bab 1 dan bab 2
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penyebaran pedikulosis kapitis banyak diderita oleh anak-anak. Pedikulus
kapitis, yang disebabkan oleh Pediculus humanus capitis. Di Amerika Serikat 6
sampai 12 juta orang tertular setiap tahunnya. Paling sering terjadi pada anak-
anak sekolah dasar dengan usia 5 - 13 tahun dan banyak diderita oleh anak
perempuan dari pada laki-laki.
Menurut penelitian di Polandia Timur, perilaku anak-anak di sekolah dasar
seperti bermain, belajar bersama bisa menularkan pedikulosis kapitis secara cepat
kepada temannya. Hasil penelitian (Buczek dkk, 2003) menemukan insiden
insiden pedikulosis kapitis sebesar 1,59% anak sekolah dasar di desa umur 8-12
tahun dan di temukan sebanyak 0,48% di sekolah dasar di kota.
Pedikulosis capitis ini terutama menyerang anak-anak usia muda dan cepat
meluas dalam lingkungan hidup yang padat misalnya asrama, panti asuhan,
sekolah dasar dengan hygiene yang tidak baik, misalnya perilaku jarang
membersihkan rambut. Perilaku jarang membersihkan rambut inilah yang bisa
menyebabkan tertularnya pedikulosis kapitis. Cara penularan juga bisa melalui
perantara benda misalnya sisir, bantal, kasur, topi. (Ronny, 2007)
1
Penderita memperoleh kutu kepala akibat kontak kepala dengan kontak kepala
lainnya yang sudah terinfeksi. Masih ada kepercayaan umum bahwa kutu kepala
ada kaitanya dengan kebersihan yang buruk, hal ini didukung oleh hasil survey
pada awal abad kedua puluh yang menunjukkan bahwa infeksi kutu kepala
terutama menjadi masalah masyarakat kelas bawah (Ronny, 2007)
Kutu manusia dapat menyebar dengan cepat dalam sekelompok orang, antara
lain karena faktor usia, jenis kelamin, kesesakan di rumah, keluarga, metode
pakaian, dan status sosial ekonomi dan tentunya mempengaruhi penyebaran
penyakit (Slonka dkk, 2000).
Anak-anak yang tinggal di pegunungan dengan udara dingin di pagi hari
menjadikan enggan atau malas untuk mandi ataupun mencuci rambut saat mereka
bersiap-siap pergi ke sekolah. Disamping itu pengetahuan masyarakat dan orang
tua akan kesehatan dan kebersihan diri anak-anaknya masih tergolong kurang
baik (Studiku, 2008).
Allah SWT. telah berfirman dalam surat Al Muddatstsir, ayat 4-5:
Artinya : Dan pakaianmu bersihkanlah. Dan perbuatan dosa
tinggalkanlah.
2
Allah SWT. telah berfirman dalam surat Al Mujaadilah, ayat 11:
Artinya:…..Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajad. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”
Pengetahuan adalah kemampuan untuk mengenal atau mengingat materi yang
sudah dipelajari dari yang sederhana sampai teori yang sukar. Pengetahuan
merupakan domain kognitif yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku
seseorang. Perilaku didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan pada anak sekolah
umumnya masih kurang. Apalagi tentang kebersihan rambut, kebersihan badan.
Mereka pada umumnya masih tidak memperdulikan. Dengan pengetahuan yang
kurang ini, maka di sekolah mereka sangat rentan untuk tertularnya pedikulosis
kapitis. Karena itu mereka tidak memiliki pengetahuan yang cukup akan hal itu
maka mereka tidak mengetahui apa yang semestinya mereka lakukan agar tidak
tertular pedikulosis kapitis. Apabila mereka sudah tertular pedikulosis kapitis,
maka mereka akan mengeluh dengan rasa gatal yang hebat pada rambutnya
sehingga akan menggangu aktifitas belajarnya.
Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kejadian pedikulosis kapitis
belum pernah di teliti. Penelitian yang sudah dilakukan adalah tentang hubungan
tingkat sosial ekonomi terhadap kejadian pedikulosis kapitis. Dikatakan bahwa
siswa sekolah dasar di kota lebih banyak terkena kutu daripada di desa.
3
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas timbul suatu permasalahan apakah terdapat
hubungan antara tingkat pengetahuan dan perilaku terhadap kejadian pedikulosis
kapitis pada siswa di SD Negeri 02 Kuripan Cilacap.
C. Keaslian Penelitian
Berdasarkan pencarian artikel di internet dengan key word knowledge,
behavior, pediculosis capitis tidak di temukan. Maka penelitian sebelumnya
tentang hubungan tingkat pengetahuan dan perilaku terhadap kejadian pediculosis
capitis belum pernah dilakukan.
D. Tujuan Penulisan
Tujuan umum:
Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan perilaku dengan
kejadian pedikulosis kapitis di SD Negeri 02 Kuripan Cilacap.
Tujuan khusus :
1. Untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara berbagai tingkat
pengetahuan dengan kejadian pedikulosis kapitis.
2. Untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara perilaku dengan kejadian
pedikulosis kapitis.
E. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu:
4
1. Mengetahui ada tidaknya pengaruh tingkat pengetahuan dan perilaku terhadap
kejadian pediculosis kapitis pada anak sekolah dasar.
2. Pencegahan terjadinya penularan pedikulosis kapitis pada siswa sekolah dasar.
3. Meminimalisir terjadinya penularan pedikulosis kapitis pada siswa khususnya
sekolah dasar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
A. Teori
1. Rambut
Rambut merupakan salah satu adneksa kulit yang terdapat pada seluruh
tubuh kecuali telapak tangan, telapak kaki, kuku, dan bibir. Jenis rambut pada
manusia pada garis besarnya dapat digolongkan dua jenis yaitu:
a. Rambut terminal, rambut kasar yang mengandung banyak pigmen.
Terdapat di kepala, alis, bulu mata, ketiak, dan genitalia ekstrena.
b. Rambut Venus, rambut yang halus sedikit mengandung pigmen, terdapat
hampir di seluruh tubuh.
Mulai dari sebelah luar, penampang rambut dapat dibagi atas :
a. Kutikula, yang terdiri atas lapisan keratin yang berguna untuk
perlindungan terhadap kekeringan dan pengaruh lain dari luar.
b. Korteks, terdiri atas serabut polipeptida yang memanjang dan saling
berdekatan. Lapisan ini yang mengandung pigmen.
c. Medula, terdiri atas 3-4 lapis sel kubus yang berisi keratohialin, badan
lemak, dan rongga udara. Rambut velus tidak mempunyai medula.
2. Pedikulosis kapitis
Definisi:
6
Pedikulosis kapitis adalah suatu infeksi kulit dan rambut kepala yang
disebabkan oleh Pediculus humanus var. capitis.1-4 Selain menyerang kulit
dan rambut kepala, pedikulosis dapat pula menyerang badan oleh Pediculus
humanus var corporis dan menyerang daerah pubis oleh Phtyrus pubis.
Penyakit ini dapat ditemukan di seluruh dunia tanpa adanya batasan umur,
jenis kelamin, ras, status ekonomi & status sosial. Pedikulosis kapitis disebut
juga kutu kepala atau head lice. Pediculus capitis berkembang biak dengan
cara bertelur, dan telurnya menempel erat di ujung rambut dekat akar. Telur
kutu akan segera terlihat ketika rambut memanjang.
Epidemiologi
Penyakit ini terutama menyerang anak-anak usia muda dan cepat meluas
dalam lingkungan yang padat, misalnya sekolah dasar, asrama, dan panti
asuhan. Tambahan pula dalam kondisi hygiene yang tidak baik, misalnya
jarang membersihkan rambut atau yang relatif susah dibersihkan (rambut yang
sangat panjang pada wanita). Cara penularanya biasanya melalui perantara
(benda), misalnya sisir, bantal, kasur dan topi. Kutu rambut ini dapat bertahan
10 hari pada suhu 5oc tanpa makan, dapat menghisap darah untuk waktu yang
lama, mati pada suhu 400c. Panas yang lembang pada suhu 600c
memusnahkan telur dalam waktu 15-30 menit (Studiku, 2008).
7
Etiologi:
Kutu ini mempunyai 2 mata dan 3 pasang kaki, berwarna abu-abu dan
menjadi kemerahan jika telah menghisap darah. Terdapat 2 jenis kelamin ialah
jantan dan betina, yang betina dengan ukuran panjang 1,2 – 3,2 mm dan lebar
lebih kurang ½ panjangnya, jantan lebih kecil dan jumlahnya hanya sedikit.
Kutu kepala tidak bersayap, memipih di bagian dorsoventral dan memanjang.
kaki pada pediculus capitis yang disesuaikan sebagai pengepit rambut dan
mulut pengisap kecil di bagian anterior yang menjadi bagian untuk
mendapatkan darah. Kutu rambut dapat merayap dengan cepat, di atas 23
cm/menit. Kutu dewasa dapat bertahan hidup sekitar 30 hari di kepala
manusia. Kutu dapat mati dalam 1 – 2 hari setelah jatuh dari rambut.
Kutu kepala terdiri atas kutu jantan dan betina. Kutu betina dibedakan dengan
kutu jantan berdasarkan ukuran tubuh yang lebih besar dan adanya penonjolan
daerah posterior yang membentuk huruf V yang digunakan untuk menjepit
sekeliling batang rambut ketika bertelur. Kutu jantan memiliki pita berwarna
coklat gelap yang terbentang di punggungnya.
8
Gambar 1 : siklus hidup pediculus humanus capitis.
Siklus hidup Pediculus humanus capitis melalui stadium telur, larva,
nimfa dan dewasa. Satu kutu kepala betina dapat hidup selama 16 hari dan
menghasilkan 50 – 150 telur. Telur berbentuk oval dan umumnya berwarna
putih atau kuning.13 Telur diletakkan di sepanjang rambut dan mengikuti
tumbuhnya rambut, yang berarti makin ke ujung makin terdapat telur yang
lebih matang. Telur kutu membutuhkan 8 – 9 hari untuk menetas. Telur yang
menetas akan menjadi nimfa. Bentuknya menyerupai kutu dewasa, namun
dalam ukuran kecil. Nimfa akan menjadi dewasa 9 – 12 hari sesudah menetas.
Untuk hidup, nimfa harus memperoleh makanan berupa darah.
9
Toxonomi Phylum : Artropoda, Kelas : Insekta, Ordo : Phthiraptera, Sub
Ordo : Anoplura, Famili : Pediculidae, Genus : Pediculus, Spesies : Pediculus
humanus. Capitis.
Patogenesis
Kelainan kulit yang timbul disebabkan oleh garukan untuk
rmenghilangkan rasa gatal. Sepanjang siklus kehidupannya, larva dan kutu
dewasa menyimpan kotorannya di kulit kepala, yang akan menyebabkan
timbulnya rasa gatal. Selain itu gatal juga ditimbulkan oleh liur dan ekskreta
dari kutu yang dimasukkan ke dalam kulit waktu menghisap darah. Garukan
yang dilakukan untuk menghilangkan gatal akan menyebabkan terjadinya
erosi dan ekskoriasi sehingga memudahkan terjadinya infeksi sekunder.
Gejala Klinis
Gejala mula yang dominan hanya rasa gatal, terutama pada daerah oksiput
dan temporal serta dapat meluas keseluruh kepala. Kemudian karena garukan,
terjadi erosi, ekskoriasi, dan infeksi sekunder (pus, krusta). Bila infeksi
sekunder berat , rambut akan bergumpal disebabkan oleh banyaknya pus dan
krusta (plikapelonika) dan disertai pembesaran kelenjar getah bening regional
(oksiput dan retroaurikular). Pada keadaan tersebut kepala memberikan bau
yang busuk. Kadang-kadang serpihan ketombe atau lapisan keratin melekat
pada batang rambut bisa dikelirukan dengan telur-telur tersebut, sedangkan
unutk membedakannya dengan jelas adalah dengan melakukan pemeriksaan
10
mikroskopis. Pada infeksi berat, kutu dewasa dan kutu kecil dapat ditemukan
dengan mudah.
3. Pengetahuan
Bloom (1959) menyebutkan bahwa pengetahuan adalah kemampuan untuk
mengenal atau mengingat materi yang sudah dipelajari dari yang sederhana
sampai teori yang sukar. Pengetahuan merupakan domain kognitif yang sangat
penting unutk terbentuknya perilaku seseorang. Perilaku yang didasari oleh
pengetahuan. Pengetahuan adalah kepandaian, sesuatu yang diketahui
berhubungan dengan Sesuatu hal (kamus besar bahasa Indonesia 1990)
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang. Notoadmojo (1997) mengungkapkan dari pengalaman dan
penelitian ternyata perilaku dari pengalaman dan penelitian ternyata akan lebih
langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Pengetahuan adalah informasi esensial, tepat atau tidak tepat yang
didapatkan dari berbagai cara dan menjadi refleksi dalam realitas,dukungan
suatu pernyataan, serta merupakan dasar dalam melakukan tindakan (Kaplan,
1964 dikutip dari burn & grove, 1996)
Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkat, yakni :
a. Tahu (Know)
11
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahaya yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa
orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan,
menguraikan dan sebagainya.
b. Memahami (Compreherension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut dengan benar.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kempuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi yang nyata. Aplikasi disini dapat diartikan
aplikasi atau penggunaan hokum-hukum, rumus, metode, prinsip dan
sebagainya dalam konteks yang lain.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi
atau obyek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya suatu sama lain. Kemampuan
ini dapat dari penggunaan kata-kata kerja dapat menggambarkan,
membedakan, memisahkan dan sebagainya.
12
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
mengubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru.
f. Evaluasi (Evalution)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
jastifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek, yang
penilaiannya berdasarkan suatu criteria yang telah ada.
Pengetahuan dapat juga diartikan sebagai sesuatu hal yang dapat ditangkap
oleh panca indera (Astoeti, 2006). Sumantri (1999) menyatakan bahwa
pengetahuan merupakan khasanah yang secara langsung atau tidak langsung
turut memperkaya kehidupan kita, oleh karena pengetahuan merupakan sumber
jawaban bagi berbagai pertanyaan yang muncul dalam kehidupan. Setiap jenis
pengetahuan mempunyai ciri-ciri spesifik mengenai “apa” (ontology),
“bagaimana” (epistemiologi), “untuk apa” (aksiologi).
4. Perilaku
Perilaku manusia pada hakikatnya merupakan aktivitas dari manusia itu
sendiri. Perilaku merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti
pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan lain
sebagainya. Gejala-gejala kejiwaan tersebut juga dipengaruhi oleh
13
pengalaman, kenyakinan, fasilitas dan factor social budaya yang ada di
lingkungannya (Notoatmodjo, 1993).
Perilaku menurut Skinner merupakan hasil hubungan antara perangsang
(stimulus) dan respon organism atau seseorang terhadap adanya stimulus atau
rangsangan dari luar subyek tersebut. Respon tersebut dapat berupa respon
pasif atau respon aktif. Menurut Sarwono (1993), perilaku merupakan hasil
dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkunganya
yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan praktek.
Proses pembentukan dan perubahan perilaku dipengaruhi oleh beberapa
faktor yang berasal dari dalam dan luar individu. Faktor dari dalam individu
tersebut meliputi pengetahuan, kecerdasan, persepsi, sikap, emosi, motivasi
yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar. Faktor dari luar individu
meliputi lingkungan sekitar baik fisik maupun non fisik seperti iklim manusia,
social, ekonomi, budaya, dan sebagainya (Notoatmodjo, 1997).
Faktor perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu:
1. Faktor predisposisi (Predisposing factors) yang meliputi pengetahuan,
sikap, kebiasaan, norma-norma social yang berlaku di masyarakat serta
faktor demografi.
2. Faktor pendukung (Enabling factors) meliputi sumber daya atau potensi
masyarakat seperti lingkungan fisik dan sarana kesehatan yang tersedia.
3. Faktor pendorong (Reinforcing factors) meliputi sikap dan perilaku orang
lain misanya, teman, orang tua, petugas kesehatan dan tokoh masyarakat.
14
Pengatahuan
B. Kerangka Konsep
Adapun kerangka konsep penelitian sebagai berikut:
Variabel bebas Variabel terikat
C. Hipotesis
Bertitik tolak dari permasalahan dan tujuan penelitian maka dapat disusun
hipotesis sebagai berikut:
1. Ada hubungan antara berbagai tingkat pengetahuan dengan kejadian
pedikulosis kapitis.
2. Ada hubungan antara perilaku dengan kejadian pedikulosis kapitis.
15
Perilaku
AnakSekolah dasar
Kejadian
Pedikulosis Kapitis
DAFTAR PUSTAKA
Notoatmodjo, S., 1993, Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu perilaku
Kesehatan, Andi Offset, Yogyakarta.
Sarwono, S., 1993, Sosiologi Kesehatan, Beberapa Konsep beserta Aplikasinya,
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Green, L., W., 1980, Health Education Planning: A Diagnostic Approach,
Mayfield Publishing Compani, California.
16
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah cross sectional yang pengamatanya dilakukan
satu kali untuk setiap kali untuk setiap objek penelitian yang dilakukan pada satu
waktu tertentu.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Kuripan Cilacap pada siswanya.
C. Subjek Penelitian
Responden yang diteliti merupakan siswa Sekolah Dasar Negeri 1 Kuripan
Cilacap. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah
purposive sampling. Seluruh subjek yang memenuhi kriteria ditetapkan sebagai
sampel.
D. Kriteria Inklusi dan Ekslusi
17