laporan kf 2 fasa fix
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II
A. JUDUL
Kesetimbangan fase dua komponen
B. HARI / TANGGAL PERCOBAAN
Rabu / 26 Februari 2014
C. TUJUAN
Menggambarkan kesetimbangan fase dua komponen fase cair-cair (fenol-air)
Menentukan titik ekivalen pada kesetimbangan fase dua komponen fase cair-cair
(fenol-cair)
Menentukan fasa, komponen, dan derajat kebebasan suatu sistem kestimbangan fase
cair-cair (fenol-cair)
D. DASAR TEORI
a. Fasa (P)
Kata fasa berasal dari bahasa Yunani yang berarti pemunculan. Fasa (P)
adalah keadaan materi yang seragam diseluruh bagiannya, bukan hanya dalam
komposisi kimianya, melainkan juga dalam keadaan fisiknya. Sumber lain
mendefinisikan fasa adalah daerah materi dari suatu sistem yang secara fisis dapat
dibedakan dari daerah materi yang lain dalam sistem tersebut; fasa memiliki
struktur atom dan sifat-sifat sendiri yang apabila terjadi perubahan temperatur,
komposisi, atau peubah termodinamik yang lain, akan berubah secara kontinu
(tidak berubah mendadak). Pada dasarnya berbagai fasa yang hadir dalam suatu
sistem dapat dipisahkan secara mekanis. Pengertian ini memperluas pengertian fasa
yang telah lama kita kenal yaitu fasa padat, cair, dan gas.
Gas atau campuran gas adalah fase tunggal, kristal adalah fase tunggal dan dua
cairan yang dapat campur secara total membentuk fase tunggal. Es adalah fase
tunggal (P=1), walaupun es itu dapat dipotong-potong menjadi bagian-bagian
kecil. Campuran es dan air adalah sistem dua fase (P=2) walaupun sulit untuk
menentukan batas antara fase-fasenya. Sistem yang terdiri dari beberapa fasa bisa
berada dalam keseimbangan termodinamis disebut sistem multi-fasa. Sistem yang
hanya terdiri dari satu fasa disebut sistem satu-fasa.
1 KESETIMBANGAN FASE DUA KOMPONEN
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II
b. Komponen (C)
Komponen (C) merupakan spesies yang ada dalam sistem, seperti zat terlarut
dan pelarut dalam larutan biner. Banyaknya komponen dalam sistem C adalah
jumlah minimum spesies bebas yang diperlukan untuk menentukan
komposisi semua fase yang ada dalam sistem. Dengan kata lain, kita hanya
menghitung banyaknya jika spesies yang ada dalam sistem tidak bereaksi.
Misalnya, air murni adalah sistem satu-komponen (C=1) dan campuran etanol dan
air adalah sistem dua-komponen (C=2). Biasanya untuk melakukan perhitungan
banyaknya komponen bisa didefinisikan sebagai :
C = S – R
dengan ;
C : komponen,
S : spesies/molekul, dan
R : reaksi yang terjadi antara spesies-spesies (reaksi-reaksi pada kesetimbangan,
kenetralan muatan).
Dalam sistem komponen-tunggal (C=1), tekanan dan temperatur dapat diubah
secara bebas jika hanya ada satu fase (P=1). Jika kita mendefinisikan varian F
sistem sebagai banyaknya variabel intensif yang dapat diubah dengan bebas tanpa
mengganggu banyaknya fase yang berada dalam kesetimbangan, maka F=2. Jadi
sistem itu bivarian dan mempunyai dua derajat kebebasan. Berdasarkan
perhitungan J.W. Gibbs tentang aturan fase yang menunjukkan hubungan umum
antara varian F, jumlah komponen C, dan jumlah fase pada kesetimbangan P untuk
suatu sistem dengan komposisi sembarang, ialah:
c. Derajat Kebebasan
Dalam membicarakan kesetimbangan fasa, kita tidak akan meninjau variabel
ekstensif yang bergantung pada massa dari setiap fasa tetapi meninjau variabel-
2 KESETIMBANGAN FASE DUA KOMPONEN
P + F = C + N
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II
variabel intensif seperti suhu, tekanan, dan komposisi (fraksi mol). Jumlah variabel
intensif independen yang diperlukan untuk menyatakan keadaan suatu sistem
disebut derajat kebebasan dari sistem tersebut.
d. Sistem Dua Komponen Cair-Cair
Dua cairan dikatakan misibel sebagian jika A larut dalam jumlah yang
terbatas, dan demikian pula dengan B, larut dalam A dalam jumlah yang terbatas.
Bentuk yang paling umum dari diagram fasa T-X cair-cair pada tekanan tetap,
biasanya 1 atm (seperti gambar diatas). Diagram diatas dapat diperoleh secara
eksperimen dengan menambahkan suatu zat cair ke dalam cairan murni lain pada
tekanan tertentu dengan variasi suhu.
Cairan B murni yang secara bertahap ditambahkan sedikit demi sedikit cairan
A pada suhu tetap (T1). Sistem dimulai dari titik C (murni zat B) dan bergerak kea
rah kanan secara horizontal sesuai dengan penambahan zat A. Dari titik C ke titik
D diperoleh satu fasa (artinya A yang ditambahkan larut dalam B). Di titik D
diperoleh kelarutan maksimum cairan A dalam cairan B pada suhu T1.
Penambahan A selanjutnya akan menghasilkan sistem dua fasa (dua lapisan),
yaitu lapisan pertama (L1) larutan jenuh A dalam B dengan komposisi XA,1 dan
lapisan kedua (L2) larutan jenuh B dalam A dengan komposisi XA,2. Kedua lapisan
ini disebut sebagai lapisan konyugat ( terdapat bersama-sama di daerah antara D
dan F). Komposisi keseluruhan ada diantara titik D dan F. Di titik E komposisi
keseluruhan adalah XA,3. Jumlah relatif kedua fasa dalam kesetimbangan ditentukan
dengan aturan lever. Di titik E lapisan pertama lebih banyak dari lapisan kedua.
3 KESETIMBANGAN FASE DUA KOMPONEN
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II
Penambahan A selanjutnya akan mengubah komposisi keseluruhan semakain ke
kanan, sementara komposisi kedua lapisan akan tetap XA,1 dan XA,2.
Perbedaan yang terjadi akibat penambahan A secara terus menerus terletak
pada jumlah relatif lapisan pertama dan kedua. Semakin ke kanan jumlah relatif
lapisan pertama akan berkurang sedangkan lapisan kedua akan bertambah. Di titik
F cairan A yang ditambahkan cukup untuk melarutkan semua B dalam A
membentuk larutan jenuh B dalam A. Dengan demikian sistem di F menjadi satu
fasa. Dari F ke G, penambahan A hanya merupakan pengenceran larutan B dalam
A. Untuk mencapai titik G di perlukan penambahan jumlah A yang tak terhingga
banyaknya atau dengan melakukan percobaan mulai dari zat A murni yang
kemudian di tambah zat B sedikit demi sedikit sampai di capai titik F dan
seterusnya.
Jika percobaan dilakukan pada suhu tinggi akan di peroleh batas kelarutan
yang berbeda. Semakin tinggi suhu, kelarutan masing-masing komponen satu sama
lain meningkat, sehingga daerah fasa semakin menyempit. Kurva kelarutan pada
akhirnya bertemu disuatu titik pada suhu konsolut atas, atau disebut juga suhu
kelarutan kritis (Tc). Di atas titik Tc cairan saling melarut sempurna dalam berbagai
komposisi. Contoh sistem yang mengikuti kurva seperti ini adalah sistem air-fenol
dengan Tc = 65,85oC. TC temperatur kritik, titik kritis yaitu suhu yang menunjukkan
bahwa pada temperatur tersebut adalah batas terendah sistem dalam keadaan dua
fasa , di atas temperatur tersebut kedua cairan melarut sempurna dalam segala
komposisi.
e. Diagram Fase
Diagram fase adalah sejenis grafik yang digunakan untuk menunjukkan
kondisi kesetimbangan antara fase-fase yang berbeda dari suatu zat yang sama.
4 KESETIMBANGAN FASE DUA KOMPONEN
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II
E. ALAT DAN BAHAN
Alat :
1. Tabung reaksi besar 2 buah
2. Pengaduk 2 buah
3. Beaker glass 500 mL 2 buah
4. Kaki tiga dan kasa 1 buah
5. Pembakar spirtus 1 buah
6. Gelas ukur 10 mL 1 buah
7. Termometer 2 buah
Bahan
1. Aquadest secukupnya
2. Fenol secukupnya
F.
5 KESETIMBANGAN FASE DUA KOMPONEN
diangkat tabung dari penangas dan diamatidicatat suhu pada saat terjadi perubahan menjadi keruh
dicatat suhu pada saat perubahan menjadi jernih
10 mL fenol
dimasukkan ke dalam tabung reaksi besar B yang dilengkapi pengaduk dan termometerdimasukkan 2 mL akuades ke dalam tabungdiadukdiamati perubahan yang terjadidimasukkan ke dalam penangas airdiamati
Larutan jernih
t1B = …. ??
t2B = … ??
dicatat suhu pada saat perubahan menjadi jernih
10 mL akuades
dimasukkan ke dalam tabung reaksi besar A yang dilengkapi pengaduk dan termometerdimasukkan 2 mL larutan fenol ke dalam tabungdiadukdiamati perubahan yang terjadidimasukkan ke dalam penangas airdiamati
Larutan jernih
t1A = …. ??
diangkat tabung dari penangas dan diamatidicatat suhu pada saat terjadi perubahan menjadi keruh
t2A = … ??
Air
Penangas air
dimasukkan ke dalam beaker glass ± setengah volum totaldididihkan dengan pembakar spiritus
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II
F. ALUR KERJA
6 KESETIMBANGAN FASE DUA KOMPONEN
dicatat suhu pada saat perubahan menjadi jernih
10 mL akuades
dimasukkan ke dalam tabung reaksi besar A yang dilengkapi pengaduk dan termometerdimasukkan 2 mL larutan fenol ke dalam tabungdiadukdiamati perubahan yang terjadidimasukkan ke dalam penangas airdiamati
Larutan jernih
t1A = …. ??
diangkat tabung dari penangas dan diamatidicatat suhu pada saat terjadi perubahan menjadi keruh
t2A = … ??
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II
G. HASIL PENGAMATAN
NO PERLAKUAN HASIL PENGAMATAN DUGAAN/ REAKSI Kesimpulan
1. TABUNG Ao Akuades = tidak
berwarna
o Fenol = merah
kecoklatan (++)
Volume
fenol
(mL)
T1A
(0C)
T2A
(0C)
2 83 72
4 81 70
6 78 66
8 76 64
10 73 60
12 69 57
14 64 54
16 59 52
oReaksi akuades dengan
fenol :
H2O(aq)+C6H5OH(aq)
C6H5OH(aq)
Pada saat dipanaskan
larutan dalam satu fasa
Pada saat didinginkan
larutan dalam dua fasa.
Sesuai, campuran aquades
dan fenol terdiri dari 2
komponen yaitu aquades
dan fenol. Saat dipanaskan
dalam penangas tampak 1
fase karena keduanya
tercampur dan terlihat
jernih. Saat didinginkan
(diangkat dari penangas)
larutan menjadi keruh (2
fase)
Didapatkan titik ekivalen
pada suhu 490C
7 KESETIMBANGAN FASE DUA KOMPONEN
diangkat tabung dari penangas dan diamatidicatat suhu pada saat terjadi perubahan menjadi keruh
dicatat suhu pada saat perubahan menjadi jernih
10 mL fenol
dimasukkan ke dalam tabung reaksi besar B yang dilengkapi pengaduk dan termometerdimasukkan 2 mL akuades ke dalam tabungdiadukdiamati perubahan yang terjadidimasukkan ke dalam penangas airdiamati
Larutan jernih
t1B = …. ??
t2B = … ??
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II
NO PERLAKUANHASIL
PENGAMATANDUGAAN/ REAKSI
KESIMPULAN
2. TABUNG B
o Akuades = tidak
berwarna
o Fenol = merah
kecoklatan (++)
Volume
fenol
(mL)
T1A
(0C)
T2A
(0C)
2 79 64
4 77 63
6 74 61
8 70 60
10 66 58
12 64 57
14 62 55
16 59 53
18 55 50
20 51 49
oReaksi akuades dengan
fenol :
H2O(aq)+C6H5OH(aq)
C6H5OH(aq)
Pada saat dipanaskan
larutan dalam satu fasa
Pada saat didinginkan
larutan dalam dua fasa.
Sesuai, campuran
aquades dan fenol terdiri
dari 2 komponen yaitu
aquades dan fenol. Saat
dipanaskan dalam
penangas tampak 1 fase
karena keduanya
tercampur dan terlihat
jernih. Saat didinginkan
(diangkat dari penangas)
larutan menjadi keruh (2
fase)
Didapatkan titik ekivalen
pada suhu 49 0C
8 KESETIMBANGAN FASE DUA KOMPONEN
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II
H. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada percobaan Kesetimbangan Fasa Dua Komponen, diberikan perlakuan yang
berbeda terhadap tabung reaksi besar A dan tabung reaksi besar B. Langkah awal yang
dilakukan adalah memeanaskan air dalam penangas yang nantinya akan digunakan
untuk memanaskan larutan fenol dan air.
Pada tabung A dimasukkan termometer dan pengaduk untuk mengukur suhu dan
mengaduk air dan fenol. Pada tabung A, variabel kontrol atau yang dibuat tetap adalah
volum akuades sedangkan fenol ditambahkan secara bertahap sebanyak 2 mL sampai 8
kali. Pada awalnya fenol yang ditambahkan larut dalam akuades sehingga diperoleh
sistem satu fasa. Namun, seiring penambahan fenol yang semakin banyak, fenol dan air
semakin tidak bercampur, yaitu membentuk 2 lapisan dimana lapisan fenol dapat
dibedakan dengan lapisan air. Hal ini menghasikan sistem dua fasa, fenol-air.
Tujuan penambahan fenol secara terus-menerus adalah agar akuades dapat larut
seluruhnya dalam fenol sehingga terjadi sistem satu fasa. Pada percobaan kami hanya
dilakukan 8 kali penambahan fenol total 16 mL untuk mencapai satu fasa dan hasilnya
dapat melarutkan akuades seluruhnya. Selama 8 kali pengulangan didapatkan T1 A
berturut – turut 830C, 810C, 780C, 760C, 730C, 690C, 640C, 590C. Dan T2A yang didapat
berturut – turut 760C, 700C, 640C, 640C, 600C, 570C, 590C, 520C.
Berdasarkan data diatas, kami melakukan perhitungan untuk menentukan %
volume fenol dengan rumus V fenol
V fenol+akuades x 100%, dengan volume air tetap 10 mL,
dan penambahan volume fenol sebanyak 2 mL hingga 16 ml.
Perhitungan % volume untuk penambahan fenol dalam 10 mL aquades (tabung A)
1.2
12 x 100% = 16,70%
2.4
14 x 100% = 28,57%
3.6
16 x 100% = 37,50%
4.8
18 x 100% = 44,44%
5.1020 x 100% = 50,00%
9 KESETIMBANGAN FASE DUA KOMPONEN
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II
6.1222 x 100% = 54,50%
7.1424 x 100% = 58,33%
8.1626 x 100% = 61,54%
Dari perhitungan %volume, pada saat penambahan 2mL fenol pada tabung A yang
telah berisi 10 mL aquades didapat nilai sebesar 16,70 % dengan t1A = 83oC dan t2A =
76°C. Untuk penambahan berikutnya yakni 4mL fenol dalam tabung A tadi didapat
nilai 28,57 % dengan t1A = 81oC dan t2A = 70oC. Untuk penambahan berikutnya yakni
6mL fenol dalam tabung A didapat nilai % volume sebesar 37,50 % dengan nilai t1A =
78oC dan t2A = 66oC. Untuk penambahan berikutnya yakni 8mL fenol dalam tabung A
didapat nilai % volume sebesar 44,44 % dengan nilai t1A = 76oC dan t2A = 64oC. Untuk
penambahan berikutnya yakni 10mL fenol dalam tabung A didapat nilai % volume
sebesar 50 % dengan nilai t1A = 73oC dan t2A = 60oC. Untuk penambahan berikutnya
yakni 12mL fenol dalam tabung A didapat nilai % volume sebesar 54,50 % dengan
nilai t1A = 69oC dan t2A = 57oC. Untuk penambahan berikutnya yakni 14mL fenol dalam
tabung A didapat nilai % volume sebesar 58,33 % dengan nilai t1A = 64oC dan t2A =
54oC. Untuk penambahan berikutnya yakni 16mL fenol dalam tabung A didapat nilai %
volume sebesar 61,53 % dengan nilai t1A = 59oC dan t2A = 52oC.
Reaksi yang terjadi pada tabung A :
C6H5OH(aq) + H2O(aq) C6H5OH(l)
Dari perhitungan diatas, didapatkan %volume fenol yang berbeda disetiap
penambahannya, dimana semakin banyak volum fenol yang ditambahkan semakin
besar pula %volum fenol. Dari data yang telah kami dapatkan melalui pengukuran
temperatur larutan, didapatkan hasil dari temperatur larutan saat dipanaskan yaitu t1A
dan t1B berbeda dengan temperatur larutan saat di dinginkan kembali t2A dan t2B, nilai t1
cenderung lebih besar daripada t2. Dalam hal ini terjadi perubahan fasa pada larutan
yaitu dari keadaan jernih pada saat dipanaskan (satu fasa) menjadi keruh pada saat
didinginkan (dua fasa). Hal ini dikarenakan larutan mengalami perubahan kelarutan
yang dipengaruhi oleh perubahan suhu tersebut.
10 KESETIMBANGAN FASE DUA KOMPONEN
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II
Lalu untuk tabung B diisi 10mL fenol dengan 2mL aquades didapat nilai % volume
sebesar 83,33 % dengan t1B = 79oC dan t2B = 64oC. Untuk berikutnya tabung B tadi
ditambahi 4mL aquades didapat nilai 71,42 % dengan t1B = 77oC dan t2B = 63oC. Untuk
penambahan berikutnya yakni 6mL aquades dalam tabung B didapat nilai sebesar 62,50
% dengan nilai t1A = 74oC dan t2A = 61oC. Untuk penambahan berikutnya yakni 8mL
aquades dalam tabung B didapat nilai sebesar 55,55 % dengan nilai t1A = 70oC dan t2A =
60oC. Untuk penambahan berikutnya yakni 10mL aquades dalam tabung B didapat nilai
% volume sebesar 50,00 % dengan nilai t1A = 66oC dan t2A = 58oC. Untuk penambahan
berikutnya yakni 12mL aquades dalam tabung B didapat nilai % volume sebesar 45,45
% dengan nilai t1A = 64oC dan t2A = 57oC. Untuk penambahan berikutnya yakni 14mL
aquades dalam tabung B didapat nilai % volume sebesar 41,66 % dengan nilai t1A =
62oC dan t2A = 55oC. Untuk penambahan berikutnya yakni 16mL aquades dalam tabung
B didapat nilai % volume sebesar 38,46 % dengan nilai t1A = 59oC dan t2A = 53oC.
Untuk penambahan berikutnya yakni 18mL aquades dalam tabung B didapat nilai %
volume sebesar 35,71 % dengan nilai t1A = 55oC dan t2A = 50oC. Untuk penambahan
berikutnya yakni 20mL aquades dalam tabung B didapat nilai % volume sebesar 33,33
% dengan nilai t1A = 51oC dan t2A = 49oC.
Menghitung % volume untuk penambahan aquades dalam 10 mL fenol (tabung B)
1.1012 x 100% = 83,33%
2.1014 x 100% = 71,42%
3.1016 x 100% = 62,50%
4.1018 x 100% = 55,55%
5.1020 x 100% = 50,00%
6.1022 x 100% = 45,45%
7.1024 x 100% = 41,66%
8.1026 x 100% = 38,46%
11 KESETIMBANGAN FASE DUA KOMPONEN
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II
9.1028 x 100% = 35,71%
10.1030 x 100% = 33,33%
Dari kurva kami temukan titik ekuivalen adalah pada suhu 49 0C saat %volum
fenol 33,33. Sedangkan titik ekuivalen dalam teori adalah suhu 65,85 0C. Untuk
mengetahui titik ekuivalen dari kedua percobaan kami tadi kami menggunakan kurva
hubungan antara suhu dengan %volum fenol.
I. DISKUSI
Dari hasil percobaan, titik ekivalen yang didapatkan dari hasil percobaan adalah
sebesar 49oC. Hal ini kurang sesuai dengan teori dimana titik ekivalen antara fenol dan
air adalah sebesar 65,850C. Hal ini dikarenakan kuran dikarenakan kurangnya ketelitian
pengamat saat membaca skala termometer dan menentukan keadaan jernih maupun
keruhnya larutan.
J. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan :1. Menggambarkan kesetimbangan fasa dua komponen fasa cair-cair (fenol-air)
dapat dilakukan dengan mengkonversikan data ke dalam grafik (grafik antara
% volume pada sumbu X dan temperatur pada sumbu Y).
12 KESETIMBANGAN FASE DUA KOMPONEN
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II
1 6 . 67
2 8 . 57
3 3 . 33
3 5 . 71
3 7 . 5
3 8 . 46
4 1 . 67
4 4 . 44 5 . 5 5 0 5 0
5 4 . 54
5 5 . 55
5 8 . 33
6 1 . 53
6 2 . 5
7 1 . 43
8 3 . 30
102030405060708090
72 70
49 50
66
53 5564
57 58 60 57 60 5952
61 63 64
Grafik% volume fenol dengan AQUADES
t1 t2
% volume venol
tem
pera
ture
(oC)
2. Titik ekivalen menurut grafik terjadi pada suhu 49°C
3. Dari percobaan ini, diketahui bahwa :
a. Terdapat dua jenis fasa yaitu satu fasa pada saat larutan jernih (dilakukan
pemanasan) dan keadaaan dua fasa saat larutan keruh (larutan
didinginkan).
b. Komponen larutan pada percobaan ini ada 2, yaitu larutan fenol dan air.
c. Derajat kebebasan sistem kesetimbangan fase du komponen (fenol-air)
didapatkan derajat kebebasan 3 saat larutan dalam keadan satu fasa
(jernih), dan didapatkan derajat kebebasan 2 saat larutan dalam keadan
dua fasa (keruh).
13 KESETIMBANGAN FASE DUA KOMPONEN
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II
K. DAFTAR PUSTAKA
Atkins, P.W. 1999. Kimia Fisika Jilid I Edisi Keempat. Jakarta : Erlangga
Rohman, Ijang, dan Sri Mulyani. 2004. Kimia Fisika I. Jakarta : JICA
Takeuchi, Yoshito. 2008. Kesetimbangan Fasa dan Diagram Fasa, (online). (http://www.chemistry.org/materi_kimia/kimia_dasar/cairan_dan_larutan/kesetimbangan-fasa-dan-diagram-fasa.diakses, diakses 28 Februari 2014)
Tjahjani, Siti., 2013. Petunjuk Praktikum Kimia Fisikam II. Surabaya: FMIPA UNESA
14 KESETIMBANGAN FASE DUA KOMPONEN
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II
L. JAWABAN PERTANYAAN
JAWABAN SOAL
1. Gambarkan kesetimbangan fase dua komponen fase cair-cair (fenol-air) dari data
yang telah anda dapatkan dengan menggunakan komputer (grafik antara % volume
pada sumbu x dan temperatur pada sumbu y). Gabungkan data yang didapat dari
tabung reaksi A dan tabung raksi B pada satu grafik.
Jawab :
1 6 . 67
2 8 . 57
3 3 . 33
3 5 . 71
3 7 . 5
3 8 . 46
4 1 . 67
4 4 . 44 5 . 5 5 0 5 0
5 4 . 54
5 5 . 55
5 8 . 33
6 1 . 53
6 2 . 5
7 1 . 43
8 3 . 30
102030405060708090
72 70
49 50
66
53 5564
57 58 60 57 60 5952
61 63 64
Grafik% volume fenol dengan AQUADES
t1 t2
% volume venol
tem
pera
ture
(oC)
2. Dari titik yang anda dapatkan (soal no.1), kapan terjadi titik ekivalen ?
Jawab : Titik ekivalen terjadi pada saat prosentase volume fenol 33,33% yaitu pada
suhu 49oC. Tampak pada grafik, garis antara perubahan suhu pada tabung
A dan B bersinggungan, itulah yang disebut titik ekivalen.
15 KESETIMBANGAN FASE DUA KOMPONEN
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II
LAMPIRANA. FOTO
16 KESETIMBANGAN FASE DUA KOMPONEN
Alat dan Bahan Pemanasan 100 mL air
Aquades Fenol
Pengambilan 10 ml fenol Penambahan 2 ml Aquades
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II
17 KESETIMBANGAN FASE DUA KOMPONEN
Dimasukkan dalam tabung reaksi10 ml aquades
Proses pemanasan Proses pengukuran suhu
10 ml aquades setelah penambahan 18 ml
fenol
10 ml fenol setelah penambahan 20 ml
aquades
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II
B. GRAFIK Hasil pengamatan Tabung A (10 ml aquades + fenol)
No.Volume (mL) %
Volum
e Fenol
Temperatur(oC )
Fenol Aquades t1A t2A
1. 2 10 16,67 83 76
2. 4 10 28,57 81 70
3. 6 10 37,50 78 64
4. 8 10 44,44 76 64
5. 10 10 50,00 73 60
6. 12 10 54,54 69 57
7. 14 10 58,33 64 59
8. 16 10 61,53 59 52
Hasil Pengamatan Tabung B (10 ml fenol + aquades)
No.Volume (mL) %
Volum
e Fenol
Temperatur(oC )
Fenol Aquades t1A t2A
1. 10 2 83,30 79 64
2. 10 4 71,43 77 63
3. 10 6 62,50 74 61
4. 10 8 55,50 70 60
5. 10 10 50,00 66 58
6. 10 12 45,45 64 57
7. 10 14 41,67 62 55
8. 10 16 38,46 59 53
9. 10 18 35,71 55 50
10. 10 20 33,33 51 49
18 KESETIMBANGAN FASE DUA KOMPONEN
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II
Fenol Aquades % volume fenol t1 t2
2 10 16,67 83 72
4 10 28,57 81 70
10 20 33,33 51 49
10 18 35,71 55 50
6 10 37,5 78 66
10 16 38,46 59 53
10 14 41,67 62 55
8 10 44,4 76 64
10 12 45,5 64 57
10 10 50 66 58
10 10 50 73 60
12 10 54,54 69 57
10 8 55,55 70 60
14 10 58,33 64 59
16 10 61,53 59 52
10 6 62,5 74 61
10 4 71,43 77 63
10 2 83,3 79 64
19 KESETIMBANGAN FASE DUA KOMPONEN
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II
1 6 . 67
2 8 . 57
3 3 . 33
3 5 . 71
3 7 . 5
3 8 . 46
4 1 . 67
4 4 . 44 5 . 5 5 0 5 0
5 4 . 54
5 5 . 55
5 8 . 33
6 1 . 53
6 2 . 5
7 1 . 43
8 3 . 30
102030405060708090
72 70
49 50
66
53 5564
57 58 60 57 60 5952
61 63 64
Grafik% volume fenol dengan AQUADES
t1 t2
% volume venol
tem
pera
ture
(°C)
20 KESETIMBANGAN FASE DUA KOMPONEN