bab iii_identifikasi potensi dan permasalahan

21
BAB III IDENTIFIKASI POTENSI DAN PERMASALAHAN SEKTOR PERMUKIMAN SERTA PERDAGANGAN 3.1. Sektor Permukiman Pada sektor permukiman, identifikasi potensi dan permasalahan akan dilihat dari beberapa aspek, seperti letak, sarana prasarana, dan kebencanaan. Berikut ini merupakan identifikasi potensi dan permasalahan sektor permukiman pada Kecamatan Salam dan Kecamatan Srumbung: 3.1.1. Potensi Potensi pada wilayah studi akan dijelaskan dalam beberapa aspek: 3.1.1.1. Kondisi Fisik Gambar 3.1 Peta Kelerengan Kecamatan Srumbung dan Salam Sumber: Pengolahan Data, 2014 Seluruh wilayah pada Kecamatan Salam berupa hamparan / dataran, dengan topografi yang datar. Kemiringan lahan seluruh Studio Manajemen Pembangunan Kota Tahun 2014 | III-1

Upload: april-lia

Post on 16-Dec-2015

14 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

potmas

TRANSCRIPT

BAB IIIIDENTIFIKASI POTENSI DAN PERMASALAHANSEKTOR PERMUKIMAN SERTA PERDAGANGAN

3.1. Sektor PermukimanPada sektor permukiman, identifikasi potensi dan permasalahan akan dilihat dari beberapa aspek, seperti letak, sarana prasarana, dan kebencanaan. Berikut ini merupakan identifikasi potensi dan permasalahan sektor permukiman pada Kecamatan Salam dan Kecamatan Srumbung:3.1.1. PotensiPotensi pada wilayah studi akan dijelaskan dalam beberapa aspek:3.1.1.1. Kondisi Fisik

Gambar 3.1Peta Kelerengan Kecamatan Srumbung dan SalamSumber: Pengolahan Data, 2014

Seluruh wilayah pada Kecamatan Salam berupa hamparan / dataran, dengan topografi yang datar. Kemiringan lahan seluruh wilayah Kecamatan Salam berada pada kemiringan kurang dari 15o yang tergolong dalam topografi landai. Kondisi topografi yang relatif landai ini cocok untuk dimanfaatkan sebagai lahan budidaya baik terbangun maupun non terbangun dengan tetap memperhatikan keseimbangan lingkungan. Hampir sama dengan Kecamatan Salam, pada Kecamatan Srumbung juga sebagian besar wilayahnya berupa hamparan, hanya beberapa desa saja yang masuk ke dalam lembah dan lereng. Dan terdapat beberapa wilayah yang berada pada kelerengan 15% - 25% hal ini dikarenakan letaknya yang dekat dengan Gunung Merapi. Kondisi tersebut juga dapat memudahkan perencanaan yang akan dilakukan karena tidak terbentur oleh kondisi yang berbukit-bukit.

3.1.1.2. Penggunaan LahanDilihat dari penggunaan lahannya, Kecamatan Salam memiliki lahan pertanian yang cukup mendominasi, yaitu sebesar 68% dari total keseluruhan luas wilayah. Kondisi ini tentunya memberikan dampak positif karena lahan terbangun masih sedikit sehingga kualitas lingkungan masih terjaga, alih fungsi lahan pun juga tergolong masih kecil.

Gambar 3.2Prosentase Penggunaan Lahan Kecamatan SalamSumber: Pengolahan Data, 2014

Pada Kecamatan Srumbung, penggunaan lahan juga masih didominasi oleh lahan terbuka berupa sawah, tegalan dan hutan negara. Sedangkan luasan bangunan hanya sebesar 11% dari total luasan keseluruhan. Tentunya, kondisi ini juga sangat memberikan dampak positif, mengingat sektor pertanian Kecamatan Srumbung merupakan penyumbang PDRB terbesar di Kabupaten Magelang, ditambah dengan perkebunan salak yang ada pada hampir setiap pekarangan rumah penduduk.

Gambar 3.3Prosentase Penggunaan Lahan Kecamatan SrumbungSumber: Pengolahan Data, 2014

3.1.1.3. KependudukanDalam aspek kependudukan, dapat dilihat bahwa pada wilayah studi memiliki kepadatan yang masih rendah. Pada Kecamatan Srumbung kepadatan keseluruhan hanya 8 jiwa/Ha. Untuk Kecamatan Salam sendiri kepadatan mencapai 14 jiwa / Ha. Untuk penduduk berdasarkan kelompok umur, pada wilayah studi sendiri didominasi oleh usia produktif yaitu antara usia 0 49 tahun. Kondisi tersebut menunjukkan sebagian besar penduduk di wilayah studi berada pada usia produktif, sehingga tingkat ketergantungan penduduk relatif rendah. Kondisi ini juga dapat memungkinkan sebagian besar penduduk di wilayah studi adalah pekerja, atau dengan kata lain potensi tenaga kerja di kecamatan ini relatif tinggi dan cukup baik.3.1.1.4. Sarana PrasaranaPotensi sarana prasarana dalam hal ini adalah sarana prasarana yang menyangkut dengan kebencanaan. Pada wilayah studi, dimana juga terdampak bencana, sarana dan prasarana evakuasi telah ada dan cukup terstruktur, diantaranya terdapat TES (Tempat Evakuasi Sementara) dan TEA (Tempat Evakuasi Akhir). Terdapat sekitar 40 desa yang menjadi Tempat Evakuasi Sementara.

Gambar 3.4Penanda Jalur Evakuasi (Kiri) dan TEA (Kanan)Sumber: Survey, 2014Selain tempat evakuasi, parasarana yang juga penting adalah jalur evakuasi. Jalur evakuasi di wilayah studi telah terstruktur dengan memberikan penanda-penanda sehingga memudahkan warga untuk mengikuti petunjuk saat terjadi bencana. Selain penunjuk jalur evakuasi, juga terdapat titik kumpul. Kecamatan Salam juga memiliki keuntungan karena letaknya yang dilewati jalan arteri Magelang Yogya yang menjadi jalur penghubung utama antara Kabupaten Magelang dan wilayah yang ada di sekitarnya. Jalan ini dapat digunakan untuk distribusi bahan makanan atau mengangkut bantuan lain saat terjadi bencana, dengan kondisi jalan yang cukup bagus dan lebar jalan mencapai 20 meter pada ruas jalannya.3.1.1.5. Sumber Daya AlamSebagai daerah yang berada di lereng gunung, tentunya banyak sumber daya alam yang tersedia, seperti lahan subur untuk pertanian, perkebunan dan juga adanya sungai yang mengalir langsung dari Gunung Merapi membuat banyak mata air segar yang dapat dimanfaatkan. Sektor pertanian sendiri sudah mendominasi wilayah studi baik di Kecamatan Salam dan Kecamatan Srumbung. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya masyarakat yang bekerja pada sektor pertanian.

Gambar 3.5Sawah (Kiri) dan Perkebunan Salak (Kanan)Sumber: Survey, 2014

Untuk perkebunan, Kecamatan Srumbung sendiri didominasi oleh kebun salak, dimana hampir di setiap pekarangan rumah terdapat perkebunan salak. Salak ini juga menjadi pemasukan utama pada sebagian besar keluarga di Kecamatan Srumbung. Perkebunan tidak terbatas pada salak saja, tetapi masyarakat juga membudidayakan cabai, pepaya dan kelapa.Selain itu, bencana Gunung Merapi yang terjadi juga memberikan dampak positif untuk masyarakat. Hal ini dikarenakan banyaknya sumber daya berupa tambang dan pasir yang sampai sekarang juga dimanfaatkan untuk menambah pemasukan keluarga. Pasir ini pun telah meluas pemasarannya hingga ke luar kawasan.

Gambar 3.6Penambangan PasirSumber: Survey, 2014

3.1.2. MasalahSelain potensi, wilayah studi juga memiliki berbagai macam permasalahan yang harusnya menjadi perhatian khusus untuk segera ditangani. Berikut ini merupakan penjelasan permasalahan yang ada di wilayah studi.3.1.2.1. Kebencanaan Masalah utama yang terjadi di wilayah studi adalah terkait dengan kebencanaan, dimana Kecamatan Srumbung adalah wilayah yang cukup dekat dengan Gunung Merapi dengan kerentanan terkait abu vulkanik. Sedangkan Kecamatan Salam termasuk kawasan yang memiliki tingkat kerawanan tinggi untuk lahar dingin.

Gambar 3.6Peta Kerawanan BencanaSumber: Survey, 2014Jika bencana terjadi, Kecamatan Srumbung memiliki kelupuhan akibat debu vulkanik. Debu ini menutup semua lahan pertanian serta perkebunan salak yang selama ini menjadi komoditas dan pemasukan utama masyarakat. Sedangkan pada Kecamatan Salam, jika bencana terjadi dan hujan deras turun, maka akan membuat aliran lahar dingin yang membawa material turun sampai ke hilir, dan Kecamatan Salam merupakan daerah hilir, sehingga pada tahun 2011 beberapa dusun tersapu dan akhirnya menjadi dusun mati.3.1.2.2. KerentananDi balik semua potensi yang ada, Kecamatan Srumbung dan Salam juga memiliki kerentanan. Kerentanan ini mencakup kerentanan dari aspek kependudukan, permukiman, dan sarana prasarana. Dari aspek kependudukan, masyarakat usia lanjut juga masih tergolong banyak, disamping itu, tingkat pendidikan masih rendah hanya tamat SD yang mencapai lebih dari 11.000 orang. Kondisi ini ditambah dengan tingkat pendapatan yang rendah pula, karena masyarakat juga masih bergantung dengan sektor pertanian, dan perkebunan yang pada saat bencana sudah tidak dapat dimanfaatkan.Dalam sektor permukiman, wilayah studi yang mencakup Kecamatan Salam dan Kecamatan Srumbung memiliki kerentanan terhadap bahaya bencana. Rumah-rumah pada wilayah studi sebagian besar adalah rumah semi permanen sampai tidak permanen. Permukiman ini tentunya akan sangat rentan untuk roboh jika terjadi bencana. Kondisi sangat erat hubungannya dengan tingkat pendapatan masyarakat yang rendah sehingga sulit untuk mengakses rumah yang layak.

Gambar 3.8Permukiman Semi PermanenSumber: Survey, 2014

Aspek sarana prasarana, mengalami kerentanan diakibatkan oleh tidak terawatnya jalan-jalan yang digunakan untuk evakuasi. Jalan-jalan ini mengalami kerusakan dan akhirnya akan berdampak pada sulitnya proses evakuasi jika terjadi bencana yang membutuhkan waktu cepat untuk sampai ke tempat evakuasi.

3.1.2.3. Penambangan PasirAdanya Kali Putih yang mengalir pada wilayah studi, ditambah dengan banyaknya material pasir yang datang dari Gunung Merapi, membuat melimpahnya sumberdaya pasir dan tambang. Kondisi ini membuat banyaknya masyarakat yang menggali dan menambang pasir. Namun semakin lama, kondisi ini menimbulkan permasalahan, yaitu adanya pendangkalan sungai, dan kerusakan lingkungan akibat eksploitasi pasir.

Gambar 3.9Jalur Evakuasi yang RusakSumber: Survey, 2014

Selain itu, truk-truk yang mengangkut pasir juga sering melewati jalur evakuasi yang merusak jalan. Jalan menjadi berlubang dan terjadi genangan saat hujan. Kondisi ini tentunya harus memberikan pekerjaan ekstra untuk pemerintah dalam menyelesaikan permasalahan ini.

3.2. Sektor PerdaganganDalam konteks perkembangan kawasan, koridor Muntilan Salam berperan penting dalam mendorong perkembangan kawasan. Di sepanjang koridor Muntilan Salam sebaian besar dimanfaatkan sebagai tempat usaha, permukiman dan di beberapaa titik masih dipergunakan sebagai lahan pertanian. Berdasarkan arahan dalam RTRW Kab. Magelang dan RDTR Koridor Muntilan Salam dikembangkan untuk kegiatan perdagangan dan jasa pendukung pariwisata. Kenyataannya, sektor perdagangan dan jasa belum memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pengembangan kawasan Muntilan dan Salam khususnya di koridor utama Muntilan Salam. Adanya ancaman bencana Merapi yang terjadi secara berkala juga dapat menghambat perkembangan sektor perdagangan dan jasa di koridor Muntilan Salam. Bencana merapi juga mengganggu aktivitas pariwisata yang akhirnya berimbas pada menurunnya kegiatan perdagangan dan jasa di koridor Muntilan Salam. Secara garis besar permasalahan yang dihadapi koridor Muntilan Salam adalah belum optimalnya kegiatan perdagangan dan jasa di sepanjang koridor ini. Lebih detail lagi akan di jelaskan dalam beberapa aspek di bawah ini, yaitu :

Studio Manajemen Pembangunan Kota Tahun 2014 | III-8

SOSIALFISIKEKONOMILINGKUNGANTingkat Pendidikan masih rendahAktivitas yang dilakukan berdasarkan faktor keturunanSebagian rumah-rumah masih tradisional dengan papanTerdapat permukiman yang berada di daerah rawan bencanaPermukiman mengelompok berdasar faktor keturunanSebagian besar masyarakat merupakan buruhMasyarakat mengandalkan kebun salak dan pertanian sebagai pemasukan utamaSebagian jalur evakuasi rusakJaringan listrik dan telekomunikasi putus saat bencanaWilayah Studi Memiliki Kerentanan Fisik, Sosial, Ekonomi Dan Lingkungan Baik Pra, Saat Maupun Pasca BencanaLingkup pekerjaan menjadi terbatasSumber daya lokal belum teroptimalisasiRumah-rumah mengalami kerusakan saat terjadi bencanaSebagian rumah mengalami kerusakan parahMasyarakat tidak berdaya ketika lahan rusak karena bencanaMemiliki kesulitan saat evakuasi bencanaAktivitas terhambat karena tidak ada listrik dan komunikasi saat bencanaMasyarakat mengandalkan pekerjaan yang bersifat temporer

3.2.1. Aspek FisikPasca terjadi bencana Merapi, koridor Muntilan Salam juga merasakan dampaknya yaitu lumpuhnya kegiatan perdagangan dan jasa. Kali putih yang melintasi koridor Muntilan Salam tepatnya di desa Jumoyo membawa lahar dingin yang menyebabkan putusnya jaringan jalan yang menghubungkan Magelang Yogyakarta. Putusnya jaringan jalan di koridor Muntilan Salam yang merupakan akses perhubung antar desa dan antar wilayah otomatis juga akan memutuskan jalur distribusi barang dan berbagai kepentingan lainnya. Imbas terputusnya jalur distribusi barang di koridor Muntilan Salam adalah terhambatnya suplay / pasokan barang ke pusat perdagangan dalam hal ini Muntilan. Pasokan barang dan kebutuhan lainnya di Pasar Muntilan umumnya berasal dari wilayah di sekitar Muntilan seperti Kota Magelang, Yogyakarta atau kecamatan di sekitar Muntilan sendiri. Pasokan barang akan bergantung kemudahan atau ketersediaan akses distribusi barang menuju pusat perdagangan. Jika putusnya jaringan jalan di Jumoyo, maka otomatis sebagian masyarakat di Jumoyo, Sucen dan Salam serta kecamatan di sekitar Muntilan seperti Ngluwar dan Srumbung tidak dapat mengakses Muntilan sebagai pusat perdagangan secara langsung. Selain itu, putusnya akses di Jumoyo akan menghambat pasokan barang dari Muntilan ke kecamatan Salam. Akibat terputusnya jaringan jalan yang merupakan jalur distribusi barang maka akan terjadi kelangkaan barang terutama di sekitar koridor yang terputus. Kelangkaan barang akan mendorong kenaikan harga barang yang bersangkutan sehingga menyebabkan ketidakstabilan harga barang tertentu. Secara alamiah, masyarakat akan berusaha untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dengan mencari alternatif lain atau mencari pusat perdagangan lainnya demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Pasca terjadinya bencana merapi, pemerintah daerah berperan besar dalam memenuhi kebutuhan dasar masyarakat yang terkena dampak bencana. Selama periode tanggap darurat hampir semua kebutuhan dasar masyarakatnya di back up penuh oleh pemerintah daerah. Pemulihan pasca bencana akan memakan waktu yang tidak sebentar, walaupun demikian kelangkaan barang dan kenaikan harga komoditas tertentu akan tergantung seberapa cepat dan tanggapnya pemerintah daerah dalam membuka akses yang tertutup dan rusak karena lahar dingin. Lumpuhnya kegiatan perdagangan ketika erupsi Merapi menunjukkan ketergantungan yang tinggi terhadap ketersediaan akses. Kegiatan perdagangan di koridor Muntilan Salam menjadi tidak optimal karena ada unsur ketergantungan kepada jalur transportasi penghubung atau ketersediaan akses. Kegiatan perdagangan mungkin akan optimal jika masing masing kawasan dalam hal ini kecamatan Muntilan dan Salam mempunyai pusat perdagangan sendiri tanpa ketergantungan dengan pasokan dari luar daerah nya masing-masing. Setidaknya masing masing desa dapat bertahan dengan pasokan lokal sehingga tidak terjadi kenaikan harga barang tertentu karena kelangkaan barang tersebut.

Daerah Rawan Bencana MenengahTitik lokasi putusnya jalur distribusi barang di desa Jumoyo yang dialiri lahar dingin

Gambar 3.10Putusnya akses penghubung Muntilan SalamSumber: Analisis Kelompok Perdagangan dan Jasa, 2014

3.2.2. Aspek SosialDilihat dari segi sosial, kecamatan Muntilan lebih cenderung mempunyai karakteristik kekotaan dimana aktivitas di koridor Muntilan kebanyakan berupa sektor perdagangan dan jasa. Sedangkan kecamatan Salam baik desa yang terletak di koridor Muntilan Salam maupun desa desa dibelakangnya masih bergantung pada sektor pertanian, perkebunan dan pertambangan. Beberapa mempunyai pekerjaan ganda selain petani juga sebagai penambang pasir yang sifatnya musiman.Kebanyakan penduduk di koridor Muntilan dan Salam seperti disebutkan di atas adalah sebagai petani atau penambang pasir. Rata rata tingkat pendidikannya cenderung rendah yang menyebabkan pengetahuan akan pengembangan dan inovasi mereka untuk mengembangkan sektor pertanian atau komoditas lokal juga rendah. Padahal di koridor Muntilan dan Salam dapat berfungsi sebagai tempat penjualan komoditas lokal mereka, tetapi belum bisa dimanfaatkan penduduknya secara optimal. Hasil perkebunan dan komoditas lokal belum dikembangkan dengan teknologi yang lebih modern. Rata rata hanya dikerjakan dengan skala rumah tangga dan keterampilan pekerjanya terbatas. Sehingga tidak terdapat komoditas lokal unggulan yang dapat menjadi ciri khas atau dapat bersaing di pasar yang lebih besar / regional. Contohnya komoditas lokal yang menjadi andalan Kecamatan Salam adalah Salak. Beberapa penduduk juga bekerja sebagai penjual salak yang disuplay dari Kec. Srumbung. Yang sangat disayangkan, salak sebenarnya mempunyai beberapa produksi turunan seperti asinan atau kripik salak. Permasalahannya masyarakat setempat tidak mempunyai cukup pengetahuan untuk mengembangkan komoditas salak dan hasil perkebunan lainnya sehingga harga jual komoditas rendah. Keterlibatan pemerintah masih rendah dalam membantu masyarakat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan individu dalam mengelola komoditas lokalnya. Apabila diberikan pengetahuan dan pelatihan yang sifatnya dapat membuka lapangan kerja atau meningkatkan kemampuan penduduk dalam mengolah hasil pertanian dan perkebunannya lebih baik, maka komoditas lokal akan mempunyai daya jual yang lebih tinggi. Dampak rendahnya tingkat pendidikan dan keterbatasan serta kemampuan mengembangkan hasil komoditas lokalnya, penduduk di kec. Salam adalah masih rendahnya kesejahteraan penduduknya. Kebanyakan tingkat kesejahteraan rendah yang mengharuskan mereka mempunyai pekerjaan ganda, selain bertani atau bekerja di sektor informal / industri rumah tangga juga sebagai penambang pasir. Dengan hasil pertanian dan perkebunan yang berlimpah mereka tidak dapat hidup sejahtera karena nilai jual dan daya saing komoditas lokalnya masih rendah.Adanya bencana merapi juga mempengaruhi tatanan kehidupan sosial penduduknya, terutama di Kec. Salam yang lebih terdampak secara fisik daripada kec. Muntilan. Setelah terjadi bencana merapi, banyak lahan pertanian dan perkebunan yang gagal panen. Sehingga memerlukan waktu untuk memulihkan sistem pertanian dan perkebunan mereka. Walalupun mendapatkan bantuan bibit, pupuk atau peralatan pertanian dan perkebunan dari pemerintah daerah, tetapi teknologi pertanian dan perkebunan masih standar, belum ada inovasi atau teknologi terbaru yang diberikan pemerintah daerah kepada penduduk setempat. Pemerintah belum dapat memberikan pelatihan dan alih pengetahuan secra optimal kepada petani karena keterbatasan anggaran sehingga hasilnya pun belum optimal.

Gambar 3.11Pusat Penjualan Salak Pondoh di Desa Salam dan Contoh Produk turunan Salak yang dapat dikembangkanSumber: Analisis Kelompok Perdagangan dan Jasa, 2014

3.2.3. Aspek EkonomiRendahnya tingkat pendidikan petani juga akan mempengaruhi tingkat perekonomian petani / produsen. Kebanyakan penduduk Kec. Salam dan Muntilan adalah petani dan penambang pasir. Perkecualian untuk penduduk di Desan Gunung Pring dan Pucung Rejo yang sebagian besar bergerak di sektor perdagangan. Karena rendahnya tingkat perekonomian petani setempat, mereka tidak mampu menyediakan alat angkutan untuk menjual hasil pertanian atau perkebunannya sendiri ke pasar terdekat. Para petani lebih cenderung menjual hasil pertaniannya kepada tengkulak / pengumpul yang nantinya hasil pertanian ini akan dijual lagi ke pasar pasar besar. Penjualan hasil pertanian kepada tengkulak dinilai sangat merugikan sekali bagi petani. Hasil pertanian seperti padi / gabah biasanya tidak langsung dijual kepada tengkulak, melainkan disimpan di lumbung masing masing. Masa simpannya relatif lama karena sifatnya mereka mencoba mengantisipasi jika terjadi bencana merapi mereka masih punya persediaan makanan yang cukup untuk beberapa lama. Setelah jangka waktu yang ditentukan hasil pertanian akan dijual kepada tengkulak tengkulak. Tengkulak ini biasanya sudah mempunyai strategis dalam mengumpulkan hasil pertanian dan dijual ke pasar Agro. Hasil pertanian dijual dengan harga yang cukup rendah bagi petani. Mereka lebih memilih menjual kepada tengkulak daripada menjual sendiri karena perekonomian penduduknya yang terbatas untuk menyewa alat transportasi seperti truk atau pick up. Sehingga petani produsen mendapat untung minimal tetapi para tengkulak mempunyai keuntungan berkali lipat karena kemampuannya mengangkut hasil pertanian ke pasar Agro yang berada cukup jauh dari Kec. Salam maupun Muntilan.Untuk hasil perkebunan seperti salak biasanya langsung dijual oleh petani / produsen setempat kepada penjual penjual salak yang banyak terdapat di koridor Muntilan dan Salam. Selain itu hasil perkebunan dijual kepada penjual salak yang biasanya tersebar di objek objek wisata di Kab. Magelang. Beberapa hasil perkebunan bahkan mempunyai pangsa pasar yang cukup besar. Misalnya salak yang mempunyai pangsa pasar nasional. Biasanya pengumpul datang langsung ke kebun kebun salak dan memilih sendiri salak yang akan di bawa dan dijual kembali. Cabe juga mempunyai pangsa pasar regional, pada umumnya cabe merupakan hasil pertanian yang cepat busuk, sehingga berapapun harganya harus dijual secepatnya karena cabe tidak akan bernilai jika sudah rusak. Penjualan hasil pertanian dan perkebunan di kec. Salam rata rata di jual kepada pengumpul . Kemudian pengumpul akan membawa dan menjual hasil pertanian dan perkebunan ke desa Dukun sebagai pasar Agro atau dijual ke aerah lainnya sesuai dengan demand.Ternyata hasil pertanian dan perkebunan di kec. Muntilan dan Salam dijual ke pasar Agro atau pasar besar lainnya yang bukan terletak di wilayah administratif Muntilan atau Salam. Sehingga tidak menyumbang besar bagi perekonomian desa dan kecamatannya sendiri karena hasil pertanian dan perkebunan yang dipasarkan di daerah lain. sampai saat ini kec. Salam belum mempunyai sentra penjualan hasil pertanian atau perkebunan yang lokasinya berada di kecamatan Salam sendiri. Sehingga perputaran uang tidak berada di daerah ini, yang menyebabkan sektor pertanian dan perkebunan cenderung tidak mempunyai nilai tambah bagi produsen secara pribadi atau bagi PDRB kecamatan secara umum.

Gambar 3.12Aktivitas Perdagangan Pasar Agro di Desa DukunSumber: Analisis Kelompok Perdagangan dan Jasa, 2014

3.2.4. Aspek IptekJika dilihat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, kurang optimalnya kegiatan perdagangan dan jasa di koridor Muntilan Salam akan mengakibatkan ketidak stabilan produksi komoditas pertanian yang merupakan sumber supply perdagangan. hal diatas disebabkan karena tingkat pendidikan rendah yang membuat tingkat inovasi dan pengembangan pengetahuan juga rendah. Saat bencana, banyak lahan pertanian petani di koridor Muntilan Salam mengalami kerusakan, sehingga tidak dapat dimanfaatkan. Walaupun pasca bencana seharusnya tanah pertanian bisa lebih subur untuk meningkatkan produksi pertanian. Tetapi sebaliknya, masyarakat tidak mempunyai pengetahuan yang cukup untuk dapat meningkatkan produksi pertaniannya. Sehingga petani mengalami kerugian secara ekonomi akibat gagal panen dan gagal dalam rangka memulihkan semangat dan kesadaran masyarakatnya untuk tangguh dan bertahan terhadap berbagai keadaan termasuk bencana alam.

Adanya gagal panen tentu saja akan membuat kelangkaan beberapa barang kebutuhan. Jika sumber suplaynya mengalami kerusakan maka harus mencari suplay lain agar tidak terjadi kelangkaan barang kebutuhan. Bencana menyebabkan terganggunya supply komoditas pertanian untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat.Sebagai penduduk yang hidup sehari hari di daerah sekitar bencana, masyarakat setempat tidak terlalu mempermasalahkan kondisi alamnya, bahkan lebih cenderung menerima dan menyesuaikan. Yang terjadi adalah belum adanya kestabilan produksi komoditas pertanian yang merupakan sumber suplay perdagangan.

Gambar 3.13Komoditas Unggulan Kec. Salam dan Muntilan yang bisa menjadi langka karena Bencana MerapiSumber: Analisis Kelompok Perdagangan dan Jasa, 2014

Kesimpulan yang dapat diambil dari potensi permasalahan yang terdapat di Koridor Muntilan Salam adalah kurang optimalnya kegiatan perdagangan dan jasa di koridor ini, yang di sebabkan oleh 4 (empat) aspek utama yaitu diatas yaitu aspek fisik, sosial, ekonomi dan ilmu pengetahuan. Belum optimalnya kegiatan perdagangan koridor MuntilanSalam akan mengakibatkan :1.Lumpuhnya pelayanan perdagangan dan jasa terhadap masyarakat yang tidak mengungsi2.Kontribusi sektor perdagangan terhadap perekonomian wilayah kurang progresif3.Kesejahteraan masyarakat lokal belum optimal4.Belum adanya kestabilan produksi komoditas pertanian yang merupakan sumber supplyperdagangan.

Lumpuhnya pelayanan perdagangan dan jasa terhadap masyarakat yang tidak mengungsiKontribusi sektor perdagangan terhadap perekonomian wilayah kurang progresifKesejahteraan masyarakat lokal belum optimalBelum adanya kestabilan produksi komoditas pertanian yang merupakan sumber supply perdaganganBelum Optimalnya Kegiatan Perdagangan Koridor Muntilan-SalamLumpuhnya kegiatan perdagangan di Koridor Muntilan-Salam ketika erupsi MerapiSulitnya akses masyarakat terhadap kebutuhan sehari-hari ketika erupsi MerapiHarga kebutuhan naikKetidaktersediaan barang kebutuhan di pasaranPasokan barang menuju pusat perdagangan terhambatJalur distribusi (jembatan) barang terputusKoridor Muntilan-Salam dilalui Kali Putih yang terkena aliran lahar dinginHarga beli komoditas dari tengkulak jauh lebih rendah dibandingkan harga di pasaranKecenderungan petani (produsen) menjual komoditasnya kepada tengkulakKeterbatasan/Ketidaktersediaan sarana pengangkutan hasil panen menuju pasarRendahnya tingkat perekonomian masyarakat petani (produsen)Harga jual komoditas lokal rendahMinimnya upaya pengolahan komoditas pertanian (salak) dan hasil tambang pasirRendahnya inovasi masyarakat dalam mengembangkan nilai (value) komoditasTingkat pendidikan masyarakat petani cenderung rendahTerganggunya supply komoditas pertanian untuk pemenuhan kebutuhan masyarakatKerugian petani akibat gagal panenLahan pertanian rusak ketika erupsi MerapiBelum adanya inovasi pengembangan sistem pertanian yang tangguh terhadap bencanaFisikEkonomiSosialIPTEKGambar 3.14Pohon Masalah Sektor Perdagangan Koridor Muntilan-SalamSumber: Analisis Kelompok Perdagangan dan Jasa, Studio Mnajemen Pembangunan Kota, 2014Kurangnya kemampuan penguasaan teknologi