63829778-refrat-invaginasi
TRANSCRIPT
-
7/29/2019 63829778-Refrat-Invaginasi
1/3
Epidemiologi
Hasil laporan World Health Organization yang dikeluarkan pada tahun 2002 di 3 kota besar di
Indonesia menunjukan angka invaginasi pada anak yang terjadi di kota Medan sebanyak 29
kasus, dijumpai pada usia 2 bulan2 tahun dan paling banyak di temukan pada anak usia di < 1
tahun (95 %) dengan perbandingan lakilaki dan perempuan 2:1. Sedangkan di kota lain sepertiJakarta dan Yogyakarta angka kejadian invaginasi yang terjadi masingmasing adalah sebanyak
103 (86%) kasus dan 35 (61%) kasus anak dengan perbandingan lakilaki dan perempuan
masingmasing sebanyak 2:1 dan 1:1 (WHO, 2002).
Invaginasi jarang terjadi pada dewasa. Lebih dari 85% invaginasi ditemukan pada anak-
anak (Tekin, 2008).
Insidensi
Insidens penyakit ini tidak diketahui secara pasti, masing masing penulis mengajukan jumlah
penderita yang berbeda beda. Kelainan ini umumnya ditemukan pada anak anak di bawah 1tahun dan frekuensinya menurun dengan bertambahnya usia anak.Umumnya invaginasi ditemukan lebih sering pada anak laki laki, dengan perbandingan antara
laki laki dan perempuan tiga banding dua (Mulyaningrum, 2010).
Insidens pada bulan Maret Juni meninggi dan pada bulan September Oktober juga meninggi.
Hal tersebut mungkin berhubungan dengan musim kemarau dan musim penghujan dimana pada
musim musim tersebut insidens infeksi saluran nafas dan gastroenteritis meninggi. Sehingga
banyak ahli yang menganggap bahwa hypermotilitas usus merupakan salah satu faktor penyebab
(Mulyaningrum, 2010).
Diagnosa Banding
0 Gastro enteritis, bila diikuti dengan invaginasi dapat ditandai jika dijumpai perubahan
rasa sakit, muntah dan perdarahan.1 Divertikulum Meckel, dengan perdarahan, biasanya tidak ada rasa nyeri.
2 Disentri amoeba, disini diare mengandung lendir dan darah, serta adanya obstipasi, bila
disentri berat disertai adanya nyeri di perut, tenesmus dan demam.
3 Enterokolitis, tidak dijumpai adanya nyeri di perut yang hebat.
4 Prolapsus recti atau Rectal prolaps, dimana biasanya terjadi berulang kali dan pada
colok dubur didapati hubungan antara mukosa dengan kulit perianal, sedangkan pada invaginasi
didapati adanya celah (Mulyaningrum, 2010).
5
Penatalaksanaan
1. Reduksi dengan barium enema
Reduksi barium enema dinyatakan berhasil apabila :
a. Rectal tube ditarik dari anus maka bubur barium keluar dengan disertai massa feses dan
udara.
-
7/29/2019 63829778-Refrat-Invaginasi
2/3
b. Pada floroskopi terlihat bubur barium mengisi seluruh kolon dan sebagian usus halus,
jadi adanya refluks ke dalam ileum.
c. Hilangnya massa tumor di abdomen.d. Perbaikan secara klinis pada anak dan terlihat anak menjadi tertidur serta norit test
positif.
2. Reduksi dengan operasi
a. Memperbaiki keadaan umum : memberikan cairan elektrolit untuk rehidrasi; tindakan
dekompresi abdomen dengan pemasangan sonde lambung, pemberian antibiotika dansedative.
b. Tindakan mereposisi usus : reposisi manual dengan cara milking, reseksi usus.
Sebelum dilakukan tindakan reduksi, maka terhadap penderita : dipuasakan, resusitasi cairan,
dekompressi dengan pemasangan pipa lambung. Bila sudah dijumpai tanda gangguan pasase
usus dan hasil pemeriksaan laboratorium dijumpai peninggian dari jumlah leukosit maka saat ini.
Antibiotika berspektrum luas dapat diberikan. Narkotik seperti Demerol dapat diberikan (1mg/
kg BB) untuk menghilangkan rasa sakit (Mulyaningrum, 2010).
Komplikasi
a. Peritonitis
b. Ulcerasi
c. Stenosis/obstruksi
d. Aspirasi
(Budiono, 2011)
Prognosis
Keberhasilan penatalaksanaan invaginasi ditentukan oleh cepatnya pertolongan diberikan, jika
pertolongan sudah diberikan kurang dari 24 jam dari serangan pertama maka akan memberikan
prognosis yang lebih baik (Mulyaningrum, 2010).
Sumber:
Mulyaningrum, Peny. 2010. Prevalensi Penyakit Invaginasi pada Anak di Rumah Sakit Umum
Pusat Haji Adam Malik Medan dengan Rumah Sakit Umum Dokter Pirngadi Medan
-
7/29/2019 63829778-Refrat-Invaginasi
3/3
Periode 2006 2009. Skripsi. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24306/3/
Chapter%20II.pdf
World Health Organization (WHO). 2002. Acute intussuseption in infants and children.http://www.who.int/vaccines-documents/DocsPDF02/www640.pdf
Budiono, M. 2011. Invaginasi. http://mbudiono20.blog.com/invaginasi/
Tekin, A, Aksoy F, Vatansev C, et all. 2008. A rare Cause of Ileus : Invagination Due to EctopicPancreas.Acta Chir Belg, 2008, 108, 343-345
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24306/3/http://www.who.int/vaccines-documents/DocsPDF02/www640.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24306/3/http://www.who.int/vaccines-documents/DocsPDF02/www640.pdf