiamati

Larutan jernih

t1A = …. ??

diangkat tabung dari penangas dan diamatidicatat suhu pada saat terjadi perubahan menjadi keruh

t2A = … ??

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II

G. HASIL PENGAMATAN

NO PERLAKUAN HASIL PENGAMATAN DUGAAN/ REAKSI Kesimpulan

1. TABUNG Ao Akuades = tidak

berwarna

o Fenol = merah

kecoklatan (++)

Volume

fenol

(mL)

T1A

(0C)

T2A

(0C)

2 83 72

4 81 70

6 78 66

8 76 64

10 73 60

12 69 57

14 64 54

16 59 52

oReaksi akuades dengan

fenol :

H2O(aq)+C6H5OH(aq)

C6H5OH(aq)

Pada saat dipanaskan

larutan dalam satu fasa

Pada saat didinginkan

larutan dalam dua fasa.

Sesuai, campuran aquades

dan fenol terdiri dari 2

komponen yaitu aquades

dan fenol. Saat dipanaskan

dalam penangas tampak 1

fase karena keduanya

tercampur dan terlihat

jernih. Saat didinginkan

(diangkat dari penangas)

larutan menjadi keruh (2

fase)

Didapatkan titik ekivalen

pada suhu 490C

7 KESETIMBANGAN FASE DUA KOMPONEN

diangkat tabung dari penangas dan diamatidicatat suhu pada saat terjadi perubahan menjadi keruh

dicatat suhu pada saat perubahan menjadi jernih

10 mL fenol

dimasukkan ke dalam tabung reaksi besar B yang dilengkapi pengaduk dan termometerdimasukkan 2 mL akuades ke dalam tabungdiadukdiamati perubahan yang terjadidimasukkan ke dalam penangas airdiamati

Larutan jernih

t1B = …. ??

t2B = … ??

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II

NO PERLAKUANHASIL

PENGAMATANDUGAAN/ REAKSI

KESIMPULAN

2. TABUNG B

o Akuades = tidak

berwarna

o Fenol = merah

kecoklatan (++)

Volume

fenol

(mL)

T1A

(0C)

T2A

(0C)

2 79 64

4 77 63

6 74 61

8 70 60

10 66 58

12 64 57

14 62 55

16 59 53

18 55 50

20 51 49

oReaksi akuades dengan

fenol :

H2O(aq)+C6H5OH(aq)

C6H5OH(aq)

Pada saat dipanaskan

larutan dalam satu fasa

Pada saat didinginkan

larutan dalam dua fasa.

Sesuai, campuran

aquades dan fenol terdiri

dari 2 komponen yaitu

aquades dan fenol. Saat

dipanaskan dalam

penangas tampak 1 fase

karena keduanya

tercampur dan terlihat

jernih. Saat didinginkan

(diangkat dari penangas)

larutan menjadi keruh (2

fase)

Didapatkan titik ekivalen

pada suhu 49 0C

8 KESETIMBANGAN FASE DUA KOMPONEN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II

H. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pada percobaan Kesetimbangan Fasa Dua Komponen, diberikan perlakuan yang

berbeda terhadap tabung reaksi besar A dan tabung reaksi besar B. Langkah awal yang

dilakukan adalah memeanaskan air dalam penangas yang nantinya akan digunakan

untuk memanaskan larutan fenol dan air.

Pada tabung A dimasukkan termometer dan pengaduk untuk mengukur suhu dan

mengaduk air dan fenol. Pada tabung A, variabel kontrol atau yang dibuat tetap adalah

volum akuades sedangkan fenol ditambahkan secara bertahap sebanyak 2 mL sampai 8

kali. Pada awalnya fenol yang ditambahkan larut dalam akuades sehingga diperoleh

sistem satu fasa. Namun, seiring penambahan fenol yang semakin banyak, fenol dan air

semakin tidak bercampur, yaitu membentuk 2 lapisan dimana lapisan fenol dapat

dibedakan dengan lapisan air. Hal ini menghasikan sistem dua fasa, fenol-air.

Tujuan penambahan fenol secara terus-menerus adalah agar akuades dapat larut

seluruhnya dalam fenol sehingga terjadi sistem satu fasa. Pada percobaan kami hanya

dilakukan 8 kali penambahan fenol total 16 mL untuk mencapai satu fasa dan hasilnya

dapat melarutkan akuades seluruhnya. Selama 8 kali pengulangan didapatkan T1 A

berturut – turut 830C, 810C, 780C, 760C, 730C, 690C, 640C, 590C. Dan T2A yang didapat

berturut – turut 760C, 700C, 640C, 640C, 600C, 570C, 590C, 520C.

Berdasarkan data diatas, kami melakukan perhitungan untuk menentukan %

volume fenol dengan rumus V fenol

V fenol+akuades x 100%, dengan volume air tetap 10 mL,

dan penambahan volume fenol sebanyak 2 mL hingga 16 ml.

Perhitungan % volume untuk penambahan fenol dalam 10 mL aquades (tabung A)

1.2

12 x 100% = 16,70%

2.4

14 x 100% = 28,57%

3.6

16 x 100% = 37,50%

4.8

18 x 100% = 44,44%

5.1020 x 100% = 50,00%

9 KESETIMBANGAN FASE DUA KOMPONEN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II

6.1222 x 100% = 54,50%

7.1424 x 100% = 58,33%

8.1626 x 100% = 61,54%

Dari perhitungan %volume, pada saat penambahan 2mL fenol pada tabung A yang

telah berisi 10 mL aquades didapat nilai sebesar 16,70 % dengan t1A = 83oC dan t2A =

76°C. Untuk penambahan berikutnya yakni 4mL fenol dalam tabung A tadi didapat

nilai 28,57 % dengan t1A = 81oC dan t2A = 70oC. Untuk penambahan berikutnya yakni

6mL fenol dalam tabung A didapat nilai % volume sebesar 37,50 % dengan nilai t1A =

78oC dan t2A = 66oC. Untuk penambahan berikutnya yakni 8mL fenol dalam tabung A

didapat nilai % volume sebesar 44,44 % dengan nilai t1A = 76oC dan t2A = 64oC. Untuk

penambahan berikutnya yakni 10mL fenol dalam tabung A didapat nilai % volume

sebesar 50 % dengan nilai t1A = 73oC dan t2A = 60oC. Untuk penambahan berikutnya

yakni 12mL fenol dalam tabung A didapat nilai % volume sebesar 54,50 % dengan

nilai t1A = 69oC dan t2A = 57oC. Untuk penambahan berikutnya yakni 14mL fenol dalam

tabung A didapat nilai % volume sebesar 58,33 % dengan nilai t1A = 64oC dan t2A =

54oC. Untuk penambahan berikutnya yakni 16mL fenol dalam tabung A didapat nilai %

volume sebesar 61,53 % dengan nilai t1A = 59oC dan t2A = 52oC.

Reaksi yang terjadi pada tabung A :

C6H5OH(aq) + H2O(aq) C6H5OH(l)

Dari perhitungan diatas, didapatkan %volume fenol yang berbeda disetiap

penambahannya, dimana semakin banyak volum fenol yang ditambahkan semakin

besar pula %volum fenol. Dari data yang telah kami dapatkan melalui pengukuran

temperatur larutan, didapatkan hasil dari temperatur larutan saat dipanaskan yaitu t1A

dan t1B berbeda dengan temperatur larutan saat di dinginkan kembali t2A dan t2B, nilai t1

cenderung lebih besar daripada t2. Dalam hal ini terjadi perubahan fasa pada larutan

yaitu dari keadaan jernih pada saat dipanaskan (satu fasa) menjadi keruh pada saat

didinginkan (dua fasa). Hal ini dikarenakan larutan mengalami perubahan kelarutan

yang dipengaruhi oleh perubahan suhu tersebut.

10 KESETIMBANGAN FASE DUA KOMPONEN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II

Lalu untuk tabung B diisi 10mL fenol dengan 2mL aquades didapat nilai % volume

sebesar 83,33 % dengan t1B = 79oC dan t2B = 64oC. Untuk berikutnya tabung B tadi

ditambahi 4mL aquades didapat nilai 71,42 % dengan t1B = 77oC dan t2B = 63oC. Untuk

penambahan berikutnya yakni 6mL aquades dalam tabung B didapat nilai sebesar 62,50

% dengan nilai t1A = 74oC dan t2A = 61oC. Untuk penambahan berikutnya yakni 8mL

aquades dalam tabung B didapat nilai sebesar 55,55 % dengan nilai t1A = 70oC dan t2A =

60oC. Untuk penambahan berikutnya yakni 10mL aquades dalam tabung B didapat nilai

% volume sebesar 50,00 % dengan nilai t1A = 66oC dan t2A = 58oC. Untuk penambahan

berikutnya yakni 12mL aquades dalam tabung B didapat nilai % volume sebesar 45,45

% dengan nilai t1A = 64oC dan t2A = 57oC. Untuk penambahan berikutnya yakni 14mL

aquades dalam tabung B didapat nilai % volume sebesar 41,66 % dengan nilai t1A =

62oC dan t2A = 55oC. Untuk penambahan berikutnya yakni 16mL aquades dalam tabung

B didapat nilai % volume sebesar 38,46 % dengan nilai t1A = 59oC dan t2A = 53oC.

Untuk penambahan berikutnya yakni 18mL aquades dalam tabung B didapat nilai %

volume sebesar 35,71 % dengan nilai t1A = 55oC dan t2A = 50oC. Untuk penambahan

berikutnya yakni 20mL aquades dalam tabung B didapat nilai % volume sebesar 33,33

% dengan nilai t1A = 51oC dan t2A = 49oC.

Menghitung % volume untuk penambahan aquades dalam 10 mL fenol (tabung B)

1.1012 x 100% = 83,33%

2.1014 x 100% = 71,42%

3.1016 x 100% = 62,50%

4.1018 x 100% = 55,55%

5.1020 x 100% = 50,00%

6.1022 x 100% = 45,45%

7.1024 x 100% = 41,66%

8.1026 x 100% = 38,46%

11 KESETIMBANGAN FASE DUA KOMPONEN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II

9.1028 x 100% = 35,71%

10.1030 x 100% = 33,33%

Dari kurva kami temukan titik ekuivalen adalah pada suhu 49 0C saat %volum

fenol 33,33. Sedangkan titik ekuivalen dalam teori adalah suhu 65,85 0C. Untuk

mengetahui titik ekuivalen dari kedua percobaan kami tadi kami menggunakan kurva

hubungan antara suhu dengan %volum fenol.

I. DISKUSI

Dari hasil percobaan, titik ekivalen yang didapatkan dari hasil percobaan adalah

sebesar 49oC. Hal ini kurang sesuai dengan teori dimana titik ekivalen antara fenol dan

air adalah sebesar 65,850C. Hal ini dikarenakan kuran dikarenakan kurangnya ketelitian

pengamat saat membaca skala termometer dan menentukan keadaan jernih maupun

keruhnya larutan.

J. KESIMPULAN

Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan :1. Menggambarkan kesetimbangan fasa dua komponen fasa cair-cair (fenol-air)

dapat dilakukan dengan mengkonversikan data ke dalam grafik (grafik antara

% volume pada sumbu X dan temperatur pada sumbu Y).

12 KESETIMBANGAN FASE DUA KOMPONEN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II

1 6 . 67

2 8 . 57

3 3 . 33

3 5 . 71

3 7 . 5

3 8 . 46

4 1 . 67

4 4 . 44 5 . 5 5 0 5 0

5 4 . 54

5 5 . 55

5 8 . 33

6 1 . 53

6 2 . 5

7 1 . 43

8 3 . 30

102030405060708090

72 70

49 50

66

53 5564

57 58 60 57 60 5952

61 63 64

Grafik% volume fenol dengan AQUADES

t1 t2

% volume venol

tem

pera

ture

(oC)

2. Titik ekivalen menurut grafik terjadi pada suhu 49°C

3. Dari percobaan ini, diketahui bahwa :

a. Terdapat dua jenis fasa yaitu satu fasa pada saat larutan jernih (dilakukan

pemanasan) dan keadaaan dua fasa saat larutan keruh (larutan

didinginkan).

b. Komponen larutan pada percobaan ini ada 2, yaitu larutan fenol dan air.

c. Derajat kebebasan sistem kesetimbangan fase du komponen (fenol-air)

didapatkan derajat kebebasan 3 saat larutan dalam keadan satu fasa

(jernih), dan didapatkan derajat kebebasan 2 saat larutan dalam keadan

dua fasa (keruh).

13 KESETIMBANGAN FASE DUA KOMPONEN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II

K. DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P.W. 1999. Kimia Fisika Jilid I Edisi Keempat. Jakarta : Erlangga

Rohman, Ijang, dan Sri Mulyani. 2004. Kimia Fisika I. Jakarta : JICA

Takeuchi, Yoshito. 2008. Kesetimbangan Fasa dan Diagram Fasa, (online). (http://www.chemistry.org/materi_kimia/kimia_dasar/cairan_dan_larutan/kesetimbangan-fasa-dan-diagram-fasa.diakses, diakses 28 Februari 2014)

Tjahjani, Siti., 2013. Petunjuk Praktikum Kimia Fisikam II. Surabaya: FMIPA UNESA

14 KESETIMBANGAN FASE DUA KOMPONEN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II

L. JAWABAN PERTANYAAN

JAWABAN SOAL

1. Gambarkan kesetimbangan fase dua komponen fase cair-cair (fenol-air) dari data

yang telah anda dapatkan dengan menggunakan komputer (grafik antara % volume

pada sumbu x dan temperatur pada sumbu y). Gabungkan data yang didapat dari

tabung reaksi A dan tabung raksi B pada satu grafik.

Jawab :

1 6 . 67

2 8 . 57

3 3 . 33

3 5 . 71

3 7 . 5

3 8 . 46

4 1 . 67

4 4 . 44 5 . 5 5 0 5 0

5 4 . 54

5 5 . 55

5 8 . 33

6 1 . 53

6 2 . 5

7 1 . 43

8 3 . 30

102030405060708090

72 70

49 50

66

53 5564

57 58 60 57 60 5952

61 63 64

Grafik% volume fenol dengan AQUADES

t1 t2

% volume venol

tem

pera

ture

(oC)

2. Dari titik yang anda dapatkan (soal no.1), kapan terjadi titik ekivalen ?

Jawab : Titik ekivalen terjadi pada saat prosentase volume fenol 33,33% yaitu pada

suhu 49oC. Tampak pada grafik, garis antara perubahan suhu pada tabung

A dan B bersinggungan, itulah yang disebut titik ekivalen.

15 KESETIMBANGAN FASE DUA KOMPONEN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II

LAMPIRANA. FOTO

16 KESETIMBANGAN FASE DUA KOMPONEN

Alat dan Bahan Pemanasan 100 mL air

Aquades Fenol

Pengambilan 10 ml fenol Penambahan 2 ml Aquades

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II

17 KESETIMBANGAN FASE DUA KOMPONEN

Dimasukkan dalam tabung reaksi10 ml aquades

Proses pemanasan Proses pengukuran suhu

10 ml aquades setelah penambahan 18 ml

fenol

10 ml fenol setelah penambahan 20 ml

aquades

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II

B. GRAFIK Hasil pengamatan Tabung A (10 ml aquades + fenol)

No.Volume (mL) %

Volum

e Fenol

Temperatur(oC )

Fenol Aquades t1A t2A

1. 2 10 16,67 83 76

2. 4 10 28,57 81 70

3. 6 10 37,50 78 64

4. 8 10 44,44 76 64

5. 10 10 50,00 73 60

6. 12 10 54,54 69 57

7. 14 10 58,33 64 59

8. 16 10 61,53 59 52

Hasil Pengamatan Tabung B (10 ml fenol + aquades)

No.Volume (mL) %

Volum

e Fenol

Temperatur(oC )

Fenol Aquades t1A t2A

1. 10 2 83,30 79 64

2. 10 4 71,43 77 63

3. 10 6 62,50 74 61

4. 10 8 55,50 70 60

5. 10 10 50,00 66 58

6. 10 12 45,45 64 57

7. 10 14 41,67 62 55

8. 10 16 38,46 59 53

9. 10 18 35,71 55 50

10. 10 20 33,33 51 49

18 KESETIMBANGAN FASE DUA KOMPONEN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II

Fenol Aquades % volume fenol t1 t2

2 10 16,67 83 72

4 10 28,57 81 70

10 20 33,33 51 49

10 18 35,71 55 50

6 10 37,5 78 66

10 16 38,46 59 53

10 14 41,67 62 55

8 10 44,4 76 64

10 12 45,5 64 57

10 10 50 66 58

10 10 50 73 60

12 10 54,54 69 57

10 8 55,55 70 60

14 10 58,33 64 59

16 10 61,53 59 52

10 6 62,5 74 61

10 4 71,43 77 63

10 2 83,3 79 64

19 KESETIMBANGAN FASE DUA KOMPONEN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II

1 6 . 67

2 8 . 57

3 3 . 33

3 5 . 71

3 7 . 5

3 8 . 46

4 1 . 67

4 4 . 44 5 . 5 5 0 5 0

5 4 . 54

5 5 . 55

5 8 . 33

6 1 . 53

6 2 . 5

7 1 . 43

8 3 . 30

102030405060708090

72 70

49 50

66

53 5564

57 58 60 57 60 5952

61 63 64

Grafik% volume fenol dengan AQUADES

t1 t2

% volume venol

tem

pera

ture

(°C)

20 KESETIMBANGAN FASE DUA KOMPONEN