bab i pembahasan.docx

39
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tuberculosis menjadi penyakit yang sangat diperhitungkan dalam meningkatkan morbiditas penduduk, terutama di negara berkembang. Diperkirakan sepertiga populasi dunia terinfeksi Mycobakterium tuberculosis. Dari seluruh kasus, 11% -nya dialami oleh anak – anak dibawah 15 tahun. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan TBC. Tujuan penyajian makalah ini adalah sebagai bagian dari metode pembelajaran di STIKes WIRA MEDIKA PPNI Bali dan untuk mengetahui lebih lanjut mengenai sistem respirasi. Pemahaman dan pendalaman yang lebih baik akan membantu dalam menambah wawasan mengenai gangguan sistem respirasi B. PERMASALAHAN Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan ganggaun TBC? C. TUJUAN DAN MANFAAT Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok yang di berikan oleh dosen mata kuliah Sistem respirasi dan untuk menambah wawasan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan TBC. SISTEM RESPIRASI| 1

Upload: dezuka-sary

Post on 12-Nov-2015

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANGTuberculosis menjadi penyakit yang sangat diperhitungkan dalam meningkatkan morbiditas penduduk, terutama di negara berkembang. Diperkirakan sepertiga populasi dunia terinfeksi Mycobakterium tuberculosis. Dari seluruh kasus, 11% -nya dialami oleh anak anak dibawah 15 tahun.Dalam makalah ini akan dibahas mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan TBC. Tujuan penyajian makalah ini adalah sebagai bagian dari metode pembelajaran di STIKes WIRA MEDIKA PPNI Bali dan untuk mengetahui lebih lanjut mengenai sistem respirasi. Pemahaman dan pendalaman yang lebih baik akan membantu dalam menambah wawasan mengenai gangguan sistem respirasi B. PERMASALAHANBagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan ganggaun TBC?

C. TUJUAN DAN MANFAATTujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok yang di berikan oleh dosen mata kuliah Sistem respirasi dan untuk menambah wawasan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan TBC.

D. METODEMetode yang digunakan dalam penulisan ini adalah kepustakaan dan media kepustakaan lainnya.

BAB IIPEMBAHASAN

A. KOSEP DASAR PENYAKIT1. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PERNAPASANSistem pernafasan terdiri dari lubang hidung, rongga hidung, faring, laring, trakea, paru, tulang rusuk, otot interkosta, bronkus, bronkiol, alveolus dan diafragma. Lubang hidung sampai bronchiolus disebut pars konduktoria karena fungsinya sebagai saluran udara respirasi. Sistem pernafasan pada dasarnya dibentuk oleh jalan atau saluran nafas dan paru- paru beserta pembungkusnya (pleura) dan rongga dada yang melindunginya. Di dalam rongga dada terdapat juga jantung di dalamnya. Rongga dada dipisahkan dengan rongga perut oleh diafragma.Saluran nafas yang dilalui udara adalah hidung, faring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus dan alveoli. Di dalamnya terdapat suatu sistem yang sedemikian rupa dapat menghangatkan udara sebelum sampai ke alveoli. Terdapat juga suatu sistem pertahanan yang memungkinkan kotoran atau benda asing yang masuk dapat dikeluarkan baik melalui batuk ataupun bersin. Paru-paru dibungkus oleh pleura. Pleura ada yang menempel langsung ke paru, disebut sebagai pleura visceral. Sedangkan pleura parietal menempel pada dinding rongga dada dalam. Diantara pleura visceral dan pleura parietal terdapat cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas sehingga memungkinkan pergerakan dan pengembangan paru secara bebas tanpa ada gesekan dengan dinding dada.Penyakit yang disebabkan oleh virus pada saluran pernafasan ditandai dengan demam dan disertai satu atau lebih reaksi sistemik, seperti menggigil/kedinginan, sakit kepala, malaise, dan anoreksi, serta kadang-kadang pada anak-anak ada gangguan gastrointestinal. Tanda-tanda lokal juga terjadi di berbagai lokasi pada saluran pernafasan, bisa hanya satu gejala atau kombinasi, seperti rhinitis, faringitis atau tonsillitis, laringitis, laringotrakeitis, bronkitis, bronkiolitis, pneumonitis atau pneumonia. Mungkin juga terjadi konjungtivitis. Gejala-gejala dan tanda-tanda klinis biasanya berkurang sesudah 2-5 hari tanpa komplikasi, namun bagaimanapun bisa terjadi komplikasi sinusitis bakteriil, otitis media atau yang jarang sekali terjadi yaitu pneumonia yang disebabkan oleh bakteri. Jumlah sel darah putih dan flora bakteri pada saluran pernafasan dalam batas normal, kecuali jika terjadi komplikasi. Pada bayi, akan sulit membedakannya dengan pneumonia, sepsis dan meningitis. Diagnosa spesifik ditegakkan dengan isolasi etiologi penyakit dari sekret saluran pernafasan yang ditanam pada kultur sel yang tepat atau pada kultur organ. Diagnosa juga ditegakkan dengan melakukan identifikasi dari antigen virus pada sel nasofaring dengan tes FA, ELISA dan RIA.

2. DEFINISITuberculosis adalah penyakit yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis yang hampir seluruh organ tubuh dapat terserang olehnya, tapi yang paling banyak adalah paru paruKlasifikasi tuberculosis dari sistem lama:a. Pembagian secara patologis 1) Tuberculosis primer (childhood tuberkulosis);2) Tuberculosis post-primer (adult tuberkulosis).b. Pembagian secara aktivitas radiologis Tuberkulosis paru (Koch Pulmonum) aktif, non aktif dan quiescent (bentuk aktif yang menyembuh).c. Pembagian secara radiologis (luas lesi)1) Tuberculosis minimal2) Moderately advanced tuberculosis 3) Far advanced tuberculosisKlasifikasi menurut American Thoracic Society:a. Kategori 0: tidak pernah terpajan, dan tidak terinfeksi, riwayat kontak negative, tes tuberculin negative;b. Kategori 1: terpajan tuberculosis, tapi tidak terbukti ada infeksi. Disini riwayat kontak positif, tes tuberculin negative.c. Kategori 2: terinfeksi tuberculosis, tetapi tidak sakit. Tes tuberculin posotif, radiologis dan sputum negative.d. Kategori 3: terinfeksi tuberculosis dan sakit.Klasifikasi di Indonesia dipakai berdasarkan kelainan klinis, radiologis dan makro biologis:a. Tuberculosis parub. Bekas tuberculosis paruc. Tuberculosis paru tersangka, yang terbagi dalam:1) Tuberculosis tersangka yang diobati: sputum BTA negative, tetapi tanda tanda lain negative.2) Tuberculosis tersangka yang tidak diobati: sputum BTA negative dan tanda tanda lain juga meragukan.Klasifikasi menurut WHO 1991 TB dibagi dalam 4 kategori yaitu:a. Kategori 1, ditujukan terhadap:1) Kasus baru dengan sputum positif;2) Kasus baru dengan bentuk TB berat.b. Kategori 2, ditujukan terhadap:1) Kasus kambuh;2) Kasus gagal dengan sputum BTA positif.c. Kategori 3, ditujukan terhadap:1) Kasus BTA negative dengan kelainan paru yang luas;2) Kasus TB extra paru selain dari yang disebut dalam kategori 1.d. Kategori 4, ditujukan terhadap: TB kronik.

3. ETIOLOGIPenyebab tuberculosis adalah Mycobacterium tubercolosis. Basil ini tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari dan sinar ultraviolet. Ada dua macam mikobakteria tuberculosis yaitu tipe human dan tipe bovin. Basil tipe bovin berada dalam susu sapi yang menderita mastitis tuberkolosis usus. Basil tipe human bisa berada di bercak ludah (droplet) di udara yang berasal dari penderita TBC terbuka dan orang yang rentan terinfeksi TBC ini bila menghirup bercak ini.

4. TANDA DAN GEJALAa. Demam 40 41oCb. Batuk/batuk berdarahc. Sesak napasd. Nyeri dadae. Malaisef. Keringat malamg. Suara khas pada perkusi dada, bunyi dadah. Peningkatan seld arah putih dengan dominasi limfositi. Pada anak:1) Berkurangnya BB 2 bulan berturut turut tanpa sebab yang jelas atau gagal tumbuh;2) Demam tanpa sebab jelas,terutama jika berlanjut sampai 2 minggu;3) Batuk kronik 3 minggu, dengan atau tanpa wheeze;4) Riwayat kontak dengan pasien TB paru dewasa;

Tabel frekuensi gejala dan tanda TB paru sesuai kelompok umurKelompok umurBayiAnakAkil balik

Gejala Demam Keringat malam Batuk Batuk produktif Hemoptitis DispneaSeringSangat jarangSeringSangat jarangTidak pernahSering JarangSangat jarangSeringSangat jarangSangat jarangSangat jarangSeringJarangSeringSeringSangat jarangSangat jarang

Tanda Ronki basah Mengi Fremitus Perkusi pekak Suara nafas berkurang

SeringSeringSangat jarangSangat jarangSeringJarangJarangJarangSangat jarangSangat jarang Sangat jarangJarangJarangJarangJarang

5. MycobacteriumtuberculosaDroplet infectionMasuk lewat jalan napasMenempel pada paruMenetap di jaringan paruTerjadi proses peradanganTumbuh dan berkembang di sitoplasma makrofagSarang primer/afek primer (fokus ghon)Limfadinitis regionalSembuh dengan bekas fibrosisDibersihkan oleh makrofagTumbuh dan berkembang di sitoplasma makrofagTerjadi proses peradanganPengeluaran zat pirogenMempengaruhi hipothalamusMempengaruhi sel pointHiperthermiLimfangitis lokalKomplek primerSembuh sendiri tanpa pengobatanMenyebar ke organ lain (paru lain, saluran percernaan, tulang) melalui media (bronchogen percontinuitum, hematogen, limfogen)Radang tahunan di bronkusPertahanan primer tidak adekuatBerkembang menghancurkan jaringan ikat sekitarBagian tengah nekrosisMembentuk jaringan kejuPembentukan tuberkelKerusakan membran alveolarPembentukan sputum berlebihMenurunnya permukaan efek paruKetidakefektifan bersihan jalan nafasAlveolusSekret keluar saat batukBatuk produktif (batuk terus menerus)Droplet infectionTerhirup orang sehatRisiko infeksiBatuk kronisDistensi abdomenMual, muntahIntake nutrisi kurangKetidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhAlveolus mengalami konsolidasi dan eksudasiGangguan pertukaran gasPATOFISIOLOGI

6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIKa. Kultur sputum : positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada tahap aktif penyakit.b. Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah): positif untuk basil-asam cepat.c. Tes kulit (PPD, Mantoux, potongan Vollmer): reaksi positif (area indurasi 10 mm atau lebih besar, terjadi 48 72 jam setelah injeksi intradermal antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibody tetapi tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang secara klinik sakit berarti bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi disebabkan oleh mikrobakterium yang berbeda.d. ELISA/Western Blot: dapat menyatakan adanya HIV.e. Foto toraks: dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas, simpanan kalsium lesi sembuh primer, atau effusi cairan. Perubahan menunjukkan lebih luas TB dapat termasuk rongga, area fibrosa.f. Histology atau kultur jaringan (termasuk pembersihan gaster, urine dan cairan serebrospinal, biopsi kulit): positif untuk Mycobacterium tuberculosis.g. Biopsi jarum pada jaringan paru: positif untuk granuloma TB; adanya sel raksasa menunjukkan nekrosis.h. Elektrosit : dapat tak normal tergantung padam lokasi dan beratnya infeksi; contoh hiponatremia disebabkan oleh tak normalnya retensi air dapat ditemukan pada TB paru kronis luas.i. GDA: dapat normal tergantung lokasi, berat dan kerusakan pada sisa paru.j. Pemeriksaan fungsi paru: penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan rasio udara residu dan kapasitas paru total, dan penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru, dan penyakit pleural (TB paru kronis luas).

7. PENATALAKSANAAN MEDISPenatalaksanaan yang memberikan bisa berupa metode preventif dan kuratif yang meliputi cara-cara seperti berikut ini:a. Penyuluhanb. Pencegahanc. Pemberian obat-obatan seperti:1) OAT (Obat Anti-Tuberkulosis)2) Bronkodilator3) Ekspektoran4) OBH5) Vitamind. Fisioterapi dan rehabilitasie. Konsultasi secara teratur

Obat-obat Anti-Tuberkulosisa. Isoniazid (INH/H)Dosis: 5 mg/KgBB, per oral.Efek samping: peripheral neuritis, hepatitis, dan hipersensitivitasb. Ethambutol Hydrochloride (EMB/E)Dengan dosis sebagai berikut:1) Dewasa: 15 mm/KgBB oral, untuk pengobatan ulang mulai dengan 25mg/KgBB/hari selama 60 hari, kemudian diturunkan sampai 15mg/Kg/BB/hari2) Amak (6 12 tahun): 10 15mg/KgBB/hariEfek samping : optic neuritis (efek terburuk adalah kebutaan) dan skin rashc. Rifampin/Rifampisin (RFP/R)Dosis: 10mg/KgBB/hari per oralEfek samping: hepatitis, reaksi demam, purpura,nausea, dan vomiting.d. Pyrazinamide (PZA/Z)Dosis: 15 30 mg/KgBB per oralEfek samping: hiperurisemia, hepatotoxity, skin rash, artralgia, distress gastrointestinal.

Dengan ditemukannya Rifampisin paduan obat yang diberikan untuk klien tuberculosis adalah INH + Rifampisin + Streptomisin atau Etambutol setiap hari (fase awal) dan diteruskan pada fase lanjut dengan INH + Rifampisin atau Etambutol.Paduan ini selanjutnya berkembang menjadi terapi jangka pendek, dengan memberikan INH + Rifampisin + Streptomisin atau Etambutol atau Pyrazinamide setiap hari sebagai fase awal selama 1 2 bulan dilanjutkan dengan INH + Rifampisin atau Etambutol atau Streptomisin 2 3 kali per minggu selama 4 7 bulan sehingga lama pengobatan seluruhnya 6 9 bulan.Paduan obat yang digunakan di Indonesia dan dianjurkan pula oleh WHO adalah 2 RHZ/4 RH dengan variasi 2 RHS/4RH, 2 RHZ/4R3H3, 2 RHS/ 4 R2H2.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN1. PENGKAJIANa. Aktivitas/istirahatGejala:Kelelahan umum dan kelemahanNapas pendek karena kerjaKesulitan tidur pada malam atau demam malam hari, menggigil dan/atau berkeringat.Mimpi burukTanda:Takikardia, takipnea/dispnea pada kerjaKelelahan otot, nyeri dan sesak (tahap lanjut).b. Integritas egoGejala:Adanya//faktor stress lamaMasalah keuangan, rumahPerasaan tak berdaya/tak ada harapan.Populasi budaya/etnik: Amerika asli atau imigran dari Amerika tengah, asia ternggara, Indian anak benua.Tanda:Menyangkal (khususnya selama tahap dini)Ansietas, ketakutan, mudah terangsang. c. Makanan/cairanGejala:Kehilangan nafsu makanTak dapat mencernaPenurunan berat badanTanda:Turgor kulit buruk, kering/kulit bersisikKehilangan otot/hilang lemak subkutan.d. Nyeri/kenyamananGejala: Nyeri dada meningkat karena batuk berulangTanda:Berhati hati pada area yang sakitPerilaku distraksi, gelisah.e. PernapasanGejala:Batuk, produktif atau tak produktifNapas pendekRiwayat tuberculosis/terpajan pada individu terinfeksiTanda:Peningkatan frekuensi pernapasan (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan pleura).Pengembangan pernapasan tak simetris (effusi pleural)Perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural atau penebalan pleural). Bunyi napas: menurun/tak ada secara bilateral atau unilateral (effusi pleural/pneumotorak). Bunyi napas tubuler dan/atau bisikan pectoral di atas lesi luas. Krekels tercatat dia tas apek paru selama inspirasi cepat setelah batuk pendek (krekels posttussic).Karakteristik sputum: hijau/purulen, mukoid kuning, atau bercak darah.Deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik)Tak perhatian, mudah terangsang yang nyata, perubahan mental (tahap lanjut)f. KeamananGejala:Adanya kondisi penekanan imun, contoh AIDS, kanker.Tes HIV positifTanda:Demam rendah atau sakit panas akutg. Interaksi sosialGejala:Perasaan isolasi/penolakan karena penyakit menularPerubahan pola biasa dalam tanggung jawab/perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran.h. Penyuluhan/pembelajaranGejala:Riwayat keluarga TBKetidakmampuan umum/status kesehatan burukGagal untuk membaik/kambuhnya TB.Tidak berpartisipasi dalam terapi

2. DIAGNOSA KEPERAWATANa. HipertermiDefinisi: peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal.

Batasan Karakteristik:1) Konvulsi2) Kulit kemerahan3) Peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal4) Kejang5) Takikardi6) Takipnea7) Kulit terasa hangat

Faktor yang berhubungan:1) Anastesia2) Penurunan respirasi3) Pemajan lingkungan yang panas4) Penyakit5) Peningkatan laju metabolisme

b. Infeksi, risiko tinggi, [penyebaran/aktivasi ulang]Faktor risiko meliputi:1) Pertahanan primer tak adekuat, penurunan kerja silia/statis sekret.2) Kerusakan jaringan/tambahan infeksi.3) Penurunan pertahanan/penekanan proses inflamasi.4) Malnutrisi.5) Terpajan lingkungan.6) Kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan pathogen.

Kemungkinan dibuktikan oleh:[Tidak dapat diterapkan; adanya tanda tanda dan gejala membuat diagnose aktual]

c. Bersihan jalan nafas, takefektifDapat dihubungkan dengan:1) Sekret kental, atau sekret darah.2) Kelemahan, upaya batuk buruk.3) Edema trakeal/faringeal.

Kemungkinan dibuktikan oleh:1) Frekuensi pernapasa, irama, kedalaman tak normal.2) Bunyi napas tak normal (ronki, mengi), stridor.3) Dispnea.

d. Pertukaran gas, kerusakan, risiko tinggi terhadapFaktor resiko meliputi:1) Penurunan permukaan efektif paru, atelektasis.2) Kerusakan membran alveolar-kapiler3) Sekret kental, tebal.4) Edema bronchial.

Kemungkinan dibuktikan oleh:[Tidak dapat diterapkan; adanya tanda-tanda dan gajala gejala membuat diagnose aktual]

e. Nutrisi, perubahan, kurang dari kebutuhan tubuhDapat dihubungkan dengan:1) Kelemahan.,2) Sering batuk/produksi sputum; dispnea.3) Anoeksia.4) Ketidakcukupan sumber keuangan.

Kemungkinan dibuktikan oleh:1) Berat badan dibawah 10%-20% ideal untuk bentuk tubuh dan berat.2) Melaporkan kurang tertarik pada makanan, gangguan sensasi pengecap.3) Tonus otot buruk.

f. Kurang pengetahuan [kebutuhan belajar] mengenai kondisi, aturan tindakan, dan pencegahanDapat dihubungkan dengan:1) Kurang terpajan pada/salah interpretasi informasi.2) Keterbatasn kognitif.3) Tak akurat/tak lengkap informasi yang ada.

Kemungkinan dibuktikan oleh:1) Permintaan informasi.2) Menunjukkan kesalahan konsep tentang status kesehatan.3) Kurang atau tak akurat mengikuti instruksi/perilaku.4) Menunjukkan atau memperlihatkan perasaan terancam.

3. INTERVENSI

Diagnosa Keperawatan: Hipertermia

NOCThermoregulationKriteria hasil:a. Suhu tubuh dalam rentang normalb. Nadi dan PR dalam rentang normalc. Tidak ada perubahan pada warna kulit dan tidak ada pusingNICFever Treatment

a. Monitor suhu sesering mungkin.b. Monitor warna dan suhu kulit.c. Monitor tekanan darah, nadi dan RR.d. Monitor penurunan tingkat kesadaran.e. Monitor intake dan output.f. Berikan antipiretik.g. Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam.h. Selimuti pasien.i. Lakukan tapid spongej. Kompres pasien pada lipat paha dan aksila.k. Tingkatkan sirkulasi udara.l. Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya menggigil.m. Monitor suhu minimal tiap 2 jam.n. Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu.o. Monitor tanda tanda hipertermi dan hipotermi.p. Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan akibat panas.q. Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan efek negative dari kedinginan.r. Monitor frekuensi dan irama pernapasan.s. Monitor suara paru.t. Monitor pola pernapasan abnormal.u. Monitor sianosis perifer.v. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign.

Diagnosa Keperawatan: Infeksi, Risiko Tinggi, [Penyebaran/Aktivasi ulang]

Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi pasien akan:a. Menunjukkan intervensi untuk mencegah/menurunkan risiko penyebaran infeksi.b. Menunjukkan teknik/melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang aman.

Tindakan/intervensiRasional

Mandiri:a. Kaji patologi penyakit (aktif/fase takaktif; diseminasi infeksi melalui bronkus untuk membatasi jaringan atau melalui aliran darah/sistem linfatik) dan potensial penyebaran infeksi melalui droplet udara selama batuk, bersin, meludah, bicara, tertawa, menyanyi.

b. Identifikasi orang lain yang berisiko, contoh anggota rumah, sahabat karib/teman.

c. Anjurkan pasien untuk batuk/bersin dan mengeluarkan pada tisu dan menghindari meludah. Kaji pembuangan tisu sekali pakai dan teknik mencuci tangan yang tepat. Dorong untuk mengulangi demonstrasi.d. Kaji tindakan kontrol infeksi sementara, contoh masker atau isolasi pernapasan.

e. Awasi suhu sesuai indikasi.

f. Identifikasi faktor risiko individu terhadap pengaktifan berulang tuberculosis, contoh tahanan bawah (alkoholisme, malnutris/bedah bypass intestinal); gunakan obat penekan imun/kortikosteroid; adanya diabetes mellitus, kanker, kalium.

g. Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat.

h. Kaji pentingnya mengikuti dan kultur ulang secara periodik terhadap sputum untuk lamanya terapi.i. Dorong memilih/mencerna makanan seimbang. Berikan makan sering kecil makanan kecil pada jumlah makanan besar yang tepat.a. Membantu pasien menyadari/ menerima perlunya mematuhi program pengobatan untuk mencegah pengaktifan berulang/komplikasi. Pemahaman bagaimana penyakit disebarkan dan kesadaran kemungkinan transmisi membantu pasien/orang terdekat untuk mengambil langkah untuk mencegah infeksi ke orang lain.b. Orang orang yang terpajan ini perlu program terapi obat untuk mencegah penyebaran/terjadinya infeksi.c. Perulaku yang diperlukan untuk mencegah penyebaran infeksi

d. Dapat membantu menurunkan rasa terisolasi pasien dan membuang stigma sosial sehubungan dengan penyakit menular.e. Reaksi demam indikator adanya infeksi lanjut.f. Pengetahuan tentang faktor ini mebantu pasien untuk mengubah pola hidup dan menghindari/menurunkan insiden eksaserbasi.

g. Periode singkat berakhir 2-3 hari setelah kemoterapi awal, terapi pada adanya rongga atau penyakit luas sedang, risiko penyebaran infeksi dapat berlanjut sampai 3 bulan.h. Alat dalam pengawasan efek dan keefektifan obat dan respons pasien terhadap terapi.

i. Adanya anoreksia dan/atau malnutrisi sebelumnya merendahkan tahanan terhadap proses infeksi dan mengganggu penyembuhan. Makan kecil dapat meningkatkan pemasukan semua.

Kolaborasi:a. Berikan agen antiinfeksi sesuai indikasi, contoh:Obat utama: Isoniazid (INH), etambutol (Myambutol); rifampisin (RMP/Rifadin).

b. Pirazinamida (PZA/Aldinamide); para-amino salisik (PAS); sikloserin (Seromycin); streptomisin (Strycin).c. Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh hasil usap sputum.

d. AST/ALT

e. Laporkan ke departemen kesehatan lokala. Kombinasi agen antiinfeksi digunakan, contoh 2 obat primer atau satu primer tmbah 1 dan obat sekunder. INH biasanya obat pilihan untuk pasien infeksi dan pada risiko terjadi TB. Kemoterapi INH dan rifampin jangan pernah (sampai 9 bulan) dengan etambutal (selama 2 bulan pertama) pengobatan cukup untuk TB paru. Etambutal harus diberikan pada sistem saraf pusat atau tak terkomplikasi, penyakit diseminata terjadi atau bila dicurigai resisten INH. Terapi luas (sampai 24 bulan) diindikasikan untuk kasus reaktivasi, reaktivasi TB ekstrapulmonal, atau adanya masalah medik lain, contoh diabetes mellitus atau silikosis. Profilaksis dengan INH selama 12 bulan harus dipertimbangkan pada pasien dengan HIV positif dengan PPD positif.

b. Ini obat sekunder diperlukan bila infeksi resisten terhadap atau tidak toleran obat primer.

c. Pasien yang mengalami 3 usapan negative (memerlukan 3-5 bulan), perlu mentaati program obat, dan asimtomatik akan diklasifikasikan tak menyebar.d. Efek merugikan terapi obat termasuk hepatitis.e. Membantuk mengidentifikasi lembaga yang dapat dihubungi untuk menurunkan penyebaran infeksi.

Diagnosa Keperawatan: Bersihan jalan nafas, takefektif

Hasil yang diharapkan/ kriteria evaluasi-pasien akan:a. Mempertahankan jalan nafas pasien.b. Mengeluarkan sekret tanpa bantuan.c. Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki/mempertahankan bersihan jalan napas.d. Berpartisipasi dalam program pengobatan, dalam tingkat kemampuan/situasi.e. Mengidentifikasi potensial komplikasi dan melakukan tindakan tepat.

Tindakan/intervensiRasional

Mandiria. Kaji fungsi pernapasan, contoh bunyi napas, kecepatan, irama dan kedalaman dan penggunaan otot aksesori.

b. Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa/batuk efekrif: catat karakter, jumlah sputum, adanya hemoptisis.

c. Berikan pasien posisi semi atau Fowler tinggi. Bantu pasien untuk batuk dan latihan napas dalam.

d. Bersihkan sekret dari mulut dan trakea: penghisapan sesuai keperluan.

e. Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 mL/hari kecuali kontraindikasia. Penurunan bunyi napas dapat menunjukkan atelektasis. Ronki, mengi dapat menunjukkan akumulasi sekret/ketidakmampuan untuk membersihkan jalan napas yang dapat menimbulkan penggunaan otot aksesori pernapasan dan pengingkatan kerja pernapasan.b. Pengeluaran sulit bila sekret sangat tebal (mis., efek infeksi dan/atau tidak adekuat hidrasi). Sputum berdarah kental atau darah cerah diakibatkan oleh kerusakan (kavitasi) paru atau luka bronchial dan dapat memerlukan evaluasi/intervensi lanjut.c. Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernapasan. Ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan meningkatkan gerakan sekret ke dalam jalan napas besar untuk dikeluarkan.d. Mencegah obstruksi/aspirasi. Penghisapan dapat diperlukan bila pasien tak mampi mengeluarkan sekret.e. Pemasukan tinggi cairan untuk mengencerkan sekret, membuatnya mudah dikelurkan.

Kolaborasi:a. Lembabkan udara/oksigen inspirasi.b. Beri obat-obatan sesuai indikasi:Agen mukolitik, contoh asetilsistein (Mucomyst);

Bronkodilator, contoh okstrifilin (Choledyl); teofilin (Theo-Dur)

Kortikosteroid (Prednison)

c. Bersiap untuk/membantu intubasi darurat.

a. Mencegah pengeringan membran mukosa; membantu pengenceran sekret.b. Agen mukolitik menurunkan kekentalan dan perlengketan sekret paru untuk memudahkan pembersihan.Bronkodilator meningkatkan ukuran lumen percabangan trakeobronkial, sehingga menurunkan tahanan terhadap aliran udara.Berguna pada adanya keterlibatan luas dengan hipoksemia dan bila respons inflamasi mengancam hidup.

c. Intubasi diperlukan pada kasus jarang brokogenik TB dengan edema laring atau perdarahan paru akut.

Diagnosa Keperawatan: Pertukaran gas, Kerusakan, Risiko Tinggi Terhadap

Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi-pasien akan:a. Melaporkan tak adanya /penurunan dispnea.b. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal.c. Bebas dari gejala distress pernapasan.

Tindakan/intervensiRasional

Mandiri:a. Kaji dispnea, takipnea, tak normal/menurunnya bunyi napas, peningkatan upaya pernapasan, terbatasnya ekspansi dinding dada, dan kelemahan.

b. Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran. Catat sianosis dan/atau perubahan pada warna kulit, termasuk membran mukosa dan kuku.c. Tunjukkan/dorong bernapas bibir selama ekshalas, khususnya untuk pasien dengan fibrosis atau kerusakan parenkim.

d. Tingkatkan tirah baring/batasi aktivitas dan bantu aktivitas perawatan diri sesuai keperluan. a. TB paru menyebabkan efek luas pada paru dari bagian kecil bronkopneumonia sampai inflamasi difus luas, nekrosis, effusi pleural, dan fibrosis luas. Efek pernapasan dapat dari ringfan sampai dispnea berat sampai distress pernapasan.b. Akumulasi sekret/pengaruh jalan napas dapat mengganggu oksigenasi organ vital dan jaringan.

c. Membuat tahanan melawan udara luar, untuk mencegah colaps/penyempitan jalan napas, sehingga membantu menyebarkan udara melalui paru dan menghilangkan/menurunkan napas pendek.d. Menurunkan konsumsi oksigen/kebutuhan selama periode penurunan pernapasan dapat menurunkan beratnya gejala.

Kolaborasi:a. Awasi seri GDA/nadi oksimetri.

b. Berikan oksigen tambahan yang sesuai.a. Penurunan kandungan oksigen (PaO2) dan/atau saturasi atau peningkatan PaCO2 menunjukkan kebutuha untuk intervensi/perubahan program terapi.b. Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat terjadi sekunder terhadap penurunan ventilasi/menurunnya permukaan alveolar paru.

Diagnosa keperawatan: Nutrisi, Perubahan, Kurang Dari Kebutuhan Tubuh

Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi-pasien akan:a. Menunjukkan berat badan meningkat mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal dan bebas tanda malnutrisi.b. Melakukan prilaku/perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan/atau mempertahankan berat badan yang tepat.

Tindakan/intervensiRasional

Mandiri:a. Catat status nutrisi pasien pada penerimaan, catat turgor kulit, berat badan dan derajat kekurangan berat badan, integritas mukosa oral, kemampuan/ketidakmampuan menelan, adanya tonus usus, riwayat mual/muntah atau diare.b. Pastikan pola diet biasa pasien, yang disukai/tidak disukai.

c. Awasi masukan/pengeluaran dan berat badan secara periodic.

d. Selidiki anoreksia, mual, dan muntah dan catat kemungkinan hubungan dengan obat. Awasi frekuensi, volume, konsistensi feses.e. Dorong dan berikan periode istirahat sering.

f. Berikan perawatan mulur sebelum dan sesudah tindakan pernapasan.

g. Dorong makan sedikit tapi sering dengan makanan tinggi protein dan kabohidrat.

h. Dorong orang terdekat untuk membawa makanan dari rumah dan untuk membagi dengan pasien kecuali kontraindikasia. Berguna dalam mengidentifikasi derajat/luasnya masalah dan pilihan intervensi yang tepat.

b. Membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan/kekuatan khusus. Pertimbangan keinginan individu dapat memperbaiki masukan diet.c. Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan.d. Dapat mempengaruhi pilihan diet dan mengidentifikasi area pemecahan masalah untuk meningkatkan pemasukan/ penggunaan nutrien.e. Membantu menghemat energi khususnya bhila kebutuhan metabolic meningkat saat demam.f. Menurunkan rasa tak enak karena sisa sputum atau obat untuk pengobatan repirasi yang merangsang pusat muntah.g. Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tak perlu/ kebutuhan energi dari makan makanan banyak dane menurunkan iritasi gaster.h. Membuat lingkungan sosial lebih normal selama makan dan membantu memenuhi kebutuhan personal dan cultural.

Kolaborasi:a. Rujuk ke ahli diet untuk menentukan komposisi diet.

b. Konsul dengan terapi pernapasan untuk jadwal pengobatan 1-2 jam sebelum/setelah makan.

c. Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh BUN, protein serum, dan albumin.

d. Berikan antipiretik tepat. a. Memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat untuk kebutuhan metabolic dan diet.b. Dapat membantu menurunkan insiden mual dan muntah sehubungan dengan obat atau efek pengobatan pernapasan pada perut yang penuh.c. Nilai rendah menunjukkan malnutrisi dan menunjukkan kebutuhan intervensi/perubahan program terapi.d. Demam meningkatkan kebutuhan metabolic dan juga konsumsi kalori.

Diagnosa Keperawatan: Kurang Pengetahuan [Kebutuhan Belajar] Mengenai Kondisi, Aturan Tindakan, dan Pencegahan

Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi-pasien akan:a. Menyatakan pemahaman proses penyakit/prognosis dan kebutuhan pengobatan.b. Melakukan perilaku/perubahan pola hidup untuk memperbaiki kesehatan umum dan menurunkan risiko pengaktifan ulang TB.c. Mengidentifikasi gejala yang memerlukan evaluasi/intervensi.d. Menggambarkan rencana untuk menerima perawatan kesehatan adekuat.

Tindakan/intervensiRasional

Mandiria. Kaji kemampuan pasien untuk belajar, contoh tingkat takut, masalah, kelemahan, tingkat partisipasi, lingkungan terbaik dimana pasien dapat belajar, seberapa banyak isi, media terbaik, siapa yang terlibat.b. Identifikasi gejala yang harus dilaporkan ke perawat, contoh hemoptisis, nyeri dada, demam, kesulitan bernapas, kehilangan pendengaran, vertigo.c. Tekankan pentingnya mempertahankan protein tinggi dan diet karbohidrat dan pemasukan cairan adekuat.

d. Berikan instruksi dan informasi tertulis khusus pada pasien untuk rujukan contoh jadwal obat.

e. Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang diharapkan, dan alas an pengobatan lama. Kaji potensial interaksi dengan oabt/substansi lain.f. Kaji potensial efek samping pengobatan (contoh mulut kering, konstipasi, gangguan penglihatan, sakit kepala, hipertensi ortostatik) dan pemecahan masalah.g. Tekankan kebutuhan untuk tidak minum alcohol sementara minum INH.h. Rujuk untuk pemeriksaan mata setelah memulai dan kemudian tiap bulan selama minum etambutal.

i. Dorong pasien/orang terdekat untuk menyatakan takut/masalah. Jawab pertanyaan secara nyata. Catat lamanya penggunaan penangkalan.

j. Evaluasi kerja pada pengecoran logam/tambang gunung, semburan pasir.

k. Dorong untuk tidak merokok. a. Belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik dan ditingkatkan pada tahapan individu.

b. Dapat menunjukkan kemajuan atau pengaktifan ulang penyakit atau efek obat yang memerlukan evaluasi lanjut.

c. Memenuhi kebutuhan metabolik membantu meminimalkan kelemahan dan meingkatkan penyembuhan. Cairan dapat mengencerkan/mengeluarkan sekret.d. Informasi tertulis menurunkan hambatan pasien untuk mengingat sejumlah besar informasi. Pengulangan menguatkan belajar.e. Meningkatkan kerja sama dalam program pengobatan dan mencegah penghentian obat sesuai perbaikan kondisi pasien.

f. Mencegah/menurunkan ketidaknyamanan sehubungan dengan terapi dan meningkatkan kerjasama dalam program.

g. Kombinasi INH dan alcohol telah menunjukkan peningkatan insiden hepatitis.h. Efek samping utama menurunkan penglihatan; tanda awal menurunnya kemampuan untuk melihat warna hijau.i. Memberikan kesempatan untuk memperbaiki kesalahan konsepsi/peningkatan anasietas. Ketidakadekuatan keuangan/penyangkalan lama dapat mempengaruhi koping dengan/manajemen tugas untuk meningkatkan/mempertahankan kesehatan.j. Terpajan pada debu silicon berlebihan meningkatkan risiko silikosis, yang dapat secara negative mempengaruhi fungsi penapasan/bronchitis.k. Meskipun rokok tidak merangsang berulangnya TB, tetapi meningkatkan disfungsi pernapasa/bronchitis.

Kolaborasi:Kaji bagaimana TB ditularkan (mis., khususnya dengan inhalasi organisme udara tetapi dapat juga menyebar melalui feses atau urine bila infeksi ada pada sistem ini) dan bahaya reaktivasi.Pengetahuan dapat menurunkan risiko penularan/reaktivasi ulang. Komplikasi sehubungan dengan reaktivasi termasuk kavitasi, pembentukan abses, emfisema destruktif, pneumotorak spontan, firosis interstitial difus, effusi serosa, empiema, bronkiektasis, hemoptisis, luka GI, fistula bronkopleural, laryngitis tuberculosis, dan penyebaran miliari.

4. IMPLEMENTASiImplementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah di buat.

5. EVALUASIa. Diagnosa 1: Infeksi, risiko tinggi, [penyebaran/aktivasi ulang]Evaluasi:1) Menunjukkan intervensi untuk mencegah/menurunkan risiko penyebaran infeksi.2) Menunjukkan teknik/melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang aman.b. Diagnosa 2: jalan nafas, takefektifEvaluasi:1) Mempertahankan jalan nafas pasien.2) Mengeluarkan sekret tanpa bantuan.3) Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki/mempertahankan bersihan jalan napas.4) Berpartisipasi dalam program pengobatan, dalam tingkat kemampuan/situasi.5) Mengidentifikasi potensial komplikasi dan melakukan tindakan tepat.c. Diagnosa 3: Pertukaran gas, kerusakan, risiko tinggi terhadapEvaluasi:1) Melaporkan tak adanya /penurunan dispnea.2) Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal.3) Bebas dari gejala distress pernapasan.d. Diagnosa 4: Nutrisi, perubahan, kurang dari kebutuhan tubuhEvaluasi:1) Menunjukkan berat badan meningkat mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal dan bebas tanda malnutrisi.2) Melakukan prilaku/perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan/atau mempertahankan berat badan yang tepat.e. Diagnosa 5: Kurang pengetahuan [kebutuhan belajar] mengenai kondisi, aturan tindakan, dan pencegahanEvaluasi:1) Menyatakan pemahaman proses penyakit/prognosis dan kebutuhan pengobatan.2) Melakukan perilaku/perubahan pola hidup untuk memperbaiki kesehatan umum dan menurunkan risiko pengaktifan ulang TB.3) Mengidentifikasi gejala yang memerlukan evaluasi/intervensi.4) Menggambarkan rencana untuk menerima perawatan kesehatan adekuat.

BAB IIIPENUTUP

A. KESIMPULANTuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru-paru, disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Pengobatan yang tidak teratur, pemakaian obat antituberkulosis yang tidak/kurang tepat, maupun pengobatan yang terputus dapat mengakibatkan resistensi bakteri terhadap obat. Perawat amat berperan saat menjelaskan pada klien tentang pentingnya berobat secara teratur sesuai dengan jadwal sampai sembuh.

B. SARANDalam keterbatasan yang penulis miliki, tentunya makalah ini sangat jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, masukan / saran yang baik sangat diharapkan guna memperbaiki dan menunjang proses perkuliahan.

DAFTAR PUSTAKA

Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba MedikaMuttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.Doenges, Marilynn E. dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGCNurarif, Amin Huda, dkk. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Medication Publishing.SISTEM RESPIRASI|29