unsur transisi - tiyasnnhuda.files.wordpress.com · web viewunsur transisiperiode...
Embed Size (px)
TRANSCRIPT

OLEHTiyas Abror Huda
atSMA Negeri

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari,kita sering mendengar sepeti tembaga,besi, emas dan
perak. Posisi unsur-unsur tersebut dalam table periodic terletak pada golongan
transisi periode ke empat dan ke lima. Disini kami hanya menjelaskan tentang
unsur-unsur transisis periode ke empat. Ada jam yang terbuat dari logam, tidak
berat ketika dipakai, tidak berkarat ketika kena air, dan tetap mengilap walaupun
sudah lama dipakai. Salah satu bahan yang digunakan dalam pembuatan jam tangan
adalah titanium. Vanadium adalah logam abu-abu yang keras dan tersebar luas
dikulit bumi sekitar 0,02 % massa. Kromium, terletak pada golongan VI B periode
keempat dan merupakan salah satu logam yang penting. Bijih mangan yang utama
adalah pirolusit (MnO2). Besi bersifat logam dan terletak pada golongan VIII B
periode empat dalam tabeln periodic. Besi di dunia, dengan produksi tahunan
mendekati satu miliar ton merupakan logam penting dalam peradaban modern.
Kobalt di alam diperoleh sebagai bijih smaltit (CoAs2) dan kobaltit (CoAsS) yang
biasanya berasosiasi dengan Ni dan Cu. Bijih nikel di alam banyak ditemukan
dalam mineral petlantdit [(Fe,Ni)9S8) dan garnirit [(Ni, Mg)SiO3. nH2O]. Kawat
tembaga yang berwarna kuning dan digunakan untuk kawat listrik. Zink di alam
merupakan senyawa yang tersebar luas sebagai bijih tambang. Umumnya senyawa
tersebut adalah zink blende (ZnS) dan calamine (ZnCO3). Untuk mengetahui lebih
lanjut mengenai unsur-unsur lain maka dibuatlah makalah ini.
1

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui Sumber dan kelimpahan unsur-unsur transisi
2. Untuk mengetahui sifat fisika dan sifat kimia unsur-unsur transisi
3. Untuk mengetahui cara isolasi dan pembuatan unsur-unsur transisi
4. Untuk mengetahui reaktifitas unsur-unsur transisi
5. Untuk mengetahui senyawaan unsur-unsur transisi dan reaksinya dengan unsur
lain
6. Untuk mengetahui jenis ikatan yang terbentuk
2

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sumber dan Kelimpahan
Unsur unsur yang termasuk periode keempat meliputi tembaga (Cu), seng (Zn),
skadium (Sc), Titanium (Ti), Vanadium (V), kromium (Cr), mangan (Mn), besi
(Fe), kobalt (Co), dan nikel (Ni). Unsur transisi dapat ditemukan dikerak bumi
terutama sebagai bijih mineral (bijih logam) dengan kadar tertentu.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam uraian berikut:
a. Besi (Fe)
Besi merupakan logam yang cukup melimpah dalam kulit bumi (4,7%). Besi
murni berwarna putih kusam yang tidak begitu keras dan sangat reaktif
terhadap zat oksidator sehingga besi dalam udara lembap teroksidasi oleh
oksigen dengan cepat membentuk karat.
b. Cobalt (Co)
Walaupun kobalt relatif jarang terdapat di alam, tetapi dapat ditemukan dalam
bijih smaltit (CoAs2) dan kobaltit (CoAsS) dalam kadar yang memadai jika
3

diproduksi secara ekonomis. Kobalt bersifat keras, berwarna putih kebiruan,
dan banyak digunakan untuk membuat paduan, seperti baja perak (stainless
steel). Baja perak merupakan paduan antara besi, tembaga, dan tungsten yang
digunakan dalam instrumentasi dan alat-alat kedokteran.
c. Nikel (Ni)
Kelimpahan nikel dalam kulit bumi berada pada peringkat ke-24, terdapat
dalam bijih bersama-sama dengan arsen, antimon, dan belerang. Logam nikel
berwarna putih seperti perak dengan konduktivitas termal dan listrik tinggi,
tahan terhadap korosi, dan digunakan untuk melapisi logam yang lebih reaktif.
d. Tembaga (Cu)
Tembaga (Cu) merupakan unsur yang jarang ditemukan di alam (precious
metal). Tembaga umumnya ditemukan dalam bentuk senyawanya, yaitu bijih
mineral, seperti Pirit tembaga (kalkopirit) CuFeS2, bornit (Cu3FeS3), kuprit
(Cu2O), melakonit (CuO), malasit (CuCO3.Cu(OH)2). Tembaga memiliki sifat
4

konduktor listrik sangat baik sehingga banyak digunakan sebagai penghantar
listrik, misalnya untuk kabel listrik. Selain itu, tembaga tahan terhadap cuaca
dan korosi. Walaupun tembaga tidak begitu reaktif, tetapi dapat juga terkorosi.
Warna kemerah-merahan dari tembaga berubah menjadi kehijau-hijauan akibat
terkorosi oleh udara membentuk patina.
e. Seng (Zn)
Seng (Zn) terdapat di alam sebagai senyawa sulfida seperti seng blende (ZnS),
sebagai senyawa karbonat kelamin (ZnCO3), dan senyawa silikat seperti
hemimorfit (ZnO.ZnSiO3.H2O).
f. Scandium (Sc)
Scandium ditemukan di alam bersama unsur-unsur lantanida dan memiliki sifat
yang sama dengan unsur tersebut. Scandium merupakan logam yang jarang
ditemukan. Kandungan unsur ini diperkirakan antara 5 sampai 30 ppm, dan
hanya ditemukan pada beberapa tambang mineral. Pengguanan scandium
5

secara komersil sangat terbatas yaitu salah satunya sebagai komponen dalam
lampu-lampu berintesitas tinggi.
g. Vanadium (V)
Vanadium merupakan unsur yang cukup banyak terdapat (0,02% kerak bumi)
dan ditemukan pada beberapa macam bijih. Metalurgi vanadium tidak
sederhana, tetapi vanadium murni (99,99%) dapat dihasilkan. Vanadium (V)
terdapat dalam senyawa karnotit (K-uranil-vanadat) [(K2(UO2)2 (VO4)2.3H2)],
dan vanadinit (Pb5(VO4)3Cl).
h. Titanium (Ti)
Titanium merupakan logam kesembilan terbanyak, meliputi 0,6% kerak bumi.
Tiga sifat fisik yang menyebabkan Ti banyak digunakan adalah rapatannya
rendah, kekuatan struktur yang tinggi, dan tahan terhadap korosi. Titanium (Ti)
terdapat dalam mineralrutil (TiO2) yang terdapat dalam bijih besi sebagai
ilmenit (FeTi)2O3 dan ferrotitanate (FeTiO3) juga terdapat dalam karang,
silikat, bauksit batubara, dan tanah liat.
6

i. Crom (Cr)
Walaupun hanya ditemukan sekitar 122 ppm dalam kerak bumi, krom
merupakan salah satu yang terpenting dalam industry logam. Bijih utama dari
kromium di alam adalah kromit (FeO.Cr2O2) dan sejumlah kecil dalam
kromoker.
j. Mangan (Mn)
Mangan (Mn) bijih utamanya berupa pirulosit (batu kawi) (MnO2), dan
rodokrosit (MnCO3) dan diperkirakan cadangan Mn terbesar terdapat di dasar
lautan.
7

Berikut adalah sumber dan kelimpahan unsur-unsur transisi deret kedua dan ketiga :
1. Zirkonium (Zr) Dan Hafnium (Hf)
Zirkonium ditemukan dalam jumlah banyak di bintang-bintang tipe S, dan juga
telah diidentifikasikan dalam matahari dan meteor. Analisis bebatuan bulan
yang diambil dari berbagai misi Apollo menunjukkan kandungan zirkonium ya
ng tinggi, dibandingkan dengan bebatuan bumi. Beberapa mineral sumber
zirkonium :
- Baddeleyite (ZrO2)
- Zirkon (ZrSiO2)
Untuk memisahkan ion zirkonium dan hafnium digunakan metode penukar ion
atau ekstraksi-pelarut secara bertingkat.
2. Niobium (Nb) Dan tantalum (Ta)
Unsur ini ditemukan dalam mineral niobit (atau kolumbit), niobit-tantalit,
paroklor dan euksenit. Niobium dengan kadar tinggi ditemukan bergabung
bersama karbonatit (batuan karbon-silikat), sebagai salah satu komponen
penyusun paroklor. Bijih kaya niobium ditemukan di daerah Kanada, Brazil,
Nigeria, Zaire, dan di Rusia. Kelimpahan niobium 10-12 kali lebih besar
daripada tantalum pada kulit bumi.
3. Molibdenum (Mb) Dan Wolfram (W)
Molibdenum juga didapat sebagai hasil samping operasi penambangan tembaga
dan wolfram. Molibdenum diperoleh dari proses reduksi serbuk molibdi
trioksida yang dimurnikan atau ammonium molibdate , dengan hidrogen.
Kelimpahan kedua unsur ini berkisar 10-4% pada batuan metalurgi. Beberapa
mineral sumber utama molibdenum (Mo) dan wolfram (W) antara lain :
- Molibdenit (MoS2) dan wulfenit (PbMoO4), MgMoO4
- Scheelite (CaWO4) dan wolframite [Fe(Mn)WO4]
8

4. Technetium (Tc) Dan Rhenium (Re)
Rhenium diperoleh dari mineral molibdenite (MoS) atau dari bijih Cu.
Technetium diperoleh dari peluruhan uranium. Rhenium digunakan untuk
paduan Pt-Re untuk katalis perengkahan minyak
bumi. Technetium karena merupakan unsur radioaktip digunakan untuk
scanning pada dunia kedokteran.
2.2 Sifat fisika dan kimia unsur-unsur transisi periode ke empat
Semua unsur- unsure periode ke empat ditemukan di alam dalam bentuk senyawa.
Adapun sifat-sifat dari unsur-unsur transisi adalah sebagai berikut :
Unsur Sc Ti V Cr Mn Fe Co Ni Cu Zn
Jari-jari atom
(nm)0,16 0,15 0,14 0,13 0,14 0,13 0,13 0,13 0,13 0,13
Titik leleh (0C)154
01680 1900 1890 1240 1540 1500 1450 1080 420
Titik didih (0 C)237
03260 3400 2480 2100 3000 2900 2730 2600 910
Kerapatan
(g/cm3)3,0 4,5 6,1 7,2 7,4 7,9 8,9 8,9 8,9 7,1
E ionisasi I
(kJ/mol)6,30 660 650 6500 720 760 760 740 750 910
E ionisasi II
(kJ/mol)
124
01310 1410 1590 1510 1560 1640 1750 1960 1700
E ionisasi III 239 2650 2870 2990 3260 2960 3230 3390 3560 3800
9

(kJ/mol) 0
E0 red M2+ (aq) - - -1,2 -0,91 -1,19 -0,44 -0,28 -0,25 +0,34 0,76
E0 red M3+ (aq) -2,1 -1,2-0,-
86-0,74 -0,28 -0,04 +0,44 - - -
Kekerasan
( skala mohs)- - - 9,0 5,0 4,5 - - 3,0 2,5
Unsur transisi periode keempat mempunyai sifat-sifat khas yang membedakannya
dari unsur golongan utama. Sifat-sifat khas unsur transisi berkaitan dengan adanya
sub kulit d yang terisi penuh.
1. Sifat logam
Semua unsur transisi periode keempat bersifat logam, baik dalam sifat kimia
maupun dalam sifat fisis. Harga energy ionisasi yang relatif rendah sehingga,
mudah membentuk ion positif. Demikian pula, harga titik didih dan titik
lelehnya relative tinggi (kecuali Zn yang membentuk titik didih dan titik leleh
relatif rendah). Hal ini disebabkan orbital subkulit d pada unsur transisi banyak
orbital yang kosong atau tersisi tidak penuh. Adanya orbital yang kosong
memungkinkan atom-atom membentuk ikatan kovalen (tidak permanen)
disamping ikatan logam. Orbital subkulit 3d pada seng terisi penuh sehingga
titik lelehnya rendah. Bandingkan dengan unsur utama yang titik didih dan titik
lelehnya juga relatif rendah.
2. Sifat magnet
Adanya elektron-elektron yang tidak berpasangan pada sub kulit d
menyebabkan unsur-unsur transisi bersifat paramagnetik (sedikit ditarik ke
dalam medan magnet). Makin banyak elektron yang tidak berpasangan, maka
makin kuat pula sifat paramagnetknya. Pada seng dimana orbital pada sub kulit
d terisi penuh, maka bersifat diamagnetik (sedikit ditolak keluar medan
magnet).
3. Membentuk senyawa-senyawa berwarna
Senyawa unsur transisi (kecuali skandium dan seng), memberikan bermacam
warna baik padatan maupun larutannya. Warna senyawa dari unsur transisi
10

juga berkaitan dengan adanya orbital sub kulit d yang terisi tidak penuh.
Peralihan elektron yang terjadi pada pengisian subkulit d (sehingga terjadi
perubahan bilangan oksidasi) menyebabkan terjadinya warna pada senyawa
logam transisi.
Senyawa dari Sc3+ dan Ti4+ tidak berwarna karena subkulit 3d-nya kosong,
serta senyawa dari Zn2+ tidak berwarna karena subkulit 3d-nya terisi penuh,
sehingga tidak terjadi peralihan elektron.
4. Mempunyai beberapa tingkat oksidasi
Kecuali Sc dan Zn, unsur-unsur transisi periode keempat mempunyai beberapa
tingkat oksidasi. Bilangan oksidasi yang mungkin bergantung pada bilangan
oksidasi yang dapat dicapai kestabilannya.
Kestabilan senyawa logam transisi diantaranya bergantung pada jenis atom
yang mengikat logam transisi, senyawa berbentuk Kristal atau larutan, PH
dalam air. Kestabilan bilangan oksidasi yang tinggi dapat dicapai melalui
pembentukan senyawa dengan oksoanion, fluoride, dan oksofluorida.
Senyawa yang dibentuk pada umumnya berwarna. Hal ini disebabkan karena
konfigurasi elektron unsur transisi menempati sub kulit d, elektron-elektron
pada orbital d yang tidak penuh memungkinkan untuk berpindah tempat.
Elektron dengan energi rendah akan berpindah ke tingkat energi yang lebih
tinggi (tereksitasi) dengan menyerap warna misalnya energi cahaya dengan
panjang gelombang tertentu karena energi yang diserap besarnya pun tertentu.
Struktur elektron pada orbital d yang bebeda akan mengasilkan warna yang
pula.
Warna senyawa unsur-unsur transisi periode keempat dengan bilangan
oksidasi
Biloks
Unsur
+2 +3 +4 +5 +6 +7
Sc - Tidak Tidak - - -
11

berwarn
a
berwarna
Ti - Ungu Biru - - -
V Ungu Hijau - Mera
h
Jingga -
Cr Biru Hijau - - Hijau -
Mn Merah
muda
- - - - Ungu
Fe Hijau
muda
Kuning - - - -
Co Merah
muda
Biru - - - -
Ni Hijau - - - - -
Cu Biru - - - - -
Zn Tidak
berwarna
- - - - -
Adapun sifat-sifat kimia dari unsur –unsur transisi sebagai berikut :
1. Jari-Jari Atom
Jari-jari atom berkurang dari Sc ke Zn, hal ini berkaitan dengan semakin
bertambahnya elektron pada kulit 3d, maka semakin besar pula gaya tarik
intinya, sehingga jarak elektron pada jarak terluar ke inti semakin kecil.
2. Energi Ionisasi
Energi ionisasi cenderung bertambah dari Sc ke Zn. Walaupun terjadi
sedikit fluktuatif, namun secara umum Ionization Energy (IE) meningkat
12

dari Sc ke Zn. Kalau kita perhatikan, ada sesuatu hal yang unik terjadi pada
pengisian elektron pada logam transisi. Setelah pengisian elektron pada
subkulit 3s dan 3p, pengisian dilanjutkan ke kulit 4s tidak langsung ke 3d,
sehingga kalium dan kalsium terlebih dahulu dibanding Sc. Hal ini
berdampak pada grafik energi ionisasinya yang fluktuatif dan selisih nilai
energi ionisasi antar atom yang berurutan tidak terlalu besar. Karena ketika
logam menjadi ion, maka elektron pada kulit 4s-lah yang terlebih dahulu
terionisasi.
3. Konfigurasi Elektron
Kecuali unsur Cr dan Cu, Semua unsur transisi periode keempat mempunyai
elektron pada kulit terluar 4s2, sedangkan pada Cr dan Cu terdapat pada
subkulit 4s1.
Sifat Kimia dan Fisika unsur-unsur transisi deret kedua dan ketiga adalah sebagai
berikut :
1. Jari-jari. Jari-jari logam dan ion untuk unsur transisi periode kedua dan ketiga
lebih besar dibanding periode pertama.
2. Tingkat Oksidasi. Untuk unsur transisi periode kedua dan ketiga, pada tingkat
oksidasi tinggi umumnya lebih stabil daripada unsur periode pertama.
3. Kimia Larutan. Ion akuo dari unsur transisi periode kedua dan ketiga pada
keadaan valensi rendah dan sedang tidak umum didapatkan atau tidak terlalu
penting.
4. Ikatan Logam-logam. Umumnya unsur-unsur transisi periode kedua dan ketiga
akan lebih mudah untuk membentuk ikatan M-M daripada unsur transisi
periode I.
5. Sifat Magnetik. Umumnya unsur-unsur periode kedua dan ketiga mempunyai
sifat magnetik yang sedikit penggunaannya dibandingkan dengan unsur transisi
periode pertama.
6. Stereokimia. Unsur-unsur transisi periode kedua dan ketiga umumnya
mempunyai bilangan koordinasi yang lebih tinggi yaitu VIII dan VIII
dibandingkan unsur transisi periode pertama, dengan pengecualian untuk unsur
platina bilangan koordinasi tertinggi 6.
13

2.3 Cara Pembuatan dan Isolasi Unsur-Unsur Transisi
1. Cara pembuatan Titanium
Produksi titanium yang makin banyak disebabkan karena kebutuhan dalam
bidang militer dan industry pesawat terbang makin meningkat. Hal ini
disebabkan karena titanium lebih disukai daripada aluminium dan baja.
Aluminium akan kehilangan kekuatannya pada temperatur tinggi dan baja
terlalu rapat (mempunyai kerapatan yang tinggi).
Langkah awal produksi titanium dilakukan dengan mengubah bijih rutil yang
mengandung TiO2 menjadi TiCl4, kemudian TiCl4 dureduksi dengan Mg pada
temperature tinggi yang bebas oksigen.
Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut :
TiO2 (s) + C(s) + 2Cl2(g) → TiCl4(g) + CO2(g)
TiCl4(g) + 2Mg(s) → Ti(s) + 2MgCl2(g)
Reaksi dilakukan pada tabung baja. MgCl2 dipindahkan dan dielektrolisis
menjadi Mg dan Cl2. Keduanya kemudian didaurulangkan. Ti didapatkan
sebagai padatan yang disebut sepon. Sepon diolah lagi dan dicampur dengan
logam lain sebelum digunakan.
2. Cara pembuatan Vanadium
Produksi vanadium sekitar 80% digunakan untuk pembuatan baja. Dalam
penggunaannya vanadium dibentuk sebagai logam campuran besi. Fero
vanadium mengandung 35% - 95% vanadium. Ferrovanadium dihasilkan
dengan mereduksi V205 dengan pereduksi campuran silicon dan besi. SiO2
14

yang dihasilkan direaksikan dengan CaO membentuk kerak CaSiO3(l).
reaksinya sebagai berikut.
2 V205(s) + 5Si(s) → { 4V(s) + Fe(s) } + 5 SiO2(s)
SiO2(s) + CaO(s) → CaSiO3
Kemudian ferrovanadium dipisahkan dengan CaSiO3.
3. Cara Pembuatan kromium
Krom merupakan salahsatu logam yang terpenting dalam industry logam dari
bijih krom utama yaitu kromit, Fe(CrO2)2 yang direduksi dapat dihasilkan
campuran Fe dan Cr disebut Ferokrom.
Reksinya sebagai berikut :
Fe(CrO2)2(s) +4C(s) → Fe(s)+2Cr(s) + 4CO(g)
Ferokrom ditambahkan pada besi membentuk baja.
4. Cara pembuatan mangan
Logam mangan diperoleh dengan :
1. Mereduksi oksida mangan dengan natrium, magnesium, alumunium, atau
dengan proses elektrolisis.
2. Proses aluminothermy dari senyawa MnO2, persamaan reaksinya :
Tahap 1 : 3MnO2 (s) Mn3O4 (s) + O2 (g)
Tahap 2 : 3Mn3O4 (s) + 8Al (s) 9Mn (s) + 4Al2O3 (s)
5. Cara pembuatan Besi
Bahan dasar : Bijih besi hematit Fe2O3, magnetit Fe3O4, bahan tambahan batu
gamping, CaCO3 atau pasir (SiO2). Reduktor kokes (C). Reduksi dengan gas
CO, dari pembakaran tak sempurna C.
Reaksi yang terjadi :
15

a. Reaksi pembakaran.
Udara yang panas dihembuskan , membakar karbon terjadi gas CO2 dan
panas. Gas CO2 yang naik direduksi oleh C menjadi gas CO.
C + O2 → CO2
CO2 + C → 2CO
b. Proses reduksi
Gas CO mereduksi bijih.
Fe2O3 + 3CO 2 Fe + 3 CO2
Fe3O4 + 4CO 3 Fe + 4 CO2
Besi yang terjadi bersatu dengan C, kemudian meleleh karena suhu tinggi
(1.5000C)
6. Cara Pembuatan Kobalt
Kobalt di alam diperoleh sebagai biji smaltit (CoAs2) dan kobaltit (CoAsS)
yang biasanya berasosiasi dengan Ni dan Cu. Untuk pengolahan biji kobalt
dilakukan sebagai berikut :
Pemanggangan :
CoAs (s) → Co2O3(s) + As2O3(s)
Co2O3(s) + 6HCl → 2 CoCl3(aq) + 3 H2O(l)
Zat-zat lain seperti Bi2O3 dan PbO diendapkan dengan gas H2S
Bi2O3(s) + 3 H2S(g) → Bi2S3 (aq) + 3 H2O(l)
PbO(s) + H2S(g) → PbS(s) + H2O(l)
Pada penambahan CoCO3 (s) dengan pemanasan akan diendapkan As dan Fe
sebagai karbonat. Dengan penyaringan akan diperoleh CoCl3. Tambahan zat
pencuci mengubah CoCl3 menjadi Co2O3. Selanjutnya CoCO3 direduksi dengan
gas hydrogen, menurut reaksi :
Co2O3 (s) + H2(g) → 2 CO(s) + 3 H2O (g)
16

Penggunaan kobalt antara lain sebagai aloi, seperti alnico, yaitu campuran Al,
Ni, dan Co.
7. Cara pembuatan nikel
Proses pengolahan biji nikel dilakukan untuk menghasilkan nikel matte yaitu
produk dengan kadar nikel di atas 75 persen. Tahap-tahap utama dalam proses
pengolahan adalah sebagai berikut:
- Pengeringan di Tanur Pengering bertujuan untuk menurunkan kadar air bijih
laterit yang dipasok dari bagian Tambang dan memisahkan bijih yang
berukuran 25 mm.
- Kalsinasi dan Reduksi di Tanur untuk menghilangkan kandungan air di
dalam bijih, mereduksi sebagian nikel oksida menjadi nikel logam, dan
sulfidasi.
- Peleburan di Tanur Listrik untuk melebur kalsin hasil kalsinasi/reduksi
sehingga terbentuk fasa lelehan matte dan terak
8. Cara pembuatan tembaga
Pada umumnya bijih tembaga mengandung 0,5 % Cu, karena itu diperlukan
pemekatan biji tembaga. Langkah-langkah pengolahan bijih tembaga adalah
seperti skema berikut:
Reaksi proses pengolahannya adalah :
1. 2 CuFeS2(s) + 4 O2 800 0 C Cu2S(l) + 2 FeO (s) + 3 SO2 (g)
2. FeO(s) + SiO2 (s) 14000C FeSiO3 (l)
Cu2S dan kerak FeSiO3 (l) dioksidasi dengan udara panas, dengan reaksi
sebagai berikut :
2 Cu2S(l) + 3 O2 (g) → 2 Cu2O(l) + 2 SO2(g)
2 Cu2O(l) + Cu2S(s) → 6 Cu(l) + SO2 (g)
3 Cu2S(l) + 3 O2 → 6 Cu(l) + 3 SO2(g)
17

Pada reaksi oksidasi tersebut diperoleh 98% - 99% tembaga tidak murni.
Tembaga tidak murni ini disebut tembaga blister atau tembaga lepuh.
Tembaga blister adalah tembaga yang mengandung gelembung gas SO2
bebas.
9. Cara pembuatan zink
Logam seng telah diproduksi dalam abad ke-13 di India dengan mereduksi
calamine dengan bahan-bahan organik seperti kapas. Logam ini ditemukan
kembali di Eropa oleh Marggraf di tahun 1746, yang menunjukkan bahwa
unsur ini dapat dibuat dengan cara mereduksi calamine dengan arang. Bijih-
bijih seng yang utama adalah sphalerita (sulfida), smithsonite (karbonat),
calamine (silikat) dan franklinite (zine, manganese, besi oksida). Satu metoda
dalam mengambil unsur ini dari bijihnya adalah dengan cara memanggang
bijih seng untuk membentuk oksida dan mereduksi oksidanya dengan arang
atau karbon yang dilanjutkan dengan proses distilasi.
2.4 Reaktifitas Unsur-unsur Transisi
Bersifat kurang reaktif. Hal ini terkait dengan jumlah electron di subkulit ns dan
(n-1)d nya yang lebih banyak dibanding logam utama. Akibatnya lebih besar
energi yang dibutuhkan untuk melepas electron-elektron blok d dibanding blog s
pada periode yang sama. Hal ini tampak dari perbandingan nilai energy ionisasi
kedua logam.
2.5 Senyawaan dan Reaksinya dengan Unsur Lain
a. Scandium (Sc)
Salah satu bentuk senyawa yang ditemukan dalam unsure Skandium adalah
Skandium Clorida (ScCl3), Logam juga dapat diperoleh melalui proses
elektrolisis dengan reaksi sebagai berikut :
2Sc (s) + 3 Cl3 (g) → 2ScCl3 (s)
18

elektrolisa ini berasal dari leburan dari potassium, lithium, scandium klorida
pada suhu 700-800 0C.
Reaksi dengan air
Ketika dipanaskan maka Skandium akan larut dalam air membentuk larutan
yang terdiri dari ion Sc (III) dan gas hidrogen
2Sc(s) + 6H2O(aq) → 2Sc3+(aq) + 6OH-(aq) + 3H2(g)
Reaksi dengan oksigen
Pada reaksi dengan udara atau pembakaran secara cepat maka akan
membentuk scandium (III)oksida
4Sc(s) + 3O2(g)→ 2Sc2O3(s)
Reaksi dengan halogen
Skandium sangat reaktif ketika bereaksi dengan semua unsur halogen
membentuk trihalida
2Sc(s) + 3F2(g) → 2ScF3(s)
2Sc(s) + 3Cl2(g) → 2ScCl3(s)
2Sc(s) + 3Br2(l) → 2ScBr3(s)
2Sc(s) + 3I2(s) → 2ScI3(s)
Reaksi dengan asam
Skandium mudah larut dalam asam klrida untuk membentuk larutan yang
mengandung ion Sc (III) dan gas hidrogen
2Sc(s) + 6HCl(aq) → 2Sc3+(aq) + 6Cl-(aq) + 3H2(g)
b. Titanium (Ti)
Senyawaan :
Titanium Tetraklorida
TiCl4 merupakan senyawa titanium terpenting. Senyawa ini merupakan bahan
baku untuk membuat senyawa Ti yang lain. Metode pembuatan TiCl4 biasanya
berdasarkan reaksi antara rutil (TiO2) dengan karbon dan Cl2 (g).
TiO2 (p) + 2C (p) + 2Cl2 (g) Δ TiCl4 (g) + 2CO (g)
19

TiCl4 merupakan cairan tak berwarna (tb -26oC ; td 136oC). molekul TiCl4
berbentuk tetrahedral Cl-Ti-Cl dengan sudut ikatan 109,5oC. hidrolisis TiCl4
jika dikenakan uap lembab, merupakan bahan dasar pembentukan granat.
TiCl4 (p) + 2H2O → TiO2 (p) + 4HCl (aq)
Titanium Dioksida ( TiO2)
Produksi TiO2 murni merupakan reaksi penting dari TiCl4. Campuran gas TiCl4
dan O2 dilewatkan melalui tabung silica pada suhu sekitar 700oC dan reaksinya
yaitu :
TiCl4 (g) + O2 (g) Δ TiO2 (p) + 2Cl2 (g)
TiO2 bersifat amfoter walaupun tidak terlalu larut dalam bentuk asam atau
basa. Terlarut secara lambat dalam H2SO4 (aq) pekat dan dapat membentuk
Kristal sulfat.
Metalurgi Titanium
Langkah awal produksi Ti adalah pengubahan bijih rutil menjadi TiCl4. TiCl4
yang sudah dimurnikan selanjutnya direduksi menjadi Ti dengan menggunakan
zat pereduksi yang baik. Proses kroll menggunakan Mg.
TiCl4 (g) + 2Mg (p) 850°C Ti(p) + 2MgCl2 (p)
Reaksi dilakukan pada tabung baja. MgCl dipindahkan dan dielektrolisis
menjadi Mg dan Cl2, keduanya lalu didaur ulangkan. Ti didapatkan sebagai
padatan yang disebut sepon.
Reaksinya :
Reaksi dengan Air
Titanium akan bereaksi dengan air membentuk Titanium dioksida dan
hydrogen.
Ti(s) + 2H2O(g) → TiO2(s) + 2H2(g)
Reaksi dengan Udara
Ketika Titanium dibakar di udara akan menghasilkan Titanium dioksida
dengan nyala putih yang terang dan ketika dibakar dengan Nitrogen murni
akan menghasilkan Titanium Nitrida.
20

Ti(s) + O2(g) → TiO2(s)
2Ti(s) + N2(g) →TiN(s)
Reaksi dengan Halogen
Reaksi Titanium dengan Halogen menghasilkan Titanium Halida. Reaksi
dengan Fluor berlangsung pada suhu 200°C.
Ti(s) + 2F2(s) → TiF4(s)
Ti(s) + 2Cl2(g) → TiCl4(s)
Ti(s) + 2Br2(l) → TiBr4(s)
Ti(s) + 2I2(s) → TiI4(s)
Reaksi dengan Asam
Logam Titanium tidak bereaksi dengan asam mineral pada temperatur normal
tetapi dengan asam hidrofluorik yang panas membentuk kompleks anion
(TiF6)3-
2Ti(s) + 2HF (aq) → 2(TiF6)3-(aq) + 3 H2(g) + 6 H+(aq)
Reaksi dengan Basa
Titanium tidak bereaksi dengan alkali pada temperatur normal, tetapi pada
keaaan panas.
c. Vanadium (Vn)
Ferrovanadium dihasilkan dengan mereduksi V2O5 dengan silica dan
penambahan besi. SiO2 berkombinasi dengan CaO membentuk terak cair
kalsium silikat.
2V2O5 + 5Si ( + Fe ) Δ 4V ( + Fe ) + 5SiO2
Ferrovanadium
SiO2 (p) + CaO (p) Δ CaSiO3 (c)
Sekitar 80% produksi vanadium digunakan untuk pembuatan baja. Baja yang
mengandung vanadium digunakan pada peralata yang membutuhkan kekuatan
dan kelenturan, seperti pegas dan alat-alat mesin berecepatan tinggi
Vanadium Oksida (V2O5)
21

Jika logam oksida berada pada bilangan oksidasi rendah (mempunyai rapat
muatan rendah ) oksidanya bersifat basa. Dengan bertambahnya tingkat
oksidasi pada atom pusat maka sifat asamnya meningkat. Oksida vanadium
pada bilangan oksidasi +2 dan +3 bersifat basa, pada +4 dan +5 bersifat
amfoter.
Oksida ini sangat penting yaitu penggunaannya sebagai katalis, misalnya pada
reaksi SO2 (g) menjadi SO3 (g) pada metode kontan untuk memproduksi asam
sulfat.
Vanadium oxo halida :
Contoh : VOX3 (X = F, Cl, Br), VO2F, VO2Cl, VOF3, dibuat dengan
mereaksikan antara V2O5 dengan F2 pada temperatur tertentu.
-Ion dioksovanadium dan vanadium kompleks.
Dibuat melalui pengasaman ion vanadat
VO43- + H+ VO2+, (VO2(H2O)4]+
d. Krom (Cr)
Reaksi kromium dengan udara
Logam kromium tidak bereaksi dengan udara atau oksigen pada suhu kamar
Reaksi kromium dengan air
Logam kromium tidak bereaksi dengan air pada suhu kamar.
Reaksi kromium dengan halogen
a. Fluorida
Kromium bereaksi langsung dengan fluorin, F2, pada suhu 400°C, dan 200-300
atmosfer untuk membentuk kromium (VI) fluorida, CRF6.
Cr (s) + 3F2 (g) → CRF6 (s) [kuning]
Di bawah kondisi ringan, kromium (V) bereaksi dengan fluorida, membentuk
CRF5
2Cr (s) + 5F2 (g) → 2CrF5 (s) [merah]
2Cr (s) + 3F2 (g) → 2CrF3 (s) [hijau]
b. Klorida
22

Di bawah kondisi yang masih ringan, logam kromium dapat bereaksi dengan
unsur klorin, Cl2 membentuk CrCl3.
2Cr (s) + 3Cl2 (g) → 2CrCl3 (s) [merah-violet]
Selain membentuk kromium triklorida, CrCl3, reaksi kromium dengan klorida
juga dapat membentuk kromium diklorida, CrCl2 dan kromium tetraklorida,
CrCl4
c. Bromida
Di bawah kondisi yang masih ringan, logam kromium dapat bereaksi dengan
unsur bromida, Br2 membentuk CrBr3.
2Cr (s) + 3BR2 (g) → 2CrBr3 (s) [sangat hijau]
Selain membentuk kromium tribromida, CrBr3, reaksi kromium dengan
bromida juga dapat membentuk kromium dibromida, CrCl2 dan kromium
tetrabromidaa, CrCl4
d. Iodida
Di bawah kondisi yang masih ringan, logam kromium dapat bereaksi dengan
unsur iodida, I2 membentuk CrI3
2Cr (s) + 3I2 (g) → 2CrI3 (s) [hijau gelap]
Selain membentuk kromium triiodida, CrI3, reaksi kromium dengan iodida juga
dapat membentuk kromium diiodida, CrI2 dan kromium tetraiodida, CrI4
Reaksi kromium dengan asam
Logam kromium larut dalam asam klorida encer membentuk larutan Cr(II)
serta gas hidrogen, H2. Dalam keadaan tertentu, Cr(II) hadir sebagai ion
kompleks [Cr(OH2)6]2+. Hasil yang sama terlihat untuk asam sulfat, tetapi
kromium murni tahan terhadap serangan. Logam kromium tidak bereaksi
dengan asam nitrat, HNO3.
Contoh reaksi kromium dengan asam klorida:
Cr(s) + 2HCl(aq) → Cr 2+ (aq) + 2Cl - (aq) + H 2 (g)
Oksida
Reaksi kromium dengan oksida dapat membentuk beberapa senyawa,
diantanya: Kromium dioksida, CrO2, Kromium trioksida, CrO3, Dikromium
trioksida, Cr2O3 dan Trikromium tetraoksida, Cr3O4.
23

e. Mangan (Mn)
Reaksi dengan air
Mangan bereaksi dengan air dapat berubah menjadi basa secara perlahan dan
gas hidrogen akan dibebaskan sesuai reaksi:
Mn(s) + 2H2O → Mn(OH)2 +H2
Reaksi dengan udara
Logam mangan terbakar di udara sesuai dengan reaksi:
3Mn(s) + 2O2 → Mn3O4(s)
3Mn(s) + N2 → Mn3N2(s)
Reaksi dengan halogen
Mangan bereaksi dengan halogen membentuk mangan (II) halida, reaksi:
Mn(s) +Cl2 → MnCl2
Mn(s) + Br2 → MnBr2
Mn(s) + I2 → MnI2
Mn(s) + F2 → MnF2
Selain bereaksi dengan flourin membentuk mangan (II) flourida, juga
menghasilkan mangan (III) flourida sesuai reaksi:
2Mn(s) + 3F2 → 2MnF3(s)
Reaksi dengan asam
Logam mangan bereaksi dengan asam-asam encer secara cepat menghasilkan
gas hidrogen sesuai reaksi:
Mn(s) + H2SO4 → Mn2+(aq) + SO42-(aq) + H2(g)
Berikut adalah senyawaan unsur-unsur transisi deret kedua dan ketiga :
Zirkonium oksida, (ZrO2) merupakan kristal putih yang keras dan tidak larut
(mp 27000C),tahan terhadap asam dan basa, memiliki sifat mekanis yang baik
digunakan untuk tungku furnace.
Senyawa oksigen. Nb2O5 dan Ta2O5 meruapakan serbuk putih yang bersifat
inert. Tidak larut dengan semua asam kecuali dengan HF pekat, larut dalam
leburan NaOH dan NaHSO4.
24

1. Oksida : Beberapa oksida yang umum seperti : MoO3(putih), WO3(kuning),
MoO2 dan WO2
- Trioksida dibuat memanaskan logam dengan senyawa lain seperti sulfida
dalam oksigen.
- Dioksida dibuat dengan mereduksi trioksida dengan hidrogen atau NH3 pada
suhu ± 4700C.
2. Halida, MOF6 dan WF6 dibuat dengan reaksi flourinasi terhadap logamnya.
Kedua halida tersebut mudah terhidrolisis.
- Mo2Cl10 dibuat melalui klorinasi logamnya.
- WCl6 dibuat melalui klorinasi logamnya.
1. Oksida : beberapa oksida yang dikenal dari unsur ini : Rhenium Technetium
Oksida Warna Oksida Warna
Re2O3.xH2O = Hitam TeO2 = Hitam
ReO2 = Coklat
ReO3 = Merah
Re2O3 = Biru Te2O7 = Kuning
Re2O7 = Kuning
2. Halida : beberapa halida yang dikenal :
- ReF6 dan ReF7 yang bersifat volatil
- Re2Cl10 diperoleh dari reaksi klorinasi pada T 5500C
Terdekomposisi Re2Cl6
2.6 Jenis Ikatan yang Terbentuk
Jenis ikatan yang terbentuk pada unsur logam transisi adalah ikatan logam. Ikatan
logam adalah ikatan kimia yang terbentuk akibat penggunaan bersama elektron-
elektron valensi antar atom-atom logam. Sifat-sifat unsur peralihan deret pertama (
Z = 21 sampai Z = 29 ) memiliki titik cair tinggi, daya hantar listrik yang baik dan
kekerasan sedang sampai tinggi adalah akibat dari cepat tersedianya elektron dan
orbital untuk membentuk ikatan logam.
25

Kita telah mengetahui bahwa unsur logam terutama senyawa logam golongan IA
dan IIA dapat membentuk senyawa ionic dengan unsur non logam. Di lain pihak ,
kita telah pula mengetahui bahwa beberapa senyawa logam mempunyai sifat
kovalen yang nyata , misalnya BeCl2 dan AlCl3. Senyawa logam-logam peralihan
menunjukkan sifat ionic dan kovalen. Umumnya senyawa logam peralihan dengan
bilangan oksidasi rendah bersifat ionic sehingga jenis ikatan yang terbentuk adalah
ikatan ionic dan dengan bilangan oksidasi tinggi (misalnya TiCl4) bersifat kovalen
sehingga jenis ikatan yang terbentuk adalah ikatan kovalen.
Pada unsur peralihan orbital d merupakan penyebab terpenting pada
pembentukkan ikatan kimia, sebaliknya orbital s dan p kurang penting.
Kebanyakan perbedaan sifat antara unsur peralihan dan utama yaitu bilangan
oksidasi ganda dan tunggal,pembentukan ion kompleks , warna , sifat magnetism
dan aktivitas katalistik dapat ditelaah berdasarkan orbital-orbital yang berperan
pada pembentukan ikatan. Selain itu semakin banyak elektron bebas dalam suatu
atom logam memungkinkan ikatan antaratom semakin kuat sehingga sifat logam
dari unsur itu juga semakin kuat. Pengaruh nyata dari kekuatan ikatan antaratom
pada logam transisi tercermin dari sifat kekerasan tinggi, kerapatan tinggi, titik
didih dan titik leleh yang juga tinggi, serta sifat hantaran listrik yang lebih baik.
26

BAB III
PENUTUP
1. Unsur unsur yang termasuk periode keempat meliputi tembaga (Cu), seng (Zn),
skadium (Sc), Titanium (Ti), Vanadium (V), kromium (Cr), mangan (Mn), besi
(Fe), kobalt (Co), dan nikel (Ni).
2. Unsur – unsur golongan transisi periode keempat diperoleh dari dalam bumi
dengan cara metalurgi. Proses metalurgi meliputi konsentrasi, reduksi, dan
pemurnian.
3. Unsur transisi dapat ditemukan dikerak bumi terutama sebagai bijih mineral (bijih
logam) dengan kadar tertentu. Bijih besi merupakan mineral terbanyak di alam
setelah O, Si, dan Al
4. Unsur-unsur transisi bersifat logam, mempunyai bilangan oksidasi positif maka
sering disebut logam transisi.
5. Mudah dibuat lempengan atau kawat dan mengkilap,sifatnya makin lunak dari kiri
ke kanan dan dapat menghantarkan arus listrik.
6. Jari-jari logam dan ion untuk unsur transisi periode kedua dan ketiga lebih besar
dibanding periode pertama.
7. Untuk unsur transisi periode kedua dan ketiga, pada tingkat oksidasi tinggi
umumnya lebih stabil daripada unsur periode pertama.
27

DAFTAR PUSTAKA
Cotton F, Albert. 2009. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta : Universitas Indonesia
Muchtaridi,Sandri Justiana. 2007. Kimia Tiga. Jakarta : Yudistira.
Petrucci, Ralp H. 1987. Kimia Dasar jilid 3. Jakarta : Erlangga
www.google.com
28