diktat mhs teknik kimia

Upload: muztika-andriana-rahmawati

Post on 07-Jul-2018

250 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 Diktat Mhs teknik kimia

    1/42

    i

    BUKU AJAR

    REAKTOR DAN KATALIS(Bagian 2)

    Oleh

    Dr. Megawati, S.T.,M.T.NIP. 197211062006042001

    PROGRAM STUDI S1 TEKNIK KIMIAFAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG2013

  • 8/18/2019 Diktat Mhs teknik kimia

    2/42

    ii

    KATA PENGANTAR

    Bahan ajar ini disusun untuk menyediakan bacaan akademik yang berbahasa Indonesia

    bagi mahasiswa Prodi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang, yang

    mengambil mata kuliah Reaktor dan Katalis. Materi yang disajikan dalam bahan ajar ini terdiri dari

    kinetika reaksi dengan katalis, yang meliputi reaksi homogen (reaksi dengan katalis cair-cair), reaksi

    heterogen padat-cair, reaksi heterogen gas-ciar, dan reaksi heterogen padat-gas-cair. Mengingat

    luasnya cakupan materi, maka dalam bahan ajar ini, contoh soal yang dipilih hanya diambilkan pada

    beberapa studi kasus reaktor dan katalis. Penulis mengakui bahwa bahan ajar ini belum mampumenjawab seluruh permasalahan yang berkaitan dengan Reaktor dan Katalis, khususnya berbagai

    jenis reaktor. Jenis-jenis reaktor dan unjuk kerjanya akan disusun dalam buku lain. Namun demikian,

    bahan ajar ini diharapkan dapat membantu mahasiswa untuk mengetahui dasar-dasar pengetahuan

    yang berkenaan dengan kinetika reaksi dengan katalis, untuk selanjutnya digunakan dalam kegiatan

    pembelajaran di dalam ruang kuliah.

    Pada beberapa bagian contoh dan latihan soal terlihat bahwa keahlian di dalam

    menyelesaikan persamaan matematis berbentuk integral dan turunan mulai terasa sulit. Demikian

    juga, beberapa materi penting juga perlu diselesaian dengan metode grafis. Oleh karena itu, tingkat

    pemahaman yang tinggi tentang teknik perhitungan kinetika reaksi dengan katalis akan dapat dicapai

    jika metode pembelajaran yang dipakai tidak hanya pemahaman tetapi juga penerapan cara

    perhitungan secara langsung. Penulis mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah

    membantu tersusun dan terbitnya bahan ajar ini, juga berbagai masukan dan kritikan demi

    kesempurnaannya di masa datang. Semoga bermanfaat.

    Semarang, Desember 2013

    Megawati

  • 8/18/2019 Diktat Mhs teknik kimia

    3/42

    iii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ................................................................................................................ i

    KATA PENAGANTAR ........................................................................................................... ii

    DAFTAR ISI ........................................................................................................................ iii

    PENDAHULUAN.................................................................................................................. 1

    BAB I KATALISATOR ........................................................................................................ 6

    BAB III KINETIKA REAKSI DENGAN KATALIS CAIR-CAIR ............................................ 13

    BAB IV KINETIKA REAKSI DENGAN KATALIS PADAT-CAIR ......................................... 16

    BAB V KINETIKA REAKSI DENGAN KATALIS GAS-CAIR............................................... 20

    BAB VI KINETIKA REAKSI DENGAN KATALIS PADAT-GAS-CAIR ................................ 41

    DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 51

    INDEX ............................................................................................................................... 52

  • 8/18/2019 Diktat Mhs teknik kimia

    4/42

    iv

    PENDAHULUAN

    Setiap industri kimia selalu didesain untuk memproduksi suatu produk dari bahan

    bakunya secara ekonomis. Bahan baku perlu dilakukan pretreatment sebelum direaksikan

    untuk menjadi produk. Produk yang dihasilkan selanjutnya perlu dimurnikan, dipisahkan

    untuk menjadi final product yang berkualitas ketika dipasarkan. Proses sederhana dan

    singkat di atas memberikan gambaran bahwa reaksi kimia memegang peranan yang cukup

    penting, karena merupakan faktor utama untuk mendesain sebuah reaktor kimia, sebagai

    tempat untuk mengubah bahan baku menjadi produk.Kinetika reaksi kimia dengan katalis merupakan bagian yang sangat penting

    dipelajari dengan tujuan untuk mengetahui tentang katalis, fungsi katalis pada reaksi kimia,

    mekanisme reaksi dengan katalis, kinetika reaksi homogen (dengan katalis cair-cair), dan

    kinetika reaksi heterogen (padat-cair, gas-cair, dan padat-gas-cair). Beberapa hal sangat

    penting untuk disiapkan sebelum mempelajari tentang kinetika reaksi kimia homogen dan

    heterogen, diantaranya: menyusun persamaan reaksi dengan katalis, menyelesaikan

    persamaan diferensial secara numeris, menganalisis mekanisme perpindahan massa dan

    reaksi kimia, dan menentukan tahapan yang mengontrol reaksi kimia dengan katalis.

    Adapun tinjauan mata kuliah dapat dituliskan sebagai berikut.

    A. Deskripsi Singkat Mata kuliah

    Bagian-bagian yang akan dipelajari meliputi katalis, fungsi dan mekanisme reaksi dengan

    katalis, kinetika reaksi dengan katalis cair-cair, kinetika reaksi dengan katalis padat-cair,

    kinetika reaksi dengan katalis gas-cair, dan kinetika reaksi dengan katalis padat-gas-cair.

    B. Kegunaan Mata kuliah

    Buju ajar ini berguna sebagai buku panduan mahasiswa dalam mata kuliah Reaktor dan

    Katalis. Melalui buku ajar ini mahasiswa diharapkan dapat menyusun persamaan

    matematika sesuai mekanisme reaksi dan menghitung parameter perpindahan massa dan

    reaksi kimianya serta menganalisis manakah mekanisme yang mengontrol.

  • 8/18/2019 Diktat Mhs teknik kimia

    5/42

    v

    C. Standar Kompetensi Mata kuliah

    Menyusun persamaan kinetika reaksi dengan katalis, menyelesaikannya, dan menganalisismekanisme yang mengontrol.

    Bagian-bagian tersebut di atas akan dikemas untuk mengantarkan mahasiswa

    menguasai perhitungan kinetika reaksi homogeny dan heterogen dan melakukan analisis.

    Tidak hanya suatu usaha yang membutuhkan modal dasar, pemahaman materi kuliah juga

    memerlukan modal dasar, yang salah satunya adalah memahami materi sebelumnya yang

    berkaitan dengan materi yang akan diajarkan.

  • 8/18/2019 Diktat Mhs teknik kimia

    6/42

    6

    BAB 1. KATALISATOR

    Katalisator mempunyai kontribusi, yang dapat dilihat pada Tabel 1, yang sangat

    besar pada berbagai bidang terutama di dalam industri kimia. Membeli, menggunakan, dan

    mengganti katalisator yang digunakan di dalam suatu proses produksi adalah yang

    dilakukan oleh industri di Indonesia. Hal ini disebabkan karena sampai saat ini peranan dan

    fungsi katalisator di dalam reaksi terutama di Indonesia baru pada tahap hafalan terhadap

    definisi klasik katalisator, maka dipandang sangat membantu untuk membicarakan pula

    contoh –contoh katalisator di dalam industri.

    Tabel 1. Awal penggunaan katalisator di dalam industir, 1935-1976

    Tahun Pertama Katalisator Bidang Industri1936 Katalisator Perengkah Petroleum1941 TeknologiFluid - bed Petroleum dan Petrokimia1942 Katalisator Perengkah

    ThermoforPetroleum

    1942 Alkilasi Parafin Petroleum1950 KatalisatorReformingNafta

    (Katalisator Pt)Petroleum

    1955 Katalisator PolimerisasiZiegler - Natta

    Polimer

    1960 Asetaldehida dari asetilena Kemikalia1963 Sintesis Amonia Pupuk1964 Katalisator Zeolit Petroleum dan Petrokimia1964 Oksiklorinasi Monomer1966 Disproporsionasi Petrokimia

    1967 Katalis Logam ganda Petroleum1976 Katalis Kontrol Emisi Automotif

    Sebelum proses katalitik dikomersilkan, banyak dilakukan penelitian tentang

    pengembangan reaksi katalitik yang dilakukan di dalam reaktor kimia. Dengan demikian

    sifat-sifat reaktor juga harus diketahui bagaimana dan untuk apa reaktor digunakan serta

    bagaimana menginterpretasikan hasil yang diperoleh.

  • 8/18/2019 Diktat Mhs teknik kimia

    7/42

    7

    1. Kecepatan reaksi

    Dua alasan utama mengapa kecepatan (laju) reaksi dipelajari. Pertama adalah

    untuk memperkirakan waktu yang diperlukan oleh reaktan berubah menjadi hasil reaksi

    sampai diperolehnya keadaan kesetimbangan. Waktu yang diperlukan di dalam suatu reaksi

    dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya suhu, tekanan, dan adanya katalisator. Di dalam

    suatu proses industry, laju reaksi biasanya diusahakan berlangsung cepat tetapi tidak

    sangat cepat, sehingga terjadi peledakan. Sedangkan pada proses biologi laju reaksi

    biasanya dipertahankan untuk berlangsung lambat. Alasan kedua dipelajarinya adalah untuk

    menentukan mekanisme reaksi. Dengan mengetahui langkah –langkah yang dilalui reaktan

    untuk menjadi produk, dan peranannya masing-masing maka memungkinkan untuk

    dilakukan usaha-usaha untuk pengembangannya.

    Pada tahun 1838 diketahui bahwa kecepatan reaksi dapat dipengaruhi oleh zat-zat

    yang mempercepat atau memperlambat reaksi, yang mana zat-zat tersebut akan dilepaskan

    kembali setelah reaksi selesai, zat-zat semacam itu disebut katalisator. Katalisator yang

    mempercepat reaksi disebut sebagai katalisator positif (atau katalisator saja), sedangkan

    katalisator yang menghambat laju reaksi disebut sebagai katalisator negatif atau inhibitor.

    Dari pengertian-pengertian yang diperoleh pada masa itu disusunlah definisi tentang

    katalisator.

    2. Definisi Klasik Katalisator

    Penurunan tenaga pengaktifan reaksi katalisis dapat digambarkan sebagai berikut:

    YANG MENJADI MASALAH UTAMA ADALAH:

    BAGAIMANA KITA MENGARTIKAN DEFINISI KATALISATOR DAN

    MEMAHAMINYA?

  • 8/18/2019 Diktat Mhs teknik kimia

    8/42

    8

    Gambar 8. Tenaga Pengaktifan Reaksi

    a. Partisipasi katalisator di dalam reaksi adalah bahwa secara kimiawi katalisator

    tetap pada akhir reaksi, tetapi sering bentuk fisiknya berubah. Dengan demikian

    dapat dikatakan bahwa katalisator ikut bereaksi tetapi pada akhir reaksi akan

    terbentuk lagi.

    b. Katalisator tidak mempengaruhi posisi kesetimbangan, tetapi hanya

    mempercepat dicapainya keadaan kesetimbangan.

    c. Katalisator tidak memulai reaksi, tetapi hanya mempercepat reaksi dengan

    menurunkan tenaga pengaktifan (Gambar 1).

    Keterangan Gambar 1

    A. Tingkat tenaga reaktan

    B. Tingkat tenaga kompleks reaktan teradsorpsi.C. Tingkat tenaga reaktan teradsorpsi.

    D. Tingkat tenaga reaksi hasil antara teraktifkan tanpa katalisator.

    E. Tingkat tenaga hasil antara teraktifkan reaksi dengan katalisator

    F = E = A

    H. Tingkat tenaga hasil reaksi teradsorpsi

    I. Tingkat tenaga kompleks hasil reaksi teradsorpsi

    J. Tingkat tenaga hasil reaksi

  • 8/18/2019 Diktat Mhs teknik kimia

    9/42

    9

    Gambar di atas adalah merupakan hubungan antara jalannya reaksi (koordinat reaksi

    = reaction progress) melawan tenaga untuk reaksi eksotermis. Reaktan dengan tenaga A

    mendekati katalis dengan melepaskan tenaga yang relatif kecil dan biasanya tidak

    diperhitungkan. B-x adalah tenaga pengaktifan sorpsi reaktan pada katalisator. C-y adalah

    tenaga adsorpsi yaitu panas yang dilepaskan pada proses sorpsi reaktan pada katalisator.

    D-F, tenaga pengaktifan reaksi dengan menggunakan katalisator; E-G, tenaga pengaktifan

    reaksi tanpa menggunakan katalisator. Ada anggapan bahwa garis D-F dan E-G harus

    berhimpit, dengan demikian garis-garis D-F adalah bagian dari garis E-G. Anggapan

    tersebut tidak selalu benar, karena hasil antara reaksi dengan katalisator mungkin berbeda

    sama sekali. Z-H adalah tenaga desorpsi, yakni tenaga yang diperlukan oleh hasil reaksi

    untuk melepaskan diri dari katalisator. I-g adalah tenaga pengaktifan difusi yang mungkin

    sangat kecil sehingga biasanya diabaikan. Sedangkan H adalah panas reaksi yang di dalam

    hal ini berarti panas yang dilepaskan oleh reaksi yang bersangkutan.

    Biasanya reaksi katalisis melibatkan katalisator homogen atau katalisator heterogen.

    Katalisator heterogen berarti bahwa fasa katalisator berbeda dengan fasa reaktan

    sedangkan katalisator homogen fasa katalisator sama dengan fasa reaktan. Contoh katalisis

    heterogen yang melibatkan katalisator padat adalah besi sebagai katalisator sintesis amonia

    dari gas hidrogen dan gas nitrogen. Sedangkan katalisis homogen adalah pada reaksi

    belerang dioksida dengan gas oksigen menghasilkan SO3 dengan menggunakan katalisator

    nitrogen monoksida.

    3. Mekanisme katalisis

    Suatu bahan untuk dapat menjalankan fungsinya, maka harus berinteraksi dengan

    reaktan. Dimisalkan reaksi antara molekul A dengan molekul B pada permukaan katalisator.

  • 8/18/2019 Diktat Mhs teknik kimia

    10/42

    10

    Gambar 2. Perubahan Tingkat Tenaga Pereaksi untuk Reaksi dengan Intermediate

    Rigid

    Untuk terjadinya reaksi antara molekul A dengan molekul B maka kedua molekul

    harus bertemu. Kalau kedua molekul sudah bertemu maka tidak otomatis reaksi terjadi. Agar

    reaksi dapat terjadi maka kedua reaktan tersebut harus mempunyai tenaga yang cukup

    untuk melewati tingkatan tenaga tertentu (tenaga pengaktifan). Fungsi pertama katalisator

    di dalam reaksi ini adalah menyediakan situs aktif untuk mempertemukan kedua reaktan.

    Fungsi yang kedua adalah menyumbangkan tenaga dalam bentuk panas sehingga

    kontribusi ini akan memudahkan molekul reaktan untuk melewati tenaga pengaktifan.

    Kontribusi panas ini adalah sebagai akibat dari proses difusi dan adsorpsi. Dengan

    pengertian tersebut maka penurunan tenaga pengaktifan terjadi sebagai berikut.

    Identik dengan gambar tersebut maka proses inhibisi dapat diterangkan. Reaktan

    yang mengalami stabilisasi (tingkat tenaga diturunkan) dengan demikian tenaga pengaktifan

    menjadi lebih tinggi. Keadaan kesetimbangan mengandung arti bahwa laju reaksi reaktanmenjadi hasil reaksi sama dengan laju reaksi produk menjadi reaktan. Di dalam suatu

    eksperimen, keadaan kesetimbangan kadang memerlukan waktu yang sangat lama,

    sehingga yang teramati adalah bahwa katalisator dapat memulai reaksi. Hal ini ditunjukkan

    oleh diperolehnya hasil reaksi dengan menggunakan katalisator dan tidak diperolehnya hasil

    reaksi dengan menggunakan katalisator dan tidak diperolehnya suatu hasil reaksi tanpa

    menggunakan katalisator. Dengan hasil percobaan tersebut juga tampak bahwa katalisator

    mempengaruhi kesetimbangan. Dengan definisi klasik tentang katalisator dan contoh data

  • 8/18/2019 Diktat Mhs teknik kimia

    11/42

    11

    percobaan tersebut maka menghafalkan definisi tentang katalisator menjadi tidak penting.

    Yang paling penting adalah mengerti dan memahami proses-proses yang terjadi pada

    katalisator. Para ahli katalisator dewasa ini pada tahapan perolehan material/bahan

    katalisator yang aktif, selektif, dan murah.

    a. Situs aktif

    Pada permukaan katalisator terdapat situs aktif yang berfungsi sebagai tempat di

    mana molekul-molekul reaktan teradsorpsi dan teraktivasi. Karena sangat vitalnya fungsi

    situs aktif maka di dalam suatu proses perlu diusahakan agar supaya di dalam setiap satu

    satuan berat terdapat situs aktif yang sebanyak-banyaknya. Usaha ini dapat dilakukan

    dengan memperluas permukaan katalisator. Perluasan katalisator dapat dilakukan dengan

    membuatnya di dalam suatu sistem larutan atau dengan membuat ukuran partikel yang

    sekecil mungkin.

    b. Difusi

    Perpindahan elektron di dalam suatu atom dari suatu tingkat tenaga tertentu ke

    tingkatan tenaga yang lain selalu disertai dengan perubahan tenaga. Perpindahan elektron

    menjauh dari inti diperlukan tenaga sedangkan perpindahan elektron mendekati inti

    dilepaskan tenaga. Mengacu kepada pengertian tersebut maka gerakan/perpindahan

    molekul reaktan mendekati permukaan katalisator juga melepaskan tenaga.

    c. Adsorpsi

    Atom-atom di permukaan tidak mempunyai tetangga yang lengkap, bilangan

    koordinasinya lebih kecil daripada atom-atom di dalam bulk sehingga terdapat gaya takterimbangi di permukaan dengan resultan gaya ke dalam. Hal ini merupakan fenomena gaya

    permukaan, yang berhubungan dengan tegangan permukaan pada sistem cair. Adsorpsi

    adalah merupakan hasil dari interaksi molekul dengan valensi-valensi bebas, yang boleh

    diartikan sebagai reaksi kimia karena menyangkut perubahan susunan elektron di dalam

    molekul. Adsorpsi semacam ini biasa disebut sebagai adsorpsi kimia atau kemisorpsi.

    Bentuk adsorpsi yang lain adalah sebagai konsekuensi dari gaya van der Waals

    seperti halnya antar molekul-molekul itu sendiri. Hal ini menyangkut gaya tarik-menarik

  • 8/18/2019 Diktat Mhs teknik kimia

    12/42

    12

    elektrostatis antar molekul. Bila gaya ini terjadi antara atom atau molekul dengan permukaan

    maka yang terjadi adalah hanya gaya tarik-menarik secara fisika tanpa disertai perubahan

    kimia. Adsorpsi semacam ini disebut sebagai adsorpsi fisika atau fisisorpsi.

    Pada reaksi yang melibatkan katalisator hanya adsorpsi kimia yang dapat

    menghasilkan reaksi. Panas yang dilepaskan adsorpsi kimia ini biasanya berkisar antara

    800 kJ/mol. Untuk adsorpsi fisika, harga ini sama dengan panas pencairan atau penguapan

    yang biasanya kurang dari 20 kJ/mol. Dari keterangan tersebut jelaslah bahwa katalisator

    ikut bereaksi.

    Adsorpsi tidak hanya terjadi antara reaktan dengan katalisator tetapi juga terjadi

    antara hasil reaksi baik hasil utama maupun hasil samping. Proses melepasnya kembali

    molekul teradsorpsi (adsorbat) dari permukaan pengadsorpsi (adsorben) disebut sebagai

    desorpsi. Desorpsi memerlukan panas atau pemvakuman atau keduanya. Pemanasan

    untuk mendesorpsi tidak boleh dilakukan pada suhu tinggi karena akan merubah struktur

    katalisator. Dengan demikian desorpsi dengan pemvakuman pada suhu rendah

    menghasilkan katalisator yang mengikat secara kimia baik reaktan maupun hasil reaksi.

    Sedangkan pemvakuman pada suhu tinggi terhadap katalisator setelah reaksi akan

    dihasilkan struktur katalisator yang berbeda dengan katalisator awal. Dengan keterangan

    tersebut maka beralasan pula untuk mengatakan bahwa katalisator dilepaskan kembali

    bukan dalam bentuk senyawaan kimia aslinya.

    4. Inhibitor

    Di dalam suatu proses produksi untuk mendapatkan reaksi yang benar-benar

    selektif (100% hasil yang diharapkan). Hasil samping biasanya menyertai reaksi. Hasil

    samping suatu reaksi kadang merupakan hasil yang harus dicegah untuk keluar bersama-sama dengan hasil utama yang diharapkan. Di dalam ilmu katalisator, ilmu tentang kimia

    permukaan mutlak perlu untuk dipelajari. Dengan mempelajari kimia permukaan maka akan

    dapat ditentukan jumlah dan macam situs aktif yang ada di permukaan katalisator dan

    interaksi yang terjadi dengan molekul-molekul reaktan, hasil antara dan hasil akhir yang

    kemudian akan dapat ditentukan sifat-sifat reaksi yang dapat terjadi. Kalau ikatan suatu

    molekul distabilkan oleh adsorpsi pada permukaan suatu bahan maka reaksi akan lebih sulit

    terjadi dan dengan demikian bahan tersebut akan menghambat reaksi. Bahan yang bersifat

  • 8/18/2019 Diktat Mhs teknik kimia

    13/42

    13

    demikian disebut inhibitor. Yang lebih sering terjadi adalah suatu bahan ditambahkan

    kepada suatu katalisator untuk mendeaktivasi situs yang aktif menghasilkan produk

    samping. Hal ini biasa dilakukan dengan penutupan(blocking) situs di permukaan.

    5. Katalisis di dalam Industri

    a. Penggunaan Katalisator

    Katalisator mempunyai kontribusi yang sangat besar terhadap industri kimia.

    Contoh proses industri yang menggunakan katalisator sebagai bahan pendukung yang

    sangat penting adalah misalnya:

    i. Di dalam pabrik pupuk

    Hidrogenasi katalitik berdasarkan aktivasi dinitrogen molekuler adalah merupakan

    kunci dari proses ini.

    ii. Di dalam pengolahan minyak

    Banyak proses di dalam pengolahan minyak mentah menjadi bahan bakar yang

    hampir semuanya menggunakan bantuan katalisator.

    RINGKASAN

    Katalisator mempunyai kontribusi yang sangat besar pada berbagai bidang terutama di

    dalam industri kimia. Kontribusinya dapat dilihat pada kecepatan suatu reaksi. Zat-zat yang

    mempercepat atau memperlambat reaksi, dan akan dilepaskan kembali setelah reaksi

    selesai disebut katalisator. Katalisator yang mempercepat reaksi disebut sebagai katalisator

    positif (atau katalisator saja), sedangkan katalisator yang menghambat laju reaksi disebut

    sebagai katalisator negatif atau inhibitor. Sifat-sifat katalisator di antaranya tidak

    mempengaruhi posisi kesetimbangan, tetapi hanya mempercepat dicapainya keadaankesetimbangan dan katalisator tidak memulai reaksi, tetapi hanya mempercepat reaksi

    dengan menurunkan tenaga pengaktifan. Reaksi dengan katalisis dibedakan menjadi

    katalisator homogen atau katalisator heterogen. Katalisator heterogen berarti bahwa fasa

    katalisator berbeda dengan fasa reaktan, sedangkan katalisator homogen fasa katalisator

    sama dengan fasa reaktan.

  • 8/18/2019 Diktat Mhs teknik kimia

    14/42

  • 8/18/2019 Diktat Mhs teknik kimia

    15/42

    15

    BAB 2. DESAIN KATALISATOR DENGAN ZEOLIT

    Zeolit dapat dipandang sebagai padatan yang analog dengan asam klasik seperti

    asam sulfat atau alumunium klorida. Senyawa-senyawa ini mempunyai kemampuan untuk

    mempromosikan sejumlah reaksi yang dikatalisis oleh asam, termasuk polimerisasi,

    perengkahan, isomerasi olefin, parafin dan aromatis, alkilasi aromatis dan parafin,

    transalkilasi dan lain-lain. Penggunaan sebagai katalisator perengkah adalah yang paling

    biasa dilakukan.

    Katalisator asam padatan yang pertama kali digunakan adalah lempung alamteraktivasi dan oksida biner sintetis seperti alumina-silika. Sifat-sifat asamnya telah banyak

    diteliti. Zeolit mempunyai sistem pori yang mendekati seragam dan mempunyai luas

    permukaan dalam yang besar. Ada 34 jenis zeolit yang diantaranya aktif untuk katalisator.

    Sampai sekarang terdapat lebih dari 100 macam zeolit sintetis dengan struktur kerangka

    yang berbeda - beda dengan ukuran pori antara 0,5 sampai 1 nm.

    Di dalam proses katalisis heterogen yang harus ditinjau yaitu aktivas selektivitas

    terhadap satu diantara produk dan stabilitas operasi yakni berhubungan dengan waktu hidup

    katalisator. Sifat-sifat ini sangat kompleks yang melibatkan tenaga adsorpsi dan reaktan,

    intermediate, dan produk, laju transport molekul dari dan ke situs aktif, difusi molekul, dan

    aktivitas intrinsik untuk berbagai reaksi.

    Dengan demikian teknik molekuler dalam desain katalisator zeolit merupakan

    penggabungan permasalahan antara reaksi kimia dengan sifat-sifat adsorpsi dan difusi

    zeolit, termasuk efekmolecular shieves (saringan molekuler) untuk merubah jalan reaksi

    dan selektivitas produk kimia tertentu.

    Hal yang perlu diperhatikan dalam desain katalisator diantaranya adalah:

    a. Manipulasi bentuk dan ukuran kristal

    b. Sifat sistem channel

    c. Bentuk dan ukuran pori

    d. Sifat dan jumlah situs aktif

    Sifat-sifat katalisator yang perlu ditentukan adalah komposisi dari struktur

    katalisator, sifat-sifat adsorbsi dan difusi. Aktivitas katalitik intrinsik dan aplikasinya.

  • 8/18/2019 Diktat Mhs teknik kimia

    16/42

    16

    7,4 Ao

    1. Klasifikasi Zeolit

    Zeolit adalah tektosilikat, kerangka 3 dimensi tersusun atas tetrahidral TO4 (T = Si

    atau heteroatom), di mana setiap dari empat atom oksigen digunakan untuk bergabung

    antara dua tetrahedron. Bentuk yang paling umum adalah alumunosilikat. Walaupun

    demikian struktur yang mengandung boron, gallium, atau besi pada alumunium dan

    germanium pada tempat yang seharusnya ditempati silikon juga memungkinkan. Walaupun

    lebih dari 100 macam zeolit telah disintesis namun yang sudah diketahui struktur kristalnya

    baru sekitar 50 macam.

    Struktur karakteristik yang paling menarik untuk katalisis adalah sistem kanal, yang

    dilukiskan untuk beberapa zeolit yang penting dalam Tabel 2. Berdasarkan pada besarnya

    channel, zeolit dibedakan sebagai zeolit dengan pori kecil, medium, dan besar. Yakni

    apabila tersusun atas 8, 10, atau 12 cincin yang dihubungkan oleh tetrahedral. Struktur

    kerangka dan pori zeolit representatif dari setiap grup ditunjukkan pada Gambar 3. Di dalam

    setiap grup ada variasi lubang baik dalam ukuran maupun eliptisitasnya. Misalnya,

    pembukaan pada linda A adalah bulat dengan (4,1 A) sedangkan padaarionitadalah elips

    (3,6 x 5,2 A).

    Projeksi satu seri zeolit sejenis (Gambar 4) menunjukkan banyaknya variasi dimensi

    kanal dan juga bentuknya. Sistem kanal mungkin satu dimensi, misalnya Z SM –48, dan

    dimensi seperti farierit, atau tiga dimensi pada Z SM –5 (Gambar 5). Kanal multidimensi

    sering saling memotong antara yang satu dengan yang lain, tetapi tidak selalu demikian.

    Interkoneksi kanal dapat terjadi antara ukuran yang sama (misalnya Fanjasit) atau yang

    lebih kecil (ferriete), mungkin lurus (Z SM –11) atau tortuous (Z SM –5). Konektivitas sistem

    kanal mempunyai konsekuensi utama terhadap difusivitas danaging . Misalnya zeolit

    dengan kanal satu dimensi merupakan yang lebih potensial terhadap diaktivasidibandingkan dengan sistem pori tiga.

    Ring 8 Ring 10 Ring 12

    Gambar 3. ZEOLIT – A Gambar 4. ZEOLIT PENTASIL Gambar 5. ZEOLIT-Y

    4,1 A0 5,6 Ao

  • 8/18/2019 Diktat Mhs teknik kimia

    17/42

    17

    Dimensi pori untuk zeolit yang banyak dituliskan di dalam literatur didasarkan atas

    dasar kristalografi yang hanya merupakan harga nominal. Biasanya molekul dengan ukuran

    1 A sangat mudah untuk berdifusi khususnya pada suhu tinggi. Zeolit dengan anggota hanya

    8 cincin hanya mengadsorbsi molekul rantai lurus misalnya n-parafin, n-alafin, dan alkohol-

    alkohol primer. Zeolit dengan pori yang lebih tinggi juga mempunyai sifat seperti halnya zeolit

    dengan pori kecil kalau dalam strukturnya mengalami banyak gangguan, seperti pada

    gelinite, stilbite, dakiardit, linda T, ZSM-34, apistilbite, heulandite/clinoptilolite, ferierite, dan

    sebagainya.

    Zeolit dengan anggota 10 cincin baik digunakan untuk desain katalisator yang selektif

    bentuk. Katalis ini bukan hanya menyerap molekul-molekul rantai lurus tetapi juga

    mendeskriminasikan baik dengan eksklusif ukuran dan dengan laju difusi antara variasi

    cabang dan molekul linier. Termasuk dalam group ini ZSM-5, ZSM-11, ZSM-22, ZSM-23,

    dan ZSM-48.

    Tabel 2. Contraint Index (C.I) untuk katalisator pada 316 oC

    Zeolit dengan anggota 12-ring mencakup zeolit dengan pori besar. Faujasit sintetis,

    zeolit X dan Y mordenit. Laju relatif perengkahan n-heksana dan 3-metilpentana

    mendefinisikan “Constraint Index”, yang lebih kecil sebesar 1 sampai 2 untuk zeolit dengan

    pori besar, antara 2-12 untuk perindium dan >12 untuk zeolit dengan pori kecil (Tabel 2).

    Perbandingan sillika dan alumina di dalam setiap group dapat bervariasi, khususnya untuk

    zeolit dengan pori medium. Dengan demikian seleksi katalisator akan menemukan variasi

    Katalisator C.IZSM - 5 8,3ZSM 11 8,7

    ZSM - 12 2,3TMA affrete 3,7

    Beta 0,6ZSM - 4 (mazzite) 0,5

    H - zealon (mordenite) 0,5REY 0,4

    Silika - alumina amorf 0,6Erionite 38

  • 8/18/2019 Diktat Mhs teknik kimia

    18/42

    18

    katalisator yang sangat besar. Lagi pula ukuran kristal beberapa zeolit dapat dibuat 2 sampai

    3 kali dengan sintesis.

    2. Preparasi katalisator logam terdispersi

    Cara yang paling sering digunakan untuk mendispersikan logam kepada bahan

    pengemban adalah dengan cara impregnasi dengan larutan garam logam dan pertukaran

    ion dengan kation atau anion yang mengandung logam. Yang akan dibicarakan saat ini

    adalah interaksi yang terjadi pertukaran logam dengan pengemban dan bagaimana interaksi

    merubah sifat-sifat katalisator tereduksi. Impregnasi pengemban dengan larutan garam

    logam adalah cara yang paling mudah untuk memasukkan logam prekursor. Pengeringan

    terhadap larutan menghasilkan pengendapan partikel-partikel kecil garam ke dalam

    permukaan pengemban. Interaksi antara komponen garam dengan pengemban kecil.

    Sebagai akibatnya selama kalsinasi dan/atau reduksi akan terjadi migrasi dan sintering

    logam sehingga dispersi tinggi sulit dicapai.

    Interaksi yang jauh lebih kuat dengan pengemban akan terjadi bila kondisi dipilih

    untuk mencapai pertukaran ion antara logam prekursor dan pengemban. Sampai di mana

    pertukaran ion dapat dicapai bergantung pada komposisi pengemban dan pH larutan.

    Seperti pada reaksi 1, gugus hidroksil pada permukaan pengemban merupakan fungsi asam

    Bronsted atau basa Bronsted, bergantung pada pH.

    S+ (s) > S+ OH - (s) > S+ O2 - (s) > (1)

    Kecenderungan oksida untuk menjadi bermuatan negatif atau positif merupakan

    fungsi komposisi yang dapat ditunjukkan oleh pH yang diperlukan untuk mencapai muatantotal permukaan nol, seperti pada Tabel 3, yang menunjukkan bahwa pada pH tertentu, SiO

    dan TiO lebih mudah melepas proton dari Al2O3 atau MgO.

  • 8/18/2019 Diktat Mhs teknik kimia

    19/42

    19

    Tabel 3. Harga pH dimana dicapai muatan permukaan nol untuk beberapa oksida

    dalam lingkungan air

    Bahan pH muatan permukaan nolSilika 2(b) (b)densitas muatan sangat

    kecil pada pH < 6 Alumina 9

    Krom 7Titania 5

    Eirkonia 4 - 7Magnesia 12

    Pertukaran ion logam di dalam larutan air dengan pengemban dapat dilukiskandengan reaksi:

    nS+ OH- (s) + Mn+ (as) + aOH - > [S+ O2- ]n Mn+ (s) + n H2O (2)

    dari sifat reaksi ini, maka reaksi akan meningkat dengan semakin tingginya pH. Dengan

    beberapa logam, pH dapat ditinggikan dengan menggunakan amonia cair agar larutan

    bersifat basis, ion amonia logam terbentuk dan teradsorpsi. Cara lain adalah dengan

    menggunakan logam alkali atau ion logam alkali pada pH tinggi. Setelah itu dicuci untukmenghilangkan kelebihan larutan, ion alkali, dan alkali tanah ditukar dengan logam yang lain

    pada daerah pH netral.

    RINGKASAN

    Desain katalisator padat sering menggunakan zeolit, merupakan senyawa yang analog

    dengan asam sulfat atau aluminium klorida. Senyawa-senyawa ini mempunyai kemampuan

    untuk mempromosikan sejumlah reaksi yang dikatalisis oleh asam. Selain itu, zeolitmempunyai sistem pori yang mendekati seragam dan mempunyai luas permukaan dalam

    yang besar. Sifat-sifat adsorbsi dan difusi dan jenis preparasi pada zeolit sangat penting

    untuk dipelajari guna menentukan aktivitas katalitik intrinsik dan aplikasinya.

  • 8/18/2019 Diktat Mhs teknik kimia

    20/42

    20

    LATIHAN SOAL PENDALAMAN

    1. Diskusikan tentang peranan zeolit dalam desain dan sebagai katalisator itu sendiri!

    2. Buatlah karya ilmiah tentang zeolit sebagai tugas kelompok dengan ketentuan

    sebagai berikut:

    - Kelompok terdiri dari 3 mahasiswa

    - Karya ilmiah diketik dengan format kertas ukuran A4, font 12, dan spasi 1,5,

    maksimal 5 halaman

    - Karya ilmiah dipresentasikan terjadwal

  • 8/18/2019 Diktat Mhs teknik kimia

    21/42

    21

    BAB 3. DEAKTIFASI KATALISATOR

    Pada pembicaraan reaksi –reaksi dengan katalisator padat, dianggap bahwa

    effectiveness factor nilainya tetap. Dalam praktek sering hal ini tidak benar. Aktifitas

    katalisator menurun dengan waktu pada waktu dipakai. Kadang-kadang, aktifitasnya

    menurun dengan sangat cepat; kadang-kadang penurunannya sangat lambat sekali,

    sehingga penggantian katalisator dilakukan setelah operasinya berjalan beberapa tahun.

    Dalam beberapa hal penggantian katalisator perlu dilakukan dari waktu ke waktu yang relatif

    singkat.Jika deaktifasi sangat cepat dan menyebabkan suatu pengendapan dan pemblokan

    fisis pada permukaan katalisator maka proses ini disebut“fouling”. Penghilangan padatan

    ini disebut dengan “regeneration”. Pengendapan karbon selama catalytic crackingadalah

    suatu contoh proses fouling.

    C12H22 C5H12 + C4H10 + C mengendap pada permukaan (3)

    Jika permukaan katalisator mengalami perubahan karena terjadichemisorption

    maka proses ini disebut poisoning.Pengaktifan kembali katalisator yang mengalami proses

    poisoning disebut reactivation. Jika proses reversible maka dengan merubah keadaan

    operasi mungkin sudah cukup untuk prosesreactivation.Jika proses adsorpsi irreversible

    maka deaktifasi menjadi permanent (permanent poisoning).Dalam hal ini diperlukan proses

    kimia untuk mengaktifkan kembali katalisator yang mengalami keracunan atau harus diganti

    dengan yang baru.

    Deaktifasi dapat merata di seluruh permukaan atau pada tempat-tempat tertentu

    dan umumnya yang terserang adalah permukaan yang paling aktif.

    Pada bagian ini akan di bahas bergantian adalah:

    a. Mekanisme deaktifasi katalisator(mechanism of catalyst decay)

    b. Bentuk persamaan kecepatan

    c. Pengembangan persamaan kecepatan berdasarkan data percobaan

    d. Mendapatkan mekanisme deaktifasi berdasarkan data percobaan

    e. Pengaruhnya pada perancangan

  • 8/18/2019 Diktat Mhs teknik kimia

    22/42

    22

    1.1. MEKANISME DEAKTIFASI KATALISATOR

    Deaktifasi katalisator porus yang teramati tergantung pada beberapa faktor antara

    lain: (1) deaktifasi sesungguhnya yang terjadi, (2) ada tidaknya difusi komponen yang terlibat

    pada sistem (misalnya reaktan, produk, dan racun) pada pore, (3) cara racun mempengaruhi

    permukaan.

    1. Deaktifasi sesungguhnya

    Deaktifasi dapat terjadi melalui 4 cara:

    (a) Terbentuk hasil yang terserap pada permukaan dan mengakibatkan

    terjadinya penurunan aktifitas. Proses ini disebut parallel deactivation.

    (b) Hasil terurai lebih lanjut sehingga membentuk hasil yang terserap pada

    permukaan katalisator dan mengakibatkan terjadinya deaktifasi katalisator.

    Proses ini disebut series deactivation.

    (c) Impuritiespada umpan dapat merupakan racun terhadap katalisator dan

    proses ini disebutside-by-side deactivation.

    (d) Terjadinya modifikasi struktur atausintering katalisator pada kondisi yang

    sangat ekstrem. Misalnya pada suhu yang sangat tinggi dan dalam waktu

    yang relatif lama. Proses ini disebutindepent deactivation.

    Parallel deactivation:

    R

    A R + P atau A (4)

    P

    Series deactivation:

    A R P (5)

    Side – by – side deactivation:

    A R (6)

    P P (7)

  • 8/18/2019 Diktat Mhs teknik kimia

    23/42

    23

    Perbedaan utama ketiga diaktifasi ini terletak pada cara pengendapan racun pada

    permukaan katalisator. Apakah tergantung pada konsentrasi reaktan, hasil, dan zat-zat

    lainnya di dalam umpan. Karena distribusi zat-zat ini merupakan fungsi posisi pada pellet

    maka lokasi deaktifasi tergantung pada dimana terjadi proses deaktifasi.

    Pore difussion dapat sangat berpengaruh terhadap kemajuan deaktifasi.

    Pertimbangkanlah suatu parallel deactivation. Reaktan dapat terdistribusi merata di dalam

    pellet (mL < 1 dan s = 1) atau mungkin hanya berada dekat pada permukaan saja (mL > 1

    dan s < 1). Jadi poisoning terjadi merata di seluruh bagian pellet bila tidak ada hambatan

    pore diffusional dan terjadi poisoning pada permukaan luar jika hambatan pore diffusional

    mengontrol proses yang terjadi. Jika hambatan pore diffusional sangat dominan maka akan

    terbentuk thin cell pada bagian luar katalisator. Tebal shell makin tebal dengan

    bertambahnya waktu reaksi dan front bergerak ke dalam. Ini disebutthe shell model for

    poisoning.

    Sebaliknya, pertimbangkanlah series deactivation. Dalam hal hambatan pore

    diffusional yang menentukan, konsentrasi R lebih tinggi pada pellet dibandingkan dengan di

    permukaan. Karena R merupakan sumber racun, maka pengendapan R di dalam pellet

    mempunyai konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan konsentrasi R pada permukaan.

    Sehingga poisoning terjadi dari dalam pellet ke permukaan pellet.

    Sekarang pertimbangkanlah side-by-side deactivation. Poisonpada umpan yang

    bereaksi dengan permukaan akan menentukan proses pengendapan atau proses deaktifasi.

    Untuk nilai konstanta kecepatan reaksi kecil, penetrasi racun ke dalam pellet akan merata

    dan deaktifasi semua elemen permukaan katalisator terjadi dengan cara yang sama. Untuk

    nilai konstanta kecepatan deaktifasi besar, keracunan terjadi pada permukaan luar pellet

    begitu racun mencapai permukaan.

    1.2. BENTUK PERMUKAAN YANG TERSERANG RACUN

    Pertimbangkanlah suatu elemen pada permukaan aktif yang berada pada suatu gas

    yang sangat reaktif. Permukaan aktif mungkin terserang merata di seluruh permukaan dan

    dapat juga terserang pada tempat –tempat tertentu saja. Jika terserang merata disebut

    homogeneous site attack dan jika penyerangan tidak merata disebut prefrential site attack .

  • 8/18/2019 Diktat Mhs teknik kimia

    24/42

  • 8/18/2019 Diktat Mhs teknik kimia

    25/42

    25

    BAB IV. KINETIKA REAKSI KATALIS CAIR-CAIR

    Reaksi dengan katalis ada dua jenis, yaitu reaksi homogen dan heterogen. Disebut

    reaksi homogen sering karena reaktan dan katalisator memiliki fase yang sama. Sebaliknya,

    reaksi heterogen karena reaktan dan katalisator tidak memiliki fase yang sama. Reaksi

    heterogen juga dapat terjadi pada fase sama untuk kondisi khusus. Contoh reaksi homogen

    gas-gas adalah reaksi pembentukan SO3 dari SO2 dan O2 yang dijalankan pada kondisi

    eksotermis dan energi aktivasinya sangat tinggi. Reaksi ini berjalan lambat pada suhu

    rendah dan sebaliknya pada suhu tinggi kecepatan reaksi akan meningkat, namun yieldnyarendah. Namun, bila ditambahkan dengan katalis oksida nitrit (gas) akan menurunkan energi

    aktivasi, sehingga reaksi dapat berjalan lebih cepat pada suhu yang tidak terlalu tinggi.

    (g)2SO(g)O(g)SO2 3 NO(g)catalyst

    22

    (1)

    Adapun mekanisme reaksi dengan katalis cair-cair di atas dapat dilihat seperti di bawah ini.

    (2)

    Penyusunan dan penyelesaikan kinetika reaksi yang akan dipelajari pada buku ini

    adalah cair-cair. Diharapkan dapat dikembangkan sendiri untuk fase lain. Pada reaksi

    homogen cair-cair, larutan katalis dibedakan antara katalis asam (donor proton/H3O+) dan

    basa (aseptor proton/OH-). Contoh reaksi dengan katalis cair-cair dapat dipelajari dari

    hidrolisis selulosa dan hemiselulosa menjadi gula. Mekanisme reaksi hidrolisis dengan

    menggunakan katalisator asam (donor proton) seperti terlihat pada Gambar 6. Menurut

    Philipp (1984) mekanisme reaksi hidrolisis didahului oleh ion H+ yang berasal dari katalisator

    menyerang selulosa, sehingga struktur ikatannya menjadi tidak stabil, akibatnya akan

    memudahkan selulosa bereaksi dengan air (H2O).

  • 8/18/2019 Diktat Mhs teknik kimia

    26/42

    26

    Gambar 6. Mekanisme reaksi hidrolisis dengan katalisator asam

    (Philipp, 1984)

    Sedangkan hidrolisis menggunakan katalisator basa (alkalin) dapat dijelaskan sebagai

    berikut. Alkaline hydrolysis is a simple, natural process by which complex molecules are

    broken down into their constituent building blocks by the insertion of ions of water (H2O), H+,

    and OH- between the atoms of the bonds that held those building bocks together. Theprocess occurs in nature when animal tissues and carcasses are buried in soil of neutral or

    alkaline pH. In this case, alkaline hydrolysis is aided by the digestive processes of soil

    organisms. Alkaline hydrolysis also occurs in our small intestines after we eat; the complex

    molecules of proteins, fats, and nucleic acids are hydrolyzed with the aid of digestive

    enzymes that function most efficiently at a slightly alkaline pH (~pH8.0 to 8.5). Historically,

    alkaline hydrolysis has been used to study the chemical structure of biological molecules, to

    make soaps from animal fats by cooking the fat with lye to release the fatty acids.Persamaan kecepatan reaksi homogen cair-cair sering dituliskan seperti persamaan

    berikut.

    = pseudo order 1 (3)

    bcak O H

    3log.log (4)

    Persamaan (4) menunjukkan bahwa kecepatan reaksi memiliki hubungan linear terhadap

    konsentrasi katalis, berarti terhadap pH katalisator. Secara spesifik, pengaruh pH katalisator

  • 8/18/2019 Diktat Mhs teknik kimia

    27/42

    27

    terhadap kecepatan reaksi dapat dipelajari pada Gambar 7, untuk reaksi oksimasi aseton

    pada suhu 25 oC (Pers. 5). Pada Gambar 7 nampak bahwa jenis katalisator asam atau basa

    sangat berpengaruh terhadap kecepatan reaksi. Untuk katalisator jenis asam (pada garis

    putus-putus), kecepatan reaksi mulai menurun pada pH katalisator sekitar 5-6.

    (5)

    Gambar 7. Pengaruh pH katalisator pada reaksi oksimasi aseton (25 oC)

    Kinetika reaksi homogen cair-cair seperti Persamaan (3) dapat diselesaikan menggunakan

    cara analitis dan numeris. Cara analitis sudah dikenal lama dan mudah digunakan untuk

    persamaan diferensial sederhana. Namun, cara numeris relatif baru sehingga sering terasa

    sulit, akan tetapi dapat digunakan untuk persamaan diferensial yang sulit. Salah satu cara

    numeris yang dapat digunakan adalah Runge-Kutta dan dapat dijabarkan sebagai berikut.

    Penurunan dari persamaan (3) seperti di bawah ini dan merupakan persamaan diferensial

    order 1.

    = − . (6)

    dengan Cr merupakan konsentrasi reaktan yang berkurang dan k merupakan tetapan

    (konstanta) kecepatan reaksi. Langkah-langkah perhitungan konsentrasi reaktan tiap satu

  • 8/18/2019 Diktat Mhs teknik kimia

    28/42

  • 8/18/2019 Diktat Mhs teknik kimia

    29/42

    29

    HA

    A H A

    c

    cc K

    (15)

    Gambar 8. Pengaruh konstanta kesetimbangan asam terhadap konstanta kecepatanreaksi pada dehidrasi asetaldehida

    (16)

    Penyelesaian untuk kasus di atas tentu mirip dengan model kecepatan reaksi homogen cair-

    cair order satu. Model order 2 ini dicoba bila order satu tidak sesuai dan model ini dapat

    menggambarkan hubungan konstanta kecepatan reaksi karena variasi jenis katalis (berbeda

    nilai konstanta kesetimbangan asam). Jadi, nilai k akan berubah karena nilai Ka yang

    berubah, sementara itu nilai konsentrasi asamnya dimasukkan sebagai faktor pengalireaktan. Untuk lebih jelasnya kita dapat mencobanya dengan mengerjakan soal-soal.

    CONTOH SOAL

    Susunlah formula perhitungan konsentrasi gula hasil reaksi hidrolisis sekam padi

    menggunakan asam sulfat sebagai katalisator (homogen cair-cair) mengikuti reaksi berikut

    (A = bahan baku dan B = gula).

    A + H2O B (17)

  • 8/18/2019 Diktat Mhs teknik kimia

    30/42

    30

    Adapun data konsentrasi gula yang terbentuk pada T reaksi suhu 70oC dan konsentrasi

    asam sulfat 0,6 mol/L dan gula total dalam bahan baku (C A0 = 0,011 mol/L) dapat dilihat

    pada Tabel 4.

    Tabel 4. Konsentrasi gula hasil reaksi hidrolisis dengan katalis cair-cair

    Waktu (menit) Konsentrasi gula CB (mol/L)

    0 015 0,000130 0,000245 0,0003760 0,000575 0,00056

    Pengelesaian:

    Persamaan neraca massa gula yang terbentuk dapat diekspresikan dari persamaan

    kecepatan terbentuknya gula yang tahap awal dicoba order 1 dulu, seperti (6) dengan

    modifikasi (CR diganti CB = konsentrasi gula).

    − =

    = . (18)

    Karena terbentuknya gula sebanding dengan berkurangnya gula dalam reaktan, maka

    Persamaan (18) dapat disederhanakan menjadi.

    = . ( ( ) − ) (19)

    = . (0,011 − )

    Persamaan (19) sudah dapat diaplikasikan untuk menghitung nilai k pada kondisi tertentu.

    Hasil perhitungan mendapatkan nilai E = 107.570 J/mol dan A = 1,6.1013 1/menit dan hasil

    perhitungan dapat dilihat pada tabel berikut. Sementara itu, hasil perhitungan tersebut diplot

    seperti pada Gambar 9.

    Tabel 5. Hasil perhitungan konsentrasi gula menggunakan Runge-Kutta

    k1 k2 k3 k4 CB hitung CB data

    0 7.68774E-06 7.68774E-06 7.68774E-06 7.68774E-06 0 05 7.6619E-06 7.6619E-06 7.6619E-06 7.6619E-06 3.839E-05

    10 7.63616E-06 7.63616E-06 7.63616E-06 7.63616E-06 7.664E-0515 7.61049E-06 7.61049E-06 7.61049E-06 7.61049E-06 0.0001148 0.0001

    20 7.58492E-06 7.58492E-06 7.58492E-06 7.58492E-06 0.0001528

  • 8/18/2019 Diktat Mhs teknik kimia

    31/42

    31

    k1 k2 k3 k4 CB hitung CB data

    25 7.55943E-06 7.55943E-06 7.55943E-06 7.55943E-06 0.0001906

    30 7.53402E-06 7.53402E-06 7.53402E-06 7.53402E-06 0.0002284 0.000235 7.5087E-06 7.5087E-06 7.5087E-06 7.5087E-06 0.00026640 7.48347E-06 7.48347E-06 7.48347E-06 7.48347E-06 0.000303545 7.45832E-06 7.45832E-06 7.45832E-06 7.45832E-06 0.0003409 0.0003750 7.43325E-06 7.43325E-06 7.43325E-06 7.43325E-06 0.000378155 7.40827E-06 7.40827E-06 7.40827E-06 7.40827E-06 0.000415260 7.38337E-06 7.38337E-06 7.38337E-06 7.38337E-06 0.0004522 0.000565 7.35856E-06 7.35856E-06 7.35856E-06 7.35856E-06 0.000489170 7.33383E-06 7.33383E-06 7.33383E-06 7.33383E-06 0.000525875 7.30918E-06 7.30918E-06 7.30918E-06 7.30918E-06 0.0005625 0.00056

    Gambar 9. Perbandingan data dan hasil hitungan untuk hidrolisis pada konsentrasikatalisator 0,6 mol/L

    Cobalah menggunakan data konsentrasi gula berikut ini, yang dilakukan pada variasi

    konsentrasi katalis, kemudian carilah korelasi antara konsentrasi katalis dengan nilai k yang

    diperoleh, seperti pada persamaan (4). Jika asumsi order 1 tidak sesuai, maka dapat

    mencoba order 2, seperti (12).

    Hasil perhitungan parameter konstanta kecepatan reaksi disajikan pada Tabel 6 dan

    grafik korelasinya dapat dilihat pada Gambar 10. Jadi, persamaan hubungan antara

    konstanta kecepatan reaksi dengan konsentrasi katalis dinyatakan seperti pada persamaan

    (20).

    0

    0.0001

    0.0002

    0.0003

    0.0004

    0.0005

    0.0006

    0 15 30 45 60 75

    K o n s e n t r a s i g u

    l a ( m o

    l / L )

    Waktu (menit)

    Perhitungan Data

  • 8/18/2019 Diktat Mhs teknik kimia

    32/42

    32

    Tabel 5. Konsentrasi gula hasil hidrolisis pada variasi konsentrasi katalisator

    Konsentrasi katalisator (mol/L) Waktu (menit) Konsentrasi gula (mol/L)0,3 0 0

    15 0,000130 0,0001845 0,00028660 0,0003575 0,00044

    0,4 0 015 0,000130 0,0001845 0,000286

    60 0,0003575 0,000440,5 0 0

    15 0,000130 0,0001845 0,00028660 0,0003575 0,00044

    Tabel 6. Nilai k pada variasi konsentrasi katalisator

    Konsentrasi katalisator (mol/L) k (1/menit)0,3 0.000522870,4 0.000543430,5 0.000656730,6 0.00067305

    Gambar 10. Korelasi k versus konsentrasi katalisator

    y = 0.4069x - 3.2009

    -3.3

    -3.28

    -3.26

    -3.24

    -3.22

    -3.2

    -3.18

    -3.16-0.3 -0.2 -0.1 0 0.1

    l o g

    k

    log [H3O +]

  • 8/18/2019 Diktat Mhs teknik kimia

    33/42

    33

    RANGKUMAN

    Kinetika reaksi kimia dengan katalis dapat didekati menggunakan pendekatan reaksi

    homogen dan heterogen. Pendekatan homogen karena katalisator memiliki fase yang sama

    dengan reaktan. Selain itu, kecepatan transfer massa sangat cepat dibandingkan reaksi

    kimia, sehingga dapat diasumsi sebagai reaksi homogen. Penyelesaian persamaan

    diferensial dari penurunan neraca massa pada reaksi homogen dapat diselesaikan

    menggunakan metode Runge-Kutta.

    LATIHAN SOAL PENDALAMAN

    Selesaikanlah beberapa pertanyaan berikut!

    1. Reaksi apakah ini? Bagaimana mekanisme reaksinya? (ramalkanlah) Apakah

    variabel yang mempengaruhinya? Bagaimana pengaruh variabel tersebut pada

    reaksinya?

    2. Idem dengan nomor 1 untuk reaksi berikut.

  • 8/18/2019 Diktat Mhs teknik kimia

    34/42

    34

    3. Idem juga dengan nomor 2 untuk reaksi berikut.

    OO

    O

    OH

    OH

    OH

    O R1 OR

    2

    O

    R3

    + 3MeOHOH

    catalyst

    + R 2COOMe

    R1COOMe

    R3COOMe

    triglycerides glycerol fatty acid methyl esters(FAME)

    used as biodiesel 4. Hitunglah nilai k dan carilah korelasi antara k dengan konsentrasi katalisator untuk

    reaksi hidrolisis bagas tebu (konsentrasi gula total = 0,0011 mol/L) yang dilakukan

    pada suhu 80 oC. Adapun data konsentrasi gula hasil seperti tabel berikut.Konsentrasi katalisator (mol/L) Waktu (menit) Konsentrasi gula (mol/L)

    0,3 0 015 0,000130 0,0001845 0,00028660 0,0003575 0,00044

    0,4 0 015 0,0001

    30 0,0001845 0,00028660 0,0003575 0,00044

    0,5 0 015 0,000130 0,0001845 0,00028660 0,0003575 0,00044

    0,6 0 015 0,000130 0,0001845 0,00028660 0,0003575 0,00044

  • 8/18/2019 Diktat Mhs teknik kimia

    35/42

    35

    BAB V. KINETIKA REAKSI KATALIS PADAT-CAIR

    Pada pembahasan sebelumnya, tipe reaksi dengan katalisator sudah dipaparkan

    bahwa salah satu contoh reaksi dengan katalisator heterogen adalah padat-cair dan padat-

    gas. Most reactions involving liquids and gases use inert metals or metal oxides as catalysts.

    These solid catalysts provide surface areas for effective molecular to interactions. The solid

    surface facilitates the breaking and formation of bonds. For examples, Ni, Pd and Pt are

    often used in the hydrogenation of vegetable oil to make margarine and Crisco oil.

    Rates in Heterogeneous CatalysisRate with respect to mass or surface area. Jadi, pada reaksi heterogen kecepatan reaksi

    sering tidak dinyatakan pada tiap volum tapi pada tiap berat katalisator atau luas permukaan

    katalisator yang digunakan (lihat Gambar 11). Persamaan satuan kecepatan reaksi dengan

    katalisator padat dapat dilihat pada (1) dan (2). Ternyata tidak semua permukaan katalis

    merupakan daerah aktif sehingga dapat berperan dalam suatu reaksi, sehingga

    dikembangkan formula hubungan kecepatan reaksi dengan jumlah situs aktif pada

    katalisator, seperti Gambar 12 dan persamaan (3).

    Gambar 11. Ilustrasi bentuk katalisator

    [ .

    ] (1)

    [

    . 2 ] (2)

    Low site density high site density

    Gambar 12. Ilustrasi adanya situs aktif pada katalisator

  • 8/18/2019 Diktat Mhs teknik kimia

    36/42

    36

    Rate with respect to number of active sites

    Turnover frequency is the number of molecules formed per active site per second (in a stage

    of saturation with reactant, i.e. a zero order reaction with respect to the reactant)

    1 s s site

    molecules (3)

    Reaction Steps in Heterogeneous Catalysis

    1. Diffusion of reactant to catalyst

    2. Adsorption of reactant on catalyst surface

    3. Reaction

    4. Desorption of products from catalyst surface

    5. Diffusion of products away from catalyst

    Jadi, tahapan reaksi katalis padat-cair diawali oleh perpindahan massa terlebih dahulu, baru

    reaksi kimia, disusul pemisahan produk dari katalisator. Mekanisme ini lebih jelas dapat

    dilihat pada Gambar 13, 14, dan 15, masing-masing untuk sistem padat-cair, cair-gas, dan

    padat-gas. Sementara itu, Gambar 16 memberikan ilustrasi secara detail bagaimanakah

    tahapan mekanisme reaksi dengan katalis heterogen. Kinetika reaksi yang kompleks tentu

    dapat menggambarkan mekanisme reaksi yang sebenarnya. Namun, penyusunan

    persamaan matematikan dan penyelesaiannya sangat rumit. Padahal, evaluasi bentuk

    kinetika suatu reaksi kimia merupakan faktor penting untuk memilih jenis reaktor yang sesuai

    dan perhitungan desainnya.

    Gambar 13. Tahapan reaksi katalis padat-cair

  • 8/18/2019 Diktat Mhs teknik kimia

    37/42

    37

    Gambar 14. Tahapan reaksi katalis gas-cair

    Gambar 15. Tahapan reaksi katalis padat-gas

    Selanjutnya, bagaimanakah menyederhanakan tahapan reaksi supaya lebih mudah

    diselesaikan. Dalam hal ini tentu membutuhkan beberapa asumsi. Langkah 1, 2, 6, dan 7

    dapat diabaikan karena tahanan lapisan film dan difusi pada poros katalisator sangat kecil,

    sehingga dapat diabaikan. Langkah yang sangat penting dievaluasi adalah 3, 4, dan 5, yaituadsorpsi, reaksi, dan desorpsi. Kecepatan reaksi secara keseluruhan ditentukan oleh

    langkah yang paling lambat. Terdapat tiga pilihan mekanisme yang mengontrol, yaitu

    adsorpsi pada permukaan katalisator, reaksi kimia, atau desorpsi produk dari permukaan

    katalisator. Analisis terhadap model reaksi kimia sudah dipelajari pada mata kuliah Kinetika

    Reaksi Kimia. Ketiga tahapan tersebut memberikan tahanan total yang analog dengan tahan

    listrik pada rangkaian alat listrik (Gambar 17). Masing-masing parameter, yaitu tahanan

  • 8/18/2019 Diktat Mhs teknik kimia

    38/42

    38

    transfer massa adsorpsi dan reaksi kimia dapat dihitung melalui persamaan matematikan

    yang sesuai dengan mekanismenya dan data percobaan (Gambar 18).

    Gambar 16. Tahapan mekanisme pada reaksi heterogen

    Gambar 17. Tahanan reaksi heterogen analog dengan tahanan arus listrik

  • 8/18/2019 Diktat Mhs teknik kimia

    39/42

    39

    Gambar 18. Algoritma menyelesaikan kinetika reaksi heterogen

    Terdapat dua pendekatan transfer massa reaktan ke partikel katalisator, yaitu

    eksternal dan internal transfer massa. Pada pendekatan eksternal, transfer massa hanya

    terjadi antara reaktan dengan permukaan katalisator dan reaksi terjadi di permukaan

    katalisator. Sedangkan pada pendekatan internal, transfer massa tidak hanya sampai di

    permukaan katalis tetapi sampai masuk dalam partikel dan terjadi reaksi, sehingga ada

    gradien transfer massa dalam partikel padatan (Gambar 19). Untuk lebih jelasnya dijabarkan

    sebagai berikut.

    Interfacial Gradient Effects-Mass transfer bulk of fluid to surface

    Case 1: reaction at surface instantaneous global rate controlled through mass transfer

    “diffusion control”, favored at high T

    Case 2: reactant concentration at surface same as in bulk fluid global rate controlled through

    reaction rate “reaction controlling”, favored at low T and high turbulence

    Intraparticle Gradient Effects-Mass transfer within the pores of a catalyst

    Vary particle size

    Persamaan matematis untuk kinetika reaksi dengan katalisator padat-cair dapat

    dijabarkan seperti ini. Misal untuk reaksi isomerasi A menjadi B (Persamaan 4) pada

    permukaan katalisator padat berbentuk pellet (Gambar 20). Profil perpindahan massanya

    dilukiskan pada Gambar 21. Persamaan perpindahan massa A ke permukaan padatan dan

    reaksi isomerasi A menjadi B di permukaan padatan dituliskan seperti di bawah ini.

  • 8/18/2019 Diktat Mhs teknik kimia

    40/42

    40

    Gambar 19. Ilustrasi transfer massa eksternal dan internal

    Gambar 20. Ilustrasi isomerisasi A cair menjadi B cair dengan katalisator pellet

    Gambar 21. Perpindahan massa A cair ke permukaan padatan katalisator

    = ( − ) =

    2 . (4)

    = =

    2 . (5)

    Pada percobaan, data hasil pengamatan yang mudah diperoleh adalah konsentrasi reaktan

    (C A) tiap satu satuan waktu, nilai konsentrasi kesetimbangan pada permukaan padatan sulit

    dievaluasi, sehingga persamaan (4) dan (5) dapat disubstitusi dengan menghilangkan

    variabel C AS.

    r

    A AS k

    W C (6)

    A

    r

    A A A

    r

    A A A A W

    k

    k C k

    k

    W C k W )( (7)

  • 8/18/2019 Diktat Mhs teknik kimia

    41/42

    41

    A A Ar

    A A C k W k

    k W (8)

    A A Ar

    A C k W k k

    )1( (9)

    A

    r

    A

    A A A k

    x

    k k

    C k W

    1

    )1( (10)

    Aeff

    r A

    A A C k

    k k

    C W

    11 (11)

    r A

    r Aeff k k

    k k k (12)

    Analog dengan Gambar 17, perubahan A dipengaruhi oleh k A dan kr , kedua parameter ini

    masing-masing adalah tetapan perpindahan massa dan kecepatan reaksi. Yang perlu

    diperhatikan adalah yang lambat yang mengontrol. Jadi, bila proses perpindahan massa

    cepat, maka k A >>>>, sehingga 1/k A , sehingga 1/kr

  • 8/18/2019 Diktat Mhs teknik kimia

    42/42

    Levenspiel (1999) memberi batasan-batasan nilai bilangan Hatta untuk mengevaluasi tipe

    reaksi yang terjadi.

    1. Jika MH > 2, type reaksi sangat cepat, sehingga transfer massa yang mengontrol.

    2. Jika 0,02 < MH < 2, transfer massa dan reaksi kimia yang mengontrol.

    3. Jika MH < 0,02, type reaksi sangat lambat, sehingga reaksi kimia yang mengontrol.

    CONTOH SOAL

    Suatu reaksi isomerasi A B dilakukan dalam reaktor batch dan dapat berjalan lebih

    cepat menggunakan katalis padat berbentuk bola. Data konsentrasi B yang terbentuk

    ditampilkan pada tabel berikut.

    Tabel 7.

    Penyelesaian

    Menggunakan prinsip-prinsip persamaan perpindahan massa dan reaksi kimia di atas

    disusun persamaan neraca massa seperti berikut.

    Perpindahan massa zat pereaksi dari badan cairan melalui lapisan film cairan ke permukaan

    butir padatan dan dapat dinyatakan dengan persamaan:

    AC ALr m A C C Rk dt dN

    4.'

    Reaksi kimia di permukaan butir padatan dinyatakan dengan persamaan berikut: