resume jurnal resistensi

26
Bioaktivitas minyak atsiri sereh DC.) Terhadap pertumbuhan bakteri e. coli dan staphylococcus aureus Rahman, H., Husain, D.R., Abdullah, A. 2013 (http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/6161 ) Ekstrak sereh berisi nabati konstituen yaitu: minyak atsiri (Leung dan Foster, 1996 dalam Rahman, dkk., 2013), saponin, tanin, alkaloid dan flavonoid (Hamza et al. 2009 dalam Rahman, dkk., 2013). Berdasarkan kandungan tersebut menurut Jafari et al. (2012) dalam Rahman, dkk (2013) mengindikasikan sereh memiliki aktivitas antibakteri yang besar terutama kandungan minyak atsiri. Berdasarkan penelitian sebelumnya didapatkan sereh memiliki kandungan aktivitas antibakteri dengan zona hambat sebesar 8 mm terhadap pertumbuhan E. coli dan 13 mm terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus pada konsentrasi 25% b/v (berat/volume) (Poelongan, 2009 dalam Rahman, dkk., 2013). Ekstrak sereh diambil dari batang sereh 15 cm diatas pangkal kemudian dilakukan ekstraksi. Selanjutnya minyak atsiri yang dihasilkan ditambahkan NaCMC sebanyak 0,038 gr dengan konsentrasi 0,5% kemudian dibuat variasi konsentrasi 6,25%, 12,5%, 50% dan 100%. Pegujian hambat dilakukan secara in vitro dengan metode difusi agar dengan menggunakan sumuran (disc diffusion) pada media Muller

Upload: dirgantara-abdiel

Post on 17-Dec-2015

28 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

resume jurnal resistensi mikroba

TRANSCRIPT

Bioaktivitas minyak atsiri sereh DC.) Terhadap pertumbuhan bakteri e. coli dan staphylococcus aureusRahman, H., Husain, D.R., Abdullah, A. 2013 (http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/6161)Ekstrak sereh berisi nabati konstituen yaitu: minyak atsiri (Leung dan Foster, 1996 dalam Rahman, dkk., 2013), saponin, tanin, alkaloid dan flavonoid (Hamza et al. 2009 dalam Rahman, dkk., 2013). Berdasarkan kandungan tersebut menurut Jafari et al. (2012) dalam Rahman, dkk (2013) mengindikasikan sereh memiliki aktivitas antibakteri yang besar terutama kandungan minyak atsiri. Berdasarkan penelitian sebelumnya didapatkan sereh memiliki kandungan aktivitas antibakteri dengan zona hambat sebesar 8 mm terhadap pertumbuhan E. coli dan 13 mm terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus pada konsentrasi 25% b/v (berat/volume) (Poelongan, 2009 dalam Rahman, dkk., 2013).Ekstrak sereh diambil dari batang sereh 15 cm diatas pangkal kemudian dilakukan ekstraksi. Selanjutnya minyak atsiri yang dihasilkan ditambahkan NaCMC sebanyak 0,038 gr dengan konsentrasi 0,5% kemudian dibuat variasi konsentrasi 6,25%, 12,5%, 50% dan 100%. Pegujian hambat dilakukan secara in vitro dengan metode difusi agar dengan menggunakan sumuran (disc diffusion) pada media Muller Hinton Agar (MHA) dengan inkubasi selama 24 hingg 48 jam kemudian dilihat dan diukur diameter zona bening pada tiap konsentrasi.Setelah dilakukan inkubasi selama 24 jam dan 48 jam dan dilakukan pengulangan selama 2 kali pertumbuhan bakteri Eschericia coli didapatkan bahwa semakin tinggi konsentrasi minyak atsiri maka semakin besar pula zona bening yang terbentuk disekitar sumuran, control (+) dengan zat kimia chiprofloxacin (konsentrasi 5 g/disk )myang bersifat bakteriosidal mampu menghambat pertumbuhan bakteri dengan adanya zona hambat disekitar media dengan hasil peingkatan zona bening setelah inkubasi 2x24 jam dan 2x 48 jam, sedangkan control (-) tidak membentuk zona hambat. Selanjutnya pada uji daya hambat dengan bakteri Staphylococcus aureus didapatkan hasil yang sama. Hal tersebut disebabkan perbedaan volume minyak atsiri yang berbeda pada tiap konsentrasi. Begitu pula dengan control (+) dan (-) mendapatkan hasil yang sama.Dari percobaan tersebut dapat diketahui bahwa kandungan minyak atsiri pada sereh mengandung senyawa bergugus fungsi aldehid yakni sitral (irham, 2011 dalam Rahman, dkk., 2013). Sedangkan komponen antibakteri pada minyak atsiri berasal dari geraniol dan sitral. Kemudian berdasarkan diameter pada daya hambat kedua bakteri, antimikroba pada minyak atsiri ekstrak sereh termasuk bakterisidal (membunuh bakteri) dengan peningkatan zona bening pada sumuran setelah inkubasi 24 jam dan 48 jam. Menurut Corner (1995) dalam Rahman, dkk. (2013) mekanisme penghambatan bakteri oleh senyawa antibakteri yaitu dengan gangguan senyawa penyusun dinding sel mengakibatkan meningkatnya permeabilitas membrane sel yang menyebabkan kehilangan komponen penyusun sel sehingga menginaktivasi enzim dan destruksi atau kerusakan fungsi material genetik. Dapat disimpulkan bahwa minyak atsiri pada sereh (Cymbopogon citratus DC.) lebih efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri gram positif Staphylococcus aureus bila dibandingkan dengan bakteri gram negatif Eschericia coli. Hal tersebut disebabkan dinding sel bakteri gram positif lebih sederhana sehingga senyawa antibaktri mudah masuk ke dalam sel dan bekerja sedangkan pada bakteri gram negative dinding selnya berlapis tiga yaitu lipoprotein, lipopolisakarida dan peptidoglikan. Dan efektifitas minyak atsiri pada ekstrak sereh diperoleh pada konsentrasi 50% terhadap bakteri Eschericia coli dan Staphylococcus aureus.

Analisis Minyak Atsiri Serai (Cymbopogon citratus) Sebagai Alternatif Bahan Irigasi Saluran Akar Gigi Dengan Menghambat Pertumbuhan Enterococcus faecalisNisaa, U dan Darjono, A. 2011. Jurnal Unnisula vol 49, No 124 (2011).Penelitian ini menggunakan metode difusi dengan disc diffusion pada media Muller Hinton Agar (MHA) menggunakan ekstrak serai sebanyak 50 l dengan konsentrasi 10%, 12,5%, 15%, 17,5%, 20% dan control positif menggunakan EDTA. Kemudian pada setiap lubang dihitung zona hambatan setelah diinkubasi selama 24 jam kemudia hasilnya dianalisis dengan metode anava satu jalur dengan syarat distribusi normal dan variansi data homogeny dan dilanjutkan dengan uji LSD.Berdasrkan penelitian didapatkan hasi positif dengan adanya zona hambatan pada tiap konsentrasi ekstrak sereh yang diuji dengan bakteri Enterococcus faecalis. Menurut Santoro, dkk (2007) dalam Nisaa, dkk (2011) bahwa aktivitas seraai sebagai antibakteri gram positif maupun negative disebabkan karena adanya komponen -citral(geranial) dan -citral(neral). Berdasarkan uji anava dan data yang didapatkan dari percobaan disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi mminyak atssiri maka semakin tinggi pula daya antibakterinya. Hal tersebut sesuai dengan pendapar Pelczar (2005) dalam Nisaa, dkk (2011) bahwa semakin tinggi konsentrasi suatu bahan antibakteri maka daya anti bakteri semakin kuat sehingga bakteri yang mati semakin banyak, ditunjukkan dengan semakin luas zona hambatan pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis yang terbentuk pada konsentrasi minyak atsiri serai tertinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa konsentraasi minyak atsiri serai yg efektif menghambat pertumbuhan E. faecalis pada konsentrasi 20% dan hampir sama dengan uji (+) dengan EDTA.

Aktivitas antimikroba dari Ekastrak Serai (Cymbopogon citratus) Terhadap Mikroba dari Lingkungan, Klinis dan MakananSingh, B.R., Singh, V., Singh, R.K., Ebibeni, N. 2011. International Resreach of Pharmacology (ISSN 2251-0176) Vol. 1 (9) pp. 228-236, December 2011.Serai umumnya digunakan sebagai bahan yang penting dalam masakan asia karena rasanya yang kuat. Teh herbal dari serai digunakan sebagai obat penenang, penurun panas dan stimulani imun di India (pearson, 2010; Brian dan Ikhlas, 2002 dalam Singh et al., 2011) sementara, minyak essensial sereh dapat digunakan sebagai obat unutk jerawat, kulit berminyak, scabies, perut kembung, sakit kepala, masalah peredaran darah (Pearson, 2010 dalam Singh et al., 2011) dan keringat berlebih akibat aktivitas antimikroba dan antibakteri (Lawless, 1995 dalam Singh et al., 2011). Ini juga digunakan sebagai situmulan untuk mengeluarkan udara, buang air kecil dan antiseptic (Ghani et al., 1997 dalam Singh et al., 2011). Di Nigeria serai digunakan unutk sakit perut dan dikombinasikan dengan beberapa tanaman untuk pengobatan malaria (Aibninu et al., 2007 dalam Singh et al., 2011) dan tipus (Depken, 2011 dalam Singh et al., 2011).Sementara itu, dari beberapa pengujian antimikroba terdahulu, LGO tidak menunjukkan aktivitas pada keempat bakteri gram positif (Bacillus subtilis, Corynebacterium diphtheria, Streptococcus pyogenes dan Staphylococcus aureus) dan tiga gram negative (Salmonella paratyphi A, Eschericia coli dan Pseudomonas Aerugiosa) pada kultur bakteri (Saify et al., 2000 dalam Singh et al., 2011), kemudian beberapa studi menunjukkan serai merupakan antibakteri dan antifungi (Ushimaru et al., 2007 dalam Singh et al., 2011).LGO selain efektif untuk mengobati infeksi bakteri dan jamur dapat juga digunakan untuk penyakit kulit seperti kurap, keracunan makanan, infeksi staphylococcus, beberapa infeksi usus besar, dakit perut dan saluran kemih. Kemudian dapat menjadi kontrol malaria (Plasmodium spp.) (Pearson, 2010 dalam Singh et al., 2011).Penelitian ini dilakukan dengan menguji ekstrak Serai dengan 1114 biakan yang terdiri dari 29 genus dan 105 spesies yang terdiri dari khamir, kapang dan mikroba yang diisolasi dari tempat yang berbeda yaitu lingkungan (air, udara, tanah, dan kotoran kadal serta burung), makanan dan hewan yang sehat. Penelitian ni menggunakan metode diffusion disc dan minimum inhibitory concentration (MIC) berdasarkan metode yang digunakan pada National Committee for Clinical Laboratory Standards (NCCLS) dan Clinical and Laboratory Standards Institute (CLSI). Media yang digunakan yaitu Mueller Hinton agar (MHA), tryptic soy broth (TSB) dan Sabrauds broth. Pada kontrol positif digunakan 50g mercuric chloride dan kontrol negative cakram direndam pada methanol dan dikeringkan kemudian untuk bakreti diinkubasi 24 sedangkan jamur 48-72 jam.Penelitian ini menggunakan minyak sereh murni dari Naga Fragrance Pvt, India. Jamur yang digunakan yaitu 5 Aspergillus niger, 6 Aspergillus flavus, 3 Penicilium spp, 7 strain Candida albicans dan 1093 strain bakteri dari 26 genus.Dari percobaan aktivitas antimikroba dari ekstrak serai dengan menggunakan metode disc diffusion didapatkan 38,2% dari 1114 biakan dari mikroba yang berbeda bersifat sensitif. Dari semua kapang (Aspergillus spp, 11; Penicilium spp, 3), khamir( Candida albicans, 7), Lactobacilus acidophilus (1) dan Morganella morganii (3) yang di tes tergolong sensitif terhadap ekstrak serai. Berdasarkan penelitian efek antimikroba dari minyak serai terhadap beberapa genus mikroba didapatka genus yang sensitive dengan presentase 100% yaitu pada Aspergillus spp., Candida spp., Lactobacilus acidophilus, morganella morganii dan penicilium spp. Sedangkan strain bakteri yang paling banyak di tes pada genus Enterococcus spp. Sebanyak 213 strain dan yang paling sedikit dengan 1 strain pada Lactobacillus acidophilus, Leclercia adecarboxylata dan Xenorhabdus luminescens.Kemudian efek antimikroba minyak serai terhadap strain bakteri gram negative didapatkan bakteri yang paling sensitive dengan presentase strain 100% yaitu pada A. media (9), A. salmonicida ssp smithia (1), A. schuberti (8), A. sobria (3), Enterobacter ssp.(1), Morganella morganti (3), Proteus myxofaciens (1), Providencia helmbachae (1), dan Serratia rubidae (3). Pada pengujian bakteri gram negative strain bakteri terbanyak yang digunakan yaitu pada Eschericia coli dan K. pnumoniae spp. pneumoniae dengan 96 strain. Sedangkan pada bakteri gram negatif strain bakteri yang paling resistan pada minyak serai dengan nilai resistan 100% yaitu pada bakteri Citrobacter amalonaticus (11), C. diversus (6), Enterobacter cancerogenus (9), Enterobacter cloacae (1), Enterobacter gregoviae (5), Enterobacter hormaechei (11), Enterobacter sakazaki (1), Eschericia furgusonii (1), Escherichia vulneris (2), Hafnea alvei (1), Leciercia adecarboxylata (1), Povidencia rettgeri (5), Pseudomonas aeruginosa (2), Pseudomonas flourescens (1), Salmonella enterica ssp. houtenae (3), Salmonella enterica ssp. salmae (11), Serratia fronticola (1), Serratia marcescens (2), Serratia odorifera (5), Serratia plymuthica (1) dan Xenorhabdus luminescens (1).Pada pengujian bakteri gram positif bakteri yang sensitif terhadap minyak serai dengan presentase 100% yaitu Bacillus anthracoides (3), Bacillus badius (7), Bacillus circulans (4), Bacillus laterosporus (1), Bacillus lentus (8), Bacillus marcerans (4), Bacillus mycoides (2), Bacillus stearothermophilus 1 (1), Bacillus stearothermophilus 2 (4), Bacillus subtilis (3), Bacillus spp. (1), Eenterococcus asacchrolyticus (1), Eenterococcus solitaries (1), Enterococcus spp. (6), Lactobacillus acidophilus (1), Staphylococcus epidermidis (2), Streptococcus agalactiae (1). Sedangkan hasil bakteri yang paling resisten dengan presentase 100% diantaranya Bacillus licheniformis (6), Eenterococcus faecium (11), Eenterococcus malodoratus (3), Eenterococcus raffinosus (5), Staphylococcus xylosus (2), Streptococcus milleri (3), Streptococcus alactolyticus (1), Streptococcus ceseolyticus (1). Pada uji bakteri gram positif ini strain bakteri yang paling banyak digunakan adalah Bacillus coaggulans denga jumlah 51 strain. Sedangkan pada jamur setelah dilakukan uji didapatkan hasil resisten pada semua jamur, yaitu Aspergillus flavus (6), Aspergillus niger (5), Candida albicans (7), dan Penicilium spp. (3).Berdasarkan data uji efek antimikroba miyak serai terhadap bakteri baik baikteri gram positif maupun negative didapatkan miyak serai efektif mencegah pertumbuhan bakteri gram positif. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya jumlah bakteri yang sensitif terhadap antimikroba minyak serai begitu pula pada bakteri yang resisten, pada bakteri gram positif menunjukkan jumlah yang sedikit sehingga dikatakan efektif. Tetapi jika dibandingkan dengan kemampuannya untuk mencegah pertumbuhan jamur maka minyak serai lebih cocok untuk mencegah pertumbuhan jamur, karena berdasarkan data yang didapatkan dari semua jamur yang diuji dengan ekstrak serai semuanya bersifat sensitif dan tidak tumbuh sehingga dapat disimpulkan bahwa anti mikroba pada minyak serai lebih cocok untuk mencegah pertumbuhan jamur. Berdasarkan percobaan dari LGO (minyak sereh) pada bakteri dan jamur dapat disimpulkan brsifat bakteriosidah dan fungisidal pada konsentrasi yang tinggi (1mg/ml) sedangkan bersifat bakteriostatik pada konsentrasi rendah (