unsur golongan transisi periode empat
Embed Size (px)
TRANSCRIPT

UNSUR GOLONGAN TRANSISI PERIODE EMPAT
Unsur transisi adalah unsur yang dapat menggunakan elektron pada kulit terluar dan
kulit pertama terluar untuk berikatan dengan unsur-unsur yang lain.Unsur-unrut transisi di
dalam sistem periodik unsur dinyatakan sebagai unsur golongan B. Golongan ini dimulai dari
IB, IIB, IIB, IVB, VB, VIB, VIIB dan VIIIB. Berdasakan konfigurasi elektronnya, unsur-
unsur transisi dalam sistem periodik unsur terletak pada blok d. Keberadaan unsur-unsur
transisi dalam sistem periodik unsur dimulai dari periode 4, sehingga unsur transisi terdapat
pada periode 4, periode 5, periode 6 dan periode 7.
Unsur transisi periode keempat umumnya memiliki elektron valensi pada subkulit 3d
yang belum terisi penuh (kecuali unsur seng (Zn)). Hal ini menyebabkan unsur transisi
periode keempat memiliki beberapa sifat khas yang tidak dimiliki oleh unsur-unsur golongan
utama seperti sifat magnetik, warna ion dan beberapa sifat lainnya. Unsur transisi periode
keempat terdiri sepuluh unsur, yaitu skandium (Sc), titanium (Ti), vanadium (V), kromium
(Cr), mangan (Mn), besi (Fe), kobalt (Co), Nikel (Ni), Tembaga (Cu) dan Seng (Zn)
A. Sifat-Sifat Unsur Golongan Transisi Periode Empat
Secara umum, unsur-unsur transisi periode 4 mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
1. Unsur-unsur transisi merupakan unsur logam
2. Memiliki beberapa bilangan oksidasi, kecuali Sc dan Zn.
3. Memiliki bilangan oksidasi 0 atau positif.
4. Senyawa yang dibentuk dari unsur transisi sebagian besar memiliki warna yang
menarik sesuai dengan keadaan bilangan oksidasinya.
5. Senyawanya dapat ditarik oleh medan magnet, meskipun daya tariknya lemah
(bersifat paramagnetik).

6. Unsur transisi dapat membentuk senyawa kompleks dan senyawa koordinasi.
7. Memiliki titik lebur dan titik didih yang tinggi
8. Mempunyai daya hantar listrik dan panas yang baik (bersifat konduktor)
Secara terinci, sifat-sifat unsur-unsur transisi periode empat dijelaskan sebagai berikut :
1. Sifat Logam
Semua unsur transisi mempunyai sifat logam. Sifat ini dipengaruhi oleh kemudahan
unsur transisi melepaskan elektrin valensi. Selain itu, keberadaan elektron-elektron
pada blok d yang belum penuh mengakibatkan unsur transisi memiliki lebih banyak
elektron tidak berpasangan. Elektron-elektron tidak berpasangan tersebut akan
bergerak bebasa sehingga membentuk ikatan logam yang lebih kuat dibandingkan
dengan unsur utama. Adanya ikatan logam ini mengakibatkan titik leleh, titik didih
dan densitas unsur transisi cukup besar sehingga bersifat keras dan kuat.
Karakteristik Sc Ti V Cr Mn Fe Co Ni Cu Zn
Nomor atom 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30Konfigurasi elektron valensi
4s2d1 4s2d2 4s2d3 4s1d5 4s2d5 4s2d6 4s2d7 4s2d8 4s1d10 4s2d10
Densitas (g/cm3) 3,0 4,51 6,1 7,19 7,43 7,86 8,9 8,9 8,96 7,14Titik leleh oC 1.539 1.668 1.900 1.845 1.245 1.536 1.495 1.453 1.083 419,5Titik didih oC 2.730 3.260 3.450 2.665 2.150 3.000 2.900 2.730 2.595 905Jari-jari atom (M) (pm)
162 147 134 130 135 126 125 124 128 138
M2+ - 90 88 85 80 77 75 69 72 -M3+ 81 77 74 64 66 60 64 - - -Energi ionisasi pertama (kJ/mol)Pertama 631 658 650 652 717 759 760 736 745 906Kedua 1.235 1.309 113 1.591 1.509 1.561 1.645 1.751 1.958 1.733Ketiga 2.389 2.650 2.828 2.986 3.250 2.956 2.231 3.393 3.578 3.833Elektronegativitas 1,3 1,5 1,6 1,6 1,5 1,8 1,9 1,9 1,9 -Potensial Reduksi Standar
-2,08 -1,63 -1,2 -0,74 -1,18 -0,44 -0,28 -0,25 +0,34 -0,76
Kekerasan - - - 9,0 5,0 4,5 - - 2,8 2,5Bilangan oksidasi 3 2,3,4 2,3,4,
52,3,6 2,3,4,7 2,3 2,3 2 1,2 2

Untuk unsur Cr dan Cu, pengisian elektron di subkulit menyimpang dari aturan
Aufbau. Hal tersebut dijelaskan pada gambar berikut:
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa terjadi pertambahan elektron pada kulit d dari
unsur Sc ke Zn, akibatnya gaya tarik dari inti semakin besar. Sehingga jari-jari atom
dari Sc ke Zn cenderung semakin mengecil.
Semakin banyak elektron yang tidak berpasangan dalam orbital, semakin kuat ikatan
logamnya dan semakin tinggi titik lelehnya. Bersdasarkan konfigurasi valensinya
terlihat bahwa unsur krom memiliki jumlah elektron tidak berpasangan paling
banyak, sedangkan seng tidak memiliki elektron tidak berpasangan. Hal ini
mengakibatkan titik leleh krom tinggi, sementara titik leleh seng paling rendah.

Jika dibandingkan dengan unsur alkali dan alkali tanah, unsur transisi periode 4
memiliki elektronegativitas yang lebih besar. Akibatnya, unsur ini lebih sulit
bereaksi dibandingkan dengan unsur alkali dan alkali tanah.
Hampir semua unsur di golongan transisi periode empat mudah teroksidasi
(memiliki Eored
negatif) kecuali Cu yang mudah teroksidasi. Hal ini berarti secara
teoritis, hampir seluruh golongan unsur periode empat dapat bereaksi dengan asam
kuat untuk menghasilkan gas hidrogen. Namun, pada kenyataannya, unsur-unsur
transisi periode empat lambat bereaksi dengan asam kuat. Hal ini disebabkan oleh
terbentuknya lapisan oksida yang menghalangi terjadinya reaksi lebih lanjut.
Pada golongan transisi periode empat, antara unsur-unsur yang berdeketan, selisih
energi ionisasinya tidak terlalu besar. Selain itu, walaupun terjadi fluktuatif, dapat
disimpulkan terjadi kenaikan energi ionisasi dari Sc ke Zn. Kedua hal itu terjadi
karena adanya keunikan tertentu dalam pengisian elektron pada orbital kulit unsur
golongan transisi periode empat. Di mana setelah pengisian elektron di subkulit 3s
dan 3p, pengisian tidak dilanjutkan ke subkulit 3d melainkan lansung ke subkulit 4s
dan 4d. Sehingga ketika terjadi perubahan loga menjadi ion, elektron pada subkulit
4s lah yang lebih dulu terionisasi.
Pergerakan elektron-elektron yang tidak berpasangam mengakibatkan logam bersifat
konduktor atau penghantar panas yang baik. Apabila logam transisi diberikan kalor
atau panas, energi kinetik elektron akan meningkat. Dengan demikian, elektron
memindahkan energinya ke elektron yang lain sehingga panas merambat ke seluruh
bagian logam transisi tersebut.
2. Bilangan oksidasi
Hampir semua elektr on dari unsur transisi pada orbital d dapat digunakan bersama-
sama dengan elektron-elektron pada orbital s dalam membentuk senyawa. Perbedaan

energi elektron pada subkulit 4s dan 3d cukup kecil sehingga elektron pada subkulit
3d juga terlepas ketika terjadi ionisasi selain elektron pada subkulit 4s. Hal inilah
yang mengakibatkan unsur transisi mempunyai beberapa bilangan oksidasi.
Unsur-unsur transisi periode empat bersifat elektropositif (mudah melepaskan
elektron) sehingga bilangan oksidasinya bertanda positif. Bilangan oksidasi
maksimum yang dicapai suatu unsur transisi menyatakan jumlah elektron pada
subkulit 3d dan 4s.
Bilangan Oksidasi
Sc Ti V Cr Mn Fe Co Ni Cu Zn+3 +2
+3+4
+1+2+3+4+5
+2+3+6
+2+3+4+6+7
+2+3+4+6
+2+3
+2+3
+1+2
+2
Konfigurasi elektron
4s2d1 4s2d2 4s2d3 4s1d5 4s2d5 4s2d6 4s2d7 4s2d8 4s1d10 4s2d10
Keterangan : Biloks yang ditulis tebal berarti stabil.
Berdasarkan tabel, jumlah elektron tidak berpasangan unsur skandium = 1, titanium
= 2, vanadium = 3, krom = 6, mangan = 5, besi = 4, kobalt = 3, nikel = 2, tembaga =
1 dan seng = 0. Semua elektron dari unsur skandium sampai mangan pada orbital d
nya tidak berpasangan sehingga elektronnya relatif lebih mudah untuk dilepaskan.
Hal ini mengakibatkan atom-atomnya cenderung mencapai bilangan oksidasi
maksimum. Pada unsur besi sampai seng, elektron pada orbital d nya mulai
berpasangan dan terisi penuh. Dengan demikian, unsur-unsur ini cenderung lebih
sukar mencapai bilangan oksidasi maksimum. Elektron-elektron pada orbital
tersebut lebih kuat terikat pada muatan ini. Umunya, unsur transisi periode empat
mempunyai bilangan oksidasi +2 karena dua elektron pada subkulit 4s sangat mudah
dilepaskan terlebih dahulu membentuk kation.

Unsur skandium dan seng hanya memiliki satu macam bilangan oksidasi. Bilangan
oksidasi skandium = +3 karena melepaskan 3 elektron (2 elektron pada orbital 4s
dan 1 elektron pada orbital 3d) untuk memiliki konfigurasi elektron yang stabil.
Sementara itu, bilangan oksidasi seng = +2 karena dengan melepaskan 2 elektronnya
saja (dari orbital 4s), seng telah mencapai kestabilan tanpa melepaskan elektron dari
subkulit 3d.
Walaupun unsur transisi memiliki beberapa bilangan oksidasi, keteraturan dapat
dikenali. Bilangan oksidasi tertinggi atom yang memiliki lima elektron yakni jumlah
orbital d berkaitan dengan keadaan saat semua elektron d (selain elektron s)
dikeluarkan. Jadi, dalam kasus skandium dengan konfigurasi elektron (n-1)d1ns2,
bilangan oksidasinya 3. Mangan dengan konfigurasi (n-1)d5ns2, akan berbilangan
oksidasi maksimum +7.
Bila jumlah elektron d melebihi 5, situasinya berubah. Untuk besi Fe dengan
konfigurasi elektron (n-1)d6ns2, bilangan oksidasi utamanya adalah +2 dan +3.
Sangat jarang ditemui bilangan oksidasi +6. Bilangan oksidasi tertinggi sejumlah
logam transisi penting seperti Co, Ni, Cu dan Zn lebih rendah dari bilangan oksidasi
atom yang kehilangan semua elektron (n-1)d dan ns-nya. Di antara unsur-unsur yang
ada dalam golongan yang sama, semakin tinggi bilangan oksidasi semakin penting
untu unsur-unsur pada periode yang lebih besar.
3. Senyawa Berwarna
Senyawa yang dibentuk dari ion-ion logam transisi sebagian besar berwarna. Warna
ini disebabkan oleh tingkat energi elektron pada unsur-unsur transisi hampir sama.
Oleh karena itu, elektron-elektron dapat bergerak ke tingkat yang lebih tinggi
dengan mengabsorpsi sinar yang tampak.
Unsur Ion Konfigurasi Elektron Warna

Sc Sc3+ 4s0 3d0 Tidak berwarna
Ti Ti2+ 4s0 3d2 Ungu
Ti3+ 4s0 3d1 Ungu hijau
Ti4+ 4s0 3d0 Tidak Berwarna
V
V2+ 4s0 3d3 Ungu
V3+ 4s0 3d2 Hijau
VO2+ 4s0 3d1 Biru
VO43- 4s0 3d0 Merah
Cr
Cr2+ 4s0 3d4 Biru
Cr3+ 4s0 3d3 Hijau
CrO42- 4s0 3d0 Kuning
Cr2O72- 4s0 3d0 Jingga
Mn
Mn2+ 4s0 3d5 Merah Muda
Mn3+ 4s0 3d4 Merah kecoklatan
MnO42- 4s0 3d1 Hijau
MnO4- 4s0 3d0 Coklat ungu
FeFe2+ 4s0 3d6 Hijau
Fe3+ 4s0 3d5 Jingga
CoCo2+ 4s0 3d7 Merah muda
Co3+ 4s0 3d6 Biru
NiNi2+ 4s0 3d8 Hijau
Ni3+ 4s0 3d7 Merah
CuCu+ 4s0 3d10 Tidak berwarna
Cu2+ 4s0 3d9 Biru
Zn Zn2+ 4s0 3d10 Tidak Berwarna
Berdasarkan tabel terlihat bahwa ion Sc3+ (4s0 3d0) dan Ti4+ (4s0 3d0) tidak bewarna,
sedangkan ion Cu+ (4s0 3d10) dan Zn2+(4s0 3d10) juga tidak berwarna. Berdasarkan
konfigurasi elektron tersebut dapat disimpulkan bahwa adanya subkulit 4s yang
kosong atau 3d yang terisi penuh mengakibatkan ion-ion tidak berwarna. Sementara
itu, ion-ion berwarna terjadi jika subkulit 3d belum terisi penuh sehingga elektron-

elektron pada subkulit 3d dapat menyerap energi cahaya. Akibatnya ketika elektron-
elektron tereksitasi (berpindah ke tingkat energi yang lebih tinggi) dan kembali ke
keadaan dasarnya akan memancarkan energi yang sesuai dengan panjang gelombang
cahayanya.
Namun terdapat beberapa perkecualian pada ion VO43-, ion CrO4
2-, ion Cr2O72- dan
ion MnO4-. Ion-ion tersebut memiliki konfigurasi elektron 4s0 3d0 sehingga
seharusnya tidak berwarna. Pada kenyataannya senyawa dari ion-ion tersebut
berwarna. Warna yang terbentuk ini dipengaruhi oleh atom-atom lain yang diikat.
Ion yang sama dapat membentuk senyawa-senyawa dengan warna berbeda apabila
atom yang diikat juga berbeda.
4. Sifat Magnetik
Berdasarkan sifat magnetiknya, unsur-unsur transisi periode empat dikelompokkan
menjadi diamagnetik, paramagnetik dan feromagnetik.
a. Diamagnetik yaitu unsur transisi yang menolak medan magnet. Sifat ini dimiliki
unsur transisi yang seluruh elektron pada orbitalnya telah berpasangan.
Contohnya unsur Zn dengan konfigurasi elektron sebagai berikut.
30Zn : [Ar] 3d10 4s2
Semua elektron Zn pada orbital s dan d
telah berpasangan sehingga bersifat diamagnetik.
b. Paramagnetik yaitu unsur transisi yang sedikit dapat ditarik medan magnet. Sifat
ini dimiliki unsur transisi yang memiliki elektron tidak berpasangan pada
orbitalnya. Sebagian besar unsur transisi periode empat bersifat paramagnetik.
Contohnya unsur Sc dengan konfigurasi elektron sebagai berikut:
21Sc : [Ar] 3d1 4s2

Terdapat satu elektron Sc yang tidak berpasangan pada orbital d sehingga unsur
Sc bersifat paramagnetik.
c. Feromagnetik yaitu unsur transisi yang dapat ditarik dengan sangat kuat oleh
medan magnet. Semakin banyak elektron dari unsur transisi yang tidak
berpasangan pada orbitalnya mengakibatkan unsur tersebut bersifat
feromagnetik. Unsur Fe, Co, dan Ni termasuk bersifat feromagnetik. Perhatikan
konfigurasi elektron unsur Fe berikut:
20Fe : [Ar] 3d6 4s2
Empat elektron Fe yang tidak
berpasangan pada orbital d mengakibatkan Fe bersifat feromagnetik. Sifat unik
logam feromagnetik yaitu induksi magnet tetap terkandung dalam logam (tidak
menghilang) meskipun logam telah dijauhkan dari medan magnet. Oleh karena
itu, logam feromagnetik dapat dijadikan magnet permanen.
5. Ion Kompleks
Unsur tramsisi dapat membentuk ion kompleks karena memiliki orbital-orbital yang
masih kosong. Ion kompleks merupakan gabungan antara atom pusat dengan
molekul atau ion-ion yang disebut ligan. Ion logam transisi bertindak sebagai atom
pusat. Ion logam transisi menyediakan orbital-orbital kosong. Sedangkan molekul
netral atau ligan akan menyediakan pasangan elektron untuk mengisi orbital-orbital
kosong yang tersedia. Ligan-ligan tersebut akan berikatan dengan atom pusat
melalui ikatan kovalen koordinasi.
Contoh pembentukan ion kompleks:
Cu2+ + 4CN [Cu(CN4)]2-
Selain sifat-sifat fisik, unsur-unsur transisi juga memiliki sifat kimia yaitu
kereaktifan dan kelarutan. Unsur-unsur transisi bereaksi lambat dengan air, oksigen

dan halogen. Kereaktifan yang lemah tersebut membuat unsur golongan transisi
periode empat sukar berkarat. Sementara itu, sebagian besar unsur transisi bersifat
larut dalam asam mineral encer.
Ti V Cr Mn Fe Co Ni Cu
Kelarutan
dalam asam
HCl panas,
HF
HNO3, HF,
H2SO4
HCl encer, H2SO4
HCl encer, H2SO4
HCl encer,H2SO4
HCl encer
HCl encer,H2SO4
HNO3, H2SO4
Kereaktifan Tahan korosi
Tahan korosi
Tahan korosi
reaktif reaktif Tahan korosi
Tahan korosi
6. Tata Nama Senyawa Kompleks
Senyawa kompleks adalah senyawa yang mengandung ion kompleks. Ion kompleks
tersebut dapat bertindak sebagai kation maupun anion. Tata nama senyawa atau ion
kompleks menurut IUPAC sebagai berikut:
a. Nama kation terlebih dahulu diikuti oleh nama anion.
Contoh :
[Ag(NH3)2]Cl : diamin perak (I) klorida
Kation : diamin perak (I) anion : klorida
Na2[Cu(OH)4] : natrium tetrahidrokso kuprat (II)
Kation : natrium anion : tetrahidrokso
b. Jumlah ligan yang sama diberi awalan sebagai berikut
1 = mono
2 = di
3 = tri
4 = tetra
5 = penta
6 = heksa
Khusus untuk ligan tertentu seperti etilendiamin diberi awalan sebagai berikut
2 = bis

3 = tris
4 = tetrakis
c. Apabilan ion kompleks terdapat lebih dari satu ligan, penamaan ligan diurutkan
abjad.
d. Dalam ion kompleks, ligan disebutkan terlebih dahulu diikuti nama logam atom
pusat.
e. Nama ligan anion diakhiri dengan huruf O
f. Ligan molekul netral sesuai nama molekulnya, kecuali H2O, NH3, NO dan CO.
Muatan Ligan Rumus Nama Ligan
Netral H2O
NH3
NO
CO
-CH3
-C6H5
NH2-CH2-CH2-NH3 (en)
py
Akua/akuo
Amin/amina
Nitrosil
Karbonil
Metil
Fenil
Etilendiamin
Piridin
-1 OH-
OH2-
F-
Cl-
Br-
I-
SCN-
Hidrokso
Nitro
Fluoro
Kloro
Bromo
Iodo
Tiosianto

CN-
CH3COO-
Siano
Asetato
-2 O2-
SO42-
S2O32-
CO32-
C2O42-
Okso
Sulfato
Tiosulfato
Karbonato
Oksalato
g. Nama ion kompleks bermuatan positif diawali dengan nama ligan diikuti
dengan nama atom pusatnya. Bilangan oksidasi atom pusat ditulis dengan
bilangan romawi dalam tanda kurung.
Contoh:
[Fe(H2O)6]2+ : ion heksaaquo (II)
[Cr(NH3)4Cl2]+ : ion tetraamin dikloro krom (III)
h. Nama ion kompleks bermuatan negatif diawali dengan nama ligan diikuti dengan
nama atom pusat (nama latin) yang diberi akhiran ‘at’. Bilangan oksidasi atom
pusat ditulis dengan bilangan romawi dalam tanda kurung.
Contoh :
[Co(Br)6]3- : ion heksabromo kobaltat (III)
[Cu(NO2)2(OH)2]2- : ion dihidrokso dinitro kuprat (II)
i. Bilangan koordinasi merupakan jumlah ligan yang diikat oleh atom pusat.
j. Muatan ion kompleks merupakan jumlah dari muatan ion pusat dan muatan
ligan-ligan yang diikatnya.
B. Kelimpahan, Manfaat, Dampak dan Proses Pembuatan Unsur-Unsur Golongan
Transisi Periode Empat

Unsur-unsurt transisi periode empat di alam sebagian bear ditemukan dalam bentuk
senyawa oksida dan sulfia. Hak itu terjadi karena unsur-unsur transisi periode empat
sangat mudah teroksidasi dan mempunyai afinitas yang cukup besar terhadap oksigen
dan belerang. Selain itu, oksigen dan belerang termasuk unsur yang sangat reaktif
terhadap logam dan tersebar di kerak bumi.
Unsur Mineral Rumus Kimia Daerah Penghasil
Sc Thorveitite Sc2Si2O
Ti Ruti
Ilmenit
TiO2
FeTiO3
V Vanadit Pb3(VO4)3
Cr Kromit FeCr2O4 Sulawesi Tengah
Mn Pirolusit MnO2 Kalimantaan Barat,
Yogyakarta
Fe Hematit
Magnetit
Limonit
Sidenit
Pirit
Kobaltit
Smaltit
Pentlandite
Garnerit
Fe2O3
Fe3O4
Fe2O3.H2O
FeCO3
FeS2
CoAsS
CoAs2
(FeNi)S
H2(NiMg)SiO4.2H2O
Kalimantan Barat
Sumatra Barat
Sumatra Selatan
Sulawesi Tengah
Sulawesi Tengah
Sulawesi Tengah
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Tenggara
Co Kalkopirit CuFeS2 Kalimantan Barat
Ni Malasit Cu2(OH)2CO3 Papua
Cu Kalkosit Cu2S Sumatra Barat

Zn Seng blende/sphalerite
Calamine
ZnS
ZnCO3
Sumatra Barat
Sulawesi Tengah
Unsur tembaga selain sebagai senyawa juga terdapat dalam bentuk bebas. Hal ini karena
tembaga relatif lebih sukar mengalami oksidasi.
1. Skandium (Sc)
Kelimpahan skandium di kulit bumi sekitar 0,0025%. Jumlah skandium yang
terdapat di alam sangat terbatas. Di alam, skandium hanya terdapat sedikit bersama
lantanida. Kandungan unsur ini dalam mineral hanya berkisar 5 sampai 30 ppm dan
sangat sulit dipisahkan dari mineralnya. Akibatnya, produksi skandium hanya dalam
satuan gram atau kilogram. Oleh karena itu, harganya sangat mahal sehingga sangat
jarang ditemukan dan digunakan.
Ion Sc3+ tidak berwarna dan bersifat amfoter mirip dengan Al3+. Skandium memiliki
reaktivitas yang tinggi dan bersifat isotop radioaktof dengan waktu paruh yang
singkat. Skandium-45 merupakan satu-satunya isotop alami yang tidak bersifat
radioaktif.
Skandium digunakan sebagai komponen pada lampu berintensitas tinggi. Selain itu,
skandium juga dapat menghasilkan larutan asam pada proses hidrolisis [Sc(H2O)6]3+
dan membentuk senyawa Na3ScF6 yang mirip kriolit (Na3AlF6). Skandium juga
dimanfaatkan sebagai bahan pembentukan gelatin hidroksida (Sc(OH)3) yang bersifat
amfoter. Logam skandium dibuat dengan elektrolisis cairan ScCl3 yang dicampurkan
dengan klorida-klorida lain.
2. Titanium (Ti)
Kelimpaha titanium di kulit bumi cukup banyak sekitar 0,6%. Selain ruti dan ilmenit,
mineral yang mengandung titanium yaitu perovskite (CaTiO3) dan titanit
(CaTiOSiO4). Densitas titanium rendah, karena kekuatan strukturnya tinggi pada

suhu tinggi dan tahan terhadap korosi (karat). Oleh karena itu, titanium banyak
digunakan dala industri pesawat terbang, mesin turbin dan peralatan kelautan.
Titanium juga bersifat amfoter, inert, putih cerah, tidak tembus cahaya dan tidak
beracun (nontoksik). Sifat-sifat ini dimanfaatkan untuk membuat pemutih dan
pengilap kertas, pigmen putih dalam cat, keramik, kaca, plastik dan bahan-bahan lain
dalam industri kimia.
Logam titan (Ti) diperoleh dengan jalan mengalirkan gas klorin pada TiO2 sehingga
terbentuk TiCl. Reaksinya:
TiO2(s) + 2C(s) + 2Cl(g) TiCl4(s) + 2CO(g)
TiCl4 yang terjadi direduksi dengan logam Mg pada suhu tinggi yang bebas oksigen.
Reaksinya:
TiCl4(s) + 2Mg(s) Ti(s) + 2MgCl2(s)
3. Vanadium (V)
Vanadium di kulit bumi terdapat sekitar 0,2%. Meskipun sedikit, vanadium tersebar
luas di alam. Vanadium juga dapat diperoleh dari pembakaran oksidanya berupa
vanadium pentaoksida (V2O5). Vanadium pentaoksida digunakan sebagai katalis pada
pembuatan asam sulfat dalam proses kontak. Sementara itu, vanadium dalam bentuk
logam campuran (aliase) dengan besi menghasilkan ferovanadium yang bersifat
keras, kuat dan tahan korosi. Oleh karena itu, ferovanadium banyak digunakan dalam
pembuatan peralatan teknik yang tahan getaran, misal pegas, per mobil, pesawat
terbang dan kereta api.
Ferovanadium dihasilkan dari reduksi V2O5 dengan campuran silikon (Si) dan besi
(Fe). Reaksinya :
2V2O5(s) + 5Si(s) + Fe(s) 4V (+Fe)(s) + 5SiO2(s)

Senyawa SiO2 ditambah dengan CaO menghasilkan suatu terak CaSiO3, yaitu bahan
yang dihasilkan selama pemurnian logam. Reaksinya:
SiO2(s) + CaO(s) CaSiO3(s)
4. Krom (Cr)
Kelimpahan krom di kulit bumi hanya 0,012%. Meskipun demikian, krom banyak
digunakan dalam industri logam karena merupakan komponen paling penting. Logam
krom reaktif terhadap oksifen dan membentuk oksida yang berupa lapisan tipis di
permukaan logam. Lapisan tersebut melindungi logam dari oksidasi lebih lanjut.
Oleh karena itu, logam krom banyak digunakan untuk melapisi logam lain agar tahan
karat secara elektroplating, misal nikrom pada alat pemanas (stainless steel)
mengandung 18% krom. Selain itu, krom juga digunakan sebagai bahan dasar dalam
industri baja sehingga dihasilkan baja yang lebih kuat dan mengilap.
Kromit (FeCr2O4) direduksi oleh karbon menghasilkan terokrom. Reaksinya:
FeCr2O4(s) + 4C(s) Fe(s) + 2Cr(s) +4CO(s)
Logam krom dibuat menurut proses Goldschmidt dengan jalan mereduksi Cr2O3
dengan logam aluminium. Reaksinya:
Cr2O3(s) + 2Al(s) Al2O3(s) + 2Cr(s)
5. Mangan (Mn)
Mangan terdapat di alam dalam jumlah melimpah, sekitar 0,10% di bumi. Selain
dalam bentuk mineral pirolusit, mangan terdapat di alam dalam bentuk spat mangan
(MnO2) dan manganit (Mn2O3H2O).
Mangan banyak digunakan pada industri baja sebagai campuran (alloy) mangan
dengan besi yang disebut feromangan. Feromangan digunakan sebagai bahan
pembuat mesin dan alat berat karena sifatnya yang sangat keras, kuat dan tahan

gesekan. Selain itu, mangan dalam bentuk senyawa MnO2 digunakan pada baterai
kering.
Pembuatan feromangan dilakukan dengan mereduksi MnO2 dengan campuran besi
oksida dan karbon. Reaksinya:
MnO2(s) + Fe2O3(s) + 5C(s) 2Fe(s) + Mn(s) + 5CO(s)
Pada proses ini mangan dalam baja feromangan berfungsi untuk mengikat oksigen
agar pada proses penuangan tidak terjadi gelembung-gelembung udara yang
mengakibatkan baja keropos (berongga di dalamnya).
Logam mangan murni dibuat dengan proses alumino thermi seperti pembuatan logam
krom. Reaksinya:
Tahap 1 : 3MnO2(s) Mn3O4(g) + O2(g)
Tahap 2 : 3Mn3O4(s) + 8Al(s) 9Mn(s) + 4Al2O3(s)
6. Besi (Fe)
Kelimpahan besi di alam menempati urutan keempat terbanyak di kulit bumi (5%).
Besi merupakan logam yang sangat penting dalam industri sehingga logam besi
paling banyak kegunaanya dalam kehidupan sehari-hari.
Besi bersifat feromagnetik. Oleh karena itu, banyak oksida besi digunakan sebagai
perangkat elektronik, memori komputer dan pita rekaman. Kompleks besi juga
berperan penting dalam proses biologis, di antaranya untuk membentuk hemoglobin
dalam darah dan klorofil dalam tanaman.
Besi murni bersifat lunak, liat dan cukup reaktif. Oleh karena itu, besi selalu
dipadukan dengan logam lain membentuk aliase, misal baja atau stainless steel agar
lebih keras. Baja dibuat dari bei kasar yang ditambah Mn, Cr, Ni atau unsur lain
sesuai dengan tujuan penggunaan baja tersebut.

Proses pengolahan bijih besi untuk menghasilkan logam besi dilakukan dalam tanur
tinggi. Prinsip kerjanya dengan mereduksi oksida besi menggunakan gas karbon
monoksida.
Adapun langkah-langkah proses pengolahan besi dari bijihnya sebagai berikut:
a. Bahan-bahan dimasukkan ke dalam tanur melalui puncak tanur. Bahan-bahan
tersebut meliputi hal-hal berikut.
1) Bahan utama, yaitu bijih besi hematit (Fe2O3) dicampur dengan pasir (SiO2)
dan oksida-oksida asam lain. Bahan ini akan direduksi.
2) Bahan pereduksi, yaitu kokas (karbon).
3) Bahan tambahan, yaitu batu kapur (CaCO3) yang berfungsi untuk mengikat
zat-zat pengotor.
b. Udara panas dimasukkan dari bagian bawah tanur sehingga suhu tanur semakin
ke atas semakin rendah. Hal ini mengakibatkan kokas terbakar dengan reaksi.
C(s) + O2(g) CO2(g)
c. Gas CO2 yang terbentuk direduksi oleh kokas yang panas menjadi gas CO.
CO2(g) + C(s) 2CO(g)
d. Gas CO yang terbentuk dan kokas akan mereduksi bijih besi (Fe2O3) dengan
tahapan sebagai berikut:
1) Berlansung pada bagian atas tanur
3Fe2O3(s) + CO(g) 2Fe3O4(s) + CO2(g)
2) Berlansung pada bagian yang lebih rendah pada tanur
Fe3O4(s) + CO(g) 3FeO(s) + CO2(g)
3) Berlansung pada bagian yang lebih bawah lagi
FeO(s) + CO(g) Fe(l) + CO2(g)
e. Besi cair yang terbentuk mengalir ke bawah dan berkumpul di dasar tanur.

f. Pada bagian tengah tanur, batu kapur terurai.
CaCO3(s) CaO(s) + CO2(g)
g. Selanjutnya CaO akan mengikat zat pengotor dan membentuk terak pada dasar
tanur dengan reaksi.
CaO(s) + SiO2(s) CaSiO3(l)
3CaO(s) + P2O5(g) Ca3(PO4)2(l)
CaO(s) + Al2O3(g) Ca(AlO2)2(l)
Terak yang terbentuk akan mengapung di permukaan besi cari dan keluar melalui
saluran tersendiri. Terak tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan
beton jalan raya.
Besi cair pada dasart tanur disebut besi kasar. Selanjutnya, besi kasar dikeluarkan
dari tanur dengan dituang dalam cetakan-cetakan menjadi besi tuang atau besi cor
yang bersifat keras dan rapuh. Besi kasar mengandung 95% besi, 4% karbon dan
sisanya berupa fosforus, silikon, belerang dan mangan.
Besi dapat dibentuk jika kadar karbonnya dikurangi dengan memanaskannya
sehingga karbon yang terkandung dalam besi teroksidasi menjadi gas CO2. Besi yang
memiliki kadar karbon cukup rendap disebut besi tempa. Besi ini digunakan untuk
berbagai perlatan seperti cangkul, mur, baut dan pembuatan baja.
7. Kobalt (Co)
Kobalt bersifat mirip dengan nikel. Kobalt bersama-sama dengan nikel terdapat
dalam senyawa besi. Unsur kobalt tidak reaktif, namun stabil terhadap panas. Kobalt
digunakan untuk membuat paduan loga. Campuran besi-kobalt mempunyai sifat
tahan karat. Alnico merupakan paduan aluminium, nikel, kobalt dan tembaga yang
bersifat magnet kuat. Kobalt juga banyak dimanfaatkan dalam pembuatan mesin jet,

mesin turbin dan peralatan tahan panas. Isotop radioaktif kobalt (Co-60) berguna
dalam pengobatan kanker.
Ion Co2+ dalam bentuk larutan digunakan sebagai bahan tinta yang tidak berwarna.
Sementara itu, kertas yang mengandung ion Co2+ digunakan untuk mendeteksi
perubahan cuaca. Jika cuaca lembap (akan turun hujan), kertas berwarna merah
karena mengandung ion Co2+. Jika cuaca cerah, kertas berwarna biru karena
mengandung ion Co3+.
8. Nikel (Ni)
Nikel merupakan logam putih mengilap seperti perak dan dijadikan sebagai
penghantar panas atau listrik yang baik. Selain dalam bentuk senyawa mineral, nikel
juga dijumpai sebagai senyawa kompleks, misal [Ni(NH3)6]Cl2 dan [Ni(NH3)6]SO4
yang digunakan dalam elektroplating.
Nikel juga berfungsi untuk melapisi logam agar taham karat dan sebagai campuran
logam, misal monel (paduan logam 60% Ni, 40% Cu dan sedikit Fe, Mn, Si,C) dan
alnico. Serbuk nikel biasa digunakan sebagai katalis dalam reaksi reduksi senyawa
hidrokarbon, contohnya proses hidrogenasi lemak pada pembuatan margarin.
Nikel(III) oksida (Ni2O3) digunakan dalam sel edison.
9. Tembaga (Cu)
Di alam tembaga terdapat dalam bentuk bijih tembaga. Sekitar 80% tembaga
diperoleh sebagai sulfida. Namun, ada pula yang ditemukan dalam keadaan bebas.
Tembaga merupkan logam yang berwarna kemerahan. Logam ini termasuk
penghantar panas dan listrik yang baik. Oleh karena itu, tembaga banyak digunakan
sebagai kabel listrik (alat-alat elektronik). Tembaga juga mudah ditempa dan
bercampur dengan emas sehingga digunakan pada pembuatan kerajinan.

Tembaga juga banyak digunakan untuk membuat paduan logam seperti kuningan
(tembaga dan seng), perunggu (tembaga dan timah), monel, alnico dan sebagainya.
Kegunaan tembaga lainnya sebagai berikut:
a. Menguji kemurnian alkohol dengan memasukkan serbuk putih CuSO4 ke dalam
alkohol yang mengandung air. Serbuk putih menjadi biru karena mengikat air.
Reaksinya:
b. Membuat rayon/sutra buatan dengan melarutkan selulosa ke dalam larutan
Scheweitser (larutan ion kompleks kupri tetraamin [Cu(NH3)4]2+ dari Cu(OH)2
yang dilarutkan dalam larutan NH4OH.
c. Mematikan serangga atau hama tanaman menggunakan bubur bordeaux
(campuran Cu(OH)2 + CaSO4 yang dibuat dari CuSO4 + Ca(OH)2).
d. Menguji sifat pereduksi dari senyawa yang mengandung gugus aldehid/alkanal.
Tembaga dapat diidentifikasi dengan cara mengaliri gas H2S pada senyawa yang
mengandung Cu2+ sehingga menghasilkan endapan yang berwarna hitam. Reaksinya:
Cu2+(aq) + H2S(g) CuS + 2H+(aq)
Proses pengolahan tembaga diawali dengan pemanggangan kalkopirit (CuFeS2) atau
bijih tembaga lain. Hasil pemanggangan dioksidasi dalam oksiden. Reaksinys:
4CuFeS2(s) + 9O2(g) 2Cu2S(s) + 2Fe2O3(s) + 6SO2(g)
2Cu2S(s) + 3O2(g) 2Cu2O(s) + 2SO2(g)
2Cu2O(s) + Cu2S(s) 6Cu(s) + SO2(g)
Tembaga yang dihasilkan dimurnikan secara elektrolisis dan flotasi. Pemurnian
tembaga dengan elektrolisis dilakukan dengan menempatkan tembaga kotor di anode

menggunakan larutan elektrolit CuSO4 sehingga tembaga murni akan diperoleh di
katode. Reaksinya:
CuSO4(aq) Cu2+(aq) + SO42-(aq)
Anode (Cu kotor) : Cu(s) Cu2+(aq) + 2e-
Katode (Cu murni) : Cu2+ + 2e- Cu(s)
10. Seng (Zn)
Seng merupakan unsur terakhir pada deret logam transisi periode empat. Seng
digunakan sebagai logam pelapis besi agar tahan karat. Seng juga berguna untuk
paduan logam (misal kuningan), zat antioksidan pada pembuatan ban mobil, bahan
pembuat cat putih dan bahan untuk melapisi tabung gambar televisi karena dapat
berfluoresensi (mengubah berkas elektron menjadi cahaya tampak). Lembaran seng
dapat dimanfaatkan sebagai atap bangunan.
Pembuatan logam seng dilakukan dengan pemanggangan seng sulfida (ZnS)
kemudian oksida seng direduksi dengan karbon pijar. Reaksinya:
2ZnS(s) + 3O2(g) 2ZnO(s) + 2SO2(g)
ZnO(s) + C(s) Zn(g) + CO(g)
Proses ini berlansung pada suhu ± 1.200oC. seng dalam bentuk gas dikondensasikan
menjadi debu seng.