refrat febris

23
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Febris atau yang biasa disebut dengan demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas batas normal biasa, yang dapat disebabkan oleh kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit- penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi. Keadaan ini sering terjadi pada pasien anak- anak, yaitu merupakan keluhan utama dari 50% pasien anak di UGD di Amerika Serikat, Eropa dan Afrika. Tidak hanya pada pasien anak-anak, tetapi pada pasien dewasa maupun lansia febris juga dapat sering terjadi tergantung dari sistem imun. Pada febris ini juga tidak ada perbedaan insidens dari segi ras atau jenis kelamin. 1

Upload: intan-purnomosari

Post on 25-Oct-2015

182 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: REFRAT FEBRIS

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Febris atau yang biasa disebut dengan demam merupakan suatu

keadaan suhu tubuh diatas batas normal biasa, yang dapat disebabkan oleh

kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat

pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi.

Keadaan ini sering terjadi pada pasien anak-anak, yaitu merupakan

keluhan utama dari 50% pasien anak di UGD di Amerika Serikat, Eropa dan

Afrika. Tidak hanya pada pasien anak-anak, tetapi pada pasien dewasa

maupun lansia febris juga dapat sering terjadi tergantung dari sistem

imun. Pada febris ini juga tidak ada perbedaan insidens dari segi ras atau

jenis kelamin.

Pasien dengan gejala febris dapat mempunyai diagnosis definitif

bermacam-macam atau dengan kata lain febris merupakan gejala dari banyak

jenis penyakit. Febris dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen,

keganasan, penyakit metabolik maupun penyakit lain.

Contoh penyakit infeksi bakteri yang memberikan gejala febris

adalah meningitis, bakteremia, sepsis, enteritis, pneumonia, pericarditis,

osteomyelitis, septik arthritis, cellulitis, otitis media, pharyngitis,

sinusitis, infeksi saluran urin, enteritis, appendicitis. Sedangkan untuk

1

Page 2: REFRAT FEBRIS

penyakit infeksi virus yang memberikan gejala febris adalah adalah ISPA,

bronkiolitis, exanthema enterovirus, gastroenteritis, dan para flu. Selain dari

penyakit, penyebab lain dari febris adalah cuaca yang terlalu panas, memakai

pakaian yang terlalu ketat dan dehidrasi.

Untuk febris yang disebabkan oleh penyakit infeksi biasanya akan

diberikan obat antibiotic sedangkan dari non infeksi akan dilihat penyebab

dari febris itu sendiri. Febris dapat segera teratasi dengan terapi dan

perawatan yang tepat. Namun, apabila febris tidak diatasi dan diberikan

perawatan yang tepat maka akan menjadi suatu kegawatan yang mengancam

jiwa pasien.

2

Page 3: REFRAT FEBRIS

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Febris (demam) yaitu meningkatnya suhu tubuh yang melewati

batas normal yaitu lebih dari 380C.

Febris konvulsi adalah bangkitan kejang yang terjadi pada

kenaikan suhu tubuh (diatas 38C) yang disebabkan oleh suatu proses

ekstra kronium.

Demam berarti suhu tubuh diatas batas normal biasa, dapat

disebabkan oleh kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang

mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor

otak atau dehidrasi

Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 38°

C atau lebih. Ada juga yang yang mengambil batasan lebih dari 37,8°C.

Sedangkan bila suhu tubuh lebih dari 40°C disebut demam tinggi

(hiperpireksia).

Demam adalah peninggian suhu tubuh dari variasi suhu normal

sehari-hari yang berhubungan dengan peningkatan titik patokan suhu di

hipotalamus. Suhu tubuh normal berkisar antara 36,5-37,2°C. Derajat

suhu yang dapat dikatakan demam adalah rectal temperature ≥38,0°C atau

oral temperature ≥37,5°C atau axillary temperature ≥37,2°C

3

Page 4: REFRAT FEBRIS

Istilah lain yang berhubungan dengan demam adalah

hiperpireksia. Hiperpireksia adalah suatu keadaan demam dengan suhu

>41,5°C yang dapat terjadi pada pasien dengan infeksi yang parah tetapi

paling sering terjadi pada pasien dengan perdarahan sistem saraf pusat

B. Etiologi demam

Demam dapat disebabkan oleh faktor infeksi ataupun faktor non

infeksi. Demam akibat infeksi bisa disebabkan oleh infeksi bakteri, virus,

jamur, ataupun parasit. Infeksi bakteri yang pada umumnya menimbulkan

demam antara lain pneumonia, bronkitis, osteomyelitis, appendisitis,

tuberculosis, bakteremia, sepsis, bakterial gastroenteritis, meningitis,

ensefalitis, selulitis, otitis media, infeksi saluran kemih, dan lain-lain.

Infeksi virus yang pada umumnya menimbulkan demam antara lain viral

pneumonia, influenza, demam berdarah dengue, demam chikungunya,

dan virus-virus umum seperti H1N1. Infeksi jamur yang pada umumnya

menimbulkan demam antara lain coccidioides imitis, criptococcosis, dan

lain-lain. Infeksi parasit yang pada umumnya menimbulkan demam antara

lain malaria, toksoplasmosis, dan helmintiasis.

Demam akibat faktor non infeksi dapat disebabkan oleh beberapa

hal antara lain faktor lingkungan (suhu lingkungan yang eksternal yang

terlalu tinggi, keadaan tumbuh gigi, dll), penyakit autoimun (arthritis,

systemic lupus erythematosus, vaskulitis, dll), keganasan (Penyakit

4

Page 5: REFRAT FEBRIS

Hodgkin, Limfoma non-hodgkin, leukemia, dll), dan pemakaian obat-

obatan (antibiotik, difenilhidantoin, dan antihistamin). Selain itu dapat

mengalami demam sebagai akibat efek samping dari pemberian imunisasi

selama ±1-10 hari. Hal lain yang juga berperan sebagai faktor non infeksi

penyebab demam adalah gangguan sistem saraf pusat seperti perdarahan

otak, status epileptikus, koma, cedera hipotalamus, atau gangguan

lainnya.

C. Tipe demam

Adapun tipe-tipe demam yang sering dijumpai antara lain:

5

Page 6: REFRAT FEBRIS

D. Tanda dan gejala

Banyak gejala yang menyertai demam termasuk gejala nyeri

punggung, anoreksia dan somnolen. Batasan mayornya yaitu suhu tinggi

dari 37,8 – 400C. Kulit hangat, takikardi, sedangkan batasan karakteristik

minor yang muncul yaitu kulit kemerahan, peningkatan kedalaman

pernafasan, menggigil / merinding perasaan hangat dan dingin, nyeri dan

sakit yang spesifik atau umum (missal : sakit kepala vertigo), keletihan,

kelemahan dan berkeringat.

E. Patofisiologi demam

Demam terjadi karena adanya suatu zat yang dikenal dengan

nama pirogen. Pirogen terbagi dua yaitu pirogen eksogen dan pirogen

endogen. Pirogen eksogen adalah pirogen yang berasal dari luar tubuh

pasien. Contoh dari pirogen eksogen adalah produk mikroorganisme

seperti toksin atau mikroorganisme seutuhnya. Salah satu pirogen

eksogen klasik adalah endotoksin lipopolisakarida yang dihasilkan oleh

bakteri gram negatif. Jenis lain dari pirogen adalah pirogen endogen yang

merupakan pirogen yang berasal dari dalam tubuh pasien. Contoh dari

pirogen endogen antara lain IL-1, IL-6, TNF-α, dan IFN. Sumber dari

pirogen endogen ini pada umumnya adalah monosit, neutrofil, dan

limfosit walaupun sel lain juga dapat mengeluarkan pirogen endogen jika

terstimulasi.

6

Page 7: REFRAT FEBRIS

Proses terjadinya demam dimulai dari stimulasi sel-sel darah putih

(monosit, limfosit, dan neutrofil) oleh pirogen eksogen baik berupa toksin,

mediator inflamasi, atau reaksi imun. Sel-sel darah putih tersebut akan

mengeluarkan zat kimia yang dikenal dengan pirogen endogen (IL-1, IL-

6, TNF-α, dan IFN). Pirogen eksogen dan pirogen endogen akan

merangsang endotelium hipotalamus untuk membentuk prostaglandin.

Prostaglandin yang terbentuk kemudian akan meningkatkan patokan

termostat di pusat termoregulasi hipotalamus. Hipotalamus akan

menganggap suhu sekarang lebih rendah dari suhu patokan yang baru

sehingga ini memicu mekanisme-mekanisme untuk meningkatkan panas

antara lain menggigil, vasokonstriksi kulit dan mekanisme volunter seperti

memakai selimut. Sehingga akan terjadi peningkatan produksi panas dan

penurunan pengurangan panas yang pada akhirnya akan menyebabkan

suhu tubuh naik ke patokan yang baru tersebut.

Demam memiliki tiga fase yaitu: fase kedinginan, fase demam,

dan fase kemerahan. Fase pertama yaitu fase kedinginan merupakan fase

peningkatan suhu tubuh yang ditandai dengan vasokonstriksi pembuluh

darah dan peningkatan aktivitas otot yang berusaha untuk memproduksi

panas sehingga tubuh akan merasa kedinginan dan menggigil. Fase kedua

yaitu fase demam merupakan fase keseimbangan antara produksi panas

dan kehilangan panas di titik patokan suhu yang sudah meningkat. Fase

ketiga yaitu fase kemerahan merupakan fase penurunan suhu yang ditandai

7

Page 8: REFRAT FEBRIS

dengan vasodilatasi pembuluh darah dan berkeringat yang berusaha untuk

menghilangkan panas sehingga tubuh akan berwarna kemerahan.

F. Penatalaksanaan demam

Demam merupakan mekanisme pertahanan diri atau reaksi

fisiologis terhadap perubahan titik patokan di hipotalamus.

Penatalaksanaan demam bertujuan untuk merendahkan suhu tubuh yang

terlalu tinggi bukan untuk menghilangkan demam. Penatalaksanaan

demam dapat dibagi menjadi dua garis besar yaitu: non-farmakologi dan

farmakologi. Akan tetapi, diperlukan penanganan demam secara langsung

oleh dokter apabila penderita dengan umur <3 bulan dengan suhu rectal

>38°C, penderita dengan umur 3-12 bulan dengan suhu >39°C, penderita

dengan suhu >40,5°C, dan demam dengan suhu yang tidak turun dalam

48-72 jam.

a. Terapi non-farmakologi

Adapun yang termasuk dalam terapi non-farmakologi dari

penatalaksanaan demam:

1. Pemberian cairan dalam jumlah banyak untuk mencegah dehidrasi dan

beristirahat yang cukup.

2. Tidak memberikan penderita pakaian panas yang berlebihan pada saat

menggigil. Kita lepaskan pakaian dan selimut yang terlalu berlebihan.

8

Page 9: REFRAT FEBRIS

Memakai satu lapis pakaian dan satu lapis selimut sudah dapat

emberikan rasa nyaman kepada penderita.

3. Memberikan kompres hangat pada penderita. Pemberian kompres

hangat efektif terutama setelah pemberian obat. Jangan berikan

kompres dingin karena akan menyebabkan keadaan menggigil dan

meningkatkan kembali suhu inti.

B. Terapi farmakologi

Obat-obatan yang dipakai dalam mengatasi demam (antipiretik)

adalah parasetamol (asetaminofen) dan ibuprofen. Parasetamol cepat

bereaksi dalam menurunkan panas sedangkan ibuprofen memiliki efek

kerja yang lama. Pada anak-anak, dianjurkan untuk pemberian

parasetamol sebagai antipiretik. Penggunaan OAINS tidak dianjurkan

dikarenakan oleh fungsi antikoagulan dan resiko sindrom Reye pada

anak-anak.

Selain pemberian antipiretik juga perlu diperhatikan mengenai

pemberian obat untuk mengatasi penyebab terjadinya demam. Antibiotik

dapat diberikan untuk mengatasi infeksi bakteri. Pemberian antibiotik

hendaknya sesuai dengan tes sensitivitas kultur bakteri apabila

memungkinkan

9

Page 10: REFRAT FEBRIS

BAB III

KESIMPULAN

Febris (demam) yaitu meningkatnya suhu tubuh yang melewati

batas normal yaitu lebih dari 380C. Istilah lain yang berhubungan dengan

demam adalah hiperpireksia. Hiperpireksia adalah suatu keadaan demam

dengan suhu >41,5°C yang dapat terjadi pada pasien dengan infeksi

yang parah tetapi paling sering terjadi pada pasien dengan perdarahan

sistem saraf pusat.

Demam dapat disebabkan oleh beberapa faktor :

Demam akibat faktor infeksi :

Infeksi bakteri

Infeksi virus

Infeksi jamur

Infeksi parasit.

Demam akibat non infeksi :

Faktor lingkungan

Penyakit autoimun

Keganasan

Pemakaian obat-obatan

Gangguan sistem saraf pusat

Adapun tipe-tipe demam yang sering dijumpai antara lain:

Demam septik

10

Page 11: REFRAT FEBRIS

Demam Hektik

Demam Remiten

Demam Intermiten

Demam Kontinyu

Demam Siklik

Demam terjadi karena adanya suatu zat yang dikenal dengan nama

pirogen. Pirogen terbagi dua yaitu pirogen eksogen dan pirogen

endogen. Pirogen eksogen adalah pirogen yang berasal dari luar tubuh

pasien. Contoh dari pirogen eksogen adalah produk mikroorganisme

seperti toksin atau mikroorganisme seutuhnya. Salah satu pirogen

eksogen klasik adalah endotoksin lipopolisakarida yang dihasilkan oleh

bakteri gram negatif. Jenis lain dari pirogen adalah pirogen endogen

yang merupakan pirogen yang berasal dari dalam tubuh pasien. Contoh

dari pirogen endogen antara lain IL-1, IL-6, TNF-α, dan IFN. Sumber

dari pirogen endogen ini pada umumnya adalah monosit, neutrofil, dan

limfosit walaupun sel lain juga dapat mengeluarkan pirogen endogen jika

terstimulasi.

Demam memiliki tiga fase yaitu:

fase kedinginan, merupakan fase peningkatan suhu tubuh yang

ditandai dengan vasokonstriksi pembuluh darah dan peningkatan

aktivitas otot yang berusaha untuk memproduksi panas sehingga

tubuh akan merasa kedinginan dan menggigil.

11

Page 12: REFRAT FEBRIS

fase demam, merupakan fase keseimbangan antara produksi panas

dan kehilangan panas di titik patokan suhu yang sudah meningkat.

fase kemerahan, merupakan fase penurunan suhu yang ditandai

dengan vasodilatasi pembuluh darah dan berkeringat yang berusaha

untuk menghilangkan panas sehingga tubuh akan berwarna

kemerahan

Demam merupakan mekanisme pertahanan diri atau reaksi

fisiologis terhadap perubahan titik patokan di hipotalamus.

Penatalaksanaan demam bertujuan untuk merendahkan suhu tubuh yang

terlalu tinggi bukan untuk menghilangkan demam. Penatalaksanaan

demam dapat dibagi menjadi dua garis besar yaitu:

non-farmakologi

terapi non-farmakologi antara lain : pemberian cairan dalam jumlah

banyak, tidak memberikan penderita pakaian yang panas, dan

memberikan kompres hangat kepada penderita.

Farmakologi

Obat-obatan yang dipakai dalam mengatasi demam (antipiretik) adalah

parasetamol (asetaminofen) dan ibuprofen. Selain pemberian

antipiretik juga perlu diperhatikan mengenai pemberian obat untuk

mengatasi penyebab terjadinya demam. Antibiotik dapat diberikan

untuk mengatasi infeksi bakteri.

12

Page 13: REFRAT FEBRIS

DAFTAR PUSTAKA

Guyton A.C. and J.E. Hall 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta: EGC

Kaneshiro, N.K., and Zieve, D. 2010. Fever. University of Washington. Available from: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000980.htm

13

Page 14: REFRAT FEBRIS

REFERAT

FEBRIS

 

Oleh:

Nugroho Tri Wibowo

J500090052

Pembimbing:

dr. I Wayan Mertha Sp.PD

KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM

RSUD DR HARJONO PONOROGO

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUARAKARTA

14

Page 15: REFRAT FEBRIS

2013

DAFTAR ISI

Daftar Isi ………………………………………………………………… i

Bab I : Pendahuluan

Latar Belakang …………………………………………………. 1

Bab II : Tinjauan Pustaka

A. Definisi ……………………………………………………….. 3

B. Etiologi ……………………………………………………….. 4

C. Tipe…………………………………………………………… 5

D. Tanda dan Gejala……………………………………………… 6

E. Patofisiologi…………………………………………………... 6

F. Penatalaksanaan………………………………………………. 8

Bab III : Kesimpulan…………………………………………………….. 10

Daftar Pustaka…………………………………………………………….. 13

15

i