analisa jurnal git

16
JOURNAL ANALYSIS BLOK SISTEM GASTRO INTESTINAL TRACT (GIT) The Use Of Abdominal Massage To Treat Chronic Constipation Disusun Oleh Kelompok 3 : Desak Gede Prema Wahini 105070201131010 Yolanda Annisa Aji 105070201131011 Sabita Normaliya 105070201131012 Hadiyan Raditya Wibawa 105070201131013

Upload: premawahini

Post on 13-Aug-2015

276 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisa Jurnal GIT

JOURNAL ANALYSIS

BLOK SISTEM GASTRO INTESTINAL TRACT (GIT)

The Use Of Abdominal Massage To Treat ChronicConstipation

Disusun Oleh Kelompok 3 :

Desak Gede Prema Wahini 105070201131010Yolanda Annisa Aji 105070201131011Sabita Normaliya 105070201131012Hadiyan Raditya Wibawa 105070201131013

NURSING K3LN PROGRAMME

MEDICAL FACULTY OF BRAWIJAYA UNIVERSITY

MALANG

2013

Page 2: Analisa Jurnal GIT

A. INTRODUCTION

Tipe jurnal ini adalah Article Reviews of Scientific Evidence. Konstipasi

atau sembelit adalah gangguan motilitas gastrointestinal ditandai dengan

susah buang air besar atau menurunnya frekuensi BAB (kurang dari tiga kali

seminggu). Ketika sistem pencernaan berfungsi secara optimal, makanan

dimakan dan dicerna, dan kemudian residu diekskresikan, biasanya dalam

waktu 20-56 jam.

Konstipasi dapat disebabkan oleh perubahan dalam diet, obat-obatan,

perubahan dalam rutinitas sehari-hari, pembedahan abdomen atau stres

emosional akut. Semua faktor resiko tadi menyebabkan feses bergerak

melalui usus besar pada kecepatan yang lebih lambat dari normal, hingga

mencapai akhir usus besar feses tersebut telah kehilangan banyak air dan

telah menjadi keras, kering, dan sulit untuk dikeluarkan.

Konstipasi terjadi pada sekitar 9% dari anak-anak, dan antara 12

sampai 19 persen dari seluruh orang dewasa. Di Inggris sekitar 10% dari

populasi umum, 20% lansia yang tinggal di rumah, 49% dari pasien dengan

perawatan jangka panjang, dan 70% dari orang-orang dengan

ketidakmampuan belajar mengalami konstipasi kronis. Warga Inggris

menghabiskan £ 67.000.000 untuk obat pencahar setiap tahun. Di Amerika

Serikat dan Kanada, konstipasi kronis terjadi pada sekitar 15% dari populasi,

dan warga Amerika menghabiskan 725 juta dolar untuk obat pencahar setiap

tahunnya. Dalam sebuah survei terhadap 13.879 orang dewasa dari 7

negara, didapatkan rata-rata 12,3% orang dewasa mengalami konstipasi,

dengan persentase yang paling tinggi terjadi pada wanita dan lansia.

Pengobatan untuk menangani konstipasi meliputi perubahan pola

makan (terutama peningkatan konsumsi serat dan air), perhatian terhadap

kebiasaan atau dorongan untuk buang air besar, latihan fisik, enema, obat

pencahar, osmotik atau stimulan, dan pelunak feses. Pelatihan biofeedback

dapat digunakan untuk pasien miskin dengan sembelit yang disebabkan oleh

lemahnya koordinasi rectoanal. Pembedahan dapat digunakan sebagai

pilihan terakhir.

Dari akhir 1800-an dan awal tahun 1950-an, di Eropa dan Amerika

Serikat, pijat Swedia, menggunakan stroke petrissage, effleurage, getaran

Page 3: Analisa Jurnal GIT

dan tapotement diterapkan pada dinding perut anterior sebagai pengobatan

untuk konstipasi. Praktisi percaya bahwa dengan memberi tekanan pada

dinding perut bagian anterior, mereka dapat menekan organ-organ

pencernaan diantara jari yang memijat dan dinding posterior dari rongga perut

serta berfungsi merangsang gerakan peristaltik usus.

Beberapa, tapi tidak semua meyakini pijat juga dapat mendorong

kotoran melalui usus menuju rektum. Beberapa praktisi ditargetkan untuk pijat

usus besar secara khusus, salah satu dokter terkemuka akan

merekomendasikan abdomen pasien yang mengalami konstipasi untuk di

rontgen sebelum dipijat guna mengidentifikasi lokasi usus besar yang tepat.

Pemijatan perut mungkin secara tidak sengaja menyebabkan jaringan parut

dan memicu otot-otot midabdomen, sehingga dapat menyebabkan kelebihan

gas, sensasi bengkak dan begah pada abdomen.

B. LITERATURE SEARCH

Survei dan laporan kasus telah menunjukkan bukti jika abdominal

massage mampu mengurangi risiko terjadinya konstipasi. Meskipun belum

diketahui mekanisme secara pasti, namun abdominal massage ini telah

menunjukkan keefektifannya. Studi observasi dilakukan pada beberapa

kelompok yang berbeda, antara lain yaitu : dua subjek dengan cidera spinal,

satu grup dengan sekelompok orang pasca stroke, lansia, pasien rawat di

rumah sakit, dan penderita disabilitas (cacat).

Berdasarkan referensi yang didapatkan, ternyata selama kurang lebih

15 menit dilakukan abdominal massage sehari mampu menurunkan waktu

transit bolus di dalam kolon, distensi abdomen, dan inkontinensia fekal, serta

mampu meningkatkan frekuensi defeksi pada 24 subjek cidera spinal.

Sementara observasi yang dilakukan pada kelompok disability yang

menggunakan laksatif dalam kesehariannya, pada trial abdominal massage

ini menunjukkan hasil yang sangat baik untuk mengurangi konstipasi tanpa

harus ketergantungan dengan laksatif. Serta fungsi GI meningkat secara

bertahap.

Pada kasus lain, abdominal massage dapat meningkatkan peristaltic

pada pasien pos-op colon. Pada kasus pembedahan, umumnya setelah

Page 4: Analisa Jurnal GIT

dilakukan prosedur operasi maka peristaltic akan lambat atau bahkan

berhenti (ileus paralitik), namun dengan menggunakan abdominal massage

ini secara significant mampu menurunkan fase kelumpuhan dan

mengeluarkan udara setelah operasi.

Dengan subjek lansia, metode abdominal massage ini juga efektif.

Semua subjek memang mengalami konstipasi yang dalam kesehariannya

bergantung pada laksatif. Semua subjek menerima massage sebanyak 32

kali dalam 8 minggu. Setiap sesi dilakukan selama 8 menit untuk massage

ekstremitas dan merelaksasi subjek, diikuti dengan 7 menit abdominal

massage. Teknik massage ini menggunakan Tactile Stimulation Method dari

Birkestad yang menggunakan prinsip mengurut, penekanan dengan lembut,

dan tekanan statis.

C. ANATOMY AND PATHOPHYSIOLOGY

Pencernaan adalah proses yang kompleks dan membutuhkan

koordinasi antara interaksi mekanik, kimia, neurologis dan elemen hormonal.

Kecuali di mulut dan anus, pencernaan dilakukan sepenuhnya oleh otot-otot

halus, yang gerakannya meliputi gerakan berputar, meremas dan gerakan

cairan abdomen yang dapat menghancurkan makanan, refleks pengosongan

usus besar dan gerakan konstraksi relaksasi pada dubur.

Faktor yang dapat mempengaruhi waktu pergerakan isi abdomen

melalui saluran pencernaan :

Lebih dari satu faktor bisa terdapat pada pasien yang sama.

Faktor gaya hidup seperti diet yang rendah serat, sering mengabaikan

dorongan untuk buang air besar, dan dehidrasi kronis.

Perubahan terkait proses penuaan seperti hilangnya neuron enterik dan

peningkatan kerentanan terhadap efek yang merugikan dari obat.

Penggunaan jangka panjang obat pencahar yang dapat mengakibatkan

kontraksi usus menurun dan sembelit meningkat.

Disfungsi pada otot sekunder dasar panggul untuk melahirkan atau

histerektomi, mengakibatkan perineum bergerak dan menyebabkan

penurunan dasar panggul saat buang air besar.

Page 5: Analisa Jurnal GIT

Kondisi medis seperti hipotiroidisme, multiple sclerosis, penyakit

Parkinson, penyakit Crohn, diabetes, penyakit celiac, sindrom iritasi

usus, stroke, diverticulosis, cerebral palsy, dan cedera tulang belakang,

yang dapat menyebabkan kontraksi usus lambat atau kejang kolon

kronis, yang keduanya dapat memperlambat gerakan feses.

Penggunaan obat konstipasi, termasuk opiat, diuretik, antidepresan,

antasida, antihistamin, zat besi dan antikonvulsan. Opiat, misalnya,

menurunkan kontraksi peristaltik serta dorongan untuk buang air besar.

Penggunaan aspirin, acetominaphen dan obat anti-inflamasi non-steroid

juga berhubungan dengan konstipasi kronis.

Obstruksi mekanik : usus kecil atau besar dapat dikompresi oleh tumor,

hernia, prolaps organ internal, kejang kolon kronis, berat janin selama

kehamilan atau akumulasi berat tinja kering.

Stres emosional. Saluran pencernaan terdiri dari serabut saraf simpatis,

parasimpatis dan di bawah stres emosional, dimana fungsi simpatik lebih

mendominasi. Stimulasi dari saraf parasimpatik dari usus meningkatkan

aktivitas motorik, sementara stimulasi simpatis menurunkannya. Kondisi

seperti kecemasan, depresi dan gangguan kognitif dapat menyebabkan

konstipasi.

Gambar Tahapan Pergerakan Massa pada Colon

1. Subjek (laki-laki dewasa tanpa patologi pada gastrointestinal) mengambil

2 ons suspensi barium sulfat bersama dengan sarapan. Lima jam

Page 6: Analisa Jurnal GIT

kemudian, feces (bayang-bayang pada akhir ileum, sekum dan kolon

asendens) terlihat.

2. Subjek kemudian makan siang daging, sayuran dan puding. Akhir ileum

nya dikosongkan cepat selama makan, sementara sekum dan kolon

asendens diisi. Menjelang akhir makan, massa bundar besar di fleksur

hepatiknya menjadi terputus dari sisa kolon asendens nya.

3. Segera setelah makan selesai, sebagian massa bergerak perlahan-

lahan di sekitar fleksur hepatiknya.

4. Diameter bagian terpisah tiba-tiba menjadi jauh lebih kecil dan bentuk

bulat besar menjadi satu sempit panjang yang diperpanjang dari flekksur

hepatiknya hampir ke fleksura lienalisnya.

5. Setelah beberapa detik, bentuk sempit panjang mengembangkan

segmentasi haustral.

6. Lima menit kemudian, bentuk sempit panjang tiba-tiba menjadi lebih

panjang dan diedarkan pada fleksura lienalis nya.

7. Bentuk sempit panjang segera diturunkan menuju usus

8. Bentuk sempit panjang segera masuk ke awal kolon sigmoid nya

D. SYMPTOMS

Selain berkurangnya jumlah buang air besar, gejala sembelit juga

termasuk mengejan saat buang air besar, waktu transit lambat dari kolon,

tinja yang kental keras, distensi perut dan nyeri, sensasi tidak lengkap saat

buang air besar, penurunan mood, penurunan kenikmatan hidup, dan

kadang-kadang keterbatasan dalam rekreasi dan pekerjaan.

Ketegangan kronis untuk mengeluarkan tinja dapat menyebabkan

perubahan fisik, termasuk wasir, hernia, anal fissures, kelemahan dari serat

otot kolon, penebalan kolon dinding sebagai akibat dari tekanan tinggi

diperlukan untuk mendorong keras tinja bersama, dan aktivasi poin memicu

myofascial. Selama buang air besar, suatu bolus feses keras menekan otot

iliopsoas kiri bisa menyebabkan rasa sakit (otot yang nyeri). Peningkatan

tekanan sekunder sembelit intra-kolon dapat menyebabkan kelemahan dalam

usus besar dinding, khususnya di kolon sigmoid, predisposisi pasien dengan

diverticulosis. Penggunaan jangka panjang dari laksatif dapat menjadi faktor

Page 7: Analisa Jurnal GIT

risiko untuk pengembangan Kanker colonrectal, mungkin karena toxicants

memiliki lebih waktu untuk diserap oleh lapisan usus besar. Komplikasi lain

yang dapat berkembang dari sembelit kronis adalah kepekaan dubur yang

menurun, impaksi tinja, inkontinensia, dan bahkan perforasi usus.

E. DISCUSSION

Dua randomized controlled trials dilakukan sejak tahun 1999 yang

menunjukkan bahwa adanya tekanan pada perut dan peningkatan

peristaltic kolon, dengan demikian fungsi usus akan meningkat dan

mengurangi terjadinya konstipasi kronis.

Disisi lain, pada 6 kasus observasi dan 4 case report menunjukkan

kefektifan dari abdominal massage. Meskipun ada fakta bahwa banyak

variasi dalam teknik massage, jumlah tekanan yang digunakan, dan durasi

lamanya massage, namun dalam setiap penanganannya masih efektif

dalam mengurangi konstipasi.

Biasanya dalam mengaplikasikan massage ini bisa dikombinasikan

dengan aromaterapi, manipulasi ciropratik atau perubahan pola diet.

Proses massage ini bisa dilakukan oleh professional maupun dikelola

sendiri.

Professional massage biasanya menggunakan tekanan pada titik-titik di

abdomen untuk menstimulasi BAB, menstimulasi pengeluaran gas (flatus).

Sebetulnya mekanisme dari proses bagaimana abdominal message

mampu mengurangi konstipasi belum bisa dijelaskan secara pasti.

Namun, sebagian besar keberhasilan dapat terjadi karena adanya

stimulasi dan relaksasi.

F. CONCLUSION

Pijat perut memiliki efek terukur pada sembelit, baik bagian yang

sedikit otot melalui stimulasi, atau bagian yang otot spasmodik melalui

relaksasi. Namun, efek baik ini akan menghasilkan tinja yang didorong secara

manual di sepanjang saluran pencernaan menuju rektum.

Page 8: Analisa Jurnal GIT

Pijat perut dapat merangsang peristaltik, mengurangi waktu transit

kolon, meningkatkan frekuensi buang air besar pada pasien sembelit, dan

mengurangi perasaan tidak nyaman dan nyeri yang menyertainya. Laporan

kasus individual menunjukkan bahwa pijat telah efektif untuk pasien dengan

sembelit kronis akibat diagnosis berbagai kelainan fisiologis dan pada pasien

dengan jangka panjang sembelit fungsional. Ada juga bukti ilmiah bahwa pijat

dapat merangsang peristaltik pada pasien pasca-bedah ilieus. Efektivitasnya,

kurangnya efek samping, dan murah (terutama jika dikelola sendiri), membuat

pijat perut pilihan yang menarik dalam program manajemen usus untuk orang

dengan sembelit kronis.

Satu set pedoman untuk manajemen holistik dari sembelit kronis dalam

perawatan primer telah dikembangkan oleh kelompok multi-profesional

praktisi kesehatan di Inggris. Pedoman ini menggabungkan pijat perut dengan

pendidikan pasien tentang kebiasaan toilet, olahraga dan diet, pemantauan

penggunaan kemungkinan sembelit obat dan resep obat pencahar jika

metode lain tidak berhasil. Dalam kasus di mana pasien harus menerima obat

sembelit, seperti% 87 dari stadium akhir pasien kanker yang mengalami

konstipasi sebagai akibat langsung dari obat opioid mereka, kondisi dapat

menambah besar terhadap menderita penyakit yang sebenarnya pasien. Di

sini, pijat perut secara signifikan dapat meningkatkan kualitas hidup:

mengalami penurunan sembelit dan terkait ketidaknyamanan perut pada

pasien rumah sakit.

Kelemahan pijat perut meliputi kebutuhan untuk melakukan pijat

berulang kali untuk melihat hasilnya, dan untuk melanjutkan pijat untuk waktu

yang lama. Ada beberapa pertanyaan penting tentang topik ini yang penelitian

masa depan bisa mengatasi : misalnya, mungkin efektivitas pijat perut

tergantung pada penyebab sembelit? Sebagai contoh, adalah pijat perut lebih

atau kurang efektif bila sembelit berasal dari tiroid atau diet kurang serat,

daripada jika hal itu disebabkan oleh cedera tulang belakang? Dan

bagaimana jika sembelit fungsional berasal dari disfungsi dasar panggul

daripada lambat-transit konstipasi atau sembelit-dominan irritable bowel

syndrome? Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi sub-

kelompok pasien yang mungkin manfaat dari pijat perut. Berbuah penelitian

Page 9: Analisa Jurnal GIT

mungkin juga dilakukan untuk mengidentifikasi jenis pasien yang akan

menjadi kandidat terbaik untuk belajar pijat sendiri.

Teknik pemijatan perut tidak rumit, dan dalam dua studi kasus, pijat diri

efektif melegakan sembelit. Banyak orang awam dapat diajarkan untuk

melakukan teknik ini secara teratur, sebanyak yang mereka menyikat gigi

mereka secara teratur. Berapa lama pijat perut harus diberikan juga

penyelidikan pertanyaan penting. Salah satu penelitian yang dilakukan

dengan pasien lanjut usia ditemukan sembelit menurun setelah hanya

sepuluh hari pijat perut, dan efek berlangsung selama 7-10 hari setelah pijat

dihentikan, sambil dipijat lama (10 hari), menemukan efek sampai 8 minggu

pengobatan. Beberapa peneliti menemukan bahwa pijat Swedia adalah

efektif, namun, pijat mekanik telah efektif juga. Teknik-teknik ini jauh lebih

mirip dari mereka berbeda.

G. ADVANTAGES AND DISADVANTAGES

Kelebihan

Penulis melampirkan gambar-gambar yang berhubungan dengan topik

pada jurnal seperti hasil CT-Scan dan MRI abdomen yang mengalami

obstruksi dan proses perjalanan masa pada abdomen.

Penulis juga menyertakan teknik masase Swedia sehingga jurnal ini

lebih aplikatif.

Secara keseluruhan bahasa yang digunakan penulis mudah untuk

dimengerti.

Kekurangan

Walaupun bahasa yang digunakan secara umum mudah untuk

dimengerti, namun penulis mencantumkan beberapa istilah masase

yang berasal dari bahasa Swedia tanpa memaparkan arti istilah

tersebut.

Dalam jurnalnya, penulis memberi kesimpulan bahwa teknik masase

khas Swedialah yang paling efektif untuk menangani konstipasi kronis

tanpa menjelaskan secara gamblang alasan dia menarik kesimpulan

tersebut.

Page 10: Analisa Jurnal GIT

Kekurangan teknik masase adalah adanya kebutuhan untuk

melakukan pijat abdomen secara berulang-ulang dan berkelanjutan

untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.

Penulis juga tidak menjelaskan apakah keefektifan teknik masase ini

akan berkurang jika masase ini dilakukan sendiri tanpa bantuan tenaga

professional.

H. APLICATION IN INDONESIA

Teknik masase ini sangat memungkinkan untuk diaplikasikan di

Indonesia mengingat biaya untuk terapi ini terbilang rendah dan budaya

Indonesia yang memang sudah akrab dengan kegiatan pijat ataupun urut

sebagai salah satu terapi komplementer. Namun beberapa tenaga kesehatan

di Indonesia, kontra dengan tindakan masase untuk konstipasi mengingat

adanya resiko terjadinya Intus Susepsi terutama pada pasien anak.

Ada baiknya sebelum mengaplikasikan teknik ini, pasien berkonsultasi

terlebih dahulu ke pusat pelayanan kesehatan untuk mengetahui penyebab

konstipasi kronis yang dialami.

Teknik Masase Khas Swedia Pada Abdomen Untuk Konstipasi

Kontraindikasi meliputi obstruksi perut, massa perut, perdarahan usus,

terapi radiasi perut, hernia terjepit dan kurang dari 6 minggu pasca-operasi

abdomen, tekniknya meliputi :

1. Effleurage (teknik pijatan dengan menggunakan telapak tangan

dengan cara mengusap, melingkar dengan gerakan yang panjang,

perlahan dan halus) pada abdomen sebanyak 10 kali secara

keseluruhan.

2. Effleurage dilakukan dari rektus abdominis, obliques eksternal dan

internal lalu otot transversus abdominis – sebanyak 10 kali pada

masing-masing bagian.

3. Remas abdomen-3 kali.

4. Effleurage searah jarum jam pada perkiraan jalan usus-10 kali.

5. Vibrasi daerah usus kecil dan usus besar-satu menit atau lebih.

6. Ulangi langkah 4.

Page 11: Analisa Jurnal GIT

7. Remas diatas perkiraan jalan usus besar, dengan tinju, tumit

tangan atau jempol-satu menit atau lebih.

8. Petrissage (teknik pijat dengan meremas-remas dan memegang

otot secara ringan) diatas perkiraan jalan usus-1 kali.

9. Getar area diatas perkiraan jalan usus.

10.Ulangi Langkah 4.

Teknik yang digunakan dalam studi ini bervariasi sampai batas tertentu

: misalnya, digunakan effleurage dengan tekanan ringan pada perut untuk

total 7 menit, sedangkan digunakan effleurage dengan tekanan sedang ,

gerakan meremas dan getaran, untuk total 15-20 menit, sedangkan

menggunakan gerakan pijat mendorong, untuk total 10 menit.