laporan tektum
DESCRIPTION
bermanfaatTRANSCRIPT
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN Halaman
dari
LAPORAN PRAKTIKUM
MIKROTEKNIK TUMBUHAN
disusun oleh:
Widya Rizky A. (8966)
Naely Saadah (8992)
Siti Roswiyah (8982)
Asma Khoirunnisa (8985)
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN
FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN Halaman
dari
Kata Pengantar
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga penyusun dapat
menyelesaikan Laporan Praktikum Mikroteknik Tumbuhan. Laporan ini merupakan tugas akhir
Praktikum Mikroteknik Tumbuhan. Adapun selama proses penyusunan laporan ini tidak ada kendala
yang berarti.
Selama proses penyusunan laporan ini, penyusun mendapatkan dukungan yang begitu besar
baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Tidak ada yang dapat penyusun lakukan kecuali
ucapan terimakasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan kepada
penyusun sehingga akhirnya dapat menyelesaikan laporan ini.
2. Kedua orangtua kami, yang telah memberikan dukungan yang tak terkira, kasih sayang,
dan doa yang tak pernah terputus untuk penyusun.
3. Drs. Sutikno, S.U. selaku dosen pengampu dan pembimbing praktikum Mikroteknik
Tumbuhan yang telah membimbing serta memberi masukan bagi terselesaikannya
laporan ini .
4. Ibu Prapti selaku laboran yang telah banyak membantu terlaksananya praktikum
Mikroteknik Tumbuhan
5. Pihak – pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah membantu
terselesaikannya laporan ini .
Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, sehingga
penyusun mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Semoga laporan ini dapat memberikan
manfaat bagi para pembaca.
Yogyakarta, 6 Januari 2014
Penyusun
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN Halaman
dari
Lembar Pengesahan
Laporan Praktikum Mikroteknik Tumbuhan ini disusun untuk melengkapi tugas akhir
Praktikum Mikroteknik dan Embriologi Tumbuhan, di Laboratorium Mikroteknik dan Embriologi
Tumbuhan Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. dan telah disahkan pada:
Hari :
Tanggal :
Yogyakarta, 6 Januari 2014
Mengetahui,
Dosen pembimbing
( Drs. Sutikno, S.U.)
Praktikan,
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN Halaman
dari
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Lembar Pengesahan
Daftar Isi
Pendahuluan
Metode
A. Alat
B. Bahan
C. Cara Kerja
Hasil
Latihan I Preparat Keseluruhan (Whole Mount)
Latihan II Squash
Latihan III Preparat Pollen
Latihan IV Preparat Penampang tanpa “Embedding”
Latihan V Preparat Penampang (Section)
Latihan VI Maserasi
Latihan VII Mikrometri
Daftar Pustaka
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN Halaman
dari
Pendahuluan
Mikroteknik merupakan ilmu yang mempelajari metode atau prosedur pembuatan preparat
secara mikroskopis. Salah satu dari banyak ilmu mikroteknik adalah Mikroteknik tumbuhan,
merupakan teknik pembuatan preparat tumbuhan secara mikroskopis. Pendekatan teoritis tentunya
tidak cukup untuk mempelajari mikroteknik tumbuhan secara keseluruhan. Pemahamannya lebih
ditekankan pada aplikatif, meskipun pada dasarnya pendekatan teoritis diperlukan pada prosedur
pembuatan mikroskopisnya (aplikatifnya).
Aspek-aspek yang harus dipelajari dalam mikroteknik tumbuhan adalah :
1. Pembuatan preparat
Pembuatan preparat dari bahan tumbuhan dengan berbagai metode
2. Penggambaran
Penggambaran preparat secara mikroskopik dengan menggunakan alat khusus (Camera
lucida).
3. Pengukuran
Pengukuran panjang atau lebar sel atau bagian sel tumbuhan dengan menggunakan
mikrometer (Mikrometri).
4. Mengetahui komponen bahan
Mengetahui bermacam–macam zat penyusun bagian–bagian sel tumbuhan dengan
pembubuhan bahan–bahan kimia (mikrokimia).
5. Pengamatan
Identifikasi sifat – sifat anatomis tumbuhan yang diteliti
6. Pemotretan
Pemotretan preparat dengan mikrofotografi
Hasil dari praktikum mikroteknik adalah preparat dari bahan tumbuhan. Preparasi ini
bertujuan agar jaringan atau sel tumbuhan yang hanya dapat dilihat dan dipelajari secara
mikroskopis mampu dilihat dan dipelajari dengan baik dan jelas. Pemilihan jenis atau metode
preparasi yang digunakan disesuaikan dengan sifat bahan tumbuhan, tujuan pembuatan, dan asal
bahan. Pada praktikum Mikroteknik Tumbuhan ini dilakukan preparasi whole mount, squash,
preparat pollen, preparat penampang tanpa embedding, preparat penampang section, dan
maserasi.
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN Halaman
dari
Metode
A. Alat
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah gelas benda, gelas penutup, gelas ukur,
pipet kecil, pipet besar, skalpel, jarum preparat, kuas, gunting, pinset, pena runcing, gelas jam,
tempat-tempat untuk pewarnaan, botol-botol tempat bahan kimia, botol untuk fiksasi, lampu
spiritus, botol balsam dengan batang gelas, gelas-gelas petri, pompa penghisap, pensil, mikroskop,
loupe, mikrotom, silet, paravin oven/thermostat, meja pemanasan, gelas benda berlekuk, tempat
untuk membersikan alat-alat dari gelas, tempat untuk menyimpan preparat,okulermikrometer,
obyekmikrometer, alat pemotret, lap biasa, lap flanel, dan kertas penghisap. gelas benda Hot plate.
B. Bahan
Bahan-bahan yang lasim digunakan pada praktikum miktoteknik tumbuhan antara lain
adalah reagensia untuk fiksasi, dehidrasi, penjernihan, pemutihan, pewarnaan, penyelubungan;
media penutup preparat, perekat; serta bahan untuk pembuatan preparat. Secara spesifik bahan
yang digunakan akan dijelaskan pada tiap acara.
C. Cara Kerja
Cara kerja pada praktikum miktoteknik tumbuhan akan dijelaskan pada tiap acara, meliputi
pembuatan preparat: Keseluruhan (Whole Mount), Squash, Pollen, Penampang tanpa Embedding,
Penampang (Section), Maserasi, serta Mikrometri
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN Halaman
dari
Hasil
LATIHAN I
PREPARAT KESELURUHAN (WHOLE MOUNT)
Tujuan : Mempelajari cara pembuatan preparat keseluruhan Spirogyra sp.
Preparat : Spirogyra sp.
Cara Kerja : Gliserin-Xilol
Hari I : Pengambilan bahan yang telah disediakan untuk difiksasi
Fiksasi , Larutan FAA :
- Alkohol 70% ......................................... 90 bagian
- Asam Asetat Glasial ............................. 5 bagian
- Formalin ............................................... 5 bagian
Diamkan selama 24 jam.
Hari II : Pencucian dan pewarnaan : Fiksatif dibuang diganti dengan
Alkohol 70% ............................................... 30 menit
Alkohol 50% ............................................... 30 menit
Alkohol 20% ............................................... 30 menit
Aquades ..................................................... 30 menit
Fast green 1% dalam aquades .................... 24 jam
Hari III : Dehidrasi ,
Aquades ..................................................... 5 menit
Aquades ..................................................... 5 menit
Gliserin 10% ............................................... 24 jam
dan ditempatkan di parafin oven sampai larutan gliserin menjadi gliserin murni.
Proses ini harus dijaga jangan sampai bahan menjadi kering.
Hari ke IV : Alkohol 95% ............................................... 30 menit
Alkohol 100% ............................................. 30 menit
Alkohol 100% ............................................. 30 menit
Dealkoholisasi :
Alkohol / Xilol (9:1) ....................................... 10 menit
Alkohol / Xilol (8:2) ....................................... 10 menit
Alkohol / Xilol (7:3) ....................................... 10 menit
Alkohol / Xilol (6:4) ....................................... 10 menit
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN Halaman
dari
Alkohol / Xilol (5:5) ....................................... 10 menit
Alkohol / Xilol (4:6) ....................................... 10 menit
Alkohol / Xilol (3:7) ....................................... 10 menit
Alkohol / Xilol (2:8) ....................................... 10 menit
Alkohol / Xilol (1:9) ....................................... 10 menit
Xilol ............................................................... 10 menit
Xilol ............................................................... 10 menit
Penutupan :
Ambil bahan menggunakan pinset, letakkan diatas gelas benda. Bubuhi dengan
balsam kanada dan ditutup dengan gelas penutup. Preparat dikeringkan diatas Hot
Plate dengan temperatur 45 C hingga balsam kanada kering.
Pemberian nama :
Disebelah kiri gelas penutup dilekatkan etiket dan diberi keterangan : nama spesies
dari organ bersangkutan.
Pembahasan
Gambar 1. Preparat Whole Mount Spirogyra sp.
Pembuatan preparat whole amount adalah pembuatan preparat tanpa pengirisan. Teknik
pembuatan preparat tanpa pengirisan yang lain adalah pembuatan preparat kering dan preparat
basah (awetan). Prosedur pembuatan preparat dilakukan selama 4 hari.
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN Halaman
dari
Pada hari pertama dilakukan fiksasi terhadap preparat ini. Fiksasi merupakan proses untuk
mematikan komponen sel atau jaringan semaksimal mungkin seperti saat masih hidup dan untuk
mencegah adanya perubahan post mortem, yaitu perubahan yang terjadi setelah pengambilan
organisme atau setelah kematian organisme . Fiksasi ini juga bertujuan untuk menguatkan preparat
dari perubahan fisika dan kimia pada proses berikutnya. Fiksatif yang dipakai berupa Alkohol 70% (90
bagian), asam asetat glasial (5 bagian) dan formalin (5 bagian). Fiksatif yang digunakan berupa FAA
karena bahan yang dipakai lembut sehingga penetrasi fiksatif harus lambat juga. Kemudian
didiamkan selama 24 jam karena pengerasan dan penetrasi fiksatif bersifat lambat. Dalam Fiksasi,
fiksatif masuk kedalam sel dan bereaksi dengan protein atau enzim yang berada di dalamnya. Reaksi
ini menyebabkan adanya perubahan struktur atau komposisi meliputi perubahan sifat fisika, kimia
dan biologis. Protein atau enzim tersebut mengalami denaturasi sehingga sel menjadi mati dan
membentuk koagulasi. Koagulan yang mengendap tersebut akan menguatkan sel sehingga sel tidak
mudah larut dan molekul tetap pada posisinya.
Pada Hari Kedua dilakukan pencucian dan pewarnaan preparat. Dilakukan pencucian untuk
menghilangkan fiksatif yang masih tersisa karena jika fiksatif masih ada, akan bereaksi dengan bahan-
bahan yang akan digunakan dalam proses selanjutnya, dan menyebabkan hasil yang tidak diinginkan.
Dalam pencucian digunakan alkohol karena alkohol merupakan komponen paling dominan dalam
fiksatif FAA dan sama-sama bersifat nonpolar. Digunakan alkohol dengan konsentrasi yang semakin
mengecil masing-masing selama 30 menit karena dalam pewarnaan akan digunakan pewarna dengan
pelarut akuades yang bersifat polar. Kemudian pencucian dilanjutkan dengan akuades selama 30
menit. Pewarna yang digunakan adalah 1% Fast Green dalam akuades agar memiliki warna yang
sama seperti saat bahan masih hidup. Digunakan konsentrasi 1 % karena sudah cukup untuk
mewarnai bahan dan tidak memperkeruh sel saat pengamatan. Kemudian didiamkan selama 24 jam
agar pewarna dapat terserap ke dalam sel.
Pada hari ketiga, dilakukan dehidrasi yang merupakan proses pengeluaran air yang akan
menimbulkan efek samping berupa mengerasnya bahan. Sebelum dilakukan dehidrasi dilakukan
pencucian ulang dengan akuades sebanyak dua kali, masing-masing selama 5 menit. Digunakan
akuades untuk mengurangi atau menghilangkan zat warna yang tersisa agar tidak mengganggu reaksi
selanjutnya dan memastikan preparat benar-benar “bersih”. Pemberian gliserin 10% dan
pemanaskan dalam suhu 60o C pada oven selama 24 jam. Ketika dipanaskan, air akan menguap
sehingga yang tersisa adalah gliserin murni karena titik didih gliserin (280o C) lebih tinggi dari titik
didih air (100o C). Agar bahan tidak rusak, maka suhu yang digunakan ketika pemanasan adalah 60o C.
Gliserin 10 % merupakan hasil campuran antara aquades dan gliserin dengan perbandingan 9:1.
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN Halaman
dari
Pada hari keempat, dilakukan pencucian lanjutan dengan menggunakan alkohol yang
memiliki konsentrasi bertingkat untuk menghilangkan akuades yang kemungkinan masih terdapat
dalam bahan. Kemudian dilakukan Dealkoholisasi yaitu penghilangan alkohol pada bahan. Hal ini
dilakukan karena media penutup adalah balsam kanada yang bersifat non polar. Alkohol tidak dapat
berinteraksi dengan kanada balsam, sedangkan xilol dapat berinteraksi dengan kanada balsam
sehingga saat dealkoholisasi menggunakan perantara xilol. Dealkoholisasi dilakukan dengan
campuran antara alkohol dan xilol dengan konsentrasi alkohol menurun dan konsentrasi xilol
meningkat secara bertahap. Perubahan konsentrasi alkohol dan xilol secara sedikit demi sedikit
karena penetrasi xilol cepat kedalam sel sehingga menghindari pembengkakan sel. Pada akhir
dealkoholisasi, dilakukan dua kali pencucian dengan xilol untuk memastikan alkohol benar-benar
tidak terdapat didalam bahan. Kemudian penutupan bahan dengan membubuhi kanada balsam pada
gelas benda kemudian ditutup dengan gelas penutup. Selanjutnya dikeringkan diatas hot plate pada
temperatur 45oC hingga kanada balsam kering agar tidak merusak bahan. Kemudian preparat
ditandai dengan pemberian label. Label berisi nama spesies, organ yang bersangkutan dan
pewarnaannya.
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN Halaman
dari
LATIHAN II
SQUASH
Tujuan : Mempelajari cara membuat preparat squash untuk mengamati proses pembelahan
mitosis pada ujung akar Allium ascalonicum
Bahan : Ujung akar Allium ascalonicum, 3 mm dari ujung.
Pengambilan jam 08.00 – 14.00 WIB
Preparat : Pembelahan Mitosis.
Cara kerja :
Hari I : Menumbuhkan akar bawang merah (Allium ascalonicum)
Hari II : Ujung akar Allium ascalonicum, 3 mm dari ujung di fiksasi
Fiksasi dipakai larutan asam asetat 45% (Aquades 55 ml dan Asam Asetat Glasial 45
ml) selama 15 menit pada suhu 5 C.
Pencucian : dengan akuades 2-3 kali
Hidrolisa : dengan menggunakan HCl 1N, dipanaskan pada temperatur 60 C selama
± 2 menit.
Pewarnaan: Dilakukan pencucian dengan akuades 2-3 kali, kemudian pewarnaan
dengan menggunakan Acetoorcein selama ± 1 jam.
Squashing : Dengan Gliserin, ujung akar diletakkan di atas gelas benda tetesi
dengan gliserin dan ditutup dengan gelas penutup. Tekan gelas penutup tepat
dibawahnya ada ujung akar dengan gagang pensil hingga ujung akarnya hancur.
Agar preparat tidak cepat kering, tutup tepi gelas penutup dengan cutex.
Pemberian nama : disebelah kiri gelas penutup dilekatkan etiket dan diberi
keterangan nama spesies, dan organ bersangkutan, dsb.
Pembahasan :
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN Halaman
dari
Gambar 2. Preparat squash ujung akar Allium ascalonicum
Pembuatan preparat dengan metode squash ini digunakan untuk mengamati terjadinya
pembelahan mitosis sel. Pada pembuatan preparat ini diperlukan 1 lapis sel agar dapat diamati
dengan jelas., Sel tersebut didapat dari ujung akar bawang merah yang diambil 3 mm dari ujung. Sel
akar merupakan sel meristematik yang selalu mengalami pembelahan mitosis. Ujung akar sel bawang
merah memiliki dinding sel tipis dan transparan. Bawang merah digunakan karena umbinya mudah
ditumbuhkan akarnya, dan memiliki kromosom yang berukuran cukup besar dengan jumlah yang
tidak begitu banyak (2n=16)
Waktu pengambilan sel adalah pukul 08.00-14.00 WIB. Alasannya yaitu pada pukul tersebut
sel bawang merah sedang aktif membelah (genetik). Alasan digunakan sel bawang merah yaitu:
1. Bawang merah memiliki dinding sel yang transparan.
2. Bawang merah memiliki ukuran kromosom yang besar.
3. Bawang merah memiliki jumlah kromosom yang sedikit (2n=16).
Pembuatan preparat squash ini dilakukan selama dua hari. Pada hari pertama menumbuhkan
akar bawang merah. Tahap selanjutnya adalah fiksasi. Fiksasi merupakan proses untuk mematikan
komponen sel atau jaringan semaksimal mungkin seperti saat masih hidup. Fiksatif yang dipakai
berupa Asam asetat 45% yang terdiri dari 55 ml akuades dan 45 ml asam asetat glasial. Fiksatif yang
digunakan berupa Asam asetat glasial 45% agar sel tidak membengkak dan kromosom dapat diamati,
karena asam asetat glasial cepat meresap ke dalam sel. Kemudian didiamkan selama 15 menit pada
suhu 5oC karena pada kondisi ini bahan sudah dapat dikeraskan. Dilakukan pada suhu 5oC agar tidak
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN Halaman
dari
mengalami autolisis. Pada suhu ini enzim degeneratif akan inaktif. Dalam Fiksasi, fiksatif masuk
kedalam sel dan bereaksi dengan protein atau enzim yang berada didalamnya. Reaksi ini
menyebabkan adanya perubahan struktur atau komposisi meliputi perubahan sifat fisika, kimia dan
biologis. Protein atau enzim tersebut mengalami denaturasi sel sel menjadi mati dan membentuk
koagulasi. Koagulan yang mengendap tersebut akan menguatkan sel sehingga sel tidak mudah larut
dan molekul tetap pada posisinya.
Bahan dicuci dengan akuades sebanyak 2 sampai 3 kali untuk menghilangkan fiksatif,
menghilangkan kotoran dan mencegah kenaikan suhu yang terlalu ekstrim. Kemudian dilakukan
Hidrolisa untuk melisiskan lamela tengah agar kromosom dapat teramati. Hidrolisa menggunakan HCl
1 N yang akan melisiskan pektin pada lamela tengah yang terdiri dari heteropolisakarida. Kemudian
dilakukan pemanaskan pada suhu 60oC selama kurang lebih 2 menit. HCL yang digunakan tidak
berkonsentrasi pekat, karena apabila terlalu pekat akan merusak sel. Inkubasi hanya berlangsung dua
menit agar sel masih dapat diwarnai dan sel idak memanjang.
Pencucian dilakukan dengan akuades sebanyak 2-3 kali agar menghilangkan bahan-bahan
sebelumnya yang masih tersisa sehingga tidak mengganggu reaksi lanjutan. Pewarnaan dengan
Acetoorcein selama kurang lebih 1 jam. Digunakan acetoorcein karena pewarna ini bersifat spesifik
dalam mewarnai kromosom yang bersifat asam sehingga dapat dibedakan dengan organel sel
lainnya, acetoorcein mengikat kromosom pada gugus fosfatnya.
Squashing dilakukan agar sel tidak saling berdekatan. Agar bahan tidak rusak saat dilakukan
squashing, maka ditambahkan gliserin untuk menjaga kelembutan bahan sekaligus menaikkan indeks
bias. Squashing dilakukan dengan cara menekan gelas penutup tepat diatas ujung akar dengan
gagang pensil sehingga jaringan hancur. Agar preparat tidak kering dan awet , dioleskan cutex pada
tepi gelas penutup. Selain itu, cutex juga berfungsi untuk merekatkan gelas penutup agar tidak geser.
Kemudian preparat ditandai dengan pemberian label. Label berisi nama spesies, organ yang
bersangkutan dan pewarnaannya.
Tahap mitosis yang dapat dilihat ialah:
a. Interfase
Saat Fase ini, sel telah siap membelah, namun belum membelah. Inti sel tampak
keruh dan tampak benang kromatin yang halus.
b. Profase
Benang kromatin terlihat memendek dan lebih tebal. Membran nkleus tidak tampak
lagi, serta terbentuk sentromer. Kemudian terbentuk kromosom-kromsom. Setiap kromosom
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN Halaman
dari
membelah memanjang dan anakan kromosom inilah yang dinamakan kromatid. Tahap ini
adalah tahap yang dominan tampak pada preparat.
c. Metafase
Kromosom berada pada bidang ekuator atau plat metaphase, jumlahnya dapat
diketahui dengan jelas.
d. Anafase
Sentromer membelah dan kedua belah kromatid memisahkan diri dan menuju sel
kutub yang berlawanan.. Mulai saat itulah kromatid dianggap sebagai kromosom baru.
e. Telofase
Pada tiap kutub sel terbentuk kromosom yang identik. Plasma sel akan terbagi
menjadi 2 bagian. Proses ini dinamakan sitokinesis. Pada proses tersebut terbentuk dinding
pemisah di tengah sel. Tiap sel induk bersifat diploid (2n) dan menghasilkan sel anakan yang
diploid (2n) pula.
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN Halaman
dari
LATIHAN III
PREPARAT POLLEN
Tujuan : Membuat preparat pollen Hibiscus rosa-sinensis dan Lilium sp.
Bahan : Antera Hibiscus rosa-sinensis dan Lilium sp.
Preparat : Preparat tumbuhan Dicotyledonae / Monocotyledonae
Metode : Asetolisis
Cara kerja :
Hari ke I : Fiksasi :Pollen-pollen yang diambil dari antera dikumpulkan dalam botol flakon
yang sudah diisi dengan asam asetat glasial.
Hari ke II : Bahan dipindah dalam tabung sentrifuge dan disentrifuge selama ± 5 menit.
Kemudian cairan dituang dan diganti dengan campuran asam asetat glasial dengan
asam sulfat pekan dengan perbandingan 9:1 (dalam membuat cairan ini, asam
sulfat pekat ditambahkan setetes demi setetes kedalam asam asetat glasial.) dan
dipanaskan dalam waterbath selama ± 3 menit. Setelah itu, pemanasan dihentikan
dan tabung diambil dan didiamkan selama ± 15 menit.
Setelah dingin, disentrifuge dan cairan dituang diganti dengan akuades dan
diforteks dan disentrifuge lagi. Ulangi 2-3 kali dimana setiap pencucian harus
disentrifuge lagi.
Pewarnaan digunakan safranin 1% dalam akuades ± 2 tetes dan ditambah dengan
sedikit akuades diforteks dan disentrifuge lagi. Safranin dituang dan diganti dengan
gliserin jeli dengan menggunakan batang gelas sambil dipanaskan, tetapi tidak
sampai mendidih.
Bahan diambil menggunakan batang gelas, diletakkan di atas gelas benda kemudian
ditutup dengan gelas penutup yang disudut-sudutnya diberi potongan parafin dan
dipanaskan lagi hingga parafin meleleh.
Pemberian nama: disebelah kiri gelas penutup dilekatkan etiket dan diberi
keterangan nama spesies dan organ bersangkutan.
Pembahasan :
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN Halaman
dari
Gambar 3. Preparat pollen Hibiscus rosa-sinensis
Gambar 4. Preparat pollen Lillium sp.
Pembuatan preparat pollen digunakan dua antera yang berbeda yaitu Hibiscus rosa-sinensis
dan Lilium sp. Berdasarkan hasil percobaan dapat dilihat bahwa pollen Hibiscus rosa-sinensis
berukuran lebih besar dan lebih bulat daripada pollen Lilium sp. yang cenderung terlihat lonjong dan
kecil Pada pollen Hibiscus rosa-sinensis terlihat bagian tepinya tidak rata dan tampak struktur yang
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN Halaman
dari
menonjol keluar membentuk pola seperti gada. Sedangkan pada pollen Lilium sp. bagian tepinya rata
dan halus tidak ada tonjolan-tonjolan.
Pembuatan preparat ini dilakukan dalam dua hari. Pada hari pertama, dilakukan fiksasi.
Fiksasi merupakan proses untuk mematikan komponen sel atau jaringan semaksimal mungkin seperti
saat masih hidup. Fiksatif yang dipakai berupa asam asetat glasial karena dinding sel pollen yang kuat
karena mengandung karotenoid sehingga membutuhkan fiksatif yang kuat juga. Karotenoid tahan
terhadap adanya asam dan basa. Selain itu, karotenoid juga sebagai antioksidan yang dapat mengikat
oksigen. Kemudian didiamkan selama 24 jam agar dapat difiksasi secara optimal. Dalam Fiksasi,
fiksatif masuk kedalam sel dan bereaksi dengan protein atau enzim yang berada didalamnya. Reaksi
ini menyebabkan adanya perubahan struktur atau komposisi meliputi perubahan sifat fisika, kimia
dan biologis. Protein atau enzim tersebut mengalami denaturasi sel sel menjadi mati dan
membentuk koagulasi. Koagulan yang mengendap tersebut akan menguatkan sel sehingga sel tidak
mudah larut dan molekul tetap pada posisinya. Asam asetat glasial juga digunakan agar bahan
mudah menyesuaikan dengan proses selanjutnya dan membengkakkan polen. Pollen dan spora
memiliki sifat tahan terhadap degradasi, asam/basa kuat, asetolisis. Sehingga, sebenarnya pollen
tidak memerlukan fiksasi, karena dinding sel polen terdiri atas dua lapisan yaitu intin dan eksin.
Namun, karena selama proses pembuatan preparat pollen mengalami berbagai perubahan fisik,
kimia, dan biologis menyebabkan fiksatif tetap dibutuhkan. Kehadiran sporopolenin pada eksin
mengakibatkan digunakan metode acetolysis, sehingga akan tampak transparan.
Pada hari kedua, dilakukan asetolisis. Asetolisis merupakan proses rusaknya dinding sel yang
disebabkan adanya asam pekat. Sebelum dilakukan asetolisis, larutan dimasukan kedalam tabung
sentrifuge dan disentrifuge selama 5 menit. Sentrifuge merupakan metode pemisahan zat
berdasarkan ukuran partikel. Setelah disentrifuge, pollen akan mengendap di dasar tabung, karena
massa jenis pollen lebih besar dari reagensianya. Cairan di dalam tabung diganti, sebelumnya cairan
dituang (dibuang). Pada saat penuangan ini hanya dilakukan satu kali agar pollen tidak ikut terbawa.
Cairan diganti dengan campuran asam asetat glasial yang berwarna merah karena
mengandung karoten dan asam sulfat pekat dengan perbandingan 9:1 dalam air mendidih dengan
tujuan untuk membuat pollen menjadi transparan disamping untuk melarutkan semua komponen
sel. Proses ini merupakan acetolysis, yaitu dengan menjernihkan pollen agar transparan dengan jalan
melarutkan dinding sel. Saat pembuatan larutan campuran, penambahan asam sulfat pekat harus
secara perlahan agar tidak terjadi reaksi secara spontan. Asam asetat glasial berfungsi sebagai fiksatif
sedang asam sulfat pekat untuk melisiskan dinding sel pollen. Selanjutnya, bahan dipanaskan di
waterbath selama 3 menit untuk mempercepat reaksi serta membuka pori-pori polen. Acetolisis
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN Halaman
dari
tidak boleh terlalu singkat agar zat kimia pada pollen tidak hilang dan pollen menjadi gelap, namun
juga tidak boleh terlampau lama karena berakibat hangusnya polllen. Pemanasan berfungsi untuk
membuka pori-pori pollen. Jika pemanasan terlalu sebentar maka pollen belum.
Bahan didinginkan selama kurang lebih 15 menit, agar pollen tidak pecah saat disentrifuge.
Setelah dingin, disentrifuge kembali dan cairan diganti dengan akuades. Kemudian diforteks dan
disentrifuge kembali. Lakukan sebanyak dua hingga tiga kali pengulangan. Forteks merupakan proses
untuk menghomogenisasi larutan. Perlakuan tersebut bertujuan untuk membersihkan pollen dari
zat-zat kimia sisa dari acetolysis yang dapat mengganggu pengamatan. Forteks juga memiliki fungsi
untuk membantu proses pencucian. Setiap pergantian bahan kimia harus dengan sentrifus agar
pollen menjadi heterogen.
Pewarnaan menggunakan Safranin 1 % dalam akuades 2 tetes. Pewarnaan pollen harus
menggunakan cat yang encer agar pollen tidak gelap kembali karena pencucian sebelumnya
menggunakan akuades maka pewarna yang digunakan juga menggunakan pelarut akuades (misalnya
safranin). Bahan kembali diforteks agar pewarnaan merata.
Larutan safranin kemudian diganti dengan gliserin jeli. Hal ini bertujuan agar pollen tidak
berubah posisi pada gelas benda, meningkatkan indeks bias, menjaga kelembaban, dan mencegah
penguapan. Komposisi gliserin jeli adalah Gelatin 150 gram (sebagai perekat), Gliserin 150 cc
(penutupan), phenol 7 gram (anti mikroorganisme) dan akuades 175 cc (pelarut gelatin). Kemudian
dipanaskan sambil diaduk namun tidak sampai mendidih. Pemanasan bertujuan untuk mencairkan
gliserin jeli sehingga preparat dapat diambil. Sedangkan pemanasan tidak sampai mendidih agar
tidak merusak pollen. Gliserin jeli yang didalamnya terdapat pollen diteteskan ke gelas benda
kemudian ditutup dengan gelas penutup yang disudut-sudutnya terdapat potongan parafin.
Kemudian panaskan secara langsung hingga parafin meleleh. Dinginkan kembali hingga parafin
memadat dan menyelubungi preparat. Kemudian preparat ditandai dengan pemberian label. Label
berisi nama spesies, organ yang bersangkutan dan pewarnaannya.
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN Halaman
dari
LATIHAN IV
PREPARAT PENAMPANG TANPA “EMBEDDING”
Tujuan : Mempelajari cara membuat preparat penampang melintang dan bujur batang
tanpa embedding
Bahan : Batang Theobroma cacao
Preparat : Penampang Melintang Batang Theobroma cacao
Cara Kerja :
Hari ke 1 : Fiksasi : dipakai larutan alkohol 70%
Pengirisan : dibuat irisan-irisan melintang atau membujur dengan menggunakan
sliding microtom dengan ketebalan 20 hingga 30 mikronmeter. Irisan ditampung
dalam petri dish yang diberi alkohol 70%.
Pewarnaan : dengan safranin 1 % dalam alkohol 70% selama 24 jam
Hari ke 2 : Safranin dibuang lalu diganti berturut-turut dengan :
Alkohol 70% ...............................................10 menit
Alkohol 80% ............................................... 10 menit
Alkohol 95% ............................................... 10 menit
Alkohol 100% ............................................. 10 menit
Alkohol 100% ............................................. 10 menit
Dealkoholisasi :
Alkohol / Xilol 3:1 ....................................... 10 menit
Alkohol / Xilol 1:1 ....................................... 10 menit
Alkohol / Xilol 1:3 ....................................... 10 menit
Xilol ............................................................ 10 menit
Xilol ............................................................ 10 menit
Penutupan : irisan diatur diatas gelas benda ditutup dengan gelas penutup dengan
pemberian balsam kanada
Pembahasan :
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN Halaman
dari
Gambar 5. Penampang Melintang Batang Theobroma cacao
Preparat penampang tanpa embedding merupakan pembuatan preparat tanpa memakai
penyelubungan atau tanpa media pendukung misalnya paraffin, plastik, kentang karena organ yang
akan dibuat preparat sudah bersifat keras sehingga tidak perlu media pendukung untuk membantu
pengirisan. Pembuatan preparat ini biasanya dilakukan pada batang karena sifat batang yang keras
akibat dari pertumbuhan menebal primer batang.
Pembuatan preparat ini dilakukan dalam dua hari. Pada hari pertama, dilakukan fiksasi.
Fiksasi merupakan proses untuk mematikan komponen sel atau jaringan semaksimal mungkin seperti
saat masih hidup. Fiksatif yang dipakai berupa larutan alkohol 70% karena batang Theobroma cacao
relatif keras sehingga fiksatif yang digunakan adalah fiksatif yang mempunyai penetrasi kuat . Dalam
Fiksasi, fiksatif masuk kedalam sel dan bereaksi dengan protein atau enzim yang berada didalamnya.
Reaksi ini menyebabkan adanya perubahan struktur atau komposisi meliputi perubahan sifat fisika,
kimia dan biologis. Protein atau enzim tersebut mengalami denaturasi sel, sel menjadi mati dan
membentuk koagulasi. Koagulan yang mengendap tersebut akan menguatkan sel sehingga sel tidak
mudah larut dan molekul tetap pada posisinya.
Pengirisan, irisan dibuat melintang agar seluruh jaringan terlihat. Pengirisan menggunakan
Sliding microtome dengan ketebalan 20-30 mikronmeter. Pisau juga diolesi alkohol 70% agar licin dan
batang tidak retak saat dipotong. Irisan ditampung dalam petridish yang diberi alkohol 70%. Alkohol
70% berfungsi sebagai fiksatif preparat.
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN Halaman
dari
Pewarnaan dengan safranin 1 % dalam alkohol 70% selama 24 jam. Digunakan safranin
karena sifatnya yang cenderung basa (komponen kromoforiknya bermuatan positif), sedangkan sifat
sitoplasma cenderung basofilik (menyukai basa). Sehingga safranin dapat digunakan sebagai pewarna
pada preparat ini. Pewarnaan biasanya menyesuaikan dengan tujuan penelitian. Safranin biasa
digunakan untuk mewarnai lignin, yang merupakan salah satu komponen pada batang, sehingga
diharapkan dinding sel, porontim, dan sklerenkim terlihat jelas.
Pada hari kedua, safranin dibuang lalu diganti berturut-turut dengan alkohol. Alkohol ini
sebagai penghilang sisa reagensia fiksatif dan warna. Konsentrasi alkohol yang digunakan semakin
meningkat masing-masing selama 10 menit. Kemudian dilakukan dealkoholisasi karena dalam
penutupan, digunakan balsam kanada yang bersifat non polar. Alkohol tidak dapat berinteraksi
dengan kanada balsam sedangkan xilol dapat berinteraksi dengan kanada balsam sehingga saat
dealkoholisasi menggunakan perantara xilol. Digunakan campuran antara alkohol dan xilol dengan
konsentrasi alkohol menurun dan konsentrasi xilol meningkat secara bertahap. Perubahan
konsentrasi alkohol dan xilol secara sedikit demi sedikit karena penetrasi xilol cepat kedalam sel
sehingga menghindari pembengkakan sel. Pada akhir dealkoholisasi, dilakukan dua kali pencucian
dengan xilol untuk memastikan alkohol benar-benar tidak terdapat didalam bahan.
Penutupan bahan dengan membubuhi kanada balsam pada gelas benda kemudian ditutup
dengan gelas penutup. Selanjutnya dikeringkan diatas hot plate pada temperatur 45oC hingga kanada
balsam kering agar tidak merusak bahan. Kanada balsam dapat melindungi preparat dari kerusakan
dan kontaminasi mikroba.
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN Halaman
dari
LATIHAN V
PREPARAT PENAMPANG (SECTION)
Tujuan : Latihan ini bertujuan untuk membuat suatu preparat penampang (section)
Bahan : Folium Arachis hypogea
Preparat : Penampang lintang daun Arachis hypogea
Metode : Parafin, pewarnaan tunggal.
Cara kerja :
Hari ke I : Dipakai larutan FAA :
Alkohol 70% ............................................... 90 bagian
Asam Asetat Glasial .................................... 5 bagian
Formalin ..................................................... 5 bagian
Didiamkan selama 24 jam
Hari ke II : Pencucian dan dehidrasi
Fiksatif dibuang diganti berturut-turut dengan :
Alkohol 70% ................................................30 menit
Alkohol 80% ................................................ 30 menit
Alkohol 95% ................................................ 30 menit
Alkohol 100% .............................................. 30 menit
Alkohol 100% .............................................. 30 menit
Dealkoholisasi :
Alkohol / Xilol 3:1 ........................................ 30 menit
Alkohol / Xilol 1:1 ........................................ 30 menit
Alkohol / Xilol 1:3 ........................................ 30 menit
Xilol ............................................................. 30 menit
Xilol ............................................................. 30 menit
Campuran Xilol / parafin 1:9 dengan temperatur 57 C selama 24 jam.
Hari III : Infiltrasi : Campuran Xilol :Parafin dituang, diganti dengan parafin murni.
Temperatur tetap 57 C selama 24 jam.
Hari IV : Penyelubungan : Parafin dituang diganti dengan parafin yang baru. Setelah +_ 1 jam
dibuat blok.
Hari ke V : Pengirisan : dibuat irisan-irisan dengan rotary microtome 6-12 micronmeter.
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN Halaman
dari
Perekatan : irisan direkatkan dengan gelas benda dengan campuran gliserin :
Albumin yang dibubuhi air. Kemudian gelas benda ditaruh diatas hot plate dengan
temperatur 45 C sampai pita parafin tenggelam.
Hari ke VI : Pewarnaan : dengan safranin 1% dalam alkohol 70%. Berturut-turut, gelas benda
dimasukan dalam :
Xilol.............................................................. 3 menit
Xilol ............................................................. 3 menit
Alkohol / Xilol (1:3) ..................................... 3 menit
Alkohol / Xilol (1:1) ..................................... 3 menit
Alkohol / Xilol (3:1) ..................................... 3 menit
Alkohol 100% .............................................. 3 menit
Alkohol 100% .............................................. 3 menit
Alkohol 95% ................................................ 3 menit
Alkohol 80% ................................................ 3 menit
Alkohol 70% ................................................3 menit
Safranin 1% dalam Alkohol 70% ................. 1 jam
Alkohol 70% ................................................1 menit
Alkohol 80% ................................................ 1 menit
Alkohol 95% ................................................ 1 menit
Alkohol 100% .............................................. 1 menit
Alkohol 100% .............................................. 1 menit
Alkohol / Xilol 3:1 ........................................ 1 menit
Alkohol / Xilol 1:1 ........................................ 1 menit
Alkohol / Xilol 1:3 ........................................ 1 menit
Xilol ............................................................. 1 menit
Penutupan : irisan diatur diatas gelas benda ditutup dengan gelas penutup dengan
pemberian balsam kanada
Pemberian nama : disebelah kiri gelas penutup dilekatkan etiket dan diberi
keterangan : nama spesies, organ bersangkutan, dsb.
Pembahasan:
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN Halaman
dari
Gambar 6. Penampang melintang folium Arachis hypogea
Pembuatan preparat ini digunakan untuk bahan yang sulit untuk dipotong seperti daun.
Sehingga bahan yang akan dipotong dibuat tegar terlebih dahulu. Pembuatan preparat section daun
menggunaka embedding parafin.
Sebelum embedding bahan difiksasi dengan FAA selama 24 jam. Dilakukan fiksasi karena
daun akan mengalami perubahan fisika kimia sehingga perlu dikuatkan agar struktur sel tidak
berubah, dan sama seperti waktu hidup. Penggunaan FAA karena memiliki sifat penguatan sedang
dan daya penetrasi yang cukup cepat.
Setelah proses fiksasi, bahan kemudian didehidrasi dan didealkoholisasi. Bahan didehidrasi
karena molekul air tidak dapat bersatu dengan parafin. Xilol digunakan dalam dealkoholisasi karena
penetrasinya cepat, sehingga proses dealkoholisasi berlangsung cepat. Dilakukan infiltrasi dengan
cara campuran xilol diganti dengan parafin murni pada temperature 57ºC selama 24 jam. Fungsi dari
infiltrasi adalah untuk mengisi ruang-ruang antar sel, infiltrasi dilakukan dengan parafin. Parafin akan
mengisi bagian daun yang berongga, sehingga bentuk sel terjaga saat dilakukan pengirisan. Infiltrasi
juga bertujuan untuk menjaga hubungan antar sel satu dengan sel yang lain dan menjaga konsistensi
bahan. Setelah parafin mengeras, parafin dipotong lalu ditempelkan pada holder kayu sehingga
parafin tidak hancur saat dijepit pada rotatory microtome.
Pengirisan dilakukan dengan menggunakan rotary microtome. Rotary microtome mampu
mengiris bahan dengan ketebalan 6 – 12 mikrometer. Pengirisan bahan yang telah diselubungi
bertujuan agar bahan yang tebal/tidak transparan menjadi transparan sehingga sel-selnya dapat
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN Halaman
dari
dilihat dengan jelas menggunakan mikroskop. Cara penggunaan rotatory microtome adalah parafin
dipasangkan pada rotatory microtome kemudian diiris sesuai dengan ukuran. Setelah dilakukan
pengirisan lalu dihasilkan pita-pita potongan preparat atau biasa disebut copes. Copes yang didapat
dilekatkan pada gelas benda yang telah diolesi gliserin. Pemberian gliserin ini bertujuan untuk
menjaga kesegaran dan kelembaban preparat agar tidak cepat rusak. Gelas benda ditetesi air dan
diletakkan pada hot plate dengan temperatur 45° C sampai pita parafin meregang.
Preparat diwarnai dengan teknik pewarnaan tunggal menggunakan safranin 1% dalam
alkohol 70%. Karena safranin dalam kondisi alkohol 70% maka preparat harus dibawa ke kondisi
alkohol 70% dengan cara bertingkat (alkohol 100%, 90%, 80%, 70%). Selanjutnya diwarnai dengan
safranin selama 1 jam. Setelah itu dilakukan proses mounting yakni penutupan preparat dengan
kanada balsam untuk memperbesar indeks bias. Karena kanada balsam tidak dapat bercampur
dengan alkohol tetapi dapat bercampur dengan xylol, maka preparat dibuat ke kondisi xylol secara
bertingkat (alkohol 70%, 80%, 90%, absolut, xylol).
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN Halaman
dari
LATIHAN VI
MASERASI
Tujuan : Membuat preparat yang dapat memberi gambaran yang jelas mengenai bentuk-
bentuk sel.
Bahan : Batang Arachis hypogaea
Preparat : Maserasi Batang Arachis hypogaea
Metode : Jeffrey
Cara kerja :
Hari ke I : Bahan dipotong ±2 cm dan direbus kedalam air hingga tenggelam ±1 jam, Bahan
diambil dan dipotong sebesar batang korek api. Bahan direbus dengan larutan KOH
10 % dalam waterbeth selama ± 3 menit, lalu dicuci dalam air mengalir selama ± 1
jam. Bahan dimasukkan dalam campuran asam nitrat 10% dan asam kromat 10%
dengan perbandingan sama, sampai bahan menjadi lunak, cuci dalam air mengalir
selama ± 1 jam. Cairan diganti dengan alkohol 70 % selama 30 menit dan diganti
dengan zat warna menggunakan safranin 1 % dalam alkohol 70% selama ±24 jam.
Hari ke II : Dehidrasi dengan alkohol bertingkat :
Alkohol 70% ................................................30 menit
Alkohol 80% ................................................ 30 menit
Alkohol 95% ................................................ 30 menit
Alkohol 100% .............................................. 30 menit
Alkohol 100% .............................................. 30 menit
Dealkoholisasi :
Alkohol / Xilol 3:1 ........................................ 30 menit
Alkohol / Xilol 1:1 ........................................ 30 menit
Alkohol / Xilol 1:3 ........................................ 30 menit
Xilol ............................................................. 30 menit
Xilol .............................................................. 30 menit
Penutupan : ambil satu bagian hancurkan dengan cara disuwir-suwir, tetesi dengan
balsam kanada dan diatur diatas gelas benda ditutup dengan gelas penutup.
Preparat dikeringkan diatas hot plane dengan temperature 45ºC hingga balsam
kanada kering.
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN Halaman
dari
Pemberian nama : disebelah kiri gelas penutup dilekatkan etiket dan diberi
keterangan : nama spesies, organ bersangkutan.
Pembahasan :
Gambar 7. Preparat Maserasi Batang Aracis hypogaea
Maserasi merupakan suatu teknik pembuatan preparat dengan cara perendaman sampel
dengan menggunakan pelarut organik yang digunakan pada temperatur ruangan, kemudian
dipisahkan antara sel satu dengan sel yang lain untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang sel
tersebut. Maserasi adalah suatu teknik pembuatan preparat dengan cara disuwir-suwir untuk
mendapatkan gambaran yang jelas tentang sel.
Pada praktikum ini yang akan dilihat adalah bentuk dari penyusun xilem (trakea, trakeida)
pada batang. Saat dilakukan perendaman akan terjadi pemecahan dinding dan membran sel akibat
perbedaan tekanan di dalam dan di luar sel, lalu pelarut akan masuk ke dalam rongga sel yang
mengandung zat aktif dan zat aktif akan larut. Pemilihan pelarut untuk proses maserasi akan
memberikan efektifitas yang tinggi dengan memperhatikan kelarutan senyawa bahan alami pelarut
tersebut.
Maserasi adalah proses yang sulit. Digunakan batang Aracis hypogaea karena mudah
dilunakkan dan dipisahkan. Perlakuan khusus yang diperlukan dalam proses maserasi antara lain:
perebusan bahan untuk mengeluarkan gelembung-gelembung udara pada batang sehingga cairan-
cairan yang akan digunakan pada proses selanjutnya dapat melakukan penetrasi dengan mudah,
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN Halaman
dari
selain itu juga untuk lebih memperlunak bahan. Pada percobaan kali ini, kulit batang, kambium dan
floem harus dihilangkan dari batang karena yang akan dipelajari adalah bentuk trakea dan trakeida.
Dehidrasi bertingkat dilakukan untuk menghilangkan air yang digunakan untuk mencuci.
Dealkoholisasi dilakukan untuk menghilangkan pengaruh alkohol dari proses dehidrasi dan diganti
dengan xilol.
Dalam mengerjakan preparat ini memerlukan waktu 2 hari. Pada hari pertama bahan dipotong
kurang lebih 2 cm dan direbus ke dalam air hingga tenggelam kurang lebih 1 jam. Lalu Bahan diambil
dan dipotong sebesar korek api. Kemudian bahan direbus dengan larutan KOH 10% dalam waterbath
selama kurang lebih 3 menit agar bahan menjadi lunak dan mudah disuwir-suwir. Dilakukan
perebusan bahan dalam air selama ± 1 jam yang berfungsi untuk melunakkan bahan berupa ranting
atau batang yang bersifat keras. Kemudian dilakukan pemotongan. Potongan-potongan tersebut lalu
direbus dalamn KOH 10% agar lamella tengah (pectin) yang berikatan dengan selulosa terhidrolisa.
Bahan dicuci dalam air mengalir selama 1 jam. Bahan perlu dicuci dengan air mengalir selama
± 1 jam untuk menghentikan proses hidrolisis pada tahap selanjutnya.Bahan dimasukkan dalam
Asam nitrat 10% dan Asam kromat 10% dengan perbandingan sama, sampai bahan menjadi lunak,
kemudian bahan dicuci dalam air mengalir selama kurang lebih 1 jam. Bahan lalu dimasukkan
dalam campuran asam nitrat 10% dan asam khromat 10% dengan perbandingan sama selama satu
minggu sehingga pectin dan lignin terhidrolisa dan bahan menjadi lunak. Pemilihan jenis fiksatif ini
berdasarkan pada jenis bahan, laju penetrasi fiksatif dalam bahan, efek pengerasan dan perlakuan
sebelumnya serta resistansi bahan. Jenis dan resistansi bahan yaitu ranting yang sudah keras tidak
memerlukan suatu fiksatif yang bersifat mengeraskan bahan. Asam nitrat 10 % dan asam kromat 10
% digunakan sebagai fiksatif karena penetrasinya lambat dan pengerasannya lemah. Oleh karena
itu, diperlukan alkohol 70 % yang bersifat tidak mengkerutkan dengan konsentrasi 70 %. Perlakuan
sebelumnya yaitu perebusan dalam larutan KOH 10 % telah dapat melunakan ranting tersebut,
sehingga tidak memerlukan fiksatif yang akan mengeraskan bahan, misalnya FAA. Pada percobaan
ini dilakukan fiksasi yang bertujuan untuk mematikan komponen-komponen sel dan mengawetkan
semaksimal mungkin mendekati keadaan sewaktu hidup. Fiksasi ini menggunakan asam nitrat 10 %,
asam kromat 10 % dan alkohol 70 %. Setelah dilakukan fiksasi, bahan dicuci dengan air mengalir
selama ± 1 jam. Hal ini bertujuan untuk membersihkan sisa asam kromat dan asam nitrat karena
proses selanjutnya melibatkan alkohol 70 %. Asam kromat dan asam nitrat merupakan oksidator,
jika bertemu dengan reduktor (misalnya alkohol) akan terjadi reaksi oksidasi-reduksi. Reaksi
oksidasi-reduksi (reaksi kimia) tersebut dapat menyebabkan terjadinya perubahan sifat bahan
(ranting) secara kimia sehingga berbeda dengan keadaan semula sewaktu masih hidup.
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN Halaman
dari
Larutan diganti dengan alkohol 70% selama 30 menit. Larutan dituang dan diganti lagi dengan
zat warna menggunakan safranin 1% dalam alkohol 7% selama 24 jam. Penggunaan safranin ini
disesuaikan dengan sifat bahan dan jenis perlakuan sebelumnya. Perlakuan sebelumnya yang
menggunakan asam nitrat dan asam kromat menyebabkan bahan bersifat asam sehingga
memerlukan zat warna yang bersifat basa, yaitu safranin 1 %. Cara pewarnaan yaitu dengan
merendam bahan dalam zat warna Safranin dalam alkohol 70 % selama ± 24 jam. Alkohol di sini
berfungsi sebagai pelarut zat warna karena alkohol 70 % merupakan bahan fiksatif yang paling
banyak dan lama digunakan.
Pada hari kedua dilakukan dehidrasi dengan Alkohol bertingkat (Alkohol 70%, 80%, 95%, 100%,
100%) masing- masing selama 30 menit. Air yang ada di dalam bahan akan dikeluarkan dengan cara
direndam dalam alkohol bertingkat selama waktu tertentu. Alkohol akan menyerap air pada ranting
sehingga terjadi dehidrasi. Konsentrasi alkohol yang digunakan pada dehidrasi yang terakhir adalah
alkohol100 % selama 30 menit bertujuan untuk memastikan pada bahan tidak mengandung air,
karena air tersebut dapat mengkeruhkan preparat saat diamati di bawah mikroskop. Selanjutnya
preparat didealkoholisasi untuk menghilangkan pengaruh alkohol dengan diganti xylol (Alkohol/xilol
3:1, Alkohol/xilol 1:1, Alkohol/xilol 1:3, Xilol, Xilol) masing masing selama 30 menit. Proses
dealkolisasi terakhir menggunakan xilol untuk pembilasan terakhir dan memastikan tidak terdapat
alkohol dalam bahan.
Untuk membuat preparat, bahan yang sudah mengalami proses sebelumnya diambil dan
ditempatkan pada gelas benda. Tahap selanjutnya adalah meletakkan bahan pada gelas preparat
yang kemudian bahan tersebut dipisah-pisahkan untuk memisahkan bagian satu dengan lainnya dan
supaya antara bagian satu sama lain tidak saling bertumpuk sehingga dapat diamati dengan jelas dan
dapat dibedakan satu sama lain. Kemudian ditetesi dengan Balsam Kanada dan ditutup dengan gelas
penutup.
Pengeringan dilakukan di atas Hot Plate hingga Balsam Kanada kering. Pengeringan ini dijaga
agar jangan sampai mendidih. Kalau sampai mendidih akan terbentuk gelembung-gelembung udara
yang akan mengotori preparat. Preparat yang tampak adalah trakhea yang berbentuk topi.
Pemberian nama dilakukan disebelah kiri gelas penutup dan dilekatkan etiket dan diberi keterangan
nama spesies, organ, penampang, dan sebagainya.
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN Halaman
dari
LATIHAN VII
MIKROMETRI
Tujuan : Mengukur panjang / lebar sel atau bagian sel
Preparat : Preparat
Cara kerja :
I. Persiapan
Mikroskop disiapkan dengan diberi okuler mikrometer pada okulernya. Juga disiapkan
obyek mikrometer serta preparat yang akan diukur.
II. Mencari nilai skala okulermikrometer
1. Mata ditempelkan diatas lensa okuler, dilihat apakah bayangan skala-skala
okulerimikrometer sudah jelas. Pada okuler tertentu, lensa atas okuler dapat disetel
sedemikian rupa, hingga bayangan skala-skala tersebut jelas.
2. Obyekmikrometer ditempatkan di bawah obyektif, dicari bayangan yang jelas dari
skala-skala obyekmikrometer tersebut, bersama-sama dengna bayangan skala-skala
okulermikrometer.
3. Kedua bayangan skala tersebut dibuat sejajar dengna memutar okuler dalam
tabungnya. Titik-titik 0 dari kedua skala tersebut diletakkan sama tinggi dengan
menggerakkan obyekmikrometer.
4. Dicari bayangan garis skala kedua mikrometri tersebut berimpit (sama tinggi).
Dihitung jumlah bagian skala pada masing-masing mikrometer dihitung dari titik 0
sampai garis skala yang berimpit tadi.
5. Jarak sesungguhnya antara 2 garis skala obyekmikrometer diketahui (tertulis pada
obyekmikrometer), jadi nilai skala okulermikrometer dapat dihitung.
III. Mengukur panjang / lebar sel atau bagian sel
1. Obyekmikrometer diambil, diganti dengna preparat. Bayangna preparat dicari.
Kombinasi obyaktif, okuler serta panjang tubus sama dengan waktu mencari nilai
skala okulermikrometer.
2. Bayangna skala okulermikrometer ditempatkan pada bayangan preparat sedemikian,
hingga arah bayangan skala itu sesuai dengan arah panjang / lebar sel atau bagian sel
yang diukur. Jumlah skala dikalikan dengan nilai skala adalah panjang / lebar yang
dicari.
Pembahasan :
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN Halaman
dari
Gambar 8. Mikrometri Perbesaran 400
Gambar 9. Mikrometri Perbesaran 100
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN Halaman
dari
Gambar 9. Mikrometri Perbesaran 40
Mikrometri merupakan suatu teknik pengukuran preparat dibawah mikroskop. Teknik ini
menggunakan suatu alat ukur yang disebut mikrometer. Mikrometer terdiri dari obyek mikrometer
dan okuler mikrometer. Obyek mikrometer berbentuk menyerupai gelas benda namun memiliki skala
di bagian tengah yang tertutup. Okuler mikrometer berupa gelas bundar berskala yang diletakkan
pada diafragma dalam okuler. Satu skala obyek mikrometer adalah 0,01mm atau 10 nm. Skala ini
digunakan sebagai acuan skala okuler mikrometer sebelum digunakan dalam pengukuran. Setelah
ditera dengan obyek mikrometer, skala okuler mikrometer berfungsi sebagai pengukur preparat.
Penggunaan objekmikrometer ini memudahkan menentukan ukuran objek.
BORANG No. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM Revisi 00
LABORATORIUM MIKROTEKNIK DAN EMBRIOLOGI TUMBUHAN Halaman
dari
Daftar Pustaka
Ansel, H.C. 1989. Pengatar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi 4. Jakarta: UI Press
Darwis, D. 2000. Uji Bioaktifitas Metabolit Sekunder. Workshop Peningkatan Sumber Daya Manusia
Untuk Pemanfaatan Sumber Daya Alam Hayati dan Rekayasa Bioteknologi. FMIPA Universitas
Andalas Padang.
Donald, Alexander Johansen. 1940. Plant microtechnique. New York : Mc Graw-Hill Book Company.
Hidayat, E. B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung : ITB Press
Ruzin, Steven E. 1999. Plant Microtechnique and Microscopy. New York : Oxford Press