solutio plasenta

24
MAKALAH KONSEP TEORI KEPERAWATAN SOLUTIO PLASENTA Disusun Oleh:

Upload: arifavrilez

Post on 17-Jul-2016

129 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

solutio plasenta

TRANSCRIPT

Page 1: Solutio Plasenta

MAKALAH

KONSEP TEORI KEPERAWATAN

SOLUTIO PLASENTA

Disusun Oleh:

Page 2: Solutio Plasenta
Page 3: Solutio Plasenta
Page 4: Solutio Plasenta

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Plasenta atau ari-ari ini merupakan organ manusia yang berfungsi sebagai media

nutrisi untuk embrio yang ada dalam kandungan. Umumnya placenta terbentuk lengkap

pada kehamilan < 16 minggu dengan ruang amnion telah mengisi seluruh kavum uteri.

Letak placenta umumnya di depan/di belakang dinding uterus, agak ke atas

kearah fundus uteri. Karena alasan fisiologis, permukaan bagian atas korpus uteri lebih

luas, sehingga lebih banyak tempat untuk berimplementasi.

Pada awal kehamilan, plasenta mulai terbentuk, berbentuk bundar, berupa organ

datar yang bertanggung jawab menyediakan oksigen dan nutrisi untuk pertumbuhan bayi

dan membuang produk sampah dari darah bayi. Plasenta melekat pada dinding uterus

dan pada tali pusat bayi, yang membentuk hubungan penting antara ibu dan bayi.

Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi atau tertanam pada segmen

bawah rahim dan menutupi sebagian atau seluruh ostium utri internum. Angka kejadian

plasenta previa adala 0,4 -0,6 % dari keseluruhan persalinan.

Solusio plasenta atau disebut abruption placenta / ablasia placenta adalah separasi

prematur plasenta dengan implantasi normalnya di uterus (korpus uteri) dalam masa

kehamilan lebih dari 20 minggu dan sebelum janin lahir. Dalam plasenta terdapat banyak

pembuluh darah yang memungkinkan pengantaran zat nutrisi dari ibu kejanin, jika

plasenta ini terlepas dari implantasi normalnya dalam masa kehamilan maka akan

mengakibatkan perdarahan yang hebat.

Perdarahan pada solusio plasenta sebenarnya lebih berbahaya daripada plasenta

previa oleh karena pada kejadian tertentu perdarahan yang tampak keluar melalui vagina

hampir tidak ada / tidak sebanding dengan perdarahan yang berlangsung internal yang

sangat banyak pemandangan yang menipu inilah yang sebenarnya yang membuat solusio

plasenta lebih berbahaya karena dalam keadaan demikian seringkali perkiraan jumlah,

darah yang telah keluar sukar diperhitungkan, padahal janin telah mati dan ibu berada

dalam keadaan syok.

B. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belkaang di atas dapat dirumuskan beberapa masalah, yaitu :

1. Apakah definisi dari solutio plaseta?

2. Apa saja klasifikasi dari solutio plasenta?

3. Apa etiologi dari solutio plasenta?

4. Apa Manifestasi klinis solutio plasenta?

Page 5: Solutio Plasenta

5. Bagaimanakah patofisiologi solutio plasenta?

6. Bagaimana pathway dari solutio plasenta?

7. Apa saja pemeriksaan yang diperlukan untuk solutio plasenta?

8. Apa penatalaksanaan pada penderita solutio plasenta?

9. Bagaimana asuhan keperawatan pada solutio plasenta?

C. TUJUAN

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu, untuk:

1. Mengetahui definisi dari solutio plasenta

2. Mengetahui klasifikasi dari solutio plasenta

3. Mengetahui etiologi dari solutio plasenta

4. Mengetahui manifestasi klinis solutio plasenta

5. Mengetahui patofisiologi solutio plasenta

6. Mengetahui pathway dari solutio plasenta

7. Mengetahui pemeriksaan pada solutio plasenta

8. Mengetahui penatalaksanaan dari solutio plasenta

9. Mengethui bagaimana asuhan keperawatan pada solutio plasenta

D. Manfaat

E. Metode Penulisan

Makalah in ditulis dengan mencari berbagai sumber yang terkait dengan solutio

plasenta yang terdapat dalam internet maupun sumber lain.

Page 6: Solutio Plasenta

BAB II

ISI

A. Pengertian

Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau keseluruhan plasenta dari

implantasi normalnya (korpus uteri) setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum janin

lahir. Jika separasi ini terjadi di bawah kehamilan 20 minggu maka mungkin akan

didiagnosis sebagai abortus imminens. Solusio placenta adalah terlepasnya sebagian atau

seluruh plasenta yang implantasinya normal, sebelum janin dilahirkan, pada masa

kehamilan atau persalinan, disertai perdarahan pervaginam, pada usia kehamilan 20

minggu.

Solusio plasenta sebagai separasi premature plasenta dengan implantasi

normalnya korpus uteri sebelum janin lahir (Cunningham). Solusio plasenta adalah

terlepasnya plasenta dari tempat implantasi normalnya sebelum janin lahir, dan definisi

ini hanya berlaku apabila terjadi pada kehamilan di atas 22 minggu atau berat janin di

atas 500 gram (abdul Bari Saifudin).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa solusio placenta adalah terlepasnya sebagian

atau keseluruhan placenta dari implantasi normalnya (korpus uteri) sebelum janin lahir,

dengan disertao perdarahan pervaginam pada usia kehamilan 20 minggu atau berat janin

di atas 500 gram.

B. Klasifikasi

Klasifikasi dari solution plasenta yaitu:

1. Menurut derajat solusio plasenta :

a. Solusio placenta ringan

Luas plasenta yang terlepas tidak sampai 25% tetapi atau ada yang menyebutkan

kurang dari 1/6 bagian. Jumlah darah yang keluar biasanya kurang dari 250 ml.

Tumpahkan darah yang keluar terlihat seperti pada haid bervariasi dari sedikit

sampai seperti menstruasi yang banyak. Gejala-gejala perdarahan sukar

dibedakan dari plasenta previa kecuali warba darah yang kehitaman. Komplikasi

terhadap ibu dan janin belum ada.

b. Solusio placenta sedang

Luas plasenta yang terlepas telah melebihi 25%, tetapi belum mencapai

separuhnya (50%). Jumlah darah yang keluar biasanya kurang dari 250 ml tetapi

belum mencapai 1.000 ml. Umumnya pertumpahan darah terjadi ke luar dan ke

dalam bersama-sama. Gejala-gejala dan tanda-tanda sudah jelas seperti rasa nyeri

Page 7: Solutio Plasenta

pada perut yang terus menerus, denyut jantung janin menjadi cepat, hipotensi dan

takikardia.

c. Solusio placenta berat

Luas plasenta yang terlepas telah melebihi 50%, dan jumlah darah yang keluar

telah mencapai 1.000 ml atau lebih. Pertumpahan darah bisa terjadi ke luar dan

kedalam bersama-sama. Gejala-gejala dan tanda-tanda klinik jelas, keadaan

umum penderita buruk disertai syok, dan hampir semua janinnya telah

meninggal. Komplikasi koagulopati dan gagal ginjal yang ditandai pada oliguri

biasanya telah ada.

Klasifikasi ini dibuat berdasarkan tanda-tanda klinisnya, sesuai derajat

terlepasnya plasenta. Pada solusio placenta, darah dari tempat pelepasan mencari

jalan keluar antara selaput janin dan dinding rahim dan akhirnya keluar dari

serviks dan terjadi solusio placenta dengan pendarahan keluar / tampak. Kadang-

kadang darah tidak keluar tapi berkumpul di belakang placenta membentuk

hematom retroplasenta. Perdarahan ini disebut perdarahan ke dalam/tersembunyi.

Kadang-kadang darah masuk ke dalam ruang amnion sehingga perdarahan teteap

bersembunyi.

2. Menurut derajat lepasnya plasenta :

a. Solusio plasenta partsialis

Bila hanya sebagaian plasenta terlepas dari tepat pelekatnya.

b. Solusio plasenta totalis

Bila seluruh plasenta sudah terlepas dari tempat pelekatnya.

c. Prolapsus plasenta

Bila plasenta turun kebawah dan dapat teraba pada pemeriksaan dalam.

C. Etiologi

Penyebab primer solusio plasenta belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa

factor yang menjadi predisposisi :

1. Faktor kardio-reno-vaskuler

Glomerulonefritis kronik, hipertensi essensial, sindroma preeklamsia dan eklamsia.

Pada penelitian di Parkland, ditemukan bahwa terdapat hipertensi pada separuh kasus

solusio plasenta berat, dan separuh dari wanita yang hipertensi tersebut mempunyai

penyakit hipertensi kronik, sisanya hipertensi yang disebabkan oleh kehamilan.

Dapat terlihat solusio plasenta cenderung berhubungan dengan adanya hipertensi

pada ibu.

2. Faktor Trauma 

Trauma yang dapat terjadi antara lain:

Page 8: Solutio Plasenta

a. Dekompresi uterus yang mendadak pada hidroamnion, polihidramnion dan

gemeli

b. Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang banyak/bebas,

versi luar atau tindakan pertolongan persalinan.

c. Trauma langsung, seperti jatuh, kena tendang, dan lain-lain.

Dari penelitian yang dilakukan Slava di Amerika Serikat diketahui bahwa trauma

yang terjadi pada ibu (kecelakaan, pukulan, jatuh, dan lain-lain) merupakan

penyebab 1,5-9,4% dari seluruh kasus solusio plasenta. Di RSUPNCM

dilaporkan 1,2% kasus solusio plasenta disertai trauma.

3. Faktor Paritas Ibu

Lebih banyak dijumpai pada multipara dari pada primipara. Holmer mencatat bahwa

dari 83 kasus solusio plasenta yang diteliti dijumpai 45 kasus terjadi pada wanita

multipara dan 18 pada primipara. Pengalaman di RSUPNCM menunjukkan

peningkatan kejadian solusio plasenta pada ibu-ibu dengan paritas tinggi. Hal ini

dapat diterangkan karena makin tinggi paritas ibu makin kurang baik keadaan

endometrium.

4. Faktor Usia Ibu 

Dalam penelitian Prawirohardjo di RSUPNCM dilaporkan bahwa terjadinya

peningkatan kejadian solusio plasenta sejalan dengan meningkatnya umur ibu. Hal

ini dapat diterangkan karena makin tua umur ibu, makin tinggi frekuensi hipertensi

menahun.

5. Tumor Uterus 

Tumor uterus seperti leiomioma uteri (uterine leiomyoma / mioma uteri) yang hamil

dapat menyebabkan solusio plasenta apabila plasenta berimplantasi di atas bagian

yang mengandung leiomioma.

6. Faktor penggunaan kokain 

Penggunaan kokain mengakibatkan peninggian tekanan darah dan peningkatan

pelepasan katekolamin, yang mana bertanggung jawab atas terjadinya vasospasme

pembuluh darah uterus dan dapat berakibat terlepasnya plasenta. Namun, hipotesis

ini belum terbukti secara definitif. Angka kejadian solusio plasenta pada ibu-ibu

penggunan kokain dilaporkan berkisar antara 13-35%.

7. Faktor Kebiasaan Merokok

Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus solusio plasenta

sampai dengan 25% pada ibu yang merokok ≤ 1 (satu) bungkus per hari. Ini dapat

diterangkan pada ibu yang perokok plasenta menjadi tipis, diameter lebih luas dan

beberapa abnormalitas pada mikrosirkulasinya. Deering dalam penelitiannya

melaporkan bahwa resiko terjadinya solusio plasenta meningkat 40% untuk setiap

tahun ibu merokok sampai terjadinya kehamilan.

Page 9: Solutio Plasenta

8. Riwayat Solusio Placenta sebelumnya.

Hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan riwayat solusio

plasenta adalah bahwa resiko berulangnya kejadian ini pada kehamilan berikutnya

jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil lainnya yang tidak memiliki riwayat

solusio plasenta sebelumnya.

9. Pengaruh lain

Seperti ketuban pecah dini, anomali uterus, anemia, malnutrisi/defisiensi gizi,

tekanan pada vena cava inferior akibat uterus yang membesar, dan lain-lain.

D. Manifestasi Klinis

Pada awalnya kejadian ini tak memberikan gejala apapun. Namun beberapa saat

kemudian, arteri spiralis desidua pecah sehingga menyebabkan terjadinya hematoma

retroplasenta yang menjadi semakin bertambah luas. Daerah plasenta yang terkelupas

menjadi semakin luas sampai mendekati tepi plasenta.

Gejala klinik tergantung pada luas plasenta yang terlepas dan jenis pelepasan

plasenta (concealed atau revealed). Pada 30% kasus, daerah yang terlepas tidak terlalu

besar dan tidak memberikasn gejala dan diagnosa ditegakkan secara retrospektif setelah

anak lahir dengan terlihatnya hematoma retroplasenta.

Bila lepasnya plasenta mengenai daerah luas, terjadi nyeri abdomen dan uterus

yang tegang disertai dengan :

a. Gawat janin (50% penderita

b. Janin mati ( 15%)

c. Tetania uteri

d. DIC- Disseminated Intravascular Coagulation

e. Renjatan hipovolemik

f. Perdarahan pervaginam ( 80% penderita)

g. Uterus yang tegang (2/3 penderita)

h. Kontraksi uterus abnormal (1/3 penderit

Bila separasi plasenta terjadi dibagian tepi, iritabilitas uterus minimal, dan tidak

terdapat tanda-tanda uterus tegang atau gawat janin. Perdarahan yang terjadi biasanya

tidak terlampau banyak ( 50 – 150 cc) dan berwarna kehitaman.

E. PATOFISIOLOGI

Terjadinya solusio plasenta dipicu oleh perdarahan ke dalam desidua basalis yang

kemudian terbelah dan meningkatkan lapisan tipis yang melekat pada mometrium

sehingga terbentuk hematoma desidual yang menyebabkan pelepasan, kompresi dan

akhirnya penghancuran plasenta yang berdekatan dengan bagian tersebut.

Page 10: Solutio Plasenta

Ruptur pembuluh arteri spiralis desidua menyebabkan hematoma retro plasenta

yang akan memutuskan lebih banyak pembuluh darah, hingga pelepasan plasenta makin

luas dan mencapai tepi plasenta, karena uterus tetap berdistensi dengan adanya janin,

uterus tidak mampu berkontraksi optimal untuk menekan pembuluh darah tersebut.

Selanjutnya darah yang mengalir keluar dapat melepaskan selaput ketuban.

Sesungguhnya solusio plasentra merupakan hasil akhir dari suatu proses yang

bermula dari suatu keadan yang mampu memisahkan vili-vili korialis plasenta dari

tempat implantasinya pada desidua basalis sehingga terjadi perdarahan. Oleh karena itu

patosiologinya bergantung pada etilogi. Pada trauma abdomen etiologinya jelas karena

robeknya pembuluh darah desidua.

Dalam banyak kejadian perdarahan berasal dari kematian sel (apoptosis) yang

disebabkan oleh iskemia dan hipoksia. Semua penyakit ibu yang dapat meneyebabkan

pembekuan trombosis dalam pembuluh darah desidua atau dalam vaskular vili dapat

berujung kepada iskemia dan hipoksia setempat yang menyebabkan kematian sejumlah

sel dan mengakibatkan perdarahan sebagai hasil akhir. Perdarahan tersebut menyebabkan

desidua basalis terlepas kecuali selapisan tipis yang tetap melekat pada miometrium.

Dengan demikian, pada tingkat permulaan sekali dari proses terdiri ataspembentukab

hematom yang bisa menyebabkan pelepasan yang lebih luas, kompresi dan kerusakan

pada bagian plasenta kecuali terdapat hematom pada bagian belakang plasenta yang baru

lahir. Dalam beberapa kejadian pembentukan hematom retroplasenta disebabkan oleh

putusnya arteria spiralis dalam desidua. Hematoma retroplasenta mempengaruhi

penyampaian nutrisi dan oksigen dari sirkulasi maternal/plasenta ke sirkulasi janin.

Hematoma yang terbentuk dengan cepat meluas dan melepaskan plasenta lebih

luas/banyak sampai ke pinggirnya sehingga darah yang keluar merembes antara selaput

ketuban dan miometrium untuk selanjutnya keluar melalui serviks ke vagina (revealed

hemorrhage). Perdarahan tidak bisa berhenti karena uterus yang lagi mengandung tidak

mampu berkontraksi untuk menjepit pembuluh arteria spiralis yang terputus. Walaupun

jarang, terdapat perdarahan tinggal terperangkap di dalam uterus (concealed

hemorrhage).

Page 11: Solutio Plasenta

F. PATHWAY

- Hipertensi Perdarahan pada pembuluh darah plasenta- Riwayat trauma- Kebiasaan merokok Hematoma di desidua- Usia ibu <20 atau >35 tahun- Multiparitas Plasenta terdesak- Tali pusat yang pendek- Defisiensi asam folat Plasenta terlepas- Perdarahan retroplasenta- Penyalahgunaan alcohol dan Otot uterus meregang

obat-obatanOtot tidak mampu berkontraksi

Perdarahan per vaginal yang kehitaman Perdarahan

Solutio plasenta ringan Hematoma retroplasenter bertambah besar

Plasenta terlepas ¼-1/2 bagian Plasenta terlepas lebih dari ½ bagian

Solutio plasenta ringan Solutio plasenta berat

Darah masuk ke Darah menembus Darah terekstravasasi Selaput ketuban selaput ketuban diantara serabut-serabut

Uterus

Keluar melalui Masuk ke dalam Perdarahan sangat hebatVagina kantong ketuban

Permukaan uterus Terasa sangat

Risiko infeksi Berwarna biru/ungu tegang dan nyeri

Gangguan perfusi jaringan Nyeri Akut

Page 12: Solutio Plasenta

G. PENGKAJIAN

a. Perasaan sakit yang tiba-tiba di perut

b. Perdarahan pervaginam yang sifatnya dapat hebat dan sekonyong-konyong(non-

recurrent) terdiri dari darah segar dan bekuan-bekuan darah yang berwarna

kehitaman

c. Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan akhirnya berhenti

d. Kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, mata berkunang-kunang.

e. Kadang ibu dapat menceritakan trauma dan faktor kausal yang laiN.

H. PEMERIKSAAN FISIK

a. Inspeksi

a) Pasien gelisah, sering mengerang karena kesakitan.

b) Pucat, sianosis dan berkeringat dingin.

c) Terlihat darah keluar pervaginam (tidak selalu).

b. Palpasi

a) Tinggi fundus uteri (TFU) tidak sesuai dengan tuanya kehamilan.

b) Uterus tegang dan keras seperti papan yang disebut uterus in bois (wooden

uterus) baik waktu his maupun di luar his.

c) Nyeri tekan di tempat plasenta terlepas.

d) Bagian-bagian janin sulit dikenali, karena perut (uterus) tegang.

c. Auskultasi

Sulit dilakukan karena uterus tegang, bila DJJ terdengar biasanya di atas 140,

kemudian turun di bawah 100 dan akhirnya hilang bila plasenta yang terlepas lebih

dari 1/3 bagian.

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan laboratorium

a) Urin : Albumin (+), pada pemeriksaan sedimen dapat ditemukan silinder dan

leukosit

b) Darah : Hb menurun, periksa golongan darah, lakukan cross-match test. Karena

pada solusio plasenta sering terjadi kelainan pembekuan darah

hipofibrinogenemia

b. Pemeriksaan plasenta.

Plasenta biasanya tampak tipis dan cekung di bagian plasenta yang terlepas (kreater)

dan terdapat koagulum atau darah beku yang biasanya menempel di belakang

plasenta, yang disebut hematoma retroplacenter.

c. Pemeriksaaan Ultrasonografi (USG)

Pada pemeriksaan USG yang dapat ditemukan antara lain :Terlihat daerah

terlepasnya plasenta, Janin dan kandung kemih ibu, Darah, Tepian plasenta.

J. PENATALAKSANAAN

Page 13: Solutio Plasenta

K. DIAGNOSA KEPERWATAN

a. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan ditandai dengan

conjungtiva anemis , acral dingin , Hb turun , muka pucat & lemas .

b. Resiko tinggi terjadinya fetal distress berhubungan dengan perfusi darah ke plasenta

berkurang .

c. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus di tandai terjadi distress /

pengerasan uterus , nyeri tekan uterus .

d. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan ditandai dengan klien

selalu bertanya-tanya tentang penyakitnya.

e. Potensial terjadinya hypovolemik syok berhubungan dengan perdarahan .

f. Kurang pengetahuan klien tentang keadaan patologi yang dialaminya berhubungan

dengan kurangnya informasi ditandai dengan klien tidak mengerti tentang

penyakitnya.

L. INTERVENSI

M. KOMPLIKASI

Komplikasi solusio plasenta pada ibu dan janin tergantung dari luasnya plasenta yang

terlepas, usia kehamilan dan lamanya solusio plasenta berlangsung. Komplikasi yang

dapat terjadi pada ibu :

a. Syok perdarahan

Pendarahan antepartum dan intrapartum pada solusio plasenta hamper tidak dapat

dicegah, kecuali dengan menyelesaikan persalinan segera. Bila persalinan telah

diselesaikan, penderita belum bebas dari perdarahan postpartum karena kontraksi

uterus yang tidak kuat untuk menghentikan perdarahan pada kala III persalinan dan

adanya kelainan pada pembekuan darah. Pada solusio plasenta berat keadaan syok

sering tidak sesuai dengan jumlah perdarahan yang terlihat.

Titik akhir dari hipotensi yang persisten adalah asfiksia, karena itu pengobatan segera

ialah pemulihan defisit volume intravaskuler secepat mungkin. Angka kesakitan dan

kematian ibu tertinggi terjadi pada solusio plasenta berat. Meskipun kematian dapat

terjadi akibat nekrosis hipofifis dan gagal ginjal, tapi mayoritas kematian disebabkan

syok perdarahan dan penimbunan cairan yang berlebihan. Tekanan darah tidak

merupakan petunjuk banyaknya perdarahan, karena vasospasme akibat perdarahan

akan meninggikan tekanan darah. Pemberian terapi cairan bertujuan mengembalikan

stabilitas hemodinamik dan mengkoreksi keadaan koagulopathi. Untuk tujuan ini

pemberian darah segar adalah pilihan yang ideal, karena pemberian darah segar

selain dapat memberikan sel darah merah juga dilengkapi oleh platelet dan factor

pembekuan.

b. Gagal ginjal

Page 14: Solutio Plasenta

Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada penderita solusio

plasenta, pada dasarnya disebabkan oleh keadaan hipovolemia karena perdarahan

yang terjadi. Biasanya terjadi nekrosis tubuli ginjal yang mendadak, yang umumnya

masih dapat ditolong dengan penanganan yang baik.

Perfusi ginjal akan terganggu karena syok dan pembekuan intravaskuler. Oliguri dan

proteinuri akan terjadi akibat nekrosis tubuli atau nekrosis korteks ginjal mendadak.

Oleh karena itu oliguria hanya dapat diketahui dengan pengukuran pengeluaran urin

yang harus secara rutin dilakukan pada solusio plasenta berat.

Pencegahan gagal ginjal meliputi penggantian darah yang hilang secukupnya,

pemberantasan infeksi, atasi hipovolemia, secepat mungkin menyelesaikan

persalinan dan mengatasi kelainan pembekuan darah.

c. Kelainan pembekuan dara

Kelainan pembekuan darah pada solusio plasenta biasanya disebabkan oleh

hipofibrinogenemia. Dari penelitian yang dilakukan oleh Wirjohadiwardojo di

RSUPNCM dilaporkan kelainan pembekuan darah terjadi pada 46% dari 134 kasus

solusio plasenta yang ditelitinya.

Kadar fibrinogen plasma normal pada wanita hamil cukup bulan ialah 450 mg%,

berkisar antara 300-700 mg%. Apabila kadar fibrinogen plasma kurang dari 100 mg

% maka akan terjadi gangguan pembekuan darah.

d. Apoplexi uteroplacenta (Uterus couvelaire)

Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam otot-otot rahim dan di

bawah perimetrium kadang-kadang juga dalam ligamentum latum. Perdarahan ini

menyebabkan gangguan kontraktilitas uterus dan warna uterus berubah menjadi biru

atau ungu yang biasa disebut Uterus couvelaire. Tapi apakah uterus ini harus

diangkat atau tidak, tergantung pada kesanggupannya dalam membantu

menghentikan perdarahan.

Komplikasi yang dapat terjadi pada janin :

a) Fetal distress

b) Gangguan pertumbuhan/perkembangan

c) Hipoksia dan anemia

d) Kematian

Page 15: Solutio Plasenta

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan

maternalplasenta dari tempat implantasinya yang normal pada lapisan desidua

endometrium sebelumwaktunya yakni sebelum anak lahir. Di berbagai literatur

disebutkan bahwa risiko mengalamisolusio plasenta meningkat dengan bertambahnya

usia.

Solusio plasenta merupakan salah satu penyebab perdarahan antepartum

yangmemberikan kontribusi terhadap kematian maternal dan perinatal di Indonesia.

Terdapatfaktor-faktor lain yang ikut memegang peranan penting yaitu kekurangan gizi,

anemia,paritas tinggi, dan usia lanjut pada ibu hamil. Di negara yang sedang berkembang

penyebabkematian yang disebabkan oleh komplikasi kehamilan, persalinan, nifas atau

penangannya(direct obstetric death) adalah perdarahan, infeksi, preeklamsi/eklamsi.

Selain itu kematianmaternal juga dipengaruhi faktor-faktor reproduksi, pelayanan

kesehatan, dan sosioekonomi.Salah satu faktor reproduksi ialah ibu hamil dan paritas

Solusio plasenta atau disebut abruption placenta / ablasia placenta adalah separasi

prematur plasenta dengan implantasi normalnya di uterus (korpus uteri) dalam masa

kehamilan lebih dari 20 minggu dan sebelum janin lahir. Dalam plasenta terdapat banyak

pembuluh darah yang memungkinkan pengantaran zat nutrisi dari ibu kejanin, jika

plasenta ini terlepas dari implantasi normalnya dalam masa kehamilan maka akan

mengakibatkan perdarahan yang hebat.

Page 16: Solutio Plasenta
Page 17: Solutio Plasenta

DAFTAR PUSTAKA