bab 2

36
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Landasan Teori II.1.1 Konsep MP-ASI 1. Pengertian MP-ASI yaitu produk makanan yang dipasarkan atau diproduksi pabrik untuk keperluan khusus atau yang dibuat ditingkat rumah tangga dan dinyatakan sebagai makanan anak diatas usia 4 bulan sampai dengan umur 2 tahun untuk memenuhi gizi di samping ASI (Depkes RI). MP-ASI adalah makanan tambahan yang diberikan kepada bayi berusia lebih dari 6 bulan selain ASI (Mahdin A, 1999:32). MP-ASI adalah tambahan makanan yang diberikan kepada bayi setelah berusia 6 bulan sampai berusia 24 bulan. Jadi selain MP-ASI, ASI pun harus tetap diberikan kepada bayi 7

Upload: achmad-hidayatullah

Post on 30-Jun-2015

756 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Landasan Teori

II.1.1 Konsep MP-ASI

1. Pengertian

MP-ASI yaitu produk makanan yang dipasarkan atau diproduksi

pabrik untuk keperluan khusus atau yang dibuat ditingkat rumah tangga dan

dinyatakan sebagai makanan anak diatas usia 4 bulan sampai dengan umur

2 tahun untuk memenuhi gizi di samping ASI (Depkes RI).

MP-ASI adalah makanan tambahan yang diberikan kepada bayi

berusia lebih dari 6 bulan selain ASI (Mahdin A, 1999:32).

MP-ASI adalah tambahan makanan yang diberikan kepada bayi

setelah berusia 6 bulan sampai berusia 24 bulan. Jadi selain MP-ASI,

ASI pun harus tetap diberikan kepada bayi paling tidak sampai usia 24

bulan (Diah Krisnatuti, 2003: 14).

2. Dampak pemberian MP-ASI dini pada bayi

Menurut IDAI (2002:26) akibat pemberian MP-ASI terlalu dini

antara lain:

a. Bayi lebih sering menderita diare. Hal ini disebabkan cara

menyiapkan makanan yang kurang bersih, juga karena

pembentukan zat anti oleh usus bayi belum sempurna.

7

Page 2: Bab 2

b. Bayi mudah alergi terhadap zat makanan tertentu, keadaan ini

terjadi akibat usus bayi masih permeable, sehingga mudah dilalui

oleh protein asing.

c. Terjadi malnutrisi atau gangguan pertumbuhan anak bila makanan

yang diberikan kurang bergizi dapat mengakibatkan anak

menderita KEP (kurang energi protein) dan dapat terjadi sugar

baby atau obesitas bila makanan yang diberikan mengandung

kalori yang terlalu tinggi.

d. Produksi ASI menurun, karena bayi sudah kenyang dengan MP-

ASI, maka frekuensi menyusui menjadi lebih jarang, akibatnya

dapat menurunkan produksi ASI.

3. Syarat-syarat MP- ASI

Syarat-syarat MP-ASI untuk baik sebaiknya memiliki

persyaratan sebagai berikut :

a. Memiliki nilai energi dan kandungan protein yang tinggi.

b. Memiliki suplementasi yang baik serta mengandung vitamin dan

mineral yang cocok.

c. Dapat diterima oleh alat pencernaan bayi dengan baik.

d. Harganya relatif murah.

e. Sebaiknya dapat diproduksi dari bahan-bahan yang tersedia secara

lokal.

f. Bersifat pada gizi.

8

Page 3: Bab 2

g. Kandungan serat kasar atau bahan lain yang sukar diterima dalam

jumlah yang sedikit. Kandungan serat kasar yang terlalu banyak

justru akan mengganggu pencernaan bayi.

(Krisnatuti 2003 : 18)

4. Waktu pemberian MP-ASI

Jenis dan waktu pemberian MP-ASI menurut umur bayi, jenis

makanan dan frekuensi pemberian adalah:

Tabel 2.1 Jenis MP-ASI, Frekuensi dan Umur bayi

Umur bayi Jenis makanan Frekuensi

0-4/6 bulan ASI 10-12 kali sehariKira-kira6 bulan

ASI Kapan diminta Buah

lunak/sari buah Bubur

tepung berat merah

1-2 kali sehari

Kira-kira7 bulan

ASI Kapan diminta Buah-

buahan Hati ayam

atau kacang-kacangan Beras

merah atau ubi Sayuran

(wortel, bayam) Minyak/

santan/alvokad Air tajin

3-4 kali sehari

Kira-kira ASI Kapan diminta

9

Page 4: Bab 2

9 bulan Buah-buahan

Bubur / roti

Daging/kacang-kacangan/ayam/ikan

Beras merah/kentang/labu/ jagung

Kacang tanah

Minyak/santan/alvokad

Sari buah tanpa gula

4-6 kali sehari

12 bulan atau lebih

ASI Kapan diminta Makanan

pada umumnya termasuk telur, daging, kuning telur dan jeruk

4-6 kali sehari

(Krisnatuti 2003 : 10)

10

Page 5: Bab 2

5. Cara membuat MP- ASI

Cara membuat MP- ASI adalah:

a. Pisang

1) Pilih pisang yang sangat matang dan tidak asam, lalu cuci

kulitnya sampai bersih.

2) Cuci dan rebus sendok kecil yang akan digunakan untuk

mengerok pisang beberapa saat dalam air yang mendidih.

3) Kerok pisang secara perlahan dan setipis mungkin dengan

sendok sehingga menghasilkan pisang lumat yang halus (pure),

hasilnya siap untuk disuapkan kepada bayi.

4) Jika kerokan pisang akan ditaruh ke dalam mangkuk, maka

mengkuk pun harus dicuci dan didihkan terlebih dahulu

bersama-sama sendok.

b. Sari buah

1) Pilih buah yang sangat matang dan tidak asam lalu cuci

kulitnya sampai bersih.

2) Cuci dan rebus semua peralatan yang akan digunakan dengan

air mendidih, seperti cangkir dan sendok kecil, pisau, parutan

dan saringan.

3) Kerok buah (pepaya, mangga) dengan sendok, kemudian

lumatkan atau saring untuk mendapatkan sari jeruk. Caranya,

belah buah jeruk menjadi dua bagian, lalu peras dengan

menggunakan saringan atau alat peras jeruk.

11

Page 6: Bab 2

4) Jika tersedia blender atau juicer akan mempermudah dan

mempercepat pembuatan sari buah, tetapi sebelum

menggunakan peralatan tersebut jangan lupa untuk mencuci

dan mensterilkannya.

5) Agar bayi tidak cepat bosan, sari buah bisa disajikand dengan

dicampur buah lainnya, misalnya pisang dengan jeruk, pepaya

dengan jeruk atau pepaya dengan mangga.

6) Jika rasa buah terasa hambar, bisa ditambahkan sedikit gula.

c. Bubur bayi

1) Siapkan bahan-bahan yang akan dipakai untuk membuat bubur

dan cuci sampai bersih. Apabila ada yang perlu dikupas maka

setelah dikupas bahan harus dicuci lagi.

2) Potong atau cincang kecil-kecil bahan yang perlu diperkecil

ukurannya.

3) Mulailah dengan merebus bahan utama ini membutuhkan

waktu yang cukup lama.

4) Setelah beberapa saat, masukkan kacang-kacangan yang

sebelumnya telah direndam, selanjutnya masukkan daging dan

lauk hewani lainnya.

5) Setelah bubur tampak mengental, tambahkan sayuran.

6) Bahan yang paling akhir dimasukkan (sesaat sebelum diangkat)

adalah lemak dan minya, tunggu sampai mendidih baru

diangkat.

12

Page 7: Bab 2

7) Kriteria bubur yang baik, berbentuk kental dan setengah padat.

Jika terlalu encer atau cair dikhawatirkan tidak cukup

memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi bayi.

8) Sebaiknya bahan-bahan pangan pelengkap bubur dimasak

secara bersama-sama selain lebih praktis, juga mengurangi

kemungkinan hilangnya zat-zat gizi selama proses pemasakan.

9) Untuk bayi yang berumur 7-8 bulan, bubur yang sudah dimasak

harus disaring terlebih dahulu sehingga menghasilkan bubur

yang halus, untuk bayi yang berumur di atas 9 bulan sudah bisa

mengkonsumsi bubur yang tidak disaring, tetapi bahan

pembuatannya harus dipotong atau dicincang sampai halus

(Krisnatuti, 2003: 42)

6. Saran untuk pengenalan makanan tambahan

Menurut Suhardjo (2004:86) saran-saran untuk pengenalan

makanan tambahan antara lain:

a. Dalam memberikan nasihan, harus diperhatikan lingkungan sosial

budaya dari keluarga yang bersangkutan, sikap dari orang tuanya

dan situasi dari hubungan ibu dan anak.

b. Pada umur 6 bulan tidak lebih 50% kebutuhan energi harus berasal

dari makanan tambahan, untuk 6 bulan berikutnya air susu ibu

harus terus diberikan dalam jumlah sekurang-kurangnya 500 ml.

c. Pada umumnya makanan tambahan sebaiknya jangan diberikan

sebelum umur 4 bulan atau lebih dari 6 bulan, sebaiknya dimulai

13

Page 8: Bab 2

dalam jumlah sedikit dan jenis serta jumlahnya harus ditambah

dengan perlahan-lahan.

d. Tidak terlalu diperinci jenis makanan tambahan (serelia, buah-

buahan, sayuran) yang harus diberikan lebih dahulu. Dalam kaitan

ini kebiasaan-kebiasaan setempat dan faktor-faktor ekonomi harus

dipertimbangkan.

e. Makanan yang mengandung gluten jangan diberikan sebelum umur

4 bulan, bahkan penundaan sampai umur 6 bulan akan lebih baik.

f. Makanan yang mengandung kadar nitrat yang potensial tinggi

seperti bayam harus dihindari selama bulan-bulan pertama.

g. Pertimbangan khusus harus diberikan terhadap pemberian makanan

tambahan kepada bayi yang mempunyai sejarah keluarga alergi

umum, yang harus secara ketat menghindari makanan yang sangat

mudah dapat menimbulkan alergi Menurut Suhardjo 2004 Hal 86

II.1.2 Konsep Diare

1. Pengertian Diare

Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali

pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak; konsistensi feses encer,

dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau

lendir saja (Ngastiyah, 1997:143).

Diare adalah frekuensi buang air besar yang lebih sering dari

biasanya dengan konsistensi yang lebih encer (Sri Utami, 2005: 168).

14

Page 9: Bab 2

Diare adalah frekuensi buang air besar yang lebih dari 4x pada

bayi dan lebih dari 3x pada anak dengan konsistensi faeses encer,

dapat berwarna hijau, atau dapat pula bercampur darah atau lendir saja

(FKUI, 1997).

Menurut Susan Martin T. (1998: 8) diare didefinisikan sebagai

individu yang mengalami perubahan dalam kebiasaan BAB yang

normal, ditandai dengan seringnya kehilangan cairan dan feses yang

tidak berbentuk.

Arief Mansjoer (2000: 470) berpendapat bahwa diare adalah

defekasi encer lebih dari 3x sehari dengan atau tanpa darah dan atau

lendir dalam tinja.

Bayi-bayi yang mendapat ASI eksklusif mempunyai resiko

terhadap penyakit diare jauh lebih rendah dibanding dengan bayi-bayi

yang lainnya. Walaupun demikian, bayi yang diberi ASI eksklusif

tetap dapat terkena penyakit diare, terutama diare yang disebabkan

karena infeksi virus (Akre, 1994:172).

2. Penyebab Diare

Diare disebabkan oleh faktor infeksi, malabsorbsi (gangguan

penyerapan zat gizi), makanan dan faktor psikologis.

a. Faktor infeksi

Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab

utama diare pada anak. Jenis-jenis infeksi yang umumnya

menyerang sebagai berikut :

15

Page 10: Bab 2

1) Infeksi bakteri oleh kuman E. Coli salmonella, Vibrio cholerae

(kolera), dan serangan bakteri lain yang jumlahnya berlebihan

dan patogenik (memanfaatkan kesempatan ketika kondisi tubuh

lemah) seperti pseudomonas.

2) Infeksi basil (disentri)

3) Infeksi virus enterovirus dan adenovirus

4) Infeksi parasit oleh cacing (askaris)

5) Infeksi jamur (candidiasis)

6) Infeksi akibat organ lain, seperti radang tonsil, bronkitis, dan

radang tenggorokan.

7) Keracunan makanan

b. Faktor malabsorbsi

1) Malabsorbsi karbohidrat

Pada bayi, kepekaan terhadap lactoglubulis dalam susu

formula menyebabkan diare. Gejalanya berupa diare berat,

tinja berbau sangat asam, sakit didaerah perut. Jika sering

terkena diare ini, pertumbuhan anak terganggu.

2) Malabsorbsi lemak

Dalam makanan terdapat lemak yang disebut

trigliserida. Trigliserida dengan bantuan kelenjar lipase,

mengubah lemak menjadi micelles yang siap diabsorbsi usus.

Jika tidak ada lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare

16

Page 11: Bab 2

dapat jadi muncul karena lemak tidak diserap dengan baik.

Gejalanya adalah tinja mengandung lemak.

3) Faktor makanan

Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan

yang tercemar, basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah

(sayuran), dan kurang matang.

4) Faktor psikologis

Rasa takut, cemas, dan tegang. Jika terjadi pada anak,

dapat menyebabkan diare kronis. (Ngastiyah, 1997: 143).

Selain itu ada beberapa perilaku yang dapat meningkatkan

resiko terjadinya diare, yaitu (Sri Utami; 2005: 169)

a. Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama

kehidupan.

b. Menggunakan botol susu

c. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar

d. Air minum tercemar dengan bakteri tinja

e. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, dan sebelum

mengambil makanan

Aspek sosial dan budaya juga mempengaruhi terjadinya diare,

yaitu:

a. Meningkatnya ibu yang bekerja yang akan berdampak pada pola

pengasuhan bayi dan anak, terutama dalam pemberian ASI pola

asuh tersebut, maka kebanyak orang tua mengganti ASI dengan

susu formula atau bahkan MP-ASI, sehingga menyebabkan diare.

17

Page 12: Bab 2

b. Budaya masyarakat yang belum mendukung, bahkan menghambat

seperti rendahnya tingkat pengetahuan dan pendidikan orang tua

terutama ibu tentang pentingnya ASI.

c. Permukiman yang padat dan tempat tinggal yang kotor yang

menyebabkan kebersihan kurang dan pencemaran makanan oleh

bakteri penyebab diare (Soetjiningsih 1995 : 160)

3. Tanda Dan Gejala Diare

Tanda dan gejala yang umumnya terjadi pada balita yang

mengalami diare adalah :

b. Awalnya bayi atau anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan

meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada.

c. Tinja bayi encer, berlendir atau berdarah

d. Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu

e. Anus dan sekitarnya lecet karena tinja menjadi asam.

f. Gangguan gizi akibat intake (asupan) makanan yang kurang

g. Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan atau sesudah diare.

h. Dehidrasi (kekurangan cairan)

i. Penurunan berat badan, pada bayi ubun-ubun besar cekung, turgor

kulit berkurang dan selaput lendir dan mulut serta bibir kering.

(Arief Mansjoer 2000: 470)

4. Patogenesis

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare menurut

Sri Utami (2005: 170) adalah :

18

Page 13: Bab 2

a. Gangguan osmotik

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat

diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus

meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam

rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang

usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.

b. Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding

usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam

rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat

peningkatan isi rongga usus.

c. Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya

kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare.

Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan

bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan

diare.

Patogenesis diare akut:

a. Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus

setelah berhasil melewati rintangan asam lambung.

b. Jasan renik tersebut berkembang biak (multiplikasi) di dalam usus

halus.

c. Oleh jasad renik dikeluarkan toksin (toksin diare genik)

19

Page 14: Bab 2

d. Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan

menimbulkan diare.

Patogenesis diare kronis:

Lebih kompleks dan faktor-faktor yang menyebabkan diare adalah

infeksi bakteri, malabsorbsi, malnutrisi, dan lain-lain.

5. Macam Diare

Menurut pedoman dari laboratorium/UPF IKA, Universitas

Airlangga (1994) diare dapat dikelompokkan menjadi:

a. Diare akut, yaitu diare yang menjadi mendadak dan berlangsung

paling lama 3-5 hari.

b. Diare berkepanjangan bila diare berlangsung lebih dari 7 hari.

c. Diare kronik bila diare berlangsung lebih dari 14 hari.

Sedangkan menurut pedoman MTBS (2000) diare dapat

dikelompokkan menjadi:

a. Diare akut, terbagi atas:

1) Diare dengan dehidrasi berat

2) Diare dengan dehidrasi ringan atau sedang.

3) Diare tanpa dehidrasi.

b. Diare persisten bila diare berlangsung 14 hari atau lebih terbagi

atas:

1) Diare persisten dengan dehidrasi

2) Diare persisten tanpa dehidrasi

c. Disentri apabila diare berlangsung disertai dengan darah.

20

Page 15: Bab 2

6. Patofisiologi

Menurut Suharyono (1999: 56) sebagai akibat dari diare akut

maupun kronis dapat terjadi hal-hal sebagai berikut

a. Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan

terjadinya gangguan keseimbangan asam-basa (asidosis metabolik,

hipokalemia dan sebagainya) karena:

1) Kehilangan natrium bicarbonate bersama tinja

2) Adanya ketosis kelaparan dan metabolisme lemak yang tidak

sempurna, sehingga benda keton tertimbun dalam tubuh

3) Terjadi penimbangan asam laktat karena adanya anoksia

jaringan.

4) Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena

tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguri dan anuria)

5) Pemindahan ion natrium dan cairan ekstraseluler ke dalam

cairan intraseluler.

b. Hipoglikemia

Terjadi pada 2-3% dari anak-anak yang menderita diare, karen:

1) Penyimpanan persediaan glycogen dalam hati terganggu

2) Adanya gangguan absorbsi glukosa

3) Gejala hipoglikemi akan muncul jika kadar glukosa darah

menurun sampai 40% pada bayi dan 50% pada anak-anak.

Gejala: lemas, apatis, peka rangsang, tremor, berkeringat,

pucat, syok, kejang, sampai koma.

21

Page 16: Bab 2

c. Gangguan gizi

Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi

sehingga terjadi penurunan berat badan. Hal ini disebabkan

karena:

1) Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare

atau muntahnya akan bertambah hebat, sehingga orang tua

hanya sering memberikan air putih saja.

2) Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan

pengenceran dalam waktu yang terlalu lama.

3) Makanan diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi

dengan baik karena adanya hiperperistaltik usus.

d. Gangguan sirkulasi darah

Sebagai akibat diare dengan atau tanpa diserta muntah,

maka dapat terjadi gangguan sirkulasi darah berupa renjatan atau

syok hipovolemik. Akibat perfusi jaringan berkurang dan

terjadinya hipoksia, asidosis bertambah berat sehingga dapat

mengakibatkan perdarahan di dalam otak, kesadaran menurun.

e. Komplikasi

Akibat diare dan kehilangan cairan serta elektrolit secara

mendadak dapat terjadi berbagai komplikasi sebagai berikut:

1) Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonic,

hipertonik)

2) Renjatan hipovolemik

22

Page 17: Bab 2

3) Hipkalemia

4) Intoleransi sekunder

5) Malnutrisi energi protein

(Suharyono, 1999: 56)

Tabel 2.2 Derajat dehidrasi batasan WHO (World Health Organization)

Tanda dan gejala

Dehidrasi ringan Dehidrasi sedang

Dehidrasi berat

Keadaan umum

Denyut nadi

Pernafasan

Ubun- ubun

Kelopak mata

Air mata

Selaput lendir

Elastisitas kulit

Air seni

Sakit, gelisah, haus

Normal = kurang dari 120x/mnt

Normal

Normal

Normal

Ada

Lembab

Jika dicubit segera kembali normal

Normal

Gelisah, ngantuk, rewel

Cepat dan lemah

Dalam tapi cepat

Cekung

Cekung

Tidak adaKering

Untuk kembali normal lambat

Berwarna tua

Ngantuk, lemas, dingin, berkeringat, pucat, dapat pingsan

Cepat, halus, kadang tak teraba

Dalam, cepat

Sangat cekung

Sangat cekung

Tidak adaSangat kering

Untuk kembali normal sangat lambat

Tidak kencing

Sumber : Sri Utami, 2005 : 168

7. Gambaran klinik

Menurut Ngastiyah (1997:144) mula-mula pasien cengeng,

gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang, kemudian

23

Page 18: Bab 2

timbul diare, tinja cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah.

Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan

tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyak asam laktat

yang berasal dari lactosa yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare.

Gejala muntah timbul sebelum atau sesudah diare disebabkan

lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam

basa dan elektrolit. Bila pasien banyak kehilangan cairan dan elektrolit,

gejala dehidrasi mulai tampak yaitu berat badan turun, turgor

berkurang, mata dan ubun-ubun besar cekung (pada bayi) selaput

lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering, dehidrasi (hilangnya

cairan) dibagi menjadi dehidrasi ringan, sedang dan berat (Sri Utami,

2005: 173).

8. Faktor yang menyebabkan diare karena penyapihan (pemberian

makanan sebelum waktunya)

Sebagian besar anak yang terkena diare berusia antara 0-6

bulan, ini merupakan saat-saat anak belajar makan makanan dan

minuman lain di samping air susu ibu. Sementara itu makanan yang

dimakan anak mungkin mengandung banyak kuman ini menyebabkan

infeksi usus dan anak terkena diare. Diare disebabkan perubahan pada

makanan anak dari air susu ibu ke makanan (anak mulai disiplin) inilah

sebabnya mengapa disebut diare karena penyapihan (Biddulph,

1999:124).

24

Page 19: Bab 2

9. Pencegahan Diare

Pencegahan penyakit diare antara lain mengajari orang tua tentang:

a. Pentingnya pemberian air susu ibu

b. Selalu menggunakan makanan dan peralatan makan yang bersih.

c. Berikan makanan mulai umur lebih dari 6 bulan di samping ASI.

d. Selalu cukup air bersih dekat rumah

e. Selalu menggunakan air minum yang sudah dimasak mendidih.

f. Pembuangan sampah atau tinja yang aman untuk mencegah lalat

berkembang biak.

(Akre, 1994 : 495)

II.1.3 Konsep Neonatus

1. Pengertian Neonatus

Neonatus adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37-42 minggu dan

berat badan lahir 2.500 – 4.000 gram.

2. Ciri-ciri bayi normal:

a. Berat badan: 2.500 – 4.000 gram dengan panjang badan 48-52 cm.

b. Lingkar dada: 30 – 38 cm

c. Lingkar kepala: 33 – 35 cm

d. Bunyi jantung 180x/menit kemudian turun menjadi 120 – 140x/

menit

e. Pernafasan 80x/menit kemudian turun setelah tenang kira-kira

40x/menit.

25

Page 20: Bab 2

f. Warna kulit kemerahan, licin (jaringan subkutan cukup terbentuk)

diliputi vernix caseosa

g. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala telah sempurna

h. Kuku agak panjang dan lemas

i. Genetalia:

- Perempuan: labia mayora sudah menutupi labia minora

- Laki-laki: testis sudah turun.

j. Reflek isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik

k. Reflek moro baik (dikagetkan gerakan seperti memeluk)

l. Graff reflek baik (diletakkan berada di telapak tangah

menggenggam)

m. Eliminasi baik, urin dan mekonium (+) 24 jam pertama.

3. Pedoman umum menyusui:

a. Mulai dalam 1 jam setelah bayi lahir

b. Jangan berikan makanan atau minuman lain selain ASI sebelum

usia 6 bulan.

c. Pastikan ASI diberikan hingga 6 bulan pertama kehidupan bayi.

d. Berikan ASI setiap saat (siang dan malam) bila bayi

membutuhkannya.

4. Manfaat pemberian ASI secara dini

a. Merangsang reproduksi ASI

b. Memperkuat reflek isap bayi

c. Promosi keterikatan ibu-bayi

26

Page 21: Bab 2

d. Memberi kekebalan pasif melalui kolostrum

e. Merangsang kontraksi uterus (untuk involusi)

5. Perawatan fisik bayi, meliputi:

a. Kebersihan bayi

b. Perawatan tali pusat

c. Pakaian bayi

d. Pencegahan kecelakaan dan posisi tidur

e. Keputusan untuk dikhitan

f. Imunisasi

(Sri Utami, 2005: 69)

27

Page 22: Bab 2

II.2 Kerangka Teori

II.2.1 Skema Kerangka Teori MP-ASI dan Diare

Sumber : Krisnatuti (2003), Ngastiyah (1997), Sri Utami (2005).

7

MP- ASI

a. Pengertian

b. Dampak pemberian MP-ASI dini

c. Syarat-syarat MP- ASI

d. Waktu pemberian MP- ASI

e. Cara membuat MP- ASI

f. Saran untuk pengenalan makanan tambahan

Pengertian

Etiologi

Tanda dan Gejala

Patologenesis

Diare pada bayi usia 0-6 bulan

Faktor yang menyebabkan diare karena penyapihan

Macam-macam diare:

a. Diare akutb. Diare

berkepanjanganc. Diare kronikd. Diare persistene. disentri

Patofisiologis Gambaran

Pencegahan

27

Page 23: Bab 2

II.3 Kerangka Konsep

II.3.1 Skema Kerangka Konsep Dampak Pemberian MP-ASI

Sumber : Krisnatuti (2003), Ngastiyah (1997), Sri Utami (2005).

MP- ASI

Pengertian

Dampak pemberian MP-ASI dini

Syarat-syarat MP-ASI

Waktu pemberian MP-ASI

Cara membuat MP- ASI

Saran untuk pengenalan makanan tambahan

Kejadian Diare pada bayi usia 0-6 bulan

Penyebab diare:

Faktor infeksi

Faktor malabsorbsi

Faktor makanan

Faktor psikologi

Faktor perilaku

Faktor sosial budaya

8

Page 24: Bab 2

: Diteliti

: Tidak diteliti

28

9

Page 25: Bab 2

II.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu penelitian, dimana

jawaban sementara dari suatu penelitian, patokan duga, dalil sementara

yang kebenarannya akan dibuktikan dari suatu penelitian, maka hipotesis

ini dapat benar atau salah, dapat diterima atau ditolak (Notoatmodjo,

1995:72). Untuk hipotesis dari penelitian ini adalah:

Ada pengaruh antara pemberian MP-ASI dini terhadap kejadian diare pada

bayi usia 0-6 bulan.

7

29