bab ii pembahasan.docx

29
PERKEMBANGAN EMOSIONAL ANAK SD/MI MAKALAH KELOMPOK Disusun sebagai syarat untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah “Perkembangan Peserta Didik” (Dosen: Dra. Hj Syafi’ah M.Ag., danMuhamma d Afandi, S.Pd, M.Pd) Disusun oleh: Kelas IIB Kelompok 10 1. Rafika Elsa Oktaviani PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADDRASAH IBTIDAIYAH i .

Upload: destiiii

Post on 14-Dec-2015

222 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II PEMBAHASAN.docx

PERKEMBANGAN EMOSIONAL ANAK SD/MI

MAKALAH KELOMPOK

Disusun sebagai syarat untuk Memenuhi Tugas KelompokMata Kuliah “Perkembangan Peserta Didik”

(Dosen: Dra. Hj Syafi’ah M.Ag., danMuhamma d Afandi, S.Pd, M.Pd)

Disusun oleh:

Kelas IIB

Kelompok 10

1. Rafika Elsa Oktaviani

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADDRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUANUNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

PEKANBARU 2013

KATA PENGANTAR

i.

Page 2: BAB II PEMBAHASAN.docx

BISMILLAHIRROHMANIRROHIM. . .

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Segala puji hanya milik allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada penulis makalah, sehingga penulis makalah dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Perkembangan Emosional Peserta Didik”. Memang makalah ini masih jauh dari kesempurnaan karena penulis makalah masih dalam tahap pembelajaran. Dan tak lupa pula shalawat serta salam penulis makalah sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta para thabi’in.

Makalah ini merupakan ilmu dari mata kuliah Perkembangan Peserta Didik, khususnya mengenai perkembangan emosional peserta didik siswa/I SD/MI. Selanjutnya penulis makalah ingin mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing Ibu Dra. Hj Syafi’ah M.Ag., dan Bapak Muhamma d Afandi, S.Pd, M.Pd) yang telah membimbing member kesempatan kepada penulis makalah untuk membuat makalah ini.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis makalah berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita sema, dan semoga allah SWT meRidhoi usaha kita untuk mencapai hasil yang terbaik, hasil yang diharapkan, dan dapat memudahkan kita dalam memahaminya, dan juga dapat diterapkan dalam kehidupan kita.

Pekanbaru, maret 2013

Penulis

i.

Page 3: BAB II PEMBAHASAN.docx

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................. ii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................. 1B. Tujuan ........................................................................... 1C. Permasalahan ................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian …..................................................................B. Karakteristik perkembangan emosi peserta didik C. Fase perkembangan peserta didik D. Proses emosional E. Meningginya emosi pada peserta didikF. Keseimbang emosiG. Perubahan fisik apa yang terjadi ketika emosi H. Upaya untuk memfasilitasi emosi peserta didikI. Ciri khas penampilan emosi anak.J. Katarsis emosi.K. Emosi yang dominanL. Metode belajar yang menunjang emosi peserta didik M. Hal yang tidak biasa dialami peserta didik karena mengalami

gangguan prilaku dan emosionalN. Hubungan perkembangan emosi dengan pembelajaranO. Upaya pendidik dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif.

BAB III PENUTUP

A. SimpulanB. Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

i.

Page 4: BAB II PEMBAHASAN.docx

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Tujuan

C. Rumusan Masalah

Dalam makalah ini akan membahas beberapa masalah, diantaranya :1. Menjelaskan pengertian emosi2. Apa saja karakteristik perkembangan emosi peserta didik ?3. Apa fase perkembangan peserta didik ?4. Apa itu proses emosional ?5. Mengklasifikasi tentang meningginya emosi pada peserta didik6. Hal apa yang dilakukan agar emosi peserta didik seimbang ?7. Perubahan fisik apa yang terjadi keti emosi ?8. Upaya untuk memfasilitasi emosi peserta didik9. Ciri khas penampilan emosi anak.10. Mengklasifikasi katarsis emosi.11. Mengklasifikasi emosi yang dominan12. Apa metode belajar yang menunjang emosi peserta didik ?13. Hubungan perkembangan emosi dengan pembelajaran?14. Upaya pendidik dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif.

i.

Page 5: BAB II PEMBAHASAN.docx

BAB II

PEBMBAHASAN

Pada usia sekolah ( khususnya dikelas tinggi seperti dikelas 4, kelas 5, dan kelas 6), anak mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar tidaklah disenangi olehnya. Oleh kerena itu, dia mulai mengontrol ekspresi emosinya. Kemampuan mengontrol emosi diperolehnya melalui peniruan dan latihan ( pembiasaan ). Dalam proses peniruan, kemampuan orang tua atau guru dalam mengendalikan emosinya sangatlah berpengaruh. Apabila anak dikembangkan dilingkungan keluarga yang suasana emosionalnya stabil, maka perkembangan emosi anak cenderung stabil atau sehat. Akan tetapi, apabila kebiasaan orang tua dalam mengekspresikan emosinya kurang stabil atau kurang kontrol (seperti: marah-marah, pesimis dalam menghadapi masalah), maka perkembangan emosi anak cenderung kurang stabil atau tidak sehat.

Terjadi juga prilaku peserta didik dan munculnya berbagai kebutuhan disebabkan oleh seberapa banyak dorongan-dorongan dan minat seseorang itu terpenuhi merupakan dasar dari pengalaman emosionalnya.

Seseorang individu dalam merespon sesuatu lebih banyak diarahkan oleh penalaran dan pertimbangan-pertimbangan objektif. Tetapi pada saat tertentu didalam kehidupannya, dorongan emosional banyak campur tangan dan mempengaruhi pemikiran-pemikiran dan tingakah lakunya. Oleh karena itu, untuk memahami siswa SD/MI memang perlu mengetahui apa yang ia lakukan dan pikirkan.

A. PENGERTIAN EMOSI

Perbuatan atau prilaku individu sehari-hari pada umumnya disertai oleh perasaan-perasaan tertentu, seperti perasaan senang atau tidak senang. Perasaan senang atau tidak senang yang terlalu dan disertai perbuatan individu tersebut disebut warna afektif. Afektif ini terkadang kuat, terkadang lemah, terkadang tidak jelas (samar-samar). Dalam hal warna afektif tersebut kuat, maka perasaan-perasaan menjadi lebih mendalam, lebih luas, dan lebih terarah.Perasaan-perasaan seperti seperti ini disebut emosi (sarlito, 1982:59).

Beberapa pendapat tentang pengertian emosi, sebagai berikut :Menurut L.Crow dan A.Crow, emosi adalah pengalaman yang afektif yang disertai

oleh penyesuaian batin secara menyeluruh, dimana keadaan mental dan fisiologis sedang dalam kondisi yang meluap-luap, juga dapat diperlihatkan dengan tingkah laku yang jelas dan nyata2.

Menurut Kaplan dan Saddock, emosi adalah keadaan perasaan yang mengandung komponen kejiwaan, badan, dan perilaku yang memiliki affect dapat berfariasi sebagai respon terhadap perubahan emosi, sedangkan mood adalah suatu perasaan yang meluas,

i.

Page 6: BAB II PEMBAHASAN.docx

meresap, dan terus menerus yang secara subjektif dialami dan dikatakan oleh individu dan juga dilihat oleh orang lain.

Menurut goleman, emosi adalah perasaan dan pikiran khasnya; suatu keadaan biologis dan psikologis; suatu rentangan dari kecenderungan untuk bertindak.

Menurut kamus the American college dictionary, emosi adalah suatu keadaan afektif yang disadari dimana dialami perasaan seperti kegembiraan, kesedihan, takut, benci, dan cinta ( dibedakan dari keadaan kognitif dan keinginan yang disadari),

Emosi merupakan factor dominan yang mempengaruhi tingkah laku individu, dan termasuk pula prilaku belajar (learning). Emosi positif seperti perasaan senang, semangat, rasa ingin tahu (curiosity) yang tinggi akan mempengaruhi individu untuk mengonsentrasikan dirinya terhadap aktivitas belajar, seperti memperhatikan ketika guru menerangkan, membaca buku, aktif berdiskusi, mengerjakan tugas atau pun pekerjaan rumah, dan disiplin dalam belajar.

Sebaliknya, apabila yang menyertai proses belajar itu emosi yang negative, seperti perasaan tidak senang, kecawa, tidak bersemangat, maka proses belajar tersebut akan mengalami hambatan, berarti tidak dapat memusatkan perhatiannya untuk belajar, sehingga kemungkinan besar ia akan mengalami kegagalan dalam belajarnya.

Mengingat hal tersebut, maka guru seyogyanya memiliki kepedulian untuk menciptakan suasana proses belajar-mengajar yang menyenangkan atau kondusif agar terciptanya proses belajar siswa secara efektif.

Jadi, emosi adalah suatu keadaan afektif yang disadari, yang tampak atau pun tidak tampak, baik perasaan senang atau pun tidak senang.

B. KARAKTERISTIK EMOSI PESERTA DIDIK ( ANAK )

Karakteristik emosi yang tidak stabil (tidak sehat) :

1. Menunjukkan wajah yang murung.2. Mudah tersinggung.3. Tidak mau bergaul dengan orang lain. 4. Suka marah-marah.5. Suka mengganggu teman.6. Tidak percaya diri.

Karakteristik emosi yang stabil ( sehat ) :

1. Menunjukkan wajah yang ceria.2. Mau bergaul dengan teman secara baik.3. Semangat dalam belajar.4. Dapat berkonsentrasi dalam belajar.5. Bersikap respek ( menghargai ) terhadap diri sendiri dan orang lain.

i.

Page 7: BAB II PEMBAHASAN.docx

C. FASE PERKEMBANGAN EMOSIONAL

Perkembangan emosi pada masa pertumbuhan anak semakin lama semakin halus dalam mengekspresikannya sampai masa remaja. Peralihan ekspresi emosi yang tadinya kasar, karena terpengaruh pelatihan dan kontol, berangsur-angsur tingkah laku emosionalnya berubah. Misalkan anak yang tadinya menjerit-jerit pada saat remaja dia akan memperluas ekspresinya. Sebagai orang tua dan guru bahwa ekspresi yang lebih lunak ini tidak berarti emosinya tidak lagi memainkan peranan yang penting dalam kehidupan anak. Karena sebenarnya ia membutuhkan stimulant yang positif bagi perkembangan emosional selanjutnya. Selama anak bertambah kekuatan fisik dan pengertiannya, ia akan merespon dengan cara yang berbeda-beda terhadap segala sesuatunya, karenasudah terlebih dahulu dipertimbangkannya.

D. PROSES EMOSIONALProses emosional adalah perubahan dalam hubungan peserta didik dengan

orang lain, perubahan dalam emosi dan perubahan dalam kepribadian. Pengasuhan anak, perkelahian anak, pengembangan ketegasan anak, perasaan gembira anak saat mendapatkan nilai yang baik semuanya mencerminkan proses perkembangan emosional.

E. MENINGGGI NYA EMOSI PADA PESERTA DIDIKa. Periode meningginya emosi peserta didik.

Periode sekolah dasar ( middle dan late childhood ) biasanya dimulai dari usia 6 tahun hingga 11 tahun.

Pada anak SD/MI ada waktu di mana anak sering mengalami emosi yang hebat. Karena emosi cendrung kurang menyenangkan, maka dalam periode ini meningginya emosi menjadi periode ketidakseimbangan, yaitu sat di mana anak sulit di hadapi.

Meningginya emosi pada anak dapat di sebabkan karena keadaan fisik dan/atau lingkungan. Kalau anak sakit atau lelah, maka ia cendrung cepat marah, rewel, dan umumnya sulit di hadapi.

Keadaan lingkungan yang menyebabkan meningginya emosi juga beragam dan serius. Karena penyesuaian diri pada setiap situasi baru selalu menyusahkan anak, meningginya emosi hampir selalu di alami oleh semua anak pada saat masuk sekolah. Setiap perubahan yang menonjol pada pola kehidupan anak, seperti keretakan keluarga akibat perceraian atau kematian, akan selalu mengakibatkan emosi meninggi.

Namun pada umumnya, pada masa sekolah dasar merupakan periode relatif tenang yang berlangsung sampai mulainya masa puber. Ini di sebabkan oleh beberapa hal. Pertama, peranan yang harus di lakukan anak lebih besar sudah

i.

Page 8: BAB II PEMBAHASAN.docx

terumus secara jelas dan anak tau bagaimana melaksanakannya. Kedua, permainan dan olahraga merupakan bentuk pelampiasan emosi yang bertahan. Ketiga, dengan meningkatnya keterampilan anak tidak banyak mengalami kekecewaan dalam usahanya untuk menyelesaikan berbagai macam tugas di bandingkan dengan pada saat anak masih lebih muda..

b. Dampak umum dari emosionalitas yang meninggi

1. Keadaan emosional yang kuat, sering menggoncangkan keseimbangan tubuh dan mencegah berfungsinya tubuh secara normal.

2. Apabila keseimbangan tubuh terguncang emosi, prilaku peserta didik menjadi kurang teratur dibandingkan dengan dalam keadaan normal, dan lebih menyerupai prilaku anak yang lebih muda.

3. Goncangnya keseimbangan tubuh tercermin pada efesiensi mental yang menurun terutama dalam segi ingatan, konsentrasi, dan penalaran.

4. Dampak lainnya yaitu, nilai peserta didik juga dipengaruhi oleh ketegangan emosi. Kesulitan membaca merupakan kesulitan yang umum pada anak – anak yang emosionalitasnya meninggi.

5. Emosionalitas yang tinggi mempengaruhi penyesuaian secara anak langsung karena banyak orang yang menilai dari prilaku mereka. Emosionalitas yang meninggi juga mempengaruhi penyesuaian peserta didik secara tidak langsung karena penilaian sosial yang diterima anak mempengaruhi sikap serta perlakuan anak terhadap orang lain.

6. Karena penyesuaian sosial berkaitan erat dengan konsep diri anak, emosionalitas yang meninggi menimbulkan dampak yang merugikan bagi perkembangan pribadi.

c. Kondisi yang menunjang timbulnya emosionalitas yang meninggi

Kondisi fisikApabila keseimbangan tubuh terganggu karena kelelahan, kesehatan yang

buruk, atau perubahan yang berasal dari perkembangan, maka peserta didik akan mengalami emosionalitas yang meninggi.1. Kesehatan yang buruk, seseorang peserta didik akan mengalami

emosionalitas yang tinggi bisa disebabkan oleh gizi yang buruk, gangguan pencernaan, atau penyakit.

2. Kondisi yang merangsang, seseorang peserta didik juga akan mengalami emosionalitas ketika ada gangguan yang merangsang seperti gatal-gatal.

3. Perubahan kelenjar, peserta didik akan mengalami emosi yang tinggi ketika terjadinya puber, biasanya terjadi pada siswa kelas 6, dimana terjadinya gangguan kelenjar mungkin juga yang disebabkan oleh stress emosional yang kronis. Mmisalnya pada saat terjadinya kecemasan yang mengambang.

i.

Page 9: BAB II PEMBAHASAN.docx

Kondisi psikologis

Pengaruh fisikologis yang penting antara lain intelegensi, tingkat aspirasi, dan kecemasan.

1. Intelektual yang buruk. Peserta didik yang tingkat intelektualnya rendah, rata-rata mempunyai pengendalian emosi yang kurang dibandingkan dengan anak yang pandai pada tingkatan umur yang sama.

2. Kegagalan mencapai tingkat ekspresi. Kegagalan yang berulang-ulang dapat mengakibatkan timbulnya keadaan cemas, sedikit atau banyak.

3. Kecemasan seelah pengalaman emosional tertentu yang sangat kuat. Sebagai contoh, akibat lanjutan dari pengalaman yang menakutkan akan mengakibatkan anak takut kepada setiap situasi yang dirasakan mengancam.

Kondisi lingkungan

Peserta didik akan mengalami emosionalitas yang tinggi ketika mengalami ketegangan yang terus menerus, jadwal yang ketat, dan terlalu banyak pengalaman menggelisahkan yang merangsang peserta didik secara berlebihan.

1. Ketegangan yang disebabkan oleh pertengkaran dan perselisihan yang terus menerus.

2. Kekangan yang berlebihan seperti disiplin yang otoriter, 3. Sikap orang tua yang terlalu mencemaskan atau terlalu melindugi.

Seperti ketika anak pulang terlambat dengan alasan mengerjakan tugas kelompok, orang tua akan memarahi anak nya karena orang tua sangat melindungi dan mencemaskan anaknya.

4. Suasana otoriter di sekolah. Emosionalitas peserta didik akan tinggi apabila guru yang terlalu menuntut atau pekerjaan sekolah yang tidak sesuai dengan kemampuan peserta didik akan menimbulkan kemarahan sehingga anak pulang keruamah dalam keadaan kesal.

F. KESEIMBANGAN EMOSI

Pada kesieimbangan emosi, dominasi emosi yang tidak menyenangkan dapat dilawan sampai pada batas tertentu, dengan emosi yang menyenangkan, dan sebaliknya. Pada keseimbangan emosi yang ideal, timbangan harus condong kearah emosi yang menyenangkan sehingga emosi itu mempunyai kekuatan melwan kerusakan psikolagi yang ditimbulkan oleh dominasi emosi yang tidak menyenagkan.

Keseimbangan emosi dapat diperoleh melalui dua cara. Pertama, adanya pengendalian lingkungan; dengan tujuan agar emosi yang tidak menyenangkan

i.

Page 10: BAB II PEMBAHASAN.docx

cepat-cepat diimbangi dengan emosi yang menyenangkanyang lebih banyak sehingga timbangan akan condong kearah emosi yang menyenangkan.

Cara yang kedua ini pasti merupakan cara yang lebih praktis, yaitu membantu anak mengembangkan toleransi terhadap emosi, seperti kemampuan untuk menghambat pengaruh emosi yang tidak menyenangkan. Karena marah merupakan pengalaman emosional, dan merupakan hal yang sangat tidak menyenangkan dalam masa sekolah dasar, maka toleransi terhadap frustasi adalah bentuk yang penting dari toleransi emosi pada peserta didik.

Selain untuk menunjang pengembangan toleransi emosi yang tidak menyenangkan. Maka peserta didik harus belajar menerima kegembiraan, kasih sayang, keingin tahuan, dan keadaan emosi yang tidak menyenangkan lainnya sehingga mereka tidak terlalu bergantung pada suasana yang selalu menyenangkan. Apabila mereka terlalu bergantung pada emosi yang menyenangkan, maka dikhawatirkan bahwa mereka tidak akan mengatasi emosi yang tidak menyenangkan.

G. PERUBAHAN FISIK YANG TERJADI PADA SAAT EMOSI

Pada saat terjadi emosi seringkali terjadi perubahan-perubahan pada fisik, antara lain berupa :

1) Reaksi elektris pada kulit : meningkat bila terpesona.2) Peredaran darah : bertambah cepat bila terkejut.3) Denyut jant ung : bertambah cepat bila terkejut.4) Pernapasan : bernapas panjang jika kecewa.5) Pupil mata : membesar bila marah.6) Liur : mengering kalau takut atau tegang.7) Bulu roma : berdiri kalau takut.8) Pencernaan : mencret-mencret jika tegang.9) Otot : ketegangan dan ketakutan menyebabkan otot menegang atau bergetar.10) Komposisi darah : komposisi darah akan ikut berubah karena emosional yang

menyebabkan kelenjar-kelenjar lebih aktif.

H. UPAYA MEMFASILITASI EMOSI PESERTA DIDIK Aspek ; kecerdasan emosional ( kematangan emosi )a. Menciptakan suasana yang kondusif (sikap ramahdan kasih saying, tidak

judes dan bersikap keras ) baik dirumah maupun disekolah.b. Membicarakan tentang perasaan-perasaan, baik diri sendiri maupun orang

lain.

i.

Page 11: BAB II PEMBAHASAN.docx

c. Membicarakan tentang cara menyalurkan keinginan tanpa mengganggu perasaan orang.

d. Mengembangkan sikap dan kebiasaan saling menyayangi dengan teman.e. Mengmbangkan sikap positif ( respek ) terhadap diri sendiri dan orang lain.f. Menghormati pribadi anak ( seperti bertutur kata yang sopan,

mengucapkan /menjawab salam anak, dan tidak mencemoohkan anak ) g. Memberikan penghargaan ( seperti pujian, acungan jempol, atau hadiah)

kepada anak yang menampilkan prilaku ataupun prestasi yang diharapkan.

I. CIRI KHAS PENAMPILAN EMOSI ANAK.Emosi yang kuatAnak kecil bereaksi dengan intensitas yang sama, terhadap situasi yang remeh maupun yang serius bahkan dia bereaksi dengan emosi yang kuat terhadap hal-hal yang tampaknya bagi orang dewasa merupakan soal sepele.

Emosi seringkali tampakSeringkali anak-anak memperlihatkan emosi mereka yang meningkat dan menjumpai mereka dalam keadaan bahwa ledakan emosional seringkali mengakibatkan hukuman, mereka belajar untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang membangkitkan emosi. Kemudian mereka mengekang ledakan emosi mereka ataupun bereaksi dengan cara yang lebih dapat di terima.

Emosi berubah kekuatannya semakin meningkat nya usia peserta didik,pada usia tertentu emosi yang

biasanya sangat kuat berkurang menjadi tidak terlalu kuat,sedangkan emosi lain yang tadinya lemah berubah menjadi kuat.variasi ini sebagian di sebabkan oleh perubahan dorongan. Sebagian lagi disebabkan oleh perkembangan intelektual, dan sebagian lainnya disebabkan oleh perubahan minat dan nilai.

Emosi dapat diketahui melalui gejala perilaku Peserta didik mungkin tidak memperlihatkan emosional mereka secara

langsung, tetapi mereka memperlihatkan secara tidak langsung seperti. Mereka memperlihatkannya melalui kegelisahannya,melamun, menangis, kesukaran bicara, dan tingkah laku yang gugup seperti menggigit jari dan mengisap jempol

J. KATARSIS EMOSI“katarsis emosi” adalah pembersihan system energi yang terkurung, dan

terjadi apabila ekspresi emosi dikendalikan.apabila energi fisik yang dibina untuk persiapan bertindak tidak dilepaskan, keseimbangan tubuh akan terganggu. Demikian pula halnya, apabila keadaan mental yang menyertai emosi tidak ditangani secara tepat, hal itu akan menimbulkan sikap yang tidak

i.

Page 12: BAB II PEMBAHASAN.docx

menyenangkan sehingga penyesuaian pribadi dan social anak (peserta didik) kurang baik

Ketika tubuh disiapkan . Untuk bertindak, maka emosi yang ditimbulkan, walaupun itu berupa kecemasan, kecemburuan, maupun permusuhan, dapat memperlama goncangan fisik. Hal itu akan memperlama pula kekacauan mental.

a. Esensi katarsis emosiSekedar membiarkan keluarnya energy emosional mungkin dapat

membebaskan system energy fisik yang berlebihan untuk sementara, tetapi belum tentu dapat mengubah pandangan anak dari sumber kerusuhan emosi. Prinsip yang asasi dalam psikoterapi memberikan petunjuk bagaimana seseorang dapat mencapai katarsis emosi yang sekaligus membersihkan tubuh dan jiwa.

b. Permulaan katarsis emosional

Dengan mengekang ungkapan emosi eksternal anak menjadi gelisah, tegang dan mudah tersinggung oleh masalah yang sangat kecil sekalipun, anak di katakan sedang mengalami “suasana hati yang buruk” atau “keadaan buruk”.

Karena keadaan emosi yang tidak tersalurkan tidak menyenangkan bagi anak, seringkali anak dengan cara coba-coba meredakan keadaan ini dengan sibuk bermain, dengan tertawa terbahak-bahak atau bahkan dengan menangis. Sekali cara meredakan emosi yang tidak tersalurkan ini di temukan, yamg di sebut dengan katarsis emosional, maka akan timbul cara barubagi anak untuk mengatasi ungkapan emosional agar sesuai dengan harapan sosial.

Meskipun banyak bentuk katarsis yang di gunakan, tetapi anak menemukan melalui cara coba-coba dan bukan melalui bimbingan, bahwa ada beberapa bentuk yang lebih baik dan secara sosial lebih diterima daripada banyak bentuk yang lainnya.

Menangis, misalnya, dapat merupakan pelampiasan tenaga emosi yang tertahan, namun biasanya mempunyai akibat sampiangan berupa perasaan sedih yang melemahkan tenaga seseorang. Lagi pula anak menemukan bahwa menangis di anggap seperti anak kecil. Sekalipun anak menangis secara sembunyi-sembunyi tetapi matanya yang merah menunjukkan bahwa ia baru menangis. Di lain pihak, tertawa dan sibuk bermain tidak menimbulkan akibat sampingan dan juga tidak menimbulkan penolakan sosial.

Beberapa anak yang mempunyai teman akrab, sebelum masa kanak-kanak berakhir mengerti bahwa membicarakan berbagai situasi yang menimbulkan emosi yang tidak menyenangkan, seperti kecewa, takut, cemburu, dan sedih, dengan teman akan banyak membantu. Dengan melakukan hal ini mereka memperoleh pandangan baru tentang berbagai

i.

Page 13: BAB II PEMBAHASAN.docx

masalah emosional sehingga setiap situasi yang membangkitkan emosi dapat dicegah atau dikurangi. Dengan cara ini mereka mengerti nilai katarsis mental, yang kalau digabung dengan katarsis fisik yang memungkinkan mereka untuk belajar mengungkapkan emosi mereka dalam cara yang dapat di terima secara sosial dan dengan ketegangan fisik atau ketegangan emosional yang minimum

c. Katarsis fisikSetiap aktivitas yang menggunakan seluruh energi, yang dihasilkan

oleh perubahan fisik yang menyertai emosi akan menimbulkan suatu katarsis bagi energi ini dan memulihkan keseimbangan. Dikalangan anak (peserta didik), tiga macam aktivitas katarsis yang paling umum dan yang paling menguntungkan adalah dengan menyibukkan diri, dengan tertawa, dan dengan menangis.

Menyibukkan diri, seperti melalui permainan, peserta didik atau pun anak-anak dapat menyalurkan energy emosionalnya dengan cara berlari, berenang, bermain bola, memtong rumput, ataupun berlari. Agar tercapainya hasil katarsis yang diinginkan, aktivitas yang dilakukan tidak hanya harus dapat diterima secara social, tetapi juga dapat memberikan kepuasan pada anak.

Demikian juga halnya dengan tangisan, tangisan yang tuntas akan memerlukan waktu yang cukup lama untuk dapat membersihkan tubuh dari ketegangan yang berlebihan. Bagaimana pun juga peserta didik akan segera mengetahui bahwa menangis adalah hal yang tidak dapat dierima secara social. Walaupun mereka menangis dengan sembunyi-sembunyi, mata yang memerah akan membuka rahasia mereka. Dan mereka merasa bersalah dan malu karena telah bertingkah “seperti anak kecil” dan mengetahui bahwa mereka akan dicemoohkan dan dihina jika teman yang lain tahu bahwa ia telah menangis.

Masalah yang ampir timbul pada aktivitas tertawa. Peserta didik hanya dapat tertawa cukup keras untuk mencapai katarsis yang meraka butuhkan tanpa menimbulkan penlakan social. Apabila mereka tertawa, tidak menutup kemungkinan peserta didik yang lain juga tertawa.d. Katarsis mental

Untuk mencapai katarsis mental, peserta didik harus mengubah sikap terhadap situasi yang menimbulkan emosi mereka. Berartimereka harus mentolerir emosi dan menyadari sebab kemarahan, dukacita, ketakutan, kecemburuan mereka, dan sebagainya.

Oleh karena itu, bimbingan mutlak sangatlah perlu. Akan tetapai, peserta didik akan memperoleh manfaat bimbingan jika mereka mau berkomunikasi dengan orang lain. Bimbingan dapat dilakukan secara

i.

Page 14: BAB II PEMBAHASAN.docx

langsung, yaitu melalui diskusi dan pengkajian masalah. Ataupun ecara tidak langsung, seperti dengan teknik terapi permainan-boneka. Peserta didik yang sudah cukup besar, tidak mau berkomunikasi dengan orang lain yang mungkin dapat menolongnya semampu orang tersebut.

e. Bantuan bagi katarsis emosi

Walaupun lingkunagn peserta didik bermacam-macam ragamnya, sehingga mereka hanya dituntut sedikit untuk mengendalikan emosinya. Nemun, semua anak harus belajar bagaimana cara menyalurkan energi emosional yang berlebihan, agar mereka tidak menderita kerusakan fisik dan fisiologis terlalu besar apabila sewaktu-waktu diperlukan pengendalian. Berikut ini adalah dantuan bagi katarsis emosi :

Kegiatan menyibukkan diri seharihari, baik dengan bermain maupun dengan bekerja.

Pengembangan rasa humor sehingga seseorang dapat tertawa, sekalipun menertawakan diri sendiri.

Member pengertian kepada peserta didik bahwa menangis tidaklah selalu merupakan prilaku yang kebayi-bayian. Bahwa menangis dapat merupakan hal yang baik bagi peserta didik apabila mereka tahu kapan dan dimana waktu yang tepat untuk menangis. Hubungan emosional yang akrab paling tidak dengan salah seorang dari anggota keluarga. Orang tua dapat membantu anak mengembangkan pandangan yang lebih matang terhadap masalah mereka.

Seorang teman tempat peserta didik dapat menceritakan kesulitan dan mengadu. Anak mungkin ragu-ragu untuk mengutarakan masalahnya kepada orang yang lebih tua.

Kesedihan untuk membincangkan masalah dengan seseorang yang bersikap simpatik. Sebagian besar anak tidak dapat berbicara bebas tentang segala sesuatu, termasuk masalah mereka, kecuali apabila mereka didorong untuk melakukan itu.

Pengertian dari pihak lain terhadap sebab yang melatarbelakangi timbulnya emosi anak. Sebagai contoh, anak-anak yang mengalami rasa takut mempunyai alas an tertentu. Jika orang tua, guru, dan orang lain memahami hal ini, maka anak-anak akan bersedia membicarakan ketakutan mereka.

Bantuan tersebut menunjukkan bagaimana peserta didik dapat didorong belajar menggunakan emosi pada usia sekolah dasar atau pun madrasah ibtidaiyah. Sebelum mereka mengembanagkan kebiasaan mengendalikan emosi dengan cara yang merugikan bagi penyesuaian pribadi dan social yang baik. Jika peserta didik belajar bagaimana cara

i.

Page 15: BAB II PEMBAHASAN.docx

menggunakan katarsis emosi, mereka akan memperoleh kepuasan, baik dari segi emosional maupun dari segi penerimaan sosial.

K. EMOSI YANG DOMINAN

Emosi yang dominan adalah dari semua emosi, salah satu diantaranya, menimbulkan pengaruh yang kuat terhadap prilaku peserta didik. Ia tidak lahir dengan dominasi emosi yang menyenangkan atau yang tidak menyenagkan. Akan tetapi, emosi yang mempunyai kekuatan doninan dalam kehidupan mereka terutama bergantung pada lingkungan tempa mbagi kehidupan mereka, dan ereka tumbuh. Hubungan mereka dengan orang-orang yang berarti bagi kehidupan mereka, dan bimbingan yang mereka terima dalam mengendalikan emosi.

a. Kondisi yang ikut mempengaruhi emosi dominan

Kondisi kesehatan

Kesehatan yang baik mendorong emosi yang menyenangkan menjadi dominan,

sedangkan kesehatan yang buruk menyebabkan emosi yang tidak menyenangkan

menjadi dominan, sedangkan kesehatan yang buruk menyebabkan emosi yang

tidak menyenangkan menjadi dominan.

Suasana rumah

Jika anak-anak tumbuh dalam lingkungan rumah yang lebih banyak berisi

kebahagian dan apabila tidak ada pertengkaran, kecemburuan, dendam, dan

perasaan lain yang tidak menyenangkan, maka anak akan lebih banyak mempunyai

kesempatan untuk menjadi anak yang bahagia.

Cara mendidik anak

Mendidik anak secara otoriter, yang menggunakan metode hukuman untuk

memperkuat kepatuhan secara ketat, akan mendorong emosi yang tidak

menyenangkan menjadi dominan. Cara mendidik anak yang bersifat demokratis

dan pesimis akan menimbulkan suasana rumah yang lebih santai (relax) yang akan

menunjang bagi emosi yang menyengkan.

Hubungan dengan para anggota keluarga

i.

Page 16: BAB II PEMBAHASAN.docx

Hubungan yang tidak rukun dengan orang tua atau saudara akan lebih

banyak menimbulkan kemarahan dan kecemburuan sehingga emosi ini akan

cenderung menguasai kehidupan anak dirumah.

Hubungan dengan teman sebaya

Jika anak diterima dengan baik oleh kelompok teman sebaya maka emosi

yang menyenangkan akan lebiih menjadi dominan padanya, sedangkan jika anak

ditolak atau diabaikan oleh kelompok teman sebaya, maka emosi yang tidak biasa

akan menjadi dominan padanya.

Perlindungan yang berlebih-lebihan

Orang tua yang melindungi anak secara berlebih-lebihan (overprotective),

yang hidup dalam prasangka bahaya terhadap segala sesuatu, akan menimbulkan

rasa takut pada anak menjadi dominan.

Aspirasi orang tua

Jika orang tua mempunya aspirasi tinggi yang tidak realities bagi anak-

anaknya, anak akan menjadi canggung, malu, dan merasa bersalah apabila mereka

menyadari kritik orang, bahwa mereka tidak dapat memenuhi harapan tersebut.

Pengalaman semacam ini yang terjadi berulang kali dengan segera akan

menyebabkan emosi yang tidak menyenangkan menjadi dominan dalam kehidupan

anak.

Bimbingan

Bimbingan dengan menitik beratkan pada penanaman, pengertian bahwa

mengalami frustasi diperlukan sekali-kali dapat mencegah kemarahan dan

kebencian menjadi emosi yang dominan. Tanpa bimbingan semacam ini, emosi

tersebut akan menjadi dominan, terutama apabila frustasi yang dialami dirasakan

tidak adil bagi seseorang.

b. Pengaruh emosi dominan

i.

Page 17: BAB II PEMBAHASAN.docx

Emosi yang dominan mempengaruhi kepribadian anak, dan kepribadian anak, dan kepribadian anak mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosial mereka. Emosi yang dominan akan menentukan tempramen atau “suasana hati yang dirasakan” anak.

Tempramen bersifat menetap. Tempramen mempengaruhi ciri khas penyesuaian anak terhadap kehidupan. Seseorang yang ‘bawaannya periang’ akan memandang ringan rintangan yang menghalangi langkahnya dan hanya sedikit terganggu atau tidak akan terganggu sama sekali oleh rintangan tersebut. Seseorang yang ‘bawaannya buruk’ akan cenderung mengekspresikan kemarahan melebihi proporsi rangsangan yang ada. Anak yang bertempramen khawatir akan cenderung mengalami lebih banyak ketakutan dibanding anak yang lainnya.

Tempramen tidak hanya tercermin pada cara yang umumnya dipakai untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan, tetapi juga tercermin pada ekspresi wajah anak. Bahkan, dalam keadaan istirahat, ekspresi wajah dapat menunjukkan apakah tempramen anak itu pemurung atau periang ataupun mudah marah. Sering kali wajah anak lebih bercerita, disbanding dengan perbuatannya.

Besarnya pengaruh emosi yang menyenangkan seperti kasih saying, cinta, kegembiraan, dan kebahagiaan menyebabkan timbulnya perasaan aman yang akan membantu peserta didik (anak) dalam menghadapi masalah mereka dengan penuh kepercayaan pada diri sendiri dan ketenangan. Seperti bereaksi dengan ketegangan rintangan kecil dengan ketegangan emosi yang minimal dan mempertahankan keseimbangan emosi.

L. METODE BELAJAR YANG MENUNJANG EMOSI PESERTA DIDIK

1. Belajar secara coba-coba dan ralatPeserta didik belajar dengan coba-coba untuk mengekspresikan emosinya

dalam bentuk prilaku yang memberikan pemuasan terbesar untuknya, dan menolak prilaku yang sedikit memberikan pemuasan terbesar kepadanya dan menolak prilaku yang memberikan kepuasan sedikit atau sama sekali tidak memberikan pemuasan. cara belajar seperti ini lebih umum banyak digunakan oleh peserta didik ditingkat SD/MI.

2. Belajar dengan cara meniruBelajar dengan cara meniru sekaligus mempengaruhi aspek rangsangan dan

aspek reaksi. Dengan cara mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi, Anak-anak bereaksi dengan emosi dan metode ekspresi yang sama dengan orang-orang yang mereka lihat. Contoh, mungkin penyebab peserta didik yang ribut karena marah terhadap teguran gurunya.

i.

Page 18: BAB II PEMBAHASAN.docx

3. Belajar dengan cara mempersamakan diri

Belajar dengan cara mempersamakan diri sama dengan belajar secara menirukan yaitu anak menirukan reaksi emosional orang lain dengan tergugah oleh rangsangan yang sama dengan rangsangan yang telah membangkitkan emosi orang yang ditiru. Disini peseta didik hanya menirukan orang yang dikagumi dan mempunyai ikatan emosional yang kuat dengannya.

4. Pelatihan Pelatihan ( training/ belajar dibawah bimbingan dan pengawasan, terbatas

pada aspek reaksi. kepada peserta didik diajarkan cara bereaksi yang dapat diterima jika sesuatu emosi terangsang. Dengan pelatihan, anak-anak dirangsang untuk bereaksi terhadap rangsangan yang biasanya membangkitkan emosi yang menyenangkan dan dicegah agar tidak bereaksi secara emosional terhadap rangsangan yang membangkitkan emosi yang tidak menyenangkan. Hal ini dilakukan dengan cara mengendalikan lingkungan apabila memungkinkan

M. HAL YANG TIDAK BIASA DIALAMI PESERTA DIDIK KARENA MENGALAMI GANGGUAN PRILAKU DAN EMOSIONAL

Peserta didik yang tidak biasa salah satunya memiliki gangguan perilaku dan emosional. Gangguan perilaku dan emosional pada peserta didik, terdiri dari problem serius dan terus menerus yang berkaitan dengan hubungan agresi,depresi (gangguan mental), ketakutan berkaitan dengan persoalan pribadi atau sekolah .

Jika mereka mengalami gangguan seperti di atas,maka akibatnya peserta didik melakukan tindakan yang mengganggu, tindakan membangkang, atau membahayakan,dsb.

Ada juga beberapa anak yang memendam problem emosional mereka. Akibatnya terjadilah Depresi, kecemasan, dan ketakutan. karena hal tersebut bisa saja kemampuan mereka dalam belajar menurun. Anak merasa tertekan dari waktu ke waktu, tetapi kebanyakan untuk mengatasi problem emosional dan mood (suasana hati) negative ini dalam beberapa jam atau beberapa hari.

Akan tetapi, ada beberapa anak yang mood negatifnya lebih serius dan bertahan lama. Depresi adalah jenis gangguan mood dimana pengidapnya merasa dirinya tak berharga sama sekali, percaya bahwa keadaan tidak akan pernah membalik, dan tampak lesu dan tidak bersemangat dalam jangka waktu yang lama.apabila anak terus menunjukan tanda-tanda seperti ini selama dua minggu atau lebih,mereka mungkin sedang depresi .nafsu makan berkurang dan susah tidur juga bisa menyebabkan depresi.

Anak pada umumnya pernah mengalami kecemasan saat menghadapi tantangan hidup, tetapi pada beberapa anak kecemasan itu berlebihan dan

i.

Page 19: BAB II PEMBAHASAN.docx

bertahan lama sehingga mengganggu sekolahnya. Beberapa anak juga punya ketakutan yang berkaitan dengan dirinya sendiri atau sekolah sehingga mengganggu belajarnya.jika anak menunjukkan tanda-tanda kecemasan yang emengurangi kecemasan dan ketakutan yang berlebihan (Davidson & neale,2001).

N. HUBUNGAN PERKEMBANGAN EMOSI DENGAN PEMBELAJARAN

Emosi merupakan factor dominan yang mempengaruhi tingkah laku individu, dalam hal ini termasuk pla prilaku belajar. Emosi yang positif, seperti perasaan senang, bersemangat, atau rasa ingin tahu akan mempengaruhi individu untuk mengonsentrasikan diri terhadap aktifitas belajar, seperti memerhatikan penjelasan guru, membaca buku-buku, aktif dalam berdiskusi, mengerjakan tugas, dan displin dalam belajar.

Sebaliknya apabila yang menyertai proses belajar itu emosi yang negatif, seperti perasaan tidak senang, perasaan kecewa, dan perasaan tidak bersemangat, maka proses belajar itu akan mengalami hambatan, dalam arti individu tidak dapat memusatkan perhatiannya untuk belajar, sehingga kemungkinan besar dia akan mengalami kegagalan dalam belajar.

Mengingat hal tersebut, maka guru seyogya nya mempunyai kepedulian untuk menciptakan situasi blajar yang menyenangkan, atau kondusif bagi terciptanya proses belajar yang efektif. Upaya itu seperti mengembangkan suasana kelas yang bebas dari ketegangan ( guru bersikap ramah, murah senyum), memperlakukan peserta didik sebagai individu yang mempunyai harga diri ( tidak mencemooh atau menghinanya), memberikan nilai secara objektif , meng), hargai hasil karya perserta didik, mempunya kepedulian untuk membantu memecahkan masalah yang dialami peserta didik.

O. UPAYA PENDIDIK DALAM MENCIPTAKAN SUASANA BELAJAR YANG KONDUSIF

Upaya yang dapat ditempuh guru dalam menciptakan suasana belajar mengajar yang kondusif itu adalah sebagai berikut :

1. Mengembangkan suasana kelas yang bebas dari ketegangan, seperti guru yang bersikap ramah, tidak judes atau galak.

2. Mempermalukan siswa sebagai individu yang mempunyai harga diri, seperti guru menghargai masing-masing siswa, pendapat, dan hasil kaya siswa; dan tidak mencemoohkan atau melecehkan pribadi, pendapt, dan hasil karya siswa. Serta tidak membeda-badakan siswa.

3. Mereka memberikan nilai secara adil dan objektif.4. menciptakan kondisi kelas yang tertib, bersih dan sehat.

i.

Page 20: BAB II PEMBAHASAN.docx

DAFTAR PUSTAKA

B.Hurlock, E, 1978. Perkembangan Anak, Jakarta: Erlangga.

Santrock, J.W, 2004, Psikologi pendidikan, Jakarta: kencana Preneda Group.

i.

Page 21: BAB II PEMBAHASAN.docx

Yusuf, S., Sugandhi, M ( 2011). Perkembangan Peserta Dididk. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

i.