rink tektum
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
MIKROTEKNIK TUMBUHAN
Disusun Oleh :Imam Bagus Nugroho (7907)
Priska (7916)Muhammad Bima Atmaja (7936)
Romana Iqbal Ghozali (7992)Arfian Wicaksono (7998)
Yoga Dwi Permana (8025)Asri Wahyuni (8026)Nugraha Aminjoyo ()Ibnu Fadilatussari ()
Misbakhul Bait ()Andrianus Endra Jaya ()Mahya Nur Rohmah ()
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN
FAKULTAS BIOLOGI
1
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK TUMBUHAN
Revisi 00
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN
Halaman1 dari 44
UNIVERSITAS GAJAH MADAYOGYAKARTA
2009
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan
praktikum ini tepat pada waktunya.
Laporan ini disusun untuk melengkapi tugas praktikum Mikroteknik
Tumbuhan tahun ajaran 2008/2009 di Laboratorium Mikroteknik dan Embriologi
Tumbuhan, Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada yang bertujuan untuk
mengenal dan mengetahui cara pembuatan preparat organ tumbuhan demi keperluan
identifikasi dan untuk mempelajari hubungan structural dari jaringan tumbuhan.
Dengan terselesaikannya penulisan ini, penyusun ingin menyampaikan ucapan
terima kasih kepada:
1. Bapak/Ibu Dosen Kepala Laboratorium Mikroteknik dan Embriologi
Tumbuhan
2. Bapak Drs. Sutikno, S.U. selaku Koordinator praktikum
3. Semua pihak yang tidak dapat penyusun sebutkan
Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan penulisan laporan ini, masih
banyak kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu untuk kesempurnaan laporan ini,
penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Penyusun berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca.
Yogyakarta, 10 Juni 2009
2
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK TUMBUHAN
Revisi 00
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN
Halaman2 dari 44
Penyusun
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Praktikum Mikroteknik Tumbuhan ini disusun untuk melengkapi
tugas akhir Praktikum Mikroteknik Tumbuhan, di Laboratorium Mikroteknik dan
Embriologi Tumbuhan Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Telah disahkan pada:
Hari :
Tanggal :
Yogyakarta, Juni 2009
Mengetahui,
Dosen pembimbing Praktikan,
( Drs. Sutikno, S.U.) ( kelompok )
3
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK TUMBUHAN
Revisi 00
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN
Halaman3 dari 44
DAFTAR ISI
Halaman
Judul ............................................................................................................. i
Kata Pengantar……………………………………………………………… ii
Lembar Pengesahan………………………………………………………… iii
Daftar Isi ....................................................................................................... iv
Pendahuluan .................................................................................................. 1
Metode
A. Alat .................................................................................................... 2
B. Bahan ................................................................................................ 3
C. Cara Kerja.......................................................................................... 6
Latihan I Preparat Keseluruhan (Whole Mount) ....................................... 7
Latihan II Squash ........................................................................................ 11
Latihan III Preparat Pollen ........................................................................... 15
Latihan IV Preparat Penampang tanpa “Embedding” ................................. 20
Latihan V Preparat Penampang (Section) ................................................... 24
Latihan VI Maserasi ..................................................................................... 28
Latihan VII Mikrometri ................................................................................ 32
4
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK TUMBUHAN
Revisi 00
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN
Halaman4 dari 44
Daftar Pustaka ............................................................................................... 35
PENDAHULUAN
Mikroteknik tumbuhan merupakan teknik atau cara yang pada prinsipnya
meliputi :
1. Pembuatan preparat permanen dari bahan tumbuhan yang meliputi berbagai
metode (whole mount, section).
2. Pengamatan preparat mikroskopik dengan menggunakan alat khusus (Camera
Lucida).
3. Pengukuran panjang dan lebar sel atau bagian sel tumbuhan dengan
menggunakan mikrometer (Mikrometri).
4. Pengenalan sifat – sifat anatomis (palisade ratio, indeks stomata, dsb.).
5. Pengenalan bermacam zat penyusun bagian – bagian sel tumbuhan dengan
pembubuhan bahan – bahan kimia (mikrokimia).
Preparasi dapat dibuat secara section maupun non-section. Pada preparasi
non- section dapat dikelompokkan menjadi ;
a. Preparasi kering berupa herbarium, riker mount, dan specimen batang,
b. Preparasi basah berupa preparasi museum jar dan bahan bulk intuk dissection,
c. Whole mount dan maserasi untuk studi mikroskopik fisiologis.
5
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK TUMBUHAN
Revisi 00
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN
Halaman5 dari 44
Preparasi dibuat dengan tujuan supaya tumbuhan dapat dipelajari dengan lebih
baik dan mendetail. Pemilihan jenis atau metode preparasi disesuaikan dengan sifat
bahan tumbuhan, tujuan pembuatan, dan asal bahan, misalnya bahan akuatik. Pada
praktikum Mikroteknik Tumbuhan ini dilakukan preparasi section, whole mount,
squash, preparasi tanpa embedding, koleksi pollen, dan maserasi.
METODE
A. ALAT
Alat – alat yang dipergunakan, pada praktikum Mikroteknik Tumbuhan
adalah :
1. Gelas benda ,
2. Gelas penutup,
3. Gelas ukur,
4. Pipet kecil,
5. Pipet besar,
6. Skalpel,
7. Jarum preparat,
8. Kuas,
9. Gunting,
10. Pinset,
11. Pena halus (runcing) dengan tinta,
12. Gelas jam,
13. Tempat – tempat pewarnaan,
14. botol – botol tempat bahan kimia,
15. Botol atau tabung untuk fiksasi,
16. Lampu spiritus,
17. Botol balsam dengan batang gelas,
18. Gelas – gelas Petri,
19. Pompa penghisap,
20. Pensil,
21. Mikroskop,
22. Loupe,
23. Kertas penghisap,
24. Mikrotom,
25. Pisau cukur atau silet,
26. Parafin Oven / Thermostat,
6
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK TUMBUHAN
Revisi 00
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN
Halaman6 dari 44
27. Tempat penyimpan preparat,
28. Meja pemanasan,
29. Gelas benda berlekuk,
30. Camera Lucida,
31. Prisma proyeksi,
32. Cermin gambar,
33. Okuler – micrometer,
34. Obyek – micrometer,
35. Meja gambar,
36. Alat pemotret,
37. Lap biasa,
38. Lap flannel,
39. Tempat untuk membersihkan alat
– alat dari gelas.
7
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK TUMBUHAN
Revisi 00
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN
Halaman7 dari 44
B. BAHAN
Bahan – bahan kimia yang lazim dipergunakan pada praktikum
Mikroteknik Tumbuhan adalah;
1. Reagensia untuk dehidrasi, yaitu :
- Aseton,
- Etil Alkohol ,
- Higrobutol,
- Iso – propel alcohol,
- Butil alcohol normal,
- Propil alcohol normal,
- Butil alcohol sekunder,
- Butil alcohol tersier,
- dll
2. Reagensia untuk penjernihan, yaitu :
- Bensol, Tuluol,
- Kreosot,
- Minyak Berganot,
- Minyak Cedar,
- Chloroform,
- Minyak cengkeh,
- Terpineol,
- Trochloroethylen, xilol,
- dll.
3. Reagaensia untuk pemutihan, yaitu :
- Hydrogen peroxide,
- Proxida ammonia,
- dll.
4. Media untuk penyelubungan, yaitu :
- Paraffin,
- Celloidin, Colloidin, Parlodion,
- Glycol stearat,
- dll.
5. Bahan untuk perekat, yaitu :
8
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK TUMBUHAN
Revisi 00
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN
Halaman8 dari 44
- Haup`s adhesive,
- Mayer`s adhesive (gliserin dan albumin),
- Celloidin,
- Ullrich`s adhesive.
6. Media untuk penutupan preparat, yaitu :
- Balsem damar,
- Balsem Kanada,
- Euparal,
- Styrax,
- Hyrax,
- Minyak cedar,
- Venetian turpentine,
- Lactophenol,
- Gliserin jeli,
- dll.
7. Larutan – larutan untuk fiksasi, yaitu :
a. Bersifat asam
- Campuran asam asetat – alcohol, yaitu larutan Carnoy (alcohol
absolute 30cc; asam asetat glacial 5cc; chloroform 15cc),
- Campuran formalin – asam asetat – alcohol, yaitu Formalin – aseto
alcohol atau FAA (Alkohol 50% atau 70% 90 cc; asam asetat glacial 5
cc; formalin 5 cc),
- Campuran asam khromat – asam asetat, yaitu medium Asam Khromat
( larutan 10 % asam Khromat (air) 7cc; larutan 10% asam asetat (air
10 cc; dan akuades sampai 100 cc),
- Campuran asam khromat – asam asetat – asam asmiat, yaitu larutan
Fleming (larutan 10 % asam khromat 3,1 cc; larutan 10 % asam asetat
(air) 30 cc; 2% asam osmiat dalam 2% asam khromat 12 cc; dan
akuades 11,9cc),
9
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK TUMBUHAN
Revisi 00
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN
Halaman9 dari 44
- Campuran asam khromat – asam asetat – formalin, yaitu larutan
Navashin yang terdiri atas dua larutan ; larutan A (Asam Khromat 7
cc; asam asetat glacial 7cc; akuades 92 cc) dan larutan B (Formalin
30cc; akuades 70 cc). Kedua larutan ini dicampur dengan
perbandingan 1 : 1jika akan diakpai,
- Campuran yang mengandung K – bikhromat, yaitu larutan
Tellyesnicky (K-bikhromat 3 g; asam asetat glacial 5 cc, dan akuades
192cc),
- Campuran yang mengandung Asam pikrat, yaitu larutan Bouin
(alrutan jenuh asam pikrat dalam akuades 75 cc, formalin 25cc, asam
asetat glacial 5cc),
- Campuran yang mengandung Hg – klorida, yaitu Larutan Worcester
(larutan jenuh Hg – klorida dalam akuades 96cc, formalin 4 cc,
larutan 10% asam asetat glacial dalam akuades 10 cc).
b. Bersifat alkalis;
- Larutan Zirkle – Eerliki; K –bikromat 1,25 g; Ammonium bikhromat
1,25 g; Cu sulfat 1 g; dan akuades 200cc.
8. Zat warna untuk pewarnaan, yaitu :
a. Zat warna alami; Brazilin, Hematoksilin, Cochineal dan derivate.
b. Zat warna sintetis;
- Acid fuchsin,
- Alizarin Red`s,
- Anilin Blue (Cotton B,
Water B, China B),
- Basic Fuchsin
(Pararosanilin),
10
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK TUMBUHAN
Revisi 00
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN
Halaman10 dari 44
- Bismarck Brown,
- Congo Red,
- Crystal Violet, Gentian
Violet,
- Eosin, Erythrosin,
- Fast green, Janus Green, Light
Green (Acid Green)
- Magdala Red,
- Malachit Green, Methyl Green,
- Methylene blue, methylene green,
- Neutral red,
- Nigrosin, Orange G,
- Safranin,
- Sudan III, Sudan IV,
- Scharlach R, Vital red,
- Dll.
11
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK TUMBUHAN
Revisi 00
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN
Halaman11 dari 44
9. Zat – zat untuk penyelidikan mikrokimia, yaitu :
- Jodium / K – Jodida, - Zn – Klorida,
- Phloroglucin, - Asam nitrat / Hg,
- Anilin, - dll.
C. CARA KERJA
Cara kerja untuk setiap latihan akan dijelaskan bersama dengan
pembahasan pada setiap topik latihan, yaitu latihan preparat keseluruhan (whole
mount), squash, preparat pollen, preparat penampang tanpa “embedding”,
preparat penampang (section), mikrometri, dan maserasi.
12
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK TUMBUHAN
Revisi 00
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN
Halaman12 dari 44
LATIHAN 1
PREPARAT KESELURUHAN (WHOLE MOUNT)
A. METODE
Bahan : Spirogyra sp.
Preparat : Seluruh tubuh tumbuhan kecil.
Metode : Gliserin-Xilol.
B. HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Hasil
Gambar 1. Preparat Whole Mount dari Spirogyra sp.
dengan perbesaran 10x40.
b. Pembahasan
Pembuatan preparat tanpa section atau pengirisan (kalaupun ada
pengirisan, tujuannya untuk mengecilkan bahan) dapat dikelompokkan menjadi:
1. Preparat kering; herbarium, riker mount, dan spesimen batang.
2. Preparat basah; preparat dalam botol (museum), meteri yang terlalu
besar untuk dissection.
3. Whole mount, smear, dan maserasi.
Percobaan ini dilakukan dalam 3 hari. Bahan yang akan digunakan telah
tersedia dan telah difiksasi dengan FAA (Formalin-Aseto-Alkohol) selama 24
jam. Fiksatif yang digunakan ini tersusun atas:
- Alkohol 70%…………….90 bagian,
- Asam asetat glacial……….5 bagian, dan
- Formalin………………….5 bagian.
Proses fiksasi ini dilakukan untuk mengawetkan komponen-komponen
sel/jaringan semaksimal mungkin supaya kondisinya mendekati kondisi sewaktu
masih hidup serta menguatkan praparat agar tahan terhadapperubahan fisika
(suhu) dan kimia yang akan dilakukan pada tahap berikutnya . Dalam fiksasi,
protein yang menyusun sel/ jaringan akan mengalami perubahan komposisi/
struktur dan mengalami perubahan sifat kimia, fisika, dan biologi. Karena
perubahan-perubahan itu, maka pritein akan mengalami denaturasi yang berarti
sel itu mati. Dalam kondisi terdenaturasi, protein akan mengalami koagulasi
sehingga sel menjadi kuat. Protein itu kemudian akan mengendap sehingga akan
tetap berada pada tempatnya (sama seperti saat masih hidup).
Pencucian
Bahan yang telah difiksasi itu dicuci dengan alkohol secara bertahap 70%,
50%, 20% masing-masing selama 30 menit. Dalam pencucian dipilih bahan yang
paling banyak terkandung dalam fiksatif (dalam FAA banyak mengandung
alkohol). Pencucian ini dilakukan dengan konsentrasi alkohol yang makin
mengecil karena dalam pewarnaan akan digunakan pewarna dengan pelarut
akuades. Tahap terakhir pencucian adalah dengan akuades selama 30 menit.
Proses pencucian ini dimaksudkan untuk menghilangkan fiksatif yang masih
tersisa karena fiksatif itu dapat bereaksi dengan bahan-bahan yang akan
digunakan dalam proses selanjutnya.
Pewarnaan
Setelah proses pencucian selesai, dilakukan pewarnaan dengan Fast Green
1% dalam akuades selama 24 jam. Pewarna Fast Green digunakan agar warna
praparat sama seperti aslinya (hijau).
Dehidrasi
Pertama-tama, bahan yang telah diwarnai selama 24 jam itu dicuci terlebih
dahulu dengan akuades sebanyak dua kali, masing-masing selama 5 menit.
Pencucian ini dimaksudkan untuk mengurangi atau menghilangkan endapan zat
warna yang tidak perlu yang masih menempel pada permukaan luar preparat
karena dapat mengganggu proses selanjutnya. Dalam pembuatan preparat ini
diperlukan proses dehidrasi karena pada tahap terakhir akan diberi Balsam
Kanada padahal zat warnanya mengandung air dan pencucian zat warnanya
menggunakan akuades yang tidak bisa bercampur dengan Balsam Kanada. Dalam
proses dehidrasi ini digunakan gliserin 10% dan dikondisikan pada suhu 60°C
selama 24 jam. Gliserin 10% merupakan campuran antara gliserin 10 ml (titik
didihnya 280°C) dengan akuades 90 ml (titik didihnya 100°C). Karena perbedaan
titik didih ini maka akuades yang terkandung akan menguap terlebih dulu
(penghilangan air). Dehidrasi dilakukan perlahan-lahan karena bahan yang
digunakan merupakan bahan yang lembut.
Pencucian
Setelah didehidrasi, bahan dicuci dengan alkohol 95% selama 30 menit
sebanyak dua kali dan alkohol 100% selama 30 menit sebanyak dua kali. Hal ini
dilakukan untuk menghilangkan akuades yang kemungkinan masih terdapat dalam
bahan.
Dealkoholisasi
Kemudian dilakukan dealkoholisasi (pembuangan alcohol) dengan
menggunakan campuran antara alkohol dan xilol. Perbandingan yang digunakan
adalah:
- Alkohol : Xilol = 9 : 1
- Alkohol : Xilol = 8 : 2
- Alkohol : Xilol = 7 : 3
- Alkohol : Xilol = 6 : 4
- Alkohol : Xilol = 5 : 5
- Alkohol : Xilol = 4 : 6
- Alkohol : Xilol = 3 : 7
- Alkohol : Xilol = 2 : 8
- Alkohol : Xilol = 1 : 9, masing-masing dilakukan selama 10 menit.
Kemudian dengan Xilol selama 10 menit sebanyak dua kali. Perlakuan
alkohol : xilol ini dimaksudkan untuk menyesuaikan kondisi dari alkohol 100%
menuju xilol untuk perlakuan selanjutnya.
Mounting atau penutupan
Mounting atau penutupan. Proses yang selanjutnya dilakukan adalah
penutupan preparat. Dalam proses ini pertama-tama gelas benda diberi dengan
xilol kemudian bahan diletakkan di atasnya dan ditetesi dengan Balsam Kanada.
Kemudian ditutup dengan gelas penutup dengan hati-hati supaya tidak terbentuk
gelembung udara. Preparat kemudian dikeringkan hingga Balsam Kanada kering.
Setelah itu, preparat diberi keterangan yang berisi nama spesies, organ yang
bersangkutan, dan sebagainya.
LATIHAN II
SQUASH
Metode
Bahan : Ujung akar Allium cepa, 3mm dari ujung
Pengambilan jam 08.00 – 14.00
Preparat : 1. Pembelahan mitosis
2. Pembelahan meiosis
A. Hasil dan Pembahasan
a. Hasil
Gambar 2. Preparat squash ujung akar Allium cepa
b. Pembahasan
Pembuatan preparat dengan metode squash digunakan untuk mengamati
terjadinya pembelahan motosis dan meiosis. Pada pembuatan preparat ini
diperlukan 1 lapis sel agar dapat diamati dengan jelas peristiwa pembelahan
motosis.
Bahan yang digunakan dalam percobaan adalah ujung akar bawang merah
(Allium cepa) karena pada ujung akar Allium cepa sel-selnya selalu membelah,
dinding selnya transparan dan kromosom yang dimiliki besar sehingga
memudahkan dalam pengamatan. Alasan kenapa pengambilan ujung akar
dilakukan pada pukul 08.00 sampai 14.00 ialah karena pada waktu itu sel Allium
cepa aktif membelah.
Fiksasi
Fiksasi adalah proses yang bertujuan untuk mematikan sel dan berusaha
mempertahankan komponen sel seperti atau mendekati keadaan sewaktu hidup.
Untuk metode squash fiksasi terutama dilakukan dengan tujuan untuk
mempertahankan kondisi kromosom yang sedang membelah. Fiksasi dilakukan
dengan menggunakan Asam asetat 45% selama 15 menit pada suhu 5oC (dalam
lemari es). Asam asetat digunakan karena merupakan fiksatif yang penetrasinya
cepat sehingga kromosom dapat secara cepat terawetkan. Konsentrasi yang
digunakan tidak terlalu besar karena apabila Asam asetrat konsentrasi tinggi
ditambahkan ke dalam praparat maka akan terjadi pembengkakan. Inkubasi pada
suhu 50C dimaksudkan untuk meng-inaktivasi enzim di dalam sel.
Pencucian
Proses pencucian menggunakan akuades dilakukan sebanyak 3 kali.
Pencucian ini bertujuan untuk menghilangkan fiksatif yang dapat bereaksi dengan
bahan yang digunakan pada tahap selanjutnya, sehingga dapat mempengaruhi
hasil. Selain itu ada tujuan lain dari pencucian yaitu untuk menghilangkan kotoran
dan mencegah kenaikan suhu yang terlalu ekstrim dengan jalan menyesuaikan
suhu pada suhu kamar.
Hidrolisa
Tujuan dari proses ini adalah untuk memisahkan sel-sel (maserasi) dengan
cara melepaskan komponen lamela antar sel agar nantinya kromosom terlihat
jelas. Hidrolisa dilakukan dengan menggunakan HCl 1 N dan dipanaskan pada
temperatur 60o C selama + 2 menit. Hidrolisa dilakukan dengan HCl konsentrasi
rendah karena apabila digunakan reagen yang lebih pekat maka sel akan hancur.
Inkubasi tidak boleh terlalu lama karena apabila terlalu lama preparat tidak dapat
diwarnai selain itu sel juga bisa hancur atauinti sel memanjang melebihi ukuran
aslinya. Langkah berikutnya preparat dicuci dengan akuades sebanyak 3 kali.
Pewarnaan
Pewarnaan dilakukan dengan menggunakan Acetoorcein Corecein yang
dilarutkan dalam asam asetat 45%. Pewarnaan ini cocok untuk preparat
kromosom. Preparat harus terendam agar dapat terwarnai secara sempurna.
Pewarnaan dilakukan selama + 1 jam.
Mounting
Mounting dilakukan dengan menggunakan gliserin yaitu dengan
mengambil ujung akar yang telah diwarnai kemudian diletakkan di atas gelas
benda dan ditetesi gliserin. Ujung akar yang diambil adalah bagian akar yang
terlihat lebih lancip dan terpulas lebih tebal (pekat) sepanjang ± 3 mm. Setelah itu
gelas benda ditutup menggunakan gelas penutup. Gelas penutup ditekan (tepat di
bawahnya ada ujung akar) dengan gagang pensil hingga ujung akar hancur.
Kemudian di tepi gelas penutup diolesi cat kuku/cutex untuk merekatkan gelas
penutup agar tidak bergeser. Penambahan gliserin di sini dimaksudkan untuk
menaikkan indeks bias dan menjaga kelembutan serta kesegaran bahan.
Pemberian Nama
Pemberian nama ditempatkan di sebelah kiri gelas penutup, etiket
dilekatkan dan diberi keterangan nama spesies.
Tahap mitosis yang dapat diamati ialah :
a. Interfase
Saat fase ini, sel telah siap membelah, namun belum
mempersiapkan kegiatan membelah. Inti sel tampak keruh dan akan
tampak benang kromatin yang halus.
b. Profase
Benang kromatin terlihat memendek dan lebih tebal. Kemudian
terbentuk kromosom-kromosom. Setiap kromosom membelah memanjang
dan anakan kromosom inilah yang dinamakan kromotid. Dinding sel pada
fase ini ikut membelah.
c. Metafase
Kromosom berada di bidang tengah/ekuator sehingga jumlahnya
dapat diketahui dengan jelas.
d. Anafase
Sentromer membelah dan kedua belah kromotid memisahkan diri
dan menuju sel kutub yang berlawanan. Sifat tiap kromotid memiliki
keturunan yang sama. Mulai saat itulah kromotid dianggap sebagai
kromosom baru.
e. Telofase
Pada tiap kutub sel terbentuk sel kromosom yang identik. Plasma
sel akan terbagi menjadi 2 bagian. Proses ini dinamakan sitoklinase. Pada
tambahan karena selnya berbanding maka sitokinase ditandai dengan
terbentuknya dinding pemisah di tengah sel. Tiap sel induk bersifat diploid
(2n) dan menghasilkan sel anakan yang haploid.
LATIHAN III
PREPARAT POLLEN
A. Tujuan
Latihan ini bertujuan untuk membuat suatu preparat pollen.
B. Metode
Bahan : Anthera
Preparat : Preparat pollen Hibiscus rosa- sinensis dan Lillium sp.
Metode : Asetolisis
C. Hasil dan Pembahasan
a. Hasil
Gambar 3. Preparat pollen Hibiscus rosa-sinensis dengan
perbesaran 10x40
Gambar 4. Preparat pollen Lillium sp. dengan perbesaran 10x40
b. Pembahasan
Benang sari (stamen) memiliki bagian-bagian antara lain kepala sari
(anthera) yang terletak di ujung tangkai sari (filamen) yang merupakan suatu
badan yang berbentuk jorong , bulat atau dapat juga bulat telur. Serbuk sari
merupakan bahan yang sangat lembut dan mudah beterbangan jika tertiup angin.
Dinding pollen terdiri dari dua bagian atau lapisan, yaitu:
Intin
Dinding pollen yang mengandung selulose, pektin, kalose, polisakarida
lain dan protein.
Eksin
Dinding pollen yang mengandung sporopolenin dan glikokaliks.
Sporopolenin merupakan polimer kompleks antara karotenoid dan ester
karotenoid dengan oksigen.
Dengan adanya sporopolenin tersebut maka dalam pembuatan preparat
pollen digunakan metode acetolysis, yaitu melarutkan didnding sel anthera dengan
asam asetat sehingga akan tampak transparan. Pollen yang digunakan dalam
praktikum ini adalah pollen Hibiscus rosa-sinensis dan Lillium sp.
Dalam pembuatan preparat pollen ini dilakukan beberapa proses yaitu :
Fiksasi
Fiksasi merupakan suatu proses atau usaha yang dilakukan untuk
komponen-komponen sel dan mengawetkan semaksimal mungkin mendekati
keadaan sewaktu masih hidup. Tujuan dari fiksasi adalah untuk mematikan sel
pollen, mengeraskan atau menguatkan pollen dan mengawetkan pollen.
Pollen-polen yang diperoleh dari antara Hibiscus rosa- sinensis
dikumpulkan dan dimasukkan dalam botol flakon yang berisi asam asetat glasial
kemudian didiamkan selam 24 jam. Asam asetat glasial digunakan bukan untuk
menguatkan pollen karena pollen sudah bersifat kuat (memiliki sporopolenin yaitu
polimer kompleks antara korotenoid dan ester korotenoid dengan oksigen yang
tahan terhadap proses pemecahan). Asam asetat glacial berfungsi untuk penguatan
pada proses selanjutnya dan asam asetat glacial untuk membengkakkan pollen.
Sebenarnya pollen tidak perlu difiksasi karena dinding pollen mengandung
sporopollenin (merupakan ester karotenoid) yang kuat sehingga tidak perlu lagi
untuk dikuatkan. Tetapi karena pollen akan mengalami berbagai perubahan-
perubahan baik fisik maupun kimiawi selama proses pembuatan preparat, maka
pollen tetap difiksasi.
Sentrifugasi
Setelah 24 jam, bahan dipindahkan ke dalam tabung sentrifuse. Setelah itu
dilakukan sentrifus selama + 5 menit terhadap pollen sehingga pollen akan berada
dibagian atas dan berlapis-lapis tergantung berat molekulnya. Pollen yang
memiliki berat molekul yang rendah akan berada lebih atas daripada pollen yang
berat molekulny lebih tinggi. Sentrifus berfungsi untuk mengendapkan pollen.
Tahap selanjutnya cairan yang ada di tabung bersama pollen dituang, dan
penuangan dilakukan langsung sekali waktu agar pollen tidak ikut keluar.
Selanjutnya ditambahkan campuran antara AAG dengan Asam sulfat pekat
dengan perbandingan 9 : 1. Penambahan campuran kedua larutan tersebut
merupakan proses asetolisis yang berfungsi menjernihkan pollen dengan jalan
melarutkan dinding sel karena awalnya pollen berupa bahan yang tidak
transparan. Setelah ditambah campuran AAG dan Asam sulfat pekat dipanaskan
dalam waterbath selama + 3 menit. Hal ini dilakukan untuk mempercepat reaksi
asetolisis dan untuk membuka pori-pori pollen. Apabila asetolisis terlalu singkat,
zat kimia yang menempel pada pollen semuanya lisis sehingga pollen belum
transparan menjadi gelap lagi.
Pemanasan
Pollen yang telah di sentrifuse kemudian dipanaskan dalam waterbath
selama + 3 menit, pemanasan yang terlalu lama akan menyebabkan pollen
menjadi gelap atau hangus karena adanya asam sulfat pekat dan panas. Setelah itu
pemanasan dihentikan dan tabung diambil dan didiamkan selam + 15 menit.
Dilakukan pendinginan agar pollen tidak pecah untuk disentrifus lagi. Apabila
telah dingin tabung isentrifus dan cairan dituang. Lalu diganti dengan akuades dan
diforteks dan disentrifus lagi. Ulangi 2 – 3 kali dan setiap pencucian harus
disentrifus lagi. Pencucian berfungsi untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang
mungkin timbul selama proses asetolisis. Forteks berfungsi untuk meratakan
pencucian pada pollen.
Pewarnaan
Pewarnaan pollen dilakukan dengan menggunakan Safranin 1% dalam
akuades + 2 tetes dan ditambah dengan sedikit akuades agar warna yang didapat
tidak terlalu pekat. Digunakan safranin 1% (konsentrasi rendah) karena apabila
menggunakan pewarna yang memiliki konsentrasi tinggi, pollen yang transparan
akan menjadi gelap lagi. Lalu dilakukan forteks dan sentrifus lagi. Forteks
digunakan untuk meratakan proses pengecatan pollen.
Penutupan
Setelah larutan safranin dibuang dan diganti dengan gliserin jelly
menggunakan batang gelas sambil dipanaskan, tetapi jangan sampai mendidih
atau timbul gelembung udara karena gelembung udara ini akan terlihat hitam dan
mengganggu pengamatan preparat. Bahan diambil dengan batang gelas lalu
ditaruh di gelas benda kemudian ditutup dengan gelas penutup yang zat-zatnya
diberi potongan parafin. Dipanaskan lagi agar potongan parafin meleleh. Parafin
yang telah meleleh digunakan sebagai perekat atau penyegel gelas penutup agar
pollen tidak bergeser-geser.
Fungsi pemberian gliserin jeli adalah :
a) Menjaga kesegaran atau kelembaban
b) Meningkatkan indeks bias
c) Tidak mudah menguap seperti air karena titik didih gliserin jeli 280° C
d) Mencegah agar preparat tidak bergeser kerena gliserin jeli (gelatin)
berbentuk padat pada suhu ruang
Pemberian nama
Di sebelah kiri gelas penutup dilekatkan etiket dan diberi keterangan :
nama species, preparat yang bersangkutan, dsb.
LATIHAN IV
PREPARAT PENAMPANG TANPA EMBEDDING
A. Tujuan
Latihan ini bertujuan untuk membuat suatu preparat penampang tanpa
embedding.
B. Metode
Bahan : Batang Theobroma cacao
Preparat : Preparat Irisan Melintang Batang Theobroma cacao
C. Hasil dan Pembahasan
a. Hasil
Gambar 5. Preparat penampang melintang batang dengan metode
preparat penampang tanpa embedding pada perbesaran tanpa
embedding pada perbesaran 10x10
b. Pembahasan
Preparat penampang batang dilakukan dengan menggunakan teknik tanpa
embedding karena batangnya sudah keras, sehingga tidak perlu ditanam ke
kentang, wortel, atau lilin. Sebelum pengirisan batang, pisau pemotong diolesi
Alkohol 70% sebagai pelicin agar pengirisan batang tidak retak. Kemudian batang
dipotong dengan Slidding Microtome dengan tebal 0,01 mm dengan secara
melintang artinya pemotong tegak lurus dengan panjangnya batang. Pemotongan
membujur radial dan tangensial adalah batang dipotong sejajar dengan arah
panjang batang. Selain sebagai pelicin, Alkohol 70% berguna sebagai fiksatif
preparat dalam larutan FAA. Pewarna preparat adalah Safranin 1% yang berwarna
merah. Safranin merupakan cat yang umumnya digunakan untuk mewarnai lignin
dan bersifat basa (basic stains). Penggunaan safranin dikarenakan penyusun
bagian dalam batang bersifat asam. Hasil pada gambar menunjukkan penampang
melintang batang yang terdiri dari beberapa lapisan (struktur anatomi).
Langkah-langkah pembuatan preparat penampang lintang batang dengan
teknik tanpa embedding adalah sebagai berikut :
Fiksasi
Fiksasi dilakukan dengan menggunakan Alkohol 70%, asam asetat, dan
formalin (larutan FAA). Tujuan fiksasi adalah untuk mempertahankan komponen-
komponen sel agar benda pada tempatnya, untuk menguatkan bahan dan
memudahkan pengecatan. Fiksasi dengan menggunakan FAA karena bahan yang
digunakan kayu cokelat yang sudah keras, sehingga digunakan Alkohol 70% agar
permukaan kayu licin. Fiksasi dilakukan selama 24 jam.
Pengirisan
Setelah difiksasi di dalam botol flakon, lalu dikeluarkan dan diiris dengan
menggunakan slidding microtome dengan ketebalan yang sudah diatur, berkisar
20 – 30 mikrometer. Irisan dilakukan secara melintang agar seluruh jaringan dapat
terlihat. Semua irisan ditampung dalam botol flakon yang sudah diisi dengan
alkohol 70%.
Pewarnaan
Proses selanjutnya adalah pewarnaan menggunakan safronin 1% dalam
alkohol 70% selama 24 jam. Safranin adalah zat pewarna basa (basic stain) yang
dapat mewarnai lignin. Dengan pewarnaan dinding sel, porontim dan sklerenkim
yang mengandung lignin diharapkan dapat diamati dengan jelas di bawah
mikroskop.
Pencucian
Setelah 24 jam cairan safranin dibuang dan diganti berturut-turut dengan
alkohol 70%, 80%, 95%, 100%, dan 100%. Masing-masing perlakuan dilakukan
selama 10 menit, untuk alkohol konsentrasi 100% dilakukan sebanyak dua kali.
Fungsi pencucian adalah untuk menghilangkan sisa-sisa fiksatif dan bekas
pewarnaan.
Dealkoholisasi
Karena medium untuk menutup preparat adalah xilol, maka harus
dilakukan dealkoholisasi untuk menarik molekul alkohol. Dealkoholisasi ini
dilakukan secara bertahap agar preparat tidak rusak dengan menggunakan
campuran alkohol dan xilol dengan perbandingan :
Alkohol : xilon = 3 : 1
Alkohol : xilol = 1 : 1
Alkohol : xilol = 1 : 3
Xilol I
Xilol II
Masing-masing dilakukan selama 10 menit. Fungsi dealkoholisasi adalah
untuk menghilangkan sisa-sisa fiksatif dan bekas pewarnaan.
Penutupan
Irisan dalam botol flakon kemudian diambil satu irisan dan diletakan
diatas gelas benda. Selanjutnya diberi Balsam Kanada dan ditutup dengan gelas
penutup lalu diatas hot plate dengan temperatur 45°C agar Balsam Kanadanya
kering. Balsam Kanada dipilih sebagai perekat gelas benda dangan gelas preparat
karena tahan lama dan preparatnya terhindar dari kerusakan atau kemasukkan
mikrobia. Setelah itu, diamati di bawah mikroskop.
Pemberian nama
Preparat diberi etiket di sebelah kiri gelas penutup dan diberi keterangan :
nama spesies, organ, penampang, dsb.
LATIHAN V
PREPARAT PENAMPANG (SECTION)
A. Tujuan
Latihan ini bertujuan untuk membuat suatu preparat penampang (section).
B. Metode
Bahan : Folium Arachis hypogea
Preparat : Penampang melintang dari daun Arachis hypogea
Metode : Parafin, pewarnaan tunggal.
C. Hasil dan Pembahasan
a. Hasil
Gambar 6. Penampang melintang folium Arachis hypogea dengan
perbesaran 10x10
b. Pembahasan
Pembuatan preparat ini digunakan untuk bahan yang sulit untuk dipotong
seperti daun. Sehingga bahan yang akan dipotong dibuat tegar terlebih dahulu.
Pembuatan preparat section daun Arochis hypogea menggunakan embedding
parafin.
Fiksasi
Sebelum embedding bahan difiksasi dengan FAA. Daun difiksasi selama
24 jam. Dilakukan fiksasi karena daun akan mengalami perubahan fisika kimia
sehingga perlu dikuatkan agar struktur sel tidak berubah, dan sama seperti waktu
hidup. Penggunaan FAA karena memiliki sifat penguatan sedang dan daya
penetrasi yang cukup cepat.
Pencucian atau dehidrasi
Setelah proses fiksasi, bahan kemudian didehidrasi dan didealkoholisasi.
Proses dehidrasi dilakukan menggunakan alkohol dengan konsentrasi meningkat
dari 70%, 80%, 95%, 100% dan masing-masing dilakukan selama 30 menit.
Untuk alkohol 100% dilakukan sebanyak 2 kali. Bahan di dehidrasi karena
molekul air tidak dapat bersatu dengan parafin.
Dealkoholisasi
Proses dealkoholisasi menggunakan campuran alkohol dan xilol dengan
perbandingan :
Alkohol : xilol = 3 : 1
Alkohol : xilol = 1 : 1
Alkohol : xilol = 1 : 3
Xilol I
Xilol II
Masing-masing dilakukan selama 30 menit. Kemudian untuk
dealkoholisasi yang terakhir menggunakan campuran xilol : Parafin dengan
perbandingan 1 : 9 dengan temperatur 57o C selama 24 jam. Xilol digunakan
dalam dealkoholisasi karena penetrasinya cepat, sehingga proses dealkoholisasi
berlangsung cepat.
Infiltrasi
Dilakukan infiltrasi/penyusupan dengan cara campuran xilol dan diganti
dengan parafin murni pada temperatur 57oC selama 24 jam. Fungsi dari infiltrasi
adalah untuk mengisi ruang-ruang antar sel, infiltrasi dilakukan dengan parafin.
Parafin akan mengisi bagian daun yang berongga, sehinga bentuk sel terjaga saat
dilakukan pengirisan. Infiltrasi juga bertujuan untuk menjaga hubungan antar sel
satu dengan sel yang lain dan menjaga konsistensi bahan.
Penyelubungan
Untuk memudahkan dalam pengirisan, bahan diselubungi dengan parafin.
Setelah parafin mengeras, parafin dipotong lalu ditempelkan pada holder kayu
sehingga parafin tidak hancur saat dijepit pada rotatory microtome.
Pengirisan dan perekatan
Pengirisan dilakukan dengan menggunakan rotary microtome. Pemilihan
rotary microtomo karena mampu mengiris bahan dengan ketebalan 6 – 12
mikrometer.
Pengirisan bahan yang telah diselubungi bertujuan agar bahan yang
tebal/tidak transparan menjadi transparan sehingga sel-selnya dapat dilihat dengan
jelas menggunakan mikroskop. Pengirisan dilakukan setelah parafin mengeras
(didiamkan selama 24 jam).
Parafin dijepitkan pada rotatory microtome kemudian diiris sesuai dengan
ukuran. Irisan yang didapat dilekatkan pada gelas benda yang telah diolesi
gliserin. Pemberian gliserin ini bertujuan untuk menjaga kesegaran dan
kelembaban preparat agar tidak cepat rusak. Gelas benda ditetesi air dan
diletakkan pada hot plate dengan temperatur 45° C sampai pita parafin meregang.
Pewarnaan
Preparat diwarnai dengan teknik pewarnaan tunggal menggunakan
safranin 1% dalam alkohol 70%. Pelarut warna yang digunakan adalah alkohol
atau akuades, sehingga parafin dan air harus dihilangkan. Preparat dimasukkan
dalam parafin selama 1 jam, kemudian dilakukan dealkoholisasi dengan xilol agar
dapat diberi balsam kanada.
Proses pewarnaan dan dealkoholisasi preparat folium Arachis hypogea
dengan perbandingan :
Xilol I
Xilol II
Alkohol : xilol = 1 : 3
Alkohol : xilol = 1 : 1
Alkohol : xilol = 3 : 1
Alkohol absolut I
Alkohol Absolut II
Alkohol 95%
Alkohol 80%
Alkohol 70%
Masing-masing dilakukan selama 3 menit, setelah itu dilakukan :
Safranin 1% dalam Alkohol 70% selama 1 jam
Alkohol 70%
Alkohol 80%
Alkohol 95%
Alkohol 100%
Alkohol absolut I
Alkohol absolut II
Alkohol : xilol = 3 : 1
Alkohol : xilol = 1 : 1
Alkohol : xilol = 1 : 3
Penutupan
Preparat diberi balsam kanada lalu ditutup dengan gelas penutup. Setelah
itu preparat dikeringkan diatas hot plate pada temperatur 45° C.
Pemberian nama
Preparat diberi etiket di sebelah kiri gelas penutup dan diberi keterangan :
nama spesies, organ, penampang, dsb.
LATIHAN VI
MASERASI
A. METODE
Bahan : Batang Aracis hypogaea
Preparat : Maserasi Batang Aracis hypogaea
Metode : Jeffrey
B. HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Hasil
Gambar 7. Preparat Maserasi Batang Aracis hypogaea dengan perbesaran
10x40
b. Pembahasan
Maserasi adalah suatu teknik pembuatan preparat dengan cara disuwir-
suwir untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang sel. Pada praktikum ini
yang akan dilihat adalah bentuk dari trakea. Preparat yang digunakan adalah
batang dari Aracis hypogaea.
Maserasi adalah proses yang sulit. Batang yang digunakan sengaja dipilih
Aracis hypogaea karena mudah dilunakkan dan disuwir. Perlakuan khusus pun
dilakukan. Dehidrasi bertingkat dilakukan untuk menghilangkan air yang
digunakan untuk mencuci. Dealkoholisasi dilakukan untuk menghilangkan
pengaruh alkohol dari proses dehidrasi dan diganti dengan xilol.
Dalam mengerjakan preparat ini memerlukan waktu 2 hari.
Hari I
a. Bahan dipotong kurang lebih 2 cm dan direbus ke dalam air hingga
tenggelam kurang lebih 1 jam.
b. Bahan diambil dan dipotong sebesar korek api.
c. Bahan direbus dengan larutan KOH 10% dalam waterbath selama kurang
lebih 3 menit.
d. Bahan dicuci dalam air mengalir selama 1 jam.
e. Bahan dimasukkan dalam Asam nitrat 10% dan Asam kromat 10% dengan
perbandingan sama, sampai bahan menjadi lunak, kemudian bahan dicuci
dalam air mengalir selama kurang lebih 1 jam.
f. Larutan diganti dengan alkohol 70% selama 30 menit.
g. Larutan dituang dan diganti lagi dengan zat warna menggunakan safranin
1% dalam alkohol 7% selama 24 jam.
Hari II
Dehidrasi dengan Alkohol bertingkat
- Alkohol 70% 30 menit
- Alkohol 80% 30 menit
- Alkohol 95% 30 menit
- Alkohol 100% 30 menit
- Alkohol 100% 30 menit
Dealkoholisasi
- Alkohol/xilol 3:1 30 menit
- Alkohol/xilol 1:1 30 menit
- Alkohol/xilol 1:3 30 menit
- Xilol 30 menit
- Xilol 30 menit
Penutupan
Satu bagian batang dihancurkan dengan cara disuwir-suwir kemudian
ditetesi dengan Balsam Kanada dan diatur diatas gelas benda, ditutup dengan
gelas penutup. Preparat dikeringkan diatas Hot Plate dengan temperatur 45 derajat
celcius hingga Balsam Kanada kering.
Pemberian nama
Pemberian nama disebelah kiri gelas penutup dan dilekatkan etiket dan
diberi keterangan nama spesies, organ, penampang, dan sebagainya.
Preparat yang tampak adalah trakhea yang berbentuk topi ini ditutup
dengan Balsam Kanada. Pengeringan dilakukan di atas Hot Plate hingga Balsam
Kanada kering. Pengeringan ini dijaga agar jangan sampai mendidih. Kalau
sampai mendidih akan terbentuk gelembung-gelembung udara yang akan
mengotori preparat.
LATIHAN VII
MIKROMETRI
A. METODE
Bahan : Pollen Lilium sp.
Pollen Hibiscus rosa-sinensis
Obyek mikrometer
Okuler mikrometer
Metode : Mikrometri
B. HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Hasil
Gambar 8.
b. Pembahasan
Mikrometri adalah teknik pengukuran preparat dibawah mikroskop. Teknik
ini menggunakan alat ukur khusus yang disebut mikrometer. Mikrometer terdiri dari
obyek mikrometer dan okuler mikrometer. Obyek mikrometer berbentuk seperti gelas
benda yang memiliki skala di bagian tengah yang tertutup oleh gelas penutup. Okuler
mikrometer berupa gelas bundar berskala yang diletakkan pada diafragma dalam
okuler.Satu skala obyek mikrometer adalah 0,01mm atau 10 nm. Skala ini digunakan
untuk menuntukan skala okuler mikrometer sebelum digunakan untuk pengukuran.
Setlah ditera dengan obyek mikrometer, skala okuler mikrometer berfungsi untuk
mengukur preparat.
Langkah-langkah dalam mikrometri adalah :
1. Persiapan
Mikroskop disiapkan dengan diberi obyek mikrometer dan okuler
mikrometer serta preparat yang akan diukur.
2. Mencari nilai skala okuler mikrometer dengan cara :
a. Mata ditempelkan diatas lensa okuler kemudian lensa atas okuler disetting
sehingga bayangan skala terlihat jelas.
b. Obyek mikrometer diletakkan dibawah lensa obyektif, kemudian diatur
sehingga bayangan skala obyek mikrometer dan skala tampak sejajar.
c. Titik 0 dari kedua skala diletakkan sama tinggi dengan cara
menggerakkanobyek mikrometer
d. Dicari bayangan skala dari kedua mikrometer yang berhimpit. Kemudian
dihitung jumlah skala pada bagian mikrometer, dihitung dari sklala 0
sampai skala ang berhimpit tersebut.
e. Jarak sesungguhnya antara dua skala mikrometer tertera pada obyek
mikrometer sehingga nilai skala okuler mikrometer dapat dihitung.
3. Mengukur panjang atau lebar sel
a. Obyek mikrometer diambil kmudian diganti dengan preparat. Kombinasi
obyektif, okuler dan panjang badab sel sama dengan ketika mencari nilai
skala okuler mikrometer.
b. Bayangan skala okuler mikrometer ditempatkan pada bayangan preparat
sehingga arah bayangan skala sesuai dengan panjang atau lebar preparat.
Panjang atau lebar yang dicari diperoleh dengan mengalikan jumlah
bagian skala dengan nilai skala.
DAFTAR PUSTAKA
Sutikno. 2006. Petunjuk Praktikum Mikroteknik Tumbuhan. Laboratorium
Mikroteknik dan Embriologi Tumbuhan Fakultas Biologi, Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.