askep febris dan kejang
DESCRIPTION
Askep Febris Dan KejangTRANSCRIPT
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
FEBRIS KONVULSION
RS. ABDOER RAHEM - SITUBONDO
OLEH :
ANDRIK PURNOMO 2012.01.004
SIROJUL MUNIR 2012.01.032
SULIS DARMAYANTI 2012.01.034
VIA EYLISCA 2012.01.037
YANUAR YOSTAN A.A 2012.01.040
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
STIKES BANYUWANGI
T.A. 2015 / 2016
1
LEMBAR PERSETUJUAN
JUDUL : Kejang Demam
Di Susun oleh
1. ANDRIK PURNOMO (2012.01.004)
2. SIROJUL MUNIR (2012.01.032)
3. SULIS DARMAYANTI (2012.01.034)
4. VIA EYLISCA (2012.01.037)
5. YANUAR YOSTAN A.A (2012.01.040)
Prodi : D3 Keperawatan
Tingkat : 3
Berdasarkan hasil bimbingan oleh pembimbing ruangan, pembimbing klinik dan
dosen pembimbing di Ruang Teratai RS. Abdoer Rahem - Situbondo sejak
tanggal – februari 2015.
Tanggal :
Disetujui oleh :
2
Clinical Intructure
_______________________
Dosen Pembimbing
________________________
KATA PENGANTAR
Puji syukur ALLAH SWT atas segala limpahan rahmat, inayah, taufik dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan tugas ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga tugas ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca
dalam Asuhan Keperawatan ”
Harapan kami semoga tugas ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kelompok kami dapat memperbaiki
bentuk maupun isi tugas ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan tugas kami.
Banyuwangi, 8 Februari 2015
Penyusun,
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Istilah kejang demam digunakan untuk bangkitan kejang yg timbul akibat
kenaikan suhu tubuh. “Kejang demam ialah bangkitan kejang yg terjadi pada
kenaikan suhu tubuh (suhu rektal 38°C) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium (Hasan, 1995).
Banyak pernyataan yang dikemukakan mengenai kejang demam, salah
satu diantaranya adalah : “Kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau
anak, biasanya terjadi pada umur 3 bulan sampai 5 tahun, berhubungan
dengan demam tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi intrakranial atau
penyebab tertentu. Anak yang pernah kejang tanpa demam dan bayi berumur
kurang dari 4 minggu tidak termasuk. Kejang demam harus dapat dibedakan
dengan epilepsi, yaitu ditandai dengan kejang berulang tanpa demam
(Mansjoer, 2000). Sehingga kejang demam atau febris convultion perlu
diangkat dalam makalah ini.
Berdasarkan ulasan singkat di atas, penulis mengambil alasan bahwa
masih banyak yang kurang mengerti tentang febris convultion atau kejang
demam. Sehingga penulis mengangkat makalah, “Febris Convultion”.
1.2 TUJUAN
Dalam pembuatan laporan pendahuluan ini terdapat tujuan sebagai berikut:
1. Agar pembaca mengetahui pengertian febris convultion.
2. Agar pembaca memahami anatomi fisiologi system persyarafan.
3. Agar pembaca mengetahui penyebab febris convultion.
4. Agar pembaca mengetahui patofisiologi febris convultion.
4
5. Agar pembaca mengetahui pathway febris convultion.
6. Agar pembaca dapat memahami tanda gejala febris convultion.
7. Agar pembaca mengetahui komplikasi dari febris convultion.
8. Agar pembaca mengetahui pemeriksaan penunjang dari febris convultion.
9. Agar pembaca mengetahui penatalaksanaan atau pengobatan pada febris
convultion.
10. Agar pembaca mengetahui tindakan keperawatan pada febris convultion.
11. Agar pembaca mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada penderita
febris convultion.
1.3 PEMBATASAN MASALAH
Mengingat terbatasnya sumber buku, waktu yang tersedia dan kemampuan
penulis maka pembatasan karya ilmiah ini pada:
1. Pengertian febris comvultion.
2. Anatomi fisiologi system persyarafan.
3. Penyebab febris convultion.
4. Patofisiologi febris convultion.
5. Tanda gejala febris convultion.
6. Komplikasi febris convultion.
7. Pemeriksaan penunjang.
8. Penatalaksanaan atau pengobatan febris convultion.
9. Asuhan keperawatan febris convultion.
5
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 KONSEP DASAR
2.1.1 Pengertian Febris Convultion
Istilah kejang demam digunakan untuk bangkitan kejang yang
timbul akibat kenaikan suhu tubuh. “Kejang demam ialah bangkitan
kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal 38°C) yang
disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium” (Hasan, 1995).
Banyak pernyataan yang dikemukakan mengenai kejang demam,
salah satu diantaranya adalah: “Kejang demam adalah suatu kejadian pada
bayi atau anak, biasanya terjadi pada umur 3 bulan sampai 5 tahun,
berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi
intrakranial atau penyebab tertentu”. Anak yang pernah kejang tanpa
demam dan bayi berumur kurang dari 4 minggu tidak termasuk. Kejang
demam harus dapat dibedakan dengan epilepsi, yaitu ditandai dengan
kejang berulang tanpa demam (Mansjoer, 2000).
Kejang Demam diklasifikasikan menadi 3 yaitu:
1. Kejang Tonik
Kejang ini biasanya terdapat pada bayi baru lahir dengan berat
badan rendah dengan masa kehamilan kurang dari 34 minggu dan bayi
dengan komplikasi prenatal berat. Bentuk klinis kejang ini yaitu berupa
pergerakan tonik satu ekstrimitas atau pergerakan tonik umum dengan
ekstensi lengan dan tungkai yang menyerupai deserebrasi atau ekstensi
tungkai dan fleksi lengan bawah dengan bentuk dekortikasi. Bentuk kejang
tonik yang menyerupai deserebrasi harus di bedakan dengan sikap
epistotonus yang disebabkan oleh rangsang meningkat karena infeksi
selaput otak atau kernikterus.
2. Kejang Klonik
6
Kejang Klonik dapat berbentuk fokal, unilateral, bilateral dengan
pemulaan fokal dan multifokal yang berpindah-pindah. Bentuk klinis
kejang klonik fokal berlangsung 1 – 3 detik, terlokalisasi dengan baik,
tidak disertai gangguan kesadaran dan biasanya tidak diikuti oleh fase
tonik. Bentuk kejang ini dapat disebabkan oleh kontusio cerebri akibat
trauma fokal pada bayi besar dan cukup bulan atau oleh ensepalopati
metabolik.
3. Kejang Mioklonik
Gambaran klinis yang terlihat adalah gerakan ekstensi dan fleksi
lengan atau keempat anggota gerak yang berulang dan terjadinya cepat.
Gerakan tersebut menyerupai reflek moro. Kejang ini merupakan pertanda
kerusakan susunan saraf pusat yang luas dan hebat. Gambaran EEG pada
kejang mioklonik pada bayi tidak spesifik.
2.1.2 Anatomi Fisiologi System Persyarafan
Seperti yang dikemukakan Syaifuddin (1997), bahwa system saraf
terdiri dari system saraf pusat (sentral nervous system) yang terdiri dari
cerebellum, medulla oblongata dan pons (batang otak) serta medulla
spinalis (sumsum tulang belakang), system saraf tepi (peripheral nervous
system) yang terdiri dari nervus cranialis (saraf-saraf kepala) dan semua
cabang dari medulla spinalis, system saraf gaib (autonomic nervous
system) yang terdiri dari sympatis (sistem saraf simpatis) dan
parasymphatis (sistem saraf parasimpatis).
Otak berada di dalam rongga tengkorak (cavum cranium) dan
dibungkus oleh selaput otak yang disebut meningen yang berfungsi untuk
melindungi struktur saraf terutama terhadap resiko benturan atau
guncangan.Meningen terdiri dari 3 lapisan yaitu duramater, arachnoid dan
piamater.
Sistem saraf pusat (Central Nervous System) terdiri dari:
1. Cerebrum (otak besar)
7
Merupakan bagian terbesar yang mengisi daerah anterior dan
superior rongga tengkorak di mana cerebrum ini mengisi cavum cranialis
anterior dan cavum cranialis media.
Cerebrum terdiri dari dua lapisan yaitu : Corteks cerebri dan
medulla cerebri. Fungsi dari cerebrum ialah pusat motorik, pusat bicara,
pusat sensorik, pusat pendengaran / auditorik, pusat penglihatan / visual,
pusat pengecap dan pembau serta pusat pemikiran.
Sebagian kecil substansia gressia masuk ke dalam daerah
substansia alba sehingga tidak berada di corteks cerebri lagi tepi sudah
berada di dalam daerah medulla cerebri. Pada setiap hemisfer cerebri
inilah yang disebut sebagai ganglia basalis.
Yang termasuk pada ganglia basalis ini adalah:
1) Thalamus
Menerima semua impuls sensorik dari seluruh tubuh,
kecuali impuls pembau yang langsung sampai ke kortex cerebri.
Fungsi thalamus terutama penting untuk integrasi semua impuls
sensorik. Thalamus juga merupakan pusat panas dan rasa nyeri.
2) Hypothalamus
Terletak di inferior thalamus, di dasar ventrikel III
hypothalamus terdiri dari beberapa nukleus yang masing-masing
mempunyai kegiatan fisiologi yang berbeda. Hypothalamus
merupakan daerah penting untuk mengatur fungsi alat demam
seperti mengatur metabolisme, alat genital, tidur dan bangun, suhu
tubuh, rasa lapar dan haus, saraf otonom dan sebagainya. Bila
terjadi gangguan pada tubuh, maka akan terjadi perubahan-
perubahan. Seperti pada kasus kejang demam, hypothalamus
berperan penting dalam proses tersebut karena fungsinya yang
mengatur keseimbangan suhu tubuh terganggu akibat adanya
proses-proses patologik ekstrakranium.
3) Formation Reticularis
Terletak di inferior dari hypothalamus sampai daerah
batang otak (superior dan pons varoli) ia berperan untuk
8
mempengaruhi aktifitas cortex cerebri di mana pada daerah
formatio reticularis ini terjadi stimulasi / rangsangan dan
penekanan impuls yang akan dikirim ke cortex cerebri.
2. Cerebellum
Merupakan bagian terbesar dari otak belakang yang menempati
fossa cranial posterior.Terletak di superior dan inferior dari cerebrum yang
berfungsi sebagai pusat koordinasi kontraksi otot rangka.
System saraf tepi (nervus cranialis) adalah saraf yang langsung
keluar dari otak atau batang otak dan mensarafi organ tertentu. Nervus
cranialis ada 12 pasang:
1) N. I : Nervus Olfaktorius
2) N. II : Nervus Optikus
3) N. III : Nervus Okulamotorius
4) N. IV : Nervus Troklearis
5) N. V : Nervus Trigeminus
6) N. VI : Nervus Abducen
7) N. VII : Nervus Fasialis
8) N. VIII : Nervus Akustikus
9) N. IX : Nervus Glossofaringeus
10) N. X : Nervus Vagus
11) N. XI : Nervus Accesorius
12) N. XII : Nervus Hipoglosus
System saraf otonom ini tergantung dari system sistema saraf
pusat dan system saraf otonom dihubungkan dengan urat-urat saraf
aferent dan efferent. Menurut fungsinya system saraf otonom ada 2 di
mana keduanya mempunyai serat pre dan post ganglionik yaitu system
simpatis dan parasimpatis.
Yang termasuk dalam system saraf simpatis adalah:
9
1) Pusat saraf di medulla servikalis, torakalis, lumbal dan
seterusnya
2) Ganglion simpatis dan serabut-serabutnya yang disebut trunkus
symphatis
3) Pleksus pre vertebral: Post ganglionik yg dicabangkan dari
ganglion kolateral.
System saraf parasimpatis ada 2 bagian yaitu:
Serabut saraf yang dicabagkan dari medulla spinalis
1) Serabut saraf yang dicabangkan dari otak atau batang otak
2) Serabut saraf yang dicabangkan dari medulla spinalis
2.1.3 Etiologi
Penyebab Febrile Convulsion hingga kini belum diketahui dengan
pasti, demam sering disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, otitis
media, pneumonia, gastroenteritis dan infeksi saluran kemih. Kejang tidak
selalu timbul pada suhu yang tinggi. Kadang-kadang demam yang tidak
begitu tinggi dapat menyebabkan kejang (Mansjoer, 2000).
Kejang dapat terjadi pada setiap orang yang mengalami
hipoksemia (penurunan oksigen dalam darah) berat, hipoglikemia,
asodemia, alkalemia, dehidrasi, intoksikasi air, atau demam tinggi. Kejang
yang disebabkan oleh gangguan metabolik bersifat reversibel apabila
stimulus pencetusnya dihilangkan (Corwin, 2001).
2.1.4 Patofisiologi
Sel neuron dikelilingi oleh suatu membran. Dalam keadaan normal
membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium dan
sangat sulit dilalui oleh ion natrium dan ion lain, kecuali ion clorida.
Akibatnya konsentrasi natrium menurun sedangkan di luar sel neuron
terjadi keadaan sebaliknya.
10
Dengan perbedaan jenis konsentrasi ion di dalam dan di luar sel
maka terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membran dan ini
dapat dirubah dengan adanya:
1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler
2. Rangsangan yang datangnya mendadak, misalnya mekanis,
kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya
3. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau
keturunan.
Pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan
keseimbangan dari membran dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi
dari ion kalium maupun ion natrium melalui membran tadi, dengan akibat
terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya
sehingga meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel tetangganya
sehingga terjadi kejang.
Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda, tergantung
dari tinggi rendahnya ambang kejang tersebut. Pada anak dengan ambang
kejang rendah, kejang dapat terjadi pada suhu 38° C, sedang pada ambang
kejang tinggi baru terjadi pada suhu 40° C atau lebih.
11
2.1.5 Pathway Kejang Demam
12
Etiologi
Demam
Kebutuhan O2 meningkat
Demam
Metabolisme basal meningkat
Perubahan difusi K+ & Na
Denyut jantung
Kerusakan neuron otak
Singkat (<15 mnt)
Hipoksemia Kontraksi otot
Pelepasan muatan listrik semakin meluas ke seluruh sel maupun membran sel sekitarnya dgn bantuan neurotransiter
Perubahan beda potensial mambran sel neuron
Pelepasan muatan listrik neuron otak
> 15 mnt
Kejang
Metabolisme otakhypertermia
Kurang informasi, kondisi prognosis/pengobatan dan perawatan
Kurang Pengetahuan
13
Gangg. saraf otonom
Resiko tinggi terhadap henti nafas dan trauma
Jalan nafas tidak efektif
2.1.6 Tanda dan Gejala
Secara teoritis pada klien dengan Kejang Demam didapatkan data-
data antara lain klien kurang selera makan (anoreksia), klien tampak
gelisah, badan klien panas dan berkeringat, mukosa bibir kering
(Ngastiyah, 1997).
2.1.7 Komplikasi
Pada penderita kejang demam yang mengalami kejang lama
biasanya terjadi hemiparesis. Kelumpuhannya sesuai dengan kejang fokal
yang terjadi. Mula – mula kelumpuhan bersifat flasid, tetapi setelah 2
minggu timbul spastisitas.
Kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan
kelainan anatomis di otak sehingga terjadi epilepsy.
Ada beberapa komplikasi yang mungkin terjadi pada klien dengan kejang
demam:
1. Pneumonia aspirasi
2. Asfiksia
3. Retardasi mental
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
1. EEG
Untuk membuktikan jenis kejang fokal / gangguan difusi otak
akibat lesi organik, melalui pengukuran EEG ini dilakukan 1 minggu atau
kurang setelah kejang.
2. CT SCAN
Untuk mengidentifikasi lesi serebral, misalnya: infark, hematoma,
edema serebral, dan abses.
3. Pungsi Lumbal
Pungsi lumbal adalah pemeriksaan cairan serebrospinal (cairan
yang ada di otak dan kanal tulang belakang) untuk meneliti kecurigaan
meningitis.
4. Laboratorium
14
Darah tepi, lengkap ( Hb, Ht, Leukosit, Trombosit ) untuk
mengetahui sejak dini apabila ada komplikasi dan penyakit kejang demam.
2.1.9 Penatalaksanaan / Pengobatan
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu:
Memberantas kejang secepat mungkin
Bila penderita datang dalam keadaan status convulsion, obat
pilihan utama adalah diazepam secara intravena. Apabila diazepam tidak
tersedia dapat diberikan fenobarbital secara intramuskulus.
1. Pengobatan Penunjang
Semua pakaian yang ketat dibuka. Posisi kepala sebaiknya
miring untuk mencegah aspirasi isi lambung, usahakan jalan nafas
bebas agar oksigen terjamin, penghisapan lendir secara teratur dan
pengobatan ditambah dengan pemberian oksigen. Tanda – tanda vital
diobservasi secara ketat, cairan intravena diberikan dengan monitoring.
2. Pengobatan di rumah
Setelah kejang diatasi harus disusul dengan pengobatan rumah.
Pengobatan ini dibagi atas 2 golongan yaitu:
1) Profilaksis intermitten
Untuk mencegah terulangnya kejang di kemudian hari
diberikan obat campuran anti konvulsan dan anti piretik yang harus
diberikan pada anak bila menderita demam lagi.
2) Profilaksis jangka panjang
Gunanya untuk menjamin terdapatnya dosis terapeutik yang
stabil dan cukup di dalam darah penderita untuk mencegah
terulangnya kejang di kemudian hari.
3) Mencari dan mengobati penyebab
Penyebab dari kejang demam baik sederhana maupun
epilepsy yang diprovokasi oleh demam, biasanya infeksi traktus
respiratorius bagian atas dan otitis media akut.
15
2.1.10 Tindakan Keperawatan
1. Kaji faktor – faktor terjadinya hiperthermi
Observasi tanda – tanda vital tiap 4 jam sekali
Pertahankan suhu tubuh normal
2. Ajarkan pada keluarga memberikan kompres hangat.
3. Anjurkan untuk menggunakan baju tipis dan terbuat dari kain katun.
4. Biarkan jendela ruangan terbuka.
5. Beri ekstra cairan dengan menganjurkan pasien banyak minum.
6. Batasi aktivitas fisik.
7. Kaji tingkat pengetahuan keluarga.
8. Beri penjelasan kepada keluarga sebab dan akibat kejang demam.
9. Jelaskan setiap tindakan perawatan yang akan dilakukan.
10. Berikan Health Education tentang cara menolong anak kejang dan
mencegah kejang demam antara lain:
Jangan panik saat kejang.
Baringkan anak ditempat rata dan lembut.
Kepala dimiringkan.
Pasang gagang sendok yang telah dibungkus kain yang basah,
lalu dimasukkan ke mulut.
Setelah kejang berhenti dan pasien sadar segera minumkan obat
tunggu sampai keadaan tenang.
Jika suhu tinggi saat kejang lakukan kompres dingin dan beri
banyak minum
Segera bawa ke rumah sakit bila kejang lama.
Berikan Health Education agar selalu sedia obat penurun panas,
bila anak panas.
Jika anak sembuh, jaga agar anak tidak terkena penyakit infeksi
dengan menghindari orang atau teman yang menderita penyakit
menular sehingga tidak mencetuskan kenaikan suhu.
Beritahukan keluarga jika anak akan mendapatkan imunisasi
agar memberitahukan kepada petugas imunisasi bahwa
anaknya pernah menderita kejang demam.
16
2.2 KONSEP KUMBUH KEMBANG
2.2.1 Pengertian
Anak usia toddler adalah anak usia 12 – 36 bulan ( 1 – 3 tahun ) pada
periode ini anak berusaha mencari tahu bagaimana sesuatu bekerja dan
bagaimana menngontrol orang lain melalui kemarahan, penolakan, dan tindakan
keras kepala. Hal ini merupakan periode yang sangat penting untuk mencapai
pertumbuhan dan perkembangan intelektual secara optimal ( Perry, 1998 ).
Pertumbuhan merupakan bertambah jumlah dan besarnya sel seluruh
bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur. Sedangkan perkembangan
merupakan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui
tumbuh kematangan belajar. (Wong’s, 2000 ).
Usia 1 tahun merupakan usia yang penuh berbagai hal yang menarik antara
lain berubah dalam cara makan, cara bergerak, juga dalam keinginan dan sikap
atau perasaan si kecil apabila disuruh melakukan sesuatu yang tidak ia sukai, ini
akan menyatakan sikap dan nalurinya mengatakan “tidak” baik dengan kata –
kat maupun perbuatan, meskipun sebetulnya hal itu disukai ( psikolog
menyebutnya negatifisme ). Kenyataan ini berbeda pada saat usia di bawah satu
tahun, si kecil akan menjadi seseorang penyidik yang sangat menjengkelkan,
mereka akan menyelinap masuk setiap sudut rumah, menyentuh semua benda
yang ditemukannya, menggoyangkan meja dan kursi, menjatuhkan benda
apapun yang bisa dijatuhkan, memanjat apa yang bisa di oanjat, memasukkan
benda kecil ke dalam benda yang lebih besar dan sebagainya. ( Hurlock, 2002 )
Pada usia 2 tahun si kecil cenderung mengikuti orang tuanya kesana
kemari, ikut – ikutan menyapu, mengepel, menyiram tanaman, semua ini
dilakukan dengan penuh kesungguhan. Pada usia 2 tahun anak sudah mulai
belajar bergaul, ia senang sekali menonton anak lain bermain, perasaan tauk dan
cemas sering terjadi apabila orang tuanya meninggalkan anak sendiri.
Seandainya orang tua harus bepergian lama atau memutuskan untuk kembali.
Anak pada usia 3 tahun biasanya lebih mudah dikendalikan karena anak
sudah dalam perkembangan emosi, sehingga mereka mengenggap ayah dan
ibunya sebagai orang yang istimewa. Sikap permusuhan dan kebandelan yang
muncul pada usia antara 2,5 sampai 3 tahun tampaknya makin berkurang, sikap
17
pada orang tua bukan saja bersahabat tapi sangat ramah dan hangat. Anak
menjadi sangat patuh pada orang tuanya, sehingga mereka akan bertingkah laku
baik dan menurut sekali. Jika keinginan mereka bertentangan dengan kehendak
orang tuanya, karena mereka tetap mahluk hidup yang mempunyai pendapat
sendiri. Pada usia 3 tahun, anak cenderung meniru siapapun yang dilakukan
orang tuanya sehari – hari, disebut proses identifikasi. Dalam proses inilah
karakter anak dibentuk jauh lebih banyak dibentuk dari petunjuk yang diterima
dari orang tuanya, seperti membentuk model diri mereka, membina kepribadian,
membentuk sikap dasar bai terhadap pekerjaan, orang tua dan dirinya sendiri.
( Hurlock, 2002 ).
2.2.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Fisik
Pertumbuhan adalah suatu proses alamiah yang terjadi pada individu, yaitu
secara bertahap, berat dan tinggi anak senakin bertambah dan secara simultan
mengalami peningkatan untuk berfungsi baik secara kognitif, psikososial,
maupun spiritual. ( Supartini, 2000 ).
Anak usia toddler memiliki karakteristik tersendiri dalam berbagai ranah
pertumbuhan dan perkembangannya. Pertumbuhan dan perkembangan biologis.
Secara umum pertumbuhan baik dari segi berat maupun tinggi badab berjalan
cukup stabil atau lambat. Rata – rata bertambah sekitar 2,3 kg/ tahun, sedangkan
tinggi badan bertambah sekitar 6 – 7 cm / tahun ( tungkai bawah lebih dominant
untuk bertambah dibanding anggota tubuh lainnya ). Hampir semua fungsi
tubuh sudah matang dan stabil sehingga dapat beradaptasi dengan berbagai
perubahan dan stress, sehingga saat ini sudah bisa diajarkan toilet training.
Menurut Sigmund Freud, pada fase ini tergolong dalam fase Anal dimana
pusat kesenangan anak pada perilaku menahan feses bahkan kadangkala anak
bermain-main dengan faesesnya. Anak belajar mengidentifikasi tentang
perbedaan antara dirinya dengan orang lain disekitarnya. Konflik yang sering
terjadi adalah adanya Oedipus complex atau katarsis yaitu dimana seorang anak
laki-laki menyadari bahwa ayahnya lebih kuat dan lebih besar dibandingkan
dirinya. Sedangkan Erickson menggolongkan tahap ini dalam fase Otonomi vs
Guilt, ( inisiatif vs rasa malu dan bersalah ) Perkembangan ini berpusat pada
18
kemampuan anak untuk mengontrol tubuh dan lingkungannya.
Adapun Piaget bahwa saat ini merupakan Fase Preoperasional dimana sifat
egosentris sangat menonjol. Pada fase ini sering ditemukan ketidakmampuan
untuk menempatkan diri sendiri ditempat orang lain.
Kohlberg menggolongkan masa ini dalam Fase Konvensional, anak mulai
belajar baik dan buruk, benar atau salah melaui budaya sebagai dasar peletakan
nilai moral. Kohlberg menggolongkan fase ini dalam 3 tahap, yaitu Egosentris,
kebaikan seperti apa yang saya mau, tahap berikutnya adalah Oreintasi hukuman
dan ketaatan, baik dan buruk sebagai konsekuensi tindakan, dan tahapan yang
terakhir adalah Inisiatif, Anak menjalankan aturan sebagai sesuatu yang
menyenangkan dirinya. Komunikasi, adanya rasa ingin tahu yang besar dan
belum fasihnya kemampuan bahasa, sehingga pada saat memberikan penjelasan
kepada anak toddler gunakanlah kata-kata yang sederhana dan singkat.
Anak usia toddler memiliki kebutuhan nutrisi yang tinggi karena mereka terus
bergerak. kebutuhan nutrisi tiap anak sekitar 1800 kalori dan akan menurun pada
setiap pertambahan usia sekitar 90 kkal/kg BB. Pengaruh permaianan sangatlah
penting pada masa ini, yaitu berpengaruh dalam Perkembangan intelektual
dimana dengan melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap alat
permainan,mulai mengambangkan otonomi dalam permainan, dan belajar
memecahkan masalah. Tak kalah penting pula pengaruh terhadap perkembangan
moral, yaitu anak akan mempelajari nilai benar dan salah dalam permainan
sehingga mereka dapat diterima lingkungannya. Permainan yang tepat adalah
solitary play ( 1 – 2 th ) dan parallel play ( 2- 3 tahun). Kecenderungan cedera,
karakteristiknya yang tidak bisa diam, penuh rasa ingin tahu sering menjadi
penyebab cedera fatal bahkan sampai kematian apabila orang tua kurang
waspada.
2.2.3 Motorik
2.2.3.1 Motorik kasar
Perkembangan kemampuan motorik kasar adalah kemampuan yang
berhubungan dengan gerak – gerak kasar yang melibatkan sebagian besar
19
organ tubuh seperti berlari, dan melompat. Perkembangan motorik kasar ini
sangat dipengaruhi oleh proses kematangan anak juga bisa berbeda.
Pada fase ini perkembangan motorik sangat menonjol. Motorik
kasar anak umur 15 bulan antara lain sudah bisa berjalan sendiri tanpa
bantuan orang lain. Anak usia 18 bulan sudah mulai berlari tapi masih
sering jatuh, menarik-narik mainan, mulai senang naik tangga tetapi masih
dengan bantuan. Pada anak usia 24 bulan berlari sudah baik, dapat naik
tangga sendiri dengan kedua kaki tiap tahap. Sedangkan pada anak usia 36
bulan sudah bisa naik turun tangga tanpa bantuan, memakai baju dengan
bantuan, mulai bisa naik sepeda beroda tiga.
2.2.3.2 Motorik Halus
Kemampuan motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan
ketrampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata – tangan.
Saraf motorik halus ini dapat dilatih dan dikembangakan melalui kegiatan
dan rangsangan yang kontinu secara rutin. Seperti bermain puzzle,
menyusuun balok, memasukkan benda ke dalam lubang sesuai bentuknya,
membuat garis, melipat kertas, dan sebagainya.
Motorik halus pada anak usia 15 bulan antara lain sudah bisa
memegangi cangkir, memasukkan jari ke lubang, membuka kotak,
melempar benda. Pada anak usia 18 bulan sudah bisa makan dengan
menggunakan sendok, bisa membuka halaman buku, belajar menyususun
balok-balok. Anak usia 24 bulan sudah bisa membuka pintu, membuka
kunci, menggunting sederhana, minum dengan menggunakan gelas atau
cangkir, sudah dapat menggunakan gelas atau cangkir, sudah dapat
menggunakan sendok dengan baik. Sedangkan pada anak usia 36 bulan
sudah bisa menggambar lingkaran, mencuci tangan nya sendiri, menggosok
gigi.
Anak pada usia 2 – 3 tahun memiliki beberapa kesamaan
karakteristik dengan masa sebelumnya. Secara fisik anak masih mengalami
pertumbuhan yang pesat. Beberapa karakteristik khusus yang dilalui anak
usia 2 – 3 tahun antara lain: anak sangat aktif mengeksplorasi benda – benda
20
yang ada di sekitarnya. Ia memiliki kekuatan observasi yang tajam dan
keinginan belajar yang luar biasa. Eksplorasi yang dilakukan oleh anak
terhadap benda – benda apa saja yang ditemui merupakan proses belajar
yang sangat efektif. Motivasi belajar anak pada usia tersebut menempati
grafik tertinggi dibanding sepanjang usianya bila tidak ada hambatan dari
lingkungan.
2.2.4 Bahasa
Perkembangan bahasa anak usia toddler secara umum pemerolehan
bahasa anak usia 1 – 3 tahun merupakan proses yang bersifat fisik dan psikis.
Secara fisik kemampuan anak dalam memproduksi kata – kata ditandai oleh
perkembangan bibir, lidah, dan gigi mereka yang sedang tumbuh. Pada tahap
tertentu pemerolehan bahasa ( kemampuan mengucapkan dan memahami arti
kata juga tidak lepas dari kemampuan mendengarkan, melihat dan mengartikan
symbol – simbolbunyi dengan kematangan otaknya. Sedangkan secara psikis,
kemampuan memproduksi kata – kata dan variasi ucapan sangat ditentukan
oleh situasi emosional anak saat berlatih mengucapkan kata – kata.
Pada usia ini anak mulai mengembangkan kemampuan berbahasa.
Diawali dengan berceloteh, kemudian satu dua kata dan kalimat yang belum
jelas maknanya. Anak terus belajar dan berkomunikasi, memahami
pembicaraan orang lain dan belajar mengungkapkan isi hati dan pikiran.
Pada anak usia 13 bulan, anak sudah mulai dapat mengucapkan kata –
kata sederhana seperti “mama” atau “papa”. Pada usia 17 bulan, umumnya
anak sudah dapat mengucapkan kata gantidiri dan merangkainya dengan
beberapa kata sederhana dan mengutarakan pesan – pesan seperti, “ Adik mau
susu.” . Pada anak usia 18 – 23 bulan, anak mengalami perkembangan yang
pesat dalam mengucapkan kata – kata. Perbendaharaan kata anak – anak pada
usia ini mencapai 50 kata. Selain itu anak sudah mulai sadar bahwa setiap
benda memiliki nama sehingga hal ini mendorongnya untuk melancarkan
kemampuan bahasanya dan belajar kata – kata baru lebih cepat.
21
2..5 . Kemampuan Sosial
· .Menangkap & melempar obyek
· .Memegang & melepaskan
· .Menggambar
· .Memegang erat saat seseorang berkata : Jangan disentuh !!
· .Mengeluarkan makanan saat terasa tidak enak
2.2.6 Menurut para ahli
2.2.6.1. Perkembangan Psikososial
Menurut Sigmund Freud, pada fase ini tergolong dalam fase Anal dimana
pusat kesenangan anak pada perilaku menahan faeses bahkan kadangkala anak
bermain-main dengan faesesnya. Anak belajar mengidentifikasi tentang perbedaan
antara dirinya dengan orang lain disekitarnya. Konflik yang sering terjadi adalah
adanya Oedipus complex atau katarsis yaitu dimana seorang anak laki-laki
menyadari bahwa ayahnya lebih kuat dan lebih besar dibandingkan
dirinya.sedangkan pada wanita disebut dengan Elektra complex. Sedangkan
Erickson menggolongkan tahap ini dalam fase Otonomi vs Guilt, ( inisiatif vs rasa
malu dan bersalah ) Perkembangan ini berpusat pada kemampuan anak untuk
mengontrol tubuh dan lingkungannya.
Adapun Piaget bahwa saat ini merupakan Fase Preoperasional
dimana sifat egosentris sangat menonjol. Pada fase ini.sering ditemukan
ketidakmampuan untuk menempatkan diri sendiri ditempat orang lain. Kohlberg
menggolongkan masa ini dalam Fase Konvensional ,Anak mulai belajar baik dan
buruk,benar atau salah melaui budaya sebagai dasar peletakan nilai moral.
Kohlberg menggolongkan fase ini dalam 3 tahap,yaitu Egosentris ,kebaikan
seperti apa yang saya mau, tahap berikutnya adalah Oreintasi hukuman dan
22
ketaatan,baik dan buruk sebagai konsekuensi tindakan, dan tahapan yang terakhir
adalah Inisiatif,Anak menjalankan aturan sebagai sesuatu yang menyenangkan
dirinya. Komunikasi, adanya rasa ingin tahu yang besar dan belum fasihnya
kemampuan bahasa,sehingga pada saat memberikan penjelasan kepada anak
toddler gunakanlah kata-kata yang sederhana dan singkat.
2.6.2 . Perkembangan Kognitif (Piaget)
A. Fase sensori motor
· 12-24 bln . perkembangan cepat, masih sederhana dalam
kemampuan mencari alasan
· 13-18 bln memakai eksperimen yang aktif untuk mencapai tujuan
yang sebelumnya, mulai mengambil keputusan yang rasional dan alasan
yang intelektual
· Merasa berbeda dengan orang lain ditunjukkan dgn keberanian
melakukan hal-hal bersifat resiko, tanpa ada ortu.
· Sadar akan adanya akibat yang dilakukan, dan tidak dapat
menstransfer pengetahuan yang baru
· Belum dapat mengaplikasikan obyek yang sempurna
· 19-24 bulan merupakan akhir tahap sensorimotor yang mana
dapat menduga sesuatu yang mempunyai pengaruh padanya, Imitasi
dengan meningkatkan simbol-simbol, mulai merasa mengantisipasi
waktu, suhu, mengingat dan mampu menunggu dan Berfikir dan
berperilaku egosentris
B. Fase pre Konseptual
Dengan karakteristik :
1. Egosentris
23
Ketidakmampuan menempatkan situasi dari perspektif orang lain
sehungga Implikasi Anak membutuhkan opini/alasan dari orang lain
2. Transduktif
· Perpindahan nilai-nilai yang buruk
· Alasan dari satu bagian ke bagian lain implikasinya terima alasan
anak
3. Organisasi Global
Perubahan pada satu bagian akan merubah seluruh bagian dan implikasi
terima alasan anak.
4. Centration
Fokus lebih dari 1 aspek daripada kemungkinan alternatif lain
5. Animisme
Membedakan aktifitas hidup pada obyek mati implikasi jaga agar anak
tidak ketakutan
6. Irreversibility
Ketidakmampuan memutar balikkan & merubah tindakan fisik yang
dilakukan. Implikasi berikan penghargaan & instruksi yang positif
7. Magical
Percaya bahwa pikiran mempunyai kekuatan dan berakibat sesuatu.
Implikasinya Jelaskan bahwa pikiran tidak menyebabkan terjadinya
sesuatu & hal itu tidak bertujuan
8. Ketidakmampuan untuk menghemat
24
Tidak mampu berfikir bahwa sesuatu dapat berubah ukuran, bentuk,
volume, panjang. Implikasi merubah persepsi akan pandangan anak
2.3 ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Biodata
a. Nama : An. A
b. Umur : 26 bulan
c. Jenis kelamin : laki-laki
d. Agama : islam
e. Suku / bangsa : Madura/Indonesia
f. Alamat : Balung RT/RW 03/01 kendit
g. Pekerjaan : -
h. Nomor register :139703
i. Tanggal MRS : 29 Januari 2015
j. Tanggal pengkajian : 3 februari 2015 jam 09.00
k. Diagnosa medis : Kejang Demam Kronik + Cerebral Palsy
Biodata penanggung jawab
a. Nama : Ny. S
b. Umur : 37 tahun
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Agama : islam
e. Pekerjaan : Penjahit
f. Pendidikan :
g. Status perkawinan : Cerai
h. Suku bangsa : Indonesia
i. Alamat : Balung RT/RW 03/01 kendit
25
2. Keluhan utama / alasan masuk rumah sakit
a. Keluhan MRS
Orang tua pasien mengatakan demam, kejang dan sesak
b. Keluhan saat pengkajian
Orang tua pasien mengatakan sempat kejang ±2 menit
3. Riwayat penyakit sekarang
Orang tua pasien mengatakan sejak tanggal 28 januari 2015 pasien
mengalami demam dan kejang kemudia dibawa di RSUD Abdoer
Rahem Situbondo pada tanggal29 januari 2015 jam 10.40, saat
dilakukan pengkajian 3 februari 2015 pasien mengalami kejang lebih
dari 3 kali, lama kejang kurang lebih selama 5menit, keadaan umum
lemah
4. Riwayat penyakit masa lalu
Orang tua pasien mengatakan pasien pernah mengalami penyakit
kuning ketika pasien berumur 3 hari dan pernah mengalami penyakit
yang sama dengan saat ini sebelumnya.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Orang tua pasien mengatakan keluarga tidak ada yang pernah
mengalami penyakit yang sama seperti pasien
6. Riwayat Perkembangan
a. Motorik Halus
Pasien dapat memegang, meremas dan menarik benda disekitarnya
b. Motorik kasar
Orang tua pasien mengatakan bahwa pasien belum bisa berjalan,
merangkak, duduk ataupun berbicara dengan jelas.
c. Bahasa/Komunikasi
Pasien hanya menangis dan tidak bisa bicara
d. Adaptasi sosial
Pasien hanya menangis saat perawat mendakatinya
7. Riwayat psikososial dan status spiritual
a. Riwayat psikologis
Pasien terlihat gelisah dan menangis
26
b. Aspek sosial
Pasien tidak dapat berinteraksi dengan orang lain
c. Aspek spiritual atau sistem nilai dan kepercayaan
Orang tua pasien mengatakan pasien dan keluarga beragama islam
8. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Pola nutrisi
1). Sebelum sakit
Orang tua pasien mengatakan pasien makan 3x sehari dengan
nasi dan lauk pauk dan minum susu
2). Saat sakit
Orang tua pasien mengtakan makan 2x sehari menggunakan
bubur hanya 4sendok dan minum susu 250cc dalam sehari
1). Buang air besar
a). Sebelum sakit
Orang tua pasien mengatakan BAB 1-2X sehari, warana
kuning bentuk lembek
b). Saat sakit
Orang tua pasien mengatakan BAB 1X sehari dengan
konsistensi lembek berwarna kuning
2). Buang air kecil
a). Sebelum sakit
Orang tua pasien mengatakan pasien menggunakan
pempers, ganti 3X, warna kuning jernih.
b). Saat sakit
Orang tua pasien mengatakan pasien menggunakan
pempers ganti 3X berwarna kuning jernih
b. Pola kebersihan diri
1). Sebelum sakit
Orang tua pasien mengatakan mandi 2X sehari, keramas setiap
kali mandi dan selalu ganti baju setiap selesai mandi.
2). Saat sakit
27
Orang tua pasien mengatakan bahwa anaknya hanya di seka
1X sehari dan ganti baju setelah di seka.
c. Pola aktivitas, latihan dan bermain
1). Sebelum sakit
Pasien hanya beraktivitas di tempat tidur.
2). Saat sakit
Pasien hanya terbaring di tempat tidur.
d. pola istirahat dan tidur
1). Sebelum sakit
Orang tua pasien mengatakan pasien tidur ± 10 jam.
2). Saat sakit
Orang tua pasien mengatakan pasien hanya tidur ± 2 jam, pada
malam hari saja.
9. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
a. Keadaan sakit
Lemah. GCS 4,5,6 composmentis. Terpasang infus di tangan
kanan.
b. Tanda-tanda vital
Tensi : - Nadi : 120X/menit
RR : 25X/menit Suhu : 370C
BB : 7,4 Kg TB : 76 Cm
LL : 13 Cm LK : 44 Cm.
c. Pemeriksaan cepalo caudal
1. Kepala dan rambut
Inspeksi: tidak ada benjolan, tidak ada lesi, warna rambut hitam
dan rata
Palpasi: tidak ada masa, tidak ada nyeri tekan
2. Hidung
Inspeksi: tidak ada hematoma, tidak ada secret, septum nasal
normal, tidak trdapat cuping hidung, tidak ada kelainan bentuk
28
Palpasi: tidak ada masa, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
krepitasi
3. Telinga
Inspeksi: tidak ada perdarahan keluar dari telinga, telinga
kanan dan kiri simetris, tidak terdapat kelainan pada telinga,
tidak terdapat otitis
Palpasi: tidak ada masa, tidak ada nyeri tekan
4. Mata
Inspeksi: tidak terdapat katarak, tidak terdapat hematoma, tidak
ada strabismus, konjungtiva tidak anemis
Palpasi: tidak ada masa, tidak ada nyeri tekan
5. Mulut, gigi, lidah, tonsil dan pharing
Tidak terdapat perdarahan, tidak ada peradangan, tidak ada
lidah kotor, mukosa bibir kering, tidak ada pembesaran tonsil
6. Leher dan tenggorokan
Inspeksi: bentuk dada normal, warna dada sama dengan daerah
sekitar, tidak ada pembesaran vena jugularis
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
7. Dada / thorak
a). Pemeriksaan paru
1). Inspeksi
Pernapasan reguler, tidak menggunakan otot bantu
pernapasan, terdapat bintik-bintik merah
2). Palpasi
Tidak ada masa, Tidak ada tanda crepitasi.
3). Perkusi
Terdengar Sonor
4). Auskultasi
Terdengar Ronchi
b). Pemeriksaan jantung
1). Inspeksi
29
Ictus cordis tidak tampak di ICS V mid clavicula
sinistra
2). Palpasi
Ictus cordis teraba di ICS V mid clavicula sinistra
3). Perkusi
Suara jantung redup dan tidak ada pembesaran jantung
Batas atas ICS 2 paras ternal sinistra
Batas bawah ICS 5 paras ternal dextra
Batas kiri ICS 5 mid clavicula sinistra
Batas kanan ICS 4 mid clavicula dextra
4). Auskultasi
Tidak ada suara tambahan (mur-mur)
Bunyi jantung 1 dan 2 tunggal
c). Payudara
1). Inspeksi
Kulit sama dengan sekitar, tidak ada pembekakan
2). Palpasi
Tidak ada nyeri tekan ataupun benjolan.
8. Pemeriksaan abdomen
a. Inspeksi
Tidak ada hernia, tidak ada abrasi, warna kulit sama dengan
daerah sekitar, umbilikus normal
b. Auskultasi
Bising usus 5X/menit
30
c. Palpasi
Tidak ada nyeri tekan, tidak ada masa
d. Perkusi
1. Suara tympani
2. Suara pekak ada hepar
3. Suara tympani ada gaster
4. Suara timpani
1 3
2 4
9. Ekstremitas, kuku dan kekuatan otot
Ekstremitas kanan atas jika digerakkan mengalami kesakitan
dan ekstremitas kiri atas terpasang infus PZ tpm
CRT < 2 detik tidak mengalami sianosis
Kekuatan otot:
5 5
5 5
10. Genetalia dan anus
Tidak pengalami perdarahan, tidak ada hemoroid, tidak
terpasang kateter
11. Pemeriksaan neurologi
GCS 4,5,6 Composmentis
12. Pemeriksaan penunjang
Tanggal 29 januari 2015
1. Laborat darah lengkap
Hasil Nilai normal
Wbc
Hgb
11,5
31
Hct
PLT
GDA
OT
PT
Na
K
n.calsium
calsium
calsium total
clorida
11,0
32,0
227
113
78
42
148
4,3
1,52
1,42
3,05
100
10. Penatalaksanaan
Terapi:
1. Injeksi:
Ceftriaxon 175 mg
Ranitidin 7 mg
Penitoin 15 mg
32
11. Harapan klien / keluarga sehubungan dengan penyakitnya
Orang tua pasien mengatakan ingin anaknya cepat sembuh agar bisa
kembali kerumah.
12. Genogram
Keterangan:
: LAKI-LAKI HIDUP
: LAKI-LAKI PASIEN
: PEREMPUAN
: PERKAWINAN
: KETURUNAN
: TINGGAL SERUMAH
ANALISA DATA
33
X
X
NAMA PASIEN : An. A
NO. REGISTER : 139703
NO KELOMPOK DATA MASALAH ETIOLOGI
1 Ds : Orang tua pasien
mengatakan pasien mengalami
kejang.
Do :
- Keadaan umum pasien
lemah
- Suhu : 37
- RR 25X/menit
- Nadi 120X/menit
- Akral hangat kering
merah
- Badan kaku setiap
kurang lebih 15 menit
sekali lamanya 2 menit.
Kerusakan
jaringan otak
Perubahan beda
potensial membran
sel neuron
Pelepasan muatan
listrik yang meluas
keseluruh sel/
membran sel
kejang
kurang dari 15 menit
kontraksi otot
meningkat
metabolisme
meningkat
kerusakan jaringan
otak
2 Ds : orang tua pasien
mengatakan pasien belum
dapat berbicara, duduk,
berbicara ataupun
merangkak
Do :
- pasien hanya tidur di
tempat tidur
- jari-jari kiri tidak bisa
membuka lebar
- pasien tidak bisa
Resiko
keterlambatan
perkembangan
Infeksi bakteri virus
dan parasit
Reaksi inflamasi
Proses demam
Resiko kejang
berulang
Ketidakseimbangan
potensial membran
ATP ASE
34
berbicara
- pasien tidak bisa duduk
- TTV : - N : 20X/menit
- S : 37 - RR : 20X/menit
- BB :8,4kg - LK :44cm
- LL :13cm -TB: 8cm
Resiko keterlambatan
perkembangan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama Pasien: An. A
No. Register: 139703
TANGGAL
MUNCUL
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
TANGGAL
TERATASI
TANDA
TANGAN
03
Februari
2015
1. Kerusakan jaringan
otak berhubungan
dengan kerusakan sel
neuron otak
2. Resiko keterlambatan
35
perkembangan
berhubungan dengan
ketidakseimbangan
beda potensial
membran ATP ASE
CATATAN KEPERAWATAN
Nama Pasien: Tn. A
No. Register:
TANGGAL JAM NO
DX
TINDAKAN KEPERAWATAN TT
03 Februari
2015
07.30 1. 1. Observasi TTV
Nadi : 120X/menit
36
07.45
07.50
08.00
12.00
12.15
12.30
2
Suhu : 37
Rr : 20X/ menit
2. Observasi kejang
3. Menyempaikan kepada orang tua pasien untuk
tidak banyak menggerakkan kepala, leher dan
pungguang
4. Injeksi
5. Observasi TTV
Nadi : 37,2X/menit
Suhu : 37,1
Rr : 22X/menit
6. Visite dokter
7. Memberikan lingkungan yang aman dan nyaman
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien: An. A
No. Register:
N
O
D
X
TANGGAL
03 februari 2015 jam
14.00
TANGGAL
04 Februari 2015 jam
14.00
TANGGAL
05 Februari 2015 jam
14.00
1 S : orang tua pasien S : orang tua pasien S : orang tua pasien
37
mengatakan pasien
kejang
O :
- Keadaan umum
pasien lemah
- Suhu : 37
- RR 20X/menit
- Nadi
120X/menit
- Akral hangat
kering merah
- Badan kaku
setiap kurang
lebih 15 menit
sekali
- Lamanya kejang
2 menit.
A : Masalah belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
(1-5)
mengatakan pasien
sudah tidak kejang
O :
- Keadaan umum
pasien cukup
- Suhu : 36, 3
- RR 22X/menit
- Nadi
110X/menit
- Akral hangat
kering merah
- Badan kaku
setiap pasien
merasa
ketakutan
. saat perawat
mendekatinya
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Lanjutkan intervensi
(2-5)
mengatakan pasien
sudah tidak kejang
O :
- Akral hangat,
kering, merah
- CRT < 2 detik
- Suhu : 37,6
- RR 20X/menit
- Nadi
112X/menit
- Badan kaku
setiap pasien
merasa
ketakutan
. saat perawat
mendekatinya
A : Masalah teratasi
sebagian (2-5)
2 S : orang tua pasien
mengatakan pasien
belum dapat
berbicara, duduk,
ataupun berbicara
ataupun
merangkak
O :
- pasien hanya
tidur di tempat
S : orang tua pasien
mengatakan pasien
belum dapat
berbicara, duduk,
ataupun berbicara
ataupun
merangkak
O :
- pasien hanya
tidur di tempat
S : orang tua pasien
mengatakan pasien
masih
O :
- Pasien hanya
menangis
- belumbisa
38
tidur
- jari-jari kiri tidak
bisa membuka
lebar
- pasien tidak bisa
berbicara
- pasien tidak bisa
berjalan
- pasien tidak bisa
duduk
- TTV
- N : 120X menit
- S : 37
- RR : 20X/menit
tidur
- jari-jari kiri tidak
bisa membuka
lebar
- pasien tidak bisa
berbicara
- pasien tidak bisa
duduk
- pasien tidak bisa
berjalan
- TTV
- N
:110X/menit
- S :36,3
- RR : 22X/menit
bicara
- belum dapat
beraktivitas
seperti anak
seusianya
- Suhu : 37,6
- RR 20X/menit
- Nadi
112X/menit
DAFTAR PUSTAKA
Lumbantobing SM, 1989, Penatalaksanaan Mutakhir Kejang Pada Anak, Gaya
Baru, Jakarta
Lynda Juall C, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan,
Penerjemah Monica Ester, EGC, Jakarta
39
Marilyn E. Doenges, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerjemah Kariasa I
Made, EGC, Jakarta
Matondang, Corry S, 2000, Diagnosis Fisis Pada Anak,Edisi ke 2, PT. Sagung
Seto: Jakarta.
Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta
Rendle John, 1994, Ikhtisar Penyakit Anak, Edisi ke 6, Binapura Aksara, Jakarta.
Santosa NI, 1993, Asuhan Kesehatan Dalam Konteks Keluarga, Depkes RI,
Jakarta.
Suharso Darto, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi, F.K. Universitas
Airlangga, Surabaya.
Sumijati M.E, dkk, 2000, Asuhan Keperawatan Pada Kasus Penyakit Yang
Lazim Terjadi Pada Anak, PERKANI : Surabaya.
Wahidiyat Iskandar, 1985, Ilmu Kesehatan Anak, Edisi 2,Info Medika, Jakarta
http://uvhik.wordpress.com/2012/11/16/askep-kejang-demam-febris-konvulsi/
40