unsur transisi deret 3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
tugas kimia anorganikTRANSCRIPT

KIMIA ANORGANIK I
UNSUR-UNSUR TRANSISIDERET KETIGA
OLEH:
KELOMPOK II
1.
2.
JURUSAN KIMIAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA2009

BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Unsur-unsur kimia memiliki sifat dan karakterisitik tertentu. Dan merupakan hal
yang sangat penting untuk kita pelajari agar bisa mengerti dan memahami sifat-sifat dan
karakteristik yang muncul.
Di dalam suatu golongan atau pun periode yang sama, antara unsur yang satu
dengan yang lainnya dapat kita temui perbedaan sifat-sifat fisis dan kimia dari unsur-unsur.
Sifat-sifat tersebut meliputi: jari-jari atom, tingkat oksidasinya, ikatan-ikatan dalam
persenyawaannya, sifat magnetiknya, maupun stereokimianya dan kegunaan dari masing-
masing unsur transisi pada deret ketiga.
Kecenderungan sifat-sifat ini ada yang dipengaruhi oleh struktur molekulnya, jenis
ikatannya, maupun konfigurasi elektronnya. Oleh karena itulah dalam kimia Anorganik ini
kita harus bisa menguasai cara penulisan konfigurasi elektron unsur-unsurnya untuk
mempelajari kecenderungan energi ionisasi, afinitas elektron, titik leleh, maupun titik
didihnya (bila unsurnya dalam wujud cair).
Di dalam satu periode yang sama, dari kiri ke kanan, kecenderungan sifatya bisa
berubah-ubah. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh konfigurasi elektronnya di dalam orbital-
orbital sehingga kecenderungan sifat tidak sebanding dengan kenaikan nomor atomnya. di
dalam pembelajaran kali ini akan dijabarkan beberapa sifat-sifat unsur yang berkaitan
dengan penulisan paper ini.
Karakteristik dari masing-masing unsur yang terletak pada golongan transisi deret
ketiga inilah yang nantinya akan kita bahas dalam paper yang berjudul ”Unsur-unsur
Transisi Deret Ketiga”.
2. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalahnya, yaitu:
1. Unsur-unsur apa saja yang tergolong dalam unsur-unsur transisi deret ketiga?
2. Bagaimana konfigurasi elektron dari unsur-unsur transisi deret ketiga?
3. Bagaimana sifat-sifat atau karakteristik dari tiap-tiap unsur transisi deret ketiga?

4. Apa saja kegunaan dari unsur-unsur transisi deret ketiga?
3. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui unsur-unsur yang tergolong di dalam unsur transisi deret ketiga.
2. Mengetahui dan memahami penulisan konfigurasi elektron dari unsur-unsur
transisi deret ketiga
3. Memahami sifat-sifat atau karakterisitik dari tiap-tiap unsur transisi deret ketiga
4. Memahami kegunaan dan pemanfaatan unsur-unsur yang terletak pada transisi
deret ketiga.

BAB II
PEMBAHASAN
Unsur-Unsur Transisi Deret Ketiga
Unsur-unsur transisi deret ketiga terdiri dari Hafnium (Hf), Tantalum (Ta),
Wolfram (W), Rhenium (Re), Osmium (Os), Iridium (Ir), Platina (Pt), Emas (au) dan
Raksa (Hg). Pada bab ini akan dibahas unsur-unsur tesebut secara lebih mendalam yaitu
sebagai berikut:
1. Hafnium (Hf)
Hafnium merupakan golongan transisi utama pada deret ketiga (IVB) yang
memiliki nomor atom 72 dan massa atom 178,49 g/mol, serta konfigurasi (5d)
Hafnium berwujud padat pada suhu 298 K, memiliki sifat sebagai logam, berwarna
abu-abu, dengan titik didh 4876 K, dan titik leleh 2506 K, serta densitas 13,31 g/cm3+
Ciri-ciri dari unsur Hf adalah :
1. sifat kimianya , serta jari-jari atom dan ionnya mirip dengan Zr.
2. memiliki perbedaan sifat yang berarti dari Ti,yaitu terdapat sedikit senyawaan
dalam tingkat oksidasi di bawah IV, dan ion +4 memiliki muatan tinggi, tidak
terdapat kulit d yang terisi sebagian yang bisa menyukai strereokimia, dan mereka
relatif besar (0,74 ; 0,75 A).
3. Hf selalu ditemani Zr sampai batas fraksi persen Zr. Pemisahannya sulit,namun
akan efektif dengan ekstraksi pelarut atau penukaran ion.
4. Dua hal fisik Hf yang mirip dengan Ti yaitu keras, tahan karat, dan kenampakannya
mirip baja, serta mudah diserang hanya dengan HF menghasilkan kompleks fluoro.
2. Tantalum (Ta)
Unsur ini memiliki nomor atom 73 dan konfigurasi elektronnya 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6
4s2 3d10 4p6 5s2 4d10 5p6 6s2 4f14 5d3. Unsur ini meskipun logam tapi memiliki kimiawi dalam
tingkat oksidasi V yang mirip dengan kimiawi nonlogam. Umumnya unsur ini memiliki
kimiawi kation namun membentuk berbagai kompleks anion yang kebanyakan memiliki

bilangan koordinasi 7 atau 8. Dalam tingkat oksidasi yang lebih rendah, tantalum dapat
membentuk banyak senyawaan ‘cluster’ atom logam. Adapun sifat fisik dari tantalum
adalah logamnya berkilat, memiliki titik leleh yang tinggi dan tahan terhadap asam. Unsur
ini larut kuat dalam campuran HNO3, HF tetapi lambat bereaksi dengan leburan NaOH.
Adapun unsur tantalum memiliki sifat fisik sebagai berikut:
1. Berwujud padat pada suhu 298 K
2. Bersifat sebagai logam
3. Memiliki warna abu-abu biru
4. titik didih 5731 K
5. titik leleh 3290 K
6. Densitas 16,69 g/cm3
Selain senyawa oksida, Ta juga dapat membentuk halida dan kompleks contohnya
pentaflourida yang berupa padatan putih yang mudah menguap dan pentaklorida berupa
padatan kuning. Kedua contoh tersebut dapat terhidrolisis menjadi hidrat oksida. Dalam
pelarut seperti CCl4, mereka berada dalam bentuk dime. Kedua halida diatas dapat menarik
oksigen dari senyawa Me2SO4 atau pada pemanasan oksoklorida MOCl3. Larutan
flouridanya mengandung TaF6- dan TaF7-. Meskipun demikian, dari larut inidapat diperoleh
garam dengan stokiometri yang berbeda yaitu TaF83-.
3. Wolfram
Mineral tungsen (wolfram) dihancurkan secara mekanik dan direaksikan dengan lelehan
NaOH. Lelehannya dilarutkan dalam air untuk memperoleh Na-tungsenat yang kemudian
diasamkan untuk mendapatkan WO3 kemudian direduksi dengan hidrogen dan diperoleh
logamnya.
Wolfram memiliki nomor atom 74 dengan massa atom 183,84 g/mol. Sifat fisik yang
dimiliki oleh wolfram adalah berwujud padat pada suhu 298 K, bersifat logam, berwarna
putih keabu-abuan yang mengkilap, dengan titik didih 5928 K dan titik leleh 3695 K dan
densitas (kerapatan) 19,25 g/cm3.
Kegunaan :
1. Paduan logam untuk alat pemotong pada suhu tinggi

2. Filamen lampu
Perbandingan sifat antara Molibdenum dengan Wlofram pada transisi deret ketiga
adalah:
Sifat-sifat dari unsur Mo dan W
1. Tahan terhadap asam
2. Tahan terhadap panas (mp 26100C (Mo), 34100C(W)
3. Tahan terhadap oksigen
4. Reaktip dengan flourin membentuk heksaflourida
Senyawaan dari Molibdenum dan Wolfram
1. Oksida : Beberapa oksida yang umum seperti : MoO3(putih), WO3(kuning), MoO2
dan WO2
Trioksida dibuat memanaskan logam dengan senyawa lain seperti sulfida dalam
oksigen.
Dioksida dibuat dengan mereduksi trioksida dengan hidrogen atau NH3 pada suhu ±
4700C.
2. Halida, MOF6 dan WF6 dibuat dengan reaksi flourinasi terhadap logamnya. Kedua
halida tersebut mudah terhidrolisis. Mo2Cl10 dibuat melalui klorinasi logamnya.
WCl6 dibuat melalui klorinasi logamnya.

4. Rhenium (Re)
Re merupakan unsur transisi utama pada deret ketiga (VIIB) yang memiliki nomor
atom 75 dan massa atom 186,207 g/mol , serta konfigurasi (5d).
Sifat fisik yang dimiliki Rhenium adalah berwujud padat pada suhu 298 K,
memiliki sifat sebagai logam, berwarna puuih keabu-abuan dengan titik didih 5869 K dan
titik leleh 3459 K, serta densitas 21,02 g/cm3
Re diperoleh kembali dari debu asap dalam pemanggangan bijih MoS2 dan dari sisa
pengolahan bijih Cu. Biasanya tertinggal dalam larutan sebagai ion perrhenat, ReO4-.
Setelah pemekatan, penambahan KCl mengendapkan garam yang agak larut, KreO4. Re
menghasilkan asam okso dalam larutan hangat Br2 atau HNO3 panas. Re larut dalam H2O
30%.
Re terutama digunakan dalam aliasi Pt-Re yang mendukung alumina bagi
pembentukan kembali minyak bumi secara katalitik.
Senyawaan biner
Oksida kuning yang mudah menguap ReO7 sangat higroskopik dan larut dalam air.
Penjenuhan larutan HCl atau H2SO4 dari ReO4- dengan H2S menghasilkan sulfida hitam,
Re2S7. Cara ini digunakan untuk mendapatkan kembali Re dari residu. Klorinasi Re pada
kira-kira 5500 C menghasilkan Re2Cl10.
Senyawaan Okso dan Kompleks
Okso penting dalam tingkat oksidasi V dan VII. Garam ion perrhenat,ReO4- memiliki
kelarutan mirip dengan perklorat. Ion-ionnya stabil dalam air dan merupakan pengoksidasi
yang lemah.
Terdapat berbagai kompleks okso. Seperti halnya dengan Mo, Re2Cl10 larut dalam HCl
kuat. Terdapat kimiawi yang luas dari senyawaan oksorhenium (V) yang menghasilkan
ligan fosfin. Kompleks ReOCl3 diperoleh dari interaksi dengan ReO4-, dalam etanol yang
mengandung HCl.
5. Osmium (Os)
Unsur ini memiliki nomor atom 76 dengan konfigurasi elektron 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6
4s2 3d10 4p6 5s2 4d10 5p6 6s2 4f14 5d6. Massa atom dari unsur Osmium adalah 190,23 g/mol.

Sifat fisik yang dimiliki Osmium adalah: berwujud padat pada suhu 298 K,
memiliki sifat sebagai logam, berwarna abu-abu kebiruan, dengan titk didih 5285 K dan
titik leleh 3306 K, serta densitas 22,61 g/cm3.
Adapun salah satu keistimewaan dari kimiawi osmium adalah oksidasi dengan
larutan akua zat pengoksidasi menghasilkan tetraoksida yang mudah menguap. Salah satu
senyawa dari osmium adalah OsO4. OsO4 tidak berwarna dengan titik leleh 40 0C. Senyawa
ini lebih mudah diperoleh dan HNO3 merupakan pengoksidasi yang cukup kuat bagi
senyawa ini. OsO4 digunakan dalam kimia organik karena dapat mengoksidasi olefin
menjadi cis-diol. Selain itu dapat pula digunakan sebagai penandaan biologis karena bahan
organiknya mudah mereduksi senyawa ini. Senyawa ini cukup berbahaya terhadap mata
dan harus ditangani dengan hati-hati.
Pelarutan OsO4 dalam basa menghasilkan anion okso yang tidak berwarna
OsO4 + 2OH- (OsO4 (OH)2)2-
Yang dapat direduksi menjadi (OsO4 (OH)4)2-
6. Iridium (Ir)
Iridium memiliki nomor atom 77, dan massa atom 192,217 g/mol.
Sifat-sifat fisik yang dimiliki oleh Iridium adalah:
1. Berwujud padat pada suhu 298 K
2. Memiliki sifat sebagi logam
3. Berwarna putih keperakan
4. Titik didihnya 4701 K
5. Titik lelehnya 2719 K
6. Density sebesar 22,69 g/cm3
Iridium dapat membentuk senyawa kompleks dengan beberapa unsur lainnya
(ligan-ligan) sehingga kompleks Iridium yang terbentuk bisa berbagai macam yang unik.
a. Kompleks Iridium (III)
Kompleks halogeno dari Iridium mudah dibentuk, misalnya [IrCl6]3-. Pada reduksi
kompleks trivalensi, kompleks divalensinya tidak diperoleh. Bila ligannya halogen,
amina, atau air, reduksinya akan menghasilkan logam. Apabila terdapat ligan asam − ,
terjadi reduksi menjadi IrI, atau menjadi kompleks iridium (III) hidrida.
b. Kompleks Iridium (IV)

Kompleks oktahedral IrIV sangat stabil; mereka memiliki sebuah elektron tidak
berpasangan (t2g5).
Heksakloroiodat. Heksakloroiodat dibuat dengan Ir + NaCl dalam Cl2. garam
hitam Na2IrCl6 sangat larut dalam air. Suatu garam oksonium (H3O)2IrCl6.4H2O dikenal
sebagai “asam kloroiridat”. Bahan- bahan ini digunakan untuk membuat kompleks Ir
lainnya.
Ion IrIVCl62- merah coklat tua direduksi secara cepat dan kuantitatif dalam larutan
OH- kuat menghasilkan IrIIICl63- hijau kekuningan.
Ion IrCl62- akan mengoksidasi banyak senyawaan organic, dan juga secara kuantitatif
direduksi oleh KI dan C2O42-
Dalam larutan asam diperoleh
K = 7 x 10−8 atm1/2 mol3L−2(25˚)
sehingga dalam HCl 12M, oksidasi IrIIICl63- terjadi sebagian pada 25˚C, dan secara
sempurna pada pendidihan.
c. Kompleks Iridium (I)
Dengan adanya ligan, reduksi IrIII dapat membentuk kompleks diamagnetik, bujur
sangkar atau terkoordinasi 5 yang semuanya memiliki ligan asam − . Mereka
memberikan sistem terbaik untuk studi reaksi adisi −oksidatif yang merupakan
keistimewaan khas kompleks segiempat d8. Reaksi kesetimbangan dari trans −IrX(CO)
(PR3)2, misalnya
terletak ke sisi IrIII, dan kompleks IrIII dapat dengan mudah dicirikan.
Trans-klorokarbonilbis(trifenilfosfin )iridium, trans-MCl(CO)(PPh3)2, adalah
senyawaan kuning yang diperoleh melalui reduksi halida dalam alkohol yang
mengandung PPh3 dengan HCHO, yang bertindak sebagai pereduksi dan sumber.

7. Platina (Pt)
Ruthenium, osmium, rhodium, iridium, palladium, dan platinum adalah enam
anggota terberat golongan VIII. Mereka adalah unsur-unsur yang jarang ditemukan
sehingga keberadaanya bisa dimanfaatkan secara komersil (misalnya saja dengan
menjadikannya unsur pemanfaatan produk perhiasan wanita-wanita zaman sekarang).
Platina adalah yang paling umum dengan kelimpahan sekitar 10-6 % dimana yang lainnya
memiliki kelimpahan dengan order 10-7 %. Mereka terdapat sebagai logam, seringkali
sebagai aliasi seperti osmiridium, dan dalam arsenida, sulfida, dan bijih lain. Unsur-
unsurnya biasanya berasosiasi tidak hanya sesamanya, namun juga dengan nikel, tembaga,
perak, dan emas.
Platina memiliki nomor atom 78, dengan massa atom sebesar 195, 078 g/mol.
Adapun sifat-sifat fisik yang dimiliki oleh Platina, yaitu:
1. Berwujud padat pada suhu 298 K (250C)
2. Bersifat logam
3. Berwarna putih keabuan
4. Titik didh 4098 K
5. Titik leleh 2041,4 K
6. Densitas 21,45 g/cm3
Komposisi bijih dan cara ekstraksi cukup beragam. Sumber penting adalah Ni – Cu
sulfida Afrika Selatan. Bijihnya dipekatkan dengan gravitasi dan flotasi, setelah ia dilebur
dengan batuan kapur, batu bara, dan pasir serta di “bessemer” dalam konvertor. Hasil
leburan Ni – Cu sulfida kemudian dicetak ke dalam anoda. Pada elektrolisis dalam larutan
asam sulfat, Cu diendapkan pada katoda, dan Ni tinggal dalam larutan, dari mana ia
berturut-turut diperoleh kembali dengan elektrodeposisi, sedangkan logam platina, perak,
dan emas dikumpulkan dalam lumpur anoda. Prosedur berikutnya untuk pemisahan yang
melibatkan pengendapan atau pengkristalan klasik, cara pertukaran ion dan ekstraksi
pelarut juga mungkin.
Logamnya putih keabu-abuan dan mula-mula diperoleh sebagai bubuk dengan
penmyalaan garamnya seperti (NH4)2PtCl6. Hampir semua senyawaan unsur-unsur ini
menghasilkan logam bilamana dipanaskan. Meskipun demikian, Os mudah dioksidasi oleh
udara menjadi oksida yang paling mudah menguap OsO4, dan Ru menghasilkan RuO2
sehingga reduksi dengan hidrogen diperlukan.

Logam-logamnya juga dapat ditarik dari larutan asam dengan pemberian Zn – suatu
cara umum untuk memperoleh kembali sebagai “footing’. Logamnya inert secara kimiawi
khususnya bilamana massif. Ru dan Os diserang paling kuat dengan fusi oksidasi alkali,
Rh dan Ir dengan HCl + NaClO3, pada 125 oC sampai 150 oC, Pd dan Pt dengan HCl pekat
+ Cl2 atau air raja.
Logamnya, sebagai lembaran tipis atau kertas tipis dan khususnya pada pendukung
seperti alumina atau charcoal, dimana logamnya diserap dan direduksi in situ, digunakan
secara luas sebagai katalis dalam industri. Salah satu yang terbesar menggunakan Pt adalah
Pt-Re atau Pt-Ge pada katalis alumina dalam pembentukan kembali atau “plat forming”
minyak bumi mentah. Senyawaan Pd dan Rh digunakan dalam sintesis katalitik homogen.
Katalitk “after burner” yang akan digunakan pada knalpot mobil menggunakan katalis
platina.
Platina atau aliasinya digunakan dalam kontak listrik. Pd dan Pt keduanya mampu
menyerap sejumlah besar volume molekul hidrogen, dan Pd digunakan untuk pemurnian
H2 dengan difusi karena logam Pd adalah permeabel terhadap hidrogen secara unik.
Kimiawi unsur-unsur ini memiliki beberapa keistimewaan umum, namun terdapat
keragaman yang luas bergantung kepada perbedaan kestabilan tingkat oksidasi,
stereokimia, dan sejenisnya. Terdapat sedikit kemiripan dengan Fe, Co, dan Ni kecuali
dalam beberapa senyawaan dengan ligan asam- seperti CO, dan dalam stereokimia
senyawaan. Beberapa hal umum adalah sebagai berikut :
1) Senyawaan biner. Halida, oksida, sulfida, fosfida, dan sejenisnya tidak terlalu
penting.
2) Kimiawi akua. Terdapat ion akuo RuII, RuIII, RhIII, dan PdII dalam larutan anion
pengompleks, yaitu, ClO4-, BF4
-, CF3SO3- atau p-toluensulfonat, namun bukan
kepentingan yang biasa. Sederetan kompleks ion, khususnya dengan ligan donor
halida atau nitrogen, larut dalam air. Penelitian pertukaran dan kinetik telah dibuat
dengan banyak diantaranya, karena peminatan dalam (a) efek trans, khususnya
dengan PtII segiempat, (b) perbedaan dalam mekanisme substitusi antara ion ketiga
deret logam transisi, dan (c) proses pemindahan electron yang luar biasa cepat
dengan ion-ion kompleks logam berat.
3) Senyawaan dengan ligan asam-.

a. Karbonil biner dibentuk oleh semuanya kecuali Pd dan Pt, kebanyakan dari mereka
adalah polinuklir. Karbonil polinuklir yang tersubstitusi diketahui untuk Pd dan Pt,
dan keenam unsur semuanya menghasilkan halida karbonil dan berbagai kompleks
yang mengandung ligan lainnya.
b. Untuk Ru, kompleks nitrosil (NO) adalah suatu keistimewaan hakiki dari
kimiawinya.
c. Terdapat kimiawi kompleks yang luas dengan fosfin dan fosfit tersier, dan sampai
batas tertentu dengan R3As dan R2S. beberapa diantaranya berguna sebagai katalis
homogen. Kompleks campuran PR3 dengan ligan-ligan CO, alkena, halida dan
hidrida dalam paling sedikit satu tingkat oksidasi adalah biasa bagi semua
unsurnya.
d. Semua unsur memiliki kecenderungan untuk membentuk ikatan dengan karbon,
khususnya dengan alkena dan alkuna; PtII, PtIV, dan sampai pada batas tertentu PdII
memiliki kecenderungan kuat untuk membentuk ikatan , sedangkan PdII sangat
mudah membentuk spesies alil-.
e. Keistimewaan yang khas adalah pembentukan kompleks dengan ikatan M – H
bilamana halida logam dalam tingkat oksidasi yang lebih tinggi direduksi,
hususnya dengn adanya fosfin tersier atau ligan lainnya. Penarikan hidrogen dari
media reaksi seperti alkohol dan dimetil formamida adalah biasa.
4) Tingkat oksidasi. Tingkat oksidasi yang utama diberikan pada tabel dibawah ini :
Tingkat Oksidasi Logam Platina (Yang Dicetak Tebal Mernunjukkan Tingkat
Oksidasi Yang Utama).
Ru Os Rh Ir Pd Pt
0 0 0 0 0 0
- - 1 1 - -
2 2 2 2 2 2
3 3 3 3 - -
4 4 4 4 4 4
5ab 5ab 5a 5a 5a 5a
6ab 6ab 6a 6a 6a 6a
7ab 7ab

8ab 8ab
a Dalam fluorida atau kompleks fluoro.b Dalam oksida atau anion okso.
5) Stereokimia. Hanya dalam sedikit senyawaan bilangan koordinasinya lebih dari
enam, misalnya, OsH4(PR3) dan IrH5(PR3)2. kebanyakan kompleks dalam keadaan +3
dan +4 adalah octahedral. Spesies d8 dari RhI, IrI, PdII, dan PtII biasanya adalah
segiempat atau terkoordinasi 5. keadaan +2 untuk Ru dan Os adalah koordinasi 5 atau
6.
Kompleks Platina(IV), d6
Platina(IV) membentuk banyak kompleks oktahedral yang inert secara termal dan
kinetik, beranah dari yang kationik seperti [Pt(NH3)6]Cl4 sampai yang anionic seperti
K2[PtCl6].
Yang terpenting adalah natrium atau kalium heksakloroplatinat, yang merupakan
bahan awal bagi sintesis senyawaan lain. “Asam” yang disebut “asam kloroplatinat” adalah
suatu garam oksonium, (H3O)2PtCl6. ia dibentuk sebagai kristal jingga bilamana larutan Pt
dalam air raja atau dalam HCl jenuh dengan klor, diuapkan.
8. Emas (Au)
Emas (Au) memiliki nomor atom 79, dan massa atom 196,96655 g/mol
Sifat-sifat fisik dari unsur emas adalah: berwujud padat pada suhu 250C, bersifat
logam, berwarna emas (gold), titik didih 3129 K, titik leleh 1337,33 K dan densitas 19,3
g/cm3.
Satu – satunya kation yang stabil, terpisah dari ion kompleks, adalah Ag+. Ion Au+
adalah luar biasa tidak stabil dalam kaitannya dengan disproporsionisasi.
3Au+(aq) = Au3+
(aq) + 2 Au(s) K≈1010
Emas (III) adalah benar-benar hanya terkompleks dalam larutan, biasanya sebagai spesies
anionic seperti [AuCl3OH]-. Tingkat oksidasi yang lain, Ag II, AgIII, dan AuI tidak stabil
dalam air atau hanya ada dalam senyawaan tidak larut atau spesies-spesies kompleks.
Emas berwarna kuning dan lunak (titik leleh 10630C) dengan kemudahan ditarik
serta ditempa yang tinggi disbanding unsur apapun. Ia tidak reaktif dan tidak diserang oleh
oksigen atau sulfur namun mudah bereaksi dengan halogen atau dengan larutan yang

mengandung atau melepaskan klor seperti air raja. Ia larut dalam larutan sianida dengan
adanya udara atau hydrogen peroksida membentuk [Au(CN)2]-
Oksida Au2O3 terdekomposisi menjadi Au dan O2 pada sekitar 1500C. Klorinasi
emas pada 2000C menghasilkan klorida emas (III), Au2Cl6, sebagai kristal merah ; pada
pemanasan 1600C ini pada gilirannya menghasilkan klorida emas (I), AuCl2. Emas
alkilsufida dan senyawaan yang mirip yang dibuat dari terpena tersulfurisasi, sangat larut
dalam pelarut organic dan juga mungkin berupa senyawa cluster. Mereka digunakan
sebagai “cairan emas” untuk menghias keramik dan hiasan gelas yang kemudian dibakar
dan meninggalkan lapisan emas.
Emas (III) d8 adalah isoelektronik dengan Pt(II) dan senyawaannya dengan
demikian adalah bujur sangkar. Pelarutan Au dalam air raja Au2Cl6 dalam HCl
menghasilkan larutan yang pada penguapan meninggalkan kristal kuning.
9. Raksa (Hydrargyrum)
Sejarah
Raksa merupakan unsur logam yang berbentuk cair pada suhu ruangan. Ia jarang
ditemukan tanpa terikat dengan unsur lain. Bijih utama adalah cinnabar. Spanyol dan Italia
memproduksi sekitar 50% pasokan dunia. Logam ini diproduksi dengan cara memanaskan
cinnabar dalam arus udara dan dengan cara mengembunkan uapnya.
Raksa merupakan logam yang sangat berat, namun raksa cenderung berwujud cair
pada suhu 250C, berwarna putih keperakan, titik didihnya 6299,88 K dan titik lelehnya
234,32 K serta densitasnya sebesar 13,534 g/cm3 bila dalam keadaan cair, pengantar kalor
yang buruk dibandingkan logam lain, dan pengantar listrik yang biasa saja.

Unsur ini mudah membentuk campuran logam dengan logam-logam yang lain
seperti emas, perak, dan timah (disebut juga amalgam). Kemudahannya bercampur dengan
emas digunakan dalam pengambilan emas dari bijihnya. Garam raksa yang terpenting
adalah raksa klorida (racun berbahaya), mercurous chloride (calomel, digunakan di bidang
kedokteran), raksa fulminat (sebagai pemicu bahan peledak) dan raksa sulfida (vermilion,
pigmen cat). Senyawa organik raksa juga sangat penting. Telah diketahui bahwa elektron
menyebabkan uap raksa terkombinasi dengan neon, argon, kripton dan xenon. Senyawa
yang terbentuk (terikat oleh gaya van der Waals) adalah HgNe, HgAr, HgKr dan HgXe.
Merkuri atau Raksa atau Air raksa (Latin: Hydrargyrum, air/cairan perak) adalah
unsur kimia pada tabel periodik dengan simbol Hg dan nomor atom 80. Unsur golongan
logam transisi ini berwarna keperakan dan merupakan satu dari lima unsur (bersama
cesium, fransium, galium, dan brom) yang berbentuk cair dalam suhu kamar. Raksa
banyak digunakan sebagai bahan amalgam gigi, termometer, barometer, dan peralatan
ilmiah lain, walaupun penggunaannya untuk bahan pengisi termometer telah digantikan
(oleh termometer alkohol, digital, atau termistor) dengan alasan kesehatan dan keamanan
karena sifat toksik yang dimilikinya. Unsur ini diperoleh terutama melalui proses reduksi
dari cinnabar mineral. Densitasnya yang tinggi menyebabkan benda-benda seperti bola
biliar menjadi terapung jika diletakkan di dalam cairan raksa hanya dengan 20%
volumenya terendam
Raksa merupakan racun yang berbahaya dan dapat diserap melalui kulit, saluran
pernapasan dan saluran pencernaan gastrointestinal tract. Udara yang jenuh (saturated)
dengan uap raksa pada suhu 200C mengandung konsentrasi yang melebihi batas limit
keracunan berkali lipat. Lebih tinggi suhu, lebih berbahaya. Oleh karena itu sangat penting
raksa ditangani secara hati-hati. Kontainer raksa harus benar-benar tertutup rapat dan
jangan sampai tertumpah. Jika perlu memanaskan raksa, harus dilakukan dengan alat
ventilasi udara. Raksa metil (methyl mercury) merupakan polutan yang membahayakan dan
sekarang ini diketahui banyak ditemukan di air dan sungai. Triple point raksa pada suhu -
38.8344 derajat Celcius merupakan titik standar pada International Temperature Scale
(ITS-90).

Kegunaan
Logam ini banyak digunakan di laboratorium untuk pembuatan termometer, barometer,
pompa difusi dan alat-alat lainnya. Unsur ini juga digunakan dalam pembuatan lampu uap
merkuri, sakelar merkuri, dan alat-alat elektronik lainnya. Kegunaan lainnya adalah dalam
membuat pestisida, soda kaustik, produksi klor, gigi buatan, baterai dan katalis.

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Unsur-unsur transisi deret ketiga terdiri dari Hafnium (Hf), Tantalum (Ta),
Wolfram (W), Rhenium (Re), Osmium (Os), Iridium (Ir), Platina (Pt), Emas (au) dan
Raksa (Hg).
Dalam satu periode (periode ke-enam), unsur-unsur transisi deret ketiga memiliki
kecenderungan:
a. Dari unsur Hafnium sampai Osmium, titik didihnya cenderung mengalami
peningkatan. Dan dari Osmium sampai Hg (Merkuri), titik didihnya cenderung
mengalami penurunan.
b. Dari unsur Hafnium sampai Iridium, densitas (kerapatan) logamnya cenderung
mengalami kenaikan. Dan dari Iridium sampai ke unsur Hg (Merkuri), tingkat
densitasnya cenderung menurun.
c. Hg (merkuri) memiliki wujud cair sehingga titik didih dan densitasnya yang paling
rendah pada transisi deret ketiga.
d. Unsur yang paling banyak kemungkinan membentuk senyawa kompleks adalah
unsur yang paling banyak memiliki orbital kosong sehingga ruang orbital
kosongnya dapat terisi oleh atom-atom lain membentuk persenyawaan kompleks.

DAFTAR PUSTAKA
Wilkinson, Cotton. 1989. Kimia Anorganik. Universitas Indonesia Pers: Jakarta
Madan, R.L dan Tuli, G.D. 1999. Inorganic Chemistry Third Revised Edition. S. Chand
Company & Ltd. : New-Delhi India
www.google.com/wolfram
id.wikipedia.org
www.chem-is-try.org