ca nasofaring

30
Disusun Oleh : Mauliadanti R, M. Ardly Ciptajaya, Muthia Ayu A, Sabriyani P, Silpi Hamidiah Karsinoma Nasofaring

Upload: independent

Post on 18-Nov-2023

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Disusun Oleh :Mauliadanti R, M. Ardly Ciptajaya, Muthia

Ayu A, Sabriyani P, Silpi Hamidiah

Karsinoma Nasofaring

Anatomi

Definisi

Lokasi tersering : fossa Roessenmuller

Epidemiologi KNF jarang terjadi. Insidensi KNF di AS rendah, yaitu < 1/100.000

pddk per tahun. Insidensi KNF cukup tinggi di Asia Tenggara,

Alaska, Kanada, India, Afrika Utara dan terutama daerah selatan Cina.

Insidensi KNF di Cina 2/100.000 pddk per tahun.

Patofisiologi

Faktor Resiko Jenis kelamin , pria : wanita (2:1) Infeksi Epstein-Barr virus Kebiasaan merokok/alkohol Makanan tertentu , pengawet, makanan yg

diasinkan (ikan asin nitrosamin) Genetik Riwayat Keluarga dg KNF Terpapar zat karsinogen (formalin, debu kayu)

Klasifikasi (WHO)Secara mikroskopis ada 3 tipe KNF :

Keratinizing squamous cell carcinoma

Non-keratinizing well differentiated

Undifferentiated

SCC - Keratinisasi SCC - Non Keratinisasi

Undifferensiasi

STAGING (AJCC)X : Tidak dapat dinilai0 : Tidak tampak tumorTis : Karsinoma in situ1 : Terbatas di nasofaring2 : Meluas ke

orofaring /cavum nasal

2A : Tidak meluas ke parafaring2B : Sudah meluas ke parafaring3 : Meluas ke basis

tulang tengkorak/sinus paranasal4 : Meluas

intrakranial/saraf kranial, orbita, hipofaring, fossa infratemporal atau ruang mastikator

X : Pembesaran KGB tidak dapat dinilai0 : Tidak ada metastasis ke KGB1 : Metastasis KGB unilateral, ukuran ≤ 6 cm, diatas fossa supraklavikula2 : Metastasis KGB bilateral, ukuran ≤ 6 cm, diatas fossa supraklavikula3A : KGB bilateral, ukuran >6 cm, diatas fossa supraklavikula3B : KGB bilateral, ukuran >6 cm, didalam fossa supraklavikula

X : Metastasis jauh tidak dapat dinilai0 : Tidak ada metastasis jauh1 : Ada metastasis jauh

T TUMOR

N NODUL

MMETASTASIS

STAGING (AJCC)Stadiu

mT N M KETERANGAN

0 Tis 0 0 Karsinoma insitu

1 1 0 0 Tumor sebatas di nasofaring

2A 2A 0 0 Tumor sudah meluas ke cavum nasal atau orofaring

2B ~2B

~1

0 Perluasan tumor maksimal sampai parafaring, metastasis KGB maksimal sampai KGB unilateral, ukuran ≤ 6 cm, diatas fossa supraklavikula.

3 ~3 ~2

0 Perluasan tumor maksimal sampai basis tulang tengkorak/sinus paranasal, metastasis KGB maksimal sampai KGB bilateral, ukuran ≤ 6 cm, diatas fossa supraklavikula.

4A 4 ~2

0 Perluasan tumor sudah ke intrakranial/saraf kranial, orbita, hipofaring, fossa infratemporal atau ruang mastikator, metastasis KGB maksimal sampai KGB bilateral, ukuran ≤ 6 cm, diatas fossa supraklavikula.

4B - 3 0 Metastasis KGB sudah sampai bilateral, ukuran > 6 cm, didalam fossa supraklavikula tanpa metastasis jauh.

4C - - 1 Sudah ada metastasis jauh ke organ lain seperti tulang, paru, mediastinum atau hati

Manifestasi Klinis

Nasal• Hidung tersumbat• Hidung berbau busuk• Mimisan

Telinga • Rasa penuh di telinga

(terutama unilateral)• Pendengaran berkurang• Berdenging• Nyeri telinga, tidak

nyaman di telinga• Otitis media rekurens

(sering pd anak)

Manifestasi Klinis

Saraf Kranial • Sakit kepala• Rasa nyeri, panas atau baal di

wajah• Tidak dapat membuka mulut• Penglihatan berbayang atau

ganda

• Penjalaran KNF ke Basis tengkorak

• Foramen laserum : paresis N.III , IV , V , VI

• Foramen Jugulare : paresis N. IX , X , XI , XII (Sindrom Jackson)

• Mengenai seluruh otak = sindrom unilateral

Gejala Manifestasi • Regional : KGB leher• Jauh : Tulang, Paru,

mediastinum, hati (jarang)

• 75% gejala berupa benjolan di leher yg tidak nyeri (bisa unilateral/bilateral)

• Nyeri tulang• Disfungsi organ yg terkena• Sindrom paraneoplastik :

Osteoarthrofi

Pemeriksaan Diagnostik

Darah Lengkap

Urea, elektrolit, creatinine, enzim hati , Ca, PO4, alkaline

phosphate

Pemeriksaan neurologis saraf

kranial

Nasoendoskopi

Serologi : IgA anti EA (early antigen) dan anti VCA (capsid

antigen) virus Epstein-Barr

CT SCAN / MRI

Chest X-Ray (AP dan lateral)

Bone scintigraphy

Biopsi tumor primer atau KGB

Nasoendoskopi

Chest X- Ray “coin lession”

CT SCAN Fossa Rossenmuller asimetris, berupa

penumpulan atau obliterasi (a) Obliterasi atau pergerseran cavum parafaring (b) Opaksifikasi pada telinga tengah dan “mastoid air

cells”

MRI Mencari penyebaran KNF ke jaringan lunak Tumor nampak hiperintens dibandingkan otot Kompresi lateral/obliterasi cavum parafaring Asimetri mukosa nasofaring massa Nodul (adenopati) retrofaring ipsilateral Opaksifikasi mastoid

FNAB

Diagnosis Banding

Limfoma Non Hodgkin Angiofibroma Juvenile Tumor Sinonasal

• Obstruksi nasal : stridor, percakapan hiponasal, nafas melalui mulut

• Sleep apnea• Facies adenoid • OME

Hipertrofi adenoid

• pembesaran kelenjar getah bening tanpa rasa sakit, dileher, ketiak, atau selangkangan

• penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan• demam• berkeringat pada malam hari• batuk, kesulitan bernapas atau nyeri dada• kelemahan dan kelelahan yang tidak menghilang• nyeri, bengkak atau perasaan penuh di perut

Limfoma Non Hodgkin

Diagnosis Banding

• sumbatan di hidung• epistaksis (biasanya unilateral dan sering berulang)• massa di nasofaring• dakrosistitis (infeksi pada sakus lakrimalis• frog-face deformity

Angiofibroma Juvenile

• Rasa tertekan pada hidung atau nyeri ( lebih terasa pada malam hari)

• Rinore / epistaksis (unilateral), sekret berbau (pada tumor malignan)

• Pembengkakkan pada wajah (unilateral)• Penonjolan pada palatum durum dan palatum mole• Gejala orbita : proptosis, diplopia, gangguan visus

Tumor sinonasal

Angiofibroma juvenile : Nasoendoskopi

Dakrosistitis Frog – face deformity

Tumor sinonasal : rhinoskopi anterior

Penonjolan palatum durum

Tumor sinonasalPembengkakkan wajah

Tatalaksana

KEMOTERAPI

KEMORADIASI

BEDAH

RADIOTERAPI

KEMOTERAPIPrinsip : obat menyerang setiap sel yang berproliferasi cepat seperti sel kanker. Namun beberapa sel normal ada yg proliferasi cepat : Bone Marrow, Folikel rambut, embrio

Obat : Cisplatin, 5-FU, Carboplatin, Metotreksat, Doxorubicin, Epirubicin, Paclitaxel, Docetaxel, Gemcitabine, Bleomycin

Kombinasi obat sering digunakan. ES : Hair loss, tidak nafsu makan, mual, muntah, diare,

imunodefisiensi, mudah lelah, mudah berdarah dan lebam.

ES akan hilang bila obat di stopES menetap : neuropati perifer (Cisplatin)

RADIOTERAPIPilihan utama sel kanker nasofaringDengan atau tanpa diikuti kemoterapi

Tipe Radiasi :-External Beam Radiation Therapy-Brachytherapy (internal radiation)

ES : rash, mual-muntah, cepat lelah, suara serak, disfagia, tasteless, kelainan gigi, kerusakan kelenjar liur (mulut kering), kerusakan tulang tengkorak, kerusakan kelenjar tiroid dan pituitari.

KEMORADIASITerapi radiasi yang diikuti oleh kemoterapi setelahnyaMeningkatkan efek terapi dan survival rate pasien, namun meningkatkan efek samping

Target : tumor di nasofaring dan KGB di leher Obat : Cisplatin, terkadang dikombinasi

dengan 5-FU

Bila sel kanker masih residif, bedah (neck dissection) perlu dilakukan.

BEDAHBerupa Neck Dissection : Partial, modified radical, radical.

Indikasi : benjolan di leher yg residif atau rekurens setelah radiasi atau kemoterapi

Syarat : tumor induk sudah tidak ada dan tidak ada metastasis jauh

ES : numbness of ear, gangguan suara/menelan, tidak mampu mengangkat lengan, kelemahan bibir bawah

Terapi berdasarkan staging

Stage Terapi

0 - 1 • Radiaso pada tumor di nasofaring

• Radiasi profilaksis di KGB

2, 3, 4A, 4B. 4C • Kemoradiasi• Bedah : Neck dissection

PROGNOSIS Bergantung :Metastasis jauh, destruksi tulang tengkorak, mengenai saraf kranial

Survival rate 5 tahun : Stadium 1 : 72% Stadium 2 = 64% Stadium 3 = 38,4% Stadium 4 = 16,4% Survival rate 5 tahun hanya 45% pada radiasi

saja dan 58% kemoradiasi

REFERENSI American Cancer Society. Cancer Facts & Figures 2015.

Atlanta, Ga: American Cancer Society; 2015. American Joint Committee on Cancer. Pharynx. In AJCC Cancer

Staging Manual, 7th ed. New York, Springer; 2010:41–49. Chan ATC, et al. Nasopharyngeal cancer. Ann Oncol. 2012;23

Suppl 7:vii308-312. William E. Head and Neck Imaging in : Clyde A.Helms,

Fundamental of Diagnostic Radiology, 3rd ed. Lippincott Williams & Willkins.2007 p242-51.

Roezin A 2010. Karsinoma Nasofaring, dalam : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher, ed 6. Jakarta : FKUI.p123-88.

Brennan B 2006. Nasopharyngeal carcinoma. Orphanet Journal of Rare Diseases, 1:23

Thank You..