bab 1 dan bab 2

27
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyebaran pedikulosis kapitis banyak diderita oleh anak-anak. Pedikulus kapitis, yang disebabkan oleh Pediculus humanus capitis. Di Amerika Serikat 6 sampai 12 juta orang tertular setiap tahunnya. Paling sering terjadi pada anak-anak sekolah dasar dengan usia 5 - 13 tahun dan banyak diderita oleh anak perempuan dari pada laki-laki. Menurut penelitian di Polandia Timur, perilaku anak- anak di sekolah dasar seperti bermain, belajar bersama bisa menularkan pedikulosis kapitis secara cepat kepada temannya. Hasil penelitian (Buczek dkk, 2003) menemukan insiden insiden pedikulosis kapitis sebesar 1,59% anak sekolah dasar di desa umur 8-12 1

Upload: shinta-rhamandani

Post on 25-Jun-2015

1.013 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: bab 1 dan bab 2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penyebaran pedikulosis kapitis banyak diderita oleh anak-anak. Pedikulus

kapitis, yang disebabkan oleh Pediculus humanus capitis. Di Amerika Serikat 6

sampai 12 juta orang tertular setiap tahunnya. Paling sering terjadi pada anak-

anak sekolah dasar dengan usia 5 - 13 tahun dan banyak diderita oleh anak

perempuan dari pada laki-laki.

Menurut penelitian di Polandia Timur, perilaku anak-anak di sekolah dasar

seperti bermain, belajar bersama bisa menularkan pedikulosis kapitis secara cepat

kepada temannya. Hasil penelitian (Buczek dkk, 2003) menemukan insiden

insiden pedikulosis kapitis sebesar 1,59% anak sekolah dasar di desa umur 8-12

tahun dan di temukan sebanyak 0,48% di sekolah dasar di kota.

Pedikulosis capitis ini terutama menyerang anak-anak usia muda dan cepat

meluas dalam lingkungan hidup yang padat misalnya asrama, panti asuhan,

sekolah dasar dengan hygiene yang tidak baik, misalnya perilaku jarang

membersihkan rambut. Perilaku jarang membersihkan rambut inilah yang bisa

menyebabkan tertularnya pedikulosis kapitis. Cara penularan juga bisa melalui

perantara benda misalnya sisir, bantal, kasur, topi. (Ronny, 2007)

1

Page 2: bab 1 dan bab 2

Penderita memperoleh kutu kepala akibat kontak kepala dengan kontak kepala

lainnya yang sudah terinfeksi. Masih ada kepercayaan umum bahwa kutu kepala

ada kaitanya dengan kebersihan yang buruk, hal ini didukung oleh hasil survey

pada awal abad kedua puluh yang menunjukkan bahwa infeksi kutu kepala

terutama menjadi masalah masyarakat kelas bawah (Ronny, 2007)

Kutu manusia dapat menyebar dengan cepat dalam sekelompok orang, antara

lain karena faktor usia, jenis kelamin, kesesakan di rumah, keluarga, metode

pakaian, dan status sosial ekonomi dan tentunya mempengaruhi penyebaran

penyakit (Slonka dkk, 2000).

Anak-anak yang tinggal di pegunungan dengan udara dingin di pagi hari

menjadikan enggan atau malas untuk mandi ataupun mencuci rambut saat mereka

bersiap-siap pergi ke sekolah. Disamping itu pengetahuan masyarakat dan orang

tua akan kesehatan dan kebersihan diri anak-anaknya masih tergolong kurang

baik (Studiku, 2008).

Allah SWT. telah berfirman dalam surat Al Muddatstsir, ayat 4-5:

Artinya : Dan pakaianmu bersihkanlah. Dan perbuatan dosa

tinggalkanlah.

2

Page 3: bab 1 dan bab 2

Allah SWT. telah berfirman dalam surat Al Mujaadilah, ayat 11:

Artinya:…..Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajad. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”

Pengetahuan adalah kemampuan untuk mengenal atau mengingat materi yang

sudah dipelajari dari yang sederhana sampai teori yang sukar. Pengetahuan

merupakan domain kognitif yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku

seseorang. Perilaku didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan pada anak sekolah

umumnya masih kurang. Apalagi tentang kebersihan rambut, kebersihan badan.

Mereka pada umumnya masih tidak memperdulikan. Dengan pengetahuan yang

kurang ini, maka di sekolah mereka sangat rentan untuk tertularnya pedikulosis

kapitis. Karena itu mereka tidak memiliki pengetahuan yang cukup akan hal itu

maka mereka tidak mengetahui apa yang semestinya mereka lakukan agar tidak

tertular pedikulosis kapitis. Apabila mereka sudah tertular pedikulosis kapitis,

maka mereka akan mengeluh dengan rasa gatal yang hebat pada rambutnya

sehingga akan menggangu aktifitas belajarnya.

Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kejadian pedikulosis kapitis

belum pernah di teliti. Penelitian yang sudah dilakukan adalah tentang hubungan

tingkat sosial ekonomi terhadap kejadian pedikulosis kapitis. Dikatakan bahwa

siswa sekolah dasar di kota lebih banyak terkena kutu daripada di desa.

3

Page 4: bab 1 dan bab 2

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas timbul suatu permasalahan apakah terdapat

hubungan antara tingkat pengetahuan dan perilaku terhadap kejadian pedikulosis

kapitis pada siswa di SD Negeri 02 Kuripan Cilacap.

C. Keaslian Penelitian

Berdasarkan pencarian artikel di internet dengan key word knowledge,

behavior, pediculosis capitis tidak di temukan. Maka penelitian sebelumnya

tentang hubungan tingkat pengetahuan dan perilaku terhadap kejadian pediculosis

capitis belum pernah dilakukan.

D. Tujuan Penulisan

Tujuan umum:

Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan perilaku dengan

kejadian pedikulosis kapitis di SD Negeri 02 Kuripan Cilacap.

Tujuan khusus :

1. Untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara berbagai tingkat

pengetahuan dengan kejadian pedikulosis kapitis.

2. Untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara perilaku dengan kejadian

pedikulosis kapitis.

E. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu:

4

Page 5: bab 1 dan bab 2

1. Mengetahui ada tidaknya pengaruh tingkat pengetahuan dan perilaku terhadap

kejadian pediculosis kapitis pada anak sekolah dasar.

2. Pencegahan terjadinya penularan pedikulosis kapitis pada siswa sekolah dasar.

3. Meminimalisir terjadinya penularan pedikulosis kapitis pada siswa khususnya

sekolah dasar.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

5

Page 6: bab 1 dan bab 2

A. Teori

1. Rambut

Rambut merupakan salah satu adneksa kulit yang terdapat pada seluruh

tubuh kecuali telapak tangan, telapak kaki, kuku, dan bibir. Jenis rambut pada

manusia pada garis besarnya dapat digolongkan dua jenis yaitu:

a. Rambut terminal, rambut kasar yang mengandung banyak pigmen.

Terdapat di kepala, alis, bulu mata, ketiak, dan genitalia ekstrena.

b. Rambut Venus, rambut yang halus sedikit mengandung pigmen, terdapat

hampir di seluruh tubuh.

Mulai dari sebelah luar, penampang rambut dapat dibagi atas :

a. Kutikula, yang terdiri atas lapisan keratin yang berguna untuk

perlindungan terhadap kekeringan dan pengaruh lain dari luar.

b. Korteks, terdiri atas serabut polipeptida yang memanjang dan saling

berdekatan. Lapisan ini yang mengandung pigmen.

c. Medula, terdiri atas 3-4 lapis sel kubus yang berisi keratohialin, badan

lemak, dan rongga udara. Rambut velus tidak mempunyai medula.

2. Pedikulosis kapitis

Definisi:

6

Page 7: bab 1 dan bab 2

Pedikulosis kapitis adalah suatu infeksi kulit dan rambut kepala yang

disebabkan oleh Pediculus humanus var. capitis.1-4 Selain menyerang kulit

dan rambut kepala, pedikulosis dapat pula menyerang badan oleh Pediculus

humanus var corporis dan menyerang daerah pubis oleh Phtyrus pubis.

Penyakit ini dapat ditemukan di seluruh dunia tanpa adanya batasan umur,

jenis kelamin, ras, status ekonomi & status sosial. Pedikulosis kapitis disebut

juga kutu kepala atau head lice. Pediculus capitis berkembang biak dengan

cara bertelur, dan telurnya menempel erat di ujung rambut dekat akar. Telur

kutu akan segera terlihat ketika rambut memanjang.

Epidemiologi

Penyakit ini terutama menyerang anak-anak usia muda dan cepat meluas

dalam lingkungan yang padat, misalnya sekolah dasar, asrama, dan panti

asuhan. Tambahan pula dalam kondisi hygiene yang tidak baik, misalnya

jarang membersihkan rambut atau yang relatif susah dibersihkan (rambut yang

sangat panjang pada wanita). Cara penularanya biasanya melalui perantara

(benda), misalnya sisir, bantal, kasur dan topi. Kutu rambut ini dapat bertahan

10 hari pada suhu 5oc tanpa makan, dapat menghisap darah untuk waktu yang

lama, mati pada suhu 400c. Panas yang lembang pada suhu 600c

memusnahkan telur dalam waktu 15-30 menit (Studiku, 2008).

7

Page 8: bab 1 dan bab 2

Etiologi:

Kutu ini mempunyai 2 mata dan 3 pasang kaki, berwarna abu-abu dan

menjadi kemerahan jika telah menghisap darah. Terdapat 2 jenis kelamin ialah

jantan dan betina, yang betina dengan ukuran panjang 1,2 – 3,2 mm dan lebar

lebih kurang ½ panjangnya, jantan lebih kecil dan jumlahnya hanya sedikit.

Kutu kepala tidak bersayap, memipih di bagian dorsoventral dan memanjang.

kaki pada pediculus capitis yang disesuaikan sebagai pengepit rambut dan

mulut pengisap kecil di bagian anterior yang menjadi bagian untuk

mendapatkan darah. Kutu rambut dapat merayap dengan cepat, di atas 23

cm/menit. Kutu dewasa dapat bertahan hidup sekitar 30 hari di kepala

manusia. Kutu dapat mati dalam 1 – 2 hari setelah jatuh dari rambut.

Kutu kepala terdiri atas kutu jantan dan betina. Kutu betina dibedakan dengan

kutu jantan berdasarkan ukuran tubuh yang lebih besar dan adanya penonjolan

daerah posterior yang membentuk huruf V yang digunakan untuk menjepit

sekeliling batang rambut ketika bertelur. Kutu jantan memiliki pita berwarna

coklat gelap yang terbentang di punggungnya.

8

Page 9: bab 1 dan bab 2

Gambar 1 : siklus hidup pediculus humanus capitis.

Siklus hidup Pediculus humanus capitis melalui stadium telur, larva,

nimfa dan dewasa. Satu kutu kepala betina dapat hidup selama 16 hari dan

menghasilkan 50 – 150 telur. Telur berbentuk oval dan umumnya berwarna

putih atau kuning.13 Telur diletakkan di sepanjang rambut dan mengikuti

tumbuhnya rambut, yang berarti makin ke ujung makin terdapat telur yang

lebih matang. Telur kutu membutuhkan 8 – 9 hari untuk menetas. Telur yang

menetas akan menjadi nimfa. Bentuknya menyerupai kutu dewasa, namun

dalam ukuran kecil. Nimfa akan menjadi dewasa 9 – 12 hari sesudah menetas.

Untuk hidup, nimfa harus memperoleh makanan berupa darah.

9

Page 10: bab 1 dan bab 2

Toxonomi Phylum : Artropoda, Kelas : Insekta, Ordo : Phthiraptera, Sub

Ordo : Anoplura, Famili : Pediculidae, Genus : Pediculus, Spesies : Pediculus

humanus. Capitis.

Patogenesis

Kelainan kulit yang timbul disebabkan oleh garukan untuk

rmenghilangkan rasa gatal. Sepanjang siklus kehidupannya, larva dan kutu

dewasa menyimpan kotorannya di kulit kepala, yang akan menyebabkan

timbulnya rasa gatal. Selain itu gatal juga ditimbulkan oleh liur dan ekskreta

dari kutu yang dimasukkan ke dalam kulit waktu menghisap darah. Garukan

yang dilakukan untuk menghilangkan gatal akan menyebabkan terjadinya

erosi dan ekskoriasi sehingga memudahkan terjadinya infeksi sekunder.

Gejala Klinis

Gejala mula yang dominan hanya rasa gatal, terutama pada daerah oksiput

dan temporal serta dapat meluas keseluruh kepala. Kemudian karena garukan,

terjadi erosi, ekskoriasi, dan infeksi sekunder (pus, krusta). Bila infeksi

sekunder berat , rambut akan bergumpal disebabkan oleh banyaknya pus dan

krusta (plikapelonika) dan disertai pembesaran kelenjar getah bening regional

(oksiput dan retroaurikular). Pada keadaan tersebut kepala memberikan bau

yang busuk. Kadang-kadang serpihan ketombe atau lapisan keratin melekat

pada batang rambut bisa dikelirukan dengan telur-telur tersebut, sedangkan

unutk membedakannya dengan jelas adalah dengan melakukan pemeriksaan

10

Page 11: bab 1 dan bab 2

mikroskopis. Pada infeksi berat, kutu dewasa dan kutu kecil dapat ditemukan

dengan mudah.

3. Pengetahuan

Bloom (1959) menyebutkan bahwa pengetahuan adalah kemampuan untuk

mengenal atau mengingat materi yang sudah dipelajari dari yang sederhana

sampai teori yang sukar. Pengetahuan merupakan domain kognitif yang sangat

penting unutk terbentuknya perilaku seseorang. Perilaku yang didasari oleh

pengetahuan. Pengetahuan adalah kepandaian, sesuatu yang diketahui

berhubungan dengan Sesuatu hal (kamus besar bahasa Indonesia 1990)

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan atau

kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang. Notoadmojo (1997) mengungkapkan dari pengalaman dan

penelitian ternyata perilaku dari pengalaman dan penelitian ternyata akan lebih

langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Pengetahuan adalah informasi esensial, tepat atau tidak tepat yang

didapatkan dari berbagai cara dan menjadi refleksi dalam realitas,dukungan

suatu pernyataan, serta merupakan dasar dalam melakukan tindakan (Kaplan,

1964 dikutip dari burn & grove, 1996)

Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6

tingkat, yakni :

a. Tahu (Know)

11

Page 12: bab 1 dan bab 2

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya, termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahaya yang dipelajari

atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa

orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan,

menguraikan dan sebagainya.

b. Memahami (Compreherension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan

materi tersebut dengan benar.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kempuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi yang nyata. Aplikasi disini dapat diartikan

aplikasi atau penggunaan hokum-hukum, rumus, metode, prinsip dan

sebagainya dalam konteks yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi

atau obyek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur

organisasi tersebut dan masih ada kaitannya suatu sama lain. Kemampuan

ini dapat dari penggunaan kata-kata kerja dapat menggambarkan,

membedakan, memisahkan dan sebagainya.

12

Page 13: bab 1 dan bab 2

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

mengubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru.

f. Evaluasi (Evalution)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

jastifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek, yang

penilaiannya berdasarkan suatu criteria yang telah ada.

Pengetahuan dapat juga diartikan sebagai sesuatu hal yang dapat ditangkap

oleh panca indera (Astoeti, 2006). Sumantri (1999) menyatakan bahwa

pengetahuan merupakan khasanah yang secara langsung atau tidak langsung

turut memperkaya kehidupan kita, oleh karena pengetahuan merupakan sumber

jawaban bagi berbagai pertanyaan yang muncul dalam kehidupan. Setiap jenis

pengetahuan mempunyai ciri-ciri spesifik mengenai “apa” (ontology),

“bagaimana” (epistemiologi), “untuk apa” (aksiologi).

4. Perilaku

Perilaku manusia pada hakikatnya merupakan aktivitas dari manusia itu

sendiri. Perilaku merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti

pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan lain

sebagainya. Gejala-gejala kejiwaan tersebut juga dipengaruhi oleh

13

Page 14: bab 1 dan bab 2

pengalaman, kenyakinan, fasilitas dan factor social budaya yang ada di

lingkungannya (Notoatmodjo, 1993).

Perilaku menurut Skinner merupakan hasil hubungan antara perangsang

(stimulus) dan respon organism atau seseorang terhadap adanya stimulus atau

rangsangan dari luar subyek tersebut. Respon tersebut dapat berupa respon

pasif atau respon aktif. Menurut Sarwono (1993), perilaku merupakan hasil

dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkunganya

yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan praktek.

Proses pembentukan dan perubahan perilaku dipengaruhi oleh beberapa

faktor yang berasal dari dalam dan luar individu. Faktor dari dalam individu

tersebut meliputi pengetahuan, kecerdasan, persepsi, sikap, emosi, motivasi

yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar. Faktor dari luar individu

meliputi lingkungan sekitar baik fisik maupun non fisik seperti iklim manusia,

social, ekonomi, budaya, dan sebagainya (Notoatmodjo, 1997).

Faktor perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu:

1. Faktor predisposisi (Predisposing factors) yang meliputi pengetahuan,

sikap, kebiasaan, norma-norma social yang berlaku di masyarakat serta

faktor demografi.

2. Faktor pendukung (Enabling factors) meliputi sumber daya atau potensi

masyarakat seperti lingkungan fisik dan sarana kesehatan yang tersedia.

3. Faktor pendorong (Reinforcing factors) meliputi sikap dan perilaku orang

lain misanya, teman, orang tua, petugas kesehatan dan tokoh masyarakat.

14

Page 15: bab 1 dan bab 2

Pengatahuan

B. Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep penelitian sebagai berikut:

Variabel bebas Variabel terikat

C. Hipotesis

Bertitik tolak dari permasalahan dan tujuan penelitian maka dapat disusun

hipotesis sebagai berikut:

1. Ada hubungan antara berbagai tingkat pengetahuan dengan kejadian

pedikulosis kapitis.

2. Ada hubungan antara perilaku dengan kejadian pedikulosis kapitis.

15

Perilaku

AnakSekolah dasar

Kejadian

Pedikulosis Kapitis

Page 16: bab 1 dan bab 2

DAFTAR PUSTAKA

Notoatmodjo, S., 1993, Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu perilaku

Kesehatan, Andi Offset, Yogyakarta.

Sarwono, S., 1993, Sosiologi Kesehatan, Beberapa Konsep beserta Aplikasinya,

Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Green, L., W., 1980, Health Education Planning: A Diagnostic Approach,

Mayfield Publishing Compani, California.

16

Page 17: bab 1 dan bab 2

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah cross sectional yang pengamatanya dilakukan

satu kali untuk setiap kali untuk setiap objek penelitian yang dilakukan pada satu

waktu tertentu.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Kuripan Cilacap pada siswanya.

C. Subjek Penelitian

Responden yang diteliti merupakan siswa Sekolah Dasar Negeri 1 Kuripan

Cilacap. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah

purposive sampling. Seluruh subjek yang memenuhi kriteria ditetapkan sebagai

sampel.

D. Kriteria Inklusi dan Ekslusi

17