askep gadar kejang
TRANSCRIPT
-
7/27/2019 Askep Gadar Kejang
1/26
BAB I
PENDAHULUAN
Kejang adalah perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai
akibat dari aktifitas neuronal yang abnormal dan sebagai pelepasan listrik serebral
yang berlebihan. Aktivitas ini bersifat dapat parsial atau vokal, berasal dari daerah
spesifik korteks serebri, atau umum, melibatkan kedua hemisfer otak. Manifestasi
jenis ini bervariasi, tergantung bagian otak yang terkena.
Penyebab kejang mencakup factor-faktor perinatal, malformasi otak
congenital, factor genetic, penyakit infeksi (ensefalitis, meningitis), penyakit
demam, gangguan metabilisme, trauma, neoplasma, toksin, gangguan sirkulasi,
dan penyakit degeneratif susunan saraf. Kejang disebut idiopatik bila tidak dapat
ditemukan penyebabnya.
Epilepsi adalah gangguan yang ditandai dengan kejang yang kronik,
kejang yang terutama berasal dari serebri menunjukkan disfungsi otak yang
mendasarinya. Epilepsy sendiri bukan suatu penyakit
-
7/27/2019 Askep Gadar Kejang
2/26
BAB II
PEMBAHSAN
A. DefinisiKejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan
sementara sebagai mengakibatkan akibat dari aktivitas neuronal yang
abnormal dan pelepasan listrik serebral yang berlebihan.(betz &
Sowden,2002)
Kejang adalah gerakan otot tonik atau klonik yang involuntar yang
merupakan serangan berkala, disebabkan oleh lepasnya muatan listrik neuron
kortikal secara berlebihan. Kejang tidak secara otomatis berarti epilepsi.
Dengan demikian perlu ditarik garis pemisah yang tegas : manakah kejang
epilepsi dan mana pula kejang yang bukan epilepsi? Tetanus, histeri, dan
kejang demam bukanlah epilepsi walaupun ketiganya menunjukkan kejang
seluruh tubuh. Cedera kepala yang berat, radang otak, radang selaput otak,
gangguan elektrolit dalam darah, kadar gula darah yang terlalu tinggi, tumor
otak, stroke, hipoksia, semuanya dapat menimbulkan kejang. Kecuali tetanus,
histeri, hal-hal yang tadi, kelak di kemudian hari dapat menimbulkan epilepsi.
Spasme kuat dengan kontraksi dan relaksasi otot yang silih berganti,
yang disebabkan oleh penyebab dari otak maupun diluar otak. Merupakan
akibat dari pembebasan listrik yang tidak terkontrol dari sel sel kortek
cerebral yang ditandai dengan serangan tiba tiba, terjadi penurunan
kesadaran, aktifitas motorik atau ganguan sensori.
B. Anatomi Otak Dan Fisiologi1.
Anatomia. Otak
Gambar : 1
-
7/27/2019 Askep Gadar Kejang
3/26
Otak adalah suatu alat tubuh yang sangat penting karena
merupakan pusat komputer dari semua alat tubuh, bagian dari
syaraf sentral yang terletak di dalam rongga tengkorak (Kranium)
yang dibungkus oleh selaput otak yang kuat.
Bagian-bagian otak :
1) Hipotalamus merupakan bagian ujung depan diesenfalon yangterletak di bawah sulkus hipotalamik dan di depan nucleus
interpundenkuler hipotalamus terbagi dalam berbagai inti dan
daerah inti. Terletak pada anterior dan inferior talamus
berfungsi mengontrol dan mengatur sistem syaraf autonom
juga bekerja dengan hipofisis untuk mempertahankan
keseimbangan cairan, mempertahankan pengaturan suhu tubuh
melalui peningkatan vasokontriksi atau vasodilatasi dan
mempengaruhi sekresi hormonal dengan kelenjar hipofisis,
juga sebagai pusat lapar dan mengontrol berat badan, sebagai
pengatur tidur, tekana n darah, perilaku agresif dan seksual dan
pusat respon emosional.
2) Talamus berada pada salah satu sisi pada sepertigaventrikel dan aktivitas primernya sebagai pusat
penyambung sensasi bau yang diterima semua impuls
memori, sensasi dan nyeri melalui bagian ini.
3) Traktus Spinotalamus (serabut -serabut segera menyilangkesisi yang berlawanan dan masuk ke medulla spinulis dan
naik). Bagian ini bertugas mengirim impuls nyeri dan
temperatur ke talamus dan kortek serebri.4) Kelenjar Hipofisis dianggap sebagai masker kelenjar
karena sejumlah hormon- hormon dan fungsinya diatur oleh
kelenjar ini. Hipofisis merupakan bagian otak yang tiga kali
lebih sering timbul tumor pada orang dewasa.
5) Hipotesis Termostatik : mengajukan bahwa suhu tubuh diatastitik tersebut akan menghambat nafsu makan.
-
7/27/2019 Askep Gadar Kejang
4/26
6) Mekanisme Aferen : empat hipotesis utama tentangmekanisme aferen yang terlibat dalam pengaturan masukan
makanan telah diajukan, dan keempat hipotesis itu tidak ada
hubunganya satu dengan yang lain.
b. FisiologiHipotalamus mempunyai fungsi sebagai pengaturan suhu
tubuh dan untuk mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh.
1) Pirogen EndogenDemam yang ditimbulkan oleh Sitokin mungkin disebabkan
oleh pelepasan prostaglandin lokal di hipotalamus.
Penyuntikan prostaglandin kedalam hipotalamus
menyebabkan demam. Selain itu efek antipiretik aspirin
bekerja langsung pada hipotalamus, dan aspirin menghambat
sintesis prostaglandin.
2) Pengaturan SuhuDalam tubuh, panas dihasilkan oleh gerakan otot, asimilasi
makanan, dan oleh semua proses vital yang berperan dalam
metabolisme basal. Panas dikeluarkan dari tubuh melalui
radiasi, konduksi (hantaran) dan penguapan air disaluran
nafas dan kulit. Keseimbangan pembentukan pengeluaran
panas menentukan suhu tubuh, karena kecepatan reaksi-reaksi
kimia bervariasi sesuai dengan suhu dank arena sistem enzim
dalam tubuh memiliki rentang suhu normal yang sempit agar
berfungsi optimal, fungsi tubuh normal bergantung pada suhu
yang relatif konstan (Price Sylvia A : 1995)C. Insiden
Sedikitnya kejang terjadi sebanyak 3% sampai 5% dari semua anak-
anak sampai usia 5 tahun, kebanyakan terjadi karena demam.
D. EtiologiKejang dapat disebabkan oleh berbagai patologis termasuk tumor
otak , truma, bekuan darah pada otak, meningitis, ensefalitis, gangguan
elektrolit dan gejala putus alcohol dan gangguan metabolic, uremia,
-
7/27/2019 Askep Gadar Kejang
5/26
overhidrasi, toksik subcutan, sabagian kejang merupakan idiopatuk ( tidak
diketahui etiologinya )
E. PatofisiologiUntuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak
diperlukan suatu energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk
metabolisme otak yang terpenting adalah glaukosa. Sifat proses itu adalah
oksidasi dimana oksigen disediakan dengan peraataraan fungsi paru dan
diteruskan ke otak melalui system kardiovaskuler. Jadi sumber energi otak
adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air.
Sel dikelilingi oleh suatu membrane yang terdiri dari permukaan
dalam adalah lipoid dan permukaan luar adalah ionic. Dalam keadaan
normal membrane sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium
(K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (NA+) dan elektrolit lainnya,
kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron
tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan diluar sel neuron terdapat
keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam
dan di luar sel, maka terdapat perbedaan yang disebut potensial membrane
dari selneuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membrane ini
diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATPase yang terdapat pada
permukaan sel. Keseimbangan potensial membrane ini dapat dirubah oleh
adanya :
1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler.2. Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi
atau aliran listrik dari sekitarnya.
3.Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atauketurunan.
Pada keadaan demam kenaikan suhu 10C akan mengakibatkan
kenaikan metabolisme basal 10%-15% dan kebutuhan oksigen akan
meningkat 20%. Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak
mencapai 65% dari seluruh tubu, dibandingkan dengan orang dewasa
yang hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi
perubahan keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu
-
7/27/2019 Askep Gadar Kejang
6/26
yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion Natrium melalui
membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik.
Lepas muatan ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh
sel maupun ke membran sel tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut
neurotransmiter dan terjadilah kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang
yang berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya ambang kejang
seseorang anak menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu.
Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang terjadi
pada suhu 380C sedangkan pada anak dengan ambang kejang yang tinggi,
kejang baru terjadi pada suhu 400C atau lebih. Dari kenyataan ini dapatlah
disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada
ambang kejang yang rendah sehingga dalam penanggulangannya perlu
diperhatikan pada tingkat suhu berapa penderita kejang. Kejang demam yang
berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak
menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada kejang yang berlangsung lama
(lebih dari 15 menit) biasanya disertai terjadinya apnea, meningkatnya
kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang
akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh
metabolisme anaerob, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak
teratur dan suhu tubuh makin meningkat disebabkan meningkatnya aktivitas
otot dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat
Rangkaian kejadian diatas adalah faktor penyebab hingga
terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang lama.
Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan
hipoksia sehingga meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak
yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada daerah
mesial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung
lama dapat menjadi matang di kemudian hari, sehingga terjadi serangan
epilepsi yang spontan. Jadi kejang demam yang berlangsung lama dapat
menyebabkan kelainan anatomis di otak hingga terjadi epilepsi.(FKUI,
2007).
-
7/27/2019 Askep Gadar Kejang
7/26
F. PathwayExogenous Pyrogene
Sel host inflamasi
Pusat termoregulator
Meningkatkan thermostat
Perubahan fisiologi & tingkah laku
Anorexiaprosesperadangan suhu
Demam/hipertermi
Mengubah keseimbangan membrane sel neuron
Melepaskan muatan listrik yang besar
Kejang
Cemas
Kurang Pengetahuan
Sumber : www.google.com
Resiko kekurangan
nutrisi
Evaporasi/Keringat
Gangguan pemenuhan
cairan
Dehidrasi
Defisit Volume
Cairan
Resiko TerjadiKerusakan Sel Otak
Resiko Cidera
-
7/27/2019 Askep Gadar Kejang
8/26
G. KlasifikasiKejang yang merupakan pergerakan abnormal atau perubahan tonus
b adan dan tungkai dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu :
kejang, klonik, kejang tonik dan kejang mioklonik.
1. Kejang TonikKejang ini biasanya terdapat pada bayi baru lahir dengan
berat badan rendah dengan masa kehamilan kurang dari 34
minggu dan bayi dengan komplikasi prenatal berat. Bentuk klinis
kejang ini yaitu berupa pergerakan tonik satu ekstrimitas atau
pergerakan tonik umum dengan ekstensi lengan dan tungkai yang
menyerupai deserebrasi atau ekstensi tungkai dan fleksi lengan bawah
dengan bentuk dekortikasi. Bentuk kejang tonik yang menyerupai
deserebrasi harus di bedakan dengan sikap epistotonus yang
disebabkan oleh rangsang meningkat karena infeksi selaput otak atau
kernikterus
2. Kejang KlonikKejang ini biasanya terdapat pada bayi baru lahir dengan
berat badan rendah dengan masa kehamilan kurang dari 34
minggu dan bayi dengan komplikasi prenatal berat. Bentuk klinis
kejang ini yaitu berupa pergerakan tonik satu ekstrimitas atau
pergerakan tonik umum dengan ekstensi lengan dan tungkai yang
menyerupai deserebrasi atau ekstensi tungkai dan fleksi lengan bawah
dengan bentuk dekortikasi. Bentuk kejang tonik yang menyerupai
deserebrasi harus di bedakan dengan sikap epistotonus yang
disebabkan oleh rangsang meningkat karena infeksi selaput otak ataukernikterus
3. Kejang MioklonikGambaran klinis yang terlihat adalah gerakan ekstensi dan
fleksi lengan atau keempat anggota gerak yang berulang dan
terjadinya cepat. Gerakan tersebut menyerupai reflek moro. Kejang
ini merupakan pertanda kerusakan susunan saraf pusat yang luas dan
-
7/27/2019 Askep Gadar Kejang
9/26
hebat. Gambaran EEG pada kejang mioklonik pada bayi tidak
spesifik.(Lumbang Tebing, 1997)
H. Manifestasi Klinik1. Kejang parsial ( fokal, lokal )
a. Kejang parsial sederhana :Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal
berikut ini :
1) Tanda tanda motoris, kedutan pada wajah, atau salah satusisi Tanda atau gejala otonomik: muntah, berkeringat, muka
merah, dilatasi pupil.
2) Gejala somatosensoris atau sensoris khusus : mendengarmusik, merasa seakan ajtuh dari udara, parestesia.
3) Gejala psikis : dejavu, rasa takut, visi panoramik.4) Kejang tubuh; umumnya gerakan setipa kejang sama.
b. Parsial kompleks1) Terdapat gangguan kesadaran, walaupun pada awalnya
sebagai kejang parsial
2) simpleks3) Dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik :
mengecap-ngecapkan bibir,mengunyah, gerakan menongkel
yang berulang-ulang pada tangan dan gerakan tangan
lainnya.
4) Dapat tanpa otomatisme : tatapan terpaku2. Kejang umum ( konvulsi atau non konvulsi )
a.
Kejang absens1) Gangguan kewaspadaan dan responsivitas2) Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya berlangsung
kurang dari 15 detik
3) Awitan dan akhiran cepat, setelah itu kempali waspada dankonsentrasi penuh
-
7/27/2019 Askep Gadar Kejang
10/26
b. Kejang mioklonik1) Kedutan kedutan involunter pada otot atau sekelompok
otot yang terjadi secara mendadak.
2) Sering terlihat pada orang sehat selaam tidur tetapi bilapatologik berupa kedutan keduatn sinkron dari bahu, leher,
lengan atas dan kaki.
3) Umumnya berlangsung kurang dari 5 detik dan terjadi dalamkelompok
4) Kehilangan kesadaran hanya sesaat.c. Kejang tonik klonik
1) Diawali dengan kehilangan kesadaran dan saat tonik,kaku umum pada otot ekstremitas, batang tubuh dan wajah
yang berlangsung kurang dari 1 menit
2) Dapat disertai hilangnya kontrol usus dan kandung kemih3) Saat tonik diikuti klonik pada ekstrenitas atas dan bawah.4) Letargi, konvulsi, dan tidur dalam fase postictal
d. Kejang atonik1) Hilngnya tonus secara mendadak sehingga dapat
menyebabkan kelopak mata turun, kepala menunduk,atau
jatuh ke tanah.
2) Singkat dan terjadi tanpa peringatan.I. Komplikasi
Walaupun kejang demam menyebabkan rasa cemas yang amat
sangat pada orang tua, sebagian kejang demam tidak mempengaruhi
kesehatan jangka panjang, kejang demam tidak mengakibatkan kerusakanotak, keterbelakangan mental atau kesulitan belajar / ataupun epiksi Epilepsy
pada anak di artikan sebagai kejang berulang tanpa adanya demam
kecil kemungkinan epilepsy timbul se telah kejng demam. Sekitar 2 4
anak kejang demam dapat menimbulkan epilepsy, tetapi bukan karena
kejang demam itu sendiri kejang pertama kadang di alami oleh anak
dengan epilepsy pada saat mereka mengalami demam. Namun begitu
-
7/27/2019 Askep Gadar Kejang
11/26
antara 95 98 % anak yang mengalami kejang demam tidak menimbulkan
epilepsy.
Komplikasi yang paloing umum dari kejang demam adalah
adanya kejang demam berulang. Sekitar 33% anaka akan mengalami kejang
berulang jika ,ereka demam kembali. Sekitar 33% anka akan mengalami
kejang berulan g jika mereka demam kembali resiko terulangnya kejang
demam akan lebih tinggi jika :
1. Pada kejang yang pertama, anak hanya mengalami demam yang tidakterlalu tinggi
2. Jarak waktu antara mulainya demam dengan kejang yang sempit3. Ada faktor turunan dari ayah ibunya
Risiko yang akan dihadapi seorang anak sesudah menderita kejang
demam tergantung dari faktor:
1. Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga2. Kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum
anak menderita kejang demam.
3. Kejang yang berlangsung lama atau kejang fokal.Namun begitu faktor terbesar adanya kejang demam berulang ini
adalah usia. Semakin muda usia anak saat mengalami kejang demam, akan
semakin besar kemungkinan mengalami kejang berulang
J. Penyakit-penyakit yang Menyebabkan KejangPenyakit-penyakit yang menyebabkan kejang dapat dikelompokkan
secara sederhana menjadi penyebab kejang epileptik dan penyebab kejang
non-epileptik. Penyakit epilepsi akan dibahas tersendiri sementara kelompok
non-epileptik terbagi lagi menjadi penyakit sistemik, tumor, trauma, infeksi,dan serebrovaskuler.
1. SistemikMetabolik : Hiponatremia, Hipernatremia,
a. HiponatremiaHiponatremia terjadi bila :
1) Jumlah asupan cairan melebihi kemampuan ekskresi,
-
7/27/2019 Askep Gadar Kejang
12/26
2) Ketidakmampuan menekan sekresi ADH (mis : padakehilangan cairan melalui saluran cerna atau gagal jantung
atau sirosis hati atau pada SIADH = Syndrom of
Inappropriate ADH-secretion). Hiponatremia dengan gejala
berat (mis : penurunan kesadaran dan kejang) yang terjadi
akibat adanya edema sel otak karena air dari ektrasel masuk
ke intrasel yang osmolalitas-nya lebih tinggi digolongkan
sebagai hiponatremia akut (hiponatremia simptomatik).
Sebaliknya bila gejalanya hanya ringan saja (mis : lemas
dan mengantuk) maka ini masuk dalam kategori kronik
(hiponatremia asimptomatik).
3) Langkah pertama dalam penatalaksanaan hiponatremiaadalah mencari sebab terjadinya hiponatremia melalui
anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang.
Langkah selanjutnya adalah pengobatan yang tepat sasaran
dengan koreksi Na berdasarkan kategori hiponatremia-nya.
b. HipernatremiaHipernatremia terjadi bila kekurangan air tidak diatasi
dengan baik misalnya pada orang dengan usia lanjut atau penderita
diabetes insipidus. Oleh karena air keluar maka volume otak
mengecil dan menimbulkan robekan pada vena menyebabkan
perdarahan lokal dan subarakhnoid.
Setelah etiologi ditetapkan, maka langkah penatalaksanaan
berikutnya ialah mencoba menurunkan kadar Na dalam plasma ke
arah normal. Pada diabetes insipidus, sasaran pengobatan adalahmengurangi volume urin. Bila penyebabnya adalah asupan Na
berlebihan maka pemberian Na dihentikan.
2. TumorGangguan kesadaran akibat tekanan intrakranial yang
meninggi. Selain menempati ruang, tumor intrakranial juga
menimbulkan perdarahan setempat. Penimbunan katabolit di sekitar
jaringan tumor menyebabkan jaringan otak bereaksi dengan
-
7/27/2019 Askep Gadar Kejang
13/26
menimbulkan edema yang juga bisa diakibatkan penekanan pada vena
sehingga terjadi stasis. Sumbatan oleh tumor terhadap likuor sehingga
terjadi penimbunan juga meningkatkan tekanan intrakranial.
3. TraumaKejang dapat terjadi setelah cedera kepala dan harus segera
diatasi karena akan menyebabkan hipoksia otak dan kenaikan tekanan
intrakranial serta memperberat edem otak. Mula-mula berikan
diazepam 10 mg intravena perlahan-lahan dan dapat diulangi sampai 3
kali bila masih kejang. Bila tidak berhasil dapat diberikan fenitoin 15
mg/kgBB secara intravena perlahan-lahan dengan kecepatan tidak
melebihi 50 mg/menit.
4. InfeksiInfeksi pada susunan saraf dapat berupa meningitis atau abses
dalam bentuk empiema epidural, subdural, atau abses otak. Klasifikasi
lain membahas menurut jenis kuman yang mencakup sekaligus
diagnosa kausal
a. Infeksi viralb. Infeksi bakterialc. Infeksi spiroketald. Infeksi fungale. Infeksi protozoalf. Infeksi metazoal
5. SerebrovaskulerStroke mengacu kepada semua gangguan neurologik
mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya alirandarah melalui sistem suplai arteri otak. Istilah stroke biasanya
digunakan secara spesifik untuk menjelaskan infark serebrum. CVA
(Cerebralvascular accident) dan serangan otak sering digunakan
secara sinonim untuk stroke. Konvulsi umum atau fokal dapat bangkit
baik pada stroke hemoragik maupun strok non-hemoragik.
Stroke sebagai diagnosis klinis untuk gambaran manifestasi
lesi vaskuler serebral dapat dibagi dalam :
-
7/27/2019 Askep Gadar Kejang
14/26
a. Transient ischemic attack,b. Stroke in evolution,c. Completed stroke, yang bisa dibagi menjadi tipe hemoragik
dan tipe non
d. hemoragikK. UjiLaboratoriumdanDiagnostik
1. Elektroensefalogram ( EEG ) : dipakai unutk membantu menetapkanjenis dan fokus dari kejang.
2. Pemindaian CT : menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dribiasanya untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
3. Magneti resonance imaging ( MRI ) : menghasilkan bayangandengan menggunakan lapanganmagnetik dan gelombang radio, berguna
untuk memperlihatkan daerah daerah otak yang itdak jelas terliht bila
menggunakan pemindaian CT
4. Pemindaian positron emission tomography ( PET ) : untuk mengevaluasikejang yang membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi,
perubahan metabolik atau alirann darah dalam otak
5. Uji laboratoriuma. Pungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler
b. Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit c.Panel elektrolit
c. Skrining toksik dari serum dan urind. GDAe. Kadar kalsium darahf.
Kadar natrium darah
g. Kadar magnesium darahL. Penatalaksanaan
1. Pengobatan fase akutDalam penanganan kejang demam, orang tua harus mengupayakan
diri setenang mungkin dalam mengobservasi anak. Beberapa hal
yang harus di perhatikan adalah sebagai berikut
-
7/27/2019 Askep Gadar Kejang
15/26
a. Anak harus di baringkan di tempat yang datar dengan posisimenyamping, bukan terlentang, untuk menghindari bahaya
tersedak.
b. Jangan meletakkan benda apapun dalam mulut sianakseperti sendok atau penggaris, karena justru benda tersebut
dapat menyumbat jalan nafas.
c. Jangan memegangi anak untuk melawan kejang.d. Sebagian besar kejang berlangsung singkat & dan tidak
memerlukan penanganan khusus.
e. Jika kejang terus berlanjut selama 10 menit, anak harus segera dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat. Sumber lain menganjurkan
anak untuk di bawa ke fasilitas kesehatan jika kejang masih
berlanjut setelah 5 menit. Ada pula sumber yang menyatakan
bahwa penanganan lebih baik di lakukan secepat mungkin tanpa
menyatakan batasan menit.
f. Setelah kejang berakhir ( jika < 10 menit ), anak perlu di bawamenemui dokter untuk meneliti sumber demam, terutama jika ada
kakakuan leher, muntah-muntah yang berat,atau anak terus tampak
lemas.
Jika anak di bawa kefasilitas kesehatan , penanganan yang akan
di lakukan selain point-point di atas adalah sebagai berikut :
a. Memastikan jalan nafas anak tidak tersumbatb. Pemberian oksigen melalui face maskc. Pemberian diazepam 0.5 mg /kg berat badan per rectal (melalui)
atau jika terpasang selang infuse 0.2 mg / kg per infuse.d. Pengawasan tanda-tanda depresi pernafasan
Berikut ini table dosis diazepam yang di berikan :
-
7/27/2019 Askep Gadar Kejang
16/26
UsiaDosis IV
(infuse) (0,2 mg/kg)
Dosis per rectal
( 0.5 mg / kg )
< 1 tahun 1-2 mg 2.55 mg
15 tahun 3 mg 7.5 Mg
5-10 tahun 5 mg 10 mg
>10 tahun 5-10 mg 1015 mg
Jika kejang masih berlanjut :
a. Pemberian diazepam 0.2 mg / kg per infuse diulangi. Jikabelum terpasang selang infuse 0.5 mg / kg per rectal
b. Pengawasan tandatanda depresi pernapasan .c. Pemberian fenobarbital 20 30 mg / kg per infuse dalam 30
menit atau fenitoin 15-40 mg / kg per infuse dalam 30 menit .
d. Pemberian Fenitoin hendaknya di sertai dengan monitor EKG(rekam jantung)
Jika kejang masih berlajut, diperlukan penanganan lebih lanjut
di ruang perawatan intensif dengan thiopentone, dan alat bantu
pernafasan.
M.Terapi KejangPenanganan kejang secara modern bermula dari tahun 1850 dengan
pemberian Bromida, dengan dasar teori bahwa epilepsi disebabkan oleh suatu
dorongan sex yang berlebih. Pada tahun 1910, kemudian digunakan
Fenobarbital yang awalnya dipakai untuk menginduksi tidur, kemudian
diketahui mempunyai efek antikonvulsan dan menjadi obat pilihan selama
bertahun-tahun. Sejumlah obat lain yang juga digunakan sebagai pengganti
Fenobarbital termasuk Pirimidone, dan Fenitoin yang kemudian menjadi first
line drug epilepsi utama untuk penanganan kejang parsial dan generalisata
sekunder.
Pada tahun 1968, Karbamazepin awalnya digunakan untuk neuralgia
trigeminal, kemudian pada tahun 1974 digunakan untuk kejang parsial.
Etosuksimid telah digunakan sejak 1958 sebagai obat utama untuk
penanganan absence seizures tanpa kejang tonik klonik generalisata.
-
7/27/2019 Askep Gadar Kejang
17/26
Valproate mulai digunakan 1960 dan saat ini sudah tersedia di seluruh
dunia dan menjadi drug of choice pada epilepsy primer generalisata dan
kejang parsial.
1. FenobarbitalMerupakan obat antiepilepsi atau antikonvulsi yang efektif.
Toksisitasnya relatif rendah, murah, efektif, dan banyak dipakai. Dosis
antikonvulsinya berada di bawah dosis untuk hipnotis. Ia merupakan
antikonvulsan yang non-selektive. Manfaat terapeutik pada serangan
tonik-klonik generalisata (grand mall) dan serangan fokal kortikal.
2. PrimidonEfektif untuk semua jenis epilepsy kecuali absence. Efek
antikonvulsi ditimbulkan oleh primidon dan metabolit aktifnya.
3. HidantoinYang termasuk dalamm golongan ini adalah fenitoin,
mefenitoin dan etotoin. Fenitoin : Fenitoin adalah obat primer untuk
semua bangkitan parsial dan bangkitan tonik-klonik, kecuali bangkitan
absence (absence seizure). Fenitoin tidak sedative pada dosis biasa.
Berbeda dengan fenobarbital, obat ini juga efektif pada beberapa
kasus epilepsy lobus temporalis.
4. KarbamazepineTermasuk dalam golongan iminostilbenes. Manfaat terapeutik
ialah untuk Epilepsi lobus temporalis, sendiri atau kombinasi dengan
bangkitan generalisata tonik-klonik (GTCS).
5. EtosuksimidObat ini dipakai untuk bangkitan absence. Efek antikonvulsi
pada binatang sama halnya dengan trimetadion. Proteksi terhadap
pentilentetrazol, akan menaikkan nilai ambang serangan. Manfaat
terapeutik ialah terhadap bengkitan absence.
6. Asam valproat (Valproic acid)Asam valproat dipakai untuk berbagai jenis serangan atau
bangkitan. Efek sedasinya minimal, efek terhadap SSP lain juga
minimal. Terhadap Pentilen tetrazol, potensi asam valproat lebih besar
-
7/27/2019 Askep Gadar Kejang
18/26
daripada etosuksimid, tapi lebih kecil pada fenobarbital. Asam
valproat lebih bermanfaat untuk bangkitan absence daripada terhadap
bangkitan umum tonik-klonik.
N. PrognosisKejang adalah suatu masalah neurologik yang relative sering dijupai.
Sekitar 10% populasi akan mengalami paling sedikit satu kali kejang seumur
hidup mereka, dengan insiden paling tinggi terjadi pada masa anak-anak dini
dan lanjut usia (setelah usia 60 tahun), dan 0,3% sampai 0,5% akan
didiagnosa mengidap epilepsi (berdasarkan kriteria dua kali kejang tanpa
pemicu)
-
7/27/2019 Askep Gadar Kejang
19/26
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian1. Pengkajian kondisi/kesan umum
Kondisi umum Klien nampak sakit berat
2. Pengkajian kesadaranSetelah melakukan pengkajian kesan umum, kaji status mental
pasien dengan berbicara padanya. Kenalkan diri, dan tanya nama pasien.
Perhatikan respon pasien. Bila terjadi penurunan kesadaran, lakukan
pengkajian selanjutnya.
Pengkajian kesadaran dengan metode AVPU meliputi :
a. Alert (A) : Klien tidak berespon terhadap lingkungan sekelilingnya.b. Respon velbal (V) : klien tidak berespon terhadap pertanyaan
perawat.
c. Respon nyeri (P) : klien tidak berespon terhadap respon nyeri.d. Tidak berespon (U) : klien tidak berespon terhadap stimulus verbal
dan nyeri ketika dicubit dan ditepuk wajahnya
3. Pengkajian PrimerPengkajian primer adalah pengkajian cepat (30 detik) untuk
mengidentifikasi dengan segera masalah aktual dari kondisi life
treatening (mengancam kehidupan). Pengkajian berpedoman pada
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi jika hal memugkinkan.
Prioritas penilaian dilakukan berdasarkan :
a. Airway (jalan nafas) dengan kontrol servikalDitujukan untuk mengkaji sumbatan total atau sebagian dangangguan servikal :
1) Ada/tidaknya sumbatan jalan nafas2) Distres pernafasan3) Adanya kemungkinan fraktur cervical4) Pada fase iktal, biasanya ditemukan klien mengatupkan
giginya sehingga menghalangi jalan napas, klien menggigit
lidah, mulut berbusa, , dan pada fase posiktal, biasanya
-
7/27/2019 Askep Gadar Kejang
20/26
ditemukan perlukaan pada lidah dan gusi akibat gigitan
tersebut
b. Breathing dan ventilasiPada fase iktal, pernapasan klien menurun/cepat, peningkatan
sekresi mukus, dan kulit tampak pucat bahkan sianosis. Pada fase
post iktal, klien mengalami apneu
c. Circulation dengan kontrol perdarahanPada fase iktal terjadi peningkatan nadi dan sianosis, klien biasanya
dalam keadaan tidak sadar.
d. DisabilityKlien bisa sadar atau tidak tergantung pada jenis serangan atau
karakteristik dari epilepsi yang diderita. Biasanya pasien merasa
bingung, dan tidak teringat kejadian saat kejang
e. ExposurePakaian klien di buka untuk melakukan pemeriksaan thoraks,
apakah ada cedera tambahan akibat kejang
4. Pengkajian sekundera. Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa,alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal
pengkajian dan diagnosa medis.
b. Keluhan utama:Klien masuk dengan kejang, dan disertai penurunan kesadaran
c. Riwayat penyakit:Klien yang berhubungan dengan faktor resiko bio-psiko-spiritual.
Kapan klien mulai serangan, pada usia berapa. Frekuansi serangan,ada faktor presipitasi seperti suhu tinggi, kurang tidur, dan emosi
yang labil. Apakah pernah menderita sakit berat yang disertai
hilangnya kesadaran, kejang, cedera otak operasi otak. Apakah klien
terbiasa menggunakan obat-obat penenang atau obat terlarang, atau
mengkonsumsi alcohol. Klien mengalami gangguan interaksi dengan
orang lain / keluarga karena malu ,merasa rendah diri, ketidak
-
7/27/2019 Askep Gadar Kejang
21/26
berdayaan, tidak mempunyai harapan dan selalu waspada/berhati-hati
dalam hubungan dengan orang lain.
1) Riwayat kesehatan2) Riwayat keluarga dengan kejang3) Riwayat kejang demam4) Tumor intrakranial5) Trauma kepala terbuka, stroke
d. Riwayat kejang :1) Bagaimana frekwensi kejang.2) Gambaran kejang seperti apa3) Apakah sebelum kejang ada tanda-tanda awal.4) Apakah ada kehilangan kesadaran atau pingsan5) Apakah ada kehilangan kesadaran sesaat atau lena.6) Apakah pasien menangis, hilang kesadaran, jatuh ke lantai.
e. Pemeriksaan fisik1) Kepala dan leher
Sakit kepala, leher terasa kaku
2) ThoraksPada klien dengan sesak, biasanya menggunakan otot bantu
napas
3) EkstermitasKeletihan,, kelemahan umum, keterbatasan dalam
beraktivitas, perubahan tonus otot, gerakan
involunter/kontraksi otot
4)
EliminasiPeningkatan tekanan kandung kemih dan tonus sfingter. Pada
post iktal terjadi inkontinensia (urine/fekal) akibat otot
relaksasi
5) Sistem pencernaanSensitivitas terhadap makanan, mual/muntah yang
berhubungan dengan aktivitas kejang, kerusakan jaringan
lunak
-
7/27/2019 Askep Gadar Kejang
22/26
B. DiagnosaDiagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1. Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan2. Devisit volume cairan berhubungan dengan output berlebihan
(dehidrasi)
3. Risiko terjadi kerusakn sel otak berhubungan dengn kejang4. Resiko tinggi injuri berhubungan dengan kejang5. Risiko kurang nutrisi berhubungan dengan anoreksia6. Kurang pengetahuan keluarga berhubungan dengan kurangnya
informasi
C. IntervensiDx1 : Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan
Tujuan : Yang diharapkan adalah setelah dilakukan tindakan
keperawatan hipertermi tidak terjadi
riteria Hasil : suhu tubuh normal ( 360c 370c), klien bebas dari
demam Efendi,1995Interverensi Rasional
Beri kompres hangat Dapat membantu mengurangi
demam
Beri dan anjurkan klien banyakminum
Semakin banyak minum akan dapatantu menurunkan demam
anjurkan klien istirahat dengan tirah Istirahat yang baik akan dapat
sedikit membantu penyembuhan
Anjurkan klien untuk memakai
pakaian tipis dan menyerap keringat
Pakaian yang tipis akan memudahkan
sirkulasi dalam dan luar tubuh
Ciptakan suasana yang nyaman (aturventilasi)
Suhu ruangan harus diubah untukmempertahankan suhu mendekati
normal
-
7/27/2019 Askep Gadar Kejang
23/26
Dx2 : Devisit volume cairan berhubungan dengan output berlebihan
(dehidrasi )
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan devisit voleme cairan tidak
terjadi
Kriteria Hasil : menunjukkan keseimbangan cairan, tanda-tanda vital dalam
Interverensi Rasional
kaji perubahan tanda- tanda vital peningkatan suhu atau
memanjangnya demam
meningkatnya laju metabolic dan
kehilangan cairan melalui evaporasi
kaji turgor kelembapan membrane
mukosa ( bibir dan lidah )
Indikator langsung keadekuatan
voleme cairan meskipun membran
mukosa mulut mungkin kering
karena napas mulut dan oksigentambahan.
catat laporan mual atau
muntah
adanya gejala ini menurunkan
masukan oral
pantau masukan dan haluaran memberikan informasi tentang
keadekuatan volume cairan dan
kebutuhan pengganti
tekankan cairan sedikitnya 2500
ml/hari atau sesuai kondisi
individual.
pemenuhan kebutuhan dasar
cairan, menurunkan risiko
dehidrasi
Dx3 : Risiko terjadi kerusakan sel otak berhubungan dengan kejng
(Ngastiyah, 1997, hal:236)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi kerusakan
sel otak, tidakterjadi komplikasi
Kriteria hasil: Tidak ada tanda-tanda kejang, peredaran darah lancar,
suplai oksigen lancar, tidak ada tanda-tanda apnue.
Intervensi RasionalBila terjadi kejang, tidurkan pasien
ditempat yang rata, miringkan
kepala
Diharapkan sistem pernpasan tidak
terjadi gangguan ataupun sumbatan
Pasang sudip lidah Agar lidah tidak tergigit atau lidah
menutup jalan napas
Longgarkan pakaian yang mengikat Proses inspirasi dan ekspirasi
dapat maksimal dan dapat
memberikan rasa nyaman pada
pasien
-
7/27/2019 Askep Gadar Kejang
24/26
Isap lendir sesuai indikasi Melonggarkan pernapasan dan
mencegah terjadinya aspirasi
Berikan oksigen Diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan oksigen diseluruh
aringan
Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian obat anti kejang
Diharapkan dapat mempercepat
proses penyembuhan dan juga
dengan memantau efek samping
secara dini jika timbul efek samping
Dx4 : Risiko injuri berhubungan dengan kejang (suriadi,2001,hal:52)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan resiko injuri tidak terjadi
Keriteria hasil : Faktor penyebab diketahui, mempertahankan aturanpengobatan, meningkatkan keamanan lingkungan
Intervensi Rasional
Hindarkan anak dari benda-
bendayang membahayakan
Tindakan ini dapat membantu
menurunkan injuri
Gunakan alat pengaman dapat melindungi klien dari
bahaya injuri
Bila terjadi kejang, pasang sudip
Lidah
Agar lidah tidak tergigit atau
lidah menutup jalan napas.
Kolaborasi pemberian obat anti kejang Diharapkan dapat mempercepat
proses penyembuhan dan juga
dengan memantau efek samping
secara dini jika timbul efek samping
Dx5 : Risiko kekurangan nutrisi berhubungan dengan anoreksia (
carpenito, 1999, hal:259)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan risiko kekurangan nutrisitidak terjadi
Kriteria hasil : Menunjukkan peningkatan nafsu makan, mempertahankanatau meningkatkan berat badan
Intervensi Rasional
Identifikasi faktor penyebab mual atau
muntah
Pilihan intervensi tergantung pada
penyebab masalah
Auskultasi bunyi usus. Observasi
atau palpasi distensi abdomen
Bunyi usus mungkin menurun atau
tidak ada bila proses infeksi berat
atau memanjang. Distensi abdomen
terjadi sebagai akibaat menelan
udara
-
7/27/2019 Askep Gadar Kejang
25/26
Pertahankan atau tingkatkan oral
higine
Kondisi mulut yang baik dapat
meningkatkan nafsu makan
Berikan porsi kecil tapi sering tindakan ini dapat meningkatkan
masukan meskipun nafsu makan
mungkin lambat untuk kembali
Ukur berat badan dasar adanya kondisi kronis rendahnya
tahanan terhadap infeksi
Dx6 : Kurang pengetahuan keluarga berhubungan dengan kurangnya
informasi (Doenges,1999)
Tujuan : Setelah dilakukan keperawatan, pengetahuan keluarga meningkat.Kriteria hasil : - Keluarga mengerti proses penyakit kejang demam
- Keluarga kooperatif
- Keluargaberperan serta dalam proses perawatan klien
Intervensi Rasional
Kaji tingkat pendidikan
klien/keluarga
Mempengaruhi proses terhadap
penerimaan materi pengetahuan
Kaji tingkat pengetahuan
keluarga/klien
Menentukan pilihan intervensi yang tepat
dalam penyampaian
Lakukan pendidikan kesehatan
tentang kejang demam pada
keluarga klien
Memberikan informasi yang adekuat,
meningkatkan peran serta keluarga dalam
perawatan klienBeri kesempatan keluarga
untuk bertanya
Mengetahui sejauh mana intervensi
berhasil dilakukan
Libatkan keluarga dalam
setiap tindakan pada klien
Masalah kesehatan kesehatan pada anak
melibatkan peranan orang mempersiapkan
perawatan klien ketika dirumah
D. ImplementasiSesuai dengan intervensi
-
7/27/2019 Askep Gadar Kejang
26/26
DAFTAR PUSTAKA
Mardjono, Mahar, Prof.Neurologi Klinis Dasar. Dian Rakyat. Jakarta: 2006
Budiman, Gregory. Basic Neuroanatomical Pathways. Second Edition. FKUI.
Jakarta: 2009.
Dewanto, George, dkk. Panduan Praktis Diangnosis dan Tata Laksana Penyakit
Saraf. EGC. Jakarta: 2009.