bab ii - universitas muhammadiyah malang
TRANSCRIPT
14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
1.1 Kajian Pustaka
1.1.1 Penelitian Terdahulu
Sebagai bahan referensi diambil dari empat judul penelitian
terdahulu yang sesuai dengan tema dalam penelitian sekarang, yang
pertama adalah Feni Dwi Anggraeni, Imam Hardjanto, Ainul Hayat (2013)
dengan judul “Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah
(umkm) Melalui Fasilittas Pihak Eksternal Dan Potensi Internal (Studi
Kasus pada Kelompok Usaha “Emping Jagung” Di Kelurahan
Pandanwangi Kecamatan Blimbing, Kota Malang). Jurusan Administrasi
Publik. Fakultas Ilmu Administrasi. Universitas Brawijaya Malang dengan
hasil penelitian yang didapatkan adalah:
1. Peran pemerintah khususnya Dinas Koperasi dan UKM kota Malang
dalam program pengembangan memberikan fasilitas permodalan. Dalam
hal ini dana bersumber dari pemerintah pusat (Kementrian Koperasi dan
UKM) dan dana tersebut dibagikan kepada koperasi bagi para pengusaha
UMKM yang akan melakukan pinjaman modal. Selain itu, adanya dana
yang diberikan oleh pemerintah provinsi yakni berupa bansos dan hibah
yang diberikan kepada koperasi wanita.
2. Adanya pembinaan dan pelatihan yang dilakukan oleh Dinas Koperasi dan
UKM Kota Malang. Pembinaan dan pelatihan yang dilakukan oleh
pemerintah bagi masyarakat yakni bertujuan untuk mengasah kemampuan
serta bekal bagi masyarakat yang akan mendirikan usaha sendiri. Dinas
15
Koperasi dan UKM kota Malang menyediakan pelayanan seperti klinik
UMKM yang bekerjasama dengan pemerintah provinsi Jawa Timur.
Klinik yang disediakan oleh Dinas Koperasi bertujuan untuk memberikan
konsultasi megenai rencana atau pengembangan usaha kepada para
pengusaha maupun calon yang akan membuka usaha sendiri.
3. Peningkatan promosi produk yang dilakukan oleh Dinas Koperasi dan
UKM kota Malang yaitu berupa bazar atau pameran yang dilakukan di
tempat umum seperti mall. Akan tetapi, bukan hanya bazar di mall
kegiatan peningkatan promosi produk juga diadakan di luar kota sampai
luar pulau dengan bekerjasama dengan pemerintah provinsi Jawa Timur.
Penelitian yang kedua yakni, Eka Defri Aryuanda (2013) dengan judul
“Pengembangan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (umkm) Untuk Memperkuat
Ketahanan Ekonomi Masyarakat Desa (studi desa segodorejo kecamatan sumobito
kabupaten jombang). Jurusan Ilmu Pemerintah, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu
Politik Universitas Muhammadiyah Malang.
1. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Jombang melakukan
pengembangan umkm dengan melakukan pembinaan SDM masyarakat
yaitu mengadakan pelatihan-pelatihan bagi pengurus koperasi wanita dan
umkm Jombang. Pemerintah sebagai fasilitator memberikan fasilitas
bantuan modal kerja atau mendekatkan pelaku usaha pada bank dengan
bunga ringan. Selain itu pemerintah mengadakan kemitraan dengan
lembaga pelaku ekonomi tingkat kabupaten.
2. Hambatan dinas dalam pengembangan umkm yakni banyaknya pemula
pelaku umkm yang masih memiliki sdm rendah, tekhnologi, pengetahuan
16
dan relasi serta modal yang masih lemah dan terkadang tidak sesuai
dengan yang ada pada program.
Penelitian yang ketiga yakni, Roman Kurniato (2006) dengan judul skripsi
“Peran Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Kabupaten Sidoarjo Terhadap
Pembagunan Indutri Kecil Sepatu Sandal Di Wedoro”. Jurusan Ilmu Pemerintah.
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik. Universitas Muhammadiyah Malang,
dengan hasil penelitian :
1. Peran Dinas Perindustrian Dan Perdagangan dalam pengembangan
industri kecil di Wedoro Sidoarjo yakni pembinaan dari aspek SDM
adalah dengan memberikan pembinaan teknis, antara lain dengan
pendidikan non formal dan pelatihan (ketrampilan) dibanding manajemen,
SMT/motivasi, teknik produksi dan teknik pemasaran. Dari aspek
permodalan yaitu dengan memberikan bantuan berupa fasilitator dalam
perijinan. Sedangkan dalam peralatan Dinas Perindustrian Dan
Perdagangan memberikan bantuan peralatan berupa mesin plong, mesin
jahit. Dari aspek pemasaran adalah dengan mengikut sertakan produk-
produk Wedoro dalam even-even pameran baik yang dalam tingkat lokal
maupun tingkat nasional.
2. Hambatan yang terjadi ketika proses pengembangan yakni SDM,
manajemen moal dan manajemen pemasaran. Para pengusaha/pengrajin
rata-rata memiliki latar belakang pendidikan yang masih rendah sehingga
pengetahuan mereka tetang manajemen modal maupun pemasaran masih
kurang dan menyebabkan lambannya proses dari pengembangan sentra
industri kecil sepatu sendal sendiri.
17
Penelitian yang ke empat yakni, Keith Hartley, Richard White & David Chaundy
(2006) Goverment and Performance : a comparative study (Pemerintah dan
Performa Industri Kecil: Studi Komparatif). Fakultas Ekonomi. United Kingdom
– Inggris, dengan hasil penelitian yakni :
1. Membahas tentang bagaimana peran pemerintah Inggris dalam
mengembangkan industri kecil. Industri kecil di Inggris sendiri
merupakan salah satu jenis usaha yang bergantung pada pemerintah.
Pemerintah dijadikan salah satu institusi ekonomi, dimana industri
kecil bergantung terhadap pembelian produk dari pemerintah.
2. Pemerintah sendiri menjadikan industri kecil sebagai salah satu usaha
yang dapat memberikan efek baik atau buruk terhadap perekonomian.
Sebagai salah satu pihak yang berperan dalam pengembangan,
pemerintah Inggris dapat mempengaruhi struktur, kondisi dan
performa dari industri-industri yang ada di Inggris. Oleh karenanya,
pemerintah menjadi salah satu pihak yang berperan penting dalam
kemajuan industri kecil di Inggris.
Tabel 1 : Relevansi Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Upaya
Peningkatan dan Pengembangan Industri Kecil Menengah Di Kota Malang
No. Peneliti dan Judul Hasil Penelitian Relevansi
1. Feni Dwi
Anggraeni, Imam
Hardjanto, Ainul
Hayat (2013).
“Pengembangan
usaha mikro, kecil,
dan menengah
(umkm) melalui
Pengembangan secara
internal dari kelompok
usaha “Emping Jagung”
di Kelurahan
Pandanwangi,
Kecamatan Blimbing,
Kota Malang,
diantaranya: Adanya
Relevansi dari penelitin
tersebut yakni adanya
dukungan
pengembangan UMKM
secara internal dan
eksternal. Dengan
adanya salah satu
18
fasilittas pihak
eksternal dan
potensi internal
(Studi Kasus pada
Kelompok Usaha
“Emping Jagung”
di Kelurahan
Pandanwangi
Kecamatan
Blimbing, Kota
Malang). Jurusan
Administrasi
Publik, Fakultas
Ilmu Administrasi,
Universitas
Brawijaya, Malang.
pengadaan permodalan,
inovasi hasil produksi,
perluasan jaringan
pemasaran, dan
pengadaan sarana dan
prasarana produksi.
Adapun pengembangan
secara eksternal dengan
adanya bantuan dari
Dinas Koperasi dan
UKM Kota Malang.
Diantaranya :
Adanya pemberian
akses UMKM terhadap
sumber permodalan,
pengadaan pembinaan
dan pelatihan,
peningkatan promosi
produk, perluasan
pemasaran produk,
penyediaan sarana dan
prasarana.
inovasi dari pihak
internal dapat
memberikan kontribusi
atas meningkatnya
usaha kecil. Serta
dorongan dari pihak
ekternal yakni Dinas
Koperasi dan UKM
Kota Malang
memberikan kesempatan
terbuka bagi pelaku
industri maupun yang
akan mendirikan usaha.
2. Eka Defri
Aryuanda, (2013).
“Pengembangan
usaha mikro kecil
dan menengah
(umkm) untuk
memperkuat
ketahanan ekonomi
masyarakat desa
(studi desa
segodorejo
kecamatan
sumobito kabupaten
jombang). Jurusan
ilmu pemerintah,
Fakultas ilmu sosial
dan ilmu politik
Universitas
Muhammadiyah
Malang.
Pengembangan yang
dilakukan oleh Dinas
Perindustrian dan
Perdagangan Kabupaten
Jombang yakni dengan
melakukan pembinaan
SDM masyarakat yaitu
mengadakan pelatihan-
pelatihan bagi pengurus
koperasi wanita dan
umkm jombang.
Pemerintah sebagai
fasilitator memfasilitasi
bantuan modal kerja
atau mendekatkan
pelaku usaha pada bank
dengan bunga ringan.
Hambatan dinas dalam
pengembangan umkm
yakni banyaknya
pemula pelaku umkm
masih memiliki sdm
rendah, teknologi,
pengetahuan dan relasi
serta modal masih
lemah yang terkadang
Relevansi dari penelitian
tersebut yakni, dalam
program pengembangan
umkm bukan hanya
dinas sebagi fasilitator
namun adanya
kerjasama yang
dilakukan dengan bank
serta mengadakan
kemitraan dengan
lembaga pelaku
ekonomi tingkat
kabupaten.
19
tidak sesuai engan yang
ada pada program.
3. Roman Kurniato
(2006) dengan
judul skripsi “Peran
Dinas Perindustrian
Dan Perdagangan
Kabupaten Sidoarjo
Terhadap
Pembagunan
Indutri Kecil
Sepatu Sandal Di
Wedoro”. Jurusan
Ilmu Pemerintah.
Fakultas Ilmu
Sosial Dan Ilmu
Politik. Universitas
Muhammadiyah
Malang.
Dinas Perindustrian Dan
Perdagangan melakukan
pengembangan terhadap
industri kecil Di
Wedoro dengan
memberikan pembinaan
teknis, pelatihan, serta
teknik dalam produksi
dan pemasaran.
Hambatan yang terjadi
ketika proses
pengembangan yakni
SDM, manajemen
modal dan manajemen
pemasaran. Dengan
SDM yang masih
rendah pengetahuan
sehingga mereka kurang
dalam manajemen
modal maupun
pemasaran dan
menyebabkan
lambannya proses
pengembangan.
Relevansi dari penelitian
tersebut yakni, adanya
peran pemerintah
sebagai fasilitator dalam
pengembangan sentra
indutri kecil menengah.
Dinas Perindustrian Dan
Perdagangan menjadi
salah satu yang
bertanggung jawab atas
berkembangnya industri
kecil di WedoroSidoarjo
yakni industri sepatu
sendal.
4. Keith Hartley,
Richard White dan
David Chaundy
(2006) Goverment
and Performance : a
comparative study
(Pemerintah dan
Performa Industri
Kecil: Studi
Komparatif).
Fakultas Ekonomi.
United Kingdom –
Inggris.
Bagaimana peran
pemerintah Inggris
dalam mengembangkan
industri kecil. Industri
kecil di Inggris sendiri
merupakan salah satu
jenis usaha yang
bergantung pada
pemerintah. Pemerintah
dijadikan salah satu
institusi ekonomi,
dimana industri kecil
bergantung terhadap
pembelian produk dari
pemerintah.
Relevansi dari penelitian
tersebut yakni, adanya
peran pemerintah
sebagai salah satu
pengembang industri
kecil. Dimana industri
kecil dijadikan salah
satu penghasil
perekonomian
masyarakat. Dan
penelitian tersebut
mengatakan bahwa,
industri kecil tergantung
akan pembelian produk
dari pemerintah.
20
2.1.2 Industri Kecil
Industri kecil usaha rumah tangga yang melakukan kegiatan penggolongan
barang dasar menjadi barang setengah jadi, barang setengah jadi menjadi barang
jadi, barang yang kurang bermanfaat menjadi barang bernilai tinggi nilainya
dengan maksut dijual dengan jumlah pekerja paling sedikit 5 orang dan paling
banyak 19 orang termasuk pengusaha (Sugiarto, 2007 : 11).
2.1.3 Karakteristik Industri Kecil
1. Padat Karya
Dengan sifatnya yang padat karya sehingga industri kecil dapat menyerap
banyak tenaga kerja, khusunya tenaga kerja daerah, sehingga dapat mengurangi
tingkat pengangguran dalam kondisi pertambahan penduduk yang cukup tinggi
sedangkan lapangan kerja terbatas sekali, maka kegiatan-kegiatan yang mampu
menyerap tenaga kerja mempunyai peran penting.
2. Modal kecil
Mayoritas usaha kecil memiliki modal yang relatif kecil. Faktor yang
meyebabkan kecilnya modal yang dimiliki oleh sektor usaha kecil adalah karena
modalnya beersumber dari keuangan pribadi. Faktor yang kedua adalah
banyaknya persyaratan yang harus dipenuhi apabila mengajukan permohonan
kepada pihak Bank.
3. Teknologi sederhana
Teknologi yang digunakan dalam usaha kecil biasanya bersifat
konvensional. Penggunaan teknologi konvensional ini selain disebabkan oleh
minimnya dana, tapi juga karena proses produksinya tidak membutuhkan
teknologi tinggi.
21
4. Pemerataan
Sifatnya sesuai dengan kondisi daerah maka industri kecil dapat
dikembangkan di daerah (Digilib.upi.edu, 2017).
2.1.4 Karakteristik Industri Menengah
1. Manajemen Bisnis Sendiri
UKM sangat berbeda dengan waralaba. Perbedaannya yang mencolok
terletak pada manajemen bisnis. Apabila waralaba memiliki manajemen bisnis
yang ditentukan oleh pihak franchisor, maka UKM tidak. Pemilik UKM memiliki
kebebasan untuk bertindak dan mengambil keputusan sendiri dengan kemajuan
usahanya.
2. Modal Usaha Terbatas
UKM memiliki modal terbatas, karena pada umumnya modal hanya
berasal dari pemilik usaha atau bisa jadi sekelompok kecil orang yang ikut
menginvestasikan uangnya untuk modal UKM tersebut.
3. Karyawan Kebanyakan dari penduduk lokal
Pada umumnya, UKM mengambil karyawan dari penduduk lokal. Hal ini
dikarenakan dua hal. Pertama, pemilik UKM ingin memberdayakan penduduk
lokal agar bisa bekerja secara mendiri di daerah tersebut. Kedua, adanya
keterbatasan biaya untuk menggaji karyawan yang berasal dari daerah luar.
4. Bersifat Usaha Keluarga
Pada umumnya, UKM bersifat usaha keluarga. Dalam artian, usaha ini
dijalankan dan dikembangkan sendiri oleh pemilik usaha bersama keluarganya.
Setelah berkembang cukup besar, pemilik UKM memperkerjakan penduduk
sekitar dengan sistem seperti keluarga.
22
5. Posisi Kunci Dipegang oleh Pemilik
Maju-mundurnya UKM tergantung sepenuhnya oleh pemilik usaha.Dalam
hal ini, berarti sistem untuk menjalankan atau memajukan usaha tidak diajarkan
kepada karyawan atau orang yang menjadi kepercayaan.
6. Modal Usaha Berasal dari Keuangan Keluarga
Kebanyakan UKM tidak mengandalkan modal dari pihak luar, seperti
investor atau bank, tetapi dari keuangan keluarga, sehingga memungkinkan
tercampurnya keuangan keluarga dan perusahaan. Modal dari pihak luar hanya
dibutuhkan ketika pemilik UKM ingin mengembangkan usaha tersebut ke luar
daerah.
7. Menuntut Motivasi Tinggi
Untuk memajukan UKM, pemilik usaha dituntut untuk memiliki motivasi
yang tinggi. Motivasi tersebut meliputi motivasi untuk melakukan promosi secara
besar-besaran, membuat situs bisnis, membuat strategi marketing online serta
offline, dan sebagainya.
8. Menggunakan Teknologi Sederhana dalam Proses Produksi
Pada umumnya, UKM masih menggunakan teknologi sederhana dalam
proses produksinya. Teknologi sederhana yang dimaksud disini adalah alat-alat
yang masih tradisional dan belum canggih, sebagaimana yang ada belakangan ini
(http://eprints.stainkudus.ac.id/, 2017).
2.1.5 Ruang Lingkup Industri Kreatif
Menurut Studi Pemetaan Industri Kreatif, Departemen Perdagangan
Republik Indonesia, 2007. Subsektor yang merupakan industri berbasis kreativitas
adalah:
23
1. Periklanan: kegiatan kreatif yang berkaitan jasa periklanan (komunikasi
satu arah dengan menggunakan medium tertentu), yang meliputi proses kreasi,
produksi dan distribusi dari iklan yang dihasilkan, misalnya: riset pasar,
perencanaan komunikasi iklan, iklan luar ruang, produksi material iklan, promosi,
kampanye relasi publik, tampilan iklan di media cetak (surat kabar, majalah) dan
elektronik (televisi dan radio), pemasangan berbagai poster dan gambar,
penyebaran selebaran, pamflet, edaran, brosur dan reklame sejenis, distribusi dan
delivery advertising materials atau samples, serta penyewaan kolom untuk iklan.
2. Arsitektur: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan jasa desain
bangunan, perencanaan biaya konstruksi, konservasi bangunan warisan,
pengawasan konstruksi baik secara menyeluruh dari level makro (Town planning,
urban design, landscape architecture) sampai dengan level mikro (detail
konstruksi, misalnya: arsitektur taman, desain interior).
3. Pasar Barang Seni: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan perdagangan
barang-barang asli, unik dan langka serta memiliki nilai estetika seni yang tinggi
melalui lelang, galeri, toko, pasar swalayan, dan internet, misalnya: alat musik,
percetakan, kerajinan, automobile, film, seni rupa dan lukisan.
4. Kerajinan: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi dan
distribusi produk yang dibuat dihasilkan oleh tenaga pengrajin yang berawal dari
desain awal sampai dengan proses penyelesaian produknya, antara lain meliputi
barang kerajinan yang terbuat dari: batu berharga, serat alam maupun buatan,
kulit, rotan, bambu, kayu, logam (emas, perak, tembaga, perunggu, besi) kayu,
kaca, porselin, kain, marmer, tanah liat, dan kapur. Produk kerajinan pada
24
umumnya hanya diproduksi dalam jumlah yang relatif kecil (bukan produksi
massal).
5. Desain: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain grafis, desain
interior, desain produk, desain industri, konsultasi identitas perusahaan dan jasa
riset pemasaran serta produksi kemasan dan jasa pengepakan.
6. Fesyen: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain pakaian,
desain alas kaki, dan desain aksesoris mode lainnya, produksi pakaian mode dan
aksesorisnya, konsultansi lini produk fesyen, serta distribusi produk fesyen.
7. Video, Film dan Fotografi: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi
produksi video, film, dan jasa fotografi, serta distribusi rekaman video dan film.
Termasuk di dalamnya penulisan skrip, dubbing film, sinematografi, sinetron, dan
eksibisi film.
8. Permainan Interaktif: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi,
produksi, dan distribusi permainan komputer dan video yang bersifat hiburan,
ketangkasan, dan edukasi. Subsektor permainan interaktif bukan didominasi
sebagai hiburan semata-mata tetapi juga sebagai alat bantu pembelajaran atau
edukasi.
9. Musik: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi/komposisi,
pertunjukan, reproduksi, dan distribusi dari rekaman suara.
10. Seni Pertunjukan: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha
pengembangan konten, produksi pertunjukan (misal: pertunjukan balet, tarian
tradisional, tarian kontemporer, drama, musik tradisional, musik teater, opera,
termasuk tur musik etnik), desain dan pembuatan busana pertunjukan, tata
panggung, dan tata pencahayaan.
25
11. Penerbitan dan Percetakan: kegiatan kreatif yang terkait dengan dengan
penulisan konten dan penerbitan buku, jurnal, koran, majalah, tabloid, dan konten
digital serta kegiatan kantor berita dan pencari berita. Subsektor ini juga
mencakup penerbitan perangko, materai, uang kertas, blanko cek, giro, surat andil,
obligasi surat saham, surat berharga lainnya, passport, tiket pesawat terbang, dan
terbitan khusus lainnya. Juga mencakup penerbitan foto-foto, grafir (engraving)
dan kartu pos, formulir, poster, reproduksi, percetakan lukisan, dan barang
cetakan lainnya, termasuk rekaman mikro film.
12. Layanan Komputer dan Piranti Lunak: kegiatan kreatif yang terkait
dengan pengembangan teknologi informasi termasuk jasa layanan komputer,
pengolahan data, pengembangan database, pengembangan piranti lunak, integrasi
sistem, desain dan analisis sistem, desain arsitektur piranti lunak, desain prasarana
piranti lunak dan piranti keras, serta desain portal termasuk perawatannya.
13. Televisi dan Radio: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha kreasi,
produksi dan pengemasan acara televisi (seperti games, kuis, reality show,
infotainment, dan lainnya), penyiaran, dan transmisi konten acara televisi dan
radio, termasuk kegiatan station relay (pemancar kembali) siaran radio dan
televisi.
14. Riset dan Pengembangan: kegiatan kreatif yang terkait dengan usaha
inovatif yang menawarkan penemuan ilmu dan teknologi dan penerapan ilmu dan
pengetahuan tersebut untuk perbaikan produk dan kreasi produk baru, proses baru,
material baru, alat baru, metode baru, dan teknologi baru yang dapat memenuhi
kebutuhan pasar; termasuk yang berkaitan dengan humaniora seperti penelitian
26
dan pengembangan bahasa, sastra, dan seni; serta jasa konsultansi bisnis dan
manajemen (Nurjanah, 2013).
2.2 Landasan Teori
Teori Fungsionalisme Struktural Talcott Parsons
Asumsi dasar dari Teori Fungsionalisme Struktural, yaitu bahwa
masyarakat terintegrasi atas dasar kesepakatan dari para anggotanya akan nilai-
nilai kemasyarakatan tertentu yang mempunyai kemampuan mengatasi perbedaan-
perbedaan sehingga masyarakat tersebut dipandang sebagai suatu sistem yang
secara fungsional terintegrasi dalam suatu keseimbangan. Dengan demikian
masyarakat merupakan kumpulan sistem-sistem sosial yang satu sama lain
berhubungan dan saling ketergantungan (Digilib.uinsby.ac.id, 2017).
Suatu “fungsi” (function) adalah “kumpulan kegiatan yang ditujukan ke arah
pemenuhan kebutuhan tertentu atau kebutuhan sistem”. Dengan menggunakan
definisi ini, Parsons yakin bahwa ada empat fungsi penting diperlukan semua
sistem. Adaptation (A), goal attainment (G), integration (I), dan lantency (L) atau
pemeliharaan pola. Adaptation (adaptasi) yaitu sebuah sistem harus
menanggulangi situasi eksternal yang gawat, sistem harus menyesuaikan diri
dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan itu dengan kebutuhannya
(Ritzer, 2014 : 117). Dimana kita sebagai masyarakat harus bisa mempertahankan
diri dengan cara kita harus mampu dan bisa menyesuaikan diri kita dengan
lingkungan yang ada di masyarakat dan menyesuaikan lingkungan dengan diri
kita. Adaptasi mencakup upaya menyelamatkan (secure) sumber-sumber yang ada
di lingkungan, dan kemudian mendistribusikannya melalui sistem yang ada.
27
Setiap masyarakat dituntut memiliki kemampuan untuk memobilisasi setiap
sumber yang ada di lingkungannya sehingga sistem tersebut dapat berjalan dengan
baik.
Goal attainment (pencapaian tujuan) dalam sebuah sistem yaitu sebuah sistem
harus mendefinisikan dan mencapai tujuan utamanya. Pencapaian tujuan terkait
dengan upaya menetapkan prioritas diantara tujuan-tujuan sistem yang ada, serta
selanjutnya memobilisasi sumber-sumber sistem untuk mencapai tujuan tersebut.
Dimana sistem ini harus berusaha mencapai tujuan-tujuan itu yang dari awal
sudah dirumuskan secara terperinci. Fungsi dari goal-attainment adalah untuk
memaksimalkan kemampuan masyarakat untuk mencapai tujuan-tujuan kolektif
mereka.
Integration (integrasi) yaitu sebuah sistem harus mengatur antar hubungan
bagian-bagian yang menjadi komponennya, tindakan koordinasi dan pemeliharaan
antar hubungan unit-unit sistem yang ada. Sistem juga harus mengatur antar
hubungan fungsi lain (AGIL). Dimana sistem ini harus mampu mengatur
hubungan-hubungan itu sebaik mungkin, agar diantara sistem bisa berjalan
dengan semestinya.
Latency (pemeliharaan pola) yaitu sistem harus melengkapi, memelihara dan
memperbaiki, baik motivasi individual maupun pola-pola kultural yang
menciptakan dan menopang motivasi-motivasi itu sendiri. Latency terkait dengan
dua masalah yang saling bertautan, yakni pemeliharaan pola dan manajemen
ketegangan. Pemeliharaan pola terkait dengan upaya bagaimana meyakinkan aktor
yang berada di dalam sistem untuk menampilkan karakteristik yang tepat, baik
28
yang berkaitan dengan motif, kebutuhan, dan perannya. Sementara itu,
manajemen ketegangan berhubungan dengan ketegangan internal sistem dan juga
ketegangan aktor di dalam sistemnya.
Sistem tindakan hanya akan bertahan jika memenuhi empat kriteria ini.
Dalam karya berikutnya, The Sociasl System. Parson melihat aktor sebagai
orientasi pada situasi dalam istilah motivasi dan nilai-nilai. Terdapat berberapa
macam motivasi, antara lain kognitif, chatectic, dan evaluative. Terdapat juga
nilai-nilai yang bertanggung jawab terhadap sistem sosoial ini, antara lain nilai
kognisi, apresiasi, dan moral. Parson sendiri menyebutnya sebagai modes of
orientation. Unit tindakan oleh karenaya melibatkan motivasi dan orientasi nilai
dan memiliki tujuan umum sebagai konsekuensi kombinasi dari nilai dan
motivasi-motivasi tersebut terhadap seorang aktor (Digilib.uinsby.ac.id, 2017).
Namun demikian, dalam menganilisis sistem sosial ini, Parsons sama sekali tidak
mengabaikan masalah hubungan antara aktor dan struktur sosial. Menurutnya,
persyaratan kunci bagi terpeliharanya integrasi pola nilai di dalam sistem adalah
proses internalisasi dan sosialisasi (Ritzer, 2014 : 121).