bab ii (gnaps)-4

Upload: bakta-giri

Post on 05-Jul-2018

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/16/2019 BAB II (GNAPS)-4

    1/12

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. LATAR BELAKANGGlomerulonefritis Akut Pasca Streptokokus (GNAPSPS) adalah suatu

    proses inflamasi pada tubulus dan glomerulus ginjal yang terjadi setelah adanya

    suatu infeksi streptokokus. GNAPSPS berkembang setelah strain streptokokus

    tertentu yaitu streptokokus ß hemolitik grup A (tersering tipe !) menginfeksi

    kulit atau saluran napas. "erjadi periode laten yang berkisar antara #! minggu

    untuk infeksi saluran napas dan #$ minggu untuk infeksi kulit.%ekanisme yang

    terjadi pada GNAPSPS adalah suatu proses kompleks imun dimana antibodi dari

    tubuh akan bereaksi dengan antigen yang beredar dalam darah dan komplemen

    untuk membentuk suatu kompleks imun. &ompleks imun yang beredar dalam

    darah dalam jumlah banyak dan 'aktu yang singkat akan melekat pada kapiler#

    kapiler glomerulus dan terjadi perusakan mekanis melalui akti asi sistem

    komplemen reaksi peradangan dan mikrokoagulasi.GNAPSPS tercatat sebagai penyebab penting terjadinya gagal ginjal

    yaitu terhitung *+ dari kasus ginjal di Amerika Serikat. GNAPSPS dapat

    muncul secara sporadik maupun epidemic terutama menyerang anak#anak atau

    de'asa muda pada usia sekitar ,# ! tahun dengan puncak usia *#- tahun. ebih

    sering pada laki#laki daripada 'anita dengan rasio !/ . "idak ada predileksi

    khusus pada ras ataupun golongan tertentu. GNAPSPS merupakan penyakit

    ginjal supuratif tersering dengan manifestasi klinis berupa penyakit yang ringan

    hingga asimtomatis hanya sedikit sekali dengan manifestasi klinis yang berat

    dengan rasio $/ . %engingat insiden GNAPSPS dengan manifestasi klinis yang

    jelas jarang ditemukan maka diagnosis dan terapi merupakan masalah penting

    untuk dibahas.

  • 8/16/2019 BAB II (GNAPS)-4

    2/12

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Definisi

    Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokus (GNAPSPS) adalah suatu proses

    radang non#supuratif yang mengenai glomeruli sebagai akibat infeksi kuman

    streptokokus beta hemolitikus grup A tipe nefritogenik di tempat lain.

    0efinisi lain dari GNAPSPS yaitu suatu sindrom nefritik yang ditandai oleh

    hematuria yang mendadak serta sering diikuti oleh adanya udem kelopak mata

    hipertensi dan insufisiensi ginjal disebabkan oleh adanya infeksi kuman streptokokus

    beta hemolitikus grup A.Glomerulonefritis merupakan suatu istilah yang dipakai untuk menjelaskan

    berbagai ragam penyakit ginjal yang mengalami proliferasi dan inflamasi glomerulus

    yang disebabkan oleh suatu mekanisme imunologis. Sedangkan istilah akut

    (glomerulonefritis akut) mencerminkan adanya korelasi klinik selain menunjukkan

    adanya gambaran etiologi patogenesis perjalanan penyakit dan prognosis.

    GNAPSPS dapat terjadi pada semua kelompok umur namun tersering pada

    golongan umur *# * tahun dan jarang terjadi pada bayi. 1eferensi lain menyebutkan

    paling sering ditemukan pada anak usia -# 2 tahun. Penyakit ini dapat terjadi pada

    laki laki dan perempuan namun laki laki dua kali lebih sering dari pada perempuan.

    Perbandingan antara laki#laki dan perempuan adalah !/ . 0iduga ada faktor resiko

    yang berhubungan dengan umur dan jenis kelamin. Suku atau ras tidak berhubungan

    dengan pre elansi penyakit ini tapi kemungkinan pre alensi meningkat pada orang

    yang sosial ekonominya rendah sehingga lingkungan tempat tinggalnya tidak sehat.

    2.2 EtiologiAda beberapa penyebab glomerulonefritis akut tetapi yang paling sering

    ditemukan disebabkan karena infeksi dari streptokokus. Penyebab lain diantaranya/

  • 8/16/2019 BAB II (GNAPS)-4

    3/12

    . 3akteri / streptokokus grup 4 meningococcocus, Sterptoccocus Viridans,

    Gonococcus, Leptospira, Mycoplasma Pneumoniae, Staphylococcus albus,

    Salmonella typhi dll

    !. 5irus / hepatitis 3 aricella accinia echo irus par o irus influen6a parotitis epidemika dl

    $. Parasit / malaria dan toksoplasma

    Sebagian besar (7*+) glomerulonefritis akut paska streptokokus timbul

    setelah infeksi saluran pernapasan bagian atas (disebabkan oleh kuman Streptokokus

    beta hemolitikus grup A tipe $ , ! 8 !* ,9) atau infeksi kulit:piodermi

    (disebabkan oleh kuman Streptokokus beta hemolitikus grup A tipe ! ,9 ** *- *7

    dan -2) 8# , hari setelah infeksi streptokokus. ;nfeksi kuman streptokokus beta

    hemolitikus ini mempunyai resiko terjadinya glomerulonefritis akut paska

    streptokokus berkisar 2# *+. Streptokokus ini dikemukakan pertama kali oleh

    ohlein pada tahun 927 .

    2.2.1 Strepto o !s

    Streptokokus adalah bakteri gram positif berbentuk bulat yang secara khas

    membentuk pasangan atau rantai selama masa pertumbuhannya. Streptokokus

    merupakan golongan bakteri yang heterogen. ebih dari 92+ infeksi streptokkus pada manusia disebabkan oleh Streptokokus < hemolitikus grup A. Grup ini

    diberi nama spesies S. pyogenes . S. pyogenes ) tetapi cepat menjadi tidak aktif bila ada

    oksigen. Streptolisin = kemudian bergabung dengan antistreptolisin =

    suatu antibodi yang timbul pada manusia setelah infeksi Streptokokus

    yang menghasilkan streptolisin =. Antibodi ini menghambat hemolisis

    oleh streptolisin =. ?enomena ini merupakan dasar tes kuantitatif untuk

    antibodi. "iter serum antistreptolisin = (AS=) yang melebihi -2#!22 unit

  • 8/16/2019 BAB II (GNAPS)-4

    4/12

    dianggap abnormal dan menunjukkan adanya infeksi Streptokokus yang

    baru saja terjadi atau adanya kadar antibodi yang tetap tinggi setelah

    serangan infeksi pada orang yang hipersensitifitas.•

    Streptolisin SStreptolisin S adalah 6at penyebab timbulnya 6ona hemolitik disekitar

    koloni Streptokokus. Streptolisin S bukan sebuah antigen namun dapat

    dihambat oleh penghambat non spesifik yang sering ada dalam serum

    manusia dan he'an.

    2." P#tofisiologi

    %ekanisme yang terjadi pada GNAPSPS adalah suatu proses kompleks imun

    dimana antibodi dari tubuh akan bereaksi dengan antigen yang beredar dalam darah

    dan komplemen untuk membentuk suatu kompleks imun. &ompleks imun yang

    beredar dalam darah dalam jumlah yang banyak dan 'aktu yang singkat melekat

    pada kapiler#kapiler glomerulus dan terjadi perusakan mekanis melalui akti asi

    sistem komplemen reaksi peradangan dan mikrokoagulasi. $

    &erusakan ginjal bukan disebabkan oleh streptokokus melainkan oleh

    kompleks antigen#antibodi yang terbentuk dalam darah. &ompleks imun tersebut

    mengikuti aliran darah masuk ke dalam glomerulus kemudian dan terperangkapdalam membran basalis. Selanjutnya komplemen akan terfiksasi mengakibatkan lesi

    dan peradangan yang menarik leukosit polimorfonuklear (P%N) dan trombosit

    menuju tempat lesi. ?agositosis dan pelepasan en6im lisosom juga merusak endothel

    dan membran basalis glomerulus (;G3%). Sebagai respon terhadap lesi yang terjadi

    timbul proliferasi sel#sel endotel yang diikuti sel#sel mesangium dan dilanjutkan

    dengan sel#sel epitel. %eningkatnya kebocoran kapiler gromelurus menyebabkan

    protein dan sel darah merah dapat keluar bersama urine yang sedang dibentuk oleh

    ginjal mengakibatkan proteinuria dan hematuria. &ompleks komplomen antigen#

    antibodi inilah yang terlihat sebagai nodul#nodul subepitel pada mikroskop elektron

    dan sebagai bentuk granular dan berbungkah#bungkah pada mikroskop

    imunofluoresensi dan pada pemeriksaan cahaya glomerulus tampak membengkak

  • 8/16/2019 BAB II (GNAPS)-4

    5/12

    hiperseluler disertai in asi P%N. !

    %enurut penelitian penyebab infeksi pada glomerulus adalah reaksi

    hipersensi itas tipe ;;;. &ompleks imun (antigen#antibodi yang timbul dari infeksi)

    mengendap di membran basalis glomerulus. Akti asi komplemen inilah yang

    menyebabkan destruksi pada membran basalis glomerulus. Saat sirkulasi mele'ati

    glomerulus kompleks imun dapat tersebar ke mesangium dilokalisir pada subendotel

    membran basalis glomerulus sendiri atau menembus membran basalis dan

    terperangkap pada sisi epitel. 3aik antigen atau antibodi dalam kompleks ini tidak

    mempunyai hubungan imunologis dengan komponen glomerulus. Pada pemeriksaan

    mikroskop elektron cedera kompleks imun ditemukan endapan#endapan terpisah atau

    gumpalan karateristik pada mesangium subendotel dan epimembranosa. 0enganmiskroskop imunofluoresensi terlihat pula pola nodular atau granular serupa dan

    molekul antibodi seperti ;gG ;g% atau ;gA serta komponen#komponen komplemen

    seperti 4$ 4, dan 4!. Antigen spesifik yang dila'an oleh imunoglobulin ini

    terkadang dapat diidentifikasi. ! $

    >ipotesis lain yaitu adanya neuraminidase yang dihasilkan oleh Streptokokus

    merubah ;gG menjadi autoantigenic sehingga terbentuk autoantibodi terhadap ;gG

    yang telah berubah tersebut. Selanjutnya terbentuk komplek imun dalam sirkulasi

    darah yang kemudian mengendap di ginjal. 7

    Streptokinase yang merupakan sekret protein juga diduga juga berperan pada

    terjadinya GNAPSPS. Sreptokinase mempunyai kemampuan merubah plaminogen

    menjadi plasmin. Plasmin ini diduga dapat mengaktifkan sistem komplemen sehingga

    terjadi cascade dari sistem komplemen. 7

    2.$ Ge%#l# Klinis

    Gambaran klinis dapat bermacam#macam. &adang#kadang gejala ringan tetapitidak jarang anak datang dengan gejala berat. Pada anamnesis akan didapatkan

    adanya ri'ayat infeksi saluran napas:infeksi kulit !#$ minggu sebelumnya.

    &erusakan pada rumbai kapiler gromelurus mengakibatkan hematuria:kencing

    ber'arna merah daging dan albuminuria seperti yang telah dikemukakan

  • 8/16/2019 BAB II (GNAPS)-4

    6/12

    sebelumnya. @rine mungkin tampak kemerah#merahan atau seperti kopi. Gejala

    kadang#kadang disertai edema ringan yang terbatas di sekitar mata yang kemudian

    menjalar ke tungkai. @mumnya edema berat terdapat pada oliguria dan bila ada gagal

    jantung. Penurunan laju filtrasi glomerulus ( ?G:G?1) yang mengakibatkan ekskresi

    air natrium 6at#6at nitrogen mungkin berkurang sehingga kencing berkurang atau

    tidak kencing sama sekali kadang disertai sakit kepala dan sesak napas. &eluhan

    spesifik yang juga sering timbul adalah malaise lethargi nyeri di daerah abdomen

    atau flank area serta demam.

    >ipertensi terdapat pada -2#72+ anak dengan GNAPS pada hari pertama

    kemudian pada akhir minggu pertama menjadi normal kembali. 3ila terdapat

    kerusakan jaringan ginjal maka tekanan darah akan tetap tinggi selama beberapaminggu dan menjadi permanen bila keadaan penyakitnya menjadi kronis. Suhu badan

    tidak beberapa tinggi tetapi dapat tinggi sekali pada hari pertama. &adang#kadang

    gejala panas tetap ada 'alaupun tidak ada gejala infeksi lain yang mendahuluinya.

    Gejala gastrointestinal seperti muntah tidak nafsu makan konstipasi dan diare tidak

    jarang menyertai penderita GNAPS. ?ase akut penyakit ini pada umumnya telah

    membaik dalam 'aktu satu bulan setelah onset namun kelainan pada umumnya

    dapat masih berlanjut sampai lebih dari satu tahun.

    2.& Pe'eri s##n Pen!n%#ng

    2.&.1 G#'(#r#n L#(or#tori!'

    @rinalisis menunjukkan adanya proteinuria ( sampai ,) hematuria

    makroskopik atau mikroskopis piuria kelainan sedimen urine dengan eritrosit

    disformik leukosituria serta torak selulet granular eritrosit( ) albumin ( ) silinder

    lekosit ( ) dan lain#lain. &adang#kadang kadar ureum dan kreatinin serum meningkat

    dengan tanda gagal ginjal seperti hiperkalemia asidosis hiperfosfatemia danhipokalsemia. &adang#kadang tampak adanya proteinuria masif dengan gejala

    sindroma nefrotik.

    &omplomen hemolitik total serum (total hemolytic comploment) dan 4$

    rendah pada hampir semua pasien dalam minggu pertama tetapi 4, normal atau

  • 8/16/2019 BAB II (GNAPS)-4

    7/12

    hanya menurun sedikit sedangkan kadar properdin menurun pada *2+ pasien.

    &eadaan tersebut menunjukkan akti asi jalur alternatif komplemen.Penurunan 4$

    sangat mencolok pada pasien glomerulonefritis akut pasca streptokokus dengan kadar

    antara !2#,2 mg:dl (normal *2# ,2 mg.dl). &adar komplomen akan mencapai kadar

    normal kembali dalam 'aktu -#8 minggu.

    Adanya infeksi Streptokokus harus dicari dengan melakukan biakan

    tenggorokan dan kulit. 3iakan mungkin negatif apabila telah diberi antimikroba.

    3eberapa uji serologis terhadap antigen Streptokokus dapat dipakai untuk

    membuktikan adanya infeksi antara lain antisterpto6im AS"= antihialuronidase

    dan anti 0nase 3. Skrining antisterpto6im cukup bermanfaat oleh karena mampu

    mengukur antibodi terhadap beberapa antigen Streptokokus. "iter anti streptolisin =mungkin meningkat pada 7*#82+ pasien GNAPS dengan faringitis meskipun

    beberapa starin Streptokokus tidak memproduksi streptolisin =. Sebaiknya serum

    diuji terhadap lebih dari satu antigen Streptokokus. 3ila semua uji serologis

    dilakukan lebih dari 92+ kasus menunjukkan adanya infeksi Streptokokus. "iter

    AS"= meningkat pada hanya *2+ kasus tetapi antihialuronidase atau antibodi yang

    lain terhadap antigen Streptokokus biasanya positif. Pada a'al penyakit titer antibodi

    Streptokokus belum meningkat hingga sebaiknya uji titer dilakukan secara seri.

    &enaikan titer !#$ kali berarti adanya infeksi.

    Pada uji klirens didapatkan ureum dan kreatinin menurun sedangkan pada

    pemeriksaan foto thoraB ditemukan nephritic lung.

    2.&.2 G#'(#r#n p#tologi

    Pada pemeriksaan makroskopis ginjal tampak agak membesar pucat dan

    terdapat titik#titik perdarahan pada korteks. Pada pemeriksaan mikroskopis tampak

    hampir semua glomerulus terkena sehingga dapat disebut glomerulonefritisdifusa."ampak proliferasi sel endotel glomerulus yang keras sehingga mengakibatkan

    lumen kapiler dan ruang simpai 3o'man menutup. 0i samping itu terdapat pula

    infiltrasi sel epitel kapsul infiltrasi sel polimorfonukleus dan monosit.

    Pada pemeriksaan mikroskop elektron akan tampak membrana basalis

  • 8/16/2019 BAB II (GNAPS)-4

    8/12

    menebal tidak teratur. "erdapat gumpalan humps di subepitelium yang mungkin

    dibentuk oleh globulin#gama komplemen dan antigen Streptokokus.

    2.) Di#gnosis

    0iagnosis glomerulonefritis akut pasca streptokokus perlu dicurigai pada

    pasien dengan ri'ayat infeksi saluran napas atas atau infeksi kulit oleh kuman

    streptokokus beta hemolitik grup A #$ minggu sebelumnya (ditunjang dengan hasil

    kultur). Gejala klinis berupa hematuria nyata yang timbul mendadak atau

    mikroskopis udem periorbital menjalar sampai ke tungkai dan oliguri:anuri.

    >ipertensi dapat ringan sampai krisis hipertensi. "anda glomerulonefritis yang khas

    pada urinalisis yaitu terdapat cast sel darah merah proteinuria silinderuria dan tidak jarang leukosit P%N. Anemia ringan mungkin timbul akibat adanya hemodilusi dan

    hemolisis. A6otemia dapat ringan sampai berat (gagal ginjal akut). Pemeriksaan

    laboratorium yang menyokong seperti peninggian C0 peninggian AS"= dan

    penurunan 4$.

    2.* Di#gnosis B#n+ing

    0iagnosis banding GNAPS mencakup semua penyakit yang menyebabkan

    hematuria namun yang tersering yaitu /

    . Nefropati # ;gA

    Periode laten antara infeksi dengan onset nefropati#;gA adalah #! hari

    atau ini mungkin berhubungan dengan infeksi saluran pernafasan atas. Anak

    dengan nefropati#;gA sering menunjukkan gejala hematuria nyata mendadak

    segera setelah infeksi saluran napas atas seperti glomerulonefritis akut pasca

    streptokokus tetapi hematuria makroskopik pada nefropati#;gA terjadi

    bersamaan pada saat faringitas (synpharyngetic hematuria) sementara padaglomerulonefritis akut pasca streptokokus hematuria timbul 2 hari setelah

    faringitas. >ipertensi dan sembab jarang tampak pada nefropati#;gA.

    !. %PGN (tipe ; dan ;;)

  • 8/16/2019 BAB II (GNAPS)-4

    9/12

    %erupakan penyakit kronik tetapi pada a'alnya dapat bermanifestasi

    sama sperti gambaran nefritis akut dengan hipokomplementemia.

    $. upus nefritis

    Gambaran yang mencolok adalah gross hematuria

    ,. Glomerulonefritis kronis

    0apat bermanifestasi klinis sama dengan glomerulonefritis akut seperti

    hematuria makroskopis akut sembab hipertensi dan gagal ginjal. 3eberapa

    glomerulonefritis kronik yang menunjukkan gejala tersebut adalah

    glomerulonefritis membranoproliferatif nefritis lupus dan glomerulonefritis

    proliferatif kresentik. Perbedaan dengan glomerulonefritis akut pasca

    streptokokus sulit diketahui pada a'al sakit.Pada glomerulonefritis akut pasca streptokokus perjalanan penyakitnya

    cepat membaik (hipertensi sembab dan gagal ginjal akan cepat pulih).

    Sindrom nefrotik dan proteinuria masih lebih jarang terlihat pada

    glomerulonefritis akut pasca streptokokus dibandingkan pada

    glomerulonefritis kronik. &adar komplemen 4$ serum kembali normal dalam

    'aktu -#8 minggu pada glomerulonefritis akut pasca streptokokus sedangkan

    pada glomerulonefritis yang lain jauh lebih lama. &adar a'al 4$ D*2 mg:dl

    sedangkan kadar AS"= E 22 kesatuan "odd.

    Cksaserbasi hematuria makroskopis sering terlihat pada glomerulonefritis

    kronik akibat infeksi karena streptokok dari strain non#nefritogenik lain

    terutama pada glomerulonefritis membranoproliferatif.

    2., Pen#t#l# s#n##n

    "idak ada pengobatan yang khusus yang mempengaruhi penyembuhan

    kelainan di glomerulus.• Bed rest selama $#, minggu. Sebelumnya dianjurkan Bed rest selama -#8

    minggu untuk memberi kesempatan pada ginjal untuk penyembuhan namun

    penelitian terakhir menunjukkan bah'a mobilisasi penderita sesudah $#,

    minggu dari mulai timbulnya penyakit tidak berakibat buruk terhadap

  • 8/16/2019 BAB II (GNAPS)-4

    10/12

    perjalanan penyakitnya.

    • Pemberian antibiotika untuk eradikasi kuman Streptokokus. Pemberian

    antibiotika ini dianjurkan hanya untuk 2 hari sedangkan pemberian

    profilaksis yang lama sesudah nefritisnya sembuh terhadap kuman penyebab

    tidak dianjurkan karena terdapat imunitas yang menetap. Secara teoritis

    seorang anak dapat terinfeksi lagi dengan kuman nefritogen lain tetapi

    kemungkinan ini sangat kecil sekali. Pemberian penisilin *2 mg:kg 33 atau

    ampisilin 22 mg:kg33:hari dibagi $ dosis selama 2 hari. Fika alergi

    terhadap golongan penisilin diganti dengan eritromisin $2 mg:kg 33:hari

    dibagi $ dosis.

    %akanan. Pada fase akut diberikan makanan rendah protein ( g:kgbb:hari)dan rendah garam ( g:hari). Apabila ureum normal dapat diberikan protein

    !g:kg33:hari. %akanan lunak diberikan pada penderita dengan suhu tinggi

    dan makanan biasa bila suhu telah normal kembali. 3ila ada anuria atau

    muntah maka diberikan ;5?0 dengan larutan glukosa 2+. Pada penderita

    tanpa komplikasi pemberian cairan disesuaikan dengan kebutuhan sedangkan

    bila ada komplikasi seperti gagal jantung edema hipertensi dan oliguria

    maka jumlah cairan yang diberikan harus dibatasi.

    • Pengobatan terhadap hipertensi. Pemberian cairan dikurangi pemberian

    sedatif untuk menenangkan penderita sehingga dapat cukup beristirahat. Pada

    hipertensi dengan gejala serebral diberikan reserpin dan hidrala6in. %ula#

    mula diberikan reserpin sebanyak 2 27 mg:kgbb secara intramuskular. 3ila

    terjadi diuresis *# 2 jam kemudian maka selanjutnya reserpin diberikan

    peroral dengan dosis rumatan 2 2$ mg:kgbb:hari. %agnesium sulfat parenteral

    tidak dianjurkan lagi karena memberi efek toksis.

    • 3ila anuria berlangsung lama (*#7 hari) maka ureum harus dikeluarkan dari

    dalam darah dengan beberapa cara misalnya dialisis pertonium hemodialisis

    bilasan lambung dan usus. 3ila prosedur di atas tidak dapat dilakukan oleh

    karena kesulitan teknis maka pengeluaran darah ena pun dapat dikerjakan

    dan adakalanya menolong juga.

  • 8/16/2019 BAB II (GNAPS)-4

    11/12

    • 0iurektikum dulu tidak diberikan pada glomerulonefritis akut tetapi akhir#

    akhir ini pemberian furosemid ( asiB) secara intra ena ( mg:kgbb:kali)

    dalam *# 2 menit tidak berakibat buruk pada hemodinamika ginjal dan filtrasi

    glomerulus.• 3ila timbul gagal jantung maka diberikan digitalis sedatif dan oksigen.

    2.- Ko'pli #si

    . =liguria sampai anuria biasanya terjadi selama !#$ hari akibat berkurangnya

    filtrasi glomerulus. Gambaran seperti insufisiensi ginjal akut dengan uremia

    hiperkalemia hiperfosfatemia dan hidremia. alaupun aliguria atau anuria

    yang lama jarang terdapat pada anak namun bila hal ini terjadi maka dialisis peritoneum kadang#kadang di perlukan.

    !. Cnsefalopati hipertensi yang merupakan gejala serebrum karena hipertensi.

    "erdapat gejala berupa gangguan penglihatan pusing muntah dan kejang#

    kejang yang disebabkan spasme pembuluh darah lokal dengan anoksia dan

    edema otak.

    $. Gangguan sirkulasi berupa dispne ortopne terdapatnya ronki basah

    pembesaran jantung dan meningginya tekanan darah yang bukan saja

    disebabkan spasme pembuluh darah melainkan juga disebabkan oleh

    bertambahnya olume plasma. Fantung dapat memberas dan terjadi gagal

    jantung akibat hipertensi yang menetap dan kelainan di miokardium.

    ,. Anemia yang timbul karena adanya hiper olemia di samping sintesis

    eritropoetik yang menurun.

    2. 1 Prognosis

    Sebagian besar pasien akan sembuh tetapi *+ di antaranya mengalami

    perjalanan penyakit yang memburuk dengan cepat pembentukan kresen pada epitel

    glomerulus. 0iuresis akan menjadi normal kembali pada hari ke 7# 2 setelah a'al

    penyakit dengan menghilangnya sembab dan secara bertahap tekanan darah menjadi

    normal kembali. ?ungsi ginjal (ureum kreatinin) membaik dalam minggu dan

  • 8/16/2019 BAB II (GNAPS)-4

    12/12

    menjadi normal dalam 'aktu $#, minggu. &omplemen serum menjadi normal dalam

    'aktu -#8 minggu. "etapi kelainan sedimen urin akan tetap terlihat selama berbulan#

    bulan bahkan bertahun#tahun pada sebagian besar pasien.

    "idak ada bukti yang menunjukkan adanya progesi menjadi glomerulonefritis

    kronik. Namun pada keadaan yang sangat jarang dimana fase akut sangat berat

    sehingga terjadi hialinisasi glomerulus dapat terjadi insufisiensi ginjal kronik.

    %ortalitas pada fase akut dapat dihindari dengan melakukan tata laksana yang

    memadai apabila terjadi GGA ataupun gagal jantung. Penyakit ini sangat jarang

    rekuren.