bab ii tinjauan pustaka a. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4606/3/lidya nur hidayah...

47
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Masa Nifas 1. Definisi Masa Nifas Masa nifas merupakan masa setelah proses partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6-8 minggu hingga organ reproduksi kembali kedalam keadaan normal seperti pra-hamil (Saleha, 2009). Komplikasi bisa terjadi pada ibu postpartum seperti hemoragic atau pendarahan post partum, trombosis, tromboflebitis (Bobak, 2005), maka dari itu diperlukan suatu asuhan masa nifas untuk menjaga kesehatan ibu postpartum dan bayinya (Bahiyatun, 2008). Asuhan masa nifas diberikan baik dari segi fisiologis maupun psikologis (Sulistyawati, 2009). 2. Tujuan Asuhan Masa Nifas Pemberian asuhan saat masa nifas ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan baik secara fisiologis maupun psikologis bagi ibu dan bayi. Pada aspek fisiologis bertujuan untuk pencegahan diagnosa dini, pengobatan komplikasi ibu dan bayi paska persalinan. Peningkatan kesejahteraan psikologis ibu, ibu mampu melaksanakan perannya dalam situasi baru, peningkatan pengembangan hubungan yang baik antara ibu dan anak (Sulistyawati, 2009). 12 Hubungan Tingkat Nyeri..., LIDYA NUR HIDAYAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Upload: lamngoc

Post on 02-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4606/3/LIDYA NUR HIDAYAH BAB II.pdf · Bau ini tidak seperti bau menstruasi. 3) Endometrium dan serviks Hari

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Masa Nifas

1. Definisi Masa Nifas

Masa nifas merupakan masa setelah proses partus selesai dan

berakhir setelah kira-kira 6-8 minggu hingga organ reproduksi kembali

kedalam keadaan normal seperti pra-hamil (Saleha, 2009). Komplikasi

bisa terjadi pada ibu postpartum seperti hemoragic atau pendarahan post

partum, trombosis, tromboflebitis (Bobak, 2005), maka dari itu diperlukan

suatu asuhan masa nifas untuk menjaga kesehatan ibu postpartum dan

bayinya (Bahiyatun, 2008). Asuhan masa nifas diberikan baik dari segi

fisiologis maupun psikologis (Sulistyawati, 2009).

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Pemberian asuhan saat masa nifas ini bertujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan baik secara fisiologis maupun psikologis bagi ibu dan bayi.

Pada aspek fisiologis bertujuan untuk pencegahan diagnosa dini,

pengobatan komplikasi ibu dan bayi paska persalinan. Peningkatan

kesejahteraan psikologis ibu, ibu mampu melaksanakan perannya dalam

situasi baru, peningkatan pengembangan hubungan yang baik antara ibu

dan anak (Sulistyawati, 2009).

12

Hubungan Tingkat Nyeri..., LIDYA NUR HIDAYAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4606/3/LIDYA NUR HIDAYAH BAB II.pdf · Bau ini tidak seperti bau menstruasi. 3) Endometrium dan serviks Hari

13

3. Tahapan Masa Nifas

Tahapan yang terjadi pada saat masa nifas antara lain:

a. Periode immediate postpartum

Tahapan pertama yang sering terjadi banyak masalah karena

atonia uteri. Masa ini dimulai ketika masa segera saat plasenta lahir

sampai 24 jam.10 Pemeriksaan yang biasa dilakukan diantaranya

pengeluaran lochea, tekanan darah, dan suhu (Saleha, 2009).

b. Periode early postpartum

Masa antara 24 jam-1 minggu postpartum. Pada periode ini perlu

dipastikan involusi uteri berjalan dengan baik dan normal. Involusi uteri

berjalan dengan baik ketika tidak terjadi pendarahan, lochea tidak

berbau sangat/busuk, gizi ibu terpenuhi, serta ibu dapat menyusui

dengan baik dan produksi ASI baik (Saleha, 2009).

c. Periode last postpartum

Masa antara 1-5 minggu postpartum. Pada masa ini dilakukan

kunjungan rutin paska nifas (Saleha, 2009). Periode selanjutnya yaitu

waktu remote puerperium merupakan waktu yang diperlukan untuk

pulih dan sehat kembali yang lamanya bisa berminggu-minggu, bulan,

tahunan.

Hubungan Tingkat Nyeri..., LIDYA NUR HIDAYAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4606/3/LIDYA NUR HIDAYAH BAB II.pdf · Bau ini tidak seperti bau menstruasi. 3) Endometrium dan serviks Hari

14

4. Perubahan Anatomi dan Fisiologis Masa Nifas

a. Perubahan Sistem Reproduksi

1) Uterus Gravidus, vagina, dan perineum

Ukuran uterus akan kembali mengecil setelah dua hari

postpartum setinggi umbilikus dan setelah 4 minggu kembali pada

ukuran sebelum hamil kurang lebih 30 gram (Saleha, 2009). Vagina

akan mengecil dan timbul ragae (lipatan-lipatan atau kerutan)

kembali ke ukuran normal kurang lebih 6-8 minggu setelah bayi

lahir (Wiknjosastro, 2008).

2) Lochea

Lochea merupakan darah yang dibuang dari rahim berbentuk

cairan sekret. Lochea memiliki bau yang khas. Bau ini tidak seperti

bau menstruasi.

3) Endometrium dan serviks

Hari pertama tebal endometrium 2,5 mm, setelah tiga hari

permukaan mulai rata, sehingga tidak ada pembentukan jaringan

parut. Perubahan serviks dimulai dari kala I dengan perubahan

serviks secara progresif dan diakhiri dengan pembukaan serviks

lengkap. (Bobak, 2005).

b. Perubahan Sistem Pencernaan

Kurangnya makanan berserat selama postpartum dapat

menyebabkan ibu mengalami konstipasi. Faktor lainnya yang

Hubungan Tingkat Nyeri..., LIDYA NUR HIDAYAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4606/3/LIDYA NUR HIDAYAH BAB II.pdf · Bau ini tidak seperti bau menstruasi. 3) Endometrium dan serviks Hari

15

menyebabkan adalah karena rasa takut ibu ketika buang air besar,

jika terdapat luka pada perineum (Saleha, 2009).

c. Perubahan Sistem Perkemihan

Saluran kencing biasanya akan kembali normal dalam waktu 2

sampai 8 minggu paska melahirkan. Pelvis ginjal dan ureter yang

meregang dan berdilatasi selama proses kehamilan akan kembali

normal pada minggu ke empat (Saleha, 2009).

d. Perubahan Tanda-Tanda Vital

1) Nadi dan Pernafasan

Pada proses persalinan denyut nadi akan mengalami

peningkatan, dapat terjadi bradikardi (50-70 kali/menit) maupun

takikardi. Kebutuhan pernafasan pada ibu partus akan meningkat

karena proses mengejan/meneran.

2) Tekanan Darah

Tekanan darah yang mengalami peningkatan lebih dari 30

mmHg pada systole dan 15 mmHg pada dyastole perlu dicurigai

terjadinya pre-eklamsi pada ibu post partum. Selama beberapa

jam postpartum, ibu dapat terjadi hipotensi orthostik (penurunan

20mmHg) yang ditandai dengan pusing setelah berdiri (Saleha,

2009).

3) Suhu Tubuh

Masa postpartum dapat mengalami kenaikan suhu sekitar

0,5 derajat celcius dari keadaan normal (360C – 37,50C) namun

Hubungan Tingkat Nyeri..., LIDYA NUR HIDAYAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4606/3/LIDYA NUR HIDAYAH BAB II.pdf · Bau ini tidak seperti bau menstruasi. 3) Endometrium dan serviks Hari

16

tidak lebih dari 38 derajat celcius. Jika suhu tubuh tidak kembali

normal atau meningkat setelah 12 jam post partum perlu dicurigai

adanya infeksi.

e. Perubahan Sistem Endokrin

Selama periode post partum, terjadi perubahan hormon yang

besar salah satunya hormon estrogene dan progesterone akan

diproduksi. Perubahan kadar estrogene dan progesterone yaitu terjadi

fluktuasi hormonal dalam tubuh. Kadar hormone kortisol (hormone

pemicu stres) pada tubuh ibu naik hingga mendekati kadar orang

yang mengalami depresi (Maryunani, 2009).

f. Perubahan Berat Badan

Peningkatan berat badan pada ibu hamil dapat mencapai 10-15

kg (Bahiyatun, 2008). Sebagian besar ibu akan kembali ke ukuran

badan semula setelah 7-8 minggu postpartum, tetapi adapula

beberapa ibu yang memerlukan waktu lebih lama.

5. Adaptasi Psikologis Postpartum

Ada tiga fase penyesuaian ibu terhadap perannya sebagai orang tua,

yaitu fase taking-in, fase taking hold, fase letting go (Potter, 2009).

a. Fase Taking-in

Pada fase ini fokus ibu hanya pada dirinya sendiri. Fase ini

merupakan periode ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama

sampai hari kedua paska melahirkan. Kelelahan selama persalinan bisa

membuat ibu mudah tersinggung, kekecewaan karena tidak

Hubungan Tingkat Nyeri..., LIDYA NUR HIDAYAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4606/3/LIDYA NUR HIDAYAH BAB II.pdf · Bau ini tidak seperti bau menstruasi. 3) Endometrium dan serviks Hari

17

mendapatkan apa yang diinginkan, ketidaknyamanan, rasa bersalah

belum mampu menyusui bayinya.

b. Fase Taking-Hold

Fase ini terjadi antara 3–10 hari setelah melahirkan. Pada fase

taking hold, ibu merasa khawatir atau rasa ketidakmampuan dan rasa

tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Perasaan mudah tersinggung

jika komunikasinya kurang hati-hati. Dalam fase ini, ibu sangat

membutuhkan dukungan dari keluarga

c. Fase Letting Go

Pada fase ini ibu sudah mulai mampu menyesuaikan diri dengan

ketergantungan bayinya. Fase ini merupakan fase menerima tanggung

jawab akan peran barunya sebagai ibu yang berlangsung 10 hari paska

persalinan.

6. Masalah Tanda Bahaya Masa Nifas

Tanda bahaya post partum sangat penting diketahui oleh ibu,

keluarga, dan petugas kesehatan (Bahiyatun, 2008) diantaranya :

a. Pendarahan pervaginam

Pendarahan postpartum (setelah minggu ke-4) yang berwarna

merah menyala melebihi 500 ml setelah bersalin dan dapat bervariasi.

Kekurangan darah dapat dideteksi dari kadar hemoglobin. Pendarahan

ini bisa terjadi secara lambat hingga tidak bisa dideteksi sampai terjadi

syok (Varney, 2007).

Hubungan Tingkat Nyeri..., LIDYA NUR HIDAYAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4606/3/LIDYA NUR HIDAYAH BAB II.pdf · Bau ini tidak seperti bau menstruasi. 3) Endometrium dan serviks Hari

18

b. Infeksi masa nifas

Gejala umum yang muncul dapat berupa uterus yang lembek,

kemerahan, rasa nyeri pada payudara, adanya dysuria. Penyebab adanya

infeksi karena bakteri endogen dan eksogen. Faktor lainnya yang

mempengaruhi adalah nutrisi yang buruk, defisiensi zat besi, persalinan

lama, rupture membrane, episiotomi, dan seksio sesaria (Bahiyatun,

2008).

c. Sakit kepala, nyeri epigastrik, dan penglihatan kabur

Ibu postpartum, umumnya sering mengeluh sakit kepala hebat

atau penglihatan kabur (Bahiyatun, 2008).

d. Pembengkakan wajah atau ekstremitas

Postpartum, perlu dipastikan apakah ibu mengalami gejala

pembengkakan. Periksa adanya varises, kemerahan pada betis,

ekstremitas (tulang kering, pergelangan kaki, atau kaki) mengalami

edema atau tidak.

e. Kontraksi uterus tidak baik (sub involusi uterus)

Beberapa penyebab tidak baiknya kontraksi uterus adalah

peregangan uterus yang maksimal, uterus yang tidak dalam kondisi baik

(tidak kompeten), keadaan umum ibu yang lemah (Bahiyatun, 2008).

f. Tromboflebitis

Inflamasi permukaan pembuluh darah disertai pembentukan

pembekuan darah disebut tromboflebitis. Tromboflebitis cenderung

terjadi pada periode postpartum pada saat kemampuan penggumpalan

Hubungan Tingkat Nyeri..., LIDYA NUR HIDAYAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4606/3/LIDYA NUR HIDAYAH BAB II.pdf · Bau ini tidak seperti bau menstruasi. 3) Endometrium dan serviks Hari

19

darah meningkat akibat peningkatan fibrinogen, dilatasi vena

ekstremitas bagian bawah disebabkan oleh tekanan kepala janin selama

kehamilan dan persalinan, dan aktifitas pada periode tersebut yang

menyebabkan penimbunan, statis dan membekukan darah pada

ekstremitas bagian bawah.

7. Tujuan Perawatan Post Partum :

a. Meningkatkan involusi uterus menjadi normal dan kembali seperti

bentuk dan ukuran sebelum hamil

b. Meminimalkan komplikasi postpartum

c. Meningkatkan kenyamanan dan penyembuhan pelvis perineal dan

jaringan perineal.

d. Membantu perbaikan fungsi tubuh normal.

e. Meningkatkan pemahaman perubahan fisiologis dan psikologis

f. Memfasilitasi perawatan bayi ke dalam unit keluarga.

g. Memberikan perencanaan pulang yang efektif.

B. Nyeri

1. Defenisi Nyeri.

Smeltzer dan Bare (2002) dalam buku Judha (2012) mendefinikan

nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan

akibat kerusakan jaringan yang actual dan potensional. Nyeri sangat

menganggu dan menyulitkan lebih banyak orang-orang dibanding suatu

penyakit manapun.

Hubungan Tingkat Nyeri..., LIDYA NUR HIDAYAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4606/3/LIDYA NUR HIDAYAH BAB II.pdf · Bau ini tidak seperti bau menstruasi. 3) Endometrium dan serviks Hari

20

Nyeri juga didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi

seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah

mengalaminya (Tamsuri, 2007). Menurut Internasional Association for

Studi of Pain (IASP), nyeri adalah sensori subjectif dan emosional yang

tidak menyenangkan yang dapat dikaitkan dengan kerusakan jaringan

actual maupun potensional, atau menggambarkan kondisi kerusakan.

2. Fisiologis nyeri

Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima

rangsangan nyeri. Organ tubuh berperan sebagai reseptor nyeri adalah

ujung saraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terdapat stimulus kuat

secara potensional merusak. Reseptor nyeri juga disebut nosireceptor,

secara anatomis reseptor nyeri (Nosireceptor) ada yang bermielien dan ada

juga yang tidak bermielien dari saraf perifer. Berdasarkan letaknya,

nosireseptor dapat dikelompokan dalam beberapa bagian tubuh yaitu pada

kulit (Kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan pada daerah visceral,

karena letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri dapat timbul dengan

sensasi yang berbeda-beda. Nosireceptor kutaneus berasal dari kulit dan

subkutan. Nyeri yang berasal dari daerah ini biasanya mudah untuk

dialokasi dan didefinisikan. Reseptor jaringan kulit (kutaneus) terbagi atas

dua kelompok yaitu:

a. Reseptor A delta: merupakan serabut komponen cepat (kecepatan

tranmisi 6-30m/det) yang memungkinkan timbulya nyeri tajam yang

akan cepat hilang apabila penyebab nyeri hilang.

Hubungan Tingkat Nyeri..., LIDYA NUR HIDAYAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4606/3/LIDYA NUR HIDAYAH BAB II.pdf · Bau ini tidak seperti bau menstruasi. 3) Endometrium dan serviks Hari

21

b. Serabut C: merupakan serabut komponen lambat (kecepatan 0,5 m/det)

yang terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat

tumpul dan tidak bisa dialokasasi.

Rangsangan yang datang maka serabut saraf besar dan serabut saraf

kecil membawa rangsangan menuju koenu dorsalis yang terdapat pada

medulla spinalis dan terjadi diantara keduanya yang disebut substantia

gelatinosa. Pada subtantia gelatinosa ini dapat terjadi perubahan

modifikasi serta mempengaruhi apakah sensasi nyeri yang diterima oleh

medulla spinalis akan diteruskan ke otak atau dihambat.

Stimulus yang datang tidak adekuat dari serabut besar maka implus

nyeri akan dihantarkan menuju ke sel Tringger (sel T) untuk dibawa ke

otak dan akhirnya menimbulkan sensasi nyeri yang dirasakan oleh tubuh.

Apabila implus nyeri diteruskan ke otak dan di proses dalam tiga tingkat

yang berbeda yaitu pada thalamus sebagai penerima input sensori sari

traktus spino talamikus lateral kemudian diteruskan ke otak. Otak tengah

berfungsi meningkatkan kewaspadaan dari kortek terhadap datangnya

rangsangan, sedangkan dari kortek berfungsi melokalisasi implus dan

implus dipersepsi sesuai dengan lokasi terjadinya nyeri (Tamsuri, 2007).

Fisiologis persepsi nyeri dapat digambarkan sebagai berikut :

Hubungan Tingkat Nyeri..., LIDYA NUR HIDAYAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4606/3/LIDYA NUR HIDAYAH BAB II.pdf · Bau ini tidak seperti bau menstruasi. 3) Endometrium dan serviks Hari

22

Gambar 2.1 Fisiolofi nyeri

3. Penyebab Nyeri

Menurut ignatavicus pada buku Tamsuri (2007), secara umum

stimulus nyeri disebabkan oleh:

a. Kerusakan jaringan

b. Kontraksi atau spasme otot yang menimbulka ischemic type pain

c. Kebutuhan oksigen meningkat tetapi suplai darah terbatas misalnya ada

penekanan vaskuler.

4. Klasifikasi Nyeri

Tamsuri (2007), mengklasifikasikan nyeri berdasarkan waktu

kejadian meliputi:

a. Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi dalam waktu (durasi) dari satu

detik sampai dengan kurang dari enam bulan yang pada umumnya

terjadi cedera, penyakit akut, atau pada pembedahan dengan awitan

yang cepat tingkat keparahan yang bervariasi (sedang sampai berat).

Hubungan Tingkat Nyeri..., LIDYA NUR HIDAYAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4606/3/LIDYA NUR HIDAYAH BAB II.pdf · Bau ini tidak seperti bau menstruasi. 3) Endometrium dan serviks Hari

23

b. Nyeri kronis adalah nyeri yang terjadi dalam waktu lebih dari enam

bulan, dimana umumnya timbul tidak teratur, interniten atau bahkan

persisten.

Berdasarkan lokasinya, Tamsuri (2007) membedakan nyeri menjadi:

1) Nyeri superfisial merupakan nyeri yang biasanya timbul akibat

stimulasi terhadap kulit seperti laserasi, luka bakar dan sebagainya,

dimana nyeri ini memiliki sensasi yang tajam.

2) Nyeri somatic dalam (deep somatic pain) adalah nyeri yang terjadi

pada otot dan tulang serta struktur penyokong lainnya, umumnya

nyeri bersifat tumpul dan distimulasi dengan adanya perengangan

dan iskemia.

3) Nyeri visceral adalah nyeri yang disebabkan oleh kerusakan organ

internal.

4) Nyeri sebar (radiasi) adalah sensasi nyeri yang meluas dari daerah

asal kejaringan sekitar.

5) Nyeri fantom adalah nyeri khusus yang dirasakan oleh klien yang

mengalami amputasi.

6) Nyeri alih (reperred pain) adalah nyeri yang timbul akibat adanya

nyeri visceral yang menjalan ke organ lain, sehingga dirasakan nyeri

pada beberapa tempat atau lokasi.

Hubungan Tingkat Nyeri..., LIDYA NUR HIDAYAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4606/3/LIDYA NUR HIDAYAH BAB II.pdf · Bau ini tidak seperti bau menstruasi. 3) Endometrium dan serviks Hari

24

5. Mekanisme Terjadinya Rangsangan Nyeri

Andarmoyo (2013) mengungkapkan bahwa rangsang nyeri dapat

terjadi pada seseorang dengan beberapa teori, beberapa teori tentang

terjadinya rangsangan nyeri, yaitu:

a. Teori Pemisahan (Specificity Theory)

Menurut teori ini, rangsangan sakit masuk ke medulla spinalis

(spinal cord) melalui kornu dorsalis yang bersinapsis di daerah

posterior, kemudian naik ke tractus lissur, dan menyilang di garis

median ke sisi lainnya, dan berakhir di korteks sensoris tempat

rangsangan nyeri tersebut diteruskan.

b. Teori Pola (Pattern Theory)

Nyeri disebabkan oleh berbagai reseptorsensori yang di rangsang

oleh pola tertentu. Nyeri merupakan akibat stimulasi reseptor yang

menghasilkan pola tertentu dari impuls saraf. Teori ini bertujuan bahwa

rangsangan yang kuat mengakibatkan berkembangnya gaung terus

menerus pada spinal cord sehingga saraf transmisi nyeri bersifat

hipersensitif yang mana rangsangan dengan intensitas rendah dapat

menghasilkan transmisi nyeri.

c. Teori Pengendalian Gerbang (Gate Control Theory)

Dalam teori ini dikatakan bahwa nyeri dapat diatur atau di hambat

oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat. Teori ini

mengatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan

dibuka dan impuls dihambat saat pertahanan ditutup. Neuron Delta A

dan C melepaskan substansi P untuk mentrasmisi impuls melalui

Hubungan Tingkat Nyeri..., LIDYA NUR HIDAYAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4606/3/LIDYA NUR HIDAYAH BAB II.pdf · Bau ini tidak seperti bau menstruasi. 3) Endometrium dan serviks Hari

25

mekanisme pertahanan. Selain itu juga terdapat neuron beta A yang

lebih tebal dan lebih cepat dalam melepaskan neurotransmiter

penghambat. Apabila rangsangan yang dominan berasal dari serabut

beta A, maka akan menutup mekanisme pertahanan, pesan yang

disampaikan akan menstimuli mekanoreseptor atau substansi yang

dapat menghambat rangsang nyeri. Namun, apabila rangsangan yang

dominan berasal dari serabut delta A dan serabut C, maka akan

membuka pertahanan tersebut dan klien dapat mempersepsikan sensasi

nyeri.

d. Endogenous opiat Theory

Endorphine adalah opiat endogen tubuh atau morfin alami yang

terdapat pada tubuh. Endorphine mempengaruhi transmisi impuls yang

diinterpretasikan sebagai nyeri. Endorphine bertindak sebagai

neurotransmiter maupun neuromodulator yang menghambat transmisi

dari pesan nyeri. Kegagalan dalam melepaskan endorphine

memungkinkan terjadinya nyeri.

6. Respon Psikologi

Respon psikologi sangat berkaitan degan pemahaman klien terhadap

nyeri yang terjadi atau arti nyeri bagi klien. Arti nyeri bagi setiap individu

berbeda-beda antara lain:

a. Bahaya atau merusak

b. Komplikasi seperti infeksi

c. Penyakit yang berulang

d. Penyakit baru

Hubungan Tingkat Nyeri..., LIDYA NUR HIDAYAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4606/3/LIDYA NUR HIDAYAH BAB II.pdf · Bau ini tidak seperti bau menstruasi. 3) Endometrium dan serviks Hari

26

e. Penyakit yang fatal

f. Peningkatan kemampuan

g. Kehilangan mobilitas

h. Menjadi tua

i. Sembuh

j. Perlu untuk penyembuhan

k. Hukuman untuk berdosa

l. Tantangan

m. Penghargaan terhadap penderitaan orang lain

n. Sesuatu yang harus ditoleransi

o. Bebas dari tanggung jawab yang tidak dikehendaki

Pemahaman dan pemberian anti nyeri sangat dipengaruhi tingkat

pengetahuan, persepsi, pengalamam masa lalu dan juga factor social

budaya.

7. Respon fisiologis terhadap nyeri

a. Stimulasi simpatik (nyeri ringan, moderat, dan superficial)

1) Dilatasi saluran bronkial dan peningkatan respirasi rate

2) Peningkatan heart ratevasokonstriksi perifer

3) Peningkatan nilai gula darah

4) Diaphoresis

5) Peningkatan kekuatan otot

6) Dilatasi pupil

7) Penurunan motilitas gastrointestinal

Hubungan Tingkat Nyeri..., LIDYA NUR HIDAYAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4606/3/LIDYA NUR HIDAYAH BAB II.pdf · Bau ini tidak seperti bau menstruasi. 3) Endometrium dan serviks Hari

27

b. Stimulasi parasimpatik (nyeri berat dan dalam)

1) Muka pucat

2) Otot mengeras

3) Nafas cepat dan irregular

4) Nausea dan vomitus

5) Kelelahan dan keletihan

8. Respon tingkah laku terhadap nyeri

Respon perilaku ternyata nyeri dapat mencakup :

a. Pernyataan verbal (mengaduh, menangis, mendengkur, dan sesak

napas)

b. Ekspresi wajah (meringis, menggeletukkan gigi, menggigit bibir)

c. Gerakan tubuh (gelisah, imobilisasi, ketegangan, otot, peningkatan

gerakan jari dan tangan)

d. Kontak dengan orang lain/interaksi social (Menghindari percakapan,

menghindari kontak social, penurunan rentang perhatian, focus pada

aktifitas menghilangkan nyeri

Meinhart & Mc Caffery dalam buku Tamsuri (2007)

mendeskripsikan 3 fase pengalamam nyeri:

a. Fase antisipasi (terjadi sebelum nyeri diterima)

Fase ini mungkin bukan merupakan fase yang paling penting,

karena fase ini bisa mempengaruhi dua fase lain. Pada fase ini

memungkinkan seseorang belajar tentang nyeri dan upaya untuk

Hubungan Tingkat Nyeri..., LIDYA NUR HIDAYAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4606/3/LIDYA NUR HIDAYAH BAB II.pdf · Bau ini tidak seperti bau menstruasi. 3) Endometrium dan serviks Hari

28

menghilangkan nyeri tersebut. Peran perawat dalam fase ini sangat

penting, terutama dalam memberikan informasi pada klien.

b. Fase sensasi (terjadi saat nyeri terasa)

Fase ini terjadi ketika klien merasakan nyeri. Karena nyeri itu

bersifat subjektif, maka setiap orang dalam menyikapi nyeri juga

berbeda-beda. Toleransi terhadap nyeri juga akan berbeda antara satu

orang dengan orang lain. Orang yang mempunyai tingkat toleransi

tinggi terhadap nyeri tidak akan mengeluh nyeri dengan stimulus kecil,

sebaliknya orang yang toleransinya terhadap nyeri rendah akan mudah

merasa nyeri dengan stimulus kecil. Klien dengan tingkat toleransi

tinggi terhadap nyeri mampu menahan nyeri tanpa bantuan, sebaliknya

orang yang toleransi terhadap nyeri rendah sudah mencari upaya

mencengah nyeri, sebelum nyeri datang.

c. Fase akibat (terjadi ketika nyeri berkurang atau berhenti).

Fase ini terjadi saat nyeri sudah terjadi atau hilang. Pada fase ini

klien masih membutuhkan control dari perawat, karena nyeri bersifat

kritis, sehingga dimungkinkan klien mengalami gejala sisa pasca nyeri.

Apabila pasien mengalami episode yang berulang, maka respon akibat

(aftermarth) dan menjadi masalah kesehatan yang berat. Perawat

berperan dalam membantu memperoleh control diri untuk

meminimalkan rasa takut akan memungkinkan nyeri berulang.

Hubungan Tingkat Nyeri..., LIDYA NUR HIDAYAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4606/3/LIDYA NUR HIDAYAH BAB II.pdf · Bau ini tidak seperti bau menstruasi. 3) Endometrium dan serviks Hari

29

9. Factor-faktor yang mempengaruhi nyeri

Judha (2012) menuliskan beberapa factor yang mempengaruhi nyeri

adalah:

a. Usia

Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga peran perawat

harus mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang

melaporkan nyeri jika suatu patologis dan mengalami kerusakan fungsi.

Pada lansia cenderung menahan nyeri yang alaminya. Karena

menganggap nyeri adalah suatu yang harus dialami dan mereka takut

kalau mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan.

b. Paritas.

Paritas mempengaruhi persepsi terhadap nyeri persalinan karena

primipara mempunyai proses persalianan yang lama dan lebih

melelahkan dengan multipara. Hal ini disebabkan karena serviks pada

klien primipara memerlukan tenaga yang lebih besar untuk mengalami

perengangan karena perngaruh intensitas kontraksi lebih besar selama

kala I persalianan. Selain itu, pda ibu primipara menunjukan

peningkatan kecemasan dan keraguan untuk mengantisipsi rasa nyeri

selama persalinan.

c. Jenis kelamin

Gill dalam buku Tamsuri (2010) menganggap laki-laki dan wania

tidak berbeda secara signifkan dalm merespon nyeri, justru lebih

dipengaruhi oleh factor budaya (contohnya: tidak pantas kalau laki-laki

mengeluh nyeri, wanita boleh mengeluh nyeri).

Hubungan Tingkat Nyeri..., LIDYA NUR HIDAYAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4606/3/LIDYA NUR HIDAYAH BAB II.pdf · Bau ini tidak seperti bau menstruasi. 3) Endometrium dan serviks Hari

30

d. Budaya

Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka

berespon terhadap nyeri misalnya seperti suatu daerah menganut

kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima karena

mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak mengeluh jika ada

nyeri.

e. Makna nyeri

Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap

nyeri dan bagaimana mengatasinya. Menurut Judha (2012) hal ini

berkaitan dengan latar belakang budaya individu tersebut.

f. Perhatian

Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri

dapat mempengaruhi perhatian persepsi nyeri. Menurut Gill pada buku

Tamsuri (2007), perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri

yang meningkat, sedangkan upaya distraksi dihubungkan dengan

respon nyeri yang menurun. Teknik relaksasi, guided imagery

merupakan teknik untuk mengatasi nyeri.

g. Ansietas

Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan bisa

menyebabkan seseorang cemas.

h. Pengalamam masa lalu

Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau,

dan saat ini nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah

Hubungan Tingkat Nyeri..., LIDYA NUR HIDAYAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4606/3/LIDYA NUR HIDAYAH BAB II.pdf · Bau ini tidak seperti bau menstruasi. 3) Endometrium dan serviks Hari

31

mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya seseorang mengatasi nyeri

bergantung pada pengalaman dimasa lalu dalam mengatasi nyeri.

i. Pola koping

Pola koping adaptif akan seringkali bergantung mengatasi nyeri

dan sebaliknya pola koping yang maladaptive akan menyulitkan

seseorang mengalami nyeri.

j. Dukungan keluarga dan sosial

Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada

anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan dan

perlindungan.

10. Manajemen nyeri

Manajemen nyeri mencakup pendekatan farkamologis dan

nonfarmakologis. Pendekatan ini diseleksi berdasarkan pada kebutuhan

dan tujuan pasien secara individu. Semua intervensi akan sangat berhasil

bila dilakukan sebelum nyeri menjadi lebih parah, dan keberhasilan

terbesar sering dicapai jika beberapa intervensi diterapkan secara simultan

(Smeltzer and Bare, 2002).

a. Farmakologis

Menanggani nyeri yang dialami pasien melalui intervensi

farmakologis dilakukan dengan kolaborasi dengan dokter atau pemberi

pelayanan lainnya pada pasien. Obat-obat tertentu untuk

penatalaksanaan nyeri mungkin dipasang untuk memberikan dosis awal

(Smeltzer and Bare,2002). Obat-obat yang dapat mengurangi nyeri

Hubungan Tingkat Nyeri..., LIDYA NUR HIDAYAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4606/3/LIDYA NUR HIDAYAH BAB II.pdf · Bau ini tidak seperti bau menstruasi. 3) Endometrium dan serviks Hari

32

antara lain : golongan opioid (narkotika), nonopioid/NSAIDs

(nonsteroid anti-imflamsi drugs), analgesic, dan obat anestesi

(Tamsuri,2007).

b. Nonfarmakologis

Penatalaksanaan Non Farmakologis terdiri dari berbagai tindakan

penanganan nyeri berdasarkan stimulus fisik maupun kognitif, antara

lain:

1) Masase kulit

Masase kulit memberikan efektif penurunan kecemasan dan

ketegangan otot. Rangsangan masase ini dipercaya akan merangsang

serabut berdiameter besar, sehingga mampu memblok atau

menurunkan implus nyeri. Massase adalah stimulus kulit tubuh

secara umum, dipusatkan pada punggung dan bahu, atau dapat

dilakukan pada satu atau beberapa bagian tubuh dan dilakukan

sekitar 10 menit pada masing-masing tubuh untuk mencapai hasil

relaksasi yang maksimal.

2) Stimulasi kotralateral

Stimulasi kontralateral adalah stimulasi pada daerah kulit di

sisi yang berlawanan dari daerah terjadinya nyeri. Tehnik ini dapat

berupa garukan pada daerah yang berlawanan jika terjadi gatal,

menggosok jika terjadi kram.

3) Acupressure (Pijat Refleksi)

Pada tehnik ini, terapis memberi tekanan jari-jari pada

berbagai titik organ tubuh seperti pada akupuntur.

Hubungan Tingkat Nyeri..., LIDYA NUR HIDAYAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4606/3/LIDYA NUR HIDAYAH BAB II.pdf · Bau ini tidak seperti bau menstruasi. 3) Endometrium dan serviks Hari

33

4) Transcutaneous Elektrical nerve Stimulation (TENS)

Tehnik ini meggunakan satu unit peralatan yang dijalankan

dengan elektroda yang dipasang pada kulit untuk menghasilkan

sensasi kesemutan, getaran atau mendengung pada area kulit

tertentu. TENS telah digunakan, baik untuk menghilangkan nyeri

akut, maupun kronis. TENS diduga dapat menurunkan nyeri dengan

stimulasi reseptor non nyeri di area yang sama dengan serabut yang

menstramisikan nyeri. Mekanisme ini sesuai dengan teori gerbang

kendali nyeri.

5) Distraksi

Distraksi adalah pengalihan dari focus perhatian terhadap nyeri

ke stimulus yang lain. Tehnik distraksi dapat mengatasi nyeri, jika

seseorang menerima input sensori yang berlebihan dapat

menyebabkan terhambatnya implus nyeri ke otak.

6) Relaksasi

Relaksasi otot rangka dipercaya dapat menurunkan nyeri

dengan merelaksasikan ketegangan otot yang mendukung rasa nyeri,

beberapa penelitian menunjukan bahwa relaksasi efektif dalam

menurunkan nyeri pascaoperasi.

c. Intensitas nyeri

Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri

dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif

dan invidual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama

dirasakan sangat berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan

Hubungan Tingkat Nyeri..., LIDYA NUR HIDAYAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4606/3/LIDYA NUR HIDAYAH BAB II.pdf · Bau ini tidak seperti bau menstruasi. 3) Endometrium dan serviks Hari

34

objectik yang paling mungkin adalah menggunakan respon fisiologi

tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun adanya pengukuran dengan

teknik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu

sendiri (Tamsuri, 2007).

Menurut Smeltzer, S.C bare B.G (2002) adalah sebagai berikut :

1) Skala intensitas nyeri deskritif

Gambar 2.2 Skala intensitas nyeri deskritif

2) Skala intensitas Numerik

Gambar 2.3 Skala intensitas numeric

3) Skala analog visual

Gambar 2.4 Skala Analog visual

Hubungan Tingkat Nyeri..., LIDYA NUR HIDAYAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4606/3/LIDYA NUR HIDAYAH BAB II.pdf · Bau ini tidak seperti bau menstruasi. 3) Endometrium dan serviks Hari

35

4) Skala nyeri menurut bourbanis

Gambar 2.5 Skala Bourbonis

Keterangan:

Semakin besar nilai, maka semakin berat intensitas nyerinya:

(1) Skala 0 = tidak nyeri

(2) Skala 1- 3 = nyeri ringan

Secara objektif klien dapat berkomunikasi dengan baik, tindakan

manual dirasakan sangat membantu.

(3) Skala 4-6 = Nyeri sedang

Secara objektif klien mendesis, menyeringai, dapat

menunjukkan lokasi nyeri dengan tepat dan dapat

mendeskripsikan nyeri, klien dapat mengikuti perintah dengan

baik dan responsif terhadap tindakan manual.

(4) Skala 7-9 = nyeri berat

Secara objektif terkadang klien dapat mengikuti perintah

tapi masih responsif terhadap tindakan manual, dapat

menunjukkan lokasi nyeri tapi tidak dapat mendeskripsikannya,

tidak dapat diatasi dengan alih posisi, napas panjang, destruksi

dll.

(5) Skala 10 = nyeri sangat berat (panik tidak terkontrol).

Hubungan Tingkat Nyeri..., LIDYA NUR HIDAYAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4606/3/LIDYA NUR HIDAYAH BAB II.pdf · Bau ini tidak seperti bau menstruasi. 3) Endometrium dan serviks Hari

36

5) Skala Nyeri menurut Wong Baker Facial Gramace Scale

Gambar 2.6 Skala nyeri menurut Wong Baker Facial Gramace

Scale

Keterangan:

0 : Tidak nyeri

1-3 : Nyeri ringan : secara objektif klien dapat berkomunikasi

dengan baik.

4-6 : Nyer sedang : secara objektif klien mendesis, menyeringai,

dapat menunjukan lokasi nyeri, dapat mendiskripsikannya, dapat

mengikuti perntah dengan baik

7-10 : Nyeri berat : secara objektif terkadang pasien tidak dapat

mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat

menunjukan lokasi nyeri, tidak dapat mendikripsikannya, tidak

dapat diatasi dengan alih posisi napas panjang dan distraksi.

Ada beberapa untuk mengkaji intensitas nyeri yang biasanya

digunakan antara lain:

1) Visual analog scale (VAS)

Skala ini dapat diketahui engan kata-kata pada keadaan yang

ekstrem yaitu ‘tidak nyeri’ dan ‘nyeri-nyerinya’. Skala ini idak

memiliki tingkatan yang tepat tanpa angka dan tidak

Hubungan Tingkat Nyeri..., LIDYA NUR HIDAYAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4606/3/LIDYA NUR HIDAYAH BAB II.pdf · Bau ini tidak seperti bau menstruasi. 3) Endometrium dan serviks Hari

37

memberikan pasien kebebasan untuk memilih dengan apa yang

dialami, ini menyebebkan kesulitan (Tamsuri, 2007).

2) Verbal Rating Scale (VNRS)

Skala ini memiliki nilai numeris dan hubungan anatar berbagai

tingkat nyeri, nyeri ini terdiri dari garis 0-10 cm yang telang

ditentukan terlebih dahulu berdasarkan daerah yang paling nyeri

kemudian diberi skalanya. Walaupun demikian, pasien masih

mengalami kesulitan dalam menentukan angka pada

pengalaman nyeri manusiawi dan membutuhkan perhitungan

yang sistematis (Tamsuri, 2007)

3) Mc Pain Quesioner (MPQ)

Skala ini kombinasi antara verbal dan nilai numeric yang

melekat dan gambar tubuh. Intrument ini mengubah pengenalan

sifat yang multidimensional pengalaman nyeri dengan

menentukan intensitas, kualitas, dan durasi seseorang. Aplikasi

MPq memberikan informasi kuantitatif dalam bentuk rangkaian

skor yang menunjukan dimensi sensorik, afektif, dan evaluasi,

sehingga MPQ bersifat valid, reliable, konsisten, dan berguna.

Apabila digunakan dalam penelitian, deskripsi metode susah

memberikan informasi yang maksimal.

Cara mengkaji nyeri dengan skala intensitas yaitu ibu berhak

memilih 12 kata-kata numeris yang telah ditentukan oleh peneliti dan

dinilai berdasarkan nilai terendah skor 0 dan nilai tertinggi skor 3

Hubungan Tingkat Nyeri..., LIDYA NUR HIDAYAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4606/3/LIDYA NUR HIDAYAH BAB II.pdf · Bau ini tidak seperti bau menstruasi. 3) Endometrium dan serviks Hari

38

dan dinilai berdasarkan tingkatan nyeri yaitu jumlah skor 16 untuk

nyeri ringan, jumlah skor 7-12 untuk nyeri sedang, dan skor 13-18

untuk nyeri berat.

11. Nyeri Perineum

Nyeri perineum (Perineum pain) didefinisikan sebagai nyeri yang

terjadi pada badan perineum (perineal body), daerah otot dan jaringan

fibrosa yang menyebar dari simpisis pubis sampai ke coccyges oleh karena

adanya robekan yang terjadi baik disengaja maunpun yang rupture

spontan. Kondisi nyeri ini dirasakan ibu berbeda dengan nyeri lainnya.

Nyeri perineum cenderung lebih jelas dirasakan oleh ibu dan bukan

seperti nyeri yang dialami saat berhubungan (intercourse). Nyeri perineum

akan dirasakan setelah persalinan sampai beberapa hari persalinan. Nyeri

ini berbeda dengan nyeri dyspareunia yaitu nyeri khas ketidaknyaman

yang terjadi selama hubungan seksual (intercourse), termaksud nyeri saat

penetrasi. Dyspareunia dapat dikategorikan menjadi dyspareunia

superfisial dan dalam.

12. Dampak Nyeri Perineum

Chaweewan (2007) menyatakan bahwa laserasi perineum

menimbulkan ketidaknyamanan postpartum mengalami keterlambatan

mobilisasi, gangguan rasa nyaman pada saat duduk, berdiri, berjalan dan

bergerak sehingga berdampak pada gangguan istirahat ibu postpartum dan

keterlambatan kontak awal ibu dan bayinya.

Hubungan Tingkat Nyeri..., LIDYA NUR HIDAYAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4606/3/LIDYA NUR HIDAYAH BAB II.pdf · Bau ini tidak seperti bau menstruasi. 3) Endometrium dan serviks Hari

39

C. Ruptur Perineum

1. Definisi

Ruptur adalah robekan atau koyaknya jaringan secara paksa

(Dorland, 1994). Perineum adalah bagian yang terletak antara vulva dan

anus panjangnya rata-rata 4 cm (Wiknjosastro, 2005). Klasifikasi ruptur

perineum ada 2, yaitu :

a. Ruptur perineum spontan

Yaitu luka pada perineum yang terjadi karena sebab-sebab

tertentu tanpa dilakukan tindakan perobekan atau disengaja. Luka ini

terjadi pada saat persalinan dan biasanya tidak teratur.

1) Robekan perineum ada 2, yaitu:

a) Anterior : labia, vagina anterior, uretra atau klitoris

b) Posterior : dinding posterior vagina, otot perineum, spincter ani,

mukosa rektum.

Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan

pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan

ini dapat dihindarkan atau dikurangi dengan menjaga jangan sampai

dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat. Sebaliknya

kepala janin yang akan lahir jangan ditahan terlampau kuat dan lama,

karena akan menyebabkan asfiksia dan perdarahan dalam tengkorak

janin, dan melemahkan otot-otot dan fasia pada dasar panggul karena

diregangkan terlalu lama. (Wiknjosastro H, dkk 2005).

Hubungan Tingkat Nyeri..., LIDYA NUR HIDAYAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4606/3/LIDYA NUR HIDAYAH BAB II.pdf · Bau ini tidak seperti bau menstruasi. 3) Endometrium dan serviks Hari

40

Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bisa

menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus

pubis lebih kecil dari pada biasa sehingga kepala janin terpaksa lahir

lebih ke belakang dari pada biasa, kepala janin melewati pintu bawah

panggul dengan ukuran yang lebih besar dari pada sirkumferensia

suboksipito-bregmatika, atau anak dilahirkan dengan pembedahan

vagina.(Wiknjosastro H, dkk 2005).

2) Faktor-faktor yang menyebabkan ruptur perineum (Harry Oxorn) :

a) Faktor maternal, mencakup:

(1) Partus presipitatus yang tidak dikendalikan dan tidak ditolong

(sebab paling sering).

(2) Pasien tidak mampu berhenti mengejan.

(3) Partus diselesaikan secara tergesa-gesa dengan dorongan

fundus yang berlebihan.

(4) Edema dan kerapuhan pada perineum.

(5) Varikositas Vulva yang melemahkan jaringan-jaringan

perineum.

(6) Arcus pubis sempit dengan pintu bawah panggul yang sempit

sehingga menekan kepala bayi ke arah posterior.

(7) Perluasan episitomi.

b) Faktor janin mencakup :

(1) Bayi yang besar.

(2) Posisi kepala yang abnormal, contohnya : presentasi muka.

Hubungan Tingkat Nyeri..., LIDYA NUR HIDAYAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4606/3/LIDYA NUR HIDAYAH BAB II.pdf · Bau ini tidak seperti bau menstruasi. 3) Endometrium dan serviks Hari

41

(3) Kelahiran bokong.

(4) Ekstraksi forceps yang sukar.

(5) Dystocia bahu.

(6) Anomali kongenital, seperti hydrocephalus.

3) Tingkat robekan perineum dapat dibagi atas 4 tingkatan :

a) Tingkat I : robekan hanya terjadi pada selaput lendir vagina

dengan atau tanpa mengenai kulit perineum sedikit.

b) Tingkat II : Robekan yang terjadi lebih dalam yaitu selain

mengenai selaput lendir vagina juga mengenai muskulus

perineum transversalis, tapi tidak mengenai sfingter ani.

c) Tingkat III : Robekan yang terjadi mengenai seluruh perineum

sampai mengenai otot-otot sfingter ani.

d) Tingkat IV : Robekan mengenai perineum sampai otot sfingter

ani dan mukosa rectum.

Robekan sekitar klitoris dan uretra menimbulkan pendarahan

yang banyak dan mungkin sulit untuk diperbaiki (Saifudin, 2010).

Hubungan Tingkat Nyeri..., LIDYA NUR HIDAYAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4606/3/LIDYA NUR HIDAYAH BAB II.pdf · Bau ini tidak seperti bau menstruasi. 3) Endometrium dan serviks Hari

42

4) Faktor-faktor yang mempengarui derajat rupture perineum:

a) Faktor ibu

(1) Paritas

Paritas adalah jumlah kehamilan yang mnghasilkan

kelahiran janin yang mencapai tahap bisa hidup selama 28

minggu. Beberapa pengertian yang harus diketahui dalam

istilah paritas yaitu:

(a) Primipara adalah seseorang wanita yang telah melahirkan

bayi aterm sebanyak satu kali

(b) Nulipara adalah seseorang wanita yang belum pernah

bersalin sama sekali

(c) Multipara adalah seorang wanita telah melahirkan anak

beberapa kali, di mana persalinan tersebut tidak lebih dari

lima.

(d) Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan

aterm leih dari 5 kali (Manuaba, 2010)

(2) Partus presipitatus

Partus presipitatus adalah persalinan yang berlangsung sangat

cepat (Manuaba, 2010)

(3) Kesempitan pinggul

Kesempitan pada panggul dapat diklasifikasikan sebagai

berikut:

Hubungan Tingkat Nyeri..., LIDYA NUR HIDAYAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4606/3/LIDYA NUR HIDAYAH BAB II.pdf · Bau ini tidak seperti bau menstruasi. 3) Endometrium dan serviks Hari

43

(a) Kesempitan pintu atas panggul

Pintu atas panggul biasanya dikatakan sempit apabila

diameter anteri-posterior dari 10 cm atau jika diameter

transversal terbesar kurang dari 12 cm. kesempitan pintu

atas panggul juga dinyatakan bila conjugatadiagonalis

kurang dari 11,5 cm.

(b) Kesempitan pada tengah panggul

Panggul tengah dianggap mengalami kesempitan

apabila jumlah diameter interspinalis kurang dari 10 cm.

(c) Kesempitan pintu bawah panggul

Kesempitan pintu bawah panggul biasanya

didefinisikan sebagai diameter interberosum 8cm.

(d) Kombinasi kesempitan pada pintu atas panggul, panggul

tengah, dan pintu bawah panggul adalah kesempitan

panggul menyeluruh (Manuaba, 2010).

(4) Faktor janin

(a) Janin besar

Janin besar adalah bila berat badan melebihi 4000gram.

(b) Malposisi

Adalah posisi kepala janin relative terhadap pelvis

dengan oksiput adalah titik referensi. Malposisi ada

beberapa macam yaitu: Letak kepala bagian terbawah

Hubungan Tingkat Nyeri..., LIDYA NUR HIDAYAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4606/3/LIDYA NUR HIDAYAH BAB II.pdf · Bau ini tidak seperti bau menstruasi. 3) Endometrium dan serviks Hari

44

adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam teraba

ubun-ubun besar

b. Ruptur perineum yang disengaja (Episiotomi)

Luka perineum yang terjadi karena dilakukan pengguntingan atau

perobekan pada perineum. Episiotomi adalah suatu tindakan insisi pada

perineum yang menyebabkan terpotongnya selaput lendir vagina, cincin

selaput darah, jaringan pada septum rektovaginal, otot-otot dan fasia

perineum dan kulit sebelah depan perineum (Wiknjosastro H, dkk

2007).

Penyembuhan luka perineum akan lebih sempurna bila pinggirnya

lurus dan otot-otot mudah dijahit. Pada persalinan spontan sering terjadi

robekan perineum yang merupakan luka dengan pinggir yang tidak

teratur. Hal ini akan menghambat penyembuhan perineum sesudah luka

dijahit. Oleh karena itu, dan juga untuk melancarkan jalannya

persalinan, dapat dilakukan insisi pada perineum pada saat kepala janin

tampak dari luar dan mulai meregangkan perineum.(Wiknjosastro H,

dkk 2005).

Dengan cara episiotomi, maka robekan perineum, regangan otot-

otot dan fasia pada dasar panggul, prolapsus uteri, stress incontinence,

serta perdarahan dalam tengkorak janin dapat dihindarkan. Luka

episiotomi lebih mudah dijahit dari pada robekan (Wiknjosastro H, dkk

2005).

Hubungan Tingkat Nyeri..., LIDYA NUR HIDAYAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4606/3/LIDYA NUR HIDAYAH BAB II.pdf · Bau ini tidak seperti bau menstruasi. 3) Endometrium dan serviks Hari

45

1) Jenis Episiotomi

Sayatan episiotomi umumnya menggunakan gunting khusus,

tetapi dapat juga sayatan dilakukan dengan pisau. Berdasarkan lokasi

sayatan maka dikenal 4 jenis episiotomi yaitu:

a) Episiotomi medialis

Sayatan dimulai pada garis tengah komissura posterior lurus

ke bawah tetapi tidak sampai mengenai serabut sfingter ani.

Keuntungan dari episiotomi medialis ini adalah: perdarahan yang

timbul dari luka episiotomi lebih sedikit oleh karena merupakan

daerah yang relatif sedikit mengandung pembuluh darah. Sayatan

bersifat simetris dan anatomis sehingga penjahitan kembali lebih

mudah dan penyembuhan lebih memuaskan. Kerugiannya adalah

dapat terjadi ruptur perineum tingkat III inkomplet (laserasi

m.sfingter ani) atau komplet (laserasi dinding rektum).

b) Episiotomi mediolateralis

Sayatan disini dimulai dari bagian belakang introitus vagina

menuju ke arah belakang dan samping. Arah sayatan dapat

dilakukan ke arah kanan ataupun kiri, tergantung pada kebiasaan

orang yang melakukannya. Panjang sayatan kira-kira 4 cm.

Sayatan disini sengaja dilakukan menjauhi otot sfingter ani untuk

mencegah ruptur perineum tingkat III. Perdarahan luka lebih

banyak oleh karena melibatkan daerah yang banyak pembuluh

darahnya. Otot-otot perineum terpotong sehingga penjahitan luka

Hubungan Tingkat Nyeri..., LIDYA NUR HIDAYAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4606/3/LIDYA NUR HIDAYAH BAB II.pdf · Bau ini tidak seperti bau menstruasi. 3) Endometrium dan serviks Hari

46

lebih susah. Penjahitan dilakukan sedemikian rupa sehingga

setelah penjahitan selesai hasilnya harus simetris.

c) Episiotomi lateralis

Sayatan disini dilakukan ke arah lateral mulai dari kira-kira

jam 3 atau 9 menurut arah jarum jam. Jenis episiotomi ini

sekarang tidak dilakukan lagi, oleh karena banyak menimbulkan

komplikasi. Luka sayatan dapat melebar ke arah dimana terdapat

pembuluh darah pudendal interna, sehingga dapat menimbulkan

perdarahan yang banyak. Selain itu parut yang terjadi dapat

menimbulkan rasa nyeri yang mengganggu penderita.

d) Insisi Schuchardt

Insisi ini merupakan variasi dari episiotomi mediolateralis,

tetapi sayatannya melengkung ke arah bawah lateral, melingkari

rektum, serta sayatannya lebih lebar.

2) Indikasi episiotomi

Indikasi episiotomi dapat berasal dari faktor ibu maupun

faktor janin. Indikasi ibu antara lain adalah:

a) Primigravida umumnya.

b) Perineum kaku dan riwayat robekan perineum pada persalinan

yang lalu.

c) Apabila terjadi peregangan perineum yang berlebihan misalnya

pada persalinan sungsang, persalinan dengan cunam, ekstraksi

vakum dan anak besar.

Hubungan Tingkat Nyeri..., LIDYA NUR HIDAYAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4606/3/LIDYA NUR HIDAYAH BAB II.pdf · Bau ini tidak seperti bau menstruasi. 3) Endometrium dan serviks Hari

47

d) Arkus pubis yang sempit.

Indikasi janin antara lain adalah:

a) Sewaktu melahirkan janin prematur. Tujuannya untuk mencegah

terjadinya trauma yang berlebihan pada kepala janin.

b) Sewaktu melahirkan janin letak sungsang, letak defleksi, janin

besar.

c) Pada keadaan dimana ada indikasi untuk mempersingkat kala II

seperti pada gawat janin, tali pusat menumbung.

3) Kontra indikasi.

Kontra indikasi episiotomi antara lain adalah:

a) Bila persalinan tidak berlangsung pervaginam.

b) Bila terdapat kondisi untuk terjadinya perdarahan yang banyak

seperti penyakit kelainan darah maupun terdapatnya varises yang

luas pada vulva dan vagina.

2. Faktor-faktor terjadinya rupture perineum adalah (Prawiharjo,

2010):

a. Faktor ibu

Yaitu umur ibu yang lebih dari 30 tahun, paritas, perineum tebal

kuat oedema panjang lebih dari 4cm, bekas luka parit pada persalianan

lalu, partus persipitatus, persalinan kulit, kesempitan panggul, ibu

kurang kooperatif atau takut, daya mengejan ibu terlalu kuat.

Hubungan Tingkat Nyeri..., LIDYA NUR HIDAYAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4606/3/LIDYA NUR HIDAYAH BAB II.pdf · Bau ini tidak seperti bau menstruasi. 3) Endometrium dan serviks Hari

48

b. Faktor janin

Janin terlalu besar, malposisi, malpresentasi, kelainan kongenital,

misalnya hidrosefalus dan distosia bahu.

D. Hecting Perineum

1. Definisi Hecting Perineum

Hecting adalah suatu tindakan untuk mendekatkan tepi luka dengan

benang sampai sembuh dan cukup untuk menahan beban fisiologis.

Hecting perineum adalah suatu cara untuk menyatukan kembali jaringan

tubuh (dalam hal perineum) dan mencegah kehilangan darah yang tidak

perlu dan mempertahankan integritas dasar panggul ibu.

2. Macam-macam Hecting

a. Jahitan Kulit

1) Jahitan interrupted

Jahitan simple interrupted (Jahitan satu demi satu)

Merupakan jenis jahitan yang paling dikenal dan paling banyak

digunakan. Jarak antara jahitan sebanyak 5-7 mm dan batas jahitan

dari tepi luka sebaiknya 1-2 mm. Semakin dekat jarak antara tiap

jahitan, semakin baik bekas luka setelah penyembuhan.

a) Jahitan Matras

(1) Jahitan matras vertikal jahitan jenis ini digunakan jika tepi

luka tidak bisa dicapai hanya dengan mengunakan jahitan

satu demi satu. Misalnya di daerah yang tipis lemak

subkutisnya dan tepi luka cenderung masuk kedalam.

Hubungan Tingkat Nyeri..., LIDYA NUR HIDAYAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4606/3/LIDYA NUR HIDAYAH BAB II.pdf · Bau ini tidak seperti bau menstruasi. 3) Endometrium dan serviks Hari

49

(2) Jahitan matras horizontal jahitan ini digunakan untuk

menautkan fassia dan aponeurosis. Jahitan ini tidak boleh

digunakan untuk menjahit lemak subkutis karena membuat

kulit diatansa terliat lebih bergelombang.

b) Jahitan Continous

c) Jahitan jelujur: lebih cepat dibuat, lebih kuat dan pembagian

tekanannya lebih rata bila dibandingkan dengan jahitan terputus.

Kelemahannya jika benang putus / simpul terurai seluruh tepi

luka akan terbuka.

d) Jahitan interlocking, festoon.

e) Jahitan kantung tembakau (tabl sac).

b. Jahitan Subkutis

1) Jahitan continous: jahitan terusan subkutikuler atau intrademal.

Digunakan jika ingin dihasilkan hasil yang baik setelah luka sembuh.

Juga untuk menurunkan tengan pada luka yang lebar sebelum

dilakukan penjahitan satu demi satu.

2) Jahitan interrupted dermal stitch.

c. Jahitan Dalam

Pada luka infeksi misalnya insisi abses, dipasang dren. Dren dapat

dibuat dari guntingan sarunga tangan fungsi dren adalah mengelirkan

cairan keluar berupa darah atau serum.

Hubungan Tingkat Nyeri..., LIDYA NUR HIDAYAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4606/3/LIDYA NUR HIDAYAH BAB II.pdf · Bau ini tidak seperti bau menstruasi. 3) Endometrium dan serviks Hari

50

3. Komplikasi

Jika robekan tingkat III tidak diperbaiki dengan baik, pasien dapat

menderita gangguan defekasi dan flatus. Jika robekan rektum tidak

diperbaiki, dapat terjadi infeksi dan fistula rektovaginal.

F. Mobilisasi Dini

1. Definisi Mobilisasi Dini

Mobilisasi dini adalah kebijakan untuk secepat mungkin

membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya

secepat mungkin untuk berjalan. Pada persalianan normal baiknya

mobilisasi dini dilakukan setelah 2 jam postpartum, ibu boleh miring kiri

atau kanan untuk mencegah adanya trombosit (Dewi, 2011).

Disimpulkan bahwa mobilisasi dini adalah suatu upaya untuk

mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan arah membimbing

penderita untuk mempertahankan fungsi mobilisasi. Mobilisasi tidak

dibenarkan pada ibu postpartum dengan penyulit, anemia, penyakit

jantung, paru-paru, demam dan sebagainya (Saleha, 2009).

2. Rentang Gerak dalam Mobilisasi

Menurut Lia (2009), dalam mobilisasi terdapat tiga rentang gerak

yaitu:

a. Rentang Gerak Pasif

Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-

otot dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif

Hubungan Tingkat Nyeri..., LIDYA NUR HIDAYAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4606/3/LIDYA NUR HIDAYAH BAB II.pdf · Bau ini tidak seperti bau menstruasi. 3) Endometrium dan serviks Hari

51

misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien.

Mobilisasi dapat meningkatkan fungsi paru-paru semangkin dalam

nafas yang ditarik, semakin meningkatkan sirkulasi darah. Hal tersebut

memperkecil resiko pembentukan gumpalan darah, meningkatkan

fungsi pencernaan dan menolong saluran pencernaan agar mulai bekerja

lagi. Dalam 2-6 jam tenaga medis akan menolong ibu untuk melakukan

mobilisasi seperti duduk ditempat tidur, duduk di bagian samping

tempat tidur, dan mulai berjalan jarak pendek, Semakin cepat ibu bisa

bergerak kembali proses menyusui dan merawat anak juga semakin

mudah.

b. Rentang Gerak Aktif

Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi

dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif misalnya berbaring

pasien menggerakkan kakinya.

c. Rentang Gerak Fungsional

Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan

melakukan aktifitas yang diperlukan. Gerakan mobilisasi ini diawali

dengan gerakan ringan seperti:

1) Miring ke kiri-kanan

Memiringkan badan kekiri dan kekanan merupakan mobilisasi

paling ringan dan yang paling baik dilakukan pertama kali.

Disamping dapat mempercepat proses penyembuhan, gerakan ini

Hubungan Tingkat Nyeri..., LIDYA NUR HIDAYAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4606/3/LIDYA NUR HIDAYAH BAB II.pdf · Bau ini tidak seperti bau menstruasi. 3) Endometrium dan serviks Hari

52

juga mempercepat proses kembalinya fungsi usus dan kandung

kemih secara normal.

2) Menggerakkan kaki

Setelah mengembalikan badan ke kanan dan ke kiri, mulai

gerakan kedua belah kaki. Mitos yang menyatakan bahwa hal ini

tidak boleh dilakukan karena dapat menyebabkan timbulnya varices

adalah salah total. Justru bila kaki tidak digerakkan dan terlalu lama

diatas tempat tidur dapat menyebabkan terjadinya pembekuan

pembuluh darah balik yang dapat menyebabkan varices ataupun

infeksi.

3) Duduk

Setelah merasa lebih ringan cobalah untuk duduk di tempat

tidur. Bila merasa tidak nyaman jangan dipaksakan, lakukan

perlahan-lahan sampai terasa nyaman.

4) Berdiri atau turun dari tempat tidur

Jika duduk tidak menyebabkan rasa pusing, teruskan dengan

mencoba turun dari tempat tidur dan berdiri. Bila tersa sakit atau ada

keluhan, sebaiknya hentikan dulu dan dicoba lagi setelah kondisi

terasa lebih nyaman.

5) Ke kamar mandi

Hal ini harus dicoba setelah memastikan bahwa keadaan ibu

benar-benar baik dana tidak ada keluhan. Hal ini bermanfaat untuk

melatih mental karena adanya rasa takut pasca persalinan.

Hubungan Tingkat Nyeri..., LIDYA NUR HIDAYAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4606/3/LIDYA NUR HIDAYAH BAB II.pdf · Bau ini tidak seperti bau menstruasi. 3) Endometrium dan serviks Hari

53

Tahapan dan waktu mobilisasi ibu nifas setelah kala IV ibu

sudah bisa turun dari tempat tidur dan melakukan aktivitas seperti

biasa, karena selama persalinan kala IV ibu membutuhkan istirahat

untuk menyiapkan tubuh dalam proses penyembuhan (Mitayani,

2009). Menurut Bahiyatun (2008) pada persalinan normal, ibu

diperbolehkan untuk mandi dan ke WC dengan bantuan orang lain,

yaitu pada 1 atau 2 jam setelah persalinan jika ibu belum melakukan

rentang gerak dalam tahapan mobilisasi dini selama 1 atau 2 jam

setelah persalinan, ibu nifas tersebut belum melakukan mobilisasi

secara dini (Late Ambulation). Sebelum ibu mulai melakukan tahap-

tahap mobilisasi dini, ibu di anjurkan untuk melakukan napas dalam

serta latihan tungkai yang sederhana dan duduk di tepi tempat tidur.

Mobilisasi ini dapat dimulai segera setelah tanda vital stabil, fundus

keras dan tidak banyak pendarahan, kecuali jika ada kontraindikasi

serta dapat dilakukan sesuai kekuatan itu (Hamilton, 2004).

3. Kontraindikasi Mobilisasi

Mobilisasi masa nifas tidak dibenarkan pada ibu nifas dengan

penyakit atau penyulit, seperti anemia, penyakit jantung, penyakit paru,

syok sepsis, kontraindikasi lain dapat ditemukan pada kelemahan umum

dengan tingkat energi yang kurang (Sulistyawati, 2009).

4. Manfaat Mobilsasi Dini

Menurut Jannah (2011), keuntungan mobilisasi dini antara lain:

Hubungan Tingkat Nyeri..., LIDYA NUR HIDAYAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 43: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4606/3/LIDYA NUR HIDAYAH BAB II.pdf · Bau ini tidak seperti bau menstruasi. 3) Endometrium dan serviks Hari

54

a. Penderita merasa lebih sehat dan kuat

b. Faal tubuh dan kandung kemih menjadi lebih baik

c. Memungkinkan tenaga medis untuk memberikan bimbingan kepada ibu

mengenai cara merawat bayinya.

d. Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia (lebih ekonomis)

Menurut Dewi (2011), keuntungan mobilisasi dini antara lain:

a. Ibu merasa lebih sehat dan kuat

b. Faal usus dan kandung kemih baik

c. Kesempatan yang baik untuk mengajari ibu merawat bayinya

d. Tidak menyebabkan pendarahan abnormal

e. Tidak mempengaruhi proses penyembuhan luka hecting.

5. Kerugian Tidak Mobilisasi Dini

Menurut Lia (2009), kerugian tidak melakukan mobilisasi dini antara

lain:

a. Peningkatan suhu tubuh karena adanya involusi yang tidak baik

sehingga sisa darah yang tidak dapat dikeluarkan dan menyebabkan

infeksi, salah satunya ditandai dengan peningkatan suhu tubuh.

b. Pendarahan yang abnormal, dengan mobilisasi dini kontraksi uterus

akan baik, sehingga fundus uteri keras, maka resiko pendarahan yang

abnormal dapat dihindarkan. Karena kontraksi membentuk

penyempitan pembuluh darah yang terbuka.

Hubungan Tingkat Nyeri..., LIDYA NUR HIDAYAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 44: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4606/3/LIDYA NUR HIDAYAH BAB II.pdf · Bau ini tidak seperti bau menstruasi. 3) Endometrium dan serviks Hari

55

c. Involusi uteri yang tidak baik, apabila tidak dilakukan mobilisasi dini

akan mnghambat pengeluaran darah dan sisa plasenta sehingga

menyebabkan terganggunya kontraksi uterus.

6. Mobilisasi Dini Pada Ibu Post Partum Normal.

Persalinan merupakan proses yang sangat melelahkan oleh karena itu

ibu tidak dianjurkan langsung turun dari ranjang karena dapat

menyebabkan pingsan akibat sirkulasi yang belum berjalan baik. Karena

sehabis melahirkan ibu merasa lelah, dan harus beristirahat. Pergerakan

dilakukan dengan miring kanan atau kiri untuk mencegah terjadinya

trombosis dan tromboemboli. Biasanya pada 2 jam post partum ibu sudah

bisa turun dari tempat tidur dan melakukan aktifitas seperti biasa.

Mobilisasi dilakukan secara bertahap mulai dari gerakan miring kekanan

dan kekiri, lalu menggerakakan kaki. Cobalah untuk duduk di tepi tempat

tidur, setelah itu ibu bisa turun dari ranjang dan berdiri atau bisa pergi

kekamar mandi, sehingga sirkulasi dalam tubuh akan berjalan dengan baik.

7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi

a. Faktor Fisiologis

Apa bila ada perubahan mobilisasi, maka setiap sistem tubuh

beresiko terjadi gangguan, tingkat keparahan dari gangguan tersebut

tergantung pada kondisi kesehatan secara keseluruhan, serta tingkat

imobilisasi yang di alami.

Hubungan Tingkat Nyeri..., LIDYA NUR HIDAYAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 45: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4606/3/LIDYA NUR HIDAYAH BAB II.pdf · Bau ini tidak seperti bau menstruasi. 3) Endometrium dan serviks Hari

56

b. Faktor Emosional

Yang mempengaruhi mobilisasi adalah cemas (ansietas).

Ansitetas merupakan gejolak emosi seseorang yang berhubungan

dengan sesuatu diluar dirinya dan mekanisme diri yang digunakan

dalam mengatasi permasalahan (Fundamental, 2006).

c. Faktor yang mempengaruhi adalah umur dan paritas (Potter, 2006).

Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dimiliki oleh

seorang wanita dan umur adalah lamanya hidup seseorang dalam tahun

yang dihitung sejak dilahirkan.

d. Faktor Psikososial

Imobilisasi menyebabkan respons emosional, intelektual sensori,

dan sosiokultural. Perubahan emosional paling umum adalah depresi,

perubahan perilaku, perubahan siklus tidur-bangun, dan gangguan

koping. mengidentifikasi efek imobilisasi yang lama pada psikososial

klien. Orang yang cenderung depresi atau suasana hati yang tidak

menentu beresiko tinggi mengalami efek psikososial selama tirah

baring atau imobilisasi (Perry& Potter, 2006).

Hubungan Tingkat Nyeri..., LIDYA NUR HIDAYAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 46: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4606/3/LIDYA NUR HIDAYAH BAB II.pdf · Bau ini tidak seperti bau menstruasi. 3) Endometrium dan serviks Hari

57

G. Kerangka Teori

Sumber :

Kerangka Konsep

Sumber:

Menurut Bobak (2005), Fundamental (2006), Wiknjosastro (2007),Tamsuri (2007), Bahiyatun

(2008), Wiknjosastro (2008), maryunani (2009), Sulistyawati (2009), Saleha (2009), Lia (2009),

Jannah (2011), Judha (2012), Andarmoyo (2013).

Perubahan Fisiologis ibu Post

Partum :

1. Sistem reproduksi :

uterus, vagina, lochea,

endometrium, serviks,

payudara.

2. Sistem perkemihan.

3. Sistem pencernaan.

4. Sistem musculoskeletal.

5. Perubahan Tanda – tanda

Vital : Tekanan darah,

denyut nadi, suhu tubuh.

6. Sistem endokrin.

7. Sistem kardiovaskular

Factor-faktor Lain:

1. Ruptur perineum

2. Hecting perineum

Tingkat Nyeri

Hecting

Perineum

Mobilisasi Dini

1. Usia

2. Paritas

3. Budaya

4. Ansietas

5. Perhatian

6. Pengalaman

masa lalu

1. Fisiologis

2. Emosional

3. Perkembangan

4. Psikososial

Hubungan Tingkat Nyeri..., LIDYA NUR HIDAYAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 47: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1. - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4606/3/LIDYA NUR HIDAYAH BAB II.pdf · Bau ini tidak seperti bau menstruasi. 3) Endometrium dan serviks Hari

58

H. Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel Dependent

I. Hipotesa Penelitian

Ha : Ada hubungan tingkat nyeri hecting perineum terhadap mobilisasi dini

ibu postpartum

Ho : Tidak ada hubungan tingkat nyeri hecting perineum terhadap

mobilisasi dini ibu postpartum

Tingkat Nyeri

Hecting Perineum Mobilisasi Dini

Hubungan Tingkat Nyeri..., LIDYA NUR HIDAYAH, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017