epidemiologi malaria

31
ii Tugas Terstruktur Epidemiologi Malaria” (Disadur dari Malaria Epidemiology “Johns Hopking and Clive shiff” Bloomberg School of Public health copyright 2006) Disusun oleh: Hani Septiana (2110610001) Izzatul Bahriyah (2110610002) JURUSAN BIOLOGI

Upload: pascaunisma

Post on 19-Feb-2023

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ii

Tugas Terstruktur“Epidemiologi Malaria”

(Disadur dari Malaria Epidemiology “JohnsHopking and Clive shiff” Bloomberg

School of Public health copyright 2006)

Disusun oleh:

Hani Septiana (2110610001) Izzatul Bahriyah (2110610002)

JURUSAN BIOLOGI

iii

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS ISLAM MALANG

2014

Kata Pengantar

Segala puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,

atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada

penulis sehingga makalah yang berjudul “Epidemiologi

Malaria” disadur dari Disadur dari Malaria Epidemiology“Johns Hopking and Clive shiff” Bloomberg School of

Public health copyright 2006) ” dapat terselesaikan.

Ribuan ucapan terimakasih juga tidak lupa penulis

sampaikan kepada dosen mata kuliah Bioprospeksi sebagai

mata kuliah perdana tahun 2014 yang telah membimbing

penulis baik dalam proses perkuliahan maupun saat

proses pembuatan makalah. Makalah ini dibuat guna

memenuhi syarat perkuliahan sebagai tugas mata kuliah

Bioprospeksi. penulis menyadari bahwa dalam proses

penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik

materi maupun cara penulisannya. Namun demikian,

penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan

pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan

baik dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati dan

dengan tangan terbuka menerima masukan, saran dan usul

guna penyempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis

iiii

berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi

seluruh pembaca.

Malang, 2014

iii

Daftar Isi

Kata Pengantar ............................. ii

Daftar Isi ................................ iii

Daftar

Tabel .................................................

................................... iv

BAB I PENDAHULUAN............................1

1.1Latar Belakang

...............................................

.....................1

1.2...............................Rumusan

Masalah........................................

........................2

1.3Tujuan ........................................

.........................................2

BAB II

PEMBAHASAN.............................................

........................4

2.1 Definisi dan Etiologi

Malaria........................................

...... 4

2.2 Patofisiologi

Malaria........................................

................... 5

i

iii

2.3 Epidemiologi penyakit

malaria........................................

... 6

2.4. Pola Transmisi Penyakit

Malaria.......................................

10

2.5. Interpretasi Indeks Lokal

Transmisi...................................10

2.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi vektor malaria

(Host definitive) dan Host intermediate

(manusia)......................................

........15

BAB III

PENUTUP ...............................................

.............................17

3.1

Kesimpulan.............................................

.......................... 17

DAFTAR

PUSTAKA................................................

......................... 18

ii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut sejarah kata “malaria” berasal dari bahasa

italia yang terdiri dari dua suku kata “mal dan aria”

yang berarti udara yang jelek. Hal ini dikarenakan

karena orang Italia pada masa lalu mengira bahwa

penyakit ini di sebabkan oleh musim dan udara yang

jelek. Penyakit malaria sudah dikenal sejak 4000 tahun

yang lalu. Dalam sejarah peradaban menyebutkan bahwa

penyakit malaria disebabkan oleh protozzoa genus

plasmodium kelas Sporozoa dan suku Haemosporida.

(Miller et al,. 1994 dalam Arsin, 2012).

Tingginya kasus malaria merupakan sesuatu yang

perlu segera disikapi. Hal ini bisa saja terjadi oleh

karena resistensi obat atau karena “kesalahan diagnosa”

terutama jika diagnosa malaria hanya berdasarkan gejala

dan tanda klinis. Padahal gejala dan tanda klinis

malaria di daerah endemis umunya tidak khas dan hampir

sama seperti gejala dan tanda klinis pada penderita

infeksi lainnya, terutama pada fase awal infeksi.

(Harjinto, 2002). Malaria merupakan merupakan penyakit

parasitik tropikal yang menyebabkan mortalitas paling

tinggi saat ini yang ditularkan oleh parasit nyamuk

dari keluarga Anopheles. (Sach dan Malaney, 2002).

1

Penyakit malaria di Indonesia merupakan masalah

kesehatan masyarakat, menurut Departeman Kesehatan

(2001) terdapat 15 juta kasus malaria dengan 38.000

kematian setiap tahunnya dan 70% penduduk Indonesia

tinggal di daerah beresiko tertular malaria. Dari 484

kabupaten/kota di Indonesia, 338 dari 484 adalah

endemis malaria. (Prabowo, 2004).

Metode survival WHO di Afrika memperkirakan

prevalensi malaria dengan menggunakan data iklim dan

survei. Dari data di sebutkan ada 45 negara dari 109

negara endemik malaria di Afrika menyatakan bahwa tahun

2006 kasus melaria terjadi di daerah Kongo, Ethiopia,

Kenya, Nigeria dan Tanzania (Medical, 2008). Sedangkan

di Indonesia dinyatakan oleh Direktur Pengendalian

Penyakit Bersumber Binatang Kementerian Kesehatan, Andi

Muhandir (2012) menyatakan prevalensi penyakit malaria

di Indonesia masih tinggi, mencapai 417.819 kasus

positif pada tahun 2012. Penyakit malaria pernah

menjadi KLB di daerah Kupang pada tahun 2000 yang

menyerang 1.730 orang sabu dan 556 orang semau serta

merenggut nyawa 8 bocah. (Pos Kupang, 2000).

Menurut The World Malaria Report (2005), Badan Kesehatan

Dunia (WHO), menggambarkan walaupun berbagai upaya

dilakukan, hingga tahun 2005 malaria masih menjadi

masalah kesehatan utama di 107 negara di dunia.

Diperkirakan masih sekita 3,2 miliar orang hidup di

2

daerah endemis malaria. Di Indonesia, diperkirakan 30

juta kasus malaria terjadi setiap tahunnya di Indonesia

Waulaupun ditularkan oleh nyamuk, penyakit malaria

sebenarnya merupakan suatu penyakit ekologis. Penyakit

malaria sangat dipengaruhi oleh kondisi-kondisi

lingkungan yang memungkinkan nyamuk untuk berkembang

biak dan berpotensi melakukan kontak dengan manusia dan

menularkan parasit malaria. (Prabowo, 2004).

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukan di

atas maka perlu untuk diketahui bagaimana keragaman

penyakit malaria, faktor-faktor yan mempengaruhi

seperti vektoral dan manusia, dan mengetahui indeks

transmisi yang mana di sadur dari presentasi Clive

Shiff, PhD dalam Johns Hopkins Bloomerg School of

Public Health copyright 2006.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi dan etiologi dari penyakit malaria?

2. Bagaimanakah patofisiologi dari malaria?

3. Bagaimana epidemiologi malaria?

4. Bagaimana pola transmisi penyakit malaria?

5. Bagaimana indeks lokal transmisi malaria?

6. Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi pola

vektor(host definitive)?

1.3 Tujuan

1.Untuk mengetahui definisi dan etiologi malaria

2.Untuk mengetahui patofisologi malaria

3.Untuk mengetahui epidemiologi malaria

3

4.Untuk mengetahui pola transmisi penyakit malaria

5.Untuk mengetahui indeks lokal transmisi

6.Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

pola vektoral

4

BAB II

Pembahasan

2.1. Definisi dan Etiologi Malaria

Malaria adalah penyakit yang bersifat akut, menular

maupun infeksi kronik, disebabkan oleh protozoa dari

genus Plasmodium bentuk aseksual yang masuk ke dalam

tubuh manusia dan ditularkan oleh nyamuk Anopheles

betina. Penyakit malaria juga memiliki nama lain

seperti demam roma, demam rawa, demam tropik, demam

pantai, demam charges, demam kura dan paludisme.

(Prabowo, 2004).

Malaria disebabkan oleh protozoa darah yang

termasuk kedalam plasmodium. Ada empat Plasmodia yang

dapat menginfeksi manusia yaitu Plasmodium falciparum,

Plasmodium malariae, Plasmodium vivax, dan Plasmodium ovale.

Plasmodium falciparum ditemukan terutama di daerah tropis

dengan resiko kematian yang lebih besar bagi orang

dengan kadar imunitas rendah. Penularan dilakukan oleh

nyamuk betina Anopheles atau melalui transfusi darah

atau jarum suntik yang tercemar dan dari ibu hamil

5

kepada janinnya. Species yang paling berbahaya adalah

Plasmodium falciparum yang menyebabkan malaria falsiparum

atau malaria tropika karena malaria ini menimbulkan

penyerangan eritrosit dalam jumlah besar dalam waktu

yang singkat, sehingga menimbulkan berbagai komplikasi

di dalam organ-organ tubuh. (Harijanto, 2000).

Parasit malaria memerlukan dua hospes untuk siklus

hidupnya, yaitu manusia dan nyamuk Anopheles betina.

(Harjinto, 2006).

- Siklus pada manusia Pada waktu Anopheles infektif

menghisap darah manusia, sporozoit yang berada dalam

kelenjar liur nyamuk akan masuk ke dalam peredaran

darah selama ± 30 menit, Setelah itu masuk ke dalam sel

hati dan menjadi tropozoit hati. Kemudian menjadi

Skizon hati yng terdiri dari 10000-30000 merozoit hati.

Pada Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale terjadi masa

dormansi atau hipnozoit yang tinggal dalam sel selama

berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun dan akan

menimbulkan relaps (kambuh). (Depkes RI, 2006).

6

Gambar 1. Nyamuk Anopheles (Sumber; Shiff,2006)

- Siklus Pada nyamuk Anopheles betina yaitu menghisap

darah yang mengandung gametosit di dalam tubuh nyamuk,

gamet jantan dan gamet betina melakukan pembuahan

menjadi zigot. Zigot berkembang menjadi ookinet dalam

dinding lambung nyamuk ookinet menjadi ookista dan

selanjutnya menjadi sprozoit yang nantinya bersifat

infekstif dan siap di tularkan kemanusia. (Harijanto,

2006).

2.2. Patofisiologi Malaria

Menurut Pendapat ahli malaria adalah multifaktorial

dan berhubungan dengan hal-hal sebagai berikut :

a. penghancuran eritrosit Fagositosis yang

mengandung eritrosit yang mengandung parasit dan

yang tidak mengandung parasit, sehingga terjadi

anemia dan hipoksemia jaringan hingga menyebabkan

gagal ginjal. (Pribadi, 2000).

b. Mediator Endotoksin –Makrofag : Pada saat

Skizogoni,eritrosit mengandung parasit memicu

makrofag yang sesitive endoktosin untuk

melepaskan sebagai mediator. Dapat menimbulkan

demam, hipolgekemia dan sindrom penyakit

prnapasan pada orang dewasa. (Pribadi, 2000).

c. Suenstrasi Eritrosit yang terluka : Eritrosit

yang terinfeksi oleh Plasmodium dapat membentuk

tonjolan-tonjolan (Konbs) pada permukaan nya.

Tonjolan nya mengandung antigen dn bereaksi

dengan antobodi malaria dan berhubungan dnegan

7

afinitas eritrosit yang mengandung parasit

terhadap endhothelium kapiler alat dalam,

sehingga skizogoni berlangsung di sirkulasi alat

dalam. Eritrosit yang terinfeksi membentuk

gumpalan dan menimbulkan anoksia dan edema

jaringan. (Pribadi, 2000).

Sporozoit pada fase eksoetritrosit bermutiplikasi dalam

sel hepar tanpa menyebabkan raeaksi inflamasi, kemudian

merozoit menghasilkan infeksi eritrosit gyang

menghasilkan proses patolologi penyakit malaria.

(Harijanto, 2006).

2.3. Epidemiologi Penyakit Malaria

a. Masalah Global

Malaria hampir ditemukan di seluruh dunia, terutama

yang beriklim tropis dan subtropis . Menurut data WHO

(2010) memperkirakan insiden malaria di dunia mencapa

215 juta kasus dan diantara terinfeksi parasit

Plasmodium sekitar 655 ribu.

Tabel 1. Estimasi Kasus Malaria dan Kematian Tahun

2010

Tabel 2. Presentasi Laporan Bulanan WHO, 2011

8

Sebanyak 90% kematian terjadi pada anak-anak dengan

rasio 1:4 anak balita di Afrika meninggal karena

malaria. Di Asia Tenggara negara yang termasuk wilayah

endemis malaria adalah : Bangledesh, Bhutan, India,

Indonesia, Maldives, Myanmar. Nepal, Srilanka dan

Thailand. Penyebaran malaria terjadi dalam wilayah-

wilayah yang terbentang luas meliputu belahan bumi

utara dan selatan seperti Kenya atau 2,800 m diatas

permukaan laut.

b. Gambaran Malaria Berdasarkan Laporan

Stratifikasi Malaria : Di Indonesia sejak tahun

2007 menggunakan indikator Annual Parasite Includiendce

(API) denga syarat bahwa setiap kasus malaria

harus dibuktikan dnegan hasil pemeriksaan sediaan

darah dan semua kasus positif harus di obati

dengan pengobatan kombinasi berbasis aetemisinin

atau ACT (Artemisinin –based Combination Therapies).

Berdasarkan API provinsi tertinggi pada tahun

2008-2009 adalah Papua Barat NTT dan Papua.

9

Plasmodium : Plasmodium yang menyebabkan malaria

di Indonesia yaitu, pada tahun 2009 tertinggi

Plamodium vivax 55,8 % kemudian Plamodium fulsifarum dan

Plasmodium ovael tidak dilaporkan.

Sebaran KLB (Kejadian Luar Biasa) ; Tahun 2006-

2009 KLB selalu terjadi di pulau Kalimantan dengan

kabupaten dan kota yang berbeda-beda tiap tahun,

pada tahun 2009 KLB dilaporkan terjadi di Jwa

(Jawa Tengah, Timur dan Banten), Kalimantan

(KALSEL), SULBAR, NAD dan SUMBAR serta Lampung,

10

Diagram 1. Plasmodium Penyebab Malaria tahun 2009 (Sumber Kemenkes RI, 2009)

dengan jumlah total penderita 1869 orang dengan

jumlah kematian 11 orang.

2.3.1. Distrbusi Frekuensi Malaria

a. manusia (host)

Di Indonesia, malaria merupakan masalah kesehatan

yang penting, oleh karena penyakit ini endemik di

sebagian besar wilayah indonesia terutama di luar jawa

dan bali.

- Umur : Secara umum penyakit malaria tidak mengenal

tingkatan umur. Hanya saja anak-anak lebih rentan

terhadap infeksi malaria. Menurut Gunawan (2000),

perbedaan prevalensi malaria menurut umur dan jenis

kelamin berkaitan dengan derajat kekebalan karena

variasi keterpaparan kepada gigitan nyamuk. Orang

dewasa dengan berbagai aktivitasnya di luar rumah

terutama di tempat-tempat perindukan nyamuk pada waktu

gelap atau malam hari, akan sangat memungkinkan untuk

kontak dengan nyamuk. Epidemi malaria seringkali

dilaporkan dari berbagai wilayah dengan angka kematian

11

Gambar 3. KLB 2006-2009 (Sumber Kemenkes 2009)

yang lebih tinggi pada anak-anak dibawah 5 tahun

dibanding orang dewasa.

- Jenis Kelamin : Infeksi malaria tidak membedakan

jenis kelamin akan tetapi apabila menginfeksi ibu yang

sedang hamil akan menyebabkan anemia yang lebih berat.

- Ras : Beberapa ras manusia atau kelompok penduduk

mempunyai kekebalan alamiah terhadap malaria, kelompok

penduduk yang mempunyai Haemoglobin S (Hb S) ternyata

lebih tahan terhadap akibat infeksi Plasmodium

falsiparum. Hb S terdapat pada penderita dengan kelainan

darah yang merupakan penyakit keturunan/herediter yang

disebut sickle cell anemia, yaitu suatu kelainan dimana sel

darah merah penderita berubah bentuknya mirib sabit

apabila terjadi penurunan tekanan oksigen udara.

- Riwayat malaria sebelumnya: Orang yang pernah

terinfeksi malaria sebelumnya biasanya akan terbentuk

immunitas sehingga akan lebih tahan terhadap infeksi

malaria. Contohnya penduduk asli daerah endemik akan

lebih tahan terhadap malaria dibandingkan dengan

pendatang dari daerah non endemis.

- Pola hidup : Pola hidup seseorang atau sekelompok

masyarakat berpengaruh terhadap terjadinya penularan

malaria seperti kebiasaan tidur tidak pakai kelambu,

dan sering berada di luar rumah pada malam hari tanpa

menutup badan dapat menjadi faktor risiko terjadinya

penularan malaria.

12

- Status Gizi : Status gizi erat kaitannya dengan

sistem kekebalan tubuh. Apabila status gizi seseorang

baik akan mempunyai peranan dalam upaya melawan semua

agent yang masuk ke dalam tubuh. Defisiensi zat besi

dan riboflavin mempunyai efek protektif terhadap malaria

berat (Harjanto, 2003).

b. tempat

Batas dari penyebaran malaria adalah 640 LU (Rusia)

dan 320 LS (Argentina). Ketinggian yang dimungkinkan

adalah 400 meter dibawah permukaan laut (laut mati dan

kenya) dan 2600 meter di atas permukaan laut (Bolivia).

Plasmodium vivax mempunyai distribusi geografi yang

paling luas, mulai dari daerah beriklim dingin,

subtropik sampai ke daerah tropik. Malaria di suatu

daerah dikatakan endemik apabila kesakitannya yang

disebabkan oleh infeksi alamiyah, kurang lebih konstan

selama beberapa tahun berturut-turut. Berdasarkan hasil

spleen rate (SR), yaitu presentase penduduk yang limpanya

membesar dari seluruh penduduk yang diperiksa pada

kelompok usisa 2-9 tahun, Endemisistas suatu daerah

dapat diklasifikasikan menjadi 4 yaitu :

1. Hipoendemik SR < 0-10 %, penularan yang terjadi

pada anak-anak dan orang dewasa. Terjadi gangguan

fungi hati, gangguan fungsi ginjal pada usia

dewasa.

2. Mesoendemik SR 11-50 % pada usia 2-10 tahun

3. Hiperendemik SR < 50% (SR dewasa tinggi 25 %)

13

4. Holoendemik SR > 75 % (SR dewasa rendah),

Holoendemik banyak penderitanya anak-anak dengan

anemia berat (Shiff, 2006).

Berdasarkan AMI daerah malaria dapat

diklasifikasikan menjadi :

1. Low Malaria Incident. AMI <10 kasus/1000 penduduk

2. Medium, AMI 10-50 kasus/1000 penduduk

3. High, AMI > 50 kasus/ 1000 penduduk

2.4. Pola Transmisi Penyakit Malaria

Pola atau cara tarnasmisi penyakit malaria, yaitu:

a. penularan secara alamiyah (natural infection )

Penularan ini terjadi melalui gigitan nyamuk Anopheles

betina yang infektif. nyamuk menggigit orang sakit

malaria maka parasit akan ikut terhisap bersama darah

penderita malaria. Di dalam tubuh nyamuk parasit akan

berkembang dan bertambah banyak, kemudian nyamuk

menggigit orang sehat, maka melalui gigitan tersebut

parasit ditularkan ke orang lain.

b. penularan yang tidak alamiyah

- malaria bawaan (congenital): terjadi pada bayi yang

baru dilahirkan oleh ibu yang menderita penyakit

malaria. Hal ini disebabkan adanya kelainan pada sawar

plasenta sehingga tidak ada penghalang infeksi dari ibu

kepada bayi yang dikandungnya.

- secara mekanik : penularan terjadi melalui transfusi

darah atau melalui jarum suntik. Penularan melalui

14

jarum suntik banyak terjadi pada para pecandu obat bius

yang menggunakan jarum suntik yang tidak steril.

- secara oral (melalui mulut) : cara penularan ini

pernah dibuktikan pada burung, ayam (P.gallinasium ),

burung dara (P.relection), dan monyet (P.knowlesi).

(Prabowo, 2004)

2.5. Interpretasi Indeks Lokal Transmisi

Prinsisp transmisi malaria yaitu, malaria menyebar

dari seorang ke orang lain melalui gigitan nyauk

Anopheles betina. Berdasarkan presentasi yang dibawakan

oleh Shiff (2006), menyatakan faktor yang mempengaruhi

transmisi distribusi dan kelimpahan vektor nyamuk yaitu

:

- Suhu dan tingkat kelembaban serta hujan

- Fluktuasi musiman nyamuk

- Banyak nya species vektor

Faktor penting transmisi malaria di Asia Tenggara

termasuk perubahan lingkungan seperti fisik, biologis

dan sosial (Dale, 2005). Malaria ditransmisikan pada

daerah tropis dan subtropis yang mana nyamuk Anopheles

dapat bertahan hidup dan berkembang biakk serta parasit

peneybab malaria melengkapi siklus pertumbuhannya. Pada

suhu 200 C Plasmodium falcifarm tidak dapat menyempurnakan

siklus hidupnya sehingga tidak bisa ditransmisikan..

Adapun Faktor kunci probabilitas vektor bertahan hidup

selama sedikitnya 10 hari dengan rumus sebagai

berikut :

15

Kapasitas vektor :

C= ma2 pn – loge P

m = kepadatan relatif vektora = probabilitas nyamuk mengambil makan darah manusia pada satu harip = Proporsi nyamuk yang masih hidup pada masa inkubasiP = probibalita bertahan sehari-hariC = Kapasitas vektor

Intensitas tansmisi malaria di suatu daerah adalah

kecepatan inokulasi parasit malaria oleh gigitan nyamuk

di daerah tersebut. Pada area endemik intensitas

penularan ditentukan dengan Entomological Inoculation Rate

(EIR) merupakan hasil dari tingkat sisten dikali jumlah

Sporozoit dalam nyamuk. EIR ditunjukan sebagai jumlah

rata-rata gigitan infeksif setiap orang pada setiap

unit waktu. EIR didaerah Afrika di mana malaria endemik

biasanya berkisar antara 1 atau lebih 1000 gigitan

intensif/ tahun. EIR . gigitan/ tahun berhubungan

dengan tingkat prevalensi malaria melebihi 75 %

populasi manusia. Hubungan antara EIR dan prevalensi

malaria dipengaruhi oleh imunitas alami dan ada

tidaknya pengobatan alami. (WHO, 2006).

Di dalam presntasi yang disampaikan oleh Shiff (2006)

menyatakan bahwa bagian dari tingkat entomological

inokulasi yaitu :

• Jumlah gigitan infektif per orang per satuan waktu

• kepadatan vektor dalam kaitannya dengan manusia (m)

16

• Rata-rata jumlah orang yang digigit oleh nyamuk dalamsatu hari (a)

• Proporsi vektor infektif (s) dan EIR (Laju Angka Inokulasi Entomologi)

Pengukuran EIR seperti yang ditunjukan gambar diatas

menggunakan lampu perangkap, kemudian sampel nyamuk di

periksa untuk diamati Sporozoit dengan perkiraan EIR/

infeksi gigitan/ orang yang terkena.

17

Gambar 4. Pengukuran EIR (Laju Angka InokulasiEntomologi)

Grafik1. infeksi nyamuk dengan 20 perangkap/setiapmalam

18

Grafik 2. Pengaruh suhu terhadap fase Sporogony &hubungan suhu dan kelangsungan hidup sehari-hari

Grafik 3. proposi dari ketahanan sporogoni pada suhutertentu

Gambar 5. Transimisi

(penularan)

menggunakan data

bertahan dari suhu

dan waktu pada fase

Sporogony di Benua

Sedangakan perbandingan di daerah Kenya dan Tanzania

dalam peta malaria yaitu:

19

Gambar 6. (a) model kesesuaian iklim; (b) peta malaria historis risiko malaria di Kenya (Nelson, 1959 dalam Shiff, 2006) dan Tanzania (Wilson, 1956 dalam Shiff,

Adapum Zona Eco-epidemiologi malaria berdasarkan Shiff (2006) :

- Savannah Afrika: holoendemic atau mesoendemic

- Fringe malaria (Afrika), gurun atau dataran tinggi

- Dataran global dan lembah: berbagai vektor,

berbagai perkembangbiakan

- Malaria Perkotaan

- Perang dan pengungsian

Kondisi Perkotaan menyebabkan transmisi karena terkait

dengan tempat perkembangbiakan dan kondisi Pedesaan

menyebabkan transmisi dengan kedekatan tempat

perkembangbiakan nyamuk begitu juga dengan sawah,

sistem sungai, kolam, dan badan air yang stabil.

2.6. Faktor-faktor yang mempengaruhi vektor malaria

(Host definitive) dan Host intermediate (manusia)

Di Indonesia konfirmasi vector telah dilakukan sejak

tahun 1919 -2009 dan selama periode tersebut terdapat

25 species ditemukan positif membawa parasit malaria.

Menurut tempat perkembangbiakannya, vector malaria

20

Gambar 7. Prevalensi Malaria di Zimbabwe

dapat dikelompokan dalam 3 tipe yaitu ; berkembang baik

dipersawahan, perbukit/hutan, dan pantai atau aliran

sungai. Vector yang berkembang biak dipersawahan

yaitu : Anopheles aconitus, Anopheles annullaris, Anopheles

barborostris, Anopheles kochi, Anopheles vagus. Sedangakan di hutan

seperti Anopheles balabacensis dan di daerah pantai vector

seperti Anopheles flavirostis.Waktu aktivitas mengigit

vector malaria yang sudah diketahui adalah pukul 17.00-

18.00 sebelum 24 jam dan setelah 24 jam pukul 00.00-

04.00.

Faktor yang mempengaruhi host berupa factor

lingkungan yaitu ; lingkungan fisik termasuk di dalam

nya, suhu, kelembaban, curah hujan dan topografi

(ketinggian), angina, sinar matahari, arus air dan

kadar garam. Lingkungan Biologik adalah segala unsur

flora dan fauna yang berada di sekitar manusia, antara

lain meliputi berbagai mikroorganisme patogen dan tidak

patogen, berbagai binatang dan tumbuhan yang

mempengaruhi kehidupan manusia, fauna sekitar manusia

yang berfungsi sebagai vektor penyebab penyakit

menular. (Noor nasry.2004). Lingkungan social-budaya

seperti tingkat kesadaran terhadap pembratasan malaria,

peperangan dan perpindahan mengakibtakan malaria,

meningkatnya kunjungan pariwisata dan perjalanan dari

daerah endemik.

21

Pengendalian dan pencegahan malaria adalah dengan

menggunakan kelambu, yang merupakan upaya pencegahan

penularan penyakit malaria dan pengendalian vector

dengan menggunakan inteksida, ikan pemakan jentik dan

memeperbaiki manajemen lingkungan. Sedangkan untuk

diagnose dan pengobatan adalah dengan pemerikasaan

sediaan darah (SD).

22

a b

Gambar 9. (a –b ) Pemerikasaan darah (antigen (Sumber ;Shiff, 2006)

Gambar 8. Agent, host dan enviroment (Muhandir .2012)

BAB III

PENUTUP3.1 Kesimpulan

Menurut sejarah kata “malaria” berasal dari bahasa

italia yang terdiri dari dua suku kata “mal dan aria”

yang berarti udara yang jelek. Penyakit malaria pernah

menjadi KLB di daerah Kupang pada tahun 2000 yang

menyerang 1.730 orang sabu dan 556 orang semau serta

merenggut nyawa 8 bocah. Menurut The World Malaria Report

(2005), Badan Kesehatan Dunia (WHO), menggambarkan

walaupun berbagai upaya dilakukan, hingga tahun 2005

malaria masih menjadi masalah kesehatan utama di 107

negara di dunia. Malaria adalah penyakit yang bersifat

akut, menular maupun infeksi kronik, disebabkan oleh

protozoa dari genus Plasmodium bentuk aseksual yang

masuk ke dalam tubuh manusia dan ditularkan oleh nyamuk

23

Anopheles betina. Berdasarkan data WHO (2010)

memperkirakan insiden malaria di dunia mencapa 215 juta

kasus dan diantara terinfeksi parasit Plasmodium sekitar

655 ribu.). Adapun faktor yang mempengaruhi transmisi

distribusi dan kelimpahan vektor nyamuk yaitu : 1) Suhu

dan tingkat kelembaban serta hujan 2) Fluktuasi musiman

nyamuk 3) Banyak nya species vektor. Sedangkan Faktor

yang mempengaruhi host (manusia) yaitu, factor fisik,

biologi dan social budaya.

DAFTAR PUSTAKA

Andi Muhandir .2012. http://www.voaindonesia.com/content/who-upaya-pengendalian-malaria/1808301.html Diaskes 9 Juni 2014

24

Arsin, A. 2012. Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Kejadian Malaria di Pulau Kapoposang kabupaten Pangkajene Kepulauan; Jurnal Kedokteran dan Farmasi MEDIKA; Jakarta, 2003

Harjinto, 2002 Malaria Dari Molekuler Ke Klinis. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Depkes RI, 2006. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia. Departemen Kesehatan, Direktorat Jenderal P2PL.Prabowo, A. 2004. Malaria Mencegah dan Mengatasinya. Puspa Swara, Jakarta

Noor, Nasry. 2004. Epidemiologi. Lembaga Penerbit Universitas Hasanuddin: Makassar

Kemenkes RI,. 2009. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2010). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

WHO, 2011,. Global Malaria Programme. World Malaria Report 2011 Fact Sheet

WHO, 2006,. Global Malaria Programme. World Malaria Report Fact Sheet

Sach dan Malaney, 2002. Studi Habitat Anopheles nigerrimus gilles 1900 dan Epidiomologi Malaria di Desa Lengkong, Kabupaten Sukabumi. Program Pascasarjana.

Pribadi, 2000. Patobiologi malaria. In: Harijanto PN, editor. Malaria: epidemiologi, patogenesis,manifestasiklinis dan penanganan. Jakarta: EGC; 2000.p.249-77)

Pos Kupang, 2000. http://kesehatanlingkungan.wordpress.com/penyakit-menular/malaria-pembunuh-terbesar-sepanjang-abad/ diaskes tanggal 9 juni 2014

25

26