3.referat nefrolithiasis

Upload: gibson-horas

Post on 03-Apr-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/28/2019 3.Referat Nefrolithiasis

    1/16

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    a. Latar Belakang

    Sistem perkemihan merupakan salah satu sistem yang penting dalam tubuh manusia.

    Sistem perkemihan terdiri dari ginjal, ureter, vesika urinaria dan uretra yang

    menyelenggarakan serangkaian proses untuk tujuan mempertahankan keseimbangan

    cairan dan elektrolit, asam basa, mengeluarkan sisa-sisa metabolisme seperti urea,

    kreatinin, asam urat dan urine.

    Gangguan pada sistem perkemihan dapat menimbulkan masalah kesehatan yang

    serius dan kompleks, salah satunya yaitu adanya obstruksi karena adanya batu pada

    ginjal (nefrolithiasis) yang dapat mengakibatkan Gagal Ginjal Kronik (GGK).

    Penyakit ginjal adalah salah satu penyebab utama dari kematian dan cacat tubuh di

    banyak negara di seluruh dunia. Sebagai contoh, pada tahun 1994, lebih dari 15 juta

    manusia di Amerika Serikat diperkirakan mengidap penyakit ginjal, yang tampaknya

    menjadi penyebab utama hilangnya waktu kerja.

    Kegagalan ginjal dalam melaksanakan fungsi-fungsi vital menimbulkan keadaan yang

    disebut uremia atau penyakit ginjal stadium akhir (PGSA). Perkembangan terus berlanjut

    sejak tahun 1960 dari teknik dialisis dan transplantasi ginjal sebagai pengobatan PGSA

    merupakan alternatif dari resiko kematian yang hampir pasti. PGSA adalah sebab utama

    dari morbiditas dan mortalitas di luar negara Indonesia. Hampir sepuluh ribu orang

    pertahun mengalami PGSA.

    Indonesia termasuk negara dengan tingkat penderita gagal ginjal cukup tinggi. Saat

    ini, jumlah penderita gagal ginjal mencapai 4.500 orang. Kecenderungan kenaikan

    penderita gagal ginjal itu antara lain terlihat dari meningkatnya jumlah pasien cuci darah,

    yang jumlahnya rata-rata 250 orang/tahun. Gagal ginjal merupakan penyakit yang cukup

    memprihatinkan di Indonesia, karena biaya pengobatannya mahal dan banyak penderita

    akhirnya meninggal karena tidak mampu.

    1

  • 7/28/2019 3.Referat Nefrolithiasis

    2/16

    2

    b. Tujuan1. Mengerti tentang definisi nefrolithiasis.2. Mengerti tentang etiologi nefrolithiasis.3. Mengerti tentang patofisiologi nefrolithiasis.4. Mengerti tentang gambaran klinis nefrolithiasis.5. Mengerti tentang penegakkan diagnosis dan penatalaksanaan nefrolithiasis.

  • 7/28/2019 3.Referat Nefrolithiasis

    3/16

    3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    II.1 Definisi

    Nefrolithiasis atau batu ginjal adalah benda-benda padat yang terjadi di dalam ginjal

    yang terbentuk melalui proses fisikokimiawi dari zat-zat yang terkandung di dalam air kemih.

    Batu ginjal terbentuk secara endogen yaitu dari unsur-unsur terkecil, mikrolith-mikrolith dan

    dapat tumbuh menjadi besar. Massa yang mula-mula lunak, misalnya jendalan darah, juga

    dapat mengalami pembatuan ( kalsifikasi )4

    II.2 Etiologi Nefrolithiasis

    Terbentuknya batu pada ginjal diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran urine,

    gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang masih

    belum terungkap ( idiopatik )2

    Secara epidemiologis, terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu pada

    ginjal. Faktor-faktor itu adalah 2:

    II.2.1 Faktor intrinsik

    Yaitu keadaan yang berasal dari tubuh seseorang. Faktor intrinsik dan faktor idiopatik

    umumnya sukar untuk dikoreksi, sehingga mempunyai kecenderungan untuk kambuh5.

    Faktor intrinsik itu antara lain adalah :

    a. Hereditair dan Ras

    Penyakit nefrolithiasis diduga diturunkan dari orang tuanya2 dan ternyata anggota keluarga

    nefrolithiasis lebih banyak mempunyai kesempatan untuk menderita penyakit yang sama dari

    pada orang lain. Misalnya faktor genetik familial pada hipersistinuria, hiperkalsiuria primer

    dan hiperoksaluria primer5. Batu saluran kemih juga lebih banyak ditemukan di Afrika dan

    Asia sedangkan pada penduduk Amerika dan Eropa jarang ditemukan.5

    b. Umur.

    Penyakit nefrolithiasis paling sering didapatkan pada usia 30 sampai 50 tahun

    c. Jenis kelamin

  • 7/28/2019 3.Referat Nefrolithiasis

    4/16

    4

    Jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien perempuan2 dan

    pada pria lebih banyak ditemukan batu ureter dan buli-buli sedangkan pada wanita lebih

    sering ditemukan batu ginjal atau batu piala ginjal.5

    II.2.2 Faktor ekstrinsik

    Yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan di sekitarnya. Faktor ekstrinsik, bila

    penyebabnya diketahui dapat diambil langkah-langkah untuk mengubah faktor lingkungan

    atau kebiasaaan sehari-hari sehingga terjadinya rekurensi dapat dicegah5 . Beberapa faktor

    ekstrinsik, diantaranya adalah :

    a. Geografi

    Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu yang lebih tinggi daripada daerah

    lain, sehingga dikenal sebagai daerahstone beltb. Iklim dan temperatur

    Tempat yang bersuhu panas, misalnya di daerah tropis, di kamar mesin, menyebabkan

    banyak mengeluarkan keringat yang akan mengurangi produksi urin dan mempermudah

    pembentukan batu. Sedangkan pada daerah yang dingin, akan menyebabkan kurangnya

    asupan air pada masyarakatnya.

    c. Asupan air

    Kurangnya asupan air menyebabkan kadar semua substansi dalam urin akan meningkat dan

    akan mempermudah pembentukan batu5 dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang

    dikomsumsi dapat meningkatkan insidensi batu2.

    d. Diet

    Diet banyak purin, oksalat dan kalsium mempermudah terbentuknya batu2. Pada golongan

    masyarakat yang lebih banyak makan protein hewani, angka morbiditas batu berkurang

    sedangkan pada golongan masyarakat dengan kondisi sosial ekonomi rendah lebih sering

    morbiditas meningkat. Penduduk vegetarian yang kurang makan putih telur lebih sering

    menderita batu buli-buli dan uretra dan hanya sedikit yang ditemukan menderita batu ginjal

    atau batu piala ginjal5

    e. Pekerjaan

    Penyakit nefrolithiasis sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau

    kurang aktivitas atausedentary life2

    f. Infeksi

    Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan menjadi inti

    pembentukan batu. Infeksi oleh bakteri yang memecah ureum (urea splitting organism ) dan

  • 7/28/2019 3.Referat Nefrolithiasis

    5/16

    5

    membentuk amonium akan mengubah pH urin menjadi alkali dan akan mengendapkan

    garam-garam fosfat sehingga akan mempercepat pembentukan batu yang telah ada.5

    g. Obstruksi dan stasis urin

    Adanya obstruksi saluran kemih, misalnya oleh tumor, striktur dan hiperplasi prostat, akan

    menyebabkan stasis urin sedangkan urin sendiri adalah substansi yang banyak mengandung

    kuman sehingga mempermudah terjadinya infeksi dan pembentukan batu. 5

    Selain faktor-faktor di atas terdapat faktor lain yang turut mempengaruhi, misal gangguan

    metabolisme. Gangguan metabolisme yang dimaksud adalah yang dapat mengakibatkan

    peningkatan kadar produk yang dapat mengendap dan menjadi batu. Misalnya hiperkalsemia

    yang disebabkan oleh hiperparatiroidisme, sindroma susu alkali, mieloma multiple, metastase

    Ca dan sarkoidosis. Hiperurikemia dan terapi dengan sitostatika atau diuretika yang lama,

    serta hipersistinemia yang disebabkan oleh renal tubular acidosis

    II. 3. Patofisiologi Nefrolithiasis

    Secara teoritis, batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih, terutama pada tempat-tempat

    yang sering mengalami hambatan aliran urine ( stasis urine ), yaitu pada sistem kalises ginjal

    atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada pelvikalises ( stenosis uretero pelvis ),

    divertikulum, obstruksi intravesika kronis seperti pada hiperplasi prostat benigna, striktura

    dan buli-buli neurogenik merupakan keadaan-keadaan yang memudahkan terjadinya

    pembentukan batu.2

    Batu ginjal terbentuk pada tubuli ginjal, kemudian berada di kaliks ginjal, pielum,

    infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal. Batu

    yang mengisi pielum dan lebih dari dua kaliks ginjal memberikan gambaran menyerupai

    tanduk rusa sehinggga disebut batustaghorn. Kelainan atau obstruksi pada sistem

    pelvikalises ginjal ( penyempitan infundibulum dan stenosis uteropelvik ) akan

    mempermudah timbulnya batu ginjal. 2

    Batu yang berasal dari ginjal dan berjalan menuruni ureter, paling mungkin tersangkut pada

    satu dari tiga lokasi, yaitu pada sambungan uteropelvik, pada titik ureter menyilang pembuluh

    darah iliaka, atau pada sambungan ureterovesika6. Batu yang tidak terlalu besar, didorong

    oleh peristaltik sistem pelvikalises dan turun ke ureter menjadi batu ureter. Tenaga peristaltik

    ureter mencoba untuk mengeluarkan batu hingga turun ke buli-buli. Batu yang ukurannya

    kecil ( < 5 mm ) pada umumnya dapat keluar spontan, sedangkan batu yang lebih besar

    seringkali tetap berada di sistem pelvikalises dan ureter, dan mampu menimbulkan obstruksi

    dan kelainan struktur saluran kemih bagian atas.2

  • 7/28/2019 3.Referat Nefrolithiasis

    6/16

    6

    A. Teori Proses Pembentukan Batu

    Garam-garam kalsium dapat diendapkan dalam bentuk batu atau kalkuli di dalam sistem

    saluran dari berbagai organ. Kalkuli dibentuk dari berbagai zat, yang tersedia secara lokal,

    yaitu bahan-bahan dari sekresi organ tertentu. Jadi, walaupun kalkuli-kalkuli itu sering

    mengandung kalsium, tetapi pada awalnya, banyak dari kalkuli-kalkuli tersebut yang tidak

    mengandung kalsium. Beberapa kalkuli terbentuk sebagai akibat dari hancurnya debris

    nekrotik dalam saluran, sedangkan lainnya terbentuk dari ketidakseimbangan unsur-unsur

    sekresi tertentu sedemikian rupa sehingga terjadi pengendapan dari unsur yang biasanya

    larut.7

    Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organik maupun anorganik

    yang terlarut di dalam urine. Kristal-kristal tersebut tetap berada dalam keadaan tetap terlarut

    ( metastable ) dalam urine jika tidak ada keadaan-keadaan tertentu yang menyebabkanterjadinya presipitasi kristal. Kristal-kristal yang saling mengadakan presipitasi membentuk

    inti batu ( nukleasi ) yang kemudian akan mengadakan agregasi, dan menarik bahan-bahan

    lain sehingga menjadi kristal yang lebih besar. Meskipun ukurannya cukup besar, agregat

    kristal masih rapuh dan belum cukup mampu menyumbat saluran kemih. Untuk itu, agregat

    kristal menempel pada epitel saluran kemih, membentuk retensi kristal, dan dari sini bahan-

    bahan lain diendapkan pada agregat sehingga membentuk batu yang cukup besar untuk

    menyumbat saluran kemih.2

    Kondisi tetap terlarut dipengaruhi oleh suhu, pH larutan, adanya koloid di dalam urine,

    konsentrasi solute di dalam urine, laju aliran urine di dalam saluran kemih atau adanya

    korpus alienum di dalam saluran kemih yang bertindak sebagai inti batu2 . Kemih yang terus

    menerus bersifat asam dapat terjadi pada asidosis metabolik dan pada keadaan pireksia,

    sedangkan kemih yang terus menerus bersifat basa menyatakan adanya infeksi pada saluran

    kemih, keadaan asidosis tubulus ginjal, kekurangan kalium dan pada sindrom Fanconi.7

    Terbentuk atau tidaknya batu di dalam saluran kemih, ditentukan juga oleh adanya

    keseimbangan antara zat-zat pembentuk batu dan inhibitor, yaitu zat-zat yang mampu

    mencegah timbulnya batu. Dikenal beberapa zat yang dapat menghambat terbentuknya batu

    di saluran kemih, yang bekerja mulai dari proses reabsorbsi kalsium di dalam usus, proses

    pembentukan inti batu atau kristal, proses agregasi kristal, hingga retensi kristal. Ion

    magnesium dikenal dapat menghambat pembentukan batu karena jika berikatan dengan

    oksalat, akan membentuk garam magnesium oksalat, sehingga jumlah oksalat yang akan

    berikatan dengan kalsium untuk membentuk batu kalsium oksalat menurun. Demikian pula

    dengan sitrat, jika berikatan dengan ion kalsium, akan membentuk garam kalsium sitrat,

    sehingga jumlah kalsium yang akan berikatan dengan oksalat maupun fosfat berkurang. Halini menyebabkan kristal kalsium oksalat atau kalsium fosfat jumlahnya berkurang. Beberapa

  • 7/28/2019 3.Referat Nefrolithiasis

    7/16

    7

    protein atau senyawa organik lain mampu bertindak sebagai inhibitor dengan cara

    menghambat pertumbuhan kristal, menghambat agregasi kristal, maupun menghambat retensi

    kristal. Senyawa itu antara lain adalah glikosaminoglikan, protein Tamm Horsfall atau

    uromukoid, nefrokalsin, dan osteopontin. Defisiensi zat-zat yang berfungsi sebagai inhibitor

    batu merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya batu saluran kemih.2

    B. Komposisi Batu

    1. Batu Kalsium

    Batu jenis ini, paling banyak dijumpai, yaitu sekitar 70-80% dari seluruh batu saluran kemih.

    Kandungan batu jenis ini, terdiri atas kalsium oksalat, kalsium fosfat atau campuran dari

    kedua unsur itu. Batu kalsium oksalat biasanya terbentuk pada suasana urine asam. Batu

    kalsium bentuknya bergerigi sehingga jarang keluar spontan. Faktor terjadinya batu kalsiumadalah 2:

    a. Hiperkalsiuri

    Yaitu kadar kalsium dalam urine > 250-300 mg/24 jam. Terdapat 3 macam penyebab

    terjadinya hiperkalsiuria, antara lain :

    Hiperkalsiuria absorbtif : keadaan hiperkalsiuria absorbtif terjadi karena adanya

    peningkatan absorbsi kalsium melalui usus

    Hiperkalsiuri renal : keadaan hiperkalsiuria renal dapat terjadi karena adanyagangguan kemampuan reabsorbsi kalsium melalui tubulus ginjal

    Hiperkalsiuria resorptif : keadaan hiperkalsiuria resorptif terjadi karena adanyapeningkatan resorpsi kalsium tulang. Banyak terjadi pada hiperparatiroidisme

    primer atau pada tumor paratiroid.

    b. Hiperoksaluri

    Adalah ekskresi oksalat urine melebihi 45 gram / hari. Keadaan hiperoksaluria banyak

    dijumpai pada pasien dengan gangguan pada usus setelah menjalani pembedahan usus dan

    pada pasien yang banyak mengkomsumsi makanan kaya akan oksalat seperti teh, kopi

    instant,soft drink, kokoa, arbei, jeruk, sitrun, dan sayuran berwarna hijau terutama bayam.

    c. Hiperurikosuria

    Adalah kadar asam urat di dalam urine melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat yang berlebihan

    dalam urine, bertindak sebagai inti batu / nidus untuk terbentuknya batu kalsium oksalat.

  • 7/28/2019 3.Referat Nefrolithiasis

    8/16

    8

    Sumber asam urat di dalam urine berasal dari makanan mengandung banyak purin seperti

    daging, ikan, unggas maupun berasal dari metabolisme endogen.

    d. Hipositraturia

    Dapat terjadi pada asidosis tubulus ginjal, sindrom malabsorbsi, atau pemakaian diuretik

    golongan thiazide dalam jangka waktu lama

    e. Hipomagnesiuria

    Penyebab tersering hipomagnesiuria adalah penyakit inflamasi usus

    ( inflammatory bowel disease ) yang diikuti gangguan malabsorbsi.

    2. Batu struvit

    Disebut juga sebagai batu infeksi, karena terbentuknya batu struvit disebabkan oleh adanya

    infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi adalah kuman golongan pemecah urea yang

    dapat menghasilkan enzim urease dan merubah urine menjadi bersuasana basa melalui

    hidrolisis urea menjadi amoniak. Suasana basa memudahkan garam-garam magnesium,

    amonium, fosfat dan karbonat membentuk batu magnesium amonium fosfat dan karbonat

    apatit. Karena terdiri atas 3 kation, dikenal sebagai batu triple phosphate. Kuman-kuman

    yang termasuk pemecah urea diantaranya adalahProteus spp, Klebsiella, Serratia,

    Enterobacter, Pseudomonas, dan Stafilokokus 2

    3. Batu Asam Urat

    Merupakan 5-10% dari seluruh batu saluran kemih. Sebagian besar terdiri atas batu asam urat

    murni, sisanya merupakan campuran kalsium oksalat. Penyakit batu asam urat banyak

    diderita oleh pasien-pasien penyakit gout, mieloproliferatif, pasien dengan terapi antikanker,

    dan banyak menggunakan obet urikosurik, antara lain sulfinpirazole, thiazide, dan salisilat.

    Kegemukan, peminum alkohol, dan diet tinggi protein berpeluang besar mendapat penyakit

    ini. Batu asam urat berbentuk bulat dan halus sehingga seringkali keluar spontan.2

    Sumber asam urat berasal dari diet mengandung purin dan metabolisme endogen di dalam

    tubuh. Purin di dalam tubuh didegradasi oleh asam inosinat, dirubah menjadi hipoxanthin,.

    Dengan bantuan enzim xanthin oksidase, hipoxanthin dirubah menjadi xanthin yang akhirnya

    dirubah menjadi asam urat. Pada manusia, karena tidak memiliki enzim urikase, maka asam

    urat diekskresikan ke dalam urine dalam bentuk asam urat bebas dan garam urat. Garam urat

    lebih sering berikatan dengan natrium membentuk natrium urat, yang lebih mudah larut di

    dalam air dibandingkan asam urat bebas. Asam urat bebas relatif tidak larut di dalam urine,

    sehingga pada keadaan tertentu mudah sekali membentuk kristal asam urat dan selanjutnya

  • 7/28/2019 3.Referat Nefrolithiasis

    9/16

    9

    membentuk batu asam urat. Beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya batu asam

    urat adalah2 :

    Urine yang terlalu asam ( pH urine < 6 ) Volume urine yang jumlahnya sedikit ( < 2 liter / hari ) atau dehidrasi Hiperurikosuria atau kadar asam urat yang tinggi

    II. 4. Gambaran Klinis Nefrolithiasis

    Keluhan yang disampaikan oleh pasien, tergantung pada posisi batu, ukuran batu dan penyulit

    yang telah terjadi. Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien adalah nyeri pada pinggang,

    baik berupa nyeri kolik maupun bukan kolik. Nyeri kolik disebabkan oleh adanya aktivitas

    peristaltik otot polos sistem kalises meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu dari

    saluran kemih. Peningkatan peristaltik menyebabkan tekanan intraluminal meningkat

    sehingga terjadi peregangan dari terminal saraf yang memberikan sensasi nyeri. Sedangkan

    nyeri non kolik terjadi akibat peregangan kapsul ginjal karena terjadi hidronefrosis atau

    infeksi pada ginjal akibat stasis urine.2

    Hematuria sering dikeluhkan oleh pasien akibat trauma pada mukosa saluran kemih karena

    batu. Kadang hematuria didapatkan dari pemeriksaan urinalisis berupa hematuria

    mikroskopik. Jika didapatkan demam, harus dicurigai suatu urosepsis.

    2

    Pada pemeriksaan fisis, mungkin didapatkan nyeri ketok pada daerah kosto-vertebra, teraba

    ginjal pada sisi yang sakit akibat hidronefrosis, terlihat tanda-tanda gagal ginjal, dan adanya

    retensi urine.2

    Pada pemeriksaan sedimen urine, menunjukkan adanya leukosituria, hematuria dan dijumpai

    kristal-kristal pembentuk batu. Pemeriksaan kultur urine mungkin menunjukkan adanya

    pertumbuhan kuman pemecah urea.2

    II. 5. Diagnosis

    Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis, dan pemeriksaan fisik, selain itu perlu

    ditunjang dengan pemeriksaan laboratorium, radiologik, dan dengan pencitraan untuk

    menentukan kemungkinan adanya gangguan fungsi ginjal.

    Pemeriksaan Penunjang yang dapat menegakan diagnosis Nefrolithiasis antara lain :

  • 7/28/2019 3.Referat Nefrolithiasis

    10/16

    10

    Laboratorium :

    1. Urin

    pH urin

    - Batu kalsium, asam urat dan batu sistin terbentuk pada urin dengan pH yang rendah (pH 7)

    Sedimen

    - Sel darah meningkat (90%), pada infeksi sel darah putih akan meningkat.

    - Ditemukan adanya kristal, misalnya kristal oksalat

    - Biakan urin untuk melihat jenis mikroorganisme penyebab infeksi pada saluran kemih

    2. Darah

    - Hemoglobin, adanya gangguan fungsi ginjal yang kronis dapat terjadi anemia

    - Leukosit, infeksi saluran kemih oleh karena batu menyebabkan leukositosis

    - Ureum kreatinin, parameter ini digunakan untuk melihat fungsi ginjal

    - Kalsium, dan asam urat.

    Radiologik :

    1. Foto Polos Abdomen

    Bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya batu radioopak di saluran kemih. Batu jenis

    kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radioopak dan paling sering dijumpai, sedangkan

    batu asam urat bersifat radiolusen.2

    2. Pielografi Intra Vena

    Bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Selain itu juga dapat mendeteksi

    adanya batu semi opak ataupun batu non opak yang tidak dapat terlihat oleh foto polos perut.

    Jika pielografi intra vena ( selanjutnya disebut dengan PIV ) belum dapat menjelaskan

    keadaan sistem saluran kemih akibat adanya penurunan fungsi ginjal, sebagai gantinya adalah

    pemeriksaan pielografi retrograde.2

    3. Ultrasonografi

    http://medicom.blogdetik.com/files/2009/03/clip-image00111.gifhttp://medicom.blogdetik.com/files/2009/03/clip-image0012.gifhttp://medicom.blogdetik.com/files/2009/03/clip-image00111.gifhttp://medicom.blogdetik.com/files/2009/03/clip-image0012.gif
  • 7/28/2019 3.Referat Nefrolithiasis

    11/16

    11

    Dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan PIV, yaitu pada keadaan alergi

    terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun dan pada wanita yang sedang hamil.

    Pemeriksaan ultrasonografi dapat menilai adanya batu di ginjal atau di buli-buli ( yang

    ditunjukkan sebagai echoic shadow ), hidronefrosis, pionefrosis, atau adanya pengkerutan

    ginjal.2

    II. 6. Penatalaksanaan Nefrolithiasis

    Tujuan pengelolaan batu pada ginjal adalah untuk menghilangkan obstruksi, mengobati

    infeksi, menghilangkan rasa nyeri, mencegah terjadinya gagal ginjal dan mengurangi

    kemungkinan terjadinya rekurensi3. Untuk mencapai tujuan tersebut, langkah-langkah yang

    dapat diambil adalah sebagai berikut5:

    Diagnosis yang tepat mengenai adanya batu, lokasi dan besarnya batu Menentukan akibat adanya batu seperti rasa nyeri, obstruksi yang disertai

    perubahan pada ginjal, infeksi dan adanya gangguan fungsi ginjal

    Menghilangkan obstruksi, infeksi dan rasa nyeri Analisis batu Mencari latar belakang terjadinya batu Mengusahakan pencegahan terjadinya rekurensi

    Tindakan penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah 2:

    1. Medikamentosa

    Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm, karena

    diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan lebih bersifat simtomatis, yaitu

    bertujuan untuk mengurangi nyeri, memperlancar aliran urine dengan memberikan

    diuretikum, dan minum banyak supaya dapat mendorong batu keluar

    2. ESWL ( Extracorporeal Shockwave L ithotr ipsy)

    Alat ESWL dapat memecah batu ginjal tanpa melalui tindakan invasif dan tanpa pembiusan.

    Batu dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran

    kemih. Tidak jarang, pecahan-pecahan batu yang sedang keluar menimbulkan perasaan nyeri

    kolik dan menyebabkan hematuria.

    3. Endourologi

  • 7/28/2019 3.Referat Nefrolithiasis

    12/16

    12

    Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan batu, tindakan

    tersebut terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih

    melalui alat yang dimasukkan langsung ke dalam saluran kemih. Alat tersebut dimasukkan

    melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Proses pemecahan batu dapat

    dilakukan secara mekanik, dengan memakai energi hidroulik, energi gelombang suara, atau

    dengan energi laser. Beberapa tindakan endourologi untuk mengeluarkan batu pada ginjal

    adalah :

    a. PNL ( Percutaneous Nephro Litholapaxy )

    Yaitu mengeluarkan batu di dalam saluran ginjal dengan cara memasukkan alat endoskopi ke

    sistem kalises ginjal melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah

    terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.

    b. Uretero atau Uretero-renoskopi

    Yaitu memasukkan alat ureteroskopi per uretram guna melihat kedaan ureter atau sistem

    pielokaliks ginjal. Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter maupun

    sistem pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan ureterorenoskopi.

    4. Bedah Terbuka

    Di klinik-klinik yang belum mempunyai fasilitas yang memadai untuk tindakan-tindakan

    endourologi, laparaskopi maupun ESWL, pengambilan batu masih dilakukan melalui

    pembedahan terbuka. Pembedahan itu antara lain adalah pielolitotomi atau nefrolitotomi

    untuk mengambil batu pada saluran ginjal. Tidak jarang pasien harus menjalani tindakan

    nefrektomi karena ginjalnya sudah tidak berfungsi dan telah terjadi pionefrosis, korteksnya

    sudah sangat tipis atau mengalami pengkerutan akibat batu yang menimbulkan obstruksi daninfeksi yang menahun

    II. 7. Pencegahan Nefrolithiasis

    Tindakan selanjutnya yang tidak kalah penting setelah pengeluaran batu adalah upaya

    menghindari timbulnya kekambuhan. Pencegahan yang dilakukan adalah berdasarkan atas

    kandungan unsur yang menyusun batu yang diperoleh dari analisis batu3. Pada umumnya

    pencegahan itu berupa 5:

  • 7/28/2019 3.Referat Nefrolithiasis

    13/16

    13

    Menghindari dehidrasi dengan minum cukup dan diusahakan produksi urinesebanyak 2-3 L/hari

    Aktivitas harian yang cukup Diet untuk mengurangi kadar zat-zat komponen pembentuk batu

    Jenis Batu Faktor predisposisi Pengobatan

    pencegahan untuk

    mencapai pH kemih

    ynag dibutuhkan

    Kemih asam ( pH < 6 ) Kemih basa ( pH > 6 )

    Kalsium oksalat

    Kristal asam urat

    Hiperkalsiuria

    Kemoterapi gout

    Sayuran, susu, buah (

    kecuali plum, plum

    kering, cranberry )

    Natrium bikarbonat atau

    sitrat

    Triple fosfat

    Kalsium fosfat

    Kemih basa

    Infeksi saluran kemih

    Hiperkalsiuria, imobilitas

    lama

    Kemih asam

    Daging, roti, makanan

    berprotein, jus cranberry,

    plum, plum kering

    mandelanin

    II. 8. Prognosis Nefrolithiasis

    Prognosis batu pada saluran kemih, dan ginjal khususnya tergantung dari faktor-faktor ukuran

    batu, letak batu, adanya infeksi serta adanya obstruksi. Makin besar ukuran suatu batu, makin

  • 7/28/2019 3.Referat Nefrolithiasis

    14/16

    14

    jelek prognosisnya. Letak batu yang dapat menyebabkan obstruksi dapat mempermudah

    terjadinya infeksi. Makin besar kerusakan jaringan dan adanya infeksi karena faktor obstruksi

    akan dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal, sehingga prognosis menjadi jelek.5

    II. 9. Komplikasi Nefrolithiasis

    Obstruksi ureter dapat menimbulkan hidroureter dan hidronefrosis. Batu di pielum dapat

    menimbulkan hidronefrosis, batu di kaliks mayor dapat menimbulkan kaliekstasis pada kaliks

    yang bersangkutan. Jika disertai dengan infeksi sekunder, dapat menimbulkan pionefrosis,

    urosepsis, abses ginjal, abses perinefrik, ataupun pielonefritis. Pada keadaan lanjut, dapat

    terjadi kerusakan ginjal, dan jika mengenai kedua sisi dapat mengakibatkan gagal ginjal

    permanen.2

  • 7/28/2019 3.Referat Nefrolithiasis

    15/16

    15

    BAB III

    KESIMPULAN DAN SARAN

    1. Di Indonesia, kasus penyakit batu saluran kemih banyak dijumpai, menyebabkanangka kesakitan yang tinggi, penyebab hilangnya jam kerja dan sejumlah biaya

    pengobatan. Diperkirakan bahwa peningkatan insidensi batu berkaitan dengan

    diet rendah protein nabati dan fosfat, adanya perubahan pola hidup ke gaya

    modern.

    2. Gambaran klinis nefrolithiasis tergantung pada posisi batu, ukuran batu danpenyulit yang telah terjadi. Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien adalah

    nyeri pada pinggang, baik berupa nyeri kolik maupun bukan kolik, hematuria,

    demam, nyeri ketok pada daerah kosto-vertebra, teraba ginjal pada sisi yang sakit

    akibat hidronefrosis, terlihat tanda-tanda gagal ginjal, dan adanya retensi urine.

    3. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada nefrolithiasis adalah pemberianmedikamentosa, pemecahan dan pengeluaran batu pada ginjal dengan ESWL,

    PNL, uretero-renoskopi, pielolitotomi atau nefrolitotomi

    4. Tindakan terpenting untuk mencegah timbulnya atau terbentuknya kembalinefrolithiasis tanpa memandang unsur-unsur penyusun batu adalah minum

    banyak, minimal 23 liter per hari. Tindakan lain yang dapat membantu adalah

    aktivitas harian yang cukup serta diet untuk mengurangi kadar zat komponen

    pembentuk batu.

    5. Prognosis nefrolithiasis tergantung ukuran batu, letak batu, adanya infeksi sertatingkat obstruksi

  • 7/28/2019 3.Referat Nefrolithiasis

    16/16

    16

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Ashadi T., 1998, Manfaat Diagnosa Radiograf i pada Batu Salu ran Kemih, 24 (8), hal ;

    5449, Medika

    2. Ismadi M., 1976, Peneli tian Tentang Uroli thiasis Pada Perhatian Dengan

    SifatBiokimiawi Ai r Kencing, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

    3. Palmer P.E.S., 1995,Petunjuk Membaca Foto Untuk Dokter Umum, Penerbit EGC,

    Jakarta.

    4. Price S. A., Wilson L. M., 1995. Batu Ginj al dan Saluran Kemihdalam Patofisiologi,

    konsep klinis proses-proses penyakit, ed 4, hal ; 797

    8, EGC, Jakarta

    5. Purnomo B., 2003, Batu Gin jal dan Ureterdalam Dasar-Dasar Urologi, hal ; 57 68,

    Sagung Seto, Yogyakarta

    6. Raharjo J. P., 1996, Batu Salur an Kencingdalam Ilmu Penyakit Dalam, ed 3, hal ; 337

    40, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

    7. Sabiston C. D. Jr, MD., 1997, Batu Ginjal dan Ureterdalam Buku Ajar Bedah 2, hal ; 472

    3, EGC, Jakarta

    8. Sjahriar dkk, 2000,Nefrolitiasis, Radiologi Diagnostik, Bagian Radiologi Fakultas

    Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

    9. Stuart J.,Nefrolithiasis,www.eMedicine.com, 2005

    10. Tisher C. Craig., Wilcox C., 1997, Penyakit Batu Gin jaldalam Buku Saku Nefrologi,

    ha1 ; 86 99, EGC, Jakarta