bab ii tinjauan pustaka a. penegakan hukum terhadap anak …

40
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penegakan Hukum Terhadap Anak 2.1 Pengertian Penegakan Hukum Penegakan hukum merupakan suatu usaha mewujudkan ide-ide yang bersifat abstrak menjadi kenyataan. Jadi penegakan hukum adalah suatu proses untuk mewujudkan keinginan-keinginan hukum disini tidak lain adalah pikiran-pikiran badan pembuat undang-undang yang dirumuskan dalam peraturanperaturan hukum itu 4 . Menurut Black’s Law Dictionary, penegakan hukum me rupakan usaha untuk menegakkan norma-norma dari kaidah-kaidah hukum sekaligus nilai-nilai yang ada di belakangnya 5 . Penegakan hukum secara konkret ialah berlakunya hukum positif di dalam praktik yang harus ditaati. Jadi, memberikan keadilan di dalam suatu perkara berarti memutuskan hukum in concreto di dalam menjamin dan mempertahankan sehingga ditaati nya hukum materiil dengan cara menggunakan procedural yang ditetapkan oleh hukum formal. 4 Ariyunus Zai Taufik siregar Dedy irsan, 2011,PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM DALAM SISTEM PERADILAN ANAK (Studi Pada Wilayah Hukum Polres Nias), Vol. 4 No. 2, Kota Nias. 5 Irwan Safaruddin Harahap, 2016,Perlindungan Hukum Terhadap Anak Korban Kejahatan Seksual dalam Perspektif Hukum Progresif, VOL. 23 NO.1, Sumatra Utara.

Upload: others

Post on 27-Oct-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penegakan Hukum Terhadap Anak …

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penegakan Hukum Terhadap Anak

2.1 Pengertian Penegakan Hukum

Penegakan hukum merupakan suatu usaha mewujudkan ide-ide yang bersifat

abstrak menjadi kenyataan. Jadi penegakan hukum adalah suatu proses untuk

mewujudkan keinginan-keinginan hukum disini tidak lain adalah pikiran-pikiran

badan pembuat undang-undang yang dirumuskan dalam peraturanperaturan hukum

itu4.

Menurut Black’s Law Dictionary, penegakan hukum merupakan usaha

untuk menegakkan norma-norma dari kaidah-kaidah hukum sekaligus nilai-nilai

yang ada di belakangnya5.

Penegakan hukum secara konkret ialah berlakunya hukum positif di dalam

praktik yang harus ditaati. Jadi, memberikan keadilan di dalam suatu perkara berarti

memutuskan hukum in concreto di dalam menjamin dan mempertahankan sehingga

ditaati nya hukum materiil dengan cara menggunakan procedural yang ditetapkan

oleh hukum formal.

4 Ariyunus Zai Taufik siregar Dedy irsan, 2011,PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK YANG

BERHADAPAN DENGAN HUKUM DALAM SISTEM PERADILAN ANAK (Studi Pada Wilayah

Hukum Polres Nias), Vol. 4 No. 2, Kota Nias. 5 Irwan Safaruddin Harahap, 2016,Perlindungan Hukum Terhadap Anak Korban Kejahatan Seksual dalam

Perspektif Hukum Progresif, VOL. 23 NO.1, Sumatra Utara.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penegakan Hukum Terhadap Anak …

10

Penegakan hukum jika ditinjau dari sudut objek hukum adalah Penegakan

hukum dalam arti luas mencakup pada nilai-nilai keadilan yang isinya mengandung

bunyi aturan formal maupun nilai-nilai keadilan yang ada di dalam masyarakat.

Dalam upaya penegakan hukum dalam arti sempit hanya berbicara mengenai

bagaimana procedural menegakkan peraturan secara formal dan tertulis saja.

Dalam menegakkan hukum ini, ada 3 hal yang harus diperhatikan, yaitu

kepastian hukum, kemanfaatan, dan keadilan.

1. Kepastian hukum

Hukum harus dilaksanakan dan ditegakkan, setiap orang menginginkan

dapat ditegakkan hukum terhadap peristiwa konkret yang terjadi,

bagaimana hukumnya, itulah yang harus diberlakukan pada setiap

peristiwa yang terjadi. Jadi pada dasarnya tidak ada penyimpangan.

Bagaimana pun juga hukum harus ditegakkan, sampai-sampai timbul

perumpaan “meskipun besok hari kiamat, hukum harus tetap

ditegakkan”. Inilah yang diinginkan kepastian hukum. Dengan adanya

kepastian hukum, ketertiban dalam masyarakat tercapai.

2. Kemanfaatan

Pelaksanaan dan penegakan hukum juga harus memperhatikan

kemanfaatannya dan kegunaannya bagi masyarakat. Sebab hukum

justru dibuat untuk kepentingan masyarakat (manusia). Karenanya

pelaksanaan dan penegakan hukum harus memberi manfaat dalam

masyarakat. Jangan sampai terjadi pelaksanaan dan penegakan hukum

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penegakan Hukum Terhadap Anak …

11

yang merugikan masyarakat, yang pada akhirnya menimbulkan

keresahan.

3. Keadilan

Soerjono Soekanto mengatakan bahwa keadilan pada hakikatnya

didasarkan pada 2 hal : pertama asas kesamarataan, dimana setiap

orang berhak mendapat bagian yang sama. Kedua, didasarkan pada

kebutuhan. Sehingga menghasilkan kesebandingan yang biasanya

diterapkan di bidang hukum. Pelaksanaan dan penegakan hukum juga

harus mencapai keadilan. Peraturan hukum tidak identik dengan

keadilan.

Inti dari penegakan hukum itu terletak pada kegiatan menyelaraskan

hubungan dari nilai yang menjabarkan di dalam kaedah-kaedah untuk

menciptakan, memelihara dan memeperhatikan kedamainan dalam

pergaulan hidup. Di dalam penegakan hukum, pasangan nilai tersebut

perlu diserasikan.

Penegakan hukum adalah salah satu upaya untuk menanggulangi kejahatan

secara rasional, memenuhi rasa keadilan dan berdaya guna. Dalam upaya untuk

mengatasi berbagai sarana reaksi yang dapat diberikan kepada pelaku tindak pidana,

berupa sarana pidana maupun non hukum pidana, yang dapat diintegrasikan satu

dengan yang lainnya6.

6 Barda Nawawi Arief, 2002, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,

hlm.109

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penegakan Hukum Terhadap Anak …

12

Berdasarkan uraian di atas penulis berpendapat bahwa yang di maksud

dengan penegakan hukum adalah upaya dilakukan untuk menjadikan hukum secara

baik dalam artian formil dan materil, sebagai acuan/pedoman perilaku dalam setiap

tindakan perbuatan hukum baik oleh subyek hukum yang bersangkutan dan aparatur

penegak hukum yang telah diberi wewenang oleh undang-undang untuk

menjalankan penegakan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

2.2 Penegakan Hukum Pidana

Penegakan hukum pidana merupakan suatu upaya yang diterapkan guna

mencapai tujuan dari hukum itu sendiri. Menurut Muladi dan Barda Nawawi

(seperti yang dikutip Shafrudin) menegakan hukum pidana harus beberapa tahap

yang dilihat sebagai bentuk usaha yang sengaja direncanakan untuk mencapai suatu

tujuan dari hukum itu sendiri. Tujuan hukum tersebut tidak terlepas dari pengaruh

politik hukum pidana yang terdiri dari tiga tahap, yaitu 7:

a. Tahap Formulasi

Tahap formulasi meruapakan tahap penegakan hukum pidana in abstracto

oleh badan pembuatan Undang-Undang. Tahap ini sering disebut juga tahap

kebijakan legislatif.

b. Tahap Aplikasi

Tahap Aplikasi adalah tahap penegakan hukum pidana (tahap penerapan

hukum pidana) oleh aparat-aparat penegak hukum dari mulai kepolisian

sampai ke pengadilan

7 Shafrudin, 1998, Politik Hukum Pidana, , Universitas Lampung, Bandar Lampung, hlm.4.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penegakan Hukum Terhadap Anak …

13

c. Tahap Eksekusi

Tahap Eksekusi yaitu tahap penegakan (pelaksanaan) hukum pidana secara

konkret oleh aparat pelaksana pidana.

Penegakan hukum pidana merupakan proses pelaksanaan hukum untuk

menentukan tentang apa yang menurut hukum dan apa yang melawan hukum,

menentukan tentang perbuatan mana yang dapat dihukum menurut ketentuan

hukum pidana materiil, dan petunjuk tentang bertindak serta upaya yang harus

dilakukan demi kelancaran berlakunya hukum baik sebelum, ataupun sesudah

perbuatan pelanggaran hukum itu terjadi sesuai dengan ketentuan hukum pidana

formil.

Dari beberapa tindakan penegakan hukum pidana di atas, penulis dalam

skripsi ini membatasi terkait batasan yang akan di bahas mengenai tahapan

penegakan hukum pidana, penulis hanya membahas tahap penegakan hukum

pidana pada tahap eksekusi di karenakan skripsi ini terkait pada tahap eksekusi yaitu

di mana tahap penegakan ( pelaksaan ) hukum pidana secara konrit oleh aparat

penegak hukum.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penegakan Hukum Terhadap Anak …

14

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum

Faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum menurut Soerjono

Soekanto adalah8 :

a. Faktor Hukum

Praktik penyelenggarakan hukum di lapangan ada kalanya terjadi

pertentangan antara kepastian hukum dan keadilan, hal tersebut

disebabkan oleh konsepsi keadilan merupakan suatu rumusan yang

bersifat abstrak, sedangkan kepastian hukum merupakan suatu prosedur

yang telah ditentukan secara normatif.

b. Faktor penegak hukum

Faktor penegak hukum yaitu pihak-pihak yang membentuk dan

menerapkan hukum. Fungsi hukum, mentalitas atau kepribadian petugas

penegak hukum memainkan peranan penting, kalau peraturan sudah

baik, tetapi kualitas petugas kurang baik, ada masalah. Salah satu kunci

keberhasilan dalam penegakan hukum adalah mentalitas atau

kepribadian penegak hukum.

c. Faktor Sarana atau Fasilitas Pendukung

Faktor sarana atau fasilitas pendukung mencakup perangkat lunak dan

perangkat keras, salah satu contoh perangkat lunak adalah pendidikan.

Pendidikan yang diterima oleh Polisi dewasa ini cenderung pada hal-hal

8 Soerjono Soekanto. 2004, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegeakan Hukum Cet.V, Raja Grafindo

Persada, Jakarta, hlm. 42.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penegakan Hukum Terhadap Anak …

15

yang praktis konvensional, sehingga dalam banyak hal polisi mengalami

hambatan di dalam tujuannya, diantaranya adalah pengetahuan tentang

kejahatan computer, dalam tindak pidana khusus yang selama ini masih

diberikan wewenang kepada jaksa, hal tersebut karena secara teknis

yuridis polisi dianggap belum mampu dan belum siap dalam hal tersebut.

d. Faktor Masyarakat

Penegak hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk mencapai

kedamaian di dalam masyarakat. Setiap warga masyarakat atau

kelompok sedikit banyaknya mempunyai kesadaran hukum, persoalan

yang timbul adalah taraf kepatuhan hukum, yaitu kepatuhan hukum yang

tinggi, sedang, atau kurang. 26 Adanya derajat kepatuhan hukum

masyarakat terhadap hukum, merupakan salah satu indikator

berfungsinya hukum yang bersangkutan.

e. Faktor Kebudayaan

Kebudayaan menurut Soerjono Soekanto, mempunyai fungsi yang

sangat besar bagi manusia dan masyarakat, yaitu mengatur agar manusia

dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat, dan

menentukan sikapnya kalau mereka berhubungan dengan orang lain.

Dengan demikian, kebudayaan adalah suatu garis pokok tentang

perikelakuan yang menetapkan peraturan mengenai apa yang harus

dilakukan, dan apa yang dilarang.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penegakan Hukum Terhadap Anak …

16

Berdasarkan penjelasan di atas bahwa penulis berpendapat kelima faktor

tersebut berkaitan erat dikarenakan merupakan esensi dari penegakan hukum, juga

merupakan titik tolak ukur dari sebuah efektifitas penegakan hukum. Factor

penegak hukum merupakan salah satu factor yang mempengaruhi penegakan

hukum, karena dalam pembahasan mengenai penegakan hukum sebenarnya lebih

banyak tertuju pada diskresi yang menyangkut pengambilan putusan yang tidak

sangat terikat oleh hukum dimana penilain pribadi juga memegang peranan penting.

Menurut penulis bahwa terjadinya tindak pidana perundungan(bullying)

tersebut di karenakan kurangnya pedoman dalam bimbingan dan konsultasi. Dengan

kata lain dalam penegakan hukum pidana perundungan (bullying) lebih kepada

bentuk kebijaksanaan penjatuhan hukuman, selain itu pengawas yang di lakukan

masih banyak kekurangan yang di sebabkan adanya kurangnya daya inovatif yang

sebenarnya merupakan pasangan konservatisme.

B. Teori Bullying

1.1 Definisi Bullying

Secara konseptual perundungan bullying adalah aktivitas yang dilakukan

dengan tujuan memojokan orang lain dengan nada merendahkan, mengolok hingga

kekerasan fisik. Biasanya perbuatan perundungan bullying terjadi bukan karena

marah atau konflik yang tak terselesaikan, akan tetapi lebih merujuk pada rasa

superioritas atau dengan kata lain untuk menunjukan bahwa pelaku perundungan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penegakan Hukum Terhadap Anak …

17

bullying yang paling kuat dan punya hak untuk merendahkan, menghina atau

bertindak semena-mena pada orang lain9.

Perilaku perundungan bullying kepada seseorang terjadi karena terdapat

berbagai unsur Menurut B. Coloroso, yaitu sebagai berikut:10

1. Ketidak seimbangan kekuatan.

Pelaku perundungan bullying dapat saja orang yang lebih tua, lebih

besar, lebih kuat, lebih mahir secara verbal, lebih tinggi dalam status

sosial, berasal dari ras yang berbeda, atau tidak berjenis kelamin yang

sama. sejumlah besar kelompok anak yang melakukan bullying dapat

menciptakan ketidakseimbangan.

2. Niat untuk mencederai.

Perundungan bullying berarti menyebabkan kepedihan emosional atau

luka fisik, memerlukan tindakan untuk dapat melukai, dan menimbulkan

rasa senang di hati sang pelaku saat menyaksikan luka tersebut.

3. Ancaman agrersi lebih lanjut.

Baik pihak pelaku maupun pihak korban mengetahui bahwa

perundungan bullying dapat dan kemungkinan akan terjadi kembali.

9Tanzil Ichsan,Nandang Sambas,2018,Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Tindak Pidana Bullying

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Perubahan atas Undang-Undang No 23 Tahun 2002

Tentang Perlindungan Anak Jo.Undnag-Undang Nomor 11 tahun 2012 Rentang Sistem Peradilan Pidana

Anak,vol.4 No.1,Bandung. 10 B. Coloroso, 2006, Penindasan Tertindas Dan Penonton. Resep Pemutus Rantai Kekerasan Anak Dari

Prasekolah hingga SMU, Serambi, Jakarta, hlm.44

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penegakan Hukum Terhadap Anak …

18

Perundungan bullying tidak dimaksudkan sebagai peristiwa yang terjadi

sekali saja.

4. Teror.

Perundungan bullying adalah kekerasan sistematika yang digunakan

untuk mengintimidasi dan memelihara dominasi. teror yang menusuk

tepat dijantung korban bukan hanya merupakan sebuah cara untuk

mencapai tujuan tindakan perundungan bullying, teror itulah yang

merupakan tujuan dari Tindakan perundungan bullying tersebut.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya bahwa perilaku perundungan

bullying terdapat beberapa unsur yang terlibat. Penulis menarik kesimpulan

bahwasannya suatu tindakan perilaku negative yang dilakukan oleh seseorang atau

kelompok yang di lakukan secara sadar dan mempunyai maksud merugikan orang

lain baik secara fisik maupun secara mental karena adanya penyalahgunaan ketidak

seimbangan kekuatan. Negative di sini dapat saya artikan bahwasanya adalah

adanya secara sengaja membuat luka atau ketidak nyamanan melalui kontak fisik

melalui perkataan ataupun dengan tindakan yang membuat korban luka fisik

maupun psikis kejiwaan

1.2 Bentuk-Bentuk Perundungan (Bullying)

Perundungan bullying merupakan tindakan yang dilakukan dengan sadar dan

sengaja oleh pihak-pihak yang melakukannya tindakan perundungan bullying.

Dengan demikian, ada beberapa bentuk perundungan bullying dilihat dari berbagai

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penegakan Hukum Terhadap Anak …

19

pendapat. Bullying juga terjadi dalam beberapa bentuk tindakan. Menurut Coloroso

perundungan bullying dibagi menjadi tiga jenis, yaitu11:

a. Bullying Fisik

Jenis penindasan secara fisik di antaranya adalah memukul, mencekik,

menyikut, meninju, menendang, menggigit, memiting, mencakar, serta

meludahi anak yang ditindas hingga ke posisi yang menyakitkan, serta

merusak dan menghancurkan pakaian serta barangbarang milik anak

yang tertindas. Semakin kuat dan semakin dewasa sang penindas,

semakin berbahaya jenis serangan ini, bahkan walaupun tidak

dimaksudkan untuk mencederai secara serius.

b. Bullying verbal

Penindasan verbal dapat berupa julukan nama, celaan, fitnah, kritik

kejam, penghinaan, dan pernyataan-pernyataan bernuansa ajakan seksual

atau pelecehan seksual. Selain itu, penindasan verbal dapat berupa

perampasan uang jajan atau barang-barang, telepon yang kasar, e-mail

yang mengintimidasi, surat-surat kaleng yang berisi ancaman kekerasan,

tuduhantuduhan yang tidak benar, kasak-kusuk yang keji, serta gosip.

c. Bullying non verbal

Perilaku ini dapat mencakup sikap-sikap tersembunyi seperti pandangan

yang agresif, lirikan mata, helaan napas, bahu yang bergidik, cibiran,

tawa mengejek, dan bahasa tubuh yang kasar.

11 Ibid,hal.328

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penegakan Hukum Terhadap Anak …

20

Menurut Ketua Yayasan Sejiwa, Diena Haryana (2008) yang dikutip

Muhammad Bentuk bullying terbagi tiga yaitu12 :

1. Bersifat fisik seperti memukul, menampar, memalak.

2. Bersifat verbal seperti: memaki, menggosip, mengejek.

3. Bersifat non verbal seperti: mengintimidasi, mengucilkan, mengabaikan,

mendiskriminasi.

Dapat di artikan oleh penulis bahwa bentuk-bentuk tindakan perundungan

bullying dapat di bedakan menjadi perundungan bullying fisik, verbal, Non Verbal.

Sehingga perbuatan perundungan bullying sangatlah berbahaya untuk masa depan

anak.

1.3 Faktor-Faktor Bullying

Faktor Penyebab terjadinya perundungan bullying Menurut Ariesto,antara

lain sebagai berikut13:

a. Keluarga

Pelaku perundungan bullying seringkali berasal dari keluarga

yang bermasalah, orang tua yang sering menghukum anaknya

secara berlebihan, atau situasi rumah yang penuh stress, agresi,

dan permusuhan. Anak akan mempelajari perilaku perundungan

bullying ketika mengamati konflik-konflik yang terjadi pada

12 Novianti ,2019, PELINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK KORBAN BULLYING, Vol. XI,

No.08,Jakarta Pusat. 13 Ibid.hal.327

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penegakan Hukum Terhadap Anak …

21

orang tua mereka, dan kemudian menirunya terhadap teman-

temannya. Jika tidak ada konsekuensi yang tegas dari lingkungan

terhadap perilaku ia akan belajar bahwa “mereka yang memiliki

kekuatan diperbolehkan untuk berperilaku agresif, dan perilaku

agresif itu dapat meningkatkan status dan kekuasaan seseorang”.

Dari sini anak mengembangkan perilaku perundungan bullying;

b. Sekolah

Pihak sekolah sering mengabaikan keberadaan perundungan

bullying akibatnya, anak-anak sebagai pelaku perundungan

bullying akan mendapatkan penguatan terhadap perilaku mereka

untuk melakukan intimidasi terhadap anak lain. Perundungan

bullying berkembang dengan pesat dalam lingkungan sekolah di

karenakan rendahnya hukuman sehingga pelaku menganggap

tindakan tersebut hal yang wajar bagi lingkungan sekolah.

c. Faktor Kelompok Sebaya

Beberapa anak melakukan perundungan bullying dalam usaha

untuk membuktikan bahwa mereka bisa masuk dalam kelompok

tertentu, meskipun mereka sendiri merasa tidak nyaman dengan

perilaku tersebut.

d. Kondisi lingkungan sosial

Salah satu faktor lingkungan social yang menyebabkan tindakan

perundungan bullying adalah kemiskinan. Mereka yang hidup

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penegakan Hukum Terhadap Anak …

22

dalam kemiskinan akan berbuat apa saja demi memenuhi

kebutuhan hidupnya, sehingga tidak heran jika di lingkungan

sekolah sering terjadi pemalakan antar siswanya.

e. Tayangan televisi dan media cetak

Secara tidak langsung anak-anak ikut mengamati dan menirukan

pola yang ada di tayangan televisi tersebut dengan di aplikasikan

langsung terhadap teman di lingkungan sekitar.

Jika faktor-faktor tersebut yang kerap menimbulkan perilaku perundungan

bullying maka lantas bagaimana untuk menekan perilaku perundungan bullying

yang ada di lingkungan sekolah, mengingat faktor tersebut kerap banyak kita jumpai

pada kenyataan di lapangan.

1.4 Dampak Bullying

Tindakan perundungan bullying pada saat ini sering di kategorikan sebagai

tingkat kekerasan yang meresahkan kehidupan masyarakat, karena terdapat dampak

negatif yang diakibatkan dari tindakan bullying tersebut. Tindakan

perundungan(bullying) merupakan salah satu masalah sosial dan sering dijumpai

pada kalangan anak di sekolah, sebagaimana diketahui fenomena praktik

perundungan bullying dapat terjadi pada siapa saja begitu pula dengan anak-anak

pada tingkat sekolah dasar (SD). Perilaku perundungan bullying yang sering

ditunjukan di sekolah di antaranya dalah meminta sesuatu dengan secara paksa

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penegakan Hukum Terhadap Anak …

23

kepada temannya yang lemah, bahkan sering melakukan kekerasan seperti

memukul, menendang.14

Dilihat dari dampaknya, perundungan bullying jelas merupakan

permasalahan yang sangat serius. Anak-anak yang mengalami perundungan

bullying, mungkin saja nampak mampu mengatasi permasalahan yang dihadapinya.

Pada dasarnya dampak perundungan bullying sangat mempengaruhi dalam waktu

yang berkepanjangan terlebih sampai mengakibatkan korban jiwa.15

1. Dampak Negatif

Anak yang pernah menjadi korban perundungan bullying pasti lebih

besar resikonya mengalami permasalahan di kesehatan, baik secara fisik

maupun secara mental/psikis. Adapun berbagai macam permasalahan

yang diderita oleh anak yang menjadi korban bullying adalah :

a. Munculnya berbagai masalah mental seperti depresi, kegelisahan dan

masalah tidur, masalah tersebut mungkin akan terbawa hingga

dewasa.

b. Keluhan kesehatan fisik,seperti kepala sakit, sakit perut, dan

ketegangan otot.

c. Rasa tidak aman saat berada di lingkungan sekolah.

d. Penurunan semangat belajar dan prestasi akademis.

14 Ayu Muspita, Nurhasanah, Martunis, 2017, Analisis Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Bullying Pada

Siswa SD Negeri Kecamatan Bukit Kabupaten Bener Meriah, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Bimbingan dan

Konseling, Vol.2, No.1, FKIP Universitas Syiah Kuala 15 Nurul Hidayati, 2012, Bullying pada Anak: Analisis dan Alternatif Solusi, Fakultas Psikologi Universitas

Muhammadiyah Gresik, INSAN Vol. 14 No.01, hlm. 45

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penegakan Hukum Terhadap Anak …

24

e. Dalam kasus yang cukup langka, anak-anak korban bullying akan

menunjukan sifat kekerasan.

2. Dampak Positif

Di samping ada dampak negative tak lain adapun dampak positif nya

juga terkait korban perundungan bullying, antara lain yaitu :

a. Lebih kuat dan tegar dalam menghadapi suatu masalah.

b. Termotivasi untuk menunjukan potensi mereka agar tidak

direndahkan.

c. Terdorong untuk berintropeksi diri.

Tak hanya anak korban perundungan bullying, anak yang menjadi pelaku

perundungan bullying juga akan mendapatkan dampaknya. Anak yang sebagai

pelaku perundungan bullying biasanya memiliki keterkaitan emosional yang

kecenderungannya lebih besar untuk :

a. Berperilaku kasar/ abusif

b. Melakukan kriminalisasi

c. Terlibat dalam vandalism

d. Menyalahgunakan obat-obatan dan alkohol

e. Terlibat dalam pergaulan bebas.

Sekolah yang menjadi tempat terjadinya perundungan bullying akan terkena

dampak yang mengakibatkan:16

16 Cynantia Rachmijati: Bullying Dalam Dunia Pendidikan, diakses pada tanggal 4 Maret 2021

https://generasiindonesiaantibullying.wordpress.com/2014/02/13/dampak-dampakbullying.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penegakan Hukum Terhadap Anak …

25

a. Terciptanya rasa tidak aman di lingkungan sekolah.

b. Inefektivitas kegiatan belajar mengajar.

c. Diragukannya pendidikan moral di sekolah tersebut.

Menurut penulis dampak perundungan bullying merupakan bentuk ancaman

yang nyata di setiap pihak yang terlibat, anak sebagai korban perundungan bullying

dan pelaku perundungan bullying. Bahkan sekolah mendapat citra buruk di

lingkungan masyarakat. Sudah sepatutnya tindakan perundungan bullying harus di

tangani dengan serius supaya terbentuk lingkungan yang nyaman dan aman.

C. Tindakan Perundungan Bullying Menurut Hukum Positif Indonesia

2.1 Pasal yang Berkaitan dengan Bullying

Perundungan bullying merupakan tindakan kekerasan yang merugikan orang

lain di karenakan tindakan yang dilakukan untuk menyakiti orang lain atau juga

dengan tujuan tertentu. Tindakan perundungan bullying jika dilakukan secara terus

menerus mengakibatkan trauma dan ketakutan yang mendalam bahkan bisa

mengakibatkan kematian.

Perilaku perundungan bullying memiliki efek yang sangat berbahaya yang

dapat menimbulkan dampak trauma yang mendalam untuk masa depan anak,

sehingga pengaturan terhadap bullying harus diterapkan. Di Indonesia saat ini

istilah perundungan bullying tidak di atur oleh Undang-Undang yang berlaku, oleh

karena itu para penegak hukum dalam menyelesaikan kasus perundungan bullying

harus melihat bentuk-bentuk perundungan bullying terlebih dahulu sebelum

menjerat pelaku.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penegakan Hukum Terhadap Anak …

26

Pemerintah mengatur perilaku perundungan bullying dalam Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2002 Tentang Perlindungan Anak. Pelaku perundungan bullying dapat dikenakan

sanksi dengan dijerat menggunakan Undang-Undang tersebut.

Berdasarkan isi dari pasal 1 point 5a Undang-Undang Perlindungan Anak,

kekerasan didefinisikan sebagai setiap perbuatan terhadap anak yang berakibat

timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, psikis, seksual, dan/ atau

penelantaran, termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan atau

perampasan kemerdekaan secara melawan hukum.

Melihat dari segi perilaku perundungan bullying tersebut maka pasal 76C

Undang-Undang Perlindungan Anak telah mengatur secara jelas bahwa setiap orang

dilarang menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh melakukan, atau turut

serta melakukan kekerasan terhadap anak. Ancaman pidana atas pelanggaran

ketentuan dari pasal 76C tersebut diatur dalam pasal 80 Undang-Undang

Perlindungan Anak sebagai berikut17 :

1. Setiap Orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 76C, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun 6

(enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp 72.000.000,00 (tujuh

puluh dua juta rupiah).

17 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Perubahan atas Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang

Perlindungan Anak pasal 76c Jo pasal 80.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penegakan Hukum Terhadap Anak …

27

2. Dalam hal Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) luka berat, maka

pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun

dan/atau denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

3. Dalam hal Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mati, maka pelaku

dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun

dan/atau denda paling banyak Rp 3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).

4. Pidana ditambah 1/3 (sepertiga) dari ketentuan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) apabila yang melakukan

penganiayaan tersebut Orang Tuanya.

Di samping yang di jelaskan dalam pasal 76C di atas beserta isi pasal 80

aturan mengenai larangan melakukan Tindakan perundungan bullying terhadap anak

juga di jelaskan dalam isi pasal 76A yang melarang setiap orang untuk

memperlakukan anak secara diskriminatif yang mengakibatkan anak mengalami

kerugian, baik materil maupun moril sehingga dapat menghambat fungsi sosialnya

dan memperlakukan anak penyandang disabilitas secara diskriminatif.

Dalam isi pasal 76B pun menjelaskan isi larangan di mana setiap orang

untuk menempatkan, membiarkan, melibatkan, menyuruh melibatkan anak dalam

situasi perlakuan salah dan penelantaran. Berdasarkan dalam isi pasal 77 dan 77B ,

orang yang melanggar aturan pasal 76A dan 76B dapat dipidana penjara paling lama

5 lima tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 seratus juta rupiah.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penegakan Hukum Terhadap Anak …

28

Ketentuan pidana tersebut berlaku terhadap semua pelaku perundungan

bullying yang masih termasuk di bawah umur/ anak. Dalam hal usia pelaku di

bawah 18 tahun makan system peradilan penyelesain dengan proses peradilan anak

mengacu pada Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan

Pidana Anak.

Berdasarkan penjelasan umum di atas di dalam Undang-Undang Nomor 11

tahun 2012, dalam isi substansi Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 adalah

pengaturan secara tegas mengenai “ Keadilan restorative “ dan “ diversi “. Yang

bertujuan untuk menghindari dan menjatuhkan anak dari proses peradilan guna

mencegah stigma buruk terhadap anak yang berhadapan dengan hukum. Dengan

tujuan yang diharapkan bahawa anak sebagai pelaku tindak pidana dapat kembali ke

dalam lingkungan sosial yang wajar dan dapat di terima secara baik di lingkungan

masyarakat.

Hal ini diatur dalam isi pasal 71D ayat 1 Jo Pasal 59 ayat 2 huruf I Undang-

Undang Perlindungan Anak , berikut isi nya 18:

1. Pasal 71D ayat 1 “Setiap Anak yang menjadi korban sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 59 ayat (2) huruf b, huruf d, huruf f, huruf h,

huruf i, dan huruf j berhak mengajukan ke pengadilan berupa hak atas

restitusi yang menjadi tanggung jawab pelaku kejahatan”

18 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Perubahan atas Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang

Perlindungan Anak pasal 71C ayat 1 Jo pasal 59 ayat 2.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penegakan Hukum Terhadap Anak …

29

2. Pasal 59 ayat (2) huruf I Perlindungan Khusus kepada Anak

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada Anak korban

kekerasan fisik dan/atau psikis.

Penulis menjelaskan macam-macam peraturan yang berhubungan dengan

perundungan bullying didalam hukum pidana, berikut table aturan hukum terkait

perundungan bullying yang di jelaskan dalam Undang-Undang Hukum Pidana

berdasarkan bentuk-bentuk bullying:

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penegakan Hukum Terhadap Anak …

30

Tabel.1

Aturan Hukum terkait perundungan bullying dalam KUHP.

Bentuk

Perundungan

(Bullying)

JenisDelik AturanHukum

Terkait

Ancaman

Hukuman

Fisik

Perampasan

Kemerdekaan Pasal 333

8-12 Tahun

Penjara

Penganiayaan Pasal 351 2-7 Tahun Penjara

Penyerangan Dengan

Tenaga Bersama

Terhadap Orang Atau

Barang

Pasal 170

5- 12 Tahun

Penjara

Pemerasan Pasal 368 9 Tahun Penjara

Menjual/Memberikan

Minuman

Memabukan

Pasal 300

1-9 Tahun Penjara

Memaksa Orang

Melakukan/Membiar

kan Perbuatan Cabul

Pasal 289

9 Tahun Penjara

Verbal dan

Non Verbal

Pengancaman Pasal 369 4 Tahun Penjara

Perbuatan Tidak

Menyenangkan Pasal 335 1 Tahun Penjara

Pengancaman Di

Muka Umum

Dilakukan Bersama

Pasal 336

2-5 Tahun Penjara

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penegakan Hukum Terhadap Anak …

31

Jika di lihat di table tersebut menjelaskan terdapat berbagai perbedaan

ancaman dalam bentuk penggunaan pasal yang berbeda dengan berbagai aturan

hukum yang mengikat sehingga pelaku perundungan bullying dapat di kenakan

sanksi pidana.

Menurut penulis bahwasan nya yang menjadi korban perundungan bullying

adalah anak serta pelaku perundungan bullying juga anak untuk menyelesaikan

tindakan perundungan bullying menggunakan Undang-Undang Nomor 35 tahun

2014 Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang

Perlindungan Anak. Mengingat Undang-Undang tersebut merupakan Lex Spesialis

Derogat Legi Generali dari KUHP sebagai hukum yang umum kita ketahui bersama.

2.2 Penegakan Hukum Penyelesaian Kasus Perundungan Bullying

Dalam hal penegakan hukum terkait tindak pidana yang di lakukan oleh

anak terkait perundungan bullying bahwasannya mengacu pada Undang-Undang

No.11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Anak. Di dalam Undang-Undang

tersebut menyebutkan pelaku anak dapat di selesaikan melalui Diversi maupun

Peradilan Pidana Anak. Di sini dapat di uraikan bagian-bagian penyelesaian sebagai

berikut :

a. Melalui Diversi

Dalam penegakan hukum anak wajib mengupayakan proses

penyelesaian dengan jalur diversi dimulai pada tingkat penyidikan

sampai ke pemeriksaan di muka persidangan. Dalam upaya hukum

diversi ada beberapa syarat yang harus terpenuhi terlebih dahulu yaitu di

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penegakan Hukum Terhadap Anak …

32

mana ancaman pidana di bawah 7 tujuh tahun, dan bukan merupakan

pengulangan tindak pidana. Hal tersebut berdasarkan atas isi pasal 7 ayat

2 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan

Pidana Anak.

Dapat di jelaskan mengenai diversi dalam isi pasal 1 butir 7 Undang-

Undang Nomor 11 Tahun 2012 menjelaskan bahwa diversi adalah

pengalihan perkara anak dari proses peradilan pidana ke proses diluar

peradilan pidana. Mengingat kepentingan seoarang anak yang menjadi

tujuan utama.

Dalam hal anak melakukan tindak pidana perundungan bullying

seperti penganiayaan atau pengeroyokan yang tidak menyebabkan

korban meninggal dunia ancaman pidana kurang dari 7 tujuh tahun dapat

di upayakan penyelesaian dengan jalur diversi di setiap tingkat

pemeriksaan. Dan apabila upaya diversi tidak didapatkan titik terang

dapat di teruskan ke tahap proses selanjutnya. Untuk lebih jelaskan

mengenai pemahaman proses diversi penulis menyajikan dalam bentuk

skema, yaitu sebagai berikut :

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penegakan Hukum Terhadap Anak …

33

Tindak

Perundungan(bullying)

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penegakan Hukum Terhadap Anak …

34

Menurut Penulis penyelesai perundungan bullying dengan jalur diversi

posisi korban yang masih anak dan pelakupun masih anak jika mengacu dalam

Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.

b. Melalui Peradilan Pidana Anak

Proses Peradilan Pidana Anak dapat di tempuh jika mana dalam

proses penyelesain dengan jalur diversi tidak didapatkan hasil

kesepakatan. Atau tindak pidana yang di lakukan masuk dalam kalkulasi

dengan ancaman pidana 7 tahun penjara atau lebih serta pengulangan

tindak pidana.

Menurut hemat penulis tindakan perundungan bullying dalam penulisan

skirpsi ini korban hanya mengalami luka fisik yang tidak begitu berat penyelesaian

melalui jalur diversi dengan mengacu Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan

Anak.

D. Tinjauan Umum Tentang Anak

2.1 Pengertian Anak

Anak merupakan generasi muda adalah ada dua hal yang tidak mungkin

dapat di pisahkan, karena anak adalah merupakan bagian dari generasi muda. Selain

anak di dalam generasi muda ada yang disebut dengan remaja dan dewasa. Terdapat

beberapa pengertian anak menurut peraturan perundang-undangan begitupun

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penegakan Hukum Terhadap Anak …

35

menurut para ahli. Jika dilihat berdasarkan batasan usia ada beberapa peraturan

perundang-undangan yang menguraikan definisi anak, adalah sebagai berikut :

a. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan

Pidana Anak Pasal 1 angka 3 menjelaskan bahwa anak yang berkonflik

dengan hukum yang selanjutnya disebut anak adalah anak yang telah

berumur 12 tahun, tetapi belum berumur 18 tahun yang diduga

melakukan tindak pidana.

b. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

Pasal 1 ayat (1), mendefiniskan anak adalah seseorang yang belum

berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam

kandungan.

Menurut R.A. Kosnan menjelaskan pengertian anak, yakni : “Anak-anak

yaitu manusia muda dalam umur muda dalam jiwa dan perjalanan hidupnya karena

mudah terpengaruh untuk keadaan sekitarnya16”.

Pengertian anak yang digunakan menjadi sumber pedoman dalam penulisan

skripsi ini adalah pengertian anak menurut pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor

11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Dengan pengertian anak

yang berkonflik dengan hukum adalah anak yang berusia 12 dua belas tahun tetapi

belum mencapai 18 delapan belas tahun karena didasarkan pada pertimbangan

sosiologis dan psikologis anak itu sendiri.

16 R.A. Koesnan,2005, Susunan Pidana dalam Negara Sosialis Indonesia, Sumur, Bandung, hlm 113.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penegakan Hukum Terhadap Anak …

36

2.2Hak dan Kewajiban Anak

a. Hak Anak

Seseorang anak adalah pribadi yang sangat unik, meskipun anak belum

dapat bertindak berdasarkan pikiran, perasaan, dan kehendaknya sendiri tetaplah

seseorang anak memiliki hak yang melekat padanya. Meskipun di dalam

pemenuhan hak tersebut, seorang anak tidak dapat melakukan sepenuhnya dengan

sendiri dikarenakan kemampuan dan pengalamannya masih terbatas.

Berdasarkan Pasal 28B ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 juga

menjelaskan bahwa adanya hak yang melekat di dalam pribadi seseorang anak, yang

menjelaskan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh,

berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Berdasarkan konverensi hak-hak anak, terdapat beberapa kelompok mengenai

kategori hak anak, di antaranya :17

1. Hak untuk kelangsungan hidup (The Right To Survival)

Hak untuk kelangsungan hidup (The Right To Survival) adalah hak

untuk melestarikan dan mempertahankan hidup, sehingga

bagaimanapun lemahnya seorang anak, mereka tetap memiliki hak

untuk hidup yaitu hak untuk mendapatkan kesehatan, hak untuk

mendapatkan pendidikan, dan sebagainya. Sehingga negara wajib

memberikan, melaksanakan dan mengupayakan supaya hak hidup

seorang anak dapat mereka peroleh.

17 M. Nasir Djamil, 2013, Anak Bukan Untuk Dihukum, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 20.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penegakan Hukum Terhadap Anak …

37

2. Hak terhadap perlindungan

Seorang anak masih terlihat lemah baik dari fisik maupun mental,

seorang anakpun rentan menjadi sasaran atau korban tindak pidana

dikerenakan ketidakberdayaan nya. Seorang anak wajib memperoleh

perlindungan yang sangat khusus dan pada hakikatnya seorang anak

wajib mendapatkan perlindungan baik dari diskriminasi,

kriminalisasi, ketelantaran bagi anak yang tidak memiliki keluarga.

3. Hak untuk tumbuh kembang (Development Right)

Seorang anak mempunyai hak untuk mengembangkan kepribadian

dan fisik, mental, spiritual, moral, karena seorang anak berhak untuk

tumbuh dan berkembang tanpa adanya gangguan-gangguan dari

faktor luar/eksternal.

4. Hak untuk berpartisipasi (Partisipation Right)

Hak untuk berpartisipasi merupakan hak anak yang berkaitan dengan

identitas budaya mendasar bagi anak, sehingga setiap anak berhak

untuk mengutarakan pendapatnya, berhak untuk menjalin hubungan

untuk bergabung, berhak untuk memperoleh akses informasi.

Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan

Pidana Anak, hak-hak anak dalam proses peradilan pidana diatur dalam Pasal 3,

yaitu18:

18 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak,pasal 3

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penegakan Hukum Terhadap Anak …

38

1. Diperlakukan secara manusiawi dengan memperhatikan kebutuhan

sesuai dengan umurnya.

2. Memperoleh bantuan hukum dan bantuan lain secara efektif.

3. Bebas dari penyiksaan, penghukuman atau perlakuan lain yang

kejam, tidak manusiawi, serta merendahkan martabat dan derajatnya.

4. Tidak ditangkap, ditahan atau dipenjara, kecuali sebagai upaya

terakhir dan dalam waktu yang paling singkat.

5. Memperoleh keadilan dimuka pengadilan anak yang objektif, tidak

memihak, dan dalam sidang tertutup untuk umum.

6. Memperoleh pendampingan orang tua/wali dan orang yang dipercaya

oleh anak

Penulis menyimpulkan setiap anak baik anak sebagi korban atau anak

sebagai pelaku tindak pidana pada umumnya mempunyai hak-hak yang harus

dipenuhi baik dalam proses penegakan hukum karena anak itu sendiri sebagai

estafet kepemimpinan bangsa yang akan datang.

b. Kewajiban Anak

Berdasarkan Pasal 19 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang

Perlindungan Anak, menjelaskan mengenai kewajiban anak yaitu setiap anak

berkewajiban untuk19:

19 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Perubahan atas Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang

Perlindungan Anak pasal 19

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penegakan Hukum Terhadap Anak …

39

1. Menghormati orang tua, wali dan guru;

2. Mencintai keluarga, masyarakat, dan menyayangi teman;

3. Mencintai tanah air, bangsa, dan negara;

4. Menunaikan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya; dan

5. melaksanakan etika dan akhlak yang mulia

Anak selain mendapatkan hak anak pun juga harus melaksanakan

kewajibannya supaya anak mempunyai akhlak yang berbudi pekerti yang mulia

serta anak tidak menjadi pribadi yang menyimpang. Penulis berpendapat anak

dalam melaksanakan hak dan kewajiban nya harus seimbang jika tidak akan

menimbulkan sifat dan hasil yang tidak baik kedepan nya.

1.3 Anak Berhadapan Dengan Hukum

a. Pengertian Anak Berhadapan dengan Hukum

Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak pada Pasal 1 butir 2, yang dimaksud dengan

Anak Berhadapan dengan Hukum adalah anak yang berkonflik dengan

hukum, anak yang menjadi korban tindak pidana, dan anak yang menjadi

saksi tindak pidana

b. Kenakalan Anak

Istilah kata “nakal” atau “kenakalan” tidak dijumpai dalam Undang-

Undang Nomor 35 Tahun 2014 jo Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2002 Tentang Perlindungan Anak, dan tidak ditemukan kata-kata

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penegakan Hukum Terhadap Anak …

40

tersebut dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem

Peradilan Anak. Sebagai gantinya, di dalam Undang-Undang Nomor 11

Tahun 2012 menggunakan istilah “anak yang berkonflik dengan

hukum”, yang terdapat pada Pasal 1 butir 2 dan 3. Kenakalan anak

adalah bentuk-bentuk pelanggaran yang masih bisa ditoleransi oleh

masyarakat, bukan kejahatan yang meresahkan seperti pemerkosaan dan

pembunuhan berencana.

Menurut sebagian para ahli yang dimaksud dengan kenakalan anak adalah

bentuk kegagalan untuk memperoleh sebuah pembenaran moral dan etis yang sesuai

dengan budaya masyarakat, dan sebab kegagalan di latar belakangi dari problem

yang perkembangan.20

Kenakalan anak adalah merupakan tindakan yang dilakukan oleh seorang

anak dinilai bertentangan dengan ketentuan-ketentuan hukum serta di anggap

bertentangan oleh masyarakat. Kenakalan anak itu sendiri ditafsirkan sebagai

perbuatan yang tercela. Unsur-unsur kenakalan anak terdiri dari :

1. adanya suatu tindakan;

2. tindakan itu bertentangan dengan ketentuan Undang-Undang;

3. ditafsirkan sebagai perbuatan yang tercela

Menurut penulis yang dimaksud kenakalan anak adalah bentuk

penyelewengan secara sosial pada anak yang disebabkan oleh suatu bentuk

20 Kriswanto Dicaprio: Anak dan Anak Nakal, di akses pada tanggal 4 Maret 2021 pada:

http://anakdananaknakal.blogspot.co.id/2012/07/1.htm?m=1.

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penegakan Hukum Terhadap Anak …

41

kebiasaan sosial yang ada di lingkungan tempat tinggalnya. sehingga anak

sedemikian rupa mengembangkan suatu bentuk tingkah laku yang menyimpang dari

prosedur.

E. Tindak Pidana Yang di Lakukan Anak

2.1 Pengertian Tindak Pidana

Ada beberapa pengertian mengenai tindak pidana menurut para ahli. Istilah

tindak pidana merupakan berasal dari hukum belanda yaitu “ strafbaar feit “. Istilah

strafbaar feit terdiri dari tiga unsure kata yaitu straft, baar, dan feit. Straf diartikan

pidana dan hukum, sedangkan baar diartikan sebagai boleh atau dapat, serta feit

dapat di artikan sebagai peristiwa, perbuatan, tindak, dan pelanggaran. Sehingga

dapat disimpulkan bahwasannya pengertian strafbaar feit adalah peristiwa yang

dapat dipidana atau perbuatan yang dapat di pidana.21 Tetapi ada juga yang

menggunakan istilah kata delik yang di mana kata tersebut berasal dari bahasa latin

yaitu delictum.

Jika menurut Andi Hamzah dalam bukunya, delik adalah suatu perbuatan

atau tindakan yang terlarang atau diancam dengan hukuman oleh Undang-Undang

( Pidana ).22

Selain itu juga masih banya pengertian menurut para ahli terkait pengertian

starfbaar feit atau tindak pidana, sebagai berikut :

21 Amir Ilyas, 2012, Asas-Asas Hukum Pidana, Rangkang Education, Yogyakarta, hlm.19 22 Andi Hamzah, 1994, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, hlm. 72.

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penegakan Hukum Terhadap Anak …

42

1. Pompe

Menurut Pompe istilah strafbaar feit telah dirumuskan sebagai suatu

pelanggaran norma (gangguan terhadap tertib hukum) dengan sengaja

atau tidak disengaja yang telah dilakukan oleh seseorang, dimana

penjatuhan hukuman terhadap pelaku tersebut adalah perlu dilakukan

demi terpeliharanya tertib hukum dan terjaminnya kepentingan umum.23

2. Van Hamel

Strafbaar feit adalah kelakuan yang dirumuskan dalam Undang-Undang,

melwan hukum, yang patut dipidana (strafwaardig), dan dilakukan

dengan kesalahan.24

3. Komariah Emong Supardjadja

Perbuatan pidana adalah suatu perbuatan manusia yang memenuhi

rumusan delik, melawan hukum dan pembuat bersalah melakukan

perbuatan itu.25

Jika menurut penulis bahwa di dalam sebuah Undang-Undang yang ada

maupun litelatur hukum yang menggunakan istilah delik, tindak pidana, peristiwa

pidana, pelanggaran pidana, perbuatan pidana maupun perbuatan yang dapat

dihukum merupakan istilah-istilah yang dapat diartikan dari maksud penjelasan dari

strafbaar feit itu sendiri.

23 P.A.F Lamintang dan Franciscus Theojunior Lamintang, 2014, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia,

Sinar Grafika, Jakarta Timur, hlm. 180. 24 E.Y. Kanter, S.R. Sianturi, 2002, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya, Storia Grafika,

Jakarta, hlm.205. 25 Mahrus Ali, 2011, Dasar-Dasar Hukum Pidana, Sinar Grafika, Jakarta Timur, hlm. 99.

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penegakan Hukum Terhadap Anak …

43

2.2 Unsur Tindak Pidana

Suatu perbuatan dapat dikategorikan sebagai tindak pidana apabila suatu

perbuatan itu sendiri telah mengandung unsure-usnur yang mendukung dan masuk

kedalam syarat perbuatan pidana itu sendiri.

Adapun juga dari beberapa pandangan mengani unsure-unsur tindak pidana

menurut para ahli, antar lain sebagai berikut :

1. Moeljatno

Untuk dapat dikatakan sebagai perbuatan pidana, maka harus memenuhi

unsur-unsur sebagai berikut :26

a. Perbuatan;

b. Yang dilarang (oleh aturan hukum);

c. Ancaman pidana (bagi yang melanggar larangan).

2. Menurut Simons terdapat unsure-unsur pidana yaitu sebagai berikut :27

a. Perbuatan manusia (baik dalam arti perbuatan positif/berbuat

maupun perbuatan negatif/tidak berbuat);

b. Diancam dengan pidana;

c. Melawan hukum;

d. Dilakukan dengan kesalahan, dan;

e. Oleh orang yang mampu bertanggung jawab.

26 Moeljatno, 2015, Asas-asas Hukum Pidana Cet.IX, Rineka Cipta, Jakarta, hlm. 57. 27 Tongat, 2010, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia : Dalam Perspektif Pembaharuan, UMM Press,

Malang, hlm. 105

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penegakan Hukum Terhadap Anak …

44

Menurut penulis perbuatan yang dapat dikategorikan sebuah tindak pidana

harus memenuhi unsure-unsur yang mendukung dan terpenuhi, dalam penulisan

skripsi ini penulis sangat setuju terkait pendapat Moeljatno di mana seseorang untuk

dapat dikatakan sebagai perbuatan pidana maka harus memenuhi kelengkapan

unsure perbuatan, unsure yang di larang(oleh aturan hukum) dan unsure ancaman

pidana (bagi yang melanggar larangan).

2.3 Sanksi Pidana Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana

Sanksi mempunyai arti yang sama dengan hukuman, namun pengertian nya

berbeda dengan pidana. Dalam pengertian sanksi pidana mencakup semua jenis

pidana baik di dalam KUHP maupun ketentuan yang diatur di luar KUHP. Di

Negara Indonesia saat ini menggunakan dua jenis sanksi pidana sekaligus yaitu

berupa pidana ( starf ) dan tindakan ( maatregels ).

Dalam penjatuhan sanksi terhadap anak di mana anak tersebut termasuk

pelaku tindak pidana telah diatur di dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 11

tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Berdasarkan isi pasal 69 ayat 1

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 terhadap anak yang melakukan perbuatan

tindak pidana dapat di kenakan penjatuhan hukuman pidana dan tindakan.

a. Sanksi Pidana

Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak, terhadap anak yang berkonflik dengan hukum

dapat dijatuhkan pidana yaitu pidana pokok dan pidana tambahan,

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penegakan Hukum Terhadap Anak …

45

berdasarkan pasal 71 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012

mengaturnya sebagai berikut28:

1. Pidana Pokok, terdiri dari:

Pidana peringatan;

Pidana dengan syarat;

Pelatihan kerja;

Pembinaan dalam lembaga, dan;

Penjara;

2. Pidana Tambahan, terdiri dari:

Perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana;

Pemenuhan kewajiban adat.

b. Sanksi Tindakan

Di samping membicarakan sanksi pidana terdapat juga sanksi

tindakan. Tindakan merupakan penjatuhan sanksi tindakan terhadap

seseorang yang telah terbukti secara sah dan menyakinkan bersalah

dengan tujuan untuk memberikan pendidikan dan pembinaan . jika

mengacu pada pasal 69 ayat 2 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012,

bahwa anak yang belum berusia 14 empat belas tahun hanya dapat di

28 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak,pasal 71.

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penegakan Hukum Terhadap Anak …

46

kenakan sanksi tindakan. Jika menurut pasal 82 ayat 2 Undang-Undang

Nomor 11 tahun 2012 sanksi tindakan dapat berupa 29:

a. Pengembalian kepada orang tua/wali;

b. Penyerahan kepada seseorang;

c. Perawatan di rumah sakit jiwa;

d. Perawatann di LPKS;

e. Kewajiban mengikuti pendidikan formal dan/atau pelatihan yang

diadakan oleh pemerintah atau badan swasta;

f. Pencabutan surat izin mengemudi;

g. Perbaikan akibat tindak pidana.

Berdasarkan ketentuan KUHP , di dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun

2012 mengenai penerapan penjatuhan sanksi pidana hanya diberikan kepada anak

yang telah berusia 14 tahun hanya dikenakan sanksi tindakan. Ancaman sanksi yang

di berikan mengacu pada ringan nya perbuatan, keadaan pribadi anak, atau keadaan

pada waktu dilakukan perbuatan terjadi kemudian dapat dijadikan sebagai dasar

penegakan hukum dengan mempertimbangkan segi keadilan dan kemanusiaan.

Dalam menjatuhkan pidana penjara yang sangat perlu diperhatikan

mengingat isi pasal 79 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 yaitu 30:

a. Pidana pembatasan kebebasan diberikan dalam hal anak melakukan tindak

pidana berat atau tindak pidana yang disertai dengan kekerasan.

29 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak,pasal 62 ayat (2). 30 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak,pasal 79.

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penegakan Hukum Terhadap Anak …

47

b. Pidana pembatasan kebebasan yang dijatuhi terhadap anak paling lama ½

(satu perdua) dari maksimum pidana penjara yang diancam terhadap orang

dewasa.

c. Minimum khusus pidana penjara tidak berlaku terhadap anak.

d. Ketentuan mengenai pidana penjara dalam KUHP berlaku juga terhadap

anak sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-Undang ini.

Selanjutnya dapat dijelaskan lagi menurut isi pasal 81 Undang-Undang

Nomor 11 tahun 2012 sebagai berikut 31:

a. Anak dijatuhi pidana penjara di LPKA apabila keadaan dan perbuatan anak

membahayakan masyarakat.

b. Pidana penjara yang dapat dijatuhkan kepada anak paling lama ½ (satu

perdua) dari maksimum ancaman pidana penjara orang dewasa.

c. Pembinaan di LPKA dilaksanakan sampai anak berumur 18 (delapan belas)

tahun.

d. Anak yang telah menjalani ½ (satu perdua) dari lamanya pembinaan di

LPKA dan berkelakuan baik berhak mendapatkan pembebasan bersyarat.

e. Pidana penjara terhadap anak hanya digunakan sebagai upaya terakhir.

f. Jika tindak pidana yang dilakukan anak merupakan tindak pidana mati atau

pidana penjara seumur hidup, maka pidana yang dijatuhkan adalah pidana

penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun.

31 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak,pasal 81.

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penegakan Hukum Terhadap Anak …

48

Dengan mengacu pada pasal 63 ayat 2 KUHP masih dibenarkan adanya

perbuatan lain yang menurut Undang-Undang selain KUHP dapat dipidana

sepanjang Undang-Undang itu bertalian dengan permasalahan anak dan terlebih lagi

tidak bertentangan dengan ketentuan KUHP ( lex spesialis derogate legi generali ).

Dengan adanya asas tersebut hukum pidana anak membenarkan Undang-Undang

lain di luar KUHP yaitu Undang-Undang 11 tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan

Pidana Anak.

Menurut penulis seharusnya ada perlakuan khusus terhadap anak mengingat

sifat dan psikis seorang anak. Dalam kasus yang saya angkat pelaku tindak pidana

merupakan seorang anak yang berusia 12 tahun jika mengacu pada Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2014 Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002

Tentang Perlindungan Anak pasal 80 ayat 1, pelaku hanya di kenakan ancaman

pidana penjara 3 tahun 6 bulan oleh sebab itu sanksi tindakan lebih efisien.