skripsi - universitas muhammadiyah makassar
TRANSCRIPT
SKRIPSI
HUBUNGAN PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN BIAYAPRODUKSI TERHADAP PENINGKATAN EFISIENSI
PADA PT. SEMEN TONASA DI PANGKEP
SRY WAHYUNI PUTRI1057301685 10
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR2014
HUBUNGAN PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN BIAYAPRODUKSI TERHADAP PENINGKATAN EFISIENSI
PADA PT. SEMEN TONASA DI PANGKEP
SRY WAHYUNI PUTRI1057301685 10
Untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelarsarjana Ekonomi pada jurusan Akuntansi
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR2014
Alamat : jl. St. Alauddin no. 259 telp.0411-866972. Fax (0411) 865588 web: www.unismuh.ac.id
Menara Iqra lantai 7 Kampus Talasalapang Makassar, Sulawesi Selatan
HALAMAN PERSETUJUAN
Judul Skripsi : Hubungan Perencanaan dan Pengendalian Biaya Produksi Terhadap
Peningkatan Efisiensi pada PT. Semen Tonasa.
Mahasiswa yang bersangkutan:
Nama Mahasiswa : SRY WAHYUNI PUTRI
Stambuk : 105 73 01685 10
Program Studi : Strata Satu (S1)
Jurusan : Akuntansi
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Skripsi ini telah diperiksa dan diujikan oleh tim penguji pada hari rabu tanggal 20Agustus 2014.
Makassar, Agustus 2014
Disetujui Oleh
Pembimbing I, Pembimbing II
Dr. Hj. Euis Eka Pramiarsih, M.Pd Ismail Badollahi, SE., M. Si, Ak
Diketahui:
Dekan Fakultas Ekonomi Ketua Jurusan Akuntansi
Unismuh Makassar
Dr. H. Mahmud Nuhung, SE, MM Ismail Badollahi, SE., M. Si, AkNBM: 497794 NBM:
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah diperiksa dan diterima oleh Panitia Ujian Skripsi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis dengan surat keputusan Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar Nomor : tahun 1435/2014 dan telah dipertahankan didepan penguji
pada hari Rabu tanggal 20 Agustus tahun 2014, sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
Makassar, Oktober 2014.
Panitia ujian :
Pengawas Umum : Dr. H. Irwan Akib, M.Pd
(Rektor Unismuh Makassar) (…………….)
Ketua : Dr. H. Mahmud Nuhung, M. A.
(Dekan Fakutas Ekonomi & Bisnis) (…………….)
Sekretaris : H. Sultan Sarda, SE, MM.
(Wakil Dekan 1 Fakultas Ekonomi & Bisnis) (…………….)
Penguji :
a) Ismail Badollahi, SE, M.Si, AK. (…………….)
b) Hamsah Dorahing, SE, M.Si, AK. (…………….)
c) Idham Khalid, SE, MM. (…………….)
d) Samsul Rizal, SE, M.Si. (…………….)
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
karena berkat karunia dan petunjuk-Nya sehingga penulis skripsi ini yang berjudul
“Hubungan perencanaan dan pengendalian biaya produksi terhadap peningkatan
efisiensi pada PT. Semen Tonasa di Pangkep”, dapat tersusun seperti adanya.
Shalawat dan salam atas junjungan kita Nabi Muhammad saw, Rasul yang
menjadi suri tauladan yang telah menuntun umatnya menjadi manusia yang
berilmu.
Penulis juga mengucapkan banyak-banyak terimah kasih kepada orang tua
penulis, kepada ayahanda dan ibunda tercinta bapak Syahrim dan ibu Rosmawati
yang tidak pernah lelah memberikan semangat, doa, kasih sayang, perhatian dan
dukungannya kepada penulis dalam segala hal. Tanpa doa-doa serta semangat
yang diberikan oleh kedua orang tua penulis tidak bisa menyusun skripsi ini
sampai slesai.
Penulis juga tak lupa mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang
berperan penting dalam skripsi ini, seperti halnya :
1. Kepada bapak Dr. H. Irwan Akib, M.Pd., selaku rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Kepada bapak Dr. H. Mahmud Nuhung, M. A., selaku dekan fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
ii
3. Kepada bapak Ismail Badollahi, SE. M. Si. AK., selaku ketua jurusan
akuntansi fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Serta dosen dan staf pegawai dalam lingkungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali penulis dengan
serangkaian ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis.
5. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada ibu Dr. Hj. Euis Eka
Pramiarsih, M.Si selaku pembimbing satu.
6. Kepada bapak Ismail Badollahi. SE. M. Si. AK, selaku pembimbing kedua.
7. Yang terakhir buat seluruh mahasiswa jurusan akuntansi terutama anak-anak
AK 3 2010 yang senang tiasa memberikan semangat hingga skripsi ini selesai
hingga sempurna.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa mengharapkan
kritikan dan saran dari berbagai pihak, selama saran dan kritik tersebut
sifatnya membangun karena penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak akan
berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-mudahan dapat memberikan
manfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis. Amin.
Makassar, Mei 2014
Penulis
iii
ABSTRAK
Sry Wahyuni Putri, 2014. “Hubungan perencanaan dan pengendalian biayaproduksi terhadap peningkatan efisiensi pada PT. Semen Tonasa”. Skripsi.Jurusan Akuntansi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas MuhammadiyahMakassar. Pembimbing I Euis Eka Pramiarsih, dan Pembimbing II Ismailbadollahi.Tujuan penilitian ini adalah untuk mengetahui hubungan perencanaan danpengendalian biaya produksi terhadap peningkatan efisiensi pada PT. SemenTonasa dan bagaimana manfaat untuk mencapai target produksi dan menentukanlangkah selanjutnya dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas perusahaan.Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif yaituanalisis data yang menggunakan angka-angka yang berupa anggaran biayaproduksi, laporan realisasi biaya produksi dan persentase selisih yang terjadiantara anggaran dan realisasinya kemudian diproses lebih lanjut yang diperolehmelalui observasi, interview dan dokumentasi. Pengujian hipotesis dilakukandengan analisis champion. Dari hasil pengujian tersebut, dapat ditarik kesimpulanapakah hipotesis dapat diterima atau ditolak.Hasil penelitian menunjukkan bahwa anggaran biaya produksi bemanfaat dalammenunjang efisiensi dan efektivitas dalam perencanaan dan pengendalian biayaproduksi sebesar 90%, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa perencanaandan pengendalian biaya produksi sangat menunjang pada peningkatan efisiensidalam suatu perusahaan.
Kata kunci: perencanaan dan pengendalian biaya produksi, anggaran dan realisasibiaya produksi, dan peningkatan efisiensi.
iv
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR……………………………………………………………. i
ABSTRAK………………………………………………………………………. iii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….. iv
DAFTAR TABEL………………………………………………………………..vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………. 5
C. Tujuan Penelitian……………………………………………………….. 5
D. Manfaat Penelitian……………………………………………………….6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Perencanaan dan Pengendalian………………………………9
1. Pengertian Perencanaan……………………………………………… 9
2. Pengertian Pengendalian……………………………………………..10
B. Pengertian Biaya dan Penggolongan Biaya…………………………… 12
1. Pengertian Biaya……………………………………………………. 12
2. Penggolongan Biaya………………………………………………... 13
C. Biaya Produksi………………………………………………………… 17
1. Pengertian Biaya Produksi………………………………………….. 17
2. Unsur-unsur Biaya Produksi………………………………………... 19
3. Tujuan dan Manfaat Akuntansi Biaya………………………………. 20
D. Hubungan Perencanaan dan Pengendalian Biaya Produksi…………….21
v
E. Pengertian Efisiensi…………………………………………………….22
F. Penetapan Biaya Standar dan Analisis Varians……………………….. 23
1. Penetapan Biaya Standar………………………...………………….. 23
2. Analisis Varians…….……………………………………...……….. 27
G. Akuntansi Pertanggungjawaban dan Laporan Pertanggungjawaban..… 33
H. Kerangka Fikir………………………………………………………… 34
I. Hipotesis Penelitian…………………………………………………… 35
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian…………………………………………..36
B. Teknik Pengumpulan Data …………………………………………….36
C. Jenis dan Sumber Data …………………………………………………36
D. Metode Analisis Data……………………………………………..…… 37
BAB 1V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Berdirinya dan Tujuan Perusahaan ……………………………38
B. Status Perusahaan ................................................................................... 41
C. Struktur Organisasi .................................................................................42
D. Disiplin Kerja.......................................................................................... 45
E. Proses Produksi....................................................................................... 45
F. Produk Yang Dihasilkan………………………………………………. 48
G. Sistem Pemasaran…………………………………………………....... 49
H. Laporan Keuangan…………………………………………………….. 50
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Adanya peningkatan efisiensi…………………………………………. 52
vi
B. Anggaran biaya produksi……………………………………………… 53
1. Anggaran dan realisasi biaya bahan baku………………………… 55
2. Anggaran dan Realisasi Biaya Tenaga Kerja Langsung………….. 59
3. Anggaran dan Realisasi Biaya Overhead Pabrik............................. 60
C. Analisis Varians Anggaran Biaya Produksi............................................ 63
1. Varians biaya bahan baku................................................................ 63
2. Varians Biaya Tenaga Kerja Langsung........................................... 68
3. Varians Biaya Overhead Pabrik…………………………………... 69
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN
A. Kesimpulan……………………………………………………………. 73
B. Saran-Saran……………………………………………………………. 74
DAFTAR PUSTAKA
vii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Biaya produksi 2010-2012.........................................................................5
2. Data Penjualan Semen Tahun 2010-2012……………………………… 52
3. Anggaran dan realisasi biaya produksi tahu 2010-2012…………………54
4. Anggaran biaya bahan baku tahun 2010………………………………... 55
5. Realisasi biaya bahan baku tahun 2010…………………………………. 56
6. Anggaran biaya bahan baku tahun 2011………………………………... 56
7. Realisasi biaya bahan baku tahun 2011………………………………… 57
8. Anggaran biaya bahan baku tahun 2012………………………………... 58
9. Realisasi biaya bahan baku tahun 2012…………………………………. 58
10. Anggaran biaya tenaga kerja langsung tahun 2010-2012………………. 59
11. Realisasi biaya tenaga kerja langsung tahun 2010-2012………………... 60
12. Anggaran biaya overhead pabrik tahun 2010............................................ 61
13. Anggaran biaya overhead pabrik tahun 2011............................................ 62
14. Anggaran biaya overhead pabrik tahun 2012............................................ 62
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan dan perkembangan teknologi membawa dampak positif yang
sangat besar terhadap perkembangan perusahaan yang dapat menghasilakan
kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan produk yang beragam. Hal ini
menyebabkan terjadinya persaingan yang semakin ketat dalam dunia usaha
terutama bagi perusahaan-perusahaan yang menghasilkan dan mendistribusikan
produk yang sejenis. Dengan adanya persaingan tersebut, maka perusahaan harus
mengatur dan mengelola sumber keuangan yang dimilikinya secara cermat agar
perusahaan dapat mempertahankan eksistensi dan kontinuitas usahanya. Salah
satu bentuknya adalah perencanaan dan pengendalian.
Perencanaan merupakan langkah awal dalam proses pengambilan
keputusan yang berkaitan dengan terbentuknya hasil yang diharapkan,
penggunaan sumber daya yang tepat, serta pembentukan sistem komunikasi yang
memberikan pelaporan dan pengendalian terhadap hasil yang aktual. Perencanaan
juga berguna untuk membandingkan rencana dengan realisasi sehingga apabila
terjadi penyimpangan dapat dilakukan tindakan koreksi sebelum produk tersebut
dikeluarkan dari perusahaan. Setelah perencanaan dilaksanaan dengan baik, akan
dipadukan dengan pengendalian. Manajemen menetapkan tujuan yang akan
dicapai dengan mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilannya dengan
1
2
kemampuan karyawan. Perencanaan dan pengendalian mungkin merupakan pusat
dari pendekatan organisasi atas manajemen. Hal ini berlaku dimasa lampau.
Sebaliknya, perencanaan dan pengendalian dapat diletakkan dibelakang
dan tidak kelihatan oleh pekerja lini produksi sampai suatu masalah atau
kegagalan besar terjadi. Bahkan ketika fungsi perencanaan dan pengendalian
bukan merupakan yang terdepan dalam aktivitas sehari-hari perusahaan,
manajemen masih harus melaksanakan fungsi dasar yang terdiri atas perencanaan,
pengorganisasian dan pengendalian secara efektif agar dapat berhasil.
Perencanaan dan pengendalian dibagi-bagi untuk tujuan teoritis,
sebagaimana halnya waktu dibagi secara artifisial untuk kemudahan analisis dan
tidak mencerminkan dinamika perkembangan suatu entitas. Pada kenyataannya,
perencanaan dan pengendalian merupakan proses simultan, tidak terpisahkan, dan
saling berhubungan. Kerangka waktu seperti periode jangka pendek dan jangka
panjang tidak dapat dipisahkan dengan jelas, khususnya yang berhubungan
dengan anggaran biaya produksi saling terkait satu dengan yang lain dan
keduanya sangat berperan penting dalam kegiatan perusahaan. Perencanaan
merupakan tuntunan terhadap proses pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.
Dalam hal ini, perencanaan menurut Mulyadi (2007:4) adalah suatu
rangkaian langkah berurutan untuk merencanakan kegiatan yang ditempuh oleh
perusahaan dalam mewujudkan visi organisasi.
Menurut Firdaus Ahmad Dunia Wasilah (2009 : 5) mengemukakan bahwa,
Pengendalian merupakan usaha manajemen untuk mencapai tujuan yang telah
3
diterapkan dengan melakukan perbandingan secara terus menerus antara
pelaksanaan dengan rencana.
Dalam perusahaan besar dengan banyak unit organisasi dan beragam
produk atau jasa, perencanaan dan pengendalian merupakan tugas yang lebih
besar. Perusahaan besar menugaskan fungsi perencanaan dan pengendalian ke
banyak orang, sehingga laporan dan tindakan korektif tidak berada terlalu jauh
dari aktivitas yang dikendalikan. Pengendalian ditujukan untuk melakukan
pengukuran pelaksanaan dan pengambilan tindakan koreksi demi terjaminnya
pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan menggunakan sistem akuntansi dan sistem-sistem lainnya,
kontroler menyediakan informasi untuk merencanakan masa depan perusahaan
dan mengendalikan aktivitas-aktivitasnya. Melalui proses membandingkan hasil
yang sesungguhnya dengan program atau anggaran yang disusun, maka
manajemen dapat melakukan penilaian atas efisiensi usaha dan kemampuan
memperoleh laba dari berbagai produk perusahaan yang relevan untuk tujuan
pengelolaan biaya produksi.
Adapun alat-alat yang dapat digunakan oleh manajemen dalam
menerapkan sistem perencanaan dan pengendalian biaya khususnya biaya
produksi antara lain adalah anggaran dan standar biaya produksi.
Penggunaan anggaran dapat meningkatkan koordinasi dan pekerja,
klarifikasi kebijakan, dan klarifikasi rencana. Anggaran juga menciptakan
harmoni internal dan kebulatan suara yang lebih besar antara manajer dan pekerja
berkaitan dengan tujuan. Anggaran merupakan suatu rencana kerja yang
4
dinyatakan secara kuantitatif, yang diukur dalam satuan moneter standar dan
satuan ukuran yang lain, yang mencakup jangka waktu satu tahun. Penyusunan
anggaran (budgeting) seringkali diartikan sama dengan perencanaan laba. Dalam
perencanaan laba, manajemen menyusun rencana operasional yang implikasi
keuangannya dinyatakan dalam laporan laba-rugi jangka pendek dan jangka
panjang, neraca, kas dan modal kerja yang diproyeksikan di masa yang akan
datang.
Penggunaan standar biaya produksi, akan membantu manajemen dalam
usahanya memperoleh informasi yang lengkap dan tepat mengenai biaya
produksi, yakni biaya-biaya yang berhubungan langsung dengan produksi dari
suatu produk dan akan dipertemukan dengan penghasilan di periode mana produk
dijual. Sebelum laku dijual, biaya produksi diperlakukan sebagai persediaan.
Biaya ini terdiri atas biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya
overhead pabrik. Adanya perencanaan dan pengendalian yang efektif dan terarah
terhadap biaya produksi akan dapat meningkatkan efisiensi produksi. Melakukan
produksi secara efisien, dan pengendalian investasi dalam persediaan,
membutuhkan pengembangan sistem yang melibatkan peramalan penjualan,
pembelian yang terencana, penerimaan dan penyimpanan produk yang baik.
PT. Semen Tonasa merupakan salah satu perusahaan di Sulawesi selatan
yang bergerak dalam bidang industri semen. Pabrik Semen yang didirikan sejak
tahun 1968 hingga saat ini masih mempertahankan jalannya usahanya. Dalam
menjalankan usahanya juga sangat memperhitungkan seluruh biaya-biaya yang
dikeluarkan demi memperoleh laba sesuai anggaran yang direncanakan. Terutama
5
dalam kegiatan pengadaan suku cadang, bahan baku, bahan pembantu, dan mesin-
mesin lainnya sebagai kelengkapan dalam kegiatan produksi. Dari hal tersebut di
atas dapat diketahui bahwa peran perencanaan dan pengendalian biaya produksi
sangat perlu dalam kegiatan produksi.
Adapun spesifikasi produk yang dihasilkan oleh PT. Semen Tonasa yaitu :
1. Semen Portland tipe 1, merupakan jenis semen hidrolis yang dibuat dengan
menggiling klinker, semen, dan gypsum. Semen jenis ini diproduksi oleh PT.
Semen Tonasa sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).
2. Semen Portland Pozzolan, merupakan semen hidrolis yang terdiri dari
campuran homogen antara semen portland dan pozzolan.
3. Semen Portland Komposit, merupakan semen hasil penggilingan bersama
antara semen portland dan gypsum dengan satu atau lebih bahan anorganik.
Untuk menghasilkan produk-produk di atas, maka dibutuhkan anggaran
biaya produksi, berikut ini adalah data mengenai total anggaran dan realisasi biaya
produksi yang dikeluarkan oleh PT. Semen Tonasa tahun 2010-2012.
Tabel 1
Biaya produksi tahun 2010-2012
Tahun Anggaran Realisasi
2010 107.670.404.297 106.713.459.775
2011 124.123.112.242 122.379.115.698
2012 154.955.391.057 146.547.839.122
Sumber data: PT. Semen Tonasa
6
Berdasarkan data biaya produksi di atas anggaran dan realisasi biaya
produksi PT. Semen Tonasa mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Mengingat pentingnya perencanaan dan pengendalian terhadap biaya
produksi dan mengingat adanya keterkaitan yang erat antara perencanaan dan
pengendalian di bagian produksi, maka pembahasan mengenai perencanaan dan
pengendalian perlu dilakukan untuk memberikan gambaran mengenai manfaat
perencanaan dan pengendalian biaya produksi dalam upaya meningkatkan
efisiensi produksi, penulis tertarik untuk membahas masalah tersebut dengan
judul: “Hubungan perencanaan dan pengendalian biaya produksi terhadap
peningkatan efisiensi pada PT. Semen Tonasa”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas maka yang
menjadi rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana hubungan
perencanaan dan pengendalian biaya produksi terhadap peningkatan efisiensi pada
PT. Semen Tonasa?”
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui hubungan perencanaan dan pengendalian biaya
produksi terhadap peningkatan efisiensi pada PT. Semen Tonasa.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan dengan adanya hasil penelitian ini dapat memberikan
sumbangan pengetahuan yang lebih luas mengenai biaya produksi dan
7
dijadikan bahan referensi atau bahan pembanding bagi para peneliti
lainnya.
2. Manfaat Praktis
Diharapkan dengan adanya hasil penelitian ini dapat dijadikan
tambahan pengetahuan, bahan masukan dan pertimbangan atas segala
informasi dalam rangka mencapai target produksi dan digunakan bagi
manajemen sebagai dasar kebijaksanaan untuk menentukan langkah
selanjutnya dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas perusahaan.
3. Kebijakan
Berdasarkan Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-undang Nomor 39 tahun
2006 tentang Tata Cara Pengendalian Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan, dapat dijadikan rujukan utama dalam kegiatan perencanaan
dan pengendalian.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Perencanaan dan Pengendalian
1. Pengertian Perencanaan
Perencanaan dalam manajemen adalah fungsi terpenting dalam
manajemen, karena fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi manajemen
lainnya, ada sebuah nasehat yang mengatakan, orang yang gagal
merencanakan adalah orang yang merencanakan untuk gagal. Perencanaan
merupakan proses pemilihan alternatif tindakan yang terbaik untuk mencapai
tujuan organisasi. Perencanaan manajemen akan memberikan cara pandang
secara menyeluruh terhadap semua pekerjaan yang akan dilaksanakan, siapa
yang akan melakukan dan kapan akan dilakukan. Perencanaan merupakan
suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui
urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.
Berikut ini definisi perencanaan menurut Hansen, Mowen (2004: 354)
perencanaan adalah pandangan kedepan untuk melihat tindakan apa yang
seharusnya dilakukan agar dapat mewujudkan tujuan-tujuan tertentu.
Menurut Supriyono (2000:73) perencanaan adalah fungsi manajemen
dalam penetuan tujuan organisasi, penetuan strategi dan pemilihan cara untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan tersebut.
Pendapat lain diungkapkan oleh Stephen P. Robbins / Mary Coulter
(2007:193) perencanaan adalah proses yang mencakup mendefinisikan sasaran
7
8
9
organisasi, menetapkan strategi menyeluruh untuk mencapai sasaran itu, dan
menyusun serangkaian rencana yang menyeluruh untuk mengintegrasikan dan
mengoordinasikan pekerjaan organisasi.
Menurut William K. Carter (2009:4) perencanaan merupakan proses
merasakan kesempatan maupun ancaman eksternal, menentukan tujuan yang
diinginkan, dan menggunakan sumber daya untuk mencapai tujuan tersebut.
Dari pengertian-pengertian yang telah dikemukakan di atas dapat
diketahui bahwa suatu perencanaan disusun untuk menerapkan tindakan-
tindakan yang akan diambil dalam upaya mencapai tujuan atau hasil yang
diinginkan, dengan mengunakan sumber daya untuk mencapai tujuan tersebut.
Suatu perencanaan hendaknya didasarkan atas fakta-fakta yang
dikumpulkan dengan menggunakan asumsi-asumsi yang tepat, sehingga akan
ditemukan suatu perencanaan yang efektif dan benar-benar bermanfaat bagi
perusahaan. Tipe-tipe perencanaan akan menentukan isi rencana dan
bagaimana perencanaan itu dilakukan meskipun proses perencanaan adalah
sama untuk setiap manajer dalam praktek perencanaan dapat mengambil
berbagai bentuk tipe yang berbeda.
Ada dua tipe utama perencanaan, sebagai berikut:
a. Perencanaan strategik
Perencanaan strategik adalah proses pemilihan tujuan organisasi,
penentuan strategi, kebijaksanaan, dan program-program strategik yang
diperlukan untuk tujuan dan penetapan cara, atau secara singkat rencana
10
strategik merupakan proses perencanaan jangka penjang yang disusun dan
digunakan untuk menentukan dan mencapai tujuan organisasi.
Ada tiga alasan penting dalam perencanaan strategik, yaitu :
1) Perencanaan strategik memberikan kerangka dasar dalam sebuah
bentuk perencanaan lainnya yang harus diambil.
2) Pemahaman perencanaan strategik akan mempermudah pemahaman
bentuk perencanaan lainnya.
3) Perencanaan strategik sering merupakan titik permulaan bagi
pemahaman dan penilaian kegiatan manajer.
b. Perencanaan Operasional
Dalam perencanaan operasional dibagi menjadi dua yaitu :
1) Perencanaan sekali pakai adalah serangkaian kegiatan terperinci
yang kemungkinan tidak berulang dalam bentuk yang sama diwaktu
yang akan datang.
2) Perencanaan tetap adalah kebijaksanaan, prosedur dan aturan.
Rencana ini sekali ditetapkan akan terus diterapkan sampai perlu
diubah atau dihapuskan.
2. Pengertian Pengendalian
Pengendalian merupakan salah satu fungsi manajemen yang bertujuan
menjamin terealisasinya fungsi perencanaan. Pengendalian ditujukan untuk
melakukan pengukuran pelaksanaan dan pengambilan tindakan koreksi demi
terjaminnya pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Pengendalian
merupakan serangkaian kegiatan manajemen yang dimaksudkan untuk
11
menjamin agar suatu program/kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan
rencana yang ditetapkan.
Menurut Hansen, Mowen (2004:354) pengendalian adalah melihat
kebelakang, memutuskan apakah yang sebenarnya terjadi dan
membandingkannya dengan hasil yang direncanakan sebelumnya.
Menurut William K. Carter (2009: 6) pengendalian adalah usaha
sistematis manajemen untuk mencapai tujuan.
Menurut Susatyo herlambang (2013:107) pengendalian merupakan suatu
tindakan yang diperlukan untuk lebih meyakinkan apakah perencanaan telah
dapat tercapai sesuai yang diharapkan sebelumnya.
Dengan melihat definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengendalian
adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar kinerja dengan
sasaran perencanaan, mendesain sistem umpan balik informasi,
membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah ditetapkan,
menentukan apakah terdapat penyimpangan tersebut, dan mengambil tindakan
perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya
perusahaan yang sedang digunakan sedapat mungkin secara lebih efisien dan
efektif guna mencapai sasaran perusahaan.
Untuk mewujudkan tujuan yang telah direncanakan, manajer sebuah
perusahaan maupun organisasi umum perlu melalui tahap tertentu. Tahapan
yang dimaksud meliputi aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pemotivasian, dan pengendalian. Pada setiap penerapan fungsi tersebut
manajer harus pula melalui fase tertentu yang mengarah kepada tujuan setiap
12
tahapan tersebut. Demikian juga pada penerapan fungsi pengendalian, untuk
mempermudah terealisasinya tujuan atas aktivitas tersebut perlu dilalui
tahapan pelaksanaannya. Pada umumnya dalam sebuah perusahaan, proses
pengendalian yang ditempuh oleh manajer meliputi:
a. Menetapkan hasil yang diinginkan (define desired result).
b. Menentukan hasil predictor (establish predictor of result).
1) Pengukuran masukan (input measurement)
2) Hasil tahap awal (result of early steps)
3) Gejala (symptoms)
4) Perubahan dalam kondisi yang diasumsikan (change in as-sumed
conditions).
c. Menetukan standar atas predictor dan hasil (establish standarts for
predictor’ and result).
d. Menentukan jaringan informasi dan umpan balik (establish the in-
formation and feedback network).
e. Menilai informasi dan pengambilan tindakan perbaikan (evaluate
information and take corrective action).
B. Pengertian Biaya dan Penggolongan Biaya
1. Pengertian Biaya
Perusahaan dapat dipandang sebagai suatu sistem yang memproses
masukan untuk menghasilkan keluaran, khususnya perusahaan yang bertujuan
mencari laba membutuhkan sejumlah informasi mengenai pemasaran,
tersedianya dana untuk beroperasi serta informasi lainnya untuk dapat terus
13
berkembang dan mampu mempertahankan eksistensinya sebagai suatu sistem
di masa yang akan datang. Informasi biaya juga sangat diperlukan sebagai
dasar penyusunan perencanaan dan pengambilan keputusan. Berikut ini
definisi biaya menurut beberapa ahli:
Menurut Bastian Bustami, Nurlela (2006:4) biaya adalah pengorbanan
sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau
kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut Mulyadi (2005:8) bahwa biaya adalah pengorbanan sumber
ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang terjadi atau yang
kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.
Menurut Supriyono (2007: 16) biaya merupakan harga perolehan yang
dikorbankan atau dipergunakan dalam rangka memperoleh penghasilan
(revenues) dan akan dipakai sebagai pengurang penghasilan.
Dari beberapa pendapat diatas disimpulkan bahwa biaya merupakan
pengeluaran yang harus dapat diukur dalam bentuk uang yang telah terjadi
dan yang mungkin akan terjadi dimasa yang akan datang agar memperoleh
sumber daya ekonomi serta manfaat dalam mencapai tujuan. Agar informasi
dalam bentuk biaya dapat benar-benar bermanfaat bagi pemakainya, maka
biaya perlu digolongkan sesuai dengan tujuan pemakainya.
2. Penggolongan Biaya
Pencatatan penggolongan biaya tergantung pada jenis organisasi yang
bersangkutan, dan disesuaikan dengan tujuan dan informasi biaya yang akan
disajikan. Kaberhasilan dalam merencanakan dan mengendalikan biaya
14
bergantung pada pemahaman yang menyeluruh atas hubungan antara biaya
dengan aktivitas bisnis. Penggolongan biaya berdasarkan informasi yang
dibutuhkan ini akan memudahkan manajemen memilih informasi biaya yang
diperlukan.
Untuk lebih jelasnya mengenai penggolongan biaya untuk tujuan
perencanaan dan pengendalian adalah sebagai berikut:
a. Penggolonagn biaya untuk tujuan perencanaan
Pengambilan keputusan tentang cara bertindak setelah
mempertimbangkan sejumlah alternatif yang ada membutuhkan
informasi biaya yang memadai. Informasi tersebut harus memungkinkan
manajemen dalam menentukan kegiatan yang akan dilaksanakan, serta
menyediakan data valid sehubungan dengan pemilihan alternatif yang
akan dilakukan dalam aktivitas perencanaan.
Biaya untuk tujuan perencanaan dikelompokkan menjadi sebagai
berikut:
1) Penggolongan biaya menurut perilakunya dalam hubungannya
dengan perubahan volume kegiatan perusahaan yaitu:
a) Biaya Tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar
volume kegiatan tertentu. Contoh biaya tetap adalah gaji direktur
produksi.
b) Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah
sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contoh biaya
variabel adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung.
15
c) Biaya semevariabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding
dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semivariabel
mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel.
2) Penggolongan biaya menurut metode penentuan harga pokok
produksi yang akan dilaksanakan sehubungan dengan masalah
pemilihan alternatif.
a) Full costing adalah metode penentuan harga pokok produksi yang
memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga
pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku
variabel maupun tetap.
b) Variabel costing merupakan metode penentuan harga pokok
produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang
berperilaku variabel kedalam harga pokok produksi, yang terdiri
dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya
overhead pabrik variabel.
b. Penggolongan biaya untuk tujuan pengendalian
Meningkatkan biaya yang dikeluarkan perusahaan ternyata masih
mengurangi kemungkinan memperoleh laba yang tinggi. Oleh karena itu,
agar laba tetap terpelihara dan perusahaan tetap dapat bertahan dalam
jangka panjang, maka manajemen harus melakukan penghematan biaya
melalui pengendalian baiya.
16
Untuk tujuan pengendalian, biaya digolongkan menjadi sebagai
berikut:
1) Biaya terkendali
Adalah biaya yang tingkat manajemen tertentu atau yang secara
langsung dapat dipengaruhi manajer tertentu.
2) Biaya tidak terkendali
Adalah biaya yang bukan tanggunga jawab dan tidak dapat
dipengaruhi pusat (center) tertentu.
3) Discretionary atau managed cost atau programmed cost
Adalah sifat biaya jangka pendek yang berarti kadang-kadang ada
dan kadang-kadang tidak ada dan berubah-ubah bisa kecil atau
dinaikkan atau tidak perlu dilaksanakan apa yang telah dianggarkan,
jika memang keadaan harus demikian. Contoh: biaya iklan, promosi
dan riset atau pengembangan.
4) Commiced cost atau capacity cost
Adalah biaya bersiap atau biaya berjaga-jaga (stand by cost) meliputi
semua biaya yang terjadi dalam rangka memperlihatkan kapasitas
atau kemampuan organisasi dalam kegiatan produksi, pemasaran dan
administrasi beban biaya secara berkala dibebankan ke rugi/laba.
5) Avoidable dan Unavoidable cost
Avoidable atau terhindarkan adalah suatu beban biaya yang bersifat
tetap dan menjadi tanggungan sendiri oleh suatu bagian tertentu atau
biaya yang tidak akan berlanjut. Unavoidable cost adalah biaya yang
17
menjadi tanggungan bersama suatu organisasi atau biaya yang
dirumuskan sebagai fasilitas atau jasa yang dinikmati bersama
berdasarkan beban tertentu dengan metode alokasi.
6) Inputed dan Sunk Cost
Inputed Cost ialah biaya yang menyatakan harga beli atau nilai dari
suatu kekayaan yang diukur dengan nilai penggunaannya. Sunk Cost
adalah biaya yang dalam situasi tertentu tidak dapat diperoleh
kembali.
7) Opportunity Cost (biaya kesempatan)
Merupakan biaya yang relevan untuk pengambilan keputusan, dan
harus dipertimbangkan di dalam mengevaluasikan sesuatu alternatif
yang dihadapi.
Pengendalian biaya adalah area terakhir di mana informasi berdasarkan
aktivitas berguna bagi manajemen. Pengendalian biaya harus diselenggarakan
dengan cermat, jika manajemen perusahaan diselenggarakan secara efektif
biasanya terjadi efisiensi yang tinggi, efisiensi yang tinggi merupakan hasil
nyata dari pengendalian biaya.
C. Biaya Produksi
1. Pengertian Biaya Produksi
Pada dasarnya dalam melakukan aktivitas untuk menghasilkan barang dan
jasa, perusahaan akan dihadapkan pada berbagai masalah pengeluaran berupa
pengorbanan faktor-faktor produksi yang tidak kecil jumlahnya untuk
merealisasikan tujuan dan aktifitas tersebut. Faktor-faktor produksi yang
18
dikorbankan dalam proses produksi yang biasanya dimulai dengan uang ini
disebut biaya. Suatu perusahaan didirikan tentunya harus mempunyai rencana
tentang produk apa yang akan diproduksikan sehingga dalam penyusunan
sistem produksi akan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Salah satu sub sistem produksi yang sangat berpengaruh dalam proses
pengolahan bahan baku menjadi barang jadi adalah biaya produksi, yang
termasuk didalamnya adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya
overhead pabrik. Sehubungan dengan hal tersebut maka peneliti mengutip
beberapa pendapat mengenai definisi biaya produksi yang dikemukakan oleh
beberapa ahli.
Menurut William K. Carter (2009: 40) biaya produksi adalah jumlah dari
tiga elemen biaya seperti, biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung
dan overhead pabrik.
Menurut Mulyadi (2005:14) mengemukakan bahwa Biaya produksi
merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi
produk jadi yang siap untuk dijual.
Menurut Bastian Bustami, Nurlela (2006:10) biaya produksi adalah biaya
yang digunakan dalam proses produksi yang terdiri dari bahan baku langsung,
tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.
Dari beberapa definisi diatas maka dikatakan bahwa biaya produksi
merupakan biaya yang terjadi dalam hubungannya dengan proses pengolahan
bahan baku menjadi barang jadi. Oleh karena itu, seluruh faktor produksi yang
dimiliki perusahaan harus diatur dan dikombinasikan sedemikian rupa,
19
sehingga bisa menciptakan kegunaan barang atau jasa sesuai dengan rencana.
2. Unsur-unsur Biaya Produksi
Unsur-unsur biaya produksi menurut Mulyadi (2005:345) dibagi dalam
tiga jenis biaya, yaitu:
a. Biaya bahan baku
Adalah unsur yang digunakan sebagai dasar pebuatan barang jadi, akan
tetapi kemungkinan barang jadi dari sebuah perusahaan menjadi bahan
baku pada perusahaan lainnya. Biaya bahan baku dapat dipisahkan dalam
dua kategori yaitu:
1) Bahan baku langsung yaitu bahan yang menjadi bagian menyeluruh
dari produk jadi.
2) Bahan baku tak langsung yaitu merupakan bahan baku yang
digunakan untuk membuat produk, akan tetapi jumlahnya relatif
kecil dan bukan merupakan bagian menyeluruh dad produk yang
dihasilkan.
b. Biaya Tenaga Kerja
Adalah biaya yang dikorbankan untuk mengerjakan bahan baku menjadi
produk jadi yang siap di jual. Sama halnya dengan biaya bahan baku,
maka biaya tenaga kerja dikelompokkan ke dalam dua golongan yaitu:
1) Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya yang dikeluarkan untuk
tenaga kerja.
2) Biaya tenaga kerja tak langsung adalah biaya yang dikeluarkan untuk
tenaga kerja yang menyumbangkan jasanya untuk pembuatan bahan
20
baku menjadi produk jadi yang siap dijual. Biaya tenaga kerja
menggambarkan keterlibatan manusia dalam posisinya sebagai
karyawan dalam sebuah perusahaan.
c. Biaya Overhead Pabrik
Adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
langsung. Biaya-biaya produksi yang termasuk dalam biaya overhead
pabrik dikelompokkan menjadi beberapa golongan berikut ini:
1) Biaya bahan penolong.
2) Biaya reparasi dan pemeliharaan
3) Biaya tenaga kerja langsung
4) Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap
5) Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu
6) Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan
pengeluaran uang tunai.
3. Tujuan dan Manfaat Akuntansi Biaya
Akuntansi biaya adalah suatu proses identifikasi, pengklasifikasian dan
pengikhtisaran berbagai informasi keuangan yang diperlukan untuk
perencanaan, pengendalian, penganalisan dan perhitungan biaya atau harga
pokok produksi. Akuntansi biaya mempunyai tujuan dan manfaat dalam
menyediakan informasi biaya yang diperlukan untuk :
a. Menentukan harga pokok (cost determination).
b. Perencanaan dan pengendalian biaya (cost planning and controlling).
c. Penganalisaan biaya.
21
C. Hubungan Perencanaan dan Pengendalian Biaya Produksi
Manajemen terdiri atas banyak aktivitas, termasuk mengambil keputusan,
memberikan perintah, menetapkan kebijakan, menyediakan tugas dan imbalan,
serta mempekerjakan orang-orang untuk melaksanakan kebijakan. Manajemen
menetapkan tujuan yang akan dicapai dengan mengintegrasikan pengetahuan dan
keterampilannya dengan kemampuan karyawan. Perencanaan dan pengendalian
dibagi-bagi untuk tujuan teoritis, sebagaimana halnya waktu dibagi menjadi
periode-periode operasi yang berbeda.
Pada kenyataannya, perencanaan dan pengendalian merupakan proses
yang simultan, tidak terpisahkan, dan saling berhubungan. Dalam aktivitas
perencanaan akan dapat berjalan efektif apabila dalam pelaksanaannya, hasil
proses perencanaan tersebut diikuti dengan aktivitas pengendalian. Perencanaan
tanpa disertai dengan usaha pengendalian akan menyebabkan tidak tercapainya
sasaran-sasaran perusahaan. Demikian pula sebaliknya, tanpa dibuat perencanaan
yang memadai, maka fungsi pengndalian atas pelaksanaan operasi tidak akan
dapat berjalan dengan baik.
Akuntansi biaya melengkapi manajemen dengan perangkat akuntansi
untuk kegiatan perencanaan dan pengendalian. Setelah perencanaan biaya
produksi dibuat dalam bentuk anggaran biaya produksi yang memuat standar-
standar aktivitas, maka untuk menjamin bahwa pelaksanaannya tidak
menimbulkan penyimpangan yang dapat mengancam keberadaan perusahaan
diperlukan tindakan pengendalian. Pengendalian biaya produksi pada prinsipnya
merupakan kegiatan pengukuran aktivitas-aktivitas yang diperlukan apabila
22
terjadi penyimpangan dari rencana, sebelum menjadi masalah yang serius bagi
perusahaan. Pengendalian biaya produksi yang efektif sangat tergantung pada
pengawasan yang baik dan dilakukan secara terus-menerus. Hal ini dimaksudkan
agar dalam pelaksanaannya tidak akan menyimpang dari anggaran yang telah
ditetapkan.
D. Pengertian Efisiensi
Efisiensi berhubungan dengan penilaian prestasi dalam rangka
perencanaan dan pengendalian manajemen. Untuk lebih jelasnya mengenai
pengertian efisiensi dapat dilihat dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh
para ahli sebagai berikut:
Menurut Stephen P. Robbins/ Mary Coulter (2007:8) efisiensi adalah
memperoleh output terbesar dengan input yang terkecil. Efisiensi digambarkan
sebagai melakukan sesuatu secara benar maksudnya tidak memboroskan sumber
daya.
Menurut Robert N. Anthony, Vijay Govindarajan (2005:174) pengertian
efisiensi adalah rasio output, atau jumlah output per unit input. Jika menggunakan
jumlah sumber daya yang lebih sedikit, namun memproduksi jumlah output yang
sama atau menggunakan jumlah sumber daya yang sama, namun memproduksi
jumlah output yang lebih besar.
Menurut Mulyadi (2007:380) efisiensi merupakan rasio antara keluaran
dengan masukan suatu proses, dengan fokus perhatian pada konsumsi masukan.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa efisiensi adalah istilah
yang relative dan hanya memiliki arti bila dibandingkan dengan dasar yang ideal.
23
Jadi efisiensi selalu dipakai dalam bentuk perbandingan, yang diperbandingkan
dalam hal ini adalah antara kenyataan input yang digunakan dengan suatu standar
yang telah ditetapkan terlebih dahulu untuk menghasilkan sejumlah keluaran
tertentu.
Dalam prakteknya di dunia usaha, pengertian efisiensi selalu terkait
dengan penghematan biaya. Hal ini disebabkan oleh karena penghematan biaya
merupakan faktor yang sangat menentukan tercapainya suatu tingkat efisiensi
dalam operasi perusahaan. Dengan efisiensi biaya, setiap usaha, pengeluaran atau
pengorbanan yang dinyatakan dalam suatu uang diarahkan dan diupayakan sekecil
mungkin untuk mendatangkan manfaat sesuai dengan yang direncanakan
perusahaan.
E. Penetapan Biaya Standar dan Analisis Varians
1. Penetapan Biaya Standar
Pengendalian biaya memerlukan patokan atau standar sebagai dasar yang
dipakai sebagai tolak ukur pengendalian. Biaya yang dipakai sebagai tolak
ukur pengendalian ini disebut biaya standar. Dalam akuntansi biaya untuk
tujuan pengendalian biaya ini, proses akuntansi di samping digunakan untuk
mengumpulkan data biaya yang terjadi di masa lalu, juga digunakan untuk
mengumpulkan biaya standar, guna perhitungan selisih di antara keduanya.
Biaya standar adalah sistem pembebanan harga pokok kepada produk atau
jasa tertentu yang ditentukan di muka dengan cara menentukan besarnya
biaya standar dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya
overhead pabrik untuk mengolah satu-satuan produk atau jasa tertentu.
24
Biaya standar umumnya menyangkut biaya produksi, karena hubungan
input (masukan) dan output (keluarannya) lebih jelas. Oleh sebab itu
pembahasan berikut ini akan dibahas bagaimana menentukan biaya produksi
standar, yaitu:
a. Biaya bahan baku standar
Dalam penetapan standar bahan baku ada dua jenis standar yang
digunakan yaitu standar harga bahan baku dan standar kuantitas
pemakaian bahan baku. Penetapan standar harga bahan baku
memungkinkan untuk (a) memantau kinerja bagian pembelian dan
mendeteksi pengaruhnya terhadap biaya bahan baku, (b) mengukur
dampak dari kenaikan dan penurunan harga bahan baku terhadap laba.
Menentukan harga beli yang digunakan sebagai penetapan standar
seringkali mengalami kesulitan, karena harga beli bahan baku lebih
banyak dipengaruhi faktor eksternal perusahaan daripada faktor internal
perusahaan. Harga yang dipilih sebagai harga standar sebaiknya digunakan
harga yang mencerminkan harga yang berlaku saat ini, kalau terjadi
perubahan harga bahan baku, baik secara berkala sebaiknya dilakukan
awal periode.
Untuk penetapan biaya standar bahan baku ini yang perlu
diperhatikan adalah penyusunan anggaran bahan baku, penyimpanan
bahan baku, pembelian yang terjadwal dan pengiriman dan pengawasan
bahan baku.
25
Penetapan standar kuantitas pemakaian bahan baku, umumnya
dikembangkan berdasarkan spesifikasi hasil penelitian yang dilakukan
bagian perekayasaan produk. Pada perusahaan kecil atau menengah
spesifikasi jenis produk, kuantitas pemakaian, kualitas dari bahan baku
yang dibutuhkan, umumnya dilakukan oleh pengawas atau penyelia
departemen yang terkait langsung. Penetapan kuantitas pemakaian bahan
baku sebaiknya ditetapkan setelah analisis atas ukuran, bentuk, dan
kualitas produk yang paling ekonomis serta pemaakaian bahan baku
dengan berbagai kualitas yang berbeda. Untuk penetapan standar
pemakaian bahan baku ini perlu diperhatikan fluktuasi pemakaian dan
antisipasi persediaan.
b. Biaya tenaga kerja standar
Dalam penetapan standar biaya tenaga kerja, standar yang
digunakan yaitu: standar tarif upah dan standar waktu atau efisiensi.
Standar tarif lebih didasarkan pada perjanjian tawar menawar kolektif
antara serikat pekerja dan perusahaan, atau berdasarkan ketetapan
pemerintah berdasarkan tingkat upah minimum. Untuk memastikan tingkat
keadilan upah diberikan untuk setiap operasi diperlukan rating pekerjaan.
Apabila terjadi perubahan tarif upah baik secara berkala sebaiknya
dilakukan pada awal periode.
Sedangkan untuk penetapan standar waktu atau efisiensi
memerlukan study dan gerak berdasarkan pada kinerja aktual dari
seseorang pekerja atau kelompok pekerja yang mempunyai keahlian yang
26
sama. Untuk penentuan standar biaya tenaga kerja ini yang perlu
diperhatikan adalah (a) perencanaan menyeluruh dari sistem pengupahan,
(b) lingkungan perusahaan, dan (c) adanya prosedur operasi untuk setiap
bidang tugas.
c. Biaya overhead pabrik standar
Biaya produksi tidak langsung merupakan biaya yang sifatnya
menunjang terjadinya proses produksi. Menurut Mulyadi (2005:16) Biaya
tidak langsung dalam hubunganya dengan produk disebut dengan istilah
biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik ( factory
overhead costs). Biaya overhead pabrik standar merupakan salah satu cara
dalam mengalokasikan overhead pabrik ker persediaan untuk keputusan
penetapan harga dan untuk pengendalian biaya.
Akan tetapi akuntansi biaya menyadari bahwa ukuran yang
digunakan seperti varians biaya standar dibandingkan dengan biaya aktual
memerlukan pengawasan dan pemantauan. Laporan varians masing-
masing departemen mendorong manajer pusat biaya untuk lebih fokus
hanya pada peningkatan kinerja mereka. Jika dalam organisasi yang
sifatnya desentralisasi, para manajer berusaha untuk meningkatkan
efisiensi mereka masing-masing dengan mencari varians biaya standar
yang menguntungkan tanpa memperhatikan pengaruh selanjutnya, maka
akibatnya tujuan memperoleh laba akan terganggu.
Selanjutnya para akuntan biaya menyadari bahwa jika mereka
hanya menghitung varians dan melampirkan ke dalam laporan biaya yang
27
diberikan pada manajemen, hal ini merupakan pemborosan waktu.
Penghitungan varians tidak sepenting mengetahui apa yang harus
dilakukan jika terjadi varians yang signifikan. Sedangkan manfaat sistem
biaya standar diperoleh dari penentuan penyebab terjadinya varians dan
memperbaikinya.
2. Analisis Varians
Varians juga disebut selisih. Manajemen harus meneliti selisih dengan
cermat untuk menentukan mengapa selisih tersebut terjadi dan apa tindakan
korektif yang dapat diambil untuk mengatasi terjadinya selisih yang
merugikan. Supaya pengendalian biaya menjadi efektif, maka hasil dari
tindakan korektif harus diukur dan dilaporkan.
Dibawah ini akan dijelaskan cara perhitungan untuk tiap-tiap komponen
biaya produksi menurut Bastian, bustami dan Nurlela (2009:273) yaitu:
a. Varians bahan baku
Adalah varians bahan baku aktual dengan bahan baku berdasarkan standar
yang diperkenankan. Varians bahan baku dapat dianalisis menjadi dua
yaitu:
1) Varians harga bahan baku merupakan selisih harga bahan baku aktual
dengan harga baku berdasarkan standar yang diperkenankan . Selisih
harga dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Selisih Harga = ( Hs– Hst ) x Ks
Keterangan:
28
Hs = Harga aktual/ Sesungguhnya
Hst = Harga Standar
Ks = Kuantitas sesungguhnya
2) Varians kuantitas merupakan selisih antara kuantitas aktual yang
digunakan untuk produksi dengan pemakaian bahan berdasarkan
standar yang ditetapkan. Rumusnya adalah:
Selisih Kuantitas = ( Ks – Kst ) x Hst
Keterangan:
Ks = Kuantitas Sesungguhnya
Kst = Kuantitas standar
Hst = Harga Standar
b. Varians Tenaga Kerja
Adalah selisih biaya tenaga kerja aktual dengan biaya tenaga kerja
berdasarkan standar yang diperkenankan. Selisih tenaga kerja mencakup
dua unsur:
1) Varians tarif tenaga kerja yaitu selisih tarif biaya tenaga kerja yang
diperkenankan, menggunakan jam kerja standar. Rumusnya ialah:
Selisih Tarif tenaga kerja = ( Ts – Tst ) x Jks
Keterangan:
Ts = Tarif upah sesungguhnya
Tst = Tarif upah Standar
Jks = Jam Kerja Sesungguhnya
29
2) Varians efisiensi yaitu selisih jam kerja aktual dengan jam kerja
standar yang diperkenan, dengan menggunkan tarif tenaga kerja
standar . Selisih ini dapat dikendalikan oleh manajemen. Rumusnya
ialah:
Selisih Jam Kerja = ( Jks – Jkst yang ditetapkan ) x Tst
Keterangan:
JKSS = Jam Kerja Sesungguhnya
JKST = Jam Kerja Standar
TST = Tarif upah Standar
c. Varians Overhead Pabrik
Varians overhead pabrik dapat ditimbulkan oleh tiga hal yaitu:
1) Output melebihi atau kurang dari perkiraan kapasitas normal.
2) Biaya overhead pabrik sesungguhnya melebihi atau kurang dari
biaya pabrik yang dianggarkan.
3) Jam kerja sesungguhnya berbeda dengan jumlah jam kerja standar
yang dibenarkan untuk jumlah produksi yang dicapai.
Perhitungan selisih biaya overhead pabrik berbeda dengan perhitungan
selisih biaya produksi langsung yang telah diuraikan sebelumnya.
Perhitungan tarif biaya overhead pabrik adalah menggunkan kapasitas
normal, sedangkan pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk
menggunakan kapasitas sesungguhnya yang dicapai. Oleh karena itu,
untuk mengetahui sebab-sebab terjadinya selisih biaya overhead pabrik
yang sifatnya dapat dikendalikan, yaitu:
30
1) Model Satu Selisih
Dalam model ini, selisih biaya overhead pabrik dihitung dengan cara
mengurangi biaya overhead pabrik dengan tarif standar pada kapasitas
standar dengan biaya overhead pabrik susngguhnya.
Rumus perhitungannya adalah sebagai berikut:
Selisih total biaya overhead pabrik:
Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp xxx
Biaya overhead pabrik yang dibebankan Rp xxx
Selisih total biaya biaya overhead pabrik Rp xxx R/L
2) Model dua selisih
Selisih biaya overhead pabrik yang dihitung dengan model satu selisih
dapat dipecah menjadi dua macam selisih, yaitu selisih terkendalikan dan
selisih volume. Selisih terkendalikan adalah perbedaan biaya overhead
pabrik sesungguhnya dengan biaya overhead yang dianggarkan pada
kapasitas standar, sedangkan selisih volume adalah perbedaan antara biaya
overhead yang dianggarkan pada jam standar dengan biaya overhead
pabrik yang dibebankan kepada produk (kapasitas standar dengan tarif
standar).
Rumus perhitungannya adalah sebagai berikut:
(a) Selisih terkendalikan
31
Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp xxx
Biaya overhead pabrik tetap pada kapasitas normal Rp xxx
Biaya overhead pabrik variabel sesungguhnya Rp xxx
Biaya overhead pabrik variabel pada jam standar Rp xxx
Selisih terkendalikan Rp xxx R/L
(b) Selisih volume
Jam tenaga kerja pada kapasitas normal Rp xxx jam
Jam tenaga kerja standar Rp xxx jam
Selisih volume Rp xxx jam
Tarif biaya overhead pabrik tetap Rp xxx/ jam x
Selisih volume Rp xxx R/L
3) Model tiga selisih
Selisih biaya overhead pabrik yang dihitung dengan model satu selisih
dapat dipecah menjadi tiga macam selisih, yaitu selisih pengeluaran,
selisih kapasitas dan selisih efisiensi. Selisih pengeluaran adalah
perbedaan biaya overhead pabrik sesungguhnya dengan biaya overhead
yang dianggarkan pada kapasitas sesungguhnya. Selisih kapasitas adalah
perbedaan antara biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk
pada kapasitas sesungguhnya (kapasitas sesungguhnya dengan tarif
standar). Selisih efisiensi adalah tarif biaya overhead pabrik dikalikan
dengan selisih antara kapasitas standar dengan kapasitas sesungguhnya.
Rumus perhitungannya adalah sebagai berikut:
32
(a) Selisih pengeluaran
Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp xxx
Biaya overhead pabrik tetap pada kapasitas normal Rp xxx
Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp xxx
Biaya overhead pabrik variabel yang dianggarkan
pada jam yang sesungguhnya dicapai Rp xxx
Selisih pengeluaran Rp xxx R/L
(b) Selisih kapasitas
Kapasitas normal Rp xxx jam
Kapasitas sesungguhnya Rp xxx jam
Kapasitas yang tidak terpakai Rp xxx jam
Tarif biaya overhead pabrik tetap Rp xxx/ jam
Selisih kapasitas Rp xxx R/L
(c) Selisih efisiensi
Jam standar Rp xxx jam
Jam sesungguhnya Rp xxx jam
Selisih efisiensi Rp xxx jam
Tariff biaya overhead pabrik Rp xxx/ jam
Selisih efisiensi Rp xxx R/L
4) Model empat selisih
Model ini merupakan perluasan modal tiga selisih. Dalam model ini,
selisih efisiensi dalam model tiga selisih dipecah lebih lanjut menjadi dua,
33
yaitu selisih efisiensi variabel dan selisih efisiensi tetap.
Rumus perhitungannya adalah sebagai berikut:
Selisih pengeluaran Rp xxx
Selisih kapasitas Rp xxx
Selisih efisiensi yang dipecah lebih lanjut menjadi:
Selisih efisiensi variabel Rp xxx
Selisih efisiensi tetap Rp xxx
Total selisih biaya overhead pabrik Rp xxx R/L
G. Akuntansi Pertanggungjawaban dan Laporan Pertanggungjawaban
Dalam akuntansi pertanggungjawaban garis wewenang dan
tanggungjawab harus ditetapkan dengan jelas agar masing-masing manajer
mengerti wewenang dan tanggungjawabnya. Mulyadi (2005:417) mendefinisikan
pusat pertanggungjawaban adalah suatu unit organisasi di dalam perusahaan yang
dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggungjawab.
Secara umum kegiatan setiap pusat pertanggungjawaban di dalam
perusahaan adalah mengolah masukan menjadi keluaran. Untuk menerapkan
sistem akuntansi pertanggungjawaban diperlukan lima syarat:
1. Struktur organisasi menetapkan secara tegas wewenang dan
tanggungjawab setiap tingkatan manajemen.
2. Anggaran disusun untuk setiap tingkat manajemen
3. Penggolongan biaya sesuai dengan dapat tidaknya biaya tersebut
dikendalikan oleh manajemen.
34
4. Sistem akuntansi biaya disesuaikan struktur organisasi
5. Sistem pelaporan biaya kepada manajer yang bertanggungjawab.
Berdasarkan atas karakteristik hubungan masukan dan keluarannya, pusat
pertanggungjawaban di dalam perusahaan secara garis besar dapat dibagi manjadi
empat macam:
a) Pusat biaya (expense center) adalah pusat pertanggungjawaban yang
prestasi manajernya diukur berdasarkan masukannya.
b) Pusat pendapatan adalah pusat pertanggungjawaban yang prestasi
manajernya diukur berdasarkan keluarannya.
c) Pusat laba adalah pusat pertanggungjawaban yang prestasi manajernya
diukur berdasarkan selisih antara keluaran dan masukan (laba).
d) Pusat investasi adalah pusat pertanggungjawaban yang prestasi
manajernya diukur berdasarkan perbandingan antara laba yang diperoleh
dengan investasi di dalam pusat pertanggungjawaban tersebut.
Produk akuntansi pertanggunjawaban ini adalah laporan yang disusun
sehingga manajemen dapat mengetahui masalah dan sekaligus membuat
keputusan mengenai tindakan koraksi yang harus diambil.
H. Kerangka Fikir
Dengan adanya suatu rencana, maka perusahaan mempunyai tolak ukur
untuk menilai realisasi kegiatan-kegiatan perusahaan. Kegiatan perusahaan dapat
diketahui apa yang menyebabkan terjadinya varians (selisih) realisasi kerja
terhadap rencana yang telah digariskan. Varians tersebut ada yang bersifat positif
(menguntungkan) yaitu apabila realisasi kerja justru lebih baik dari apa yang
35
direncanakan atau apa yang dianggarkan, sedangkan bersifat negatif (merugikan)
yaitu apabila realisasi kerja kurang bagus dibandingkan dengan rencana atau
anggaran yang telah ditetapkan.
Informasi tentang sebab-sebab terjadinya varians ini sangat penting untuk
perusahaan, agar varians yang terjadi dapat direvisi sedini mungkin dan sebagai
bahan informasi untuk pengendalian. Dan sebagai dasar pengambilan keputusan
bagi pihak manajemen, agar biaya-biaya yang dikeluarkan tidak teralu berlebihan
khususnya pada biaya produksi.
Adapun skema kerangka fikir sebagai berikut :
Gambar 1 : Skema Kerangka Fikir
I. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan sebelumnya maka diajukan
hipotesis sebagai jawaban sementara yang akan diteliti kebenarannya yaitu
diduga bahwa ada hubungan perencanaan dan pengendalian biaya produksi
terhadap peningkatan efisiensi pada PT. Semen Tonasa.
PT. SEMEN TONASA
ANGGARAN
PERENCANAAN PENGENDALIAN
BIAYA PRODUKSI
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Yang menjadi objek penelitian penulis yaitu pada PT. Semen Tonasa di
Pangkep yang terletak di jalan Poros Makassar-Pangkep. Dimana penelitian ini
berlangsung selama dua bulan lamanya yakni dari bulan maret sampai dengan
april 2014.
B. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data serta informasi yang diperlukan dalam penelitian
ini, penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data yang relevan untuk
memecahkan masalah, sebagai berikut:
1. Observasi, yaitu mengadakan pengamatan secara langsung pada
perusahaan atau dalam hal ini perkantoran (Iokasi penelitian).
2. Interview, yaitu dengan mengadakan serangkaian tanya jawab dengan
bagian-bagian yang ada dalam perusahaan yang terkait dengan masalah
ini.
3. Dokumentasi, yaitu pengumpulan data dengan melihat dokumen yang ada
dalam perusahaan yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.
C. Jenis dan Sumber Data
Untuk membuktikan perumusan hipotesis kerja, maka peneliti
menggunakan bahan-bahan kuliah yang ada hubungannya dengan masalah yang
dibahas.
3536
37
1. Jenis data
a. Data kuantitatif yaitu data yang diperoleh dari perusahaan dalam
bentuk angka-angka.
b. Data kualitatif yaitu data yang diperoleh dalam bentuk informasi, baik
lisan maupun tulisan.
2. Sumber data
a. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari
perusahaan yang bersangkutan, berupa : Operasional perusahaan,
struktur organisasi, sejarah singkat perusahaan, neraca dan laporan
laba rugi.
b. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bacaan serta bahan
tertulis dari perusahaan, berupa buku-buku dan literatur yang
mempunyai hubungan erat dengan proyek penelitian.
D. Metode Analisis Data
Data yang dipergunakan dalam metode analisis ini adalah metode
deskriptif kuantitatif yaitu analisis data yang menggunakan angka-angka yang
berupa anggaran biaya produksi, laporan realisasi biaya produksi dan persentase
selisih yang terjadi antara anggaran dan realisasinya.
38
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Berdirinya dan Tujuan Perusahaan
PT. Semen Tonasa adalah produsen semen terbesar di Kawasan Timur
Indonesia yang menempati lahan seluas 1.200.000 Hektar di desa Biringere Kec.
Bungoro Kab. Pangkep 68 kilo meter dari kota Makassar. PT. Semen Tonasa yang
memiliki kapasitas terpasang 3.480.000.000 metrik ton semen per tahun ini
mempunyai tiga unit pabrik yaitu Tonasa Unit II, III dan IV.
Berdasarkan ketetapan Majelis Permusyawaratan Perwakilan Rakyat
Sementara (MPRS) Republik Indonesia No. II/MPRS/1960 mengenai pola umum
pembangunan Nasional Sementara Berencana Tahapan 1961 - 1969 tentang
proyek Bidang Indutri Golongan A1 1953 bidang No. 54, dimana didalam
ketetapan itu tercantum rencana untuk mendirikan pabrik semen di Sulawesi
Selatan. Tujuan dari pendirian pabrik semen itu adalah untuk memenuhi
permintaan semen guna meningkatkan pembangunan khususnya di kawasan
Indonesia bagian Timur.
Ketetapan MPRS itulah yang mendasari berdirinya pabrik Semen Tonasa
(Persero), yang saat ini memiliki empat unit pabrik dan sekian packing plant yang
terus beroperasi dengan realisasi produk sebesar 212.168 ton ditahun 1999,
kecuali pabrik unit I yang oleh pertimbangan alasan ekonomis dan teknis maka
pengoperasiannya telah dihentikan sejak tahun 1984. Untuk lebih jelasnya akan
diuraikan profil tiap unit pabrik.
4438
39
1. Pabrik Semen Tonasa Unit I
Tonasa unit I didirikan berdasarkan Tap MPRS RI No. II/MPRS/1960
tanggal 5 Desember 1960 tentang pola Pembangunan Nasional Semesta
Berencana Tahapan 1961-1969. Tonasa unit I mulai berproduksi semen pada
tahun 1968 dengan kapasitas terpasang 120.000.000 metrik ton semen per
tahun dengan proses basah. Pabrik yang berlokasi di Desa Tonasa Kecamatan
Balocci Kab. Pangkep ini sejak tahun 1984 dihentikan operasinya atas
pertimbangan ekonomis.
2. Pabrik Semen Tonasa Unit II
Pabrik Semen Tonasa II yang berlokasi di Biringgere, Kecamatan
Bungoro, Kabupaten Pangkep, Propinsi Sulawesi Selatan sekitar 23 km dari
lokasi pabrik unit I, didirikan berdasarkan kepada persetujuan BAPPENAS :
No. 023/XC-LC/B.V/76
No. 285/D.I/IX76
Tonasa II yang menggunakan proses kering mulai beroperasi secara
komersil pada tahun 1980 dengan kapasitas terpasang 510.000 metrik ton
semen per tahun. Program optimalisasi Tonasa unit II dirampungkan pada
tahun 1991 secara swakelola dan berhasil meningkatkan kapasitas terpasang
menjadi 590.000 metrik ton semen per tahun.
3. Pabrik Semen Tonasa Unit III
Pabrik Tonasa III yang berlokasi di tempat yang sama dengan Pabrik
Semen Tonasa II dibangun berdasarkan persetujuan BAPPENAS :
40
No. 32/XC-LC/B.V/1981
No. 2177/WK/10/1981
Pabrik Tonasa III yang menggunakan proses kering mulai beroperasi
secara komersial pada tahun 1985 dengan kapasitas terpasang 590.000 metrik
ton semen per tahun. Pabrik ini terletak dilokasi yang sama dengan tonasa
unit II.
4. Pabrik Semen Tonasa Unit IV
Pabrik Tonasa IV didirikan berdasarkan SK Menteri Perindustrian No.
182/MPP.IX/1990, tanggal 02 Oktober 1990 dan SK Menteri Keuangan RI
No. S.1549/MK 013/1999 tanggal 29 November 1990. Tonasa Unit IV
dengan kapasitas terpasang 2.300.000 metrik semen ton per tahun mulai
dioperasikan secara komersial pada tanggal 1 November 1996. Pabrik yang
menggunakan proses kering ini terletak di lokasi yang sama dengan Tonasa
Unit II dan Unit III.
PT. Semen Tonasa memiliki 7 unit pengantongan semen yang berlokasi
di Makassar, Bitung, Samarinda, Banjarmasin, Bali, dan Ambon dengan
kapasitas masing-masing 300.000 metrik ton semen per tahun kecuali
Makassar dan Bali yang berkapasitas masing-masing 600.000 metrik ton
semen per tahun dan Palu yang berkapasitas 175.000 metrik ton semen per
tahun. PT. Semen Tonasa juga memiliki.
Konsolidasi PT. Semen Tonasa dengan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk
Sebelum konsolidasi dengan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk, pemegang
saham PT. Semen Tonasa adalah Pemerintah Republik Indonesia. Konsolidasi
41
dengan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk, dilaksanakan pada tanggal 15 September
1995 dan kemudian sesuai dengan keputusan RUPS LB pada tanggal 13 Mei
1997, 500 lembar saham portepel dijual kepada Koperasi Karyawan Semen
Tonasa (KKST), sehingga pemegang saham PT. Semen Tonasa adalah PT. Semen
Gresik (Persero) Tbk, dan KKST.
B. Status Perusahaan
Pada awal berdirinya pabrik Semen Tonasa I dalam masa kontruksi,
perusahaan masih berstatus ”Proyek” di bawah naungan Departemen
Perindustrian dan Pertambangan. Dengan selesainya proyek pembangunan pabrik
Semen Tonasa I, pada tanggal 2 November 1968, status perusahaan di tingkatkan
menjadi status ”Pabrik” sampai dengan tahun 1971. Pabrik Semen Tonasa
ditetapkan menjadi BUMN yang berbentuk Perusahaan Perum (PERUM)
berdasarkan PP No. 54 tahun 1971 tanggal 8 September 1971.
Pada tahun 1975, perusahaan meningkat menjadi Perusahaan Perseroan
(Persero), berdasarkan PP No. 1 tahun 1975. Perubahan bentuk hukum dari
PERUM menjadi PERSERO disahkan tahun 1976 dengan akte Notaris Soewarno
SH, No. 6 tanggal 9 Januari 1976 di Jakarta dan diperbaiki dihadapan Notaris. H.
Bebasa Dg. Lalo SH, No. 64 tanggal 20 Mei 1976. Terakhir dengan perubahan
Anggaran Dasar oleh Notaris Hadi Moentoro SH, di Jakarta No. 11 tanggal 12
Desember 1984.
Pada tanggal 15 September 1995, PT. Semen Tonasa mengadakan
konsolidasi dengan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk, dan hal tersebut masih
berlangsung hingga sekarang.
42
C. Struktur Organisasi
Adanya struktur organisasi yang baik merupakan salah satu syarat yang
penting agar perusahaan dapat berjalan dengan baik. Suatu perusahaan akan
berhasil mencapai prestasi kerja yang efektif dari karyawan apabila terdapat suatu
sistem kerja sama yang baik, di mana fungsi-fungsi dalam organisasi tersebut
mempunyai pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab yang telah
dinyatakan dan diuraikan dengan jelas.
Struktur organisasi PT. Semen Tonasa (Persero) mengikuti metode atau
prinsip organisasi fungsional yang telah dinyatakan dan diuraikan menekankan
pada pemisahan tugas, wewenang dan tanggung jawab secara jelas dan tegas.
Didalam struktur organisasi PT. Semen Tonasa (Persero) tersebut terdiri atas
beberapa unsur perlengkapan di masa struktur organisasi digambarkan sebagai
berikut:
Sumber : PT. Semen Tonasa
43
PT Semen Tonasa terdiri dari Dewan Direksi yang terdiri dari, Direktur
Utama, Direktur Produksi, Direktur Keuangan, Direktur Pemasaran, Direktur
Litbang dan Operasional.
Berdasarkan pada struktur organisasi di atas, maka akan dijelaskan tugas
dan tanggung jawab bagian-bagian utama tersebut, yaitu:
1. Direktur Utama
Direktur Utama bertanggung jawab atas kelancaran jalannya perusahaan.
Direktur Utama juga mempunyai tugas dan tanggung jawab terhadap
bidang-bidang yang mendapat pengawasan secara langsung yaitu bidang
satuan kerja audit internal, bidang sekretaris perusahaan, bidang umum dan
bidang biro sistem informasi.
2. Direktur Produksi
Tugas Direktur Produksi adalah:
a. Terselenggaranya kelancaran operasi pabrik Unit II, pabrik Unit III,
dan pabrik Unit IV.
b. Terselanggaranya pemeliharaan fasilitas yang meliputi perumahan
karyawan, gedung pabrik, dan gedung lainnya serta pelabuhan khusus
Biringkassi.
3. Direktur Litbang dan Operational
Tugas Direktur Litbang dan Operasional adalah melaksanakan kegiatan
untuk merealisasikan tujuan perusahaan dengan baik meliputi:
44
a. Terselenggaranya semua aktivitas perencanaan pelaksanaan proyek-
proyek perluasan termasuk di dalamnya pengurusan sumber dana
untuk proyek-proyek yang dimaksud.
b. Penelitian terhadap efisiensi semua peralatan unit produksi yang ada
dan yang akan di gunakan baik dalam unit yang telah ada maupun
dalam proyek perluasan yang telah direncanakan.
4. Direktur Pemasaran
Direktur Pemasaran bertugas membantu Direktur Utama dalam mengawasi
secara langsung pada dua departemen, yaitu:
a. Departemen Pemasaran
Departemen ini membawahi Biro Pemasaran Wilayah I, Biro
Pemasaran Wilayah II, Biro Pemasaran Wilayah III, dan Biro
Perencanaan dan Administrasi Pemasaran (PAP), yang dibantu oleh
beberapa seksi.
b. Departemen Distribusi
Departemen ini membawahi Biro Distribusi I, Biro Distribusi II, dan
Biro Perencanaan dan Pengendalian Semen dan Kantong, serta Biro
unit Pengantongan dan dibantu oleh beberapa seksi.
5. Direktur Keuangan
Bertanggung jawab atas semua aktivitas perusahaan. Tugas Direktur
Keuangan adalah :
45
a. Pembuatan anggaran pendapatan dan belanja perusahaan serta
mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan dari anggaran
pendapatan dan belanja perusahaan.
b. Menyusun pendistribusian hasil produksi semen yang dilakukan
dengan cara menyusun strategi pemasaran di seluruh daerah
pemasaran termasuk pengangkutannya.
c. Merencanakan kegiatan pengadaan suku cadang, bahan baku, bahan
pembantu, dan mesin-mesin lainnya sebagai kelengkapan dalam
kegiatan produksi.
D. Disiplin Kerja
Untuk disiplin kerja karyawan pada PT. Semen Tonasa, adapun
kebijakan yang berlaku yaitu 5 hari kerja, dari hari senin s/d Jumat sedangkan jam
kerja yang ditetapkan yaitu dari pukul 08.00 s/d 17.00.
Salah satu upaya dalam memperdayakan karyawan yang berprestasi serta
guna menumbuh kembangkan semangat penilaian prestasi kerja karyawan yang
langsung dilakukan oleh pimpinan.
E. Proses Produksi
Produksi merupakan suatu proses kegiatan untuk mengubah bahan-bahan
baku menjadi bahan setengah jadi yang dapat dimanfaatkan. Barang jadi ini lalu
didistribusikan kepada konsumen sesuai dengan kebutuhannya melalui distributor
yang ada. Proses pembuatan semen yang dilakukan oleh PT. Semen Tonasa
(Persero) merupakan proses kering (Dry Process).
46
Proses pembuatan semen tersebut menurut urutan-urutannya adalah
sebagai berikut :
1. Bahan mentah yang terdiri atas :
a. Pasir silica 1-2 %
b. Gypsum 3%
c. Tanah liat 18 %
d. Batu kapur 80 %
2. Proses pembuatan semen yang meliputi :
a. Quary
Batu kapur yang diquary diledakkan dengan menggunakan bahan
peledak. Lalu dengan alat-alat berat batu kapur itu dipilih yang
mempunyai diameter maksimum 170 cm, selanjutnya dimuat dan
diangkut dengan menggunakan Damp Trucks ke atas pemecah.
b. Crusher
Tanah liat yang merupakan hasil query dipecah oleh Hammer Crusher
menjadi ukuran yang kecil-kecil dengan diameter maksimum 36 cm.
c. Clay pit
Tanah liat yang berasal dari clay pit diambil dengan menggunakan
alat-alat berat kemudian diangkat menuju storage hall (tempat
pengumpul).
d. Clay Drier
47
Clay yang terdapat di storage hall dikeringkan dengan clay drier
untuk mendapatkan kadar air maksimum 1 % selanjutnya
dikumpulkan dalam silo.
e. Pasir Silika
Pasir silika diambil dari deposit yang terdapat di daerah Sulawesi
Selatan. Pasir silika ini sebagian diperoleh dari kandungan clay dari
clay pit.
f. Raw Material
Batu kapur, clay dan pasir silika secara bersama-sama digiling dalam
raw material hingga silo. Dalam proses penggilingan tersebut selalu
mendapatkan pengawasan dari laboratorium sehingga raw material
yang dihasilkan langsung siap dibakar.
g. Kiln/Tungku Putar
Raw mill yang berasal dari silo diangkut ke kiln untuk dibakar dengan
temperatur 1350 - 15000C sehingga dapat menghasilkan klinker.
h. Finish Mill
Klinker bersama-sama gypsum yang dengan perbandingan 94 : 4
digiling untuk selanjutnya di dalam proses finish mill menghasilkan
semen. Semen hasil penggilingan ini kemudian disimpan dalam silo-
silo. Semen yang dihasilkan ini siap untuk dikantongkan atau diangkut
ke pelabuhan Biringkassi.
48
F. Produk yang dihasilkan
Produk yang dihasilkan / diproduksi oleh PT Semen Tonasa adalah :
1. Semen Portland Tipe I
Semen Portland Tipe I adalah semen hidrolis yang dibuat dengan
menggiling terak dan gipsim.Semen Portland Tipe I produksi perseroan
memenuhi persyaratan SNI 15-2049-2004 Jenis I dan ASTM C150 – 2004
Tipe I.
Semen Jenis ini digunakan untuk bangunan umum dengan
kekuatan tekanan yang tinggi (tidak memerlukan persyaratan khusus),
seperti bangunan bertingkat tinggi, perumahan, jembatan serta jalan raya,
landasan Bandar udara, beton pratekan, bendungan / saluran irigasi,
elemen bangunan seperti genteng, hollow, brick/batako, paving block, buis
beton, roster dan lain-lain.
2. Semen Portland Komposit
Semen Portland Komposit adalah bahan pengikat hidrolis hasil
penggilingan bersama terak semen Portland dan gipsum dengan satu atau
lebih bahan anorganik, atau hasil pencampuran bubuk semen Portland
dengan bubuk bahan anorganik atau hasil pencampuran bubuk Semen
Portland dengan bubuk bahan anorganik lain.
Semen Portland Komposit produksi PT Semen Tonasa memenuhi
persyaratan SNI 15-7065-2004. Kegunaan semen jenis ini diperuntukan
untuk konstruksi beton umum, pasangan batu bata, plesteran dan acian,
selokan, jalan, pagar dinding, pembuatan elemen bangunan khusus seperti
49
beton pracetak, beton pratekan, panel beton, bata beton (paving block) dan
sebagainya.
3. Semen Portland Pozzolan
Semen Portland Pozzolan adalah semen hidrolis yang terdiri dari
campuran homogen antara semen Portland dan Pozzoland halus yang
diproduksi dengan menggiling klinker semen Portland dan Pozoland
bersama-sama atau mencampur secara rata bubuk semen Portland dan
Pozzoland atau gabungan antara meng-giling dan men-campur, dimana
kadar pozzoland 15% - 40% massa Semen Portland Pozzolan.
Semen Potland Pozzolan produksi perseroan memenuhi
persyaratan SNI 15-0302-2004 type IP-U. Kegunaan: bangunan bertingkat
(2-3 lantai), konstruksi beton umum, konstruksi beton massa seperti
pondasi plat penuh dan ben-dungan, konstruksi bangunan di daerah pantai,
tanah berair (rawa) dan bangunan di lingkungan garam sulfat yang agresif,
serta konstruksi bangunan yang memerlukan kekedapan tinggi seperti
bangunan sanitasi, bangunan perairan, dan penampungan air.
G. Sistem Pemasaran
Keuntungan terbesar PT. Semen Tonasa berasal dari hasil penjualan semen
dalam negeri di kawasan timur Indonesia. Kondisi saat ini menunjukkan tingginya
konsumsi semen dalam negeri yang memberikan keuntungan bagi produsen
semen nasional. Oleh karena itu, pasar semen dalam negeri tetap merupakan pasar
utama yang potensial. Walaupun kondisi pasar dalam negeri sangat potensial,
dengan penuh kesadaran perseroan senantiasa melakukan alternatif strategi-
50
strategi yang terbaik untuk meningkatkan efisiensi operasional dan keuangan
perusahaan.
PT. Semen Tonasa berupaya keras menjalin kerjasama yang baik dengan
para distributor sebagai mediator bisnis penjulan retail semen ke konsumen akhir
di daerah pasar kawasan timur Indonesia seperti Sulawesi, Papua, Bali, Ambon,
dan Nusa Tenggara. Selain itu, perseroan juga membangun kerjasama dengan
proyek-proyek pembangunan infrastuktur pemerintah di kawasan tersebut dengan
menunjuk distributor yang memadai untuk memediasi suplay semen ke kontraktor
proyek.
Perusahaan juga mengekspor kelebihan produksinya ke pasar luar negeri
seperti Kamboja, Filipina, Vietnam dan beberapa Negara tetap seperti Afrika
Selatan, Bangladesh, Madagaskar, Malaysia, Singapura, dan Timor-Timur.
H. Laporan Keuangan
PT. Semen Tonasa dalam menyusun laporan keuangan berdasarkan
periode akuntansi yang dimulai tanggal 1 januari sampai tanggal 31 desember.
Untuk mengetahui labih jelas kondisi keuangan dari PT. Semen Tonasa dalam tiga
tahun terakhir, dapat dilihat sebagai berikut:
Kondisi Keuangan PT. Semen Tonasa Tahun 2010-2012
(Dalam ribuan rupiah)
TAHUNAKTIVA
LANCAR
TOTAL
AKTIVA
KEWAJIBAN
LANCAR
LABA
BERSIH
2010 1.017.517.644 3.510.477.336 923.080.778 542.995.720
2011 1.237.682.866 5.374.843.616 3.136.565.033 544.888.888
2012 1.594.864.239 7.331.627.206 4.685.735.634 642.152.214
Sumber : PT. Semen Tonasa di Pangkep
51
Penyajian kondisi keuangan di sini dimaksudkan untuk menunjukkan
keadaan keuangan PT. Semen Tonasa pada tiga tahun terakhir yaitu tahun 2010-
2012. Keadaan keuangan ini ditunjukkan oleh jumlah harta yang dimiliki PT.
Semen tonasa yang merupaka investasi yang ada di dalam PT. Semen Tonasa.
Sedangkan jumlah kewajiban yang ada menunjukkan besar sumber keuangan
yang digunakan PT. Semen Tonasa nuntuk investasi tersebut.
Penyajian laba bersih dimaksudkan untuk menunjukkan hasil usaha dan
biaya-biaya yang dikeluarkan PT. semen Tonasa. Dengan melihat pendapatan dari
tahun 2010 sampai tahun 2012, tampak adanya peningkatan dari tahun ke tahun.
52
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah mengetahui proses perencanaan dan pengendalian yang telah
dilakukan oleh PT. Semen Tonasa yang telah diuraikan dalam bagian sebelumnya
yaitu pada gambaran umum perusahaan, maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa PT. Semen Tonasa telah melakukan perencanaan dan pengendalian biaya
produksi secara efisien.
Adapun bukti bahwa PT. Semen Tonasa telah melakukan perencaanan dan
pengendalian biaya produksi secara efisien adalah sebagai berikut:
A. Adanya peningkatan efisiensi
Untuk membuktikan bahwa PT. Semen Tonasa telah terjadi peningkatan
efisiensi, berikut ini penulis sajikan data penjualan untuk tahun 2010-2012 yang
tampak pada tabel berikut:
Tabel 2
Data Penjualan Semen Tahun 2010-2012
Tahun PenjualanHarga Pokok
PenjualanLaba Kotor
20102.723.863.787 (1.682.722.369)
1.041.141.418
20113.039.863.341 (1.964.028.725)
1.075.834.616
20123.753.269.551 (2.336.834.200)
1.416.435.351
Sumber data: Laporan Rugi-Laba PT. Semen Tonasa.
52
53
Dari bukti tersebut diatas, jelaslah bahwa dalam proses perencanaan dan
pengendalian biaya produksi yang dilaksanakan oleh PT. Semen Tonasa dapat
dikatakan efisien. Suatu perusahaan dikatakan efisien apabila dengan input yang
kecil didapatkan output yang besar atau dengan input yang sama akan didapatkan
hasil yang besar. Keadaan ini terjadi pada PT. Semen Tonasa, yang dibuktikan
oleh data penjualan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Dari sinilah
terbukti bahwa PT. Semen Tonasa mengalami peningkatan efisiensi.
B. Anggaran dan realisasi biaya produksi
Anggaran merupakan suatu alat didalam perencanaan dan pengendalian
operasi keuangan dalam suatu perusahaan, baik yg bertujuan untuk mendapatkan
laba, oleh karena itu, anggaran merupakan suatu alat yang dapat membantu
manajemen perusahaan.
Dengan adanya anggaran produksi, perusahaan akan mempunyai tolak ukur
untuk menilai, merealisasikan kegiatan perusahaan dimasa yang akan datang
sehingga efisiensi oprasi perusahaan dapat lebih ditingkatkan serta kebijaksanaan
tujuan perusahaan yang telah ditetapkan akan dapat dilaksanakan dengan sebaik-
baiknya.
Anggaran biaya produksi disusun dengan menerapkan biaya standar dalam
upaya mencapai efisiensi, berdasarkan pengalaman sebelumnya. Anggaran
produksi dapat dilihat dalam tabel berikut.
54
Tabel 3
Anggaran dan realisasi biaya produksi PT. Semen Tonasa tahun 2010-2012
Tahun Keterangan Anggaran Realisasi
2010
Biaya bahan baku
Biaya tenaga kerja langsung
Biaya overhead pabrik
104.356.759.246
2.347.312.500
966.332.551
103.354.222.246
2.547.000.000
812.237.529
Jumlah 107.670.404.297 106.713.459.775
2011
Biaya bahan baku
Biaya tenaga kerja langsung
Biaya overhead pabrik
120.640.566.062
2.574.000.000
908.546.180
118.776.165.565
2.748.654.250
854.295.883
Jumlah 124.123.112.242 122.379.115.698
2012
Biaya bahan baku
Biaya tenaga kerja langsung
Biaya overhead pabrik
150.812.523.955
3.100.500.000
1.042.367.102
142.302.166.220
3.247.032.500
998.640.402
Jumlah 154.955.391.057 146.547.839.122
Sumber: PT. Semen Tonasa ( Data diolah)
Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa, rencana biaya produksi pada tahun
2010 sebesar Rp 107.670.404.297,- sedangkan realisasinya sebesar Rp
106.713.459.775,- pada tahun 2011 yang direncanakan sebesar Rp
124.123.112.242,- realisasinya sebesar Rp 122.379.115.698,- dan pada tahun
2012 biaya produksi yang direncanakan sebesar Rp 154.955.391.057,-
realisasinya sebesar Rp 146.547.839.122,- . Rencana dan realisasi biaya produksi
dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.
55
Untuk menunjukan kegiatan produksi semen, perlu dihitung adanya
alokasi anggaran biaya produksi diperlukan untuk mengetahui berapa anggaran
dan realisasinya. Berikut disajikan anggaran biaya produksi.
1. Anggaran dan realisasi biaya bahan baku
Berdasarkan data anggaran biaya bahan baku yang dikeluarkan dalam
proses produksi semen selama tahun 2010, maka anggaran biaya bahan baku
diperoleh dari kuantitas bahan baku dikali dengan harga dari masing-masing
bahan baku, yang dapat dilihat melalui tabel berikut ini :
Tabel 4
Anggaran biaya bahan baku tahun 2010
No Jenis bahan baku Kuantitas(ton)
Harga(Rp)
Jumlah
1 Batu kapur 4.173.125,39 13.602,94 56.766.774.293
2 Tanah liat 1.594.868 12.797,34 20.410.068.051
3 Pasir Silika 25.085 42.082,41 1.055.637.255
4 Gipsum 117.694,51 221.966,85 26.124.279.647
Jumlah 5.910.772,90 290.449,54 104.356.759.246
Sumber: PT. Semen Tonasa (data diolah)
Dari data tersebut di atas, nampak bahwa anggaran biaya bahan baku
yang dikeluarkan dalam proses produksi semen selama tahun 2010 diperoleh
dari kuantitas bahan baku perton dan harga beli dari masing-masing bahan
baku yang digunakan dalam produksi semen.
Selanjutnya akan disajikan data realisasi biaya bahan baku dalam proses
produksi semen yang dapat dilihat pada tabel 4 sebagai berikut :
56
Tabel 5
Realisasi biaya bahan baku tahun 2010
No Jenis bahan baku Kuantitas(ton)
Harga(Rp)
Jumlah
1 Batu kapur 4.148.501 13.521,75 56.094.993.397
2 Tanah liat 1.607.791,16 12.681,09 20.388.544.401
3 Pasir Silika 25.020,58 41.647,45 1.042.043.355
4 Gipsum 117.055 220.653,89 25.828.641.094
Jumlah 5.898.368 288.504,18 103.354.222.246
Sumber: PT. Semen Tonasa (data diolah)
Dari tabel mengenai realisasi biaya bahan baku dalam produksi semen
selama tahun 2010, nampak bahwa total biaya bahan baku yang dikeluarkan
oleh perusahaan adalah sebesar Rp 103.354.222.246,-. Hal ini berarti bahwa
anggaran yang dikeluarkan oleh perusahaan sebesar Rp 104.356.759.246,-
lebih besar daripada realisasi bahan baku.
Tabel 6
Anggaran biaya bahan baku tahun 2011
No Jenis bahan baku Kuantitas(ton)
Harga(Rp)
Jumlah
1 Batu kapur 4.338.596 13.639,39 59.175.802.896
2 Tanah liat 1.193.066 13.370,73 15.952.163.358
3 Pasir Silika 165.567 40.070,45 6.634.344.195
4 Gipsum 149.056 260.829,86 38.878.255.612
Jumlah 5.846.285 327.910,43 120.640.566.062
Sumber data: PT. Semen Tonasa (data diolah)
57
Dari data tersebut di atas, nampak bahwa anggaran biaya bahan baku
yang dikeluarkan dalam proses produksi semen selama tahun 2011 diperoleh
dari kuantitas bahan baku perton dan harga beli dari masing-masing bahan
baku yang digunakan dalam produksi semen.
Dari data anggaran biaya bahan baku, maka selanjutnya akan disajikan
data realisasi biaya bahan baku dalam proses produksi semen yang dapat
dilihat pada berikut :
Tabel 7
Realisasi biaya bahan baku tahun 2011
No Jenis bahan baku Kuantitas(ton)
Harga(Rp)
Jumlah
1 Batu kapur 4.377.045 13.447,52 58.860.400.178
2 Tanah liat 1.353.334 12.864,58 17.410.073.510
3 Pasir Silika 128.503 40.843,44 5.248.504.570
4 Gipsum 148.541 250.820,90 37.257.187.307
Jumlah 6.007.423 317.976,44 118.776.165.565
Sumber data: PT. Semen Tonasa (data diolah)
Dari tabel mengenai realisasi biaya bahan baku dalam produksi semen
selama tahun 2011, nampak bahwa total biaya bahan baku yang dikeluarkan
oleh perusahaan adalah sebesar Rp 118.776.165.565,-. Hal ini berarti bahwa
anggaran yang dikeluarkan oleh perusahaan sebesar Rp 120.640.566.062,-
lebih besar daripada realisasi bahan baku.
58
Tabel 8
Anggaran biaya bahan baku tahun 2012
No Jenis bahan baku Kuantitas(ton)
Harga(Rp)
Jumlah
1 Batu kapur 4.609.562 13.729,84 63.288.548.730
2 Tanah liat 1.440.329 14.370,73 20.698.579.170
3 Pasir Silika 298.652 41.082,41 12.269.343.911
4 Gipsum 195.057 279.692,87 54.556.052.144
Jumlah 6.543.600 348.875,85 150.812.523.955
Sumber : PT. Semen Tonasa (Data diolah)
Dari data tersebut di atas, nampak bahwa anggaran biaya bahan baku
yang dikeluarkan dalam proses produksi semen selama tahun 2012 diperoleh
dari kuantitas bahan baku perton dan harga beli dari masing-masing bahan
baku yang digunakan dalam produksi semen. Selanjutnya akan disajikan data
realisasi biaya bahan baku dalam proses produksi semen yang dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 9
Realisasi biaya bahan baku tahun 2012
No Jenis bahan baku Kuantitas(ton)
Harga(Rp)
Jumlah
1 Batu kapur 4.605.589 13.547,37 62.393.618.251
2 Tanah liat 1.293.066 12.568,71 16.252.171.565
3 Pasir Silika 271.278 40.521,52 10.992.596.903
4 Gipsum 192.976 272.903,26 52.663.779.502
Jumlah 6.362.909 339.540,86 142.302.166.220
Sumber : PT. Semen Tonasa (Data diolah)
59
Dari tabel mengenai realisasi biaya bahan baku dalam produksi semen
selama tahun 2010, nampak bahwa total biaya bahan baku langsung yang
dikeluarkan oleh perusahaan adalah sebesar Rp 142.302.166.220,-. Hal ini
berarti bahwa anggaran yang dikeluarkan oleh perusahaan sebesar Rp
150.812.523.955,- lebih besar daripada realisasi bahan baku.
Berdasarkan data anggaran dan realisasi biaya bahan baku dalam proses
produksi semen selama tahun 2010 sampai tahun 2012 maka dapat diketahui
varians biaya bahan baku yang dapat dilihat melalui tabel berikut ini:
2. Anggaran dan Realisasi Biaya Tenaga Kerja Langsung
Untuk mengetahui besarnya anggaran dan realisasi biaya tenaga kerja
langsung dalam proses produksi semen tonasa dapat dilihat dalam tabel
berikut.
Tabel 10
Anggaran biaya tenaga kerja langsung tahun 2010-2012
Keterangan tahun 2010 tahun 2011 tahun 2012
jumlah tenaga kerjalangsung
2.250 2.400 2.650
upah kerja(jam)
5.250 5.500 5.700
jumlah tenaga kerja 195 195 200
Anggaran biayatenaga kerja langsung
(Rp)
2.347.312.500 2.574.000.000 3.100.500.000
Sumber: PT. Semen Tonasa (data diolah).
Berdasarkan data tersebut di atas nampak bahwa anggaran biaya tenaga
kerja langsung yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam produksi semen tahun
60
2010 adalah sebesar Rp.2.347.312.500,- tahun 2011 sebesar Rp
2.574.000.000,- dan tahun sebesar Rp 3.100.500.000,-
Data realisasi biaya tenaga kerja langsung dalam proses produksi semen
selama tahun 2010 dapat disajikan melalui tabel berikut ini:
Tabel 11
Realisasi biaya tenaga kerja langsung tahun 2010-2012
Keterangan tahun 2010 tahun 2011 tahun 2012
jumlah tenaga kerjalangsung
2.400 2.563 2.775
upah kerja(jam)
5.400 5.550 5.850
jumlah tenaga kerja 195 195 200
Anggaran biayatenaga kerja langsung
(Rp)
2.547.000.000 2.748.654.250 3.247.032.500
Sumber: PT. Semen Tonasa (data diolah).
Berdasarkan data tersebut di atas nampak bahwa realisasi biaya tenaga
kerja langsung yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam produksi semen tahun
2010 samapai 2012 lebih besar dibandingkan dengan anggaran yang
dikeluarkan oleh perusahaan dimana realisasi tahun 2010 Rp 2.547.000.000,-
tahun 2011 sebesar Rp 2.748.654.250,- dan tahun 2012 sebesar Rp
3.247.032.500,-
3. Anggaran dan Realisasi Biaya Overhead Pabrik
Untuk melakukan kegiatan produksi semen, maka diperlukan biaya
overhead pabrik, yang terdiri dari biaya bahan penolong, biaya pemakaian
kantong semen, biaya tenaga kerja tak langsung, biaya angkutan bahan baku,
61
biaya pemakaian bahan bakar, biaya listrik, biaya pemeliharaan, serta biaya
umum yang dapat dilihat melalui tabel berikut ini:
Tabel 12
Anggaran biaya overhead pabrik tahun 2010
(dalam ribuan rupiah)
No Jenis biaya overhead pabrik biaya tetap biaya variabel total biaya
1 Biaya Bahan Penolong - 674.780 674.780
2 Biaya kemasan - 195.990.812 195.990.812
3 Biaya tenaga kerja tak langsung 137.626.533 - 137.626.533
4 Biaya angkutan bahan baku - 5.313.668 5.313.668
5 Biaya pemakaian bahan bakar - 1.569.410 1.569.410
6 Biaya listrik 5.400.585 379.435.422 384.836.007
7 Biaya pemeliharaan 8.063.143 183.299.657 191.362.800
8 Biaya umum 48.958.541 - 48.958.541
Jumlah 200.048.802 766.283.749 966.332.551
Sumber : PT. Semen Tonasa (data diolah)
Berdasarkan data anggaran biaya overhead pabrik yang dikeluarkan oleh
perusahaan dalam produksi semen selama tahun 2010, nampak bahwa jumlah
anggaran biaya overhead pabrik sebesar Rp 966.332.551,- dengan perincian
untuk biaya tetap sebesar Rp 200.048.802,- sedangkan biaya variabel yang
dikeluarkan sebesar Rp 766.283.749,-
62
Tabel 13
Anggaran biaya overhead pabrik tahun 2011
(dalam ribuan rupiah)
No Jenis biaya overhead pabrik biaya tetap biaya variabel total biaya
1 Biaya Bahan Penolong - 653.946 653.946
2 Biaya kemasan - 200.140.910 200.140.910
3 Biaya tenaga kerja tak langsung 128.686.000 - 128.686.000
4 Biaya angkutan bahan baku - 6.674.002 6.674.002
5 Biaya pemakaian bahan bakar - 1.497.666 1.497.666
6 Biaya listrik 4.958.474 339.778.031 344.736.505
7 Biaya pemeliharaan 6.753.427 173.560.666 180.314.093
8 Biaya umum 45.843.058 - 45.843.058
Jumlah 186.240.959 722.305.221 908.546.180
Sumber : PT. Semen Tonasa (data diolah)
Berdasarkan data anggaran biaya overhead pabrik yang dikeluarkan oleh
perusahaan dalam produksi semen selama tahun 2011, nampak bahwa jumlah
anggaran biaya overhead pabrik sebesar Rp 908.546.180,- dengan perincian
untuk biaya tetap sebesar Rp 186.240.959,- sedangkan biaya variabel yang
dikeluarkan sebesar Rp 722.305.221,-
Tabel 14
Anggaran biaya overhead pabrik tahun 2012
(dalam ribuan rupiah)
No Jenis biaya overhead pabrik biaya tetap biaya variabel total biaya
1 Biaya Bahan Penolong - 64.240 64.240
2 Biaya kemasan - 223.464.882 223.464.882
3 Biaya tenaga kerja tak langsung 136.654.686 - 136.654.686
4 Biaya angkutan bahan baku - 5.627.514 5.627.514
5 Biaya pemakaian bahan bakar - 1.399.579 1.399.579
63
6 Biaya listrik 3.683.374 384.063.793 387.747.167
7 Biaya pemeliharaan 4.545.531 210.310.722 214.856.253
8 Biaya umum 72.552.781 - 72.552.781
Jumlah 217.436.372 824.930.730 1.042.367.102
Sumber : PT. Semen Tonasa (data diolah)
Berdasarkan data anggaran biaya overhead pabrik yang dikeluarkan oleh
perusahaan dalam produksi semen selama tahun 2012, nampak bahwa jumlah
anggaran biaya overhead pabrik sebesar Rp 1.042.367.102,- dengan perincian
untuk biaya tetap sebesar Rp 217.436.372,- sedangkan biaya variabel yang
dikeluarkan sebesar Rp 824.930.730,-
C. Analisis Varians Anggaran Biaya Produksi
Anggaran biaya produksi yang ditetapkan oleh perusahaan seringkali
terjadi varians biaya. Oleh karena itulah maka perlu dilakukan perbandingan
antara anggaran dan realisasi biaya produksi, dan perlu dilakukan analisis varians
biaya, adapun varians biaya produksi khususnya pada PT. Semen Tonasa yaitu
sebagai berikut:
1. Varians biaya bahan baku
Berdasarkan data anggaran dan realisasi biaya bahan baku tahun 2010
maka varians biaya bahan baku dapat dihitung sebagai berikut:
a. Batu Kapur
SHBB = (Hs – Hst) x Ks
= (13.521,75 – 13.602,94) x 4.148.501
= Rp 336.816.796,19 (Favorable)
64
SKBB = ( Ks – Kst ) x Hst
= (4.148.501 – 4.173.125,39) x 13.602,94
= Rp 334.964.099,71 (Favorable)
b. Tanah Liat
SHBB = (Hs – Hst) x Ks
= (12.681,09 – 12.797,34) x 1.607.791,16
= Rp 186.905.722,35 (Favorable)
SKBB = ( Ks – Kst ) x Hst
= (1.607.791,16 – 1.594.868) x 12.797,34
= Rp 165.382.072,39 (Unfavorable)
c. Pasir Silika
SHBB = (Hs – Hst) x Ks
= (41.647,45 – 42.082,41) x 25.020,58
= Rp 10.882.951,477 (favorable)
SKBB = ( Ks – Kst ) x Hst
= (25.020,58 – 25.085) x 42.082,41
= Rp 2.710.948,85 (Favorable)
d. Gipsum
SHBB = (Hs – Hst) x Ks
= (220.653,89 – 221.966,85) x 117.055
= Rp 153.688.532,8 (Favorable)
SKBB = ( Ks – Kst ) x Hst
= (117.055 – 117.694,51) x 221.966,85
65
= Rp 282.606,36 (Favorable)
Berdasarkan data anggaran dan realisasi biaya bahan baku tahun 2011
maka varians biaya bahan baku dapat dihitung sebagai berikut:
a. Batu Kapur
SHBB = (Hs – Hst) x Ks
= (13.447,52 – 13.639,39) x 4.377.045
= Rp 839.823.624,15 (Favorable)
SKBB = ( Ks – Kst ) x Hst
= (4.377.045 – 4.338.596) x 13.639,39
= Rp 524.420.906,11 (Unfavorable)
b. Tanah Liat
SHBB = (Hs – Hst) x Ks
= (12.864,58 – 13.370,73) x 1.353.334
= Rp 684.990.004,1 (favorable)
SKBB = ( Ks – Kst ) x Hst
= (1.353.334 – 1.193.066) x 13.370,73
= Rp 2.142.900.155,6 (Unfavorable)
c. Pasir Silika
SHBB = (Hs – Hst) x Ks
= (40.843,44 – 41.082,41) x 128.503
= Rp 30.708.361,91 (favorable)
SKBB = ( Ks – Kst ) x Hst
= (128.503 – 298.652) x 41.082,41
66
= Rp 6.990.130.979,1 (Favorable)
d. Gipsum
SHBB = (Hs – Hst) x Ks
= (250.820,90 – 260.829,86) x 148.541
= Rp 1.486.740,93 (Favorable)
SKBB = ( Ks – Kst ) x Hst
= (148.541 – 149.056) x 260.829,86
= Rp 134.327.377,9 (Favorable)
Berdasarkan data anggaran dan realisasi biaya bahan baku tahun 2012
maka varians biaya bahan baku dapat dihitung sebagai berikut:
a. Batu Kapur
SHBB = (Hs – Hst) x Ks
= (13.547,37 – 13.729,84) x 4.609.562
= Rp 841.106.778,14 (Favorable)
SKBB = ( Ks – Kst ) x Hst
= (4.605.589 – 4.609.562) x 13.729,84
= Rp 54.548.654,32 (Favorable)
b. Tanah Liat
SHBB = (Hs – Hst) x Ks
= (12.568,71 – 14.370,73) x 1.293.066
= Rp 2.330.130.793,3 (Favorable)
SKBB = ( Ks – Kst ) x Hst
= (1.293.066 – 1.440.329) x 14.370,73
67
= Rp 2.116.276.812 (favorable)
c. Pasir Silika
SHBB = (Hs – Hst) x Ks
= (40.521,52 – 41.082,41) x 271.278
= Rp 152.157.117,42 (favorable)
SKBB = ( Ks – Kst ) x Hst
= (271.278 – 298.652) x 41.082,41
= Rp 1.124.589.891,3 (Favorable)
d. Gipsum
SHBB = (Hs – Hst) x Ks
= (272.903,26 – 279.692,87) x 192.976
= Rp 1.310.231.779,4 (Favorable)
SKBB = ( Ks – Kst ) x Hst
= (192.976 – 195.057) x 279.692,87
= Rp 619.498.862,47 (Favorable)
Hasil perhitungan varians biaya bahan baku pada tahun 2010 sampai
dengan tahun 2012 yang menunjukkan bahwa varians biaya bahan baku yang
digunakan dalam memproduksi semen menguntungkan (favorable) sebesar
18.256.259.434,18,- faktor yang menyebabkan terjadinya selisih yang
favorable (menguntungkan) karena tepatnya pengendalian biaya bahan baku
langsung dalam produksi semen dan selain itu penetapan anggaran telah
berperan sebagai alat pengendalian biaya produksi khususnya pada PT. Semen
Tonasa (Persero).
68
2. Varians Biaya Tenaga Kerja Langsung
Adapun varians biaya tenaga kerja langsung yang dikeluarkan oleh
perusahaan selama tahun 2010 dapat diperincikan sebagai berikut :
a. Varians Tarif Upah
STU = ( Ts – Tst ) x Js
STU = (5.350 – 5.250) x 195 orang x 2.400 jam
= Rp. 46.800.000,- (Unfavorable/merugikan)
b. Varians Efisiensi
SE = ( Js - Jst ) . Tst
= (2.400 – 2.250) x 195 orang x 5.250
= Rp.153.562.500,- (Unfavorable / merugikan)
Varians biaya tenaga kerja langsung yang dikeluarkan oleh perusahaan
selama tahun 2011 dapat diperincikan sebagai berikut :
a. Varians Tarif Upah
STU = ( Ts – Tst ) x Js
STU = (5.550 – 5.500) x 195 orang x 2.563 jam
= Rp. 24.989.250,- (Unfavorable/merugikan)
b. Varians Efisiensi
SE = ( Js - Jst ) . Tst
= (2.563 – 2.400) x 195 orang x 5.500
= Rp.174.817.500,- (Unfavorable / merugikan)
Varians biaya tenaga kerja langsung yang dikeluarkan oleh perusahaan
selama tahun 2012 dapat diperincikan sebagai berikut :
69
a. Varians Tarif Upah
STU = ( Ts – Tst ) x Js
STU = (5.850 – 5.700) x 195 orang x 2.775 jam
= Rp. 81.168.750,- (Unfavorable/merugikan)
b. Varians Efisiensi
SE = ( Js - Jst ) . Tst
= (2.775 – 2.650) x 195 orang x 5.700
= Rp.138.937.500,- (Unfavorable / merugikan)
Hasil perhitungan varians biaya tenaga kerja langsung terjadi selisih yang
merugikan (unfavorable) sebesar Rp. 620.275.500,- Dimana faktor yang
menyebabkan terjadi selisih yang merugikan karena adanya pemborosan dalam
pemakaian jam tenaga kerja langsung dan selain itu upah yang dianggarkan
tidak sesuai dengan realisasi biaya tenaga kerja langsung dalam produksi
semen.
3. Varians Biaya Overhead Pabrik
Berdasarkan data mengenai anggaran dan realisasi biaya overhead pabrik
dapat dihitung sebagai berikut:
BOP dibebankan = Kapasitas Sesungguhnya × Tarif BOP
Tarif BOP = BOP StandarKapasitas Normal
= Rp. 966.332.5512.400 jam
= Rp 402.639
70
BOP dibebankan = Kapasitas Sesungguhnya × Tarif BOP
= 2.400 jam × Rp 402.639
= Rp 966.333.600,-
ST BOP = (BOPS – BOP dibebankan)
= (Rp 812.237.529,- – Rp 966.333.600,-)
= Rp 154.096.071,- (favorable)
Dari perhitungan di atas nampak adanya selisih yang menguntungkan
sebesar Rp 154.096.071,- disebabkan karena BOP yang sesungguhnya lebih
kecil dari apa yang dianggarkan.
Berdasarkan data mengenai anggaran dan realisasi biaya overhead pabrik
tahun 2011, maka varians biaya overhead pabrik dapat dihitung sebagai
berikut:
BOP dibebankan = Kapasitas Sesungguhnya × Tarif BOP
Tarif BOP = BOP StandarKapasitas Normal
= Rp 908.546.180,-2.563 jam
= Rp 354.485,-
BOP dibebankan = Kapasitas Sesungguhnya × Tarif BOP
= 2.563 jam × Rp 354.485,-
= Rp 908.545.055,-
ST BOP = (BOPS – BOP dibebankan)
= (Rp 854.295.883,- – Rp 908.545.055,-)
= Rp 54.249.172,-
71
Dari perhitungan di atas nampak adanya selisih yang menguntung
sebesar Rp 54.249.172,- disebabkan karena BOP yang sesungguhnya lebih
kecil dari apa yang dianggarkan.
Berdasarkan data mengenai anggaran dan realisasi biaya overhead pabrik
tahun 2012, maka varians biaya overhead pabrik dapat dihitung sebagai
berikut:
BOP dibebankan = Kapasitas Sesungguhnya × Tarif BOP
Tarif BOP = BOP StandarKapasitas Normal
= Rp 1.042.367.102,-2.775 jam
= Rp 375.628,-
BOP dibebankan = Kapasitas Sesungguhnya × Tarif BOP
= 2.775 jam × Rp 375.628,-
= Rp 1.042.367.700,-
ST BOP = (BOPS – BOP dibebankan)
= (Rp 998.640.402,- – Rp 1.042.367.700,-)
= Rp 43.727.298,-
Dari perhitungan diatas tampak adanya selisih menguntungkan sebesar
Rp 43.727.298,- disebabakan karena adanya anggaran yang ditentukan lebih
besar dari pada realisasinya.
Atas uraian pembahasan diatas, maka dapat perhitungan bahwa akan
lebih baik jika perusahaan dalam melakukan perencanaan dan pengendalian
biaya produksi menggunakan anggaran, dengan metode analisis selisish
72
(varians). Hal ini mengingat bahwa dapat dilakukan revisi apabila terjadi
penyimpangan atau selisih yang tidak menguntungkan pada tahun-tahun
berikutnya dan dapat diketahui penyebab terjadinya selisih tersebut. Sehingga
hipotesis yang mengatakan bahwa ada hubungan perencanaan dan
pengendalian biaya produksi terhadap peningkatan efisiensi pada PT. Semen
Tonasa dapat diterima, karena dengan melihat selisih yang terjadi, maka dapat
dikatakan bahwa dengan menetapkan suatu anggaran maka perencanaan dan
pengendalian biaya produksi dapat berjalan secara efisien.
73
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil análisis mengenai hubungan perencanaan dan
pengendalian biaya produksi terhadap peningkatan efisiensi pada PT. Semen
Tonasa maka akan disajikan beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1. PT. Semen Tonasa adalah perusahaan yang bergerak di bidang produksi
2. Struktur organisasi perusasahaan sudah baik, struktur organisasi yang
digunakan adalah struktur organisasi lini (garis) untuk memisahkan
tanggungjawab dan tugas dari setiap bagian.
3. PT. Semen Tonasa melakukan perencanaan biaya produksi melalui biaya
dan melakukan pengendalian dengan membandingkan biaya tersebut
dengan realisasi pada akhir periode.
4. Perusahaan telah menyusun biaya produksi yang terdiri dari biaya vahan
baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overead pabrik.
5. Dalam kegiatan usahanya, PT. Semen Tonasa telah melakukan
perencanaan dan pengendalian biaya produksi secara efisien dibuktikan
dengan adanya peningkatan efisiensi tiap tahunnya.
6. PT. Semen Tonasa telah menunjukkan bahwa anggaran biaya bahan baku
telah dilakukan secara efektif, alasannya karena adanya selisih yang
efektif/favorable. Hal ini didasari oleh karena penggunaan bahan baku
telah efisien dalam produksi semen.
73
74
7. Berdasarkan análisis anggaran dan realisasi biaya tenaga kerja
menunjukkan belum efisien, hal ini disebabkan karena penerapan anggaran
biaya tenaga kerja belum dilakukan secara efisien dan efektif.
8. Anggaran dan realisasi biaya overhead pabrik pada PT. Semen Tonasa
telah dilakukan secara efisien. Hal ini disebabkan karena penerapan biaya
overhead pabrik telah dilakukan secara efisien.
B. Saran-Saran
Adapun saran-saran dari hasil penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
1. Disarankan agar perlunya perusahaan lebih meningkatkan efisiensi dalam
perencanaan dan pengendalian anggaran biaya produksi.
2. Terciptanya kedisiplinan dan kerjasama antar pihak, dan mengantisipasi
penyimpangan yang ada, sehingga akan sangat membantu dalam mencapai
tujuan perusahaan.
3. Disarankan agar perlunya perusahaan memperbaiki anggaran biaya tenaga
kerja langsung agar penerapannya efisien.
4. Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu, penulis memberikan saran kepada peneliti selanjutnya
sebaiknya melakukan penelitian terhadap perencanaan dan pengendalian
biaya produksi secara fokus dan aplikatif dengan menambah jumlah objek
penelitian maupun memperpanjang dan mendetailkan data time series,
misalnya perbulan di tiap tahun penelitian serta diharapkan agar dapat
menambah referensi tentang materi ini.
75
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, kamaruddin. 2011. Akuntansi Manajemen. Jakarta. PT. RajaGrafindoPersada.
Bustami, Bastian dan Nurlela. 2006. Akuntansi Biaya. Cetakan Pertama.Yogyakarta. Graha Ilmu.
Bustami, Bastian dan Nurlela. 2009. Akuntansi Biaya. Edisi pertama. Jakarta.Mitra Wacana Media.
Carter, William K. 2009. Akuntansi Biaya. Edisi 14. Terjemahan oleh Krista.Jakarta. Salemba Empat.
Don R, Hansen dan Maryanne M, Mowen. 2004. Akuntansi Manajemen. Edisi 7.Jakarta. Selemba Empat.
Halim, Abdul. 2007. Dasar-dasar Akuntansi Biaya. Edisi 4. Yogyakarta. BPFE.
Herlambang, susatyo. 2013. Pengantar Manajemen. Cetakan pertama.Yogyakarta. Gosyen Publishing.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi keuangan, per 1 Juli 2009,Jakarta. Salemba Empat.
Mulyadi. 2005. Akuntansi Biaya. Edisi 5. Universitas Gadja Mada. Yogyakarta.Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.
Mulyadi. 2007. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen. Jakarta.Salemba Empat.
Robbins, Stephen P dan Coulter, Mary. 2007. Manajemen. Edisi 8. Terjemahanoleh Ernawati Lestari. Jakarta. Indeks.
Robert N, Anthony dan Vijay, Govindarajan. 2005. Sistem PengendalianManajemen. Jakarta. Salemba Empat.
R. A. Supriyono. 2007. Akuntansi Biaya. Yogyakarta. BPFE.
Usry, dan Carter. 2005. Akuntansi Biaya. Buku 2. Edisi 13. Jakarta. SalembaEmpat.
Wasilah Dunia, Ahmad Firdaus. 2009. Akuntansi Biaya. Edisi 2. Jakarta. SalembaEmpat.
RIWAYAT HIDUP
SRY WAHYUNI PUTRI, lahir di Rumbia pada tanggal 9
April 1992. Anak pertama yang merupakan buah kasih sayang
dari pasangan SYAHRIM dan ROSMAWATI. Penulis
menempuh pendidikan taman kanak-kanak pada tahun 1997 di
TK Pertiwi Baraka dan tamat pada tahun 1998. Pada tahun yang sama, penulis
melanjutkan pendidikan dasar pada tahun 1998 di MI GUPPI Rumbia dan tamat
tahun 2004. Kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke
jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 1 Baraka dan tamat
pada tahun 2007. Penulis melanjutkan pendidikan lagi ke jenjang Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) di SMK Negeri 1 Parepare pada tahun 2007 dan
tamat pada tahun 2010. Pada tahun yang sama penulis diterima melalui Seleksi
Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
dan Bisnis di Universitas Muhammadiyah Makassar Program Strata Satu (S1).