askep febris dan kejang

57
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK FEBRIS KONVULSION RS. ABDOER RAHEM - SITUBONDO OLEH : ANDRIK PURNOMO 2012.01.004 SIROJUL MUNIR 2012.01.032 SULIS DARMAYANTI 2012.01.034 VIA EYLISCA 2012.01.037 YANUAR YOSTAN A.A 2012.01.040 1

Upload: yanuar-yostan-ali-akbar

Post on 23-Dec-2015

114 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Askep Febris Dan Kejang

TRANSCRIPT

Page 1: Askep Febris Dan Kejang

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

FEBRIS KONVULSION

RS. ABDOER RAHEM - SITUBONDO

OLEH :

ANDRIK PURNOMO 2012.01.004

SIROJUL MUNIR 2012.01.032

SULIS DARMAYANTI 2012.01.034

VIA EYLISCA 2012.01.037

YANUAR YOSTAN A.A 2012.01.040

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

STIKES BANYUWANGI

T.A. 2015 / 2016

1

Page 2: Askep Febris Dan Kejang

LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL : Kejang Demam

Di Susun oleh

1. ANDRIK PURNOMO (2012.01.004)

2. SIROJUL MUNIR (2012.01.032)

3. SULIS DARMAYANTI (2012.01.034)

4. VIA EYLISCA (2012.01.037)

5. YANUAR YOSTAN A.A (2012.01.040)

Prodi : D3 Keperawatan

Tingkat : 3

Berdasarkan hasil bimbingan oleh pembimbing ruangan, pembimbing klinik dan

dosen pembimbing di Ruang Teratai RS. Abdoer Rahem - Situbondo sejak

tanggal – februari 2015.

Tanggal :

Disetujui oleh :

2

Clinical Intructure

_______________________

Dosen Pembimbing

________________________

Page 3: Askep Febris Dan Kejang

KATA PENGANTAR

Puji syukur ALLAH SWT atas segala limpahan rahmat, inayah, taufik dan

hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan tugas ini dalam

bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga tugas ini dapat

dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca

dalam Asuhan Keperawatan ”

Harapan kami semoga tugas ini membantu menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi para pembaca, sehingga kelompok kami dapat memperbaiki

bentuk maupun isi tugas ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang

kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca

untuk memberikan masukan masukan yang bersifat membangun untuk

kesempurnaan tugas kami.

Banyuwangi, 8 Februari 2015

Penyusun,

3

Page 4: Askep Febris Dan Kejang

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Istilah kejang demam digunakan untuk bangkitan kejang yg timbul akibat

kenaikan suhu tubuh. “Kejang demam ialah bangkitan kejang yg terjadi pada

kenaikan suhu tubuh (suhu rektal 38°C) yang disebabkan oleh suatu proses

ekstrakranium (Hasan, 1995).

Banyak pernyataan yang dikemukakan mengenai kejang demam, salah

satu diantaranya adalah : “Kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau

anak, biasanya terjadi pada umur 3 bulan sampai 5 tahun, berhubungan

dengan demam tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi intrakranial atau

penyebab tertentu. Anak yang pernah kejang tanpa demam dan bayi berumur

kurang dari 4 minggu tidak termasuk. Kejang demam harus dapat dibedakan

dengan epilepsi, yaitu ditandai dengan kejang berulang tanpa demam

(Mansjoer, 2000). Sehingga kejang demam atau febris convultion perlu

diangkat dalam makalah ini.

Berdasarkan ulasan singkat di atas, penulis mengambil alasan bahwa

masih banyak yang kurang mengerti tentang febris convultion atau kejang

demam. Sehingga penulis mengangkat makalah, “Febris Convultion”.

1.2 TUJUAN

Dalam pembuatan laporan pendahuluan ini terdapat tujuan sebagai berikut:

1. Agar pembaca mengetahui pengertian febris convultion.

2. Agar pembaca memahami anatomi fisiologi system persyarafan.

3. Agar pembaca mengetahui penyebab febris convultion.

4. Agar pembaca mengetahui patofisiologi febris convultion.

4

Page 5: Askep Febris Dan Kejang

5. Agar pembaca mengetahui pathway febris convultion.

6. Agar pembaca dapat memahami tanda gejala febris convultion.

7. Agar pembaca mengetahui komplikasi dari febris convultion.

8. Agar pembaca mengetahui pemeriksaan penunjang dari febris convultion.

9. Agar pembaca mengetahui penatalaksanaan atau pengobatan pada febris

convultion.

10. Agar pembaca mengetahui tindakan keperawatan pada febris convultion.

11. Agar pembaca mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada penderita

febris convultion.

1.3 PEMBATASAN MASALAH

Mengingat terbatasnya sumber buku, waktu yang tersedia dan kemampuan

penulis maka pembatasan karya ilmiah ini pada:

1. Pengertian febris comvultion.

2. Anatomi fisiologi system persyarafan.

3. Penyebab febris convultion.

4. Patofisiologi febris convultion.

5. Tanda gejala febris convultion.

6. Komplikasi febris convultion.

7. Pemeriksaan penunjang.

8. Penatalaksanaan atau pengobatan febris convultion.

9. Asuhan keperawatan febris convultion.

5

Page 6: Askep Febris Dan Kejang

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 KONSEP DASAR

2.1.1 Pengertian Febris Convultion

Istilah kejang demam digunakan untuk bangkitan kejang yang

timbul akibat kenaikan suhu tubuh. “Kejang demam ialah bangkitan

kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal 38°C) yang

disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium” (Hasan, 1995).

Banyak pernyataan yang dikemukakan mengenai kejang demam,

salah satu diantaranya adalah: “Kejang demam adalah suatu kejadian pada

bayi atau anak, biasanya terjadi pada umur 3 bulan sampai 5 tahun,

berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi

intrakranial atau penyebab tertentu”. Anak yang pernah kejang tanpa

demam dan bayi berumur kurang dari 4 minggu tidak termasuk. Kejang

demam harus dapat dibedakan dengan epilepsi, yaitu ditandai dengan

kejang berulang tanpa demam (Mansjoer, 2000).

Kejang Demam diklasifikasikan menadi 3 yaitu:

1. Kejang Tonik

Kejang ini biasanya terdapat pada bayi baru lahir dengan berat

badan rendah dengan masa kehamilan kurang dari 34 minggu dan bayi

dengan komplikasi prenatal berat. Bentuk klinis kejang ini yaitu berupa

pergerakan tonik satu ekstrimitas atau pergerakan tonik umum dengan

ekstensi lengan dan tungkai yang menyerupai deserebrasi atau ekstensi

tungkai dan fleksi lengan bawah dengan bentuk dekortikasi. Bentuk kejang

tonik yang menyerupai deserebrasi harus di bedakan dengan sikap

epistotonus yang disebabkan oleh rangsang meningkat karena infeksi

selaput otak atau kernikterus.

2. Kejang Klonik

6

Page 7: Askep Febris Dan Kejang

Kejang Klonik dapat berbentuk fokal, unilateral, bilateral dengan

pemulaan fokal dan multifokal yang berpindah-pindah. Bentuk klinis

kejang klonik fokal berlangsung 1 – 3 detik, terlokalisasi dengan baik,

tidak disertai gangguan kesadaran dan biasanya tidak diikuti oleh fase

tonik. Bentuk kejang ini dapat disebabkan oleh kontusio cerebri akibat

trauma fokal pada bayi besar dan cukup bulan atau oleh ensepalopati

metabolik.

3. Kejang Mioklonik

Gambaran klinis yang terlihat adalah gerakan ekstensi dan fleksi

lengan atau keempat anggota gerak yang berulang dan terjadinya cepat.

Gerakan tersebut menyerupai reflek moro. Kejang ini merupakan pertanda

kerusakan susunan saraf pusat yang luas dan hebat. Gambaran EEG pada

kejang mioklonik pada bayi tidak spesifik.

2.1.2 Anatomi Fisiologi System Persyarafan

Seperti yang dikemukakan Syaifuddin (1997), bahwa system saraf

terdiri dari system saraf pusat (sentral nervous system) yang terdiri dari

cerebellum, medulla oblongata dan pons (batang otak) serta medulla

spinalis (sumsum tulang belakang), system saraf tepi (peripheral nervous

system) yang terdiri dari nervus cranialis (saraf-saraf kepala) dan semua

cabang dari medulla spinalis, system saraf gaib (autonomic nervous

system) yang terdiri dari sympatis (sistem saraf simpatis) dan

parasymphatis (sistem saraf parasimpatis).

Otak berada di dalam rongga tengkorak (cavum cranium) dan

dibungkus oleh selaput otak yang disebut meningen yang berfungsi untuk

melindungi struktur saraf terutama terhadap resiko benturan atau

guncangan.Meningen terdiri dari 3 lapisan yaitu duramater, arachnoid dan

piamater.

Sistem saraf pusat (Central Nervous System) terdiri dari:

1. Cerebrum (otak besar)

7

Page 8: Askep Febris Dan Kejang

Merupakan bagian terbesar yang mengisi daerah anterior dan

superior rongga tengkorak di mana cerebrum ini mengisi cavum cranialis

anterior dan cavum cranialis media.

Cerebrum terdiri dari dua lapisan yaitu : Corteks cerebri dan

medulla cerebri. Fungsi dari cerebrum ialah pusat motorik, pusat bicara,

pusat sensorik, pusat pendengaran / auditorik, pusat penglihatan / visual,

pusat pengecap dan pembau serta pusat pemikiran.

Sebagian kecil substansia gressia masuk ke dalam daerah

substansia alba sehingga tidak berada di corteks cerebri lagi tepi sudah

berada di dalam daerah medulla cerebri. Pada setiap hemisfer cerebri

inilah yang disebut sebagai ganglia basalis.

Yang termasuk pada ganglia basalis ini adalah:

1) Thalamus

Menerima semua impuls sensorik dari seluruh tubuh,

kecuali impuls pembau yang langsung sampai ke kortex cerebri.

Fungsi thalamus terutama penting untuk integrasi semua impuls

sensorik. Thalamus juga merupakan pusat panas dan rasa nyeri.

2) Hypothalamus

Terletak di inferior thalamus, di dasar ventrikel III

hypothalamus terdiri dari beberapa nukleus yang masing-masing

mempunyai kegiatan fisiologi yang berbeda. Hypothalamus

merupakan daerah penting untuk mengatur fungsi alat demam

seperti mengatur metabolisme, alat genital, tidur dan bangun, suhu

tubuh, rasa lapar dan haus, saraf otonom dan sebagainya. Bila

terjadi gangguan pada tubuh, maka akan terjadi perubahan-

perubahan. Seperti pada kasus kejang demam, hypothalamus

berperan penting dalam proses tersebut karena fungsinya yang

mengatur keseimbangan suhu tubuh terganggu akibat adanya

proses-proses patologik ekstrakranium.

3) Formation Reticularis

Terletak di inferior dari hypothalamus sampai daerah

batang otak (superior dan pons varoli) ia berperan untuk

8

Page 9: Askep Febris Dan Kejang

mempengaruhi aktifitas cortex cerebri di mana pada daerah

formatio reticularis ini terjadi stimulasi / rangsangan dan

penekanan impuls yang akan dikirim ke cortex cerebri.

2. Cerebellum

Merupakan bagian terbesar dari otak belakang yang menempati

fossa cranial posterior.Terletak di superior dan inferior dari cerebrum yang

berfungsi sebagai pusat koordinasi kontraksi otot rangka.

System saraf tepi (nervus cranialis) adalah saraf yang langsung

keluar dari otak atau batang otak dan mensarafi organ tertentu. Nervus

cranialis ada 12 pasang:

1) N. I : Nervus Olfaktorius

2) N. II : Nervus Optikus

3) N. III : Nervus Okulamotorius

4) N. IV : Nervus Troklearis

5) N. V : Nervus Trigeminus

6) N. VI : Nervus Abducen

7) N. VII : Nervus Fasialis

8) N. VIII : Nervus Akustikus

9) N. IX : Nervus Glossofaringeus

10) N. X : Nervus Vagus

11) N. XI : Nervus Accesorius

12) N. XII : Nervus Hipoglosus

System saraf otonom ini tergantung dari system sistema saraf

pusat dan system saraf otonom dihubungkan dengan urat-urat saraf

aferent dan efferent. Menurut fungsinya system saraf otonom ada 2 di

mana keduanya mempunyai serat pre dan post ganglionik yaitu system

simpatis dan parasimpatis.

Yang termasuk dalam system saraf simpatis adalah:

9

Page 10: Askep Febris Dan Kejang

1) Pusat saraf di medulla servikalis, torakalis, lumbal dan

seterusnya

2) Ganglion simpatis dan serabut-serabutnya yang disebut trunkus

symphatis

3) Pleksus pre vertebral: Post ganglionik yg dicabangkan dari

ganglion kolateral.

System saraf parasimpatis ada 2 bagian yaitu:

Serabut saraf yang dicabagkan dari medulla spinalis

1) Serabut saraf yang dicabangkan dari otak atau batang otak

2) Serabut saraf yang dicabangkan dari medulla spinalis

2.1.3 Etiologi

Penyebab Febrile Convulsion hingga kini belum diketahui dengan

pasti, demam sering disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, otitis

media, pneumonia, gastroenteritis dan infeksi saluran kemih. Kejang tidak

selalu timbul pada suhu yang tinggi. Kadang-kadang demam yang tidak

begitu tinggi dapat menyebabkan kejang (Mansjoer, 2000).

Kejang dapat terjadi pada setiap orang yang mengalami

hipoksemia (penurunan oksigen dalam darah) berat, hipoglikemia,

asodemia, alkalemia, dehidrasi, intoksikasi air, atau demam tinggi. Kejang

yang disebabkan oleh gangguan metabolik bersifat reversibel apabila

stimulus pencetusnya dihilangkan (Corwin, 2001).

2.1.4 Patofisiologi

Sel neuron dikelilingi oleh suatu membran. Dalam keadaan normal

membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium dan

sangat sulit dilalui oleh ion natrium dan ion lain, kecuali ion clorida.

Akibatnya konsentrasi natrium menurun sedangkan di luar sel neuron

terjadi keadaan sebaliknya.

10

Page 11: Askep Febris Dan Kejang

Dengan perbedaan jenis konsentrasi ion di dalam dan di luar sel

maka terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membran dan ini

dapat dirubah dengan adanya:

1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler

2. Rangsangan yang datangnya mendadak, misalnya mekanis,

kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya

3. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau

keturunan.

Pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan

keseimbangan dari membran dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi

dari ion kalium maupun ion natrium melalui membran tadi, dengan akibat

terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya

sehingga meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel tetangganya

sehingga terjadi kejang.

Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda, tergantung

dari tinggi rendahnya ambang kejang tersebut. Pada anak dengan ambang

kejang rendah, kejang dapat terjadi pada suhu 38° C, sedang pada ambang

kejang tinggi baru terjadi pada suhu 40° C atau lebih.

11

Page 12: Askep Febris Dan Kejang

2.1.5 Pathway Kejang Demam

12

Etiologi

Demam

Kebutuhan O2 meningkat

Demam

Metabolisme basal meningkat

Perubahan difusi K+ & Na

Denyut jantung

Kerusakan neuron otak

Singkat (<15 mnt)

Hipoksemia Kontraksi otot

Pelepasan muatan listrik semakin meluas ke seluruh sel maupun membran sel sekitarnya dgn bantuan neurotransiter

Perubahan beda potensial mambran sel neuron

Pelepasan muatan listrik neuron otak

> 15 mnt

Kejang

Metabolisme otakhypertermia

Kurang informasi, kondisi prognosis/pengobatan dan perawatan

Kurang Pengetahuan

Page 13: Askep Febris Dan Kejang

13

Gangg. saraf otonom

Resiko tinggi terhadap henti nafas dan trauma

Jalan nafas tidak efektif

Page 14: Askep Febris Dan Kejang

2.1.6 Tanda dan Gejala

Secara teoritis pada klien dengan Kejang Demam didapatkan data-

data antara lain klien kurang selera makan (anoreksia), klien tampak

gelisah, badan klien panas dan berkeringat, mukosa bibir kering

(Ngastiyah, 1997).

2.1.7 Komplikasi

Pada penderita kejang demam yang mengalami kejang lama

biasanya terjadi hemiparesis. Kelumpuhannya sesuai dengan kejang fokal

yang terjadi. Mula – mula kelumpuhan bersifat flasid, tetapi setelah 2

minggu timbul spastisitas.

Kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan

kelainan anatomis di otak sehingga terjadi epilepsy.

Ada beberapa komplikasi yang mungkin terjadi pada klien dengan kejang

demam:

1. Pneumonia aspirasi

2. Asfiksia

3. Retardasi mental

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang

1. EEG

Untuk membuktikan jenis kejang fokal / gangguan difusi otak

akibat lesi organik, melalui pengukuran EEG ini dilakukan 1 minggu atau

kurang setelah kejang.

2. CT SCAN

Untuk mengidentifikasi lesi serebral, misalnya: infark, hematoma,

edema serebral, dan abses.

3. Pungsi Lumbal

Pungsi lumbal adalah pemeriksaan cairan serebrospinal (cairan

yang ada di otak dan kanal tulang belakang) untuk meneliti kecurigaan

meningitis.

4. Laboratorium

14

Page 15: Askep Febris Dan Kejang

Darah tepi, lengkap ( Hb, Ht, Leukosit, Trombosit ) untuk

mengetahui sejak dini apabila ada komplikasi dan penyakit kejang demam.

2.1.9 Penatalaksanaan / Pengobatan

Ada beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu:

Memberantas kejang secepat mungkin

Bila penderita datang dalam keadaan status convulsion, obat

pilihan utama adalah diazepam secara intravena. Apabila diazepam tidak

tersedia dapat diberikan fenobarbital secara intramuskulus.

1. Pengobatan Penunjang

Semua pakaian yang ketat dibuka. Posisi kepala sebaiknya

miring untuk mencegah aspirasi isi lambung, usahakan jalan nafas

bebas agar oksigen terjamin, penghisapan lendir secara teratur dan

pengobatan ditambah dengan pemberian oksigen. Tanda – tanda vital

diobservasi secara ketat, cairan intravena diberikan dengan monitoring.

2. Pengobatan di rumah

Setelah kejang diatasi harus disusul dengan pengobatan rumah.

Pengobatan ini dibagi atas 2 golongan yaitu:

1) Profilaksis intermitten

Untuk mencegah terulangnya kejang di kemudian hari

diberikan obat campuran anti konvulsan dan anti piretik yang harus

diberikan pada anak bila menderita demam lagi.

2) Profilaksis jangka panjang

Gunanya untuk menjamin terdapatnya dosis terapeutik yang

stabil dan cukup di dalam darah penderita untuk mencegah

terulangnya kejang di kemudian hari.

3) Mencari dan mengobati penyebab

Penyebab dari kejang demam baik sederhana maupun

epilepsy yang diprovokasi oleh demam, biasanya infeksi traktus

respiratorius bagian atas dan otitis media akut.

15

Page 16: Askep Febris Dan Kejang

2.1.10 Tindakan Keperawatan

1. Kaji faktor – faktor terjadinya hiperthermi

Observasi tanda – tanda vital tiap 4 jam sekali

Pertahankan suhu tubuh normal

2. Ajarkan pada keluarga memberikan kompres hangat.

3. Anjurkan untuk menggunakan baju tipis dan terbuat dari kain katun.

4. Biarkan jendela ruangan terbuka.

5. Beri ekstra cairan dengan menganjurkan pasien banyak minum.

6. Batasi aktivitas fisik.

7. Kaji tingkat pengetahuan keluarga.

8. Beri penjelasan kepada keluarga sebab dan akibat kejang demam.

9. Jelaskan setiap tindakan perawatan yang akan dilakukan.

10. Berikan Health Education tentang cara menolong anak kejang dan

mencegah kejang demam antara lain:

Jangan panik saat kejang.

Baringkan anak ditempat rata dan lembut.

Kepala dimiringkan.

Pasang gagang sendok yang telah dibungkus kain yang basah,

lalu dimasukkan ke mulut.

Setelah kejang berhenti dan pasien sadar segera minumkan obat

tunggu sampai keadaan tenang.

Jika suhu tinggi saat kejang lakukan kompres dingin dan beri

banyak minum

Segera bawa ke rumah sakit bila kejang lama.

Berikan Health Education agar selalu sedia obat penurun panas,

bila anak panas.

Jika anak sembuh, jaga agar anak tidak terkena penyakit infeksi

dengan menghindari orang atau teman yang menderita penyakit

menular sehingga tidak mencetuskan kenaikan suhu.

Beritahukan keluarga jika anak akan mendapatkan imunisasi

agar memberitahukan kepada petugas imunisasi bahwa

anaknya pernah menderita kejang demam.

16

Page 17: Askep Febris Dan Kejang

2.2 KONSEP KUMBUH KEMBANG

2.2.1 Pengertian

Anak usia toddler adalah anak usia 12 – 36 bulan ( 1 – 3 tahun ) pada

periode ini anak berusaha mencari tahu bagaimana sesuatu bekerja dan

bagaimana menngontrol orang lain melalui kemarahan, penolakan, dan tindakan

keras kepala. Hal ini merupakan periode yang sangat penting untuk mencapai

pertumbuhan dan perkembangan intelektual secara optimal ( Perry, 1998 ).

Pertumbuhan merupakan bertambah jumlah dan besarnya sel seluruh

bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur. Sedangkan perkembangan

merupakan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui

tumbuh kematangan belajar. (Wong’s, 2000 ).

Usia 1 tahun merupakan usia yang penuh berbagai hal yang menarik antara

lain berubah dalam cara makan, cara bergerak, juga dalam keinginan dan sikap

atau perasaan si kecil apabila disuruh melakukan sesuatu yang tidak ia sukai, ini

akan menyatakan sikap dan nalurinya mengatakan “tidak” baik dengan kata –

kat maupun perbuatan, meskipun sebetulnya hal itu disukai ( psikolog

menyebutnya negatifisme ). Kenyataan ini berbeda pada saat usia di bawah satu

tahun, si kecil akan menjadi seseorang penyidik yang sangat menjengkelkan,

mereka akan menyelinap masuk setiap sudut rumah, menyentuh semua benda

yang ditemukannya, menggoyangkan meja dan kursi, menjatuhkan benda

apapun yang bisa dijatuhkan, memanjat apa yang bisa di oanjat, memasukkan

benda kecil ke dalam benda yang lebih besar dan sebagainya. ( Hurlock, 2002 )

Pada usia 2 tahun si kecil cenderung mengikuti orang tuanya kesana

kemari, ikut – ikutan menyapu, mengepel, menyiram tanaman, semua ini

dilakukan dengan penuh kesungguhan. Pada usia 2 tahun anak sudah mulai

belajar bergaul, ia senang sekali menonton anak lain bermain, perasaan tauk dan

cemas sering terjadi apabila orang tuanya meninggalkan anak sendiri.

Seandainya orang tua harus bepergian lama atau memutuskan untuk kembali.

Anak pada usia 3 tahun biasanya lebih mudah dikendalikan karena anak

sudah dalam perkembangan emosi, sehingga mereka mengenggap ayah dan

ibunya sebagai orang yang istimewa. Sikap permusuhan dan kebandelan yang

muncul pada usia antara 2,5 sampai 3 tahun tampaknya makin berkurang, sikap

17

Page 18: Askep Febris Dan Kejang

pada orang tua bukan saja bersahabat tapi sangat ramah dan hangat. Anak

menjadi sangat patuh pada orang tuanya, sehingga mereka akan bertingkah laku

baik dan menurut sekali. Jika keinginan mereka bertentangan dengan kehendak

orang tuanya, karena mereka tetap mahluk hidup yang mempunyai pendapat

sendiri. Pada usia 3 tahun, anak cenderung meniru siapapun yang dilakukan

orang tuanya sehari – hari, disebut proses identifikasi. Dalam proses inilah

karakter anak dibentuk jauh lebih banyak dibentuk dari petunjuk yang diterima

dari orang tuanya, seperti membentuk model diri mereka, membina kepribadian,

membentuk sikap dasar bai terhadap pekerjaan, orang tua dan dirinya sendiri.

( Hurlock, 2002 ).

2.2.2     Pertumbuhan dan Perkembangan Fisik

Pertumbuhan adalah suatu proses alamiah yang terjadi pada individu, yaitu

secara bertahap, berat dan tinggi anak senakin bertambah dan secara simultan

mengalami peningkatan untuk berfungsi baik secara kognitif, psikososial,

maupun spiritual. ( Supartini, 2000 ).

Anak usia toddler memiliki karakteristik tersendiri dalam berbagai ranah

pertumbuhan dan perkembangannya. Pertumbuhan dan perkembangan biologis.

Secara umum pertumbuhan baik dari segi berat maupun tinggi badab berjalan

cukup stabil atau lambat. Rata – rata bertambah sekitar 2,3 kg/ tahun, sedangkan

tinggi badan bertambah sekitar 6 – 7 cm / tahun ( tungkai bawah lebih dominant

untuk bertambah dibanding  anggota tubuh lainnya ). Hampir semua fungsi

tubuh sudah matang dan stabil sehingga dapat beradaptasi dengan berbagai

perubahan dan stress, sehingga saat ini sudah bisa diajarkan toilet training.

Menurut Sigmund Freud, pada fase ini tergolong dalam fase Anal dimana

pusat kesenangan anak pada perilaku menahan feses bahkan kadangkala anak

bermain-main dengan faesesnya. Anak belajar mengidentifikasi tentang

perbedaan antara dirinya dengan orang lain disekitarnya. Konflik yang sering

terjadi adalah adanya Oedipus complex atau katarsis yaitu dimana seorang anak

laki-laki menyadari bahwa ayahnya lebih kuat dan lebih besar dibandingkan

dirinya. Sedangkan Erickson menggolongkan tahap ini dalam fase Otonomi vs

Guilt, ( inisiatif vs rasa malu dan bersalah ) Perkembangan ini berpusat pada

18

Page 19: Askep Febris Dan Kejang

kemampuan anak untuk mengontrol tubuh dan lingkungannya.

Adapun Piaget bahwa saat ini merupakan Fase Preoperasional dimana sifat

egosentris sangat menonjol. Pada fase ini sering ditemukan ketidakmampuan

untuk menempatkan diri sendiri ditempat orang lain.

Kohlberg menggolongkan masa ini dalam Fase Konvensional, anak mulai

belajar baik dan buruk, benar atau salah melaui budaya sebagai dasar peletakan

nilai moral. Kohlberg menggolongkan fase ini dalam 3 tahap, yaitu Egosentris,

kebaikan seperti apa yang saya mau, tahap berikutnya adalah Oreintasi hukuman

dan ketaatan, baik dan buruk sebagai konsekuensi tindakan, dan tahapan yang

terakhir adalah Inisiatif, Anak menjalankan aturan sebagai sesuatu yang

menyenangkan dirinya. Komunikasi, adanya rasa ingin tahu yang besar dan

belum fasihnya kemampuan bahasa, sehingga pada saat memberikan penjelasan

kepada anak toddler gunakanlah kata-kata yang sederhana dan singkat.

Anak usia toddler memiliki kebutuhan nutrisi yang tinggi karena mereka terus

bergerak. kebutuhan nutrisi tiap anak sekitar 1800 kalori dan akan menurun pada

setiap pertambahan usia sekitar 90 kkal/kg BB. Pengaruh permaianan sangatlah

penting pada masa ini, yaitu berpengaruh dalam Perkembangan intelektual

dimana dengan melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap alat

permainan,mulai mengambangkan otonomi dalam permainan, dan belajar

memecahkan masalah. Tak kalah penting pula pengaruh terhadap perkembangan

moral, yaitu anak akan mempelajari nilai benar dan salah dalam permainan

sehingga mereka dapat diterima lingkungannya. Permainan yang tepat adalah

solitary play ( 1 – 2 th ) dan parallel play ( 2- 3 tahun). Kecenderungan cedera,

karakteristiknya yang tidak bisa diam, penuh rasa ingin tahu sering menjadi

penyebab cedera fatal bahkan sampai kematian apabila orang tua kurang

waspada.

2.2.3     Motorik

2.2.3.1 Motorik kasar

Perkembangan kemampuan motorik kasar adalah kemampuan yang

berhubungan dengan gerak – gerak kasar yang melibatkan sebagian besar

19

Page 20: Askep Febris Dan Kejang

organ tubuh seperti berlari, dan melompat. Perkembangan motorik kasar ini

sangat dipengaruhi oleh proses kematangan anak juga bisa berbeda.

Pada fase ini perkembangan motorik sangat menonjol. Motorik

kasar anak umur 15 bulan antara lain sudah bisa berjalan sendiri  tanpa

bantuan orang lain. Anak usia 18 bulan sudah mulai berlari tapi masih

sering jatuh, menarik-narik mainan, mulai senang naik tangga tetapi masih

dengan bantuan. Pada anak usia 24 bulan berlari sudah baik, dapat naik

tangga sendiri dengan kedua kaki tiap tahap. Sedangkan pada anak usia 36

bulan  sudah bisa naik turun tangga tanpa bantuan, memakai baju dengan

bantuan, mulai bisa naik sepeda beroda tiga.

2.2.3.2     Motorik Halus

Kemampuan motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan

ketrampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata – tangan.

Saraf motorik halus ini dapat dilatih dan dikembangakan melalui kegiatan

dan rangsangan yang kontinu secara rutin. Seperti bermain puzzle,

menyusuun balok, memasukkan benda ke dalam lubang sesuai bentuknya,

membuat garis, melipat kertas, dan sebagainya.

Motorik halus pada anak usia 15 bulan antara lain sudah bisa

memegangi cangkir, memasukkan jari ke lubang, membuka kotak,

melempar benda. Pada anak usia 18 bulan sudah bisa makan  dengan

menggunakan sendok, bisa membuka halaman  buku, belajar menyususun

balok-balok. Anak usia 24 bulan sudah bisa membuka pintu, membuka

kunci, menggunting sederhana, minum dengan menggunakan gelas atau

cangkir, sudah dapat menggunakan gelas atau cangkir, sudah dapat

menggunakan sendok dengan baik. Sedangkan pada anak usia 36 bulan

sudah  bisa menggambar lingkaran, mencuci tangan nya sendiri, menggosok

gigi.

Anak pada usia 2 – 3 tahun memiliki beberapa kesamaan

karakteristik dengan masa sebelumnya. Secara fisik anak masih mengalami

pertumbuhan yang pesat. Beberapa karakteristik khusus yang dilalui anak

usia 2 – 3 tahun antara lain: anak sangat aktif mengeksplorasi benda – benda

20

Page 21: Askep Febris Dan Kejang

yang ada di sekitarnya. Ia memiliki kekuatan observasi yang tajam dan

keinginan belajar yang luar biasa. Eksplorasi yang dilakukan oleh anak

terhadap benda – benda apa saja yang ditemui merupakan proses belajar

yang sangat efektif. Motivasi belajar anak pada usia tersebut menempati

grafik tertinggi dibanding sepanjang usianya bila tidak ada hambatan dari

lingkungan.

2.2.4   Bahasa

Perkembangan bahasa anak usia toddler secara umum pemerolehan

bahasa anak usia 1 – 3 tahun merupakan proses yang bersifat fisik dan psikis.

Secara fisik kemampuan anak dalam memproduksi kata – kata ditandai oleh

perkembangan bibir, lidah, dan gigi mereka yang sedang tumbuh. Pada tahap

tertentu pemerolehan bahasa ( kemampuan mengucapkan dan memahami arti

kata juga tidak lepas dari kemampuan mendengarkan, melihat dan mengartikan

symbol – simbolbunyi dengan kematangan otaknya. Sedangkan secara psikis,

kemampuan memproduksi kata – kata dan variasi ucapan sangat ditentukan

oleh situasi emosional anak saat berlatih mengucapkan kata – kata.

Pada usia ini anak mulai mengembangkan kemampuan berbahasa.

Diawali dengan berceloteh, kemudian satu dua kata dan kalimat yang belum

jelas maknanya. Anak terus belajar dan berkomunikasi, memahami

pembicaraan orang lain dan belajar mengungkapkan isi hati dan pikiran.

Pada anak usia 13 bulan, anak sudah mulai dapat mengucapkan kata –

kata sederhana seperti “mama” atau “papa”. Pada usia 17 bulan, umumnya

anak sudah dapat mengucapkan kata gantidiri dan merangkainya dengan

beberapa kata sederhana dan mengutarakan pesan – pesan seperti, “ Adik mau

susu.” . Pada anak usia 18 – 23 bulan, anak mengalami perkembangan yang

pesat dalam mengucapkan kata – kata. Perbendaharaan kata anak – anak pada

usia ini mencapai 50 kata. Selain itu anak sudah mulai sadar bahwa setiap

benda memiliki nama sehingga hal ini mendorongnya untuk melancarkan

kemampuan bahasanya dan belajar kata – kata baru lebih cepat.

21

Page 22: Askep Febris Dan Kejang

2..5 .      Kemampuan Sosial

·         .Menangkap & melempar obyek

·         .Memegang & melepaskan

·         .Menggambar

·         .Memegang erat saat seseorang berkata : Jangan disentuh !!

·         .Mengeluarkan makanan saat terasa tidak enak

2.2.6 Menurut para ahli

2.2.6.1. Perkembangan Psikososial

  Menurut Sigmund Freud, pada fase ini tergolong dalam fase Anal dimana

pusat kesenangan anak pada perilaku menahan faeses bahkan kadangkala anak

bermain-main dengan faesesnya. Anak belajar mengidentifikasi tentang perbedaan

antara dirinya dengan orang lain disekitarnya. Konflik yang sering terjadi adalah

adanya Oedipus complex atau katarsis yaitu dimana seorang anak laki-laki

menyadari bahwa ayahnya lebih kuat dan lebih besar dibandingkan

dirinya.sedangkan pada wanita disebut dengan Elektra complex. Sedangkan

Erickson menggolongkan tahap ini dalam fase Otonomi vs Guilt, ( inisiatif vs rasa

malu dan bersalah ) Perkembangan ini berpusat pada kemampuan anak untuk

mengontrol tubuh dan lingkungannya.

                        Adapun Piaget bahwa saat ini merupakan Fase Preoperasional

dimana sifat egosentris sangat menonjol. Pada fase ini.sering ditemukan

ketidakmampuan untuk menempatkan diri sendiri ditempat orang lain. Kohlberg

menggolongkan masa ini dalam Fase Konvensional ,Anak mulai belajar baik dan

buruk,benar atau salah melaui budaya sebagai dasar peletakan nilai moral.

Kohlberg menggolongkan fase ini dalam 3 tahap,yaitu Egosentris ,kebaikan

seperti apa yang saya mau, tahap berikutnya adalah Oreintasi hukuman dan

22

Page 23: Askep Febris Dan Kejang

ketaatan,baik dan buruk sebagai konsekuensi tindakan, dan tahapan yang terakhir

adalah Inisiatif,Anak menjalankan aturan sebagai sesuatu yang menyenangkan

dirinya. Komunikasi, adanya rasa ingin tahu yang besar dan belum fasihnya

kemampuan bahasa,sehingga pada saat memberikan penjelasan kepada anak

toddler gunakanlah kata-kata yang sederhana dan singkat.

2.6.2 .      Perkembangan Kognitif (Piaget)

A. Fase sensori motor

·         12-24 bln . perkembangan cepat, masih sederhana dalam

kemampuan mencari alasan

·         13-18 bln memakai eksperimen yang aktif untuk mencapai tujuan

yang sebelumnya, mulai mengambil keputusan yang rasional dan alasan

yang intelektual

·         Merasa berbeda dengan orang lain ditunjukkan dgn keberanian

melakukan hal-hal bersifat resiko, tanpa ada ortu.

·         Sadar akan adanya akibat yang dilakukan, dan tidak dapat

menstransfer pengetahuan yang baru

·         Belum dapat mengaplikasikan obyek yang  sempurna

·         19-24 bulan merupakan akhir tahap sensorimotor yang mana

dapat menduga sesuatu yang mempunyai pengaruh padanya, Imitasi

dengan meningkatkan  simbol-simbol, mulai merasa mengantisipasi

waktu, suhu, mengingat dan mampu menunggu dan Berfikir dan

berperilaku egosentris

B.     Fase pre Konseptual

Dengan karakteristik  :

1.       Egosentris

23

Page 24: Askep Febris Dan Kejang

Ketidakmampuan menempatkan situasi dari perspektif orang lain

sehungga Implikasi Anak membutuhkan opini/alasan dari orang lain

2. Transduktif

·         Perpindahan nilai-nilai yang buruk

·         Alasan dari satu bagian ke bagian lain implikasinya terima alasan

anak

3.       Organisasi Global

Perubahan pada satu bagian akan merubah seluruh bagian dan implikasi

terima alasan anak.

4.       Centration

Fokus lebih dari 1 aspek daripada kemungkinan alternatif lain

5.      Animisme

Membedakan aktifitas hidup pada obyek mati implikasi jaga agar anak

tidak ketakutan

6.  Irreversibility

Ketidakmampuan memutar balikkan & merubah tindakan fisik yang

dilakukan. Implikasi  berikan penghargaan & instruksi yang positif

7.      Magical

Percaya bahwa pikiran mempunyai kekuatan dan berakibat sesuatu.

Implikasinya Jelaskan bahwa pikiran tidak menyebabkan terjadinya

sesuatu & hal itu tidak bertujuan

8.      Ketidakmampuan untuk menghemat

24

Page 25: Askep Febris Dan Kejang

Tidak mampu berfikir bahwa sesuatu dapat berubah ukuran, bentuk,

volume, panjang. Implikasi merubah persepsi akan pandangan anak

2.3 ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Biodata

a. Nama : An. A

b. Umur : 26 bulan

c. Jenis kelamin : laki-laki

d. Agama : islam

e. Suku / bangsa : Madura/Indonesia

f. Alamat : Balung RT/RW 03/01 kendit

g. Pekerjaan : -

h. Nomor register :139703

i. Tanggal MRS : 29 Januari 2015

j. Tanggal pengkajian : 3 februari 2015 jam 09.00

k. Diagnosa medis : Kejang Demam Kronik + Cerebral Palsy

Biodata penanggung jawab

a. Nama : Ny. S

b. Umur : 37 tahun

c. Jenis kelamin : Perempuan

d. Agama : islam

e. Pekerjaan : Penjahit

f. Pendidikan :

g. Status perkawinan : Cerai

h. Suku bangsa : Indonesia

i. Alamat : Balung RT/RW 03/01 kendit

25

Page 26: Askep Febris Dan Kejang

2. Keluhan utama / alasan masuk rumah sakit

a. Keluhan MRS

Orang tua pasien mengatakan demam, kejang dan sesak

b. Keluhan saat pengkajian

Orang tua pasien mengatakan sempat kejang ±2 menit

3. Riwayat penyakit sekarang

Orang tua pasien mengatakan sejak tanggal 28 januari 2015 pasien

mengalami demam dan kejang kemudia dibawa di RSUD Abdoer

Rahem Situbondo pada tanggal29 januari 2015 jam 10.40, saat

dilakukan pengkajian 3 februari 2015 pasien mengalami kejang lebih

dari 3 kali, lama kejang kurang lebih selama 5menit, keadaan umum

lemah

4. Riwayat penyakit masa lalu

Orang tua pasien mengatakan pasien pernah mengalami penyakit

kuning ketika pasien berumur 3 hari dan pernah mengalami penyakit

yang sama dengan saat ini sebelumnya.

5. Riwayat kesehatan keluarga

Orang tua pasien mengatakan keluarga tidak ada yang pernah

mengalami penyakit yang sama seperti pasien

6. Riwayat Perkembangan

a. Motorik Halus

Pasien dapat memegang, meremas dan menarik benda disekitarnya

b. Motorik kasar

Orang tua pasien mengatakan bahwa pasien belum bisa berjalan,

merangkak, duduk ataupun berbicara dengan jelas.

c. Bahasa/Komunikasi

Pasien hanya menangis dan tidak bisa bicara

d. Adaptasi sosial

Pasien hanya menangis saat perawat mendakatinya

7. Riwayat psikososial dan status spiritual

a. Riwayat psikologis

Pasien terlihat gelisah dan menangis

26

Page 27: Askep Febris Dan Kejang

b. Aspek sosial

Pasien tidak dapat berinteraksi dengan orang lain

c. Aspek spiritual atau sistem nilai dan kepercayaan

Orang tua pasien mengatakan pasien dan keluarga beragama islam

8. Pola kebiasaan sehari-hari

a. Pola nutrisi

1). Sebelum sakit

Orang tua pasien mengatakan pasien makan 3x sehari dengan

nasi dan lauk pauk dan minum susu

2). Saat sakit

Orang tua pasien mengtakan makan 2x sehari menggunakan

bubur hanya 4sendok dan minum susu 250cc dalam sehari

1). Buang air besar

a). Sebelum sakit

Orang tua pasien mengatakan BAB 1-2X sehari, warana

kuning bentuk lembek

b). Saat sakit

Orang tua pasien mengatakan BAB 1X sehari dengan

konsistensi lembek berwarna kuning

2). Buang air kecil

a). Sebelum sakit

Orang tua pasien mengatakan pasien menggunakan

pempers, ganti 3X, warna kuning jernih.

b). Saat sakit

Orang tua pasien mengatakan pasien menggunakan

pempers ganti 3X berwarna kuning jernih

b. Pola kebersihan diri

1). Sebelum sakit

Orang tua pasien mengatakan mandi 2X sehari, keramas setiap

kali mandi dan selalu ganti baju setiap selesai mandi.

2). Saat sakit

27

Page 28: Askep Febris Dan Kejang

Orang tua pasien mengatakan bahwa anaknya hanya di seka

1X sehari dan ganti baju setelah di seka.

c. Pola aktivitas, latihan dan bermain

1). Sebelum sakit

Pasien hanya beraktivitas di tempat tidur.

2). Saat sakit

Pasien hanya terbaring di tempat tidur.

d. pola istirahat dan tidur

1). Sebelum sakit

Orang tua pasien mengatakan pasien tidur ± 10 jam.

2). Saat sakit

Orang tua pasien mengatakan pasien hanya tidur ± 2 jam, pada

malam hari saja.

9. Pemeriksaan fisik

Keadaan umum

a. Keadaan sakit

Lemah. GCS 4,5,6 composmentis. Terpasang infus di tangan

kanan.

b. Tanda-tanda vital

Tensi : - Nadi : 120X/menit

RR : 25X/menit Suhu : 370C

BB : 7,4 Kg TB : 76 Cm

LL : 13 Cm LK : 44 Cm.

c. Pemeriksaan cepalo caudal

1. Kepala dan rambut

Inspeksi: tidak ada benjolan, tidak ada lesi, warna rambut hitam

dan rata

Palpasi: tidak ada masa, tidak ada nyeri tekan

2. Hidung

Inspeksi: tidak ada hematoma, tidak ada secret, septum nasal

normal, tidak trdapat cuping hidung, tidak ada kelainan bentuk

28

Page 29: Askep Febris Dan Kejang

Palpasi: tidak ada masa, tidak ada nyeri tekan, tidak ada

krepitasi

3. Telinga

Inspeksi: tidak ada perdarahan keluar dari telinga, telinga

kanan dan kiri simetris, tidak terdapat kelainan pada telinga,

tidak terdapat otitis

Palpasi: tidak ada masa, tidak ada nyeri tekan

4. Mata

Inspeksi: tidak terdapat katarak, tidak terdapat hematoma, tidak

ada strabismus, konjungtiva tidak anemis

Palpasi: tidak ada masa, tidak ada nyeri tekan

5. Mulut, gigi, lidah, tonsil dan pharing

Tidak terdapat perdarahan, tidak ada peradangan, tidak ada

lidah kotor, mukosa bibir kering, tidak ada pembesaran tonsil

6. Leher dan tenggorokan

Inspeksi: bentuk dada normal, warna dada sama dengan daerah

sekitar, tidak ada pembesaran vena jugularis

Palpasi: tidak ada nyeri tekan

7. Dada / thorak

a). Pemeriksaan paru

1). Inspeksi

Pernapasan reguler, tidak menggunakan otot bantu

pernapasan, terdapat bintik-bintik merah

2). Palpasi

Tidak ada masa, Tidak ada tanda crepitasi.

3). Perkusi

Terdengar Sonor

4). Auskultasi

Terdengar Ronchi

b). Pemeriksaan jantung

1). Inspeksi

29

Page 30: Askep Febris Dan Kejang

Ictus cordis tidak tampak di ICS V mid clavicula

sinistra

2). Palpasi

Ictus cordis teraba di ICS V mid clavicula sinistra

3). Perkusi

Suara jantung redup dan tidak ada pembesaran jantung

Batas atas ICS 2 paras ternal sinistra

Batas bawah ICS 5 paras ternal dextra

Batas kiri ICS 5 mid clavicula sinistra

Batas kanan ICS 4 mid clavicula dextra

4). Auskultasi

Tidak ada suara tambahan (mur-mur)

Bunyi jantung 1 dan 2 tunggal

c). Payudara

1). Inspeksi

Kulit sama dengan sekitar, tidak ada pembekakan

2). Palpasi

Tidak ada nyeri tekan ataupun benjolan.

8. Pemeriksaan abdomen

a. Inspeksi

Tidak ada hernia, tidak ada abrasi, warna kulit sama dengan

daerah sekitar, umbilikus normal

b. Auskultasi

Bising usus 5X/menit

30

Page 31: Askep Febris Dan Kejang

c. Palpasi

Tidak ada nyeri tekan, tidak ada masa

d. Perkusi

1. Suara tympani

2. Suara pekak ada hepar

3. Suara tympani ada gaster

4. Suara timpani

1 3

2 4

9. Ekstremitas, kuku dan kekuatan otot

Ekstremitas kanan atas jika digerakkan mengalami kesakitan

dan ekstremitas kiri atas terpasang infus PZ tpm

CRT < 2 detik tidak mengalami sianosis

Kekuatan otot:

5 5

5 5

10. Genetalia dan anus

Tidak pengalami perdarahan, tidak ada hemoroid, tidak

terpasang kateter

11. Pemeriksaan neurologi

GCS 4,5,6 Composmentis

12. Pemeriksaan penunjang

Tanggal 29 januari 2015

1. Laborat darah lengkap

Hasil Nilai normal

Wbc

Hgb

11,5

31

Page 32: Askep Febris Dan Kejang

Hct

PLT

GDA

OT

PT

Na

K

n.calsium

calsium

calsium total

clorida

11,0

32,0

227

113

78

42

148

4,3

1,52

1,42

3,05

100

10. Penatalaksanaan

Terapi:

1. Injeksi:

Ceftriaxon 175 mg

Ranitidin 7 mg

Penitoin 15 mg

32

Page 33: Askep Febris Dan Kejang

11. Harapan klien / keluarga sehubungan dengan penyakitnya

Orang tua pasien mengatakan ingin anaknya cepat sembuh agar bisa

kembali kerumah.

12. Genogram

Keterangan:

: LAKI-LAKI HIDUP

: LAKI-LAKI PASIEN

: PEREMPUAN

: PERKAWINAN

: KETURUNAN

: TINGGAL SERUMAH

ANALISA DATA

33

X

X

Page 34: Askep Febris Dan Kejang

NAMA PASIEN : An. A

NO. REGISTER : 139703

NO KELOMPOK DATA MASALAH ETIOLOGI

1 Ds : Orang tua pasien

mengatakan pasien mengalami

kejang.

Do :

- Keadaan umum pasien

lemah

- Suhu : 37

- RR 25X/menit

- Nadi 120X/menit

- Akral hangat kering

merah

- Badan kaku setiap

kurang lebih 15 menit

sekali lamanya 2 menit.

Kerusakan

jaringan otak

Perubahan beda

potensial membran

sel neuron

Pelepasan muatan

listrik yang meluas

keseluruh sel/

membran sel

kejang

kurang dari 15 menit

kontraksi otot

meningkat

metabolisme

meningkat

kerusakan jaringan

otak

2 Ds : orang tua pasien

mengatakan pasien belum

dapat berbicara, duduk,

berbicara ataupun

merangkak

Do :

- pasien hanya tidur di

tempat tidur

- jari-jari kiri tidak bisa

membuka lebar

- pasien tidak bisa

Resiko

keterlambatan

perkembangan

Infeksi bakteri virus

dan parasit

Reaksi inflamasi

Proses demam

Resiko kejang

berulang

Ketidakseimbangan

potensial membran

ATP ASE

34

Page 35: Askep Febris Dan Kejang

berbicara

- pasien tidak bisa duduk

- TTV : - N : 20X/menit

- S : 37 - RR : 20X/menit

- BB :8,4kg - LK :44cm

- LL :13cm -TB: 8cm

Resiko keterlambatan

perkembangan

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Pasien: An. A

No. Register: 139703

TANGGAL

MUNCUL

DIAGNOSA

KEPERAWATAN

TANGGAL

TERATASI

TANDA

TANGAN

03

Februari

2015

1. Kerusakan jaringan

otak berhubungan

dengan kerusakan sel

neuron otak

2. Resiko keterlambatan

35

Page 36: Askep Febris Dan Kejang

perkembangan

berhubungan dengan

ketidakseimbangan

beda potensial

membran ATP ASE

CATATAN KEPERAWATAN

Nama Pasien: Tn. A

No. Register:

TANGGAL JAM NO

DX

TINDAKAN KEPERAWATAN TT

03 Februari

2015

07.30 1. 1. Observasi TTV

Nadi : 120X/menit

36

Page 37: Askep Febris Dan Kejang

07.45

07.50

08.00

12.00

12.15

12.30

2

Suhu : 37

Rr : 20X/ menit

2. Observasi kejang

3. Menyempaikan kepada orang tua pasien untuk

tidak banyak menggerakkan kepala, leher dan

pungguang

4. Injeksi

5. Observasi TTV

Nadi : 37,2X/menit

Suhu : 37,1

Rr : 22X/menit

6. Visite dokter

7. Memberikan lingkungan yang aman dan nyaman

CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien: An. A

No. Register:

N

O

D

X

TANGGAL

03 februari 2015 jam

14.00

TANGGAL

04 Februari 2015 jam

14.00

TANGGAL

05 Februari 2015 jam

14.00

1 S : orang tua pasien S : orang tua pasien S : orang tua pasien

37

Page 38: Askep Febris Dan Kejang

mengatakan pasien

kejang

O :

- Keadaan umum

pasien lemah

- Suhu : 37

- RR 20X/menit

- Nadi

120X/menit

- Akral hangat

kering merah

- Badan kaku

setiap kurang

lebih 15 menit

sekali

- Lamanya kejang

2 menit.

A : Masalah belum

teratasi

P : Lanjutkan intervensi

(1-5)

mengatakan pasien

sudah tidak kejang

O :

- Keadaan umum

pasien cukup

- Suhu : 36, 3

- RR 22X/menit

- Nadi

110X/menit

- Akral hangat

kering merah

- Badan kaku

setiap pasien

merasa

ketakutan

. saat perawat

mendekatinya

A : Masalah teratasi

sebagian

P : Lanjutkan intervensi

(2-5)

mengatakan pasien

sudah tidak kejang

O :

- Akral hangat,

kering, merah

- CRT < 2 detik

- Suhu : 37,6

- RR 20X/menit

- Nadi

112X/menit

- Badan kaku

setiap pasien

merasa

ketakutan

. saat perawat

mendekatinya

A : Masalah teratasi

sebagian (2-5)

2 S : orang tua pasien

mengatakan pasien

belum dapat

berbicara, duduk,

ataupun berbicara

ataupun

merangkak

O :

- pasien hanya

tidur di tempat

S : orang tua pasien

mengatakan pasien

belum dapat

berbicara, duduk,

ataupun berbicara

ataupun

merangkak

O :

- pasien hanya

tidur di tempat

S : orang tua pasien

mengatakan pasien

masih

O :

- Pasien hanya

menangis

- belumbisa

38

Page 39: Askep Febris Dan Kejang

tidur

- jari-jari kiri tidak

bisa membuka

lebar

- pasien tidak bisa

berbicara

- pasien tidak bisa

berjalan

- pasien tidak bisa

duduk

- TTV

- N : 120X menit

- S : 37

- RR : 20X/menit

tidur

- jari-jari kiri tidak

bisa membuka

lebar

- pasien tidak bisa

berbicara

- pasien tidak bisa

duduk

- pasien tidak bisa

berjalan

- TTV

- N

:110X/menit

- S :36,3

- RR : 22X/menit

bicara

- belum dapat

beraktivitas

seperti anak

seusianya

- Suhu : 37,6

- RR 20X/menit

- Nadi

112X/menit

DAFTAR PUSTAKA

Lumbantobing SM, 1989, Penatalaksanaan Mutakhir Kejang Pada Anak, Gaya

Baru, Jakarta

Lynda Juall C, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan,

Penerjemah Monica Ester, EGC, Jakarta

39

Page 40: Askep Febris Dan Kejang

Marilyn E. Doenges, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerjemah Kariasa I

Made, EGC, Jakarta

Matondang, Corry S, 2000, Diagnosis Fisis Pada Anak,Edisi ke 2, PT. Sagung

Seto: Jakarta.

Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta

Rendle John, 1994, Ikhtisar Penyakit Anak, Edisi ke 6, Binapura Aksara, Jakarta.

Santosa NI, 1993, Asuhan Kesehatan Dalam Konteks Keluarga, Depkes RI,

Jakarta.

Suharso Darto, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi, F.K. Universitas

Airlangga, Surabaya.

Sumijati M.E, dkk, 2000, Asuhan Keperawatan Pada Kasus Penyakit Yang

Lazim Terjadi Pada Anak, PERKANI : Surabaya.

Wahidiyat Iskandar, 1985, Ilmu Kesehatan Anak, Edisi 2,Info Medika, Jakarta

http://uvhik.wordpress.com/2012/11/16/askep-kejang-demam-febris-konvulsi/

40