analisa jurnal antiseptik 1 margono.docx

30
LAPORAN ANALISIS JURNAL Chlorhexidine–Alcohol versus Povidone– Iodine for Surgical- Site Antisepsis Oleh : Oleh: KELOMPOK 3 IRWAN SIGIT PRADIPTA LUZI JASMI INDRIYANA JAHROH ANGGRIYANA TRIWIDIANTI DANIAR DWI AYUNANI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Upload: evi-dwi-indriyani

Post on 29-Nov-2015

557 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISA JURNAL ANTISEPTIK 1 MARGONO.docx

LAPORAN ANALISIS JURNAL

Chlorhexidine–Alcohol versus Povidone– Iodine for Surgical-Site Antisepsis

Oleh :

Oleh:

KELOMPOK 3

IRWAN SIGIT PRADIPTA

LUZI JASMI INDRIYANA JAHROH

ANGGRIYANA TRIWIDIANTI

DANIAR DWI AYUNANI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PROGRAM PROFESI NERS

PURWOKERTO

2012

Page 2: ANALISA JURNAL ANTISEPTIK 1 MARGONO.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Operasi atau pembedahan merupakan salah satu bentuk terapi

medis dan merupakan upaya yang dapat mendatangkan stres karena terdapat

ancaman terhadap gangguan integritas tubuh dan jiwa seseorang, pengaruh

psikologis pasien terhadap pembedahan dapat berbeda-beda namun

sesungguhnya selalu terjadi ketakutan yang umum yaitu takut diagnosa

yang belum pasti, takut hasil pemeriksaan keganasan, takut anesthesia

(biasanya takut tidak bangun lagi), takut nyeri akibat luka operasi, takut

terjadi perubahan bentuk yang terjadi akibat kurang pengetahuan (Smeltzer,

S.C & Bare, B.G, 2002).

Persiapan pra bedah penting sekali untuk memperkecil risiko

operasi dan mencegah infeksi paska luka bedah. Kemajuan dalam

pencegahan infeksi pada luka operasi telah dicapai dan dipahami selama

hampir 100 tahun, namun infeksi luka pasca operasi (insisional dan

mendalam) tetap menjadi penyebab utama dari infeksi nosokomial, terutama

di negara berkembang. Sebagian besar luka insisional atau infeksi luka

superfisial pasca operasi disebabkan oleh mikroorganisme (biasanya bakteri)

biasanya ditemukan pada kulit pasien atau dari selaput lendir yang

berdekatan dengan lokasi pembedahan, misalnya, hidung, mulut atau

saluran pernapasan dalam operasi perut. Sebaliknya, mikroorganisme dari

tangan ahli bedah atau asisten jarang penyebab infeksi luka bedah (Surgical

Antiseptis, 2007).

Strategi utama yang digunakan untuk mencegah dan mengobati

infeksi luka yaitu antiseptik dan antibiotik. Akumulasi yang cukup lama

dalam jaringan lunak merupakan keterbatasan utama antibiotik sistemik.

Lebih jauh lagi, antibiotik juga meningkatkan resistensi bakteri dan

kolonisasi Dengan demikian, pemberian antibiotik sistemik menjadi

kontroversial , oleh karena itu, antiseptikmema inkan peran kunci untuk

pengobatan luka dan perawatan pre operasi dalam praktek klinis saat ini.

Page 3: ANALISA JURNAL ANTISEPTIK 1 MARGONO.docx

Latar belakang dari penggunaan antiseptik kulit lokal adalah untuk

menghindari potensi efek samping sistemik dari dosis antobiotik yang tinggi

(Hirsch, 2010).

Pada penelitian Lilly dan Lowbury  yang dikuti

dalam Woodhead et al, 2002) menunjukkan bahwa yodium 1%  dalam

alkohol 70% dan klorheksidin 0,5% dalam alkohol 70% merupakan

dua antiseptik kulit yang paling efektif untuk dekontaminasi tangan pra

operasi oleh ahli bedah dan perawat.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas maka didapatkan rumusan masalah sebagai berikut

“Bagaimana perawatan pre operatif dan jenis antiseptik yang digunakan di RS

Margono Soekardjo?”

C. Tujuan

Dengan kita mengetahui perawatan pre operatif di RS Margono Soekardjo

maka diharapkan setelah dilakukan analisa jurnal mengenai perbandingan

chlorhexidine-alcohol dengan povidone iodine yang digunakan sebagai

antiseptik dalam perawatan pre operasi maka diharapkan dengan analisa

jurnal ini dapat menjadi masukan penggunaan antiseptik yang lebih efektif

dalam menangani risiko infeksi pada luka operasi.

D. Manfaat

1. Bagi Perawat dan Rumah Sakit

a. Mengetahui berbagai jenis antiseptik dalam perawatan pre operatif

sehingga dapat menerapkan penggunaan antiseptik yang lebih unggul.

b. Perawat dapat membandingkan berbagai jenis antiseptik serta

melakukan penelitian terkait dengan penggunaan antiseptik yang

unggul yang dapat digunakan dalam berbagai kondisi di RS.

2. Bagi klien

Mengurangi risiko infeksi pada luka pembedahan sehingga dapat

meningkatkan kualitas hidup klien paska operasi dan mengurangi biaya

RS.

Page 4: ANALISA JURNAL ANTISEPTIK 1 MARGONO.docx

3. Bagi Mahasiswa

Melakukan penelitian mengenai penggunaan antiseptik yang lebih unggul

yang dapat digunakan dalam berbagai kondisi seperti perawatan pre

operasi, dressing catheter infusion, mounthwash, antiseptik cuci tangan

perawat di RS.

Page 5: ANALISA JURNAL ANTISEPTIK 1 MARGONO.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perawatan Pre Operasi

Keperawatan pre operatif merupakan tahapan awal dari

keperawatan perioperatif. Kesuksesan tindakan pembedahan secara

keseluruhan sangat tergantung pada fase ini. Hal ini disebabkan fase ini

merupakan awalan yang menjadi landasan untuk kesuksesan tahapan-

tahapan berikutnya. Kesalahan yang dilakukan pada tahap ini akan

berakibat fatal pada tahap berikutnya. Pengakajian secara integral dari

fungsi pasien meliputi fungsi fisik biologis dan psikologis sangat

diperlukan untuk keberhasilan dan kesuksesan suatu operasi (Kartinawati,

2011).

Fase pra operasi dari peran keperawatan dimulai ketika keputusan

untuk intervensi bedah dibuat dan berakhir ketika pasien dikirim ke ruang

operasi. Perawat mempunyai peranan yang sangat penting dalam setiap

tindakan pembedahan baik pada masa sebelum, selama maupun setelah

operasi. Intervensi keperawatan yang tepat diperlukan untuk

mempersiapkan klien baik secara fisik maupun psikis. Tingkat

keberhasilan pembedahan sangat tergantung pada setiap tahapan yang

dialami dan saling ketergantungan antara tim kesehatan yang terkait

(dokter bedah, dokter anstesi dan perawat) di samping peranan pasien

yang kooperatif selama proses perioperatif (Smltzer dan Bare, 2002).

1. Pengkajian

Sebelum operasi dilaksanakan pengkajian menyangkut

riwayat kesehatan dikumpulkan, pemeriksaan fisik dilakukan, tanda-

tanda vital di catat dan data dasar di tegakkan untuk perbandingan

masa yang akan datang. Pemeriksaan diagnostik mungkin dilakukan

seperti analisa darah, endoskopi, rontgen, endoskopi, biopsi jaringan,

dan pemeriksaan feses dan urine. Perawat berperan memberikan

penjelasan pentingnya pemeriksaan fisik diagnostik.

Page 6: ANALISA JURNAL ANTISEPTIK 1 MARGONO.docx

Disamping pengkajian fisik secara umum perlu di periksa

berbagai fungsi organ seperti pengkajian terhadap status pernapasan,

fungsi hepar dan ginjal, fungsi endokrin, dan fungsi imunologi.

Status nutrisi klien pre operasi perlu dikaji guna perbaikan

jaringan pos operasi, penyembuhan luka akan di pengaruhi status

nutrisi klien. Demikian pula dengan kondisi obesitas, klien obesitas

akan mendapat masalah post operasi dikarenakan lapisan lemak

yang tebal akan meningkatkan resiko infeksi luka, juga terhadap

kesulitan teknik dan mekanik selama dan setelah pembedahan.

2. Informed Consent

Tanggung jawab perawat dalam kaitan dengan Informed

Consent adalah memastikan bahwa informed consent yang di berikan

dokter di dapat dengan sukarela dari klien, sebelumnya diberikan

penjelasan yang gamblang dan jelas mengenai pembedahan dan

kemungkinan resiko.

3. Pendidikan Pasien Pre operasi

Penyuluhan pre operasi didefinisikan sebagai tindakan suportif

dan pendidikan yang dilakukan perawat untuk membantu pasien

bedah dalam meningkatkan kesehatannya sendiri sebelum dan

sesudah pembedahan. Tuntutan klien akan bantuan keperawatan

terletak pada area pengambilan keputusan, tambahan pengetahuan,

keterampilan,dan perubahan perilaku.

Penyuluhan klien pre operasi perlu dipertimbangkan masalah

waktu, jika penyuluhan diberikan terlalu lama sebelum pembedahan

memungkinkan klien lupa, demikian juga bila terlalu dekat dengan

waktu pembedahan klien tidak dapat berkonsentrasi belajar karena

adanya kecemasan atau adanya efek medikasi sebelum anastesi.

Beberapa penyuluhan atau instruksi pre operasi yang dapat

meningkatkan adaptasi klien pasca operasi di antaranya :

a. Latihan Nafas Dalam, Batuk dan Relaksasi

Salah satu tujuan dari keperawatan pre operasi adalah untuk

mengajari pasien cara untuk meningkatkan ventilasi paru dan oksigenasi

Page 7: ANALISA JURNAL ANTISEPTIK 1 MARGONO.docx

darah setelah anastesi umum. Hal ini dapat dicapai dengan

memperagakan pada pasien bagaimana melakukan nafas dalam, nafas

lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana

menghembuskan nafas dengan lambat pasien dalam posisi duduk untuk

memberikan ekspansi paru maksimum. Setelah melakukan latihan nafas

dalam beberapa kali, pasien di instruksikan untuk bernafas dalam-dalam,

menghembuskan melalui mulut, ambil nafas pendek, dan batukkan.

Pada insisi abdomen perawat memperagakan bagaimana garis

insisi dapat dibebat sehingga tekanan diminimalkan dan nyeri terkontrol.

Pasien membentuk jalinan kedua telapak tangannya dengan kuat

diletakkan diatas insisi dan bertindak sebagai bebat yang efektif ketika

batuk. Pasien di informasikan bahwa medikasi diberikan untuk

mengontrol nyeri.

Tujuan melakukan batuk adalah untuk memobilisasi sekresi

sehingga mudah dikeluarkan. Jika pasien tidak dapat batuk secara efektif,

pnemonia hipostatik dan komplikasi paru lainnya dapat terjadi.

b. Perubahan Posisi dan Gerakan Tubuh Aktif

Tujuan melakukan pergerakan tubuh secara hati-hati pada pos

operasi adalah untuk memperbaiki sirkulasi, mencegah stasis vena dan

untuk menunjang fungsi pernafasan yang optimal.

Pasien ditunjukkan bagaimana cara untuk berbalik dari satu sisi

ke sisi lainnya dan cara untuk mengambil posisi lateral. Posisi ini

digunakan pada pos operasi (bahkan sebelum pasien sadar) dan

dipertahankan setiap dua jam.

Latihan ekstrimitas meliputi ekstensi dan fleksi lutut dan sendi

panggul (sama seperti mengendarai sepeda selama posisi berbaring

miring). Telapak kaki diputar seperti membuat lingkaran sebesar

mungkin menggunakan ibu jari kaki. Siku dan bahu juga dilatih ROM.

Pada awalnya pasien dibantu dan diingatkan untuk melakukan latihan ,

selanjutnya di anjurkan untuk melakukan secara mandiri. Tonus otot

dipertahankan sehingga mobilisasi akan lebih mudah dilakukan.

c. Kontrol dan Medikasi Nyeri

Page 8: ANALISA JURNAL ANTISEPTIK 1 MARGONO.docx

Disamping penyuluhan diatas pasien di berikan penjelasan

tentang anastesi (bagian anastesi akan menjelaskan lebih rinci), diberikan

penjelasan mengenai obat-obatan untuk mengontrol nyeri dan mungkin

akan diberikan antibiotik profilaksis sebelum pembedahan.Kontrol

kognitif atau strategi kognitif dapat bermanfaat untuk menghilangkan

ketegangan, ansietas yang berlebihan dan relaksasi, strategi yang di

gunakan seperti “Imajinasi”,pasien dianjurkan untuk berkonsentrasi pada

pengalaman yang menyenangkan atau pemandangan yang

menyenangkan. “Distraksi”, Pasien di anjurkan untuk memikirkan cerita

yang dapat dinikmati atau berkesenian, puisi dan lain-lain.“Pikiran

optimis-diri” Menyatakan pikiran pikiran optimistik semua akan berjalan

lancar di anjurkan.

d. Informasi Lain

Pasien mungkin perlu diberikan penjelasan kapan keluarga atau

orang terdekat dapat menemani setelah operasi. Pasien dianjurkan

berdo’a.Pasien diberi penjelasan kemungkinan akan dipasang alat post

operasinya seperti ventilator, selang drainase atau alat lain agar pasien

siap menerima keadaan post operasi.

B. Antiseptik

1. Pengertian Antiseptik

Antiseptik atau antimikroba (istilah yang digunakan secara

bergantian) adalah bahan kimia yang diberikan pada kulit atau jaringan

hidup lain untuk menghambat atau membunuh mikroorganisme (baik

sementara maupun menetap) sehingga mengurangi jumlah bakteri .

Contohnya termasuk alkohol (etil dan isopropil), larutan povidon iodine,

iodophors, klorheksidin dan triclosan.

Antisepsis. Proses mengurangi jumlah mikroorganisme pada kulit,

mukosa membran atau jaringan tubuh lainnya dengan menggunakan agen

antimikroba (antiseptik) (Infection Prevention Guidelines, 2007).

Strategi utama yang digunakan untuk mencegah dan mengobati infeksi

luka yaitu antibiotik sistemik dan antiseptik topikal/antibiotik. Akumulasi

Page 9: ANALISA JURNAL ANTISEPTIK 1 MARGONO.docx

yang cukup lama dalam jaringan lunak merupakan keterbatasan utama

antibiotik sistemik. Lebih jauh lagi, antibiotik juga meningkatkan

resistensi bakteri dan kolonisasi dengan demikian, pemberian antibiotik

sistemik menjadi controversial (Hirsch, 2010).

2. Jenis dan kegunaan antiseptik

Ada beberapa zat antiseptik yang digunakan untuk persiapan preoperatif

pada tempat sayatan di kulit. Zat yang digunakan secara umum untuk

antisepsis kulit pra operasi adalah iodophors (misalnya povidone-iodine),

alkohol, dan chlorhexidine (Queensland Health, 2011). Walaupun kulit

tidak dapat disterilkan, memberikan cairan antiseptik dapat

meminimalkan jumlah mikroorganisme di sekitar luka bedah yang dapat

mengkontaminasi dan menyebabkan infeksi.

Page 10: ANALISA JURNAL ANTISEPTIK 1 MARGONO.docx

Gram-Positiv

e

MostGram-Negati

ve

TB Viruses Fungi Endospor

es

kecepata

n

Efek

pada

jaringa

n

SurgicalScrub

SkinPreparation

Keterangan

Alcohols(60–90% ethyl orisopropyl)

Excelle

nt

Excelle

nt

Excelle

nt

Excelle

nt

Excelle

nt

None Fast sedang Iya Iya Tidak digunakan untuk

membran mukosa

Chlorhexidi

ne (2–4%)

Excelle

nt

Good Fair Excelle

nt

Fair None Intermed

iate

Slight Iya Iya Memiliki efek persisten

yang baik, beracun untuk

mata dan telinga

Iodine

preparations

(3%)

Excelle

nt

Excelle

nt

Excelle

nt

Excelle

nt

Good Fair Intermed

iate

Marked Tidak Iya Tidak digunakan untuk

membrann mukosa,

Membuat terbakar di

kulit, buang setelah

beberapa saat

Iodophors (7.5–10%)(Betadine)

Excelle

nt

Excelle

nt

Fair Good Good None Intermed

iate

modera

te

Iya Iya Dapat digunakan di

membran mukosa

Para-chlorometaxylenol(PCMX)(0.5–4%)

Good Excelle

nt

Fair Good Fair Unknown Slow Minima Tidak Iya Menembus kulit, tidak

boleh digunakan pada

newborn

Triclosan

(0.2–2%)

Excelle

nt

Good Fair Excelle

nt

None Unknown Intermed

iate

Minima Iya Iya Penerimaan pada kulit

bervariasi

Page 11: ANALISA JURNAL ANTISEPTIK 1 MARGONO.docx
Page 12: ANALISA JURNAL ANTISEPTIK 1 MARGONO.docx

C. Alkohol, Chlorhexidine Dan Povidone iodine Sebagai Antiseptik

Antiseptik adalah zat yang menghambat atau membunuh

mikriorganisme. Zat yang berperan sebagai antiseptik perlu memiliki sifat

sebagai berikut memiliki spektrum luas dalam menginaktivasi atau

menghancurkan mikroorganisme (bakteri gram positif, bakteri gram

negatif, jamur, virus dan basil tuberkulosis) efektif, reaksi cepat, memiliki

kemampuan menekan pertumbuhan mikroorganisme kembali, tidak

menimbulkan iritasi dan alergi. Jenis antiseptik yang banyak digunakan

adalah alkohol, chlorhexidine glukonat, providone iodine, triclosan, dan

para chloro meta xylenol (Rasidy, 2006).

Alkohol menyebabkan denaturasi protein mikroorganisme yang

dapat bereaksi secara cepat, efektif dan memiliki spektrum luas. Alkohol

dapat membunuh bakteri gram positif, negatif, basil tuberkulosis, jamur,

virus namun tidak dapat membunuh spora. Konsentrasi alkohol yang dapat

digunakan sebagai antiseptik sebesar 60-90 %. Mayoritas kandungan

antiseptik dalam alkohol adalah isopropanol, ethanol, n-propanol atau

kombinasi dari kedua zat tersebut (Rasidy, 2006 dan Syaiffudin, 2005).

Chlorhexidine glukonat (CHG) merupakan antiseptik yang baik

terhadap mikroorganisme bakteri gram positif, negatif, basil tuberkulosis,

jamur, dan virus. CHG bekerja menganggu membran sel mikroorganisme

dan mempercepat kerusakan isi sel. Zat ini akan tetap aktif setelah 6 jam

pemberian, aktifitasnya tidak akan terpengaruh oleh darah, mukus,

sputum, penyerapan oleh kulit minimal, iritasi kulit relatif rendah dan

memiliki residu yang sangat baik. Konsentrasi CHG yang digunakan

sebagai antiseptik sebesar 2-4 %. Penambahan Chlorhexidine pada larutan

antiseptik alkohol akan memberikan efek ativitas residu yang sangat baik

(Rasidy, 2006).

Povidone-iodine adalah sebuah makromolekular kompleks (poly-

I(1-Vinyl-2- pyrrolidinone) yang digunakan sebagai iodofor. Providone

iodine diformulasikan menjadi 10% larutan yang dioleskan, 2% larutan

pembersih, dan dalam banyak formulasi topikal, seperti semprotan aerosol,

busa aerosol, gel vaginal, obat salep, dan pencuci mulut. Providone iodine

Page 13: ANALISA JURNAL ANTISEPTIK 1 MARGONO.docx

adalah antiseptik yang digunakan pada kulit dan mukosa, berpotensi

menimbukan iritasi pada kulit, efektifitasnya akan berkurang dengan

adanya bahan organik, efektifitas antibakterialnya sedang, dan memiliki

efek aktifitas residu minimal. Providone iodine memiliki efek membunuh

bakteri, jamur, virus dan memiliki aktivitas terhadap spora. Providone

iodin akan menembus dinding sel, menghancurkan protein, struktur dan

sintesis asam nukleat (Rasidy, 2006).

Page 14: ANALISA JURNAL ANTISEPTIK 1 MARGONO.docx

BAB III

ANALISIS DAN PEMBAHASAN JURNAL

A. Pencarian Jurnal

Penelusuran jurnal dilakukan dengan keyword : “alcohol” AND

“povidone iodine” AND “antiseptic” dengan menggunakan EBSCO jurnal

publisher, pubmed. Dengan keyword tersebut didapatkan 50 jurnal, kemudian

dipilih judul yang sesuai dengan yang diharapkan.

B. Isi Jurnal

Judul jurnal : Chlorhexidine–Alcohol versus Povidone–Iodine for

Surgical-Site Antisepsis

Penulis : Rabih O. Darouiche, M.D., Matthew J. Wall, Jr., M.D.,

Kamal M.F. Itani, M.D., Mary F. Otterson, M.D.,

Alexandra L. Webb, M.D., Matthew M. Carrick, M.D.,

Harold J. Miller, M.D., Samir S. Awad, M.D., Cynthia T.

Crosby, B.S., Michael C. Mosier, Ph.D., Atef AlSharif,

M.D., and David H. Berger, M.D.

Publikasi : N Engl J Med 2010;362:18-26.

C. Metodologi Penelitian

Jurnal dengan judul “Chlorhexidine–Alcohol versus Povidone–Iodine

for Surgical-Site Antisepsis” menggunakan desain penelitian randomized

clinical Trial yang dilakukan di 6 Universitas yang berfasilitaskan Rumah

Sakit di Amerika Serikat.

Tujuan dari jurnal tersebut adalah untuk membandingkan efektifitas

penggunaan chloraxidine dan alkohol dibandingkan dengan penggunaan

providone iodine untuk mencegah infeksi pada luka operasi.

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah pasien yang berumur 18

tahun keatas yang akan menjalani operasi kolorektal, usus kecil, gastrovageal,

bilier, thorak, ginekologi dan urologi.

Page 15: ANALISA JURNAL ANTISEPTIK 1 MARGONO.docx

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah pasien dengan riwayat

alergi terhadap chloraxidine, alkohol dan povidone iodine, pasien yang sudah

mengalami infeksi sebelum dilakukan operasi dan pasien yang tidak bersedia

mengikuti penelitian selama 30 hari setelah operasi.

Penelitian ini dilakukan dengan mengevaluasi kondisi pasien dengan

mengambil riwayat medis pasien, pemeriksaan fisik, pemeriksaan darah rutin,

tes labolatorium kimia darah, dan dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital

serta evaluasi pada daerah pembedahan terhadap infeksi pada pasien yang

masih rawat inap. Pemeriksaan dilakukan sekali dalam seminggu pada pasien

yang sudah menjalani rawat jalan, bila ditemukan infeksi pada area

pembedahan maka akan dilakukan kultur mikroorganisme pada area infeksi

tersebut.

Penelitian yang dilakukan menggunakan sistem random/pengacakan.

Untuk mengetahui perbedaan penelitian menggunakan Wilcoxon dan

menggunakan Fisher exact test untuk variabel kategori. Untuk

membandingkan proporsi pasien dalam dua kelompok dievaluasi

mengguanak uji eksak fisher, interval kepercayaan yang digunakan yaitu

95%.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu analisis menunjukkan

tingkat yang lebih rendah infeksi pada daerah insisi menggunakan

klorheksidin- alkohol kelompok dibandingkan pada kelompok povidone-

iodine untuk masing-masing dari tujuh jenis operasi dipelajari. Pada alkohol

klorheksidin- kelompok, 39 pasien mengalami infeksi (9,5%) dan data dari

370 pasien (90,5%), pada kelompok povidone-iodine, 71 pasien mengalami

kejadian infeksi (16,1%) dan data dari 369 pasien (83,9%).

Dalam penelitian secara acak, penerapan klorheksidin-alkohol dapat

mengurangi risiko infeksi bedah 41% dibandingkan dengan menggunakan

povidone-iodine. Penelitian ini memiliki kesamaan tingkat perlindungan

dengan pengurangan 49% dalam risiko vascular kateter terkait infeksi aliran

darah dalam meta-analisis yang menunjukkan superioritas kulit desinfeksi

klorheksidin.

Page 16: ANALISA JURNAL ANTISEPTIK 1 MARGONO.docx

Keunggulan klorheksidin-alkohol dalam penelitian kami berkorelasi

baik dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa chlorhexidine

berbasis persiapan antiseptik lebih efektif daripada yodium yang mengandung

solut dalam mengurangi bakteri di bidang operasi untuk hysterectomy vagina

dan bedah pada kaki. Meskipun penggunaan klorheksidin-alkohol mudah

terbakar karena mengandung alkohol dalam ruang operasi menimbulkan

risiko meskipun kecil, terjadinya kebakaran atau membakar kulit, tidak ada

efek samping seperti terjadi dalam penelitian ini atau penelitian lainnya .

Pada penelitian Luna et al (2002) mengemukakan bahwa

chlorhexidine lebih efektif sebagai antiseptik dibandingkan povidone-iodine.

Karena Chlorhexidine menyebabkan kerusakan pada membran plasma

dengan gangguan osmotik yang sama dan penghambatan enzim. Konsentrasi

tinggi chlorhexidine menyebabkan pengendapan protein dan asam nukleat.

Timbulnya efek cepat chlorhexidine 15 sampai 30 detik. Durasi chlorhexidine

6 jam. Spektrum aktivitas chlorhexidine memiliki efek antibakteri

transparansi antara fungisida, bakteri positif dan negatif namun kurang

sensitif, beberapa strain Proteus spp dan Pseudomonas spp.

Chlorhexidine dapat digunakan sebagai multiantiseptik. Chlorhexidine

digunakan untuk cuci tangan pada umumnya, cuci tangan pre operasi).

Antiseptik kulit prosedur sebelum bedah, disinfeksi luka dan luka bakar,

antibiotik dapat dikombinasikan sebagai pelumas kateter dan perawatan tali

pusat.

Povidone-iodine berasal iodida (iodophors) digunakan sebagai

spektrum yang luas bakterisida, fungisida, antiviral dan sporicidal. Stabilitas:

Pelepasan iodium (iodinasi polimer) dipengaruhi oleh suhu dan hal ini harus

diperhitungkan selama penyimpanan. Dinonaktifkan oleh materi organik.

Oksidan pada yodium, menyebabkan presipitasi protein bakteri dan asam

nukleat. Onset yodium selama 3 menit. Durasi 3 jam pertama. Aktivitas

spektrum yodium untuk bakteri, jamur, virus dan methicillin-resistant

staphylococcus aureus, bakterisida kekuatan tengah, Mycobacteria dan spora

ke tingkat yang lebih rendah. Yodium dapat diaplikasikan untuk persiapan

kulit bedah, antisepsis kulit utuh, luka, vaginitis, flebitis. Toksisitas dan efek

Page 17: ANALISA JURNAL ANTISEPTIK 1 MARGONO.docx

samping lainnya yaitu tidak direkomendasikan pada bayi atau wanita hamil

(serapan meningkat yodium), lama penyembuhan menjadi tertunda, dermatitis

kontak dan metabolik asidosis dengan penggunaan jangka panjang dan dapat

meninggalkan menjadi noda pakaian.

D. Kelebihan Dan Kekurangan Jurnal

Kelebihan jurnal berdasarkan analisis yang kami lakukan adalah

sebagai berikut :

1. Cost effective

Chlorhexidine dapat menjadi cost effective karena dapat mengurangi

angka risiko infeksi sehingga pasien lebih meminimalkan biaya

perawatan, konsumsi antibiotic poat operasi menjadi berkurang.

2. Maximal time

Timbulnya tindakan cepat chlorhexidine 15 sampai 30 detik. Durasi

chlorhexidine 6 jam. Sedangkan providone iodine Onset yodium

selama 3 menit. Durasi 3 jam.

3. Penjelasan kontraindikasi

Chlorhexidine dapat menyebabkan luka terbakar sehingga analis

mengetahui efek samping penggunaan chlorhexidine.

Kekurangan jurnal berdasarkan analisis yang kami lakukan adalah

sebagai berikut :

Tidak menyertakan proses mengapa chlorhexidine dapat lebih efektif

dalam meminimalkan infeksi.

Page 18: ANALISA JURNAL ANTISEPTIK 1 MARGONO.docx

BAB IV

IMPLIKASI KEPERAWATAN

1. Perawat sebagai klinisi

Memberikan perawatan pre operasi yang tepat untuk mencegah terjadinya

infeksi.

2. Perawat sebagai pendidik

Memberikan informasi mengenai berbagai jenis antiseptik, perawatan pre

operasi, menginformasikan penelitian mengenai perbandingan kombinasi

alkohol-chlorhexidine dengan povoidone iodine sebagai antiseptik.

3. Perawat sebagai peneliti

Melakukan penelitian terkait jenis antiseptik yang lebih efektif. Penelitian

selanjutnya dapat dilakukan penelitian mengenai chlorhexidine sebagai

antiseptik dalam perawatan cateter infus, membandingkan kombinasi alkohol-

chlorhexidine dengan alkohol-povoiodine sebagai antiseptik dan penelitian

lainnya mengenai antiseptik yang lebih efektif.

Page 19: ANALISA JURNAL ANTISEPTIK 1 MARGONO.docx

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari analisa jurnal maka didapatkan kesimpulan bahwa perawatan pre

operasi menggunakan Chlorhexidine- alcohol lebih efektif dibandingkan

dengan penggunaan povidone iodine sebagai antiseptik dalam mencegah

infeksi pada luka operasi.

B. Saran

Perlunya dilakukan perawatan pre operasi sebagai bentuk upaya

pencegahan infeksi paska operasi. Perawatan pre operasi dapat menggunakan

antiseptik yang efektif dalam penggunaannya seperti yang tercantum dalam

jurnal bahwa penggunaan Chlorhexidine- alcohol lebih efektif dibandingkan

dengan penggunaan povidone iodine sebagai antiseptik dalam mencegah

infeksi pada luka operasi.

Page 20: ANALISA JURNAL ANTISEPTIK 1 MARGONO.docx

DAFTAR PUSTAKA

Hirsch, T., Seipp, H.M., Jacosen, F., Goertz, O., Steinau H. U., dan Steinstraesse L. (2010). Antiseptics in surgery. Eplasty.

Infection Prevention Guidelines. (2007). Surgical Antisepsis.

Kartinawati, E.R. (2011). Perbedaan Efektivitas Antara Chlorhexidine Dengan Povidone Iodine Sebagai Oral Hygiene Pada Penderita Dengan Ventilator Mekanik Di Icu Yang Dinilai Dengan Foto Torak. Skripsi. Program Pendidikan Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Luna; Ester; Fransisco; Mery; Bath; Lucia, Saura; Irene. (2002). Chlorhexidine vs. povidone-iodine as a skin antiseptic. University School of Medicine Department of Health Psychology Nacional.

Queensland Health. (2011). Surgical Skin Antisepsis in Operating Threatres. Queensland Government. Number 1.

Rabih O. Darouiche, Matthew J. Wall, Jr, Kamal M.F. Itani, Mary F. Otterson, Alexandra L. Webb, Matthew M. Carrick, Harold J. Miller, Samir S. Awad, Cynthia T. Crosby, Michael C. Mosier, Atef AlSharif, and David H. Berger.(2010). Chlorhexidine–Alcohol versus Povidone–Iodine for Surgical-Site Antisepsis. The New England Journal Of Medicine 362:18-26.

Rasidy, Gladys. (2006). Manfaat Penggunaan Antiseptik Alcohol-Chlorhexidine gluconat-Emolien Dibandingkan Dengan Chlorhexidine gluconat Terhadap Jumlah Bakteri Terhadap Tangan Perawat Di Perinatologi, ICU Dan NICU RSCM. Tesis Universitas Indonesia. Jakarta.

Saifuddin. (2005). Panduan Pencegahan Infeksi untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan Sumber Daya Terbatas. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Smeltzer & Bare. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Vol.1. Alih Bahasa : Agung waluyo. Jakarta. EGC.