) pada lansia

13

Upload: others

Post on 18-May-2022

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ) PADA LANSIA
Page 2: ) PADA LANSIA
Page 3: ) PADA LANSIA

29

Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Tingkat Kemandirian ADL (Activity of Daily Living) Pada Lansia

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN ADL

(ACTIVITY OF DAILY LIVING) PADA LANSIA

Hidayati Indah Sari1, Sri Nur Hartiningsih2

STIKes Surya Global Yogyakarta

Jl. Ringroad Selatan Blado, Balong Lor, Potorono, Kec.Banguntapan, Bantul DIY 55194

Email: [email protected] (089673729540)

ABSTRAK

Latar Belakang:Meningkatnya angka harapan hidup pada lansia akan berdampak pada peningkatan

populasi lansia, yang juga akan berpotensi menimbulkan permasalahan pada lansia yaitu masalah ekonomi,

budaya serta kesehatan fisik dan jiwa pada lanjut usia yang akan berdampak pada masalah kecemasan

pada lansia. Kecemasan yang berlebihan akan mempengaruhi kemandirian pada lansia. Tujuan:Untuk

menganalisis hubungan tingkat kecemasan dengan tingkat kemandirian ADL (Activity Of Daily Living)

pada Lansia di Balai (PSTW) Unit Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta.Metode:Desain penelitian ini

menggunakandescriptive correlational dengan pendekatan cross sectional. Populasi lansia pada penelitian

ini adalah semua lansia yang berjumlah 75 lansia yang tinggal di Balai (PSTW) Unit Budhi Luhur Kasongan

Bantul Yogyakarta. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu total sampling, serta uji

statistic yang digunakan kendall’s Tau.Hasil: Hasil menunjukkan hubungan yang signifikan antara tingkat

kecemasan dengan tingkat kemandirian ADL (Activity Of Daily Living) pada lansia di Balai (PSTW) Unit

Budhi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta, dengan nilai koefisien korelasi kendall’s Tau sebesar -,428 dan

p value sebesar 0,000 (p<0,01).Kesimpulan:Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan

dengan tingkat kemandirian ADL (Activity Of Daily Living) pada lansia dimana hasil korelasi negatif artinya

semakin tinggi tingkat kecemasan semakin rendah tingkat kemandirian pada lansia.

Kata kunci: Lansia, Kecemasan, Kemandirian ADL

PENDAHULUAN

Indonesia diperkirakan akan mengalami

“elderly population boom” pada 2 dekade awal

abad ke-21 sebagai dampak dari baby boom pada

beberapa puluh tahun lalu. BPS memproyeksikan

pa da ta hun 2045 Indone si a a kan m e m i l i ki

sekitar 63,31 juta lansia atau hampir mencapai

20% populasi. Bahkan, proyeksi PBB juga

menyebutkan bahwa persentase lansia Indonesia

akan mencapai 25% pada tahun 2050 atau sekitar

74 juta lansia dan sebagian besar provinsi dengan

persentase penduduk lansia terbanyak. Dan

menurut Data Susenas Maret 2018 menunjukkan

bahwa provinsi dengan persentase penduduk lansia

terbanyak pada tahun 2018 adalah DI Yogyakarta

(12,37%), Jawa Tengah (12,34%), Jawa Timur

(11,66%), Sulawesi Utara (10,26%), dan Bali

(9,68%). (Statistik Penduduk Lansia, 2018).

Peningkatan jumlah lansia tersebut juga

berpotensi menimbulkan berbagai macam

permasalahan baik dari aspek social, ekonomi,

budaya serta kesehatan fisik dan jiwa pada lanjut

usia permasalahan psikologis muncul bila lansia

tidak mampu menyelesaikan masalah yang timbul

sebagai akibat dari proses menua, salah satunya

adalah perasaan cemas. Jika perasaan cemas terus-

menerus dialami lansia, maka kondisi tersebut

dapat mempengaruhi status kesehatan lansia baik

fisik maupun mental, sehingga akan berdampak

pada kegiatan beraktivitas sehari-hari lansia.

(Tampi, 2014 dalam Khasanah Uswatun, 2016).

Permasalahanpsikologis yang sering dialami

oleh lansia meliputi kecemasan, kesepian, mudah

tersinggung, ketakutan, hilangnya percaya diri

dan ketakutan yang dialami oleh lansia. Hal ini

dampak pada kecemasan yang dialami oleh lansia

Page 4: ) PADA LANSIA

30

JURNAL KEPERAWATAN, Volume 12, No 1, Januari 2020: 29-38

yaitu terjadinya penurunan aktivitas fisik dan status

fungsional. Kemandirian adalah adalah kebebasan

untuk bertindak, tidak tergantung pada orang

lain, tidak terpengaruh pada orang lain dan bebas

mengatur diri sendiri atau aktivitas seseorang

baik individu maupun kelompok dari berbagai

kesehatan atau penyakit. (Rohaedi Slamet, 2016).

Ha si l pe ne l i t i a n ya ng di l a kuka n ol e h

Endang Setyaningsih & Setyawan Saelan (2017)

Menunjukkan bahwa terdapat hubungan sangat

nyata anatara kecemasan dengan kualita hidup

didapatkan hasil kecemasan dengan kualita

hidup sebanyak 17 (42,5%) yang mengalami

kecemasan dan untk kualitas hidup sebanyak

16 (40,0%), dampak kecemasan yang belebihan

akan mengalami kemunduran kemampuan tubuh

sehingga semakin lama tidak berdaya dalam

mencukupi kehidupannya dan lansia akan merasa

khawatir setiap harinya.

Studi pendahuluan yang dilakukan di Balai

(PSTW) Unit Budhi Luhur Kasongan Bantul

Yogyakarta jumlah lansia yang tinggal di panti

sebanyak 95 lansia. Lansia yang tinggal di panti

yang dapat melakukan aktivitas secara mandiri

berjumlah 50 orang lansia, lansia yang memiliki

ketergantungan sebagian berjumlah 25 orang

dan lansia yang ketergantungan total berjumlah

20 orang berdasarkan wawancara dan observasi

kepada 8 responden 4 lansia mengatakan dirinya

merasa cemas dikarenakan ada faktor-faktor

kesehatan dan masalah dilingkungan panti dan

4 lansia lainnya mengatakan ketika ada masalah

mampu mengontrolnya dengan cara istigfar.

METODE DAN BAHAN

Desain penelitian ini menggunakandescriptive

correlational dengan pendekatan cross sectional.

Populasi lansia pada penelitian ini adalah semua

lansia yang berjumlah 75 lansia yang tinggal di

Balai (PSTW) Unit Budhi Luhur Kasongan Bantul

Yogyakarta. Teknik sampling yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu total sampling, serta uji

statistic yang digunakan kendall’s Tau. Instrumen

yang digunakan pada tingkat kecemasan yaitu

kuesioner Geriatric Anxiety Scale (GAS) dan alat

ukur untuk tingkat kemandirian ADL (Activity Of

Daily Living) berupa Index Barthel (IB).

HASIL

1. Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini

dijelaskan dengan menggunakan tabel distribusi

frekuensi responden meliputi usia, jenis kelamin,

pendidikan, lama tinggal di panti, dan status

diantaranya sebagai berikut:

Tabel 1. Karakteristik Responden Menurut

Kelompok Usia, Jenis Kelamin, Pendidikan,

Status Lama Tinggal Di Panti Di Balai (PSTW)

Unit Budhi Luhur Kasongan Yogyakarta

Karakteristik Frekuensi

(F) Persentase

(%) Usia

60-74 tahun

75-89 tahun

> 90 tahun

50

24

1

66,7

32,0

1,3 Jenis Kelamin

Laki-laki

Perempan

33

42

44,0

56,0 Pendidikan

SD SMP

SMA

D3/S1/S2

38

21

12

4

50,7

28,0

16,0

5,3 Lama Tinggal di Panti

0-5 tahun

6-10 tahun

> 10 tahun

64

7

4

85,3

9,3

5,3 Status

Janda/Duda

Menikah

Tidak menikah

67

6

2

89,3

8,0

2,7 Total 75 100

Sumber: Data primer Januari-ebruari(2020)

Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa

karakteristik responden menurut usia di Balai

(PSTW) Unit Budhi Luhur Kasongan Bantul

Yogyakarta, dari 75 responden usia terbanyak usia

60-74 tahun sebanyak 50 (66.7%), disusul usia 75-

Page 5: ) PADA LANSIA

31

Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Tingkat Kemandirian ADL (Activity of Daily Living) Pada Lansia

89 tahun sebanyak 24 (32,0%), dan disusul usia

>90 tahun sebanyak 1 (2,3%).

Diketahui bahwa karakteristik responden

menurut jenis kelamin di Balai (PSTW) Unit

Budhi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta, dari

75 responden jenis kelamin terbanyak pada jenis

kelamin perempuan sebanyak 42 (56,0%), dan

disusul juga jenis kelamin laki-laki sebanyak 33

(44,0%).

Diketahui bahwa karakteristik responden

menurut pendidikan terakhir lansia di Balai

(PSTW) Unit Budhi Luhur Kasongan Bantul

Yogyakarta, dari 75 responden pendidkan terakhir

lansia SD 38 lansia (50,7%), pendidikan terakhir

SMP sebanyak 21 lansia (28,0%), pendidikan

terakhir SMA sebanyak 12 lansia (16,0%) dan

pendidikan terakhir D3/S1/S2 sebanyak 4 lansia

(5.3%).

Diketahui bahwa karakteristik responden

menurut lama tinggal di panti di Balai (PSTW)

Unit Budhi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta.

dari 75 responden lama tinggal di panti terbanyak

yaitu selama 0-5 tahun sebanyak 64 orang (85,3%),

disusul juga lama tinggal di panti dari 6-10 tahun

sebanyak 7 orang (9,3%), dan lama tinggal >10

tahun sebanyak 4 orang (5,3%).

Diketahui bahwa karakteristik responden

menurut status di Balai (PSTW) Unit Budhi Luhur

Kasongan Bantul Yogyakarta, dari 75 responden

yang terbanyak dengan berstatus janda/duda

sebanyak 67 (89,0%), disusul dengan lansia yang

berstatus menikah sebanyak 6 (8,0%), dan status

tidak menikah sebanyak 2 (2,7%).

a. Gambaran tingkat kecemasan pada lansia

Tingkat kecemasan pada lansia di Balai

(PSTW) Unit Budhi Luhur Kasongan Bantul

Yogyakarta dikategorikan dengan perhitungan

level minimal dari kecemasan apabila (nilai 0-18),

dikategorikan kecemasan ringan apabila (nilai

19-37), dikategorikan kecemasan sedang apabila

(nilai 38-55), dan dikategorikan kecemasan berat

apabila (nilai 56-75) atau dapat dilihat dari tabel

sebagai berikut:

Tabel 2. Distribusi frekuensi tingkat kecemasan

lansia di Balai (PSTW) Unit Budhi Luhur

Kasongan Bantul Yogyakarta.

Kategori Kecemasan Frekuensi (f) Persentase (%) Kecemasan ringan 15 20,0 Kecemasan sedang 56 74,7 Kecemasan berat 4 5,3 Total 75 100,0

Sumber : Data Primer Januari-Februari (2020)

Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa 75

responden yang memiliki kecemasan terbanyak

dalam kategori yaitu kecemasan sedang sebanyak

58 (74,7%), disusul kecemasan ringan 15 (20,0%),

dan terakhir di susul kecemasan berat sebanyak

4 (5,3%). Mayoritas hal ini menunjukkan bahwa

lansia di Balai (PSTW) Unit Budhi Luhur

Kasongan Bantul Yogyakarta dalam kategori

kecemasan sedang sebanyak 56 (74,7%).

b. Gambaran tingkat kemandirian ADL

(Activity Of Daily Living)

Tingkat kemandirian ADL (Activity Of

Daily Living) di Balai (PSTW) Unit Budhi Luhur

Kasongan Bantul Yogyakarta dikategorikan

dalam kemandirian dengan ketergantungan total

apabila (nilai 0-20), kategori dalam kemandirian

dengan ketergantungan berat apabila (nilai 21-

60), kategori dalam kemandirian ketergantungan

sedang apabila (nilai 61-90), kategori dalam

kemandirian ketergatungan minimal apabila (nilai

91-99), dan kategori dalam kemandirian dengan

mandiri apabila (nilai 100) atau dapat dilihat dari

tabel 3.

Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa

tingkat kemandirian ADL (Activity Of Daily

Living) pada 75 responden tingkat kemandirian

terbanyak yaitu dalam kategori ketergantungan

sedang sebanyak 55 (73,3%), disusul kategori

Page 6: ) PADA LANSIA

32

JURNAL KEPERAWATAN, Volume 12, No 1, Januari 2020: 29-38

Total Sedang Minimal kemandirian lansia semakin berkurang.

PEMBAHASAN

Ringan 0 8 7 15 Sedang 1 46 9 56 Berat 3 1 0 4

Total 75 100,0 Karakteristik responden sebagaimana

Tabel 3 . Distribusi fr ekuensi t ingkat

kemandirian ADL (Activity Of Daily Living)

di Balai (PSTW) Unit BudhiLuhur Kasongan

Bantul Yogyakarta

Kategori

Kemandirian Frekuensi

(F) Persentase

(%)

Ketergantungan berat 4 5,3 Ketergantungan sedang 55 73,3 Ketergantungan minimal 16 21,3

Total 75 100,0 Sumber: Data primer Januari-Februari (2020)

ketergantungan minimal sebanyak 16 (21,3%), dan

kategori ketergantungan berat sebanyak 4 (5,3%),

Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kemandirian

ADL (Activity Of Daily Living) lansia di Balai

(PSTW) Unit Budhi Luhur Kasongan Bantul

Yogyakarta mayoritas ketergantungan sedang

sebanyak 55 (73,3%).

2. Hubungan Kecemasan DenganKemandirian

ADL (Activity Of Daily Living) pada lansia

Hubungan antara tingkat kecemasan dengan

tingkat kemandirian ADL (Activity Of DailyLiving)

pada penelitian ini dapat dijabarkan dengan Tabulasi

silang antara kedua variabel seperti berikut ini

:

Tabel 4. Tab ulasi silan g antara tingkat

kecemasan dan t ingkat kemandir ian

kemandirian ADL (Activity Of Daily Living)

di Balai (PSTW) Unit Budhi Luhur Kasongan

Bantul Yogyakarta

Kecemasan Tingkat kemandirian

Total

sebanyak 8 responden, sedangkan lansia dengan

kecemasan ringan mempunyai ketergantungan

minimal sebanyak 7 responden. Lansia dengan

kecemasan sedang mempunyai ketergantungan

berat sebanyak 1 responden, lansia dengan

kecemasan sedang mempunyai ketergantungan

sedang sebanyak 46 responden, dan lansia dengan

kecemasan sedang mempunyai ketergantungan

minimal sebanyak 9 responden.Bagi lansiadengan

kecemasan berat mempunyai ketergantungan berat

sebanyak 3 responden, lansia dengan kecemasan

berat mempunyai ketergantungan sedang sebanyak

1 responden, dan lansia ketergantungan berat

mempunyai ketergantungan minimal sebanyak

0 responden atau tidak memiliki masalah.

Ketergantungan pada lansia dipengaruhi oleh

berbagai faktor mulai dari usia, imobilitas, mudah

jatuh dan adanya perubahan fisik yang terjadi pada

lansia tentunya akan mempengaruhi kemandirian

lansia.

Selanjutnya dilakukan uji statistik korelasi

antara tingkat kecemasan yang berskala data

ordinal dengan tingkat kemandirian ADL (Activity

Of Daily Living) pada lansia yang juga berskala

data ordinal. Uji analitik ini menggunakan korelasi

kendall’s tau. Di dapatkan nilai koefisien -,428

dengan nilai signifikan 0,000 (< 0,01), sehingga

dapat disimpulkan bahwa tanda negatif (-)

dapat diartikan bahwa terdapat hubugan dimana

semakin tinggi tingkat kecemasan, maka tingkat

Sumber: Data Primer Januari-Februari (2020)

Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui

bahwa lansia dengan tingkat kecemasan ringan

mempunyai tingkat ketergantungan berat sebanyak

0 responden, lansia dengan kecemasan ringan

mempunyai tingkat ketergantungan sedang

ditunjukkan pada tabel 4.1 diatas menunjukkan

sebagian besar responden berumur 60-74 tahun.

Karakteristik responden sebagai besar berusia

60-74 tahun atau menurut kategori umur WHO

termasuk kategori elderly. Hal ini perkuat dengan

penelitian Handayani, (2009) dimana Seseorang

yang berusia 60-74 tahun digolongkan pada usia

Page 7: ) PADA LANSIA

33

Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Tingkat Kemandirian ADL (Activity of Daily Living) Pada Lansia

lanjut yang berarti usia pertengahan atau usia

madya. Pada usia ini seseorang dalam periode

kehidupannya telah kehilangan kejayaan masa

mudanya, secara biologis proses penuaan secara

terus menerus akan terjadi dengan adanya

penurunan daya tahan tubuh pada lansia tersebut,

dan usia pertengahan suatu masa dimana seseorang

dapat merasa puas dengan keberhasilannya, ada

sebagian dari orang berpendapat usia tua sebagai

suatu periode permulaan adanya kemunduran.

Selain itu berdasarkan karakteristik jenis

kelamin dimana sebagian besar jenis kelamin

perempuan lebih banyak dibandingkan laki-

laki disebabkan usia harapan hidup lansia

perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki.

Menurut Kakombohi et.al, (2017) menyatakan

bahwa terdapat hubungan yang bermakna antar

jenis kelamin karena salah satu faktor yang

mempengaruhi psikologis lansia, sehingga akan

berdampak pada bentuk adaptasi yang digunakan.

Perempuan memiliki tingkat kecemasan yang lebih

tinggi dari pada laki-laki dikarenakan perempuan

lebih peka terhadap emosi, yang pada akhirnya

peka juga akan mempengaruhi perasaan cemasnya.

Se l ai n i tu kara kte r i st ik pe ndi dika n

menunjukkan sebagian besar pendidikan SD.

Tingkat pendidikan yang dimiliki responden

m e mbat a si ke m am puan re sponde n dal a m

memahami kondisi dirinya dan mencari

pemecahan terhadap kondisi kesehatan lainnya.

Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh

dalam memberikan respon terhadap sesuatu

yang datang dari luar. Hasil penelitian Ngadiran,

(2019) menyatakan bahwa terdapat hubungan

yang bermakna antara pendidikan dengan status

kesehatan seseorang yang memiliki pendidikan

tinggi biasanya akan semakin membaik status

kesehatannya selama menjalani kehidupannya,

sebaliknya dengan lansiayang memiliki pendidikan

yang rendah biasanya semakin buruk status

kesehatannya.

Selain itu karakteristik lama tinggal di

panti menunjukkan sebagian besar yaitu dengan

lama tinggal 0-5 tahun. Seseorang yang merasa

dirinya baru tinggal di lingkungan panti akan

merasa dirinya orang yang berbeda karena adanya

penyesuaian antara tempat tinggal sebelumnya

dengan lingkungan baru dan akan berdampak

kepada status kesehatan lansia. Hasil penelitian

Ngadiran, (2019) menyatakan bahwa terdapat

hubungan yang bermakna antara lama tinggal

di panti dengan status kesehatan karena Lansia

yang tinggal di panti lebih lamacenderung dapat

beradaptasi dengan situasi lingkungan panti,

dibandingkan lansia yang baru tinggal di panti.

Tetapi tinggal terlalu lamadi panti juga bisa

menimbulkan rasa rindu dengan keluarganya.

Kecenderungan memiki rkan keluarga bisa

berkontribusi terhadap kejadian cemas pada lansia.

Selain itu karakteristik status menunjukkan

sebagian besar dengan berstatus janda/duda.

Responden dengan status janda/duda sebelumnya

mempunyai pasangan ketika mengalami masalah

kesehatan dapat berkomunikasi dengan pasangan

setelah kehilangan pasangan semua kegiatan

maupun mengalami masalah kesehatan melakukan

dengan sendirinya. Berbeda dengan responden

memiliki pasangan atau status menikah ketika ada

pemasalahan pada dirinya dapat berkomunikasi

be rdua ba gai m a na ca ra unt uk m e ngat a si

permasalah tersebut. Hasil penelitian Hendra

Kusuma & Ardani, (2018) menyatakan bahwa

terdapat hubungan yang bermakna antara status

kesehatan dengan kemandirian lansia karena jika

lansia yang memiliki pasangan dapat meminta

bantuan kepada pasangannya.

3. Deskripsi Tingkat Kecemasan Pada Lansia

Penelitian ini dilakukan pada 75 responden di

Balai (PSTW) Unit Budhi Luhur Kasongan Bantul

Yogyakarta. Berdasarkan tabel 4.2 distribusi

frekuensi tingkat kecemasan menunjukkan

Page 8: ) PADA LANSIA

34

JURNAL KEPERAWATAN, Volume 12, No 1, Januari 2020: 29-38

distribusi tertinggi adalah cemas sedang sebanyak

56 (74,7%), selanjutnya cemas ringan sebanyak 15

(20,0%), dan kecemasan berat sebanyak 4 (5,3%).

Kecemasan merupakan pengalaman individu

yang bersifat subjektif yang sering bermanifestasi

sebagai perilaku yang disfungsional yang diartikan

sebagai perasaan kesulitan dan kesusahan terhadap

kejadian yang tidak diketahui dengan pasti dan

terjadinya kecemasan berlebihan akan terjadinya

konsekuensi yang normal dari pertumbuhan,

perubahan, pengalaman baru, dan makna hidup

(Donsu, 2019). Kecemasan yang dialami lansia

disebabkan oleh penurunan kondisi fisik seperti

hilangnya kemampuan penglihatan, badan mulai

membungkuk, kulit keriput dan sekarang sudah

tidak kuat jalan jauh lagi karena cepat lelah, beda

dengan waktu muda disaat dulu kondisi fisik masih

kuat (Dariah & Okatiranti, 2015) dan faktor yang

menyebabkan semakin tingginya angka kecemasan

sedang yang terjadi adalah beratnya beban yang

dihadapi lansia. Serta adanaya stressor pencetus

yang menyebabkan lansia cemas, yaitu ancaman

terhadap integritas fisik meliputi disabilitas

fisiologis yang akan terjadi atau penurunan

kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup

sehari-hari (Stuart, 2012).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

semua responden mengalami kecemasan sedang

sebanyak 56 (74,7%) responden, rasa cemas yang

dirasakan lansia karena ada beberapa lansia yang

kurang mengikuti keagamaan masing-masing.

Kegiataan keagaaman di panti agar senantiasa

responden dapat mengingat tuhan atau sang

penciptanya sehingga responden akan lebih

banyak bersyukur terhadap nikmat hidup yang

diberikan oleh tuhan. Kegiataan pelayanan sosial

lebih di kelompokkan lagi agar responden dapat

menceritakan apa saja masalah yang dirasakan

selama diwisma sehingga lansia mampu mengontrol

tingkat kecemasan yang dirasakan. Hasil ini

sesuai dengan penelitian Suryani & Rasyid (2016)

meneliti hubungan tingkat kecemasan dengan

kualitas hidup lanjut usia di panti Wredha Bhakti

Pajang Surakarta. Penelitian ini menunjukkan

bahwa tingkat kecemasan lansia sebagian besar

adalah sedang. Penelitian ini menyebutkan bahwa

kecemasan yang terjadi pada lansia disebabkan

adanya faktor penuaan, tubuh yang semakin tua.

Dampaknya adanya kemunduran kemampuan

tubuh sehingga semakin lama menyebabkan

lansia tidak berdaya dalam mencukupi kebutuhan

hidupnya. Ketidakberdayaan ini menjadi penyebab

kekhawatiran lansia terhadap hari depannya.

4. Deskripsi Tingkat Kemandirian ADL

(Activity Of Daily Living) pada lansia

Berdasarkan tabel 4.3 mayoritas lansia yang

memiliki tingkat ketergantungan tertinggi yaitu

ketergantungan sedang sebanyak 55 (73,3%), disusul

ketergantungan minimal sebanyak 16 (21,3%), dan

sisanya ketergantungan berat sebanyak 4 (51,3%).

Keterbatasan pada kemampuan kemandirian ADL

(Activity Of Daily Living) adalah keterbatasan

lansia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya

dan perawatan dirinya. Pertambahan usia pada

seseorang dapat menyebabkan perubahan dalam

bentuk fisik, kognitif dan dalam kehidupan

psikososialnya. Pada usia, lansia banyak yang

merasakan kesepian, social ekonomi sangat

kurang diperhatikan, kesejahteraan berkurang,

dan munculnya beberapa penyakit pada lansia

yang dapat menyebabkan produktivitas menurun

sehingga dapat mempengaruhi kehidupan dan

kualitas hidup itu lansia itu sendiri Faktor lain yang

mempengaruhi kemandirian lansia untuk bergerak

secara aktif. Ediawati (2013) menyatakan bila

seseorang bertambah usia, kemampuan fisik dan

mentalnya perlahan akan menurun menyebabkan

resiko jatuh pada lansia.

Hubungan dukungan keluarga dengan

penurunan fisik atau kemandirian pada lansia

sebagaimana dijelaskan oleh Sampelan et.al (2015)

Page 9: ) PADA LANSIA

35

Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Tingkat Kemandirian ADL (Activity of Daily Living) Pada Lansia

yang meneliti hubungan dukungan keluarga dengan

kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas

sehari-hari didesa Batu Kecamatan Likupang

Selatan Kabupaten Minahasa Utara, penelitian

tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan

antara dukungan keluarga dengan kemandirian

lansia karena dengan adanya bantuan keluarga

lansia akan mudah melakukan kemandiriannya

dalam kehidupannya sehari-hari sehingga lansia

merasa diperhatikan dan tercapainya kemandirian

yang baik.

Hubungan dukungan emosional pasangan

hidup terhadap pemenuhan aktivitas sehari-hari

sebagaimana dijelaskan oleh Utami (2017) yang

meneliti hubungan dukungan emosional pasangan

hidup terhadap pemenuhan Activity Daily Living

lansia, penelitian tersebut menunjukkan bahwa

terdapat hubungan antara dukungan emosional

pasangan hidup terhadap pemenuhan Activity

Daily Living lansia karena lansia yang mendapat

dukungan emosional tinggi membuat lansia lebih

semangat dalam melakukan aktivitas. Keberadaan

pasangan hidup sangat berperan penting dalam

dukungan sosial karena pasangan hidup memiliki

fungsi supporting dalam berbagai hal misalnya

emosi, problem solving, keuangan maupun

pengasuhan.

5. Hubungan Tingkat Kecemasan dengan

Tingkat Kemandirian ADL (Activity Of

Daily Living) pada lansia

Pada tabel 4.5 di dapatkan hasil bahwa

terdapt hubungan yang signifikan antara tingkat

kecemasan dengan tingkat kemandirian ADL

(Activity Of Daily Living) pada lansia di Balai

(PSTW) Unit Budhi Luhur Kasongan Bantul

Yogyakarta. Hasil didasarkan pada uji kendall

tau dengan p value = 0,000 (p value<0,001) maka

Ha diterima dan H0 ditolak. Hal ini menunjukkan

bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

tingkat kecemasan dengan tingkat kemandirian

ADL (Activity Of Daily Living) pada lansia di

Balai (PSTW) Unit Budhi Luhur Kasongan

Bantul Yogyakarta. Nilai correlation coefficient

(CC) variabel tingkat kecemasan dengan tingkat

kemandirian ADL (Activity Of Daily Living) pada

lansia adalah -,428** yang menunjukkan bahwa

terdapat hubungan yang signifikan anatara tingkat

kecemasan dengan tingkat kemandirian ADL

(Activity Of Daily Living) pada kategori kuat.

Tingkat kecemasan didukung dengan sebuah

teori bahwa kecemasan merupakan kekhawatiran

yang tidak jelas dan menyebar yang berkaitan

dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.

Keadaan emosi ini tidak memiliki obyek yang

spesifik. Kecemasan dialami secara subjektif dan

dikomunikasikan secara interpersonal. Kecemasan

sangat akrab dengan kehidupan sehari-hari, yang

menggambarkan keadaan khawatir, gelisah,

dan tidak tentram disertai gangguan sakit,

dengan arti kecemasan dapat menjadi bagian dari

kualitas tidur, terutama pada lansia. Kecemasan

yang dialami lansia disebabkan oleh penurunan

kondisi fisik seperti penglihatan, badan mulai

membungkuk, kulit keriput dan sekarang sudah

tidak kuat jalan jatuh lagi karena cepat lelah, beda

dengan waktu muda di saat dulu kondisi fisik

masih kuat (Stuart, 2012).Salah satu penyebab

kecemasan pada lansia di Balai (PSTW) Unit

Budhi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta adalah

kekhawatiran terhadap penyakit yang diderita pada

lansia diantaranya adalah penyakit kronis seperti

diabetes militus penyakit kardiovaskuler penyakit

paru. Dan di tambahnya adanya faktor-faktor lain

yang menyebabkan tingginya angka kecemasan

sedang yang terjadi adalah beratnya beban yang

dihadapi lansia. Serta adanya stresor pencetus

yang menyebabkan lansia cemas, yaitu ancaman

terhadap integritas fisik meliputi disabilitas

fisiologis yang akan terjadi atau penurunan

kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-

hari. Namun semuanya dikembalikan kepada

Page 10: ) PADA LANSIA

36

JURNAL KEPERAWATAN, Volume 12, No 1, Januari 2020: 29-38

mekanisme koping yang dimiliki oleh individu

lansia, jika koping yang dimiliki positif maka

kecemasan yang akan dapat diminimalisir (Stuart,

2012).

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Pangemanan et.al, (2019)

tentang “Hubungan Tingkat Stres Denga n

Kemandirian Aktivitas Dalam Pemenuhan

Kebutuhan Sehari-Hari Pada Lanjut Usia (Lansia)”

menyimpulkan bahwa perubahan mental lansia

ditandai dengan sikap yang mudah tersinggung

dan bahkan mudah depresi hingga stres. Stres juga

dapat mempengaruhi kemandirian pada lansia

meliputi kemampuan lansia dalam melakukan

aktivitas sehari-hari seperti: mandi, berpakaian

rapi, pergi ke toilet, berpindah tempat, dan

mengontrol BAK atau BAB, serta dapat makan

sendiri. Hasil penelitian ini memiliki persamaan

bahwa kemandirian memiliki faktor dari usia,

cemas, stres, depresi dan lainnya yang menyangkut

dengan psikologinya. Kemandirian dalam

pemenuhan kebutuhan sehari-hari sebagian besar

responden kategorikan ketergantungan ringan

sebanyak 17 orang (54,8%) dengan nilai signifikan

sebesar 0,000 (p < 0,05) dan nilai korelasi sebesar

-0,642, atinya semakin rendah tingkat stress maka

semakin tinggi tingkat kemandiriannya.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Kurniawan (2018) tentang

“Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Tingkat

Kemandirian IADL (Instrumental Activity

Of Daily Living) Lansia dengan Hipertensi

d i Pu sk e sm a s Pe n u m pi n g ” m e n y i m p u l ka n

bahwa semakin tinggi tingkat kecemasan maka

tingkat kemandirian lansia semakin berkurang.

Kecemasan dan depresi dapat mempengaruhi

penurunan fungsi kognitif lansia kemudian dapat

memperburuk aktivitas sehari-hari, nutrisi dan

kemampuan untuk bekerja. Faktor-faktor lain

yang mempengaruhi IADL pada lansia yaitu usia,

pendidikan dan jenis kelamin karena salah satu

nya dapat memperparah keadaan lansia. Tingkat

kecemasan dengan IADL pada lansia sebagian

besar responden di kategorikan kecemasan

berat dengan mandiri sebagian sebanyak 14

(66,7%) dengan nilai signifikan 0,001 (<0,005)

dan nilai -426**, artinya semakin tinggi tingkat

kecemasan maka tingkat kemandirian lansia

semakin berkurang.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan S uryani & Ras yid (2016)

tentang “Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan

Kualitas Hidup Lanjut Usia Di Panti Wredha

Bhakti Pajang Surakarta” menyimpulkan bahwa

kecemasan yang terjadi pada lansia disebabkan

adanya faktor penuaan, tubuh yang semakin tua.

Dampaknya adanya kemunduran kemampuan

tubuh sehingga semakin lama menyebabkan

lansia tidak berdaya dalam mencukupi kebutuhan

hidupnya. Ketidakberdayaan ini menjadi penyebab

kekhawatiran lansia terhadap hari depannya.

Tingkat kecemasan dengan kualitas hidup lanjut

usia di panti diperoleh nilai korelasi sebesar

-0.269 (p-value 0,041) nilai koefisien korelasi

yang bernilai negatif (-0,269) bermakna bahwa

hubungan kecemasan dengan kualitas hidup

adalah berlawanan, artinya semakin tinggi tingkat

kecemasan maka semakin rendah kualitas hidup

manusia.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan

hasil penelitian yang dilakukan pada 75 responden

lansia di Balai (PSTW) Unit Budhi Luhur

Kasongan Bantul Yogyakarta mengenai hubungan

tingkat kecemasan dengan tingkat kemandirian

ADL (Activity Of Daily Living) pada lansia dapat

ditarik kesimpulan, yaitu: Karakteristik Responden

di Balai (PSTW) Unit Budhi Luhur Kasongan

Bantul Yogyakarta menurut kelompok usia yang

paling terbanyak usia 60-74 tahun sebanyak

50 (66,7%), untuk jenis kelamin yang paling

Page 11: ) PADA LANSIA

37

Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Tingkat Kemandirian ADL (Activity of Daily Living) Pada Lansia

terbanyak yaitu jenis kelamin perempuan sebanyak

42 (56,0%), pendidikan yang paling terbanyak

yaitu pendidikan SD sebanyak 38 (50,7%), untuk

lama tinggal di panti 0-5 tahun sebanyak 64

(85,3%) dan status janda/duda sebanyak 67 (89,3).

Tingkat kecemasan pada lansia di Balai

(PSTW) Unit Budhi Luhur Kasongan Bantul

Yogyakarta sebagian besar mayoritas kecemasan

sedang sebanyak 56 lansia (74,7%) Tingkat

kemandirian ADL (Activity Of Daily Living)

pada lansia di Balai (PSTW) Unit Budhi Luhur

Kasongan Bantul Yogyakarta sebagian besar

adalah mayoritas ketergantungan sedang sebanyak

55 (73,7%). Berdasarkan hasil analisis dinyatakan

bahwa ada hubungan signifikan antara tingkat

kecemasan dengan tingkat kemandirian ADL

ADL (Activity Of Daily Living) yang dimana

diperoleh arah korelasinya negatif, yang berarti

bahwa semakin tinggi tingkat kecemasan semakin

rendah tingkat kemandirian pada lansia artinya

semakin lansia tidak mandiri atau ketergantungan.

Berdasarkan hasil penelitian ini maka

peneliti menyarankan kepada peneliti selanjutnya

untuk melakukan penelitian dengan variabel yang

berbeda yaitu dukungan keluarga, depresi dan

resiko jatuh dengan tingkat kemandrian ADL

(Activity Of Daily Living) pada lansia.

RUJUKAN

BPS. (2018). Statistik Penduduk Lanjut Usia.

Jakarta

Dariah E.D & Okatiranti (2015). Hubungan

Kecemasan Dengan Kualitas Tidur Lansiadi

Posbindu Anyelir Kecamatan Cisarua

Kabupaten Bandung Barat. Jurnal Ilmu

Keperawatan. Vol.III, No 2, September 2015

Donsu, D. D. (2019). Psikologi Keperawatan.

Yogyakarta: PT.PUSTAKA BARU.

Dua Bura, A.E (2018) Gambaran Tingkat

Kecemasan Pada Lansia Dengan Hipertensi

di Puskesmas NITA KABUPATEN SIKKA

NTT. Fakultas keperawatan Universitas

Hasanuddin (26 Oktober 2019, 20:30)

Ediawati. 2013. Gambaran Tingkat Kemandirian

dalam Activity of Daily Living (ADL) dan

Resiko Jatuh pada Lansia di Panti Sosial

Tresna Wredha Budi Mulia 01 dan 03 Jakarta

Timur (Skripsi)

Handayani, Sri (2009) Hubungan Dukungan

Keluarga Terhadap Tingkat Kecemasan

Pada Lanjut Usia (Umur 60-74 tahun)

di Panti Wredha Rindag Asih Ungaran.

U nder graduate thesis , Universi tas

Diponegoro. (03 Februari 2020, 16:20)

Hendra Kusuma, I. B., & Ardani, I. I. (2018).

Hubungan Tingkat Kecemasan Terhadap

Aktivitas Sehari-Hari Pada Lansia Di Panti

Werdha Wana Seraya Denpasar-Bali. Jurnal

Medika Vol.7 No1, Januari 2018:37-42 . (14

Oktober 2019,16:20

Kakombohi, S., Palendeng, O. I., & Rompas,

S. (2017). Hubungan Tingkat Kecemasan

Dengan Perilaku Hidup Bersih Dan

Sehat (PHBS) Pada Lanjut Usia Di Balai

Penyantunan Lanjut Usia (BPLU) Senja

Cerah Paniki Kecamatan Mapanget Manado.

jurnal keperawatan volume 5 nomor 2,

Agustus 2017 .(15 Oktober 2019, 18:22)

Kh a sa n a h , U & Kh a i r a n i . ( 2 0 1 6 ) . Ti n g k a t

Kecemasan Pada Lansia Yang Mengalami

P enyaki t K roni s D i Banda A ceh .

Keilmuan Keperawatan Gerontik Fakultas

Keperawatan Universitas Syiah Kuala

Banda Aceh. ( 23 Oktober 2019, 16:20)

Kurniawan, A (2018). Hubungan Tingkat

Kecemasan dengan Tingkat Kemandirian

Instrumental Activity Of Daily Living

(IADL ) L a nsi a de nga n Hi pe rt e nsi DI

Puskesmas Penumping. Ilmu Kesehatan.

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Ngadiran, A (2019). hubungan Karakteristik

(umur, pendidika, dan lama tinggal di

Page 12: ) PADA LANSIA

38

JURNAL KEPERAWATAN, Volume 12, No 1, Januari 2020: 29-38

panti) dengan tingkat kecemasan lansia

dipanti Wreda Charitas Cimahi. jurnal ilmu

keperawatan Vol.13 No.2, Desember 2019.

(04 februari 2020, 14:23)

Rohaedi, S., Putri, S. T., & Karimah, A. D.

(2016). Tingkat Kemandirian Lansia Dalam

Activities Daily Living di Panti Sosial

Tresna Werdha Senja Rawi. Jurnal Ilmu

Keperawatan Indonesia Vo.2 No.1 Juli 2016

.( 23 Oktober 2019, 17:20)

Sampelan, I., Kundre, R., & Lolong, J. (2015).

Hubungan Dukungan Keluarga Dengan

Kemandirian Lansia Dalam Pemenuhan

Aktivitas Sehari-hari Di Desa Batu

Kecamatan Likupang Selatan Kabupaten

Minahasa Utara. e-journal Keperawatan

Vol. 3 No. 2, Mei 2015 . (23 Oktober 2019,

17:20)

Setyaningsih, E., Setiyawan& Saelan. (2017)

Hubungan Kecemasan Dengan Kualitas

Hidup Pada Lansia Di Panti Wredha Dharma

Bhakti Kasih Surakarta. Keperawatan

STIKes Kusuma Husada Surakarta. (2

November 2019, 16:00)

Stuart, G.W (2012). Buku Saku Keperawatan Jiwa,

edisi . Jakarta EGC

Utami, D.D (2017). Hubungan antara dukungan

emos ional pas angan hidup terhadap

pemenuhan Actviity Daily Living. Fakultas

Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo. (11

februari 2020, 16.00) http://perpusnwu.web.

id/karyailmiah/document/5376.pdf

Page 13: ) PADA LANSIA

39