tugas skleritis

15
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Skleritis merupakan peradangan serius dari jaringan sclera atau sering disebut sebagai bagian putih bola mata. Bagian putih bola mata ini merupakan jaringan yang kuat dan elastis, yang berfungsi sebagai pembungkus dan pelindung isi bola mata, serta mepertahankan bentuk bola mata. Di Indonesia cukup banyak dijumpai skleritis, terutama bentuk skleritis noduler dan skleritis difus. Skleritis terjadi pada orang-orang usia 30 tahun sampai dengan 60 tahun., dan jarang terjadi pada anak-anak. Biasanya wanita lebih sering terkena dibandingkan dengan pria. Skleritis dapat mengenai satu mata atau dua mata, dengan onset perlahan atau mendadak, dan dapat berlangsung sekali atau kambuh-kambuhan. Pada banyak kasus, skleritis bisa diperantarai oleh proses imunologis dan disertai penyakit sistemik. Pada beberapa kasus, mungkin terjadi infeksi mikroba langsung. 1

Upload: anggi-purnamasari

Post on 28-Dec-2015

44 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

yyyy

TRANSCRIPT

Page 1: tugas skleritis

BAB IPENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Skleritis merupakan peradangan serius dari jaringan sclera atau sering disebut

sebagai bagian putih bola mata. Bagian putih bola mata ini merupakan jaringan yang

kuat dan elastis, yang berfungsi sebagai pembungkus dan pelindung isi bola mata,

serta mepertahankan bentuk bola mata.

Di Indonesia cukup banyak dijumpai skleritis, terutama bentuk skleritis

noduler dan skleritis difus. Skleritis terjadi pada orang-orang usia 30 tahun sampai

dengan 60 tahun., dan jarang terjadi pada anak-anak. Biasanya wanita lebih sering

terkena dibandingkan dengan pria.

Skleritis dapat mengenai satu mata atau dua mata, dengan onset perlahan atau

mendadak, dan dapat berlangsung sekali atau kambuh-kambuhan. Pada banyak kasus,

skleritis bisa diperantarai oleh proses imunologis dan disertai penyakit sistemik. Pada

beberapa kasus, mungkin terjadi infeksi mikroba langsung.

1

Page 2: tugas skleritis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 DEFINISI

Skleritis adalah gangguan granulomatosa kronik yang ditandai oleh destruksi

kolagen, sebukan sel, dan kelainan vaskuler yang mangisyaratkan adanya vaskulitis

pada sklera atau bagian putih bola mata. Skleritis merupakan peradangan sklera yang

profunda, sedangkan peradangan sklera yang superfisial disebut episkleritis.

Skleritis mungkin berhubungan dengan penyakit kolagen-vaskular, paling

sering artritis reumatoid. Merupakan penyebab nyeri mata berat. Dapat timbul daerah

inflamasi dan iskemia pada sklera. Yang khas adalah sklera yang terkena

membengkak.

II.2 ANATOMI

Sklera penting untuk mempertahankan bentuk bulbus okuli. Oleh karena itu

sangat kuat, elastis dan warnanya keputih-putihan. Tebalnya 1 mm. Tempat-tempat

yang tipis didapatkan pada insersi otot-otot rekti. Sebelah posterior dari ekuator bola

mata keluar 4 vena vortikosa, sebuah dari setiap kuadran. 4 mm posterior dari limbus,

sklera ditembus oleh 4 arteri dan vena siliaris anterior. 2,5 mm nasal dari polus

posterior, sklera ditembus nervus optikus. Tempat dimana saraf optik menembus

sklera disebut lamina kribrosa. Permukaan luar sklera licin, putih, dihubungkan oleh

jaringan episklera dengan kapsula tenon. Sklera sendiri hanya sedikit mengandung

pembuluh darah, yang banyak pembuluh darahnya adalah episklera yang memberi

nutrisi pada sklera.

2

Page 3: tugas skleritis

3

Page 4: tugas skleritis

II.3 KLASIFIKASI

Skleritis diklasifikasikan berdasarkan gambaran klinis dan patologisnya.

Dikenal dua jenis utama :

1. Skleritis anterior

Dibagi menjadi tiga tipe, yaitu :

- Tipe difus

- Tipe nodular

- Tipe nekrotikans

Tipe ini dibagi lagi sesuai dengan ada tidaknya peradangan.

Skleritis anterior cenderung progresif, biasanya berupa perluasan dari daerah

yang sebelumnya sudah terkena. Perbedaan utama antara skleritis bentuk

difus, nodular dan nekrotikans adalah skala waktu progresivitas penyakit.

2. Skleritis Posterior

Dapat bermanifestasi sebagai edema periorbita, proptosis, pembatasan

gerakan mata dan penurunan penglihatan. Nyeri atau peradangan sklera

anterior sering ringan, sehingga pada pemeriksaan luar mata tidak tampak

meradang. Tanda-tanda segmen posterior adalah pembengkakan diskus,

edema makula, dan pelepasan retina eksudatif.

II.4 ETIOLOGI

Peradangan pada sklera biasanya dihubungkan dengan penyakit sistemik yang

dijumpai pada sekitar 40% dari semua pasien skleritis, infeksi, alergi, toksis atau

tanpa sebab yang jelas. Penyakit yang sering dihubungkan adalah reumatoid artritis,

sistemik lupus eritematosus, sifilis, gout, pasca herpes. Kadang-kadang disebabkan

tuberkulosis, infeksi bakteri (pseudomonas), sarkoidosis, alergi benda asing dan pasca

bedah mata. Pada banyak kasus, penyakit ini murni diperantarai oleh proses

imunologis.

Identifikasi penyakit tersebut perlu dilakukan karena penyakit tersebut

cenderung merupakan penyakit jaringan ikat yang parah, dan penyakit itu sendiri

dapat mengancam nyawa pasien. Adanya penyakit itu sendiri mengindikasikan bahwa

skleritisnya kemungkinan besar parah.

4

Page 5: tugas skleritis

II.5 GEJALA KLINIS

Peradangan sklera yang sangat serius, dapat mengenai seluruh jaringan sklera

mata dan sering kambuh.

Terdapat perasaan sakit yang berat yang dapat menyebar ke dahi, alis dan

dagu yang kadang-kadang membangunkan sewaktu tidur akibat sakitnya yang sering

kambuh. Mata merah berair, fotopobia, dengan penglihatan kurang jelas.

Terlihat konjungtiva kemotik dan sakit sehingga sering diduga adanya selulitis

orbita. Skleritis tidak mengeluarkan kotoran.

Pada skleritis terlihat benjolan berwarna merah keunguan dengan batas jelas,

disamping konjungtiva yang bengkak dengan pelebaran pembuluh darah konjungtiva

dan episklera. Kadang-kadang mengenai seluruh lingkaran kornea atau limbus,

sehingga terlihat sebagai skleritis anular. Bila ditekan terasa sakit. Bercak merah ini

dapat mengalami ulserasi sehingga jaringan uvea mungkin terlihat, jadi timbul

skleromalasia. Bila terjadi penyembuhan, maka sklera menjadi lemah dan tidak dapat

menahan tekanan intraokuler, sehingga menonjol, disebut sklerektasi atau stafiloma

sklera yang berwarna ungu.

II.6 PEMERIKSAAN FISIK

1. Slitlamp

Membantu manilai kedalaman proses dan mengidentifikasi penyakit kornea

terkait. Pemakaian filter hijau pada slitlamp memperjelas kelainan vaskular. Adanya

daerah-daerah avaskular menunjukan terjadinya vaskulitis oklusif.

2. Penetesan epinefrin 1:1000 atau fenilefrin 10%

Untuk membedakan skleritis dengan episkleritis dan konjungtivitis dilakukan

pemeriksaan dengan penetesan epinefrin 1:1000 atau fenilefrin 10% yang dilakukan

dibawah sinar matahari. Penetesan epinefrin 1:1000 atau fenilefrin 10% akan

menimbulkan konstriksi vaskular pada episkleritis dan konjungtivitis.

3. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium bermanfaat untuk mengidentifikasi penyakit

sistemik terkait atau untuk menentukan sifat reaksi imunologis. Pemeriksaan

laboratorium untuk skleritis, antara lain:

- Hitung darah lengkap dan laju endap darah

- Kadar komplemen serum

- Kompleks imun serum

5

Page 6: tugas skleritis

- Faktor reumatoid serum

- Sinar X dada

- Pemeriksaan sinar X orbita untuk menyingkirkan benda asing, terutama

pada pasien skleritis anular

- Kadar asam urat serum

II.7 PENYULIT SKLERITIS

Penyulit skleritis adalah di kornea menimbulkan keratitis sklerotikans. Di

uvea dapat menimbulkan uveitis. Uveitis adalah tanda buruk karena sering tidak

berespon terhadap terapi. Kelainan ini sering disertai oleh penurunan penglihatan

akibat edema makula. Dapat terjadi glaukoma akibat terapi steroid.

II.8 PENATALAKSANAAN

Terapi awal skleritis adalah obat anti inflamasi non steroid sistemik. Obat

pilihan adalah indometasin 100 mg per hari, atau ibuprofen 300 mg per hari. Pada

sebagian besar kasus, nyeri cepat mereda diikuti oleh pengurangan peradangan.

Apabila tidak timbul respons dalam 1-2 minggu atau segera setelah tampak

penyumbatan vaskular harus segera dimulai terapi steroid sistemik dosis tinggi.

Steroid ini biasanya diberikan per oral yaitu prednison 80 mg per hari yang

diturunkan dengan cepat dalam 2 minggu sampai dosis pemeliharaan sekitar 10 mg

per hari. Kadangkala, penyakit yang berat mengharuskan terapi intravena berdenyut

dengan metilprednisolon, 1 g setiap minggu.

Obat-obat imunosupresif lain juga dapat digunakan. Siklofosfamid sangat

bermanfaat apabila terdapat banyak kompleks imun dalam darah. Terapi steroid

topikal saja tidak bermanfaat tetapi dapat menjadi tambahan untuk terapi sistemik.

Apabila dapat diidentifikasi adanya infeksi, harus diberikan terapi spesifik.

Peran terapi steroid sistemik kemudian akan ditentukan oleh sifat proses penyakitnya,

yakni apakah penyakitnya merupakan suatu respon hipersensitif atau efek dari invasi

langsung mikroba.

Tindakan bedah jarang dilakukan kecuali untuk memperbaiki perforasi sklera

atau kornea. Penipisan sklera pada skleritis yang semata-mata akibat peradangan

jarang menimbulkan perforasi kecuali apabila juga terdapat glaukoma atau terjadi

trauma langsung terutama pada usaha mengambil sediaan biopsi.

6

Page 7: tugas skleritis

II.9 PROGNOSIS

Pada sebagian besar kasus, dengan pengobatan anti inflamasi non-steroid

sistemik nyeri cepat mereda dan diikuti oleh pengurangan peradangnan.

7

Page 8: tugas skleritis

BAB III

KESIMPULAN

Skleritis adalah gangguan granulomatosa kronik yang ditandai oleh destruksi

kolagen, sebukan sel, dan kelainan vaskuler yang mangisyaratkan adanya vaskulitis

pada sklera atau bagian putih bola mata. Skleritis merupakan peradangan sklera yang

profunda, sedangkan peradangan sklera yang superfisial disebut episkleritis.

Skleritis diklasifikasikan berdasarkan gambaran klinis dan patologisnya,,

sebagai berikut :

1. Skleritis anterior

- Tipe difus

- Tipe nodular

- Tipe nekrotikans

Tipe ini dibagi lagi sesuai dengan ada tidaknya peradangan.

2. Skleritis Posterior

Skleritis biasanya dihubungkan dengan penyakit sistemik, infeksi, alergi,

toksis atau tanpa diketahui sebab yang jelas. Penyakit yang sering dihubungkan

adalah reumatoid artritis, sistemik lupus eritematosus, sifilis, gout, pasca herpes,

tuberkulosis, infeksi bakteri (pseudomonas), sarkoidosis, alergi benda asing dan pasca

bedah mata. Penyakit ini juga diperantarai oleh proses imunologis.

Keluhan pasien dapat berupa perasaan sakit yang berat yang dapat menyebar

ke dahi, alis dan dagu, mata merah berair, fotopobia, dengan penglihatan kurang jelas.

Gejala klinis terlihat konjungtiva kemotik dan sakit, terlihat benjolan berwarna merah

keunguan dengan batas jelas. Bercak merah ini dapat mengalami ulserasi sehingga

jaringan uvea mungkin terlihat, jadi timbul skleromalasia. Skleritis tidak

mengeluarkan kotoran.

Pemeriksaan fisik dilakukan denhan menggunakan slitlamp, penetesan

epinefrin 1:1000 atau fenilefrin 10% dibawah sinar matahari, dan pemeriksaan

laboratorium. Pemeriksaan dengan slitlamp membantu manilai kedalaman proses dan

mengidentifikasi penyakit kornea terkait. Penetesan epinefrin 1:1000 atau fenilefrin

10% untuk membedakan skleritis dengan episkleritis dan konjungtivitis. Pemeriksaan

laboratorium diperlukan untuk mengidentifikasi penyakit sistemik terkait atau untuk

menentukan sifat reaksi imunologis

8

Page 9: tugas skleritis

Penyulit skleritis adalah di kornea menimbulkan keratitis sklerotikans. Di

uvea dapat menimbulkan uveitis. Dapat terjadi glaukoma akibat terapi steroid

Penatalaksanaan skleritis dengan terapi awal obat anti inflamasi non steroid

sistemik, indometasin 100 mg per hari, atau ibuprofen 300 mg per hari. Jika dalam

waktu 1-2 minggu tidak timbul respons atau segera setelah tampak adanya

penyumbatan vaskular harus segera dimulai terapi steroid sistemik dosis tinggi,

prednison 80 mg per hari yang diturunkan dengan cepat dalam 2 minggu sampai dosis

pemeliharaan sekitar 10 mg per hari. Apabila ada penyakit yang mendasari, maka

penyakit tersebut perlu diobati. Siklofosfamid sangat bermanfaat apabila terdapat

banyak kompleks imun dalam darah. Tindakan bedah jarang dilakukan kecuali untuk

memperbaiki perforasi sklera atau kornea.

Pada sebagian besar kasus, dengan pengobatan anti inflamasi non-steroid

sistemik nyeri cepat mereda dan diikuti oleh pengurangan peradangnan.

9

Page 10: tugas skleritis

DAFTAR PUSTAKA

(1) Ilyas,Sidharta, Ilmu Penyakit Mata, cetakan III, balai penerbitan FKUI,,Jakarta

(2) Ilyas,Sidharta,dkk. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa

Kedokteran,edisi II,sagung seto,,Jakarta

(3) Ilyas,Sidharta,dkk. Sari Ilmu Penyakit Mata, FK UI,. Jakarta

(4) James, Bruce. Et al. Lectures Notes Oftalmology, edisi 9. Erlangga Medical

Series, , Jakarta.

(5) Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia, , Ilmu Penyakit Mata Untuk

Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran, Jakarta : Sagung Seto

(6) Vaughan, Daniel; Asbury, Taylor; Riordan-Eva, Paul. Oftalmologi Umum.

Edisi 14. KDT.,Jakarta

(7) Kanski J J. Oftalmologi. Hipokrates. Jakarta

(8) John C. Morrison, Irvin P. Pollack,glaucoma : science and practice 2011

10