adl pada lansia

22
ADL pada Lansia (Tugas Hamida Ny enal) BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah mewujudkan hasil yang positif diberbagai bidang yaitu kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama dibidang kesehatan khususnya kedokteran dan keperawatan, sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta meningkatkan usia harapan hidup. Diseluruh dunia ± 500 juta lanjut usia (lansia) dengan umur rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Sedangkan menurut Badan kesehatan dunia WHO bahwa penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2020 mendatang sudah mencapai angka 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang, balitanya tinggal 6,9% yang menyebabkan jumlah penduduk lansia terbesar di dunia (Badan Pusat Statistik (BPS)). Bertambahnya lansia di Indonesia sebagai dampak keberhasilan pembangunan, menyebabkan meningkatnya permasalahan pada kelompok lansia yang perjalanan hidupnya secara alami akan mengalami masa tua dengan segala keterbatasannya terutama dalam masalah kesehatan. Hal tersebut diperkuat lagi dengan kenyataan, bahwa

Upload: matthew-lee

Post on 11-Aug-2015

588 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

kebutuhan adl pada lansia

TRANSCRIPT

Page 1: ADL Pada Lansia

ADL pada Lansia (Tugas Hamida Ny enal)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah mewujudkan

hasil yang positif diberbagai bidang yaitu kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup,

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama dibidang kesehatan khususnya kedokteran

dan keperawatan, sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta meningkatkan

usia harapan hidup.

Diseluruh dunia ± 500 juta lanjut usia (lansia) dengan umur rata-rata 60 tahun dan

diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Sedangkan menurut Badan kesehatan

dunia WHO bahwa penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2020 mendatang sudah mencapai

angka 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang, balitanya tinggal 6,9% yang menyebabkan jumlah

penduduk lansia terbesar di dunia (Badan Pusat Statistik (BPS)).

Bertambahnya lansia di Indonesia sebagai dampak keberhasilan pembangunan,

menyebabkan meningkatnya permasalahan pada kelompok lansia yang perjalanan hidupnya

secara alami akan mengalami masa tua dengan segala keterbatasannya terutama dalam masalah

kesehatan. Hal tersebut diperkuat lagi dengan kenyataan, bahwa kelompok lansia lebih banyak

menderita penyakit yang menyebabkan ketidakmampuan dibandingkan dengan orang yang lebih

muda. Keadaan tersebut masih ditambah lagi bahwa lansia biasanya menderita berbagai macam

gangguan fisiologi yang bersifat kronik, juga secara biologik, psikis, sosial ekonomi, akan

mengalami kemunduran (Brunner & Suddart, 2001).

Perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan termasuk

kesehatannya. Oleh karena itu, kesehatan lansia perlu mendapat perhatian khusus dengan tetap

memelihara dan meningkatkan agar selama mungkin bisa hidup secara produktif sesuai

kemampuannya. Pada lansia pekerjaan yang memerlukan tenaga sudah tidak cocok lagi, lansia

harus beralih pada pekerjaan yang lebih banyak menggunakan otak dari pada otot, kemampuan

melakukan aktifitas sehari-hari (Activity Daily Living/ ADL) juga sudah mengalami penurunan.

Page 2: ADL Pada Lansia

Aktifitas sehari-hari yang harus dilakukan oleh lansia ada lima macam diantaranya

makan, mandi, berpakaian, mobilitas dan toieting (Brunner & Suddart, 2001). Untuk memenuhi

kebutuhan lansia diperlukan pengetahuan atau kognitif dan sikap yang dapat mempengaruhi

perilaku lansia dalam kemandirian pemenuhan kebutuhan ADL. Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, semakin tinggi

pengetahuan seseorang semakin baik kemampuannya terutama kemampuannya dalam

pemenuhan kebutuhan ADL. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek sehingga orang bisa menerima, merespon,

menghargai, bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan ADL. Sikap belum tentu terwujud

dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya perilaku perlu faktor lain antara yaitu fasilitas atau

sarana dan prasarana. Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk

hidup) yang bersangkutan. Perilaku itu terbentuk di dalam diri seseorang dari dua faktor utama

yakni faktor dari luar diri seseorang (faktor eksternal) dan faktor dari dalam diri seseorang yang

bersangkutan (faktor internal). Oleh karena itu perilaku manusia sangat bersifat kompleks yang

saling mempengaruhi dan menghasilkan bentuk perilaku pemenuhan kebutuhan ADL pada

lansia. Setiap insan manusia merupakan makhluk hidup yang unik yang tidak bisa sama atau

ditiru satu sama lain, akan tetapi mempunyai satu persamaan pada berbagai kebutuhan yang

berdasarkan pada hirarki Maslow.

Pada saat ini lansia kurang sekali mendapatkan perhatian serius ditengah keluarga dan

masyarakat terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan aktifitas sehari-hari/ ADL. Hal ini

disebabkan karena lansia mempunyai keterbatasan waktu, dana, tenaga dan kemampuan untuk

merawat diri. sedangkan keluarga tidak mampu untuk membantu lansia. Maka rumah jompo

atau panti sosial dapat menjadi pilihan mereka.

Panti sosial atau panti werdha adalah suatu institusi hunian bersama dari para lanjut usia

yang secara fisik dan kesehatan masih mandiri dimana kebutuhan harian dari para penghuni

biasanya disediakan oleh pengurus panti (Darmodjo & Martono, 1999). Sedangkan menurut Jhon

(2008), panti werdha adalah tempat dimana berkumpulnya orang – orang lansia yang baik secara

sukarela ataupun diserahkan oleh pihak keluarga untuk diurus segala keperluannya. Tempat ini

ada yang dikelola oleh pemerintah dan ada yang dikelola oleh swasta. Dirumah jompo para

lansia akan menemukan banyak teman sehingga diantara mereka saling membantu, saling

Page 3: ADL Pada Lansia

memberikan dukungan dan juga saling memberikan perhatian khususnya dalam pemenuhan

kebutuhan ADL.

B. Manfaat

Manfaat Mempertahankan Activity Of Daily Living (ADL) Pada Lansia dapat dirasakan

secara fisiologis, psikologis dan sosial.

1. Manfaat fisiologis

a.       Dampak langsung dapat membantu:

1)      Mengatur kadar gula darah

2)      Merangsang adrenalin dan noradrenalin

3)      Peningkatan kualitas dan kuantitas tidur

b.      Dampak jangka panjang dapat meningkatkan:

1)      Daya tahan aerobik/kardiovaskuler

2)      Kekuatan otot rangka

3)      Kelenturan

4)      Keseimbangan dan koordinasi gerak sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan (jatuh)

5)      Kelincahan gerak

2.    Manfaat psikologis

a.       Dampak langsung dapat membantu:

1)      Memberi perasaan santai

2)      Mengurangi ketegangan dan kecemasan

3)      Meningkatkan perasaan senang

b.      Dampak jangka panjang dapat meningkatkan:

1)      Kesegaran jasmani dan rohani secara utuh

2)      Kesehatan jiwa

3)      Fungsi kognitif

4)      Penampilan dan fungsi motoric

5)      Keterampilan

3.    Manfaat sosial

a.       Dampak langsung dapat membantu:

Page 4: ADL Pada Lansia

1)      Pemberdayaan usia lanjut

2)      Peningkatan intregitas sosial dan kultur

b.      Dampak jangka panjang meningkatkan:

1)      Keterpaduan

2)      Hubungan kesetiakawanan social

3)      Jaringan kerja sama sosial budaya

4)      Pertahanan peranan dan pembentukan peran baru

5)      Kegiatan antargenerasi

BAB II

TIJAUAN PUSTAKA

A. Lansia

1. Pengertian Lansia

Usia lanjut adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang di mulai dengan

adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai mana di ketahui, ketika manusia mencapai

usia dewasa, ia mempunyai kemampuan reproduksi dan melahirkan anak. Ketika kondisi hidup

Page 5: ADL Pada Lansia

berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu usia

lanjut, kemudian mati. Bagi manusia yang normal, siapa orangnya, tentu telah siap menerima

keadaan baru dalam setiap fase hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi

lingkunganya ( Darmojo, 2004).

2. Proses menua

Menurut Constantindes (1994) dalam Nugroho (2000) mengatakan bahwa proses menua

adalah suatu proses menghilangnya secara perlahanlahan kemampuan jaringan untuk

memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat

bertahan terhadap infeksi dan memperbaikinya kerusakan yang diderita. Proses menua

merupakan proses yang terus-menerus secara alamiah dimulai sejak lahir dan setiap individu

tidak sama cepatnya. Menua bukan status penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya

tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh.

Dengan begitu manusia secara progresif akan kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan

akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan stuktural yang disebut sebagai penyakit

degeneratif seperti, hipertensi, aterosklerosis, diabetes militus dan kanker yang akan

menyebabkan kita menghadapi akhir hidup dengan episode terminal yang dramatik seperti strok,

infark miokard, koma asidosis, metastasis kanker dan sebagainya ( Martono & Darmojo,edisi ke-

3 2004).

3. Batasan Lanjut Usia

Menurut Organiai Kesehatan Dunia (WHO), Batasan lanut usia meliputi :

a.       Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun

b.      Lanjut usia (elderly) usia antara 60 sampai 74 tahun

c.       Lanjut usia tua (old) usia antara 75 sampai 90 tahun

d.      Usia sangat tua (very old) usia di atas 90 tahun (Mubarak dkk, 2006).

4. Teori Penuaan

Para perencana dan pengambil keputusan menaruh perhatian pada aspek lanjut usia yang

sehat dan sakit-sakitan mengingat usia yang panjang, tetapi sakit-sakitan akan menguras banyak

sumber daya dan akan menggangu aktifitas sehari-hari lansia. Dengan indeks aktifitas sehari-hari

menurut Katz, dapat diprediksi berapa usia harapan hidup aktif pada suatu masyarakat. Dari

berbagai studi disimpulkan bahwa dari status fungsional aktifitas sehari-hari terkait erat bukan

Page 6: ADL Pada Lansia

hanya dengan usia, tetapi juga dengan penyakit. Keterbatasan gerak merupakan penyebab utama

gangguan aktifitas hidup keseharian (activity of daily living – ADL) dan IADL (ADL Instrumen)

(Guraalnik, dkk dalam Tamher, 2009).

B. ssj\

I. Langkah-Langkah Mempertahankan Activity Of Daily Living (ADL) Pada Lansia

1.      Latihan kepala dan leher 

a.       Lihat keatap kemudian menunduk sampai dagu ke dada

b.      Putar kepala dengan melihat bahu sebelah kanan lalu sebelah kiri

c.       Miringkan kepala ke bahu sebelah kanan lalu kesebelah kiri.

2.      Latihan bahu dan lengan

a.       Angkat kedua bahu ke atas mendekati telinga kemudian turunkan kembali perlahan-lahan

Page 7: ADL Pada Lansia

b.      Tepukan kedua telapak tangan dan renggangkan lengan kedepan lurus dengan bahu. Pertahankan

bahu tetap lurus dan kedua tangan bertepuk kemudian angkat lengan keatas kepala.

c.       Satu tangan menyentuh bagian belakang dari leher kemudian raihlah punggung sejauh mungkin

yang dapat dicapai. Bergantian tangan kanandan kiri.

d.      Letakan tangan di punggung kemudian coba meraih keatas sedapatnya.

3.      Latihan tangan

a.       Letakan telapak tangan diatas meja. Lebarkan jari-jarinya dan tekan ke meja

b.      Baliklah telapak tangan. Tariklah ibu jari melintasi permukaan telapak tangan untuk menyentuh

jari kelingking. Kemudian tarik kembali. Lanjutkan dengan menyentuh tiap-tiap jari dengan ibu

jari dan kemudian setelah menyentuh tiap jari.

c.       Kepalkan tangan sekuatnya kemudian renggangkan jari-jari selurus mungkin.

4.      Latihan punggung

a.       Dengan tangan disamping bengkokan badan kesatu sisi kemudian kesisi yang lain.

b.      Letakan tangan dipinggang dan tekan kedua kaki, putar tubuh dengan melihat bahu kekiri dan

kekanan..

c.       Tepukan kedua tangan dibelakang dan regangkan kedua bahu ke belakang.

5.      Latihan paha

a.       Latihan ini dapat dilakukan dengan berdiri tegak dan memegang sandaran kursi atau dengan

posisi tiduran.

b.      Lipat satu lutut sampai pada dada dimana kaki yang lain tetap lurus, dan tahan beberapa waktu.

c.       Duduklah dengan kedua kaki lurus kedepan. Tekankan kedua lutut pada tempat tidur hingga

bagian belakang lutut menyentuh tempat tidur.

d.      Pertahankan kaki lurus tanpa membengkokan lutut, kemudian tarik telapak kaki kearah kita dan

regangkan kembali.

e.       Tekuk dan regangkan jari-jari kaki tanpa menggerakan lutut.

f.       Pertahankan lutut tetap lurus, putar telapak kaki kedalam sehingga permukaannya saling bertemu

kemudian kembali lagi.

g.      Berdiri dengan kaki lurus dan berpegangan pada bagian belakang kursi. Angkat tumit tinggi-

tinggi kemudian putarkan.

6.      Latihan pernafasan

Page 8: ADL Pada Lansia

a.       Duduklah di kursi dengan punggung bersandar dan bahu relaks. Letakkan kedua telapak tangan

pada tulang rusuk. Tarik nafas dalam-dalam maka terasa dada mengambang. Sekarang keluarkan

nafas perlahan-lahan sedapatnya. Terasa tangan akan menutup kembali.

7.      Latihan muka

a.       Kerutkan muka sedapatnya kemudian tarik alis keatas

b.      Tutup mata kuat-kuat, kemudian buka lebar-lebar

c.       Kembangkan pipi keluar sebisanya. Kemudian isap kedalam

d.      Tarik bibir kebelakang sedapatnya, kemudian ciutkan dan bersiul

II. Jenis Olah Raga / Latihan

Beberapa contoh olah raga yang dapat dilakukan oleh usia lanjut dalam Mempertahankan

Activity Of Daily Living (ADL) Pada Lansia, antara lain :

a.       Pekerjaan Rumah dan Berkebun

Kegiatan ini dapat memberikan suatu latihan yang dibutuhkan untuk menjaga kesegaran

jasmani, tetapi harus dilakukan secara tepat, agar nafas sedikit lebih cepat, denyut jantung lebih

cepat dan otot menjadi lelah. Akan tetapi perlu selalu dikontrol terhadap peningkatan denyut nadi

jangan sampai melebihi batas maksimal.

b.      Jalan Kaki

Berjalan baik untuk meregangkan otot – otot kaki dan bila jalannya makin lama makin

cepat, akan bermanfaat bagi daya tahan tubuh. Bila anda memilih jenis ini sebaiknya dilakukan

pada pagi hari antara pukul 5 – 6, dikala udara masih bersih dan segar. Lokasi terbaik adalah

daerah perkebunan atau pegunungan yang jauh dari asap kendaraan bermotor, pabrik yang

menyebabkan polusi udara.

c.       Berenang

Berenang akan melatih pergerakan seluruh tubuh. Latihan ini lebih baik lagi untuk orang

– orang yang mengalami kelemahan otot atau kaku sendi, asalkan dilakukan secara teratur.

d.      Lompat Tali

Melompat tali mempunyai beberapa keistimewaan (menggerakkan tali secara berirama

menggerakkan tubuh bagian atas lebih banyak daripada lari perlahan

III. Teknik dan Cara berlatih

Page 9: ADL Pada Lansia

Teknik dan cara berlatih yang dilakukan untuk Mempertahankan Activity Of Daily

Living (ADL) Pada Lansia terbagi dalam tiga segmen seperti yang dijelaskan di bawah ini:

1.      Pemanasan (warming up)

Gerakan umum (yang melibatkan sebanyak-banyaknya otot dan sendi) dilakukan secara

lambat dan hati-hati. Pemanasan dilakukan bersama dengan peregangan (stretching). Lamanya

kira-kira 8-10 menit.

Pada 5 menit terakhir pemanasan dilakukan lebih cepat. Pemanasan dimaksud untuk

mengurangi cedera dan mempersiapkan sel-sel   tubuh  agar dapat turut serta dalam proses

metabolisme yang meningkat.

2.      Latihan inti

Latihan inti bergantung pada komponen/faktor yang dilatih. Gerakan senam dilakukan

berurutan dan dapat diiringi oleh musik yang disSesuaikan dengan gerakannya. Untuk lansia

biasanya dilatih:

a.       Daya tahan (endurance);

b.      Kardiopulmonal dengan latihan-latihan yang bersifat aerobik;

c.       Fleksibilitas dengan peregangan;

d.      Kekuatan otot dengan latihan beban;

e.       Komposisi tubuh dapat diatur dengan pengaturan pola makan latihan aerobik kombinasi dengan

latihan beban kekuatan.

3.      Pendinginan (cooling down)

Dilakukan secara aktif. Artinya, sehabis latihan inti perlu dilakukan gerakan umum yang

ringan sampai suhu tubuh kembali normal yang ditandai dengan pulihnya denyut nadi dan

terhentinya keringat. Pendinginan dilakukan seperti pada pemanasan,yaitu selama 8-10 menit.

IV. Olahraga/Latihan Fisik yang Membahayakan bagi Lansia

Olahraga bertujuan untuk meningkatkan kesehatan tubuh, namun tidak semua olahraga

baik dilakukan oleh lansia. Ada beberapa macam gerakan yang dianggap membahayakan saat

berolahraga. Gerakan-gerakan tersebut adalah sebagai berikut:

1.     Sit-up dengan kaki lurus

     Cara-cara sit-up yang dilakukan dengan kaki lurus dan lutut dipegang dapat menyebabkan

masalah padapunggung. Oleh karena sit-up  cara klasik ini menyebabkan otot liopsoas/fleksor

Page 10: ADL Pada Lansia

pada punggung (otot yang melekat pada kolumna vertebralis dan femur) menanggung semua

beban. Otot ini merupakan otot terkuat di daerah perut. Jika fleksor punggung ini digunakan,

maka pinggul terangkat ke depan dan otot-otot kecil pada punggung akan berkontraksi, sehingga

punggung kita akan melengkung. Jadi, latihan seperti ini akan menyebabkan pemendekan otot

punggung bagian bawah dan paha. Akhirnya menyebabkan pinggul terangkat ke atas secara

permanen dan lengkung lordosis menjadi lebih banyak, sehingga menimbulkan masalah pada

pinggang.

     Tetapi bila kita membengkokkan lutut pada waktu latihan sit-up, otot-otot fleksor panggul

tidak bergerak. Dengan cara demikian, semua badan bertumpu pada otot perut dan kecil

kemungkinan terjadinya trauma pada pinggang bagian bawah. 

2.    Meraih ibu jari kaki

     Kadang-kadang untuk mengecilkan atau menguatkan perut diadakan latihan meraih ibu jari

kaki. Latihan-latihan ini selain tidak dapat mencaai ujuan, yaitu mengecilkan perut, juga kurang

baik karena dapat menyebabkan cedera. Sebetulnya latihan-latihan meraih ibu jari kaki adalah

latihan untuk menguatkan otot-otot punggung bagian bawah.

     Gerakan ini akan menyebabkan lutut menjadi hiperekstensi. Sebagai konsekuensinya, tekanan

yang cukup berat akan menimpa vertebra lumbalis yang akhirnya menyebabkan keluhan-keluhan

pada punggung bagian bawah. Kadang-kadang hal ini dapat menyebabkan gangguan pada diskus

invertebralis.

3.    Mengangkat kaki

     Mengangkat kaki pada posisi tidur terlentang sampai kaki terangkat ± 15 cm dari lantai,

kemudian ditahan beberapa saat selama mungkin. Latihan ini tidak baik, karena dapat

menyebabkan rasa sakit pada punggung bagian bawah (low back pain) dan menyebabkan

terjadinya lordosis yang dapat menyebabkan gangguan pada punggung.

     Bahaya yang ditimbulkan ialah otot-otot perut tidak cukup kuat untuk menahan kaki setinggi

15 cm dari lantai dalam waktu yang cukup lama dan kaki tidak dapat menahan punggung bagian

bawah. Akibatnya terjadi rotasi pelvis ke depan. Rotasi ini menyebabkan gangguan dari

punggung bagian bawah.

4.    Melengkungkan punggung

Page 11: ADL Pada Lansia

     Gerakan hiperekstensi ini banyak dilakukan dengan tujuan meregangkan otot perut agar otot

perut menjadi lebih kuat. Hal ini kurang benar, karena dengan melengkungkan punggung tidak

akan menguatkan otot perut, melainkan melemahkan persendian tulang punggung.

V. Hal-hal yang Perlu Mendapat Perhatian dalam Menjalin Hubungan dengan LansiaHal-halyang Perlu Mendapat Perhatian dalam Menjalin Hubungan dengan Lansia adalah

sebagai berikut:

1.      Lingkungan (fisik dan psikologis)

a.       Siapkan area yang adekuat.contoh: klien di kursi roda

b.      Suasana tenang dan tidak ribut/bising. Contoh: suara TV, radio

c.       Nyaman dan tidak panas

d.      Gunakan cahaya yang agak redup,hindari cahaya langsung

e.       Tempatkan pada posisi yang nyaman bila berganti posisi atau tanyakan apakah ingin di tempat

tidur

f.       Sediakan waktu yang cukup dan air minum

g.      Privasi harus dijaga

h.      Perhitungkan tingkat energi dan kemampuan klien

i.        Sabar, rileks, dan tidak terburu-buru. Beri klien waktu untuk menjawab pertanyaan

j.        Perhatikan tanda-tanda kelelahan (mengeluh, respons menjadi lambat, mengerut, dan

tersinggung)

k.      Rencanakan apa yang akan dikaji

l.        Melakukan pengkajian pada saat energi klien meningkat. Contoh: sehabis makan

2.      Interviewer (sikap perawat: perasaan, nilai, dan kepercayaan)

a.       Mengetahui mitos-mitos seputar lansia

b.      Menjelaskan tujuan wawancara

c.       Menggunakan berbagai teknik untuk mengimbangi kebutuhan pengumpulan data dengan

kepentingan klien

d.      Mencatat data harus seizin klien

e.       Pada awal interaksi perawat harus merencanakan bersama klien cara yang paling efektif dan

nyaman

f.       Menggunakan sentuhan

g.      Sesuaikan situasi dan kondisi wawancara

Page 12: ADL Pada Lansia

h.      Bicara tidak terlalu keras

3.      Klien

a.       Beberapa kultur yang memengaruhi kemampuan klien untuk berpartisipasi sangat berarti dalam

wawancara.

b.      Faktor-faktor yang memengaruhi proses penuaan adalah hereditas, nutrisi, status kesehatan,

pengalaman hidup, lingkungan dan stres.

c.       Perawat harus menyadari faktor-faktor ini karena kemampuan lansia untuk mengkomunikasikan

semua informasi penting sangat ditentukan oleh kelengkapan dan kesesuaian wawancara. 

C. Asuhan Keperawatan Pada Lansia

Proses keperawatan pada lansia meliputi hal-hal dibawah ini:

1.    Pengkajian

      Status kesehatan pada lansia dikaji secara komprehensif, akurat dan sistematis. Informasi

yang dikumpulkan selama pengkajian harus dapat dipahami dan didiskusikan dengan anggota

tim, keluarga klien, dan pemberi pelayanan interdisipliner.

Tujuan dari melakukan pengkajian adalah untuk menentukan kemampuan klien dalam

memelihara diri sendiri, melengkapi data dasar untuk membuat rencana keperawatan, serta

memberi waktu pada klien untuk berkomunikasi. Pengkajian ini meliputi aspek fisik, psikis,

sosial, dan spiritual dengan melakukan kegiatan pengumpulan data melalui wawancara,

observasi dan pemeriksaan (CGA: comprehensive geriatric assessment).

Pengkajian pada lansia yang ada di keluarga dilakukan dengan melibatkan keluarga

sebagai orang terdekat yang mengetahui tentang masalah kesehatan lansia. Sedangkan

pengkajian pada kelompok lansia di panti ataupun di masyarakat dilakukan dengan melibatkan

penanggung jawab kelompok lansia, kultural, tokoh masyarakat, serta petugas kesehatan.

Untuk itu, format pengkajian yang digunakan adalah format pengkajian pada lansia yang

dikembangkan sesuai dengan keberadaan lansia. Format yang dikembangkan minimal terdiri

atas: data dasar (identitas,     alamat, usia, pendidikan, pekerjaan, agama dan suku bangsa); data

biopsikososial, spiritual, kultural; lingkungan; status fungsional; fasilitas penunjang kesehatan

yang ada; serta pemeriksaan fisik.

2.    Diagnosis Keperawatan

Page 13: ADL Pada Lansia

      Perawat menggunakan hasil pengkajian untuk menentukan diagnosis keperawatan. Diagnosis

keperawatan dapat berupa diagnosis keperawatan individu, diagnosis keperawatan keluarga

dengan lansia,   ataupun diagnosis keperawatan pada kelompok lansia.

      Masalah keperawatan yang dijumpai antara lain gangguan nutrisi: kurang/lebih; gangguan

persepsi sensorik; pendengaran, penglihatan; kurangnya perawatan diri; intoleransi

aktivitas;gangguan pola tidur; perubahan pola eliminasi; gangguan mobilitas fisik; risiko cedera;

isolasi sosial; menarik diri; harga diri rendah; cemas; reaksi berduka; marah; serta penolakan

terhadap proses penuaan.

Contoh diagnosis keperawatan lansia dengan masalah keperawatan gangguan sensori

persepsi: penglihatan adalah sebagai berikut:

a.       Diagnosis keperawatan pada lansia secara individu: gangguan sensori-persepsi: penglihatan

yang berhubungan dengan penurunan ketajaman penglihatan.

b.      Diagnosis keperawatan pada keluarga dengan lansia: gangguan sensori persepsi: pada ibu S di

keluarga bapak A yang berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat lansia dengan

katarak.

c.       Diagnosis keperawatan pada kelompok lansia di panti: risiko cedera pada kelompok lansia di

panti X yang berhubungan dengan penurunan penglihatan ditandai dengan 80% lansia di panti X

mengatakan tidak dapat melihat jauh, 20% lansia di panti X pernah jatuh diselokan karena tidak

melihat jalan dengan jelas, 80% lansia di panti X tampak lensa matanya keruh.

3.    Rencana Keperawatan

Perawat mengembangkan rencana pelayanan yang berhubungan dengan lansia dan hal-

hal lain yang berkaitan. Tujuan, prioritas, serta pendekatan keperawatan yang digunakan dalam

rencana perawatan termasuk didalamnya kepentingan terapeutik, promotif, preventif, dan

rehabilitatif.

Rencana keperawatan membantu klien memperoleh dan mempertahankan kesehatan pada

tingkatan yang paling tinggi, kesejahteraan dan kualitas hidup dapat tercapai, demikian juga

halnya untuk menjelang kematian secara damai. Rencana dibuat untuk keberlangsungan

pelayanan dalam waktu yang tak terbatas, sesuai dengan respons atau kebutuhan klien.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyusun rencana keperawatan.

a.       Sesuaikan dengan tujuan yang spesifik di mana diarahkan pada pemenuhan kebutuhan dasar.

Page 14: ADL Pada Lansia

b.      Libatkan klien dan keluarga dalam perencanaan.

c.       Kolaborasi dengan profesi kesehatan yang terkait.

d.      Tentukan prioritas.klien mungkin sudah puas dengan kondisinya, bangkitkan perubahan tetapi

jangan dipaksakan, rasa aman dan nyaman adalah yang utama

e.       Sediakan waktu yang cukup untuk klien.

f.       Dokumentasikan rencana keperawatan yang telah dibuat.

4.    Tindakan Keperawatan

      Perawat melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana perawatan yang telah

dibuat. Perawat memberikan pelayanan kesehatan untuk memelihara kemampuan fungsional

lansia dan mencegah komplikasi serta meningkatkan ketidakmampuan. Tindakan keperawatan

berdasarkan rencana keperawatan dari setiap diagnosis keperawatan yang telah dibuat dengan

didasarkan pada konsep asuhan keperawatan gerontik. Tindakan keperawatan yang dilakukan

pada lansia:

a.       Menumbuhkan dan membina hubungan saling percaya dengan cara memanggil nama klien.

b.      Menyediakan penerangan yang cukup: cahaya matahari, ventilasi rumah, hindarkan dari cahaya

yang silau, penerangan di kamar mandi, dapur, dan ruangan lain sepanjang waktu.

c.       Meningkatkan rangsangan pancaindra melalui buku-buku yang dicetak besar dan berikan warna

yang dapat dilihat.

d.      Mempertahankan dan melatih daya orientasi realita: kalender, jam, foto-foto, serta banyaknya

jumlah kunjungan.

e.       Memberikan perawatan sirkulasi: hindari pakaian yang sempit, mengikat/menekan, mengubah

posisi, dukung untuk melakukan aktivitas, serta melakukan penggosokan pelan-pelan waktu

mandi.

f.       Memberikan perawatan pernapasan dengan membersihkan hidung, melindungi dari angin, dan

meningkatkan aktivitas pernapasan dengan latihan napas dalam (latihan batuk). Hati-hati dengan

terapi oksigen, perhatikan tanda-tanda gelisah, keringat berlebihan, gangguan penglihatan,

kejang otot, dan hipotensi.

g.      Memberikan perawatan pada organ pencernaan: beri makan porsi kecil tapi sering, beri makan

yang menarik dan dalam keadaan hangat, sediakan makanan yang disukai, makanan yang cukup

Page 15: ADL Pada Lansia

cairan, banyak makan sayur dan buah, berikan makanan yang tidak membentuk gas, serta sikap

fowler waktu makan.

h.      Memberikan perawatan genitourinaria dengan mencegah inkontinensia dengan menjelaskan dan

memotivasiklien untuk BAK tiap 2 jam serta observasi jumlah urine pada saat akan tidur. Untuk

seksualitas, sediakan waktu untuk konsultasi.

i.        Memberikan perawatan kulit. Mandi: gunakan sabun yang mengandung lemak, hindari

menggosok kulit dengan keras, potong kuku tangan dan kaki, hindari menggarukdengan keras,

serta berikan pelembap (lotion) untuk kulit.

j.        Memberikan perawatan muskuloskeletal: bergerak dengan keterbatasan, ubah posisi tiap 2 jam,

cegah osteoporosis dengan latihan aktif/pasif, serta anjurkan keluarga untuk membuat klien

mandiri.

k.      Memberikan perawatan psikososial: jelaskan dan motivasi untuk sosialisasi, bantu dalam

memilih dan mengikuti aktivitas, fasilitasi pembicaraan, sentuhan pada tangan untuk memelihara

rasa percaya, berikan penghargaan, serta bersikap empati.

l.        Memelihara keselamatan: usahakan agar pagar tempat tidur (pengaman) tetap dipasang, posisi

tempat tidur yang rendah, kamar dan lantai tidak berantakan dan licin, cukup penerangan, bantu

untuk berdiri, serta berikan penyangga pada waktu berdiri bila diperlukan.