bab 1, bab 2 ,bab 3 dan daftar pustaka - copy.doc
DESCRIPTION
KATA PENGANTAR Ucapan syukur alhamdulillah adalah kata yang layak penulis persembahkan kepada Allah SWT. Dengan kasih sayang-Nya, Dia masih memberikan kesempatan kepada kami untuk berkarya. Makalah ini dapat lahir berkat Rahmat, Taufik dan Hidayah-Nya. Shalawat dan salam mari kita hadiahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, yang mana semua kita harapkan mendapatkan safaatnya di akhir kelak. Amin. Makalah yang berjudul “Hormon dan Metabolisme” yang disusun sesuai kebutuhan kurikulum mahasiswa. Makalah ini lebih di khususkan untuk kalangan sendiri kepada Fakultas Kedokteran, namun tidak tertutup juga bagi para pembaca yang ingin menambah keilmuannya dalam bidang Kedokteran. Terima Kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini, baik materil maupun dukungannya kepada kami. Kami tak mampu membalas semua ini. Hanya untaian doa yang dapat penulis sampaikan, semoga semua ini menjadi amal ibadah di sisi Allah SWT. Saran dan keritik senantiasa kami harapkan dari pembaca. Akhirnya kami berharap makalah yang kami sampaikan ini bermanfaat bagi semua pembaca, khususnya kami. Dan mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan ini. Semoga Allah memberikan Hidayah kepada kita semua.Medan, 04 November 2013 SGD 23 DAFTAR ISIKATA PENGANTAR ..........................................................................................iDAFTAR ISI .......................................................................................................iiPENDAHULUAN BAB I Latar Belakang Masalah .........................................................................1 Tujuan Penulisan.....................................................................................2 Step 1..................................................................................................... .2 Step 2.......................................................................................................3 Step 3.......................................................................................................3 Step 4.......................................................................................................4 Step 5.......................................................................................................5PEMBAHASAN BAB II 2.1 Defenisi Diabetes Melitus ...................................................................6 2.2 Klasifikasi Diabetes Melitus.................................................................6 2.3 Etiologi Diabetes Melitus.....................................................................8 2.4 Patofisiologi Diabetes Melitus..............................................................8 2.5 Manifestasi Klinis Diabetes Melitus....................................................14 2.6 Diagnosa dan Pemeriksaan Diabetes Melitus....................................15 2.7 Penatalaksanaan Diabetes Melitus.....................................................17 2.8 Komplikasi Diabetes Melitus...............................................................20 2.9 Prognosa Diabetes Melitus................................................................ 22PENUTUP BAB IIIKesimpulan .............................................................................................23DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................24TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi mata merupakan kondisi mata yang merah dan bengkak disebabkan oleh
agen mikrobiologi seperti virus atau bakteri.Konjungtivis (mata merah muda atau merah)
merupakan infeksi mata yang paling sering terjadi. Inflamasi konjungtiva mata yang
disebabkan oleh proses infeksi, iritasi fisik, atau respons alergi dikenal sebagai
konjungtivitis. Pada inflamasi, konjungtiva menjadi merah, bengkak, dan nyeri ditekan.
Konjungtivitis akibat infeksi bakteri kadang-kadang disebut mata merah (pink eye) adalah
peradangan konjungtiva dan bagian dalam permukaan kelopak mata, biasanya akibat infeksi
virus atau bakteri. Terkadang konjungtivitis juga dikarenakan kondisi alergi bawaan.Bintil di
tepi kelopak mata juga merupakan bentuk infeksi lainnya yang sering terjadi akibat infeksi
folikel rambut di bulu mata. Umumnya terlihat seperti jerawat atau bisul kecil. Jika infeksi
lebih parah, maka kondisi ini disebut blefaritis, atau infeksi kelopak mata. Insidensi
konjungtivitis relative kecil, yaitu sekitar 0,1% – 0,5% dari pasien dengan masalah mata yang
berobat, dan hanya 2% dari semua pasien yang diperiksa di klinik mata Mediterania.
Penyakit ini perlu mendapatkan penekanan khusus. Penyakit ini sering menyerang anak-anak
dan dewasa muda yang berusia sekitar 3 -25 tahun dan berlangsung selama 5-10 tahun
penyakit ini lebih banyak terdapat pada anak-anak laki-laki dibandingkan dengan perempuan.
Blefaritis adalah radang pada kelopak mata. sering mengenai bagian kelopak mata dan tepi
kelopak mata.
1
Pada beberapa kasus disertai tukak atau tidak pada tepi kelopak mata. bisanya
melibatkan folikel dan kelenjar rambut.Blefaritis biasanya dilaporkan sekitar 5% dari
keseluruhan penyakit mata yang ada pada rumah sakit (sekitar 2-5% penyakit blefaritis ini
dilaporkan sebagai penyakit penyerta pada penyakit mata). Blefaritis lebih sering muncul
pada usia tua tapi dapat terjadi pada semua umur. Dalam banyak kasus, Kebersihan dan rajin
membersihkan kelopak mata bisa mencegah blefaritis. Termasuk sering keramas dan
mencuci muka. Pada beberapa kasus yang disebabkan karena bakteri, penggunaan antibiotic
dapat digantikan dengan hanya menjaga kebersihan kelopak mata. Pentinganya
membersihkan kelopak mata sebelum tidur, karena proses infeksi terjadi saat sedang tidur.
1.2 Tujuan
1.1.1 Tujuan umum
Untuk lebih mengetahui dan memberikan gambaran secara lebih dalam mengenai
infeksi mata khususnya penyakit blefaritis dan konjungtivitis.
1.2.2 Tujuan khusus
Tujuan khusus dalam makalah ini, adalah mahasiswa mengetahui:
1. Pengertian konjungtivitis
2. Etiologi konjungtivitis
3. Patofisiologi konjungtivitis
4. Tes diagnostik konjungtivitis
5. Manifestasi klinis konjungtivitis
2
6. Pemeriksaan penunjang konjungtivitis
7. Penatalaksanaan konjungtivitis
8. Pengertian blefaritis.
9. Etiologi blefaritis.
10. Patofisiologi blefaritis
11. Tes Diasnostik
12. Manifestasi klinis blefaritis
13. Pemeriksaan penunjang blefaritis
14. Penatalaksanaan blefaritis
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Konjungtivitis
Pengertian konjungtivitis
Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva akibat suatu proses infeksi atau
respon alergi. (Corwin, 2001).Konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai
dengan pembengkakan dan eksudat. Pada konjungtivis mata nampak merah, sehingga sering
disebut mata merah. (Brunner & Suddarth,2001)Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye,
yaitu adanya inflamasi pada konjungtiva atau peradangan pada konjungtiva, selaput bening
yang menutupi bagian berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata.
Konjungtivitis terkadang dapat ditandai dengan mata berwarna sangat merah dan menyebar
begitu cepat dan biasanya menyebabkan mata rusak. Beberapa jenis konjungtivitis dapat
hilang dengan sendiri, tetapi ada juga yang memerlukan pengobatan. (Effendi, 2008).
Inflamasi konjungtiva mata yang disebabkan oleh proses infeksi, iritasi fisik, atau
respons alergi dikenal sebagai konjungtivitis. Pada inflamasi, konjungtiva menjadi merah,
bengkak, dan nyeri ditekan. Konjungtivitis akibat infeksi bakteri kadang-kadang disebut mata
merah (pink eye). Mata merah dapat terjadi sendiri, atau dapat terjadi bersamaan dengan
infeksi telinga. Konjungtivitis viral sering disebabkan oleh infeksi adenovirus. Konjungtivitis
bakterial dan viral sangat menular. Konjungtivitis alergi terjadi sebagai bagian dari reaksi
inflamasi terhadap alergen lingkungan. Stimulasi fisik oleh benda asing di mata juga akan
mengiritasi dan menginflamasi konjungtiva sehingga menyebabkan inflamasi dan nyeri.
4
Definisi Mata Merah Mata merah, atau conjunctivitis, adalah kemerahan dan
peradangan dari selaput-selaput (conjuctiva) yang menutupi putih-putih dari mata-mata dan
selaput-selaput pada bagian dalam dari kelopak-kelopak mata. Membran-membran atau
selaput-selaput ini bereaksi pada suatu batasan yang luas dari bakteri-bakteri, virus-virus,
agen-agen yang memprovokasi alergi, pengganggu-pengganggu (irritants), dan agen-agen
racun, begitu juga pada penyakit yang mendasarinya dalam tubuh. Bentuk-bentuk virus dan
bakteri dari conjunctivitis adalah umum pada masa kanak-kanak, namun mereka dapat terjadi
pada orang-orang dari segala umur. Secara keseluruhan bagaimanapun, ada banyak penyebab-
penyebab mata merah. Ini dapat digolongkan sebagai yang infeksius atau tidak infeksius.
Konjungtivitis Gonokokal
Bayi baru lahir bisa mendapatkan infeksi gonokokus pada konjungtiva dari ibunya
ketika melewati jalan lahir. Karena itu setiap bayi baru lahir mendapatkan tetes mata
(biasanya perak nitrat, povidin iodin) atau salep antibiotik (misalnya eritromisin) untuk
membunuh bakteri yang bisa menyebabkan konjungtivitis gonokokal.
Dewasa bisa mendapatkan konjungtivitis gonokokal melalui hubungan seksual
(misalnya jika cairan semen yang terinfeksi masuk ke dalam mata). Biasanya konjungtivitis
hanya menyerang satu mata.
Dalam waktu 12-48 jam setelah infeksi mulai, mata menjadi merah dan nyeri. Jika
tidak diobati bisa terbentuk ulkus kornea, abses, perforasi mata bahkan kebutaan. Untuk
mengatasi konjungtivitis gonokokal bisa diberikan tablet, suntikan maupun tetes mata yang
mengandung antibiotik.
Konjungtiva bisa mengalami peradangan akibat:
5
Infeksi olah virus atau bakteri
Reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang
Iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultraviolet dari las
listrik atau sinar matahari yang dipantulkan oleh salju.
Kadang konjungtivitis bisa berlangsung selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun.
Konjungtivitis semacam ini bisa disebabkan oleh:
- Entropion atau ektropion
- Kelainan saluran air mata
- Kepekaan terhadap bahan kimia
- Pemaparan oleh iritan
- Infeksi oleh bakteri tertentu (terutama klamidia).
Pemakaian lensa kontak, terutama dalam jangka panjang, juga bisa menyebabkan
konjungtivitis.
Etiologi konjungtivitis
Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, seperti :
a) infeksi oleh virus atau bakteri.
b) reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang.
c) iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultravioletdari las listrik
atau sinar matahari yang dipantulkan oleh salju.
d) pemakaian lensa kontak, terutama dalam jangka panjang, juga bisa menyebabkan
konjungtivitis (Anonim, 2009).
6
Kadang konjungtivitis bisa berlangsung selama berbulan-bulan atau bertahun-
tahun. Konjungtivitis semacam ini bisa disebabkan oleh:
1. entropion atau ektropion.
2. kelainan saluran air mata.
3. kepekaan terhadap bahan kimia.d. pemaparan oleh iritan.
4. infeksi oleh bakteri tertentu (terutama klamidia) (Medicastore, 2009).
Frekuensi kemunculannya pada anak meningkat bila si kecil mengalami gejala
alergi lainnya seperti demam. Pencetus alergi konjungtivitis meliputi rumput, serbuk bunga,
hewan dan debu (Effendi, 2008).Substansi lain yang dapat mengiritasi mata dan menyebabkan
timbulnya konjungtivitis yaitu bahan kimia (seperti klorin dan sabun) dan polutan udara
(seperti asap dan cairan fumigasi) (Effendi, 2008).2.5 Patogenesis Mekanisme pasti atau
mekanisme bagaimana terbentuknya flikten masih belum jelas. Secara histologis fliktenulosa
mengandung limfosit, histiosit, dan sel plasma. Leukosit PMN ditemukan pada lesi nekrotik.
Bentuk tersebut kelihatannya adalah hasil dari reaksi hipersensitivitas tipe lambat terhadap
protein tuberkulin, Staphylococcuc aureus, Coccidioides immitis, Chlamydia, acne rosacea,
beberapa jenis parasit interstisial dan fungus Candida albicans. Jarang kasusnya idiopatik
(Alamsyah, 2007).
Patofisiologi konjungtivitis
Konjungtiva karena lokasinya terpapar pada banyak mikroorganisme dan faktor
lingkungan lain yang menganggu. Beberapa mekanisme melindungi permukaan mata dari
substansi luar. Pada film air mata, unsur berairnya mengencerkan materi infeksi, mukus
7
menangkap debris dan kerja memompa dari palpebra secara tetap menghanyutkan air mata ke
duktus air mata dan air mata mengandung substansi antimikroba termasuk lisozim. Adanya
agens perusak, menyebabkan cedera pada epitel konjungtiva yang diikuti edema epitel,
kematian sel dan eksfoliasi, hipertrofi epitel atau granuloma. Mungkin pula terdapat edema
pada stroma konjungtiva ( kemosis ) dan hipertrofi lapis limfoid stroma ( pembentukan
folikel ). Sel –sel radang bermigrasi dari stroma konjungtiva melalui epitel ke permukaan. Sel
– sel ini kemudian bergabung dengan fibrin dan mukus dari sel goblet, membentuk eksudat
konjungtiva yang menyebabkan perlengketan tepian palpebra saat bangun tidur.
Adanya peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi pembuluh –
pembuluh konjungtiva posterior, menyebabkan hiperemi yang tampak paling nyata pada
forniks dan mengurang ke arah limbus. Pada hiperemia konjungtiva ini biasanya didapatkan
pembengkakan dan hipertrofi papila yang sering disertai sensasi benda asing dan sensasi
tergores, panas, atau gatal. Sensasi ini merangsang sekresi air mata. Transudasi ringan juga
timbul dari pembuluh darah yang hiperemia dan menambah jumlah air mata. Jika klien
mengeluh sakit pada iris atau badan silier berarti kornea terkena.
Tes diagnostik konjungtivitis
Pada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan sediaan langsung sekret
dengan pewarnaan gram atau Giemsa untuk mengetahui kuman penyebab dan uji sensitivitas
untuk perencanaan pengobatan.Untuk diagnosis pasti konjungtivitis gonore dilakukan
pemeriksaan sekret dengan pewarnaan metilen biru, diambil dari sekret atau kerokan
konjungtiva , yang diulaskan pada gelas objek, dikeringkan dan diwarnai dengan metilen biru
1% selama 1 – 2 menit. Setelah dibilas dengan air, dikeringkan dan diperiksa di bawah
8
mikroskop. Pada pemeriksaan dapat dilihat diplokok yang intraseluler sel epitel dan lekosit,
disamping diplokok ekstraseluler yang menandakan bahwa proses sudah berjalan menahun.
Morfologi dari gonokok sama dengan meningokok, untuk membedakannya dilakukan tes
maltose, dimana gonokok memberikan test maltose (-). Sedang meningokok test maltose
(+).Bila pada anak didapatkan gonokok (+), maka kedua orang tua harus diperiksa. Jika pada
orang tuanya ditemukan gonokok, maka harus segera diobati.
Manifestasi Klinis Konjungtivitis
Konjungtiva merah dan bengkak. Pada konjungtivitis infeksi atau alergi, kedua
mata biasanya terkena. Fotofobia (aversi terhadap cahaya). Rabas purulen adalah karakteristik
konjungtivitis bakterial. Infeksi dan rabas sering dimulai di satu mata dan menyebar ke mata
yang lain. Mata mungkin tertutup oleh selaput kehijauan. Rabas encer dan jernih adalah
karakteristik konjungtivitis viral. Konjungtivitis viral sering menyertai infeksi saluran napas
atas. Rasa panas dan gatal pada mata adalah karakteristik konjungtivitis alergi. Konjungtivitis
akibat benda asing dikaitkan dengan ketidaknyamanan dan perasaan seperti ada pasir atau
kerikil halus pada mata. Biasanya dengan benda asing, hanya satu mata yang terkena.
Tanda-tanda konjungtivitis, yakni:
a. Konjungtiva berwarna merah (hiperemi) dan membengkak.
b. Produksi air mata berlebihan (epifora).
c. Kelopak mata bagian atas nampak menggelantung (pseudoptosis) seolah akan
menutup akibat pembengkakan konjungtiva dan peradangan sel-sel konjungtiva
bagian atas.
9
d. Pembesaran pembuluh darah di konjungtiva dan sekitarnya sebagai reaksi nonspesifik
peradangan.
e. Pembengkakan kelenjar (folikel) di konjungtiva dan sekitarnya.
f. Perbentuknya membran oleh proses koagulasi fibrin (komponen protein).
g. Dijumpai sekret dengan berbagai bentuk (kental hingga bernanah)
h. Nyeri dan terjadi gangguan tidur.
Komplikasi Konjungtivitis
Infeksi bakteri tertentu (gonore, beberapa jenis konjungtivitas klamidia) dan
infeksi virus dapat menyebabkan kerusakan permanen pada mata jika tidak diobati. Benda
asing di mata dapat menyebabkan abrasi kornea dan pem-bentukan jaringan parut.
Konjungtivitas dapat menjadi gejala awal penyakit sistemik berat, yaitu penyakit Kawasaki.
Penyakit ini adalah salah satu vaskulitis yang tersebar luas yang memengaruhi banyak organ
tubuh, termasuk jantung, otak, sendi, Kati, dan rnata. Penyakit ini dimulai secara akut dengan
demam tinggi, yang diikuti secara singkat dengan konjungtivitis bilateral yang signifikan
karena tidak adanya rabas dan prosesnya yang lama. Ruam dan pembengkakan tangan dan
kaki menyertai gejala awal ini. Diagnosis dini penting untuk mencegah kerusakan pada arteri
koroner. Terapi untuk penyakit Kawasaki mencakup penggunaan aspirin dan globulin gama.
Penyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan
kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi. Beberapa
komplikasi dari konjungtivitis yang tidak tertangani diantaranya:
1. Glaucoma
2. Katarak
10
3. ablasi retina
4. komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik merupakan segala penyulit dari
blefaritis sepertiekstropin, trikiasis
5. komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus kornea
6. komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan pseudomembranasea adalah bila
sembuh akan meninggalkan jaringan perut yang tebal di kornea yang dapat
mengganggu penglihatan, lama- kelamaan orang bisa menjadi buta
7. komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik dapat
mengganggu penglihatan.
2.2 Konsep Dasar Blefaritis
Pengertian blefaritis.
Menurut Brooker Christine (2001) blepharitis adalah inflamasi palpebra.
Blefaritis adalah inflamasi batas kelopak mata dan margo palpebra yang umum. Blefaritis
sering disertai konjungtifitis atau keratitis (Tamsuri Anas, 2010).Blefaritis adalah
peradangan bilateral subakut atau menahun pada tepi kelopak mata (margo palpebra).
Ciri khasnya bersifat remisi dan eksaserbasi. Biasanya, blefaritis terjadi ketika kelenjar
minyak di tempat tumbuhnya bulu mata mengalami gangguan. Ketika kelenjar minyak ini
terganggu, akan terjadi pertumbuhan bakteri yang melebihi biasanya, menyebabkan
peradangan kelopak mata Terdapat dua macam blefaritis yaitu blefaritis ulseratif dan
blefaritis seboreik (Istiqomah, 2004). Blefaritis ulseratif merupakan peradangan tepi
kelopak atau blefaritis dengan tukak akibat infeksi staphylococcus. Pada blefaritis
ulseratif terdapat keropeng berwarna kekuning-kuningan yang bila diangkat akan terlihat
11
ulkus yang kecil dan mengeluarkan darah disekitar bulu mata. Pada blefaritis ulseratif
skuama yang terbentuk bersifat kering dan keras, yang bila diangkat akan terjadi luka
dngan disertai pendarahan.
Pengobatan dengan antibiotik dan higiene yang baik sedangkan pada blefaritis
ulseratif dapat dengan sulfasetamid, gentamisin atau basitrasin. Apabila ulseratif
mengalami peluasan, pengobatan harus ditambah antibiotik sistemik dan diberi
roboransia. Sedangkan blefaritis seboreik Merupakan peradangan menahun yang sukar
penanganannya. Biasanya terjadi pada laki-laki usia lanjut (50 tahun), dengan keluhan
mata kotor, panas, dan rasa kelilipan. Gejalanya adalah sekret yang keluar dari kelenjar
meiborn, air mata berbusa pada kantus lateral, hiperemia, dan hipertropi pupil pada
konjungtiva. Pada kelopak dapat terbentuk kalazion, hordeolum, madarosis, poliosis, dan
jaringan keropeng. Pengobatannya adalah dengan membersihkan menggunakan kapas lidi
hangat. Kompres hangat sela 5-10 menit. Kelenjar meibom ditekan dan dibersihkan
dengan shampo bayi. (Danu .2008).
Terdapat 2 jenis blefaritis:
Blefaritis anterior : mengenai kelopak mata bagian luar depan (tempat melekatnya
bulu mata). Penyebabnya adalah bakteri stafilokokus dan ketombe pada kulit
kepala.
Blefaritis posterior ; mengenai kelopak mata bagian dalam (bagian kelopak mata
yang lembab, yang bersentuhan dengan mata). Penyebabnya adalah kelainan pada
kelenjar minyak. 2 penyakit kulit yang bisa menyebabkan blefaritis posterior
adalah rosasea dan ketombe pada kulit kepala (dermatitis seboreik).
12
Etiologi blefaritis.
Blefaritis ulseratif disebabakan oleh infeksi bakteri Staphylococcus aureus atau
stafilikokus epidermidis (Istiqomah, 2004). Blefaritis seboreik/skuamosa (non ulseratif)
merupakan peradangan tepi kelopak mata terutama mengenai kelenjar kulit di daerah
akar bulu mata dan sering terdapat pada orang yang memiliki kulit berminyak.
Penyebabnya adalah kelainan metabolic atau jamur yang kadang-kadang pada penderita
dengan higiene yang buruk akan dapat bersarang tuma atau kutu pada pangkal silia di
daerah margo palpebra. (Tamsuri Anas, 2010). Blefaritis dapat disebabkan infeksi
staphylococcus, dermatitis seboroik, gangguan kelenjar meibom, atau gabungan dari
ketiganya. Blefaritis anterior biasanya disebabkan karena infeksi staphylococcus atau
dermatitis seboroik yang menyerang bulu mata. Pada infeksi staphylococcus aureus,
didapatkan pada 50% pada pasien yang menderita blefaritis, tapi hanya 10% orang yang
tidak memberikan gejala blefaritis namun ditemukan bakteri staphylococcus. Infeksi
staphylococcus epidermidis, didapatkan sekitar 95% pasien.blefarits seboroik serupa
dengan dermatitis seboroik, dan posterior blefaritis (meibomian blefaritis) disebabkan
gangguan kerja kelenjar meibom. Kelenjar meibom yang ada sepanjang batas kelopak
mata, dibelakang batas bulu mata, kelenjar ini menghasilkan minyak ke kornea dan
konjungtiva. Kelenjar ini disekresikan dari lapisan luar air mata, yang bisa menghambat
penguapan air mata, dan membuat permukaan mata menjadi tetap halus, dan membantu
menjaga struktur dan keadaan mata. Sekresi protein pada pasien yang menderita kelainan
kelenjar meibom berbeda komposisi dan kuantitas dari orang dengan mata normal. Ini
menjelaskan kenapa pada pasien dengan kelainan kelenjar meibom jarang menderita
sindrom mata kering. Kelenjar meibom berasal dari glandula sebasea.
13
Blefaritis karena staphylococcus.Dermatitis seboroik dan rosesea keduanya
mempengaruhi glandula sebassea. Pada dermatitis seboroik, glandula sebasea
memproduksi secret berlebihan. Sedangkan pada rosea glandula sebasea dihambat dan
sekresi ke kulit. Ini menjelaskan hubungan ganguan kelenjar meibom dengan dermatitis
seboroik dan rosea.
Patofisiologi blefaritis
Blefaritis terjadi dimulai dari invasi jamur pitirusporum (b.seboreik) , stafilokokus
(b.ulseratif) di area kelopak mata dan adanya kelainan metabolic (b.seboreik) pada
sekitar kelopak mata yang merusak system imun dan menginfeksi kelopak mata.
Akibatnya pada blefaritis seboreik terjadi pelepasan lapisan tanduk di kulit dan daerah
kelopak mata, gangguan folikel rambut menyebabkan bulu mata cepat jatuh dan terjadi
trikiasis menggesek kornea menyebabkan gangguan kornea. Sedangkan pada blefaritis
ulseratif terjadi hyperemia, pelepasan krusta berwarna kuning kering terasa gatal,
destruksi folikel rambut yang menyebabkan bulu mata cepat jatuh dan tidak diganti
dengan yang baru, dapat pula menyebabkan gangguan pada kornea, serta terbentuk ulkus
kecil-kecil yang mudah berdarah (Istiqomah, 2004).
Tes Diasnostik
Dilakukan pemeriksaan mikrobiologi untuk mengetahui penyebabnya.
1. Uji laboratorium
2. Radiolografi
3. Fluorescein angiografi
14
4. Computed tornografi (CT Scan)
5. Pemeriksaan dengan slit lamp
6. Manifestasi klinis blefaritis
Gambaran Klinik blefaritis
Gejala blefaritis berupa rontok bulu mata, gejalanya yaitu :
a. Blefaritis menyebabkan kemerahan dan penebalan, bisa juga terbentuk sisik dan
keropeng atau luka terbuka yang dangkal pada kelopak mata.
b. Blefaritis bisa menyebabkan penderita merasa ada sesuatu di matanya. Mata dan
kelopak mata terasa gatal, panas dan menjadi merah. Bisa terjadi pembengkakan
kelopak mata dan beberapa helai bulu mata rontok.
c. Mata menjadi merah, berair dan peka terhadap cahaya terang.
Bisa terbentuk keropeng yang melekat erat pada tepi kelopak mata; jika keropeng
dilepaskan, bisa terjadi perdarahan. Selama tidur, sekresi mata mengering sehingga ketika
bangun kelopak mata sukar dibuka.
Tanda :
a. Skuama pada tepi kelopak
b. Jumlah bulu mata berkurang
c. Obstruksi dan sumbatan duktus meibom
d. Sekresi Meibom keruh
e. Injeksi pada tepi kelopak
f. Abnormalitas film air mata
15
Gambaran klinis blefaritis
Blefaritis Bakterial
a.) Blefaritis Superfisial
Bila infeksi kelopak superfisial disebabkan oleh staphylococcus maka pengobatan
yang terbaik adalah dengan salep antibiotik seperti sulfasetamid dan sulfisolksazol.
Sebelum pemberian antibiotik krusta diangkat dengan kapas basah. Bila terjadi blefaritis
menahun maka dilakukan penekanan manual kelenjar Meibom untuk mengeluarkan
nanah dari kelenjar Meibom (Meibormianitis), yang biasanya menyerta.
b.) Blefaritis Seboroik1
Blefaritis seboroik Blefaritis sebore biasanya terjadi pada laki-laki usia lanjut (50
Tahun), dengan keluhan mata kotor, panas dan rasa kelilipan. Gejalanya adalah sekret
yang keluar dari kelenjar Meiborn, air mata berbusa pada kantus lateral, hiperemia dan
hipertropi papil pada konjungtiva. Pada kelopak dapat terbentuk kalazion, hordeolum,
madarosis, poliosis dan jaringan keropeng.
Blefaritis seboroik merupakan peradangan menahun yang sukar penanganannya.
Pengobatannya adalah dengan memperbaiki kebersihan dan membersihkan kelopak dari
kotoran. Dilakukan pembersihan dengan kapas lidi hangat. Kompres hangat selama 5-10
menit. Kelenjar Meibom ditekan dan dibersihkan dengan shampoo bayi. Penyulit yang
dapat timbul berupa flikten, keratitis marginal, tukak kornea, vaskularisasi, hordeolum
dan madarosis.
c.) Blefaritis Skuamosa1
Blefaritis skuamosa adalah blefaritis disertai terdapatnya skuama atau krusta pada
pangkal bulu mata yang bila dikupas tidak mengakibatkan terjadinya luka kulit.
16
Merupakan peradangan tepi kelopak terutama yang mengenai kulit di daerah akar bulu
mata dan sering terdapat pada orang yang berambut minyak. Blefaritis ini berjalan
bersama dermatitik seboroik.
Penyebab blefaritis skuamosa adalah kelainan metabolik ataupun oleh jamur.
Pasien dengan blefaritis skuamosa akan terasa panas dan gatal. Pada blefaritis skuamosa
terdapat sisik berwarna halus-halus dan penebalan margo palpebra disertai madarosis.
Sisik ini mudah dikupas dari dasarnya mengakibatkan perdarahan.
Pengobatan blefaritis skuamosa ialah dengan membersihkan tepi kelopak dengan
shampoo bayi, salep mata, dan steroid setempat disertai dengan memperbaiki
metabolisme pasien. Penyulit yang dapat terjadi pada blefaritis skuamosa adalah keratitis,
konjungtivitis.
d.) Blefaritis Ulseratif.
Merupakan peradangan tepi kelopak atau blefaritis dengan tukak akibat infeksi
staphylococcus. Pada blefaritis ulseratif terdapat keropeng berwarna kekunung-kuningan
yang bila diangkat akan terlihat ulkus yang yang kecil dan mengeluarkan dfarah di sekitar
bulu mata. Pada blewfaritis ulseratif skuama yang terbentuk bersifat kering dan keras,
yang bila diangkat akan luka dengan disertai perdarahan. Penyakit bersifat sangat
infeksius. Ulserasi berjalan lebih lanjut dan lebih dalam dan merusak folikel rambut
sehingga mengakibatkan rontok (madarosis).
Pengobatan dengan antibiotik dan higiene yang baik. Pengobatan pada blefaritis
ulseratif dapat dengan sulfasetamid, gentamisin atau basitrasin. Biasanya disebabkan
stafilokok maka diberi obat staphylococcus. Apabila ulseratif luas pengobatan harus
ditambah antibiotik sistemik dan diberi roboransia. Penyulit adalah madarosis akibat
17
ulserasi berjalan lanjut yang merusak folikel rambut, trikiasis, keratitis superfisial,
keratitis pungtata, hordeolum dan kalazion. Bila ulkus kelopak ini sembuh maka akan
terjadi tarikan jaringan parut yang juga dapat berakibat trikiasis.
e. ) Blefaritis Angularis.
Blefaritis angularis merupakan infeksi staphylococcus pada tepi kelopak di sudut
kelopak atau kantus. Blefaritis angularis yang mengenai sudut kelopak mata (kantus
eksternus dan internus) sehingga dapat mengakibatkan gangguan pada fungsi puntum
lakrimal. Blefariris angularis disebabkan Staphylococcus aureus. Biasanya kelainan ini
bersifat rekuren. Blefaritis angularis diobati dengan sulfa, tetrasiklin dan Seng sulfat.
Penyulit pada pungtum lakrimal bagian medial sudut mata yang akan menyumbat duktus
lakrimal.
Blefaritis Virus
a) Herpes Zoster
Virus herpes zoster dapat memberikan infeksi pada ganglion gaseri
saraftrigeminus. Biasanya herpes zoster akan mengenai orang dengan usia lanjut. Bila
yang terkena ganglion cabang oftalmik maka akan terlihat gejala-gejala herpes zoster
pada mata dan kelopak mata atas. Gejala tidak akan melampaui garis median kepala
dengan tanda-tanda yang terlihat pad mata adalah rasa sakit pada daerah yang terkena dan
badan berasa demam. Pada kelopak mata terlihat vesikel dan infiltrat pada kornea bila
mata terkena. Lesi vesikel pada cabang oftalmik saraf trigeminus superfisial merupakan
gejala yang khusus pada infeksi herpes zoster mata.
b) Herpes Simplek
18
Vesikel kecil dikelilingi eritema yang dapat didertai dengan keadaan yang sama
pada bibir merupakan tanda herpes simpleks kelopak. Dikenal bentuk blefaritis simpleks
yang merupakan radang tepi kelopak ringan dengan terbentuknya krusta kuning basah
pada tepi bulu mata,yang mengakibatkan kedua kelopak lengket.
Blefartis Jamur
a.) Infeksi Superficial
b.) Infeksi Jamur Dalam
Blefaritis pedikulosis Kadang-kadang pada penderita dengan hygiene yang
buruk akan dapat bersarang tuma atau kutu pada pangkal silia di daerah margo palpebra.
Komplikasi blefaritis
Komplikasi yang berat karena blefaritis jarang terjadi. Komplikasi yang paling
sering terjadi pada pasien yang menggunakan lensa kontak. Mungkin sebaiknya
disarankan untuk sementara waktu menggunakan alat bantu lain seperti kaca mata sampai
gejala blefaritis benar-benar sudah hilang. Syndrome mata kering adalah komplikasi yang
paling sering terjadi pada blefaritis. Syndrome mata kering atau biasa juga ketahui
sebagai keratokonjungtivis sica) adalah kondisi dimana mata pasien tidak bisa
memproduksi air mata yang cukup, atau air mata menguap terlalu cepat. Ini bisa
menyebabkan mata kekurangan air dan menjadi meradang. Syndrome mata kering dapat
terjadi karena dipengaruhi gejala blefaritis, dermatitis seboroik, dan dermatitis rosea,
namun dapat jugadisebabkan karena kualitas air mata yang kurang baik. Gejalanya
ditandai dengan nyeri, atau kering, sekitar mata, dan ada yang menganjal di dalam mata
19
dengan penglihatan yang buram. Semua gejala syndrome mata kerin ini dapat
dihilangkan dengan baik denan menggunakan obat tetes mata yang mengandung cairan
yang dibuat untuk bisa menggantikan air mata.obat tetes mata ini bisa didapatkan di
apotek atau took oabat tanpa harus dengan mengunakan resep dokter.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Infeksi mata merupakan kondisi mata yang merah dan bengkak disebabkan oleh agen
mikrobiologi seperti virus atau bakteri.
Konjungtivis (mata merah muda atau merah) merupakan infeksi mata yang paling
sering terjadi. Ini adalah peradangan konjungtiva dan bagian dalam permukaan kelopak mata,
biasanya akibat infeksi virus atau bakteri. Terkadang konjungtivitis juga dikarenakan kondisi
alergi bawaan.Bintil di tepi kelopak mata juga merupakan bentuk infeksi lainnya yang sering
terjadi akibat infeksi folikel rambut di bulu mata. Umumnya terlihat seperti jerawat atau bisul
kecil. Jika infeksi lebih parah, maka kondisi ini disebut blefaritis, atau infeksi kelopak mata
Blefaritis adalah radang pada kelopak mata. sering mengenai bagian kelopak mata
dan tepi kelopak mata. Pada beberapa kasus disertai tukak atau tidak pada tepi kelopak mata.
bisanya melibatkan folikel dan kelenjar rambut.
21
DAFTAR PUSTAKA
- Ethel Sloane. 2004. Anatomy and physiology: an easy learner. Anatomi dan fisiologi
untuk pemula. Alih bahasa James Velman. Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta
- Sudoyo WA, Setiyohadi B, Alwi I, dkk. 2009. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-5. Jakarta :
Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam.
- Suryohudoyo P, 2000. Ilmu kedokteran molekuler. Ed I, Jakarta: Perpustakaan Nasional,
hlm 48-58.
- Buku Saku Patofisiologi Corwin Oleh Elizabeth J. Corwin
- http://fkunhas.com/infeksi-mata-konjungtivitis-20110206985.html
22