radioterapi ca cervix tgs

23
I. KANKER SERVIKS DAN PENYEBABNYA Kanker serviks adalah tumor ganas primer yang berasal dari metaplasia epitel di daerah skuamokolumner junction yaitu daerah peralihan mukosa vagina dan mukosa kanalis servikalis. Kanker serviks merupakan kanker yang terjadi pada serviks atau leher rahim, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim, letaknya antara rahim (uterus) dan liang senggama atau vagina. Kanker leher rahim biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun. Sebanyak 90% dari kanker leher rahim berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju ke rahim. Kanker seviks uteri adalah tumor ganas primer yang berasal dari sel epitel skuamosa. Sebelum terjadinya kanker, akan didahului oleh keadaan yang disebut lesi prakanker atau neoplasia intraepitel serviks (NIS). Penyebab utama kanker leher rahim adalah infeksi Human Papilloma Virus (HPV). Saat ini terdapat 138 jenis HPV yang sudah dapat teridentifikasi yang 40 di antaranya dapat ditularkan lewat hubungan seksual. Beberapa tipe HPV virus risiko rendah jarang menimbulkan kanker, sedangkan tipe yang lain bersifat virus risiko tinggi. Baik tipe risiko tinggi maupun tipe risiko rendah dapat menyebabkan pertumbuhan abnormal pada sel tetapi pada umumnya hanya HPV tipe risiko tinggi yang dapat memicu kanker. Virus HPV risiko tinggi yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual adalah tipe 7,16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59, 68, 69, dan mungkin masih terdapat beberapa tipe yang lain. Beberapa penelitian mengemukakan bahwa lebih dari 90% kanker leher rahim disebabkan oleh tipe 16 dan

Upload: kelling

Post on 24-Jul-2015

213 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Radioterapi CA Cervix Tgs

I. KANKER SERVIKS DAN PENYEBABNYA

Kanker serviks adalah tumor ganas primer yang berasal dari metaplasia epitel di daerah

skuamokolumner junction yaitu daerah peralihan mukosa vagina dan mukosa kanalis servikalis. Kanker

serviks merupakan kanker yang terjadi pada serviks atau leher rahim, suatu daerah pada organ reproduksi

wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim, letaknya antara rahim (uterus) dan liang senggama

atau vagina. Kanker leher rahim biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun. Sebanyak 90% dari

kanker leher rahim berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel

kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju ke rahim.

Kanker seviks uteri adalah tumor ganas primer yang berasal dari sel epitel skuamosa. Sebelum

terjadinya kanker, akan didahului oleh keadaan yang disebut lesi prakanker atau neoplasia intraepitel

serviks (NIS). Penyebab utama kanker leher rahim adalah infeksi Human Papilloma Virus (HPV). Saat ini

terdapat 138 jenis HPV yang sudah dapat teridentifikasi yang 40 di antaranya dapat ditularkan lewat

hubungan seksual. Beberapa tipe HPV virus risiko rendah jarang menimbulkan kanker, sedangkan tipe

yang lain bersifat virus risiko tinggi. Baik tipe risiko tinggi maupun tipe risiko rendah dapat menyebabkan

pertumbuhan abnormal pada sel tetapi pada umumnya hanya HPV tipe risiko tinggi yang dapat memicu

kanker. Virus HPV risiko tinggi yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual adalah tipe 7 ,16, 18, 31,

33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59, 68, 69, dan mungkin masih terdapat beberapa tipe yang lain. Beberapa

penelitian mengemukakan bahwa lebih dari 90% kanker leher rahim disebabkan oleh tipe 16 dan 18.

Yang membedakan antara HPV risiko tinggi dengan HPV risiko rendah adalah satu asam amino saja.

Asam amino tersebut adalah aspartat pada HPV risiko tinggi dan glisin pada HPV risiko rendah dan

sedang (Gastout et al, 1996). Dari kedua tipe ini HPV 16 sendiri menyebabkan .

II. FAKTOR RESIKO KANKER LEHER RAHIM

Faktor yang mempengaruhi kanker serviks yaitu :

• Usia > 35 tahun mempunyai risiko tinggi terhadap kanker leher rahim. Semakin tua usia

seseorang, maka semakin meningkat risiko terjadinya kanker laher rahim. Meningkatnya risiko kanker

leher rahim pada usia lanjut merupakan gabungan dari meningkatnya dan bertambah lamanya waktu

pemaparan terhadap karsinogen serta makin melemahnya sistem kekebalan tubuh akibat usia.

Page 2: Radioterapi CA Cervix Tgs

• Usia pertama kali menikah. Menikah pada usia kurang 20 tahun dianggap terlalu muda untuk

melakukan hubungan seksual dan berisiko terkena kanker leher rahim 10-12 kali lebih besar daripada

mereka yang menikah pada usia > 20 tahun. Hubungan seks idealnya dilakukan setelah seorang wanita

benar-benar matang.

• Wanita dengan aktivitas seksual yang tinggi, dan sering berganti-ganti pasangan. Berganti-

ganti pasangan akan memungkinkan tertularnya penyakit kelamin, salah satunya Human Papilloma Virus

(HPV). Virus ini akan mengubah sel-sel di permukaan mukosa hingga membelah menjadi lebih banyak

sehingga tidak terkendali sehingga menjadi kanker.

• Penggunaan antiseptik. Kebiasaan pencucian vagina dengan menggunakan obat-obatan

antiseptik maupun deodoran akan mengakibatkan iritasi di serviks yang merangsang terjadinya kanker.

• Wanita yang merokok. Wanita perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar terkena kanker

serviks dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok. Penelitian menunjukkan, lendir serviks pada

wanita perokok mengandung nikotin dan zat-zat lainnya yang ada di dalam rokok. Zat-zat tersebut akan

menurunkan daya tahan serviks di samping meropakan ko-karsinogen infeksi virus. Nikotin,

mempermudah semua selaput lendir sel-sel tubuh bereaksi atau menjadi terangsang, baik pada mukosa

tenggorokan, paru-paru maupun serviks. Namun tidak diketahui dengan pasti berapa banyak jumlah

nikotin yang dikonsumsi yang bisa menyebabkan kanker leher rahim.

• Riwayat penyakit kelamin seperti kutil genitalia. Wanita yang terkena penyakit akibat

hubungan seksual berisiko terkena virus HPV, karena virus HPV diduga sebagai penyebab utama

terjadinya kanker leher rahim sehingga wanita yang mempunyai riwayat penyakit kelamin berisiko

terkena kanker leher rahim.

• Paritas (jumlah kelahiran). Semakin tinggi risiko pada wanita dengan banyak anak, apalagi

dengan jarak persalinan yang terlalu pendek..

• Penggunaan kontrasepsi oral dalam jangka waktu lama. Penggunaan kontrasepsi oral yang

dipakai dalam jangka lama yaitu lebih dari 4 tahun dapat meningkatkan risiko kanker leher rahim 1,5-2,5

kali. Kontrasepsi oral mungkin dapat meningkatkan risiko kanker leher rahim karena jaringan leher rahim

merupakan salah satu sasaran yang disukai oleh hormon steroid perempuan.

Page 3: Radioterapi CA Cervix Tgs

III. KLASIFIKASI STADIUM KANKER SERVIKS

Penentuan tahapan klinis penting dalam memperkirakan penyebaran penyakit, membantu

prognosis rencana tindakan, dan memberikan arti perbandingan dari metode terapi. Tahapan stadium

klinis yang dipakai sekarang ialah pembagian yang ditentukan oleh The International Federation Of

Gynecologi And Obstetric (FIGO) tahun 1976. Pembagian ini didasarkan atas pemeriksaan klinik,

radiologi, suktase endoserviks dan biopsi. Tahapan –tahapan tersebut yaitu :

a. Karsinoma pre invasif

b. Karsinoma in-situ, karsinoma intraepitel

c. Kasinoma invasive

Stadium kanker serviks menurut klasifikasi FIGO (Wiknyosastro (1997)

Page 4: Radioterapi CA Cervix Tgs

IV. PATOFISIOLOGI KANKER SERVIKS

Karsinoma serviks timbul di batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan

endoserviks kanalis serviks yang disebut sebagai squamo-columnar junction (SCJ). Histologi antara epitel

gepeng berlapis (squamous complex) dari portio dengan epitel kuboid/silindris pendek selapis bersilia

dari endoserviks kanalis serviks. Pada wanita SCJ ini berada di luar ostius uteri eksternum, sedangkan

pada waniya umur > 35 tahun, SCJ berada di dalam kanalis serviks. Tumor dapat tumbuh :

1. Eksofilik mulai dari SCJ ke arah lUmen vagina sebagai masa yang mengalami infeksi sekunder

dan nekrosis.

2. Endofilik mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stomaserviks dan cenderung untuk mengadakan

infiltrasi menjadi ulkus.

3. Ulseratif mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan serviks dengan melibatkan

awal fornises vagina untuk menjadi ulkus yang luas.

Serviks normal secara alami mengalami proses metaplasi/erosio akibat saling desak-mendesak

kedua jenis epitel yang melapisi. Dengan masuknya mutagen, porsio yang erosif (metaplasia skuamosa)

yang semula fisiologik dapat berubah menjadi patologik melalui tingkatan NIS I, II, III dan KIS untuk

akhirnya menjadi karsinoma invasif.. Sekali menjadi mikroinvasif atau invasif, prose keganasan akan

berjalan terus.

Periode laten dari NIS – I s/d KIS 0 tergantung dari daya tahan tubuh penderita. Umumnya fase

pra invasif berkisar antara 3 – 20 tahun (rata-rata 5 – 10 tahun). Perubahan epitel displastik serviks secara

kontinyu yang masih memungkinkan terjadinya regresi spontan dengan pengobatan / tanpa diobati itu

dikenal dengan Unitarian Concept dari Richard. Hispatologik sebagian besar 95-97% berupa epidermoid

atau squamos cell carsinoma sisanya adenokarsinoma, clearcell carcinoma/mesonephroid carcinoma dan

yang paling jarang adalah sarcoma.

V. GEJALA KLINIS KANKER SERVIKS

Pada tahap awal, terjadinya kanker serviks tidak ada gejala-gejala khusus. Biasanya timbul

gejala berupa ketidak teraturannya siklus haid, amenorhea, hipermenorhea, dan penyaluran sekret vagina

yang sering atau perdarahan intermenstrual, post koitus serta latihan berat. Perdarahan yang khas terjadi

pada penyakit ini yaitu darah yang keluar berbentuk mukoid. Gejala kanker serviks pada kondisi pra-

kanker ditandai dengan Fluor albus (keputihan) merupakan gejala yang sering ditemukan getah yang

keluar dari vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan. Dalam hal

Page 5: Radioterapi CA Cervix Tgs

demikian, pertumbuhan tumor menjadi ulseratif. Perdarahan yang dialami segera setelah bersenggama

(disebut sebagai perdarahan kontak) merupakan gejala karsinoma serviks (75 -80%)..

Nyeri dirasakan dapat menjalar ke ekstermitas bagian bawah dari daerah lumbal. Pada tahap

lanjut, gejala yang mungkin dan biasa timbul lebih bervariasi, sekret dari vagina berwarna kuning, berbau

dan terjadinya iritasi vagina serta mukosa vulva. Perdarahan pervagina akan makin sering terjadi dan

nyeri makin progresif. Menurut Baird (1991) tidak ada tanda-tanda khusus yang terjadi pada klien kanker

serviks. Perdarahan setelah koitus atau pemeriksaan dalam (vaginal toussea) merupakan gejala yang

sering terjadi. Karakteristik darah yang keluar berwarna merah terang dapat bervariasi dari yang cair

sampai menggumpal. Gejala lebih lanjut meliputi nyeri yang menjalar sampai kaki, hematuria dan gagal

ginjal dapat terjadi karena obstruksi ureter. Perdarahan rektum dapat terjadi karena penyebaran sel kanker

yang juga merupakan gejala penyakit lanjut.

VI. DIAGNOSIS KANKER SERVIKS

Pap Smear

Pap smear dapat mendeteksi sampai 90 % kasus kanker serviks secara akurat dan dengan biaya

yang tidak terlalu mahal.. Akibatnya angka kematian akibat kanker servikpun menurun sampai

lebih dari 50 %. Setiap wanita yang telah aktif secara seksual / atau usianya telah mencapai 18

tahun, sebaiknya menjalani pap smear secara teratur yaitu 1 kali  / tahun.. Jika selam 3 kali

berturut – turut menunjukkan hasil yang normal, pap smear bias dilakukan 1 kali / 2 – 3 tahun.

Hasil pemeriksaan pap smear menunjukkan stadium dari kanker serviks :

-           displasia ringan ( perubahan dini yang belum bersifat ganas )

-           displasia berat ( perubahan lanjut yang belum bersifat ganas )

-           karsinoma insitu ( kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar )

-           kanker invasive ( kanker telah menyebar lapisan serviks yang lebih dalam / ke organ

tubuh lainnya )

Biopsy (aspirasi, eksisi, jarum, melubangi)

Dilakukan untuk diagnosa banding dan menggambarkan pengobatan dan dapat dilakukan

melalui sumsum tulang, kulit, organ, dsb.

Page 6: Radioterapi CA Cervix Tgs

Penanda tumor

Zat yang dihasilkan dan disekresikan oleh sel tumor dan ditemukan dalam serum (CEA, antigen

spesifik prostat, HCG, dll.)

Pemeriksaan radiologi

Pemeriksaan intravena urografi, yang dilakukan pada kanker serviks tahap lanjut, yang dapat

menunjukkan adanya obstruksi pada ureter terminal. Pemeriksaan radiologi direkomendasikan

untuk mengevaluasi kandung kemih dan rektum yang meliputi sitoskopi, pielogram intravena

(IVP), enema barium, dan sigmoidoskopi. Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau scan CT

abdomen / pelvis digunakan untuk menilai penyebaran lokal dari tumor dan / atau terkenanya

nodus limpa regional

VII PENGOBATAN KANKER SERVIKS

Terapi karsinoma serviks dilakukan bila mana diagnosis telah dipastikan secara histologik dan

sesudah dikerjakan perencanaan yang matang oleh tim yang sanggup melakukan rehabilitasi dan

pengamatan la njutan (tim kanker / tim onkologi). Pemilihan pengobatan kanker leher rahim tergantung

pada lokasi dan ukuran tumor, stadium penyakit, usia, keadaan umum penderita, dan rencana penderita

untuk hamil lagi. Lesi tingkat rendah biasanya tidak memerlukan pengobatan lebih lanjut, terutama jika

daerah yang abnormal seluruhnya telah diangkat pada waktu pemeriksaan biopsi. Pengobatan pada lesi

prekanker bisa berupa kriosurgeri (pembekuan), kauterisasi (pembakaran, juga disebut diatermi),

pembedahan laser untuk menghancurkan sel-sel yang abnormal tanpa melukai jaringan yang sehat di

sekitarnya dan LEEP (loop electrosurgical excision procedure) atau konisasi

1. Pembedahan

Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar), seluruh kanker

sering kali dapat diangkat dengan bantuan pisau bedah ataupun melalui LEEP (loop electrosurgical

excision procedure) atau konisasi. Dengan pengobatan tersebut, penderita masih bisa memiliki anak.

Karena kanker bisa kembali kambuh, dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan ulang dan Pap smear

setiap 3 bulan selama 1 tahun pertama dan selanjutnya setiap 6 bulan. Jika penderita tidak memiliki

rencana untuk hamil lagi, dianjurkan untuk menjalani histerektomi. Pembedahan merupakan salah

satu terapi yang bersifat kuratif maupun paliatif. Kuratif adalah tindakan yang langsung

menghilangkan penyebabnya sehingga manifestasi klinik yang ditimbulkan dapat dihilangkan.

Sedangkan tindakan paliatif adalah tindakan yang berarti memperbaiki keadaan penderita.

Page 7: Radioterapi CA Cervix Tgs

Histerektomi adalah suatu tindakan pembedahan yang bertujuan untuk mengangkat uterus dan serviks

(total) ataupun salah satunya (subtotal). Biasanya dilakukan pada stadium klinik IA sampai IIA

(klasifikasi FIGO). Umur pasien sebaiknya sebelum menopause, atau bila keadaan umum baik, dapat

juga pada pasien yang berumur kurang dari 65 tahun. Pasien juga harus bebas dari penyakit umum

(resiko tinggi) seperti penyakit jantung, ginjal dan hepar.

2. Kemoterapi

Kemoterapi adalah penatalaksanaan kanker dengan pemberian obat melalui infus, tablet, atau

intramuskuler. Obat kemoterapi digunakan utamanya untuk membunuh sel kanker dan menghambat

perkembangannya. Tujuan pengobatan kemoterapi tegantung pada jenis kanker dan fasenya saat

didiag nosis. Beberapa kanker mempunyai penyembuhan yang dapat diperkirakan atau dapat sembuh

dengan pengobatan kemoterapi. Dalam hal lain, pengobatan mungkin hanya diberikan untuk

mencegah kanker yang kambuh, ini disebut pengobatan adjuvant. Dalam beberapa kasus, kemoterapi

diberikan untuk mengontrol penyakit dalam periode waktu yang lama walaupun tidak mungkin

sembuh. Jika kanker menyebar luas dan dalam fase akhir, kemoterapi digunakan sebagai paliatif

untuk memberikan kualitas hidup yang lebih baik. Kemoterapi secara kombinasi telah digunakan

untuk penyakit metastase karena terapi dengan agen-agen dosis tunggal belum memberikan

keuntungan yang memuaskan. Contoh obat yang digunakan pada kasus kanker serviks antara lain

CAP (Cyclophopamide Adrem ycin Platamin), PVB (Platamin Veble Bleomycin) dan lain –lain.

3. Radioterapi

A. Persiapan Radioterapi

Persiapan radioterapi meliputi pemeriksan laboratorium lengkap, BNO-IVP, pemeriksaan

radiologik tulang-tulang pelvis dan lumbal, mempersiapkan mental penderita. Pemeriksaan laboratorium

meliputi darah tepi, gula darah, kimia darah, EKG. Bila ada anemia harus dikoreksi dulu, karena keadaan

anoksia akan mengurangi kepekaan sel-sel kanker terhadap radiasi, infeksi lokal juga harus diobati dulu

dengan antibiotika lokal ataupun sistemik. Pemeriksaan BNO-IVP diperlukan untuk menetapkan fungsi

ginjal dan untuk menentukan apakah ureter terkena atau tidak. Mental penderita dipersiapkan dengan cara

menjelaskan tentang penyakitnya, cara radiasi (luar atau intrakaviter), efek samping, lama dirawat di

rumah sakit, tentang haid dan hubungan seksual di kemudian hari.

Persiapan radiasi meliputi konsultasi, stimulasi, potograf dan block and shields. Konsultasi

merupakan tahap paling awal dari pengobatan radioterapi. Pada saat konsultasi, ahli radioterapi akan

mengambil data pasien secara akurat, riwayat penyakit serta berbagai pemeriksaan laboratorium lainnya

Page 8: Radioterapi CA Cervix Tgs

yang mungkin diperlukan, Stimulasi kemudian dilakukan, yakni perencanaan radioterapi yang akan

diberikan. Pada tahap ini pasien akan datang ke bagian radioterapi, kemudian berbaring dibawah suatu

mesin yang disebut stimulator. Beberapa peralatan mungkin diperlukan untuk mencegah pasien bergerak

atau merubah posisi agar pengobatan diberikan pada tempat yang tepat. Kemudian akan dibuat beberapa

tanda dan mungkin beberapa foto rontgen yang akan diambil. Foto rontgen yang diambil itu pada

nantinya akan mempermudah ahli radioterapi untuk melakukan pengobatan di kemudian hari, karena

pasien akan mendapatkan radioterapi selama beberapa kali. Stimulasi merupakan tahap yang penting

dalam proses radioterapi. Perlindungan dan pengaman diperlukan selama pasien menjalani pengobatan

radioterapi, yang akan melindungi sel-sel normal dari efek radiasi.

B. Jenis Radioterapi

Dikenal beberapa jenis radioterapi, yaitu radioterapi eksternal dimana terdapat jarak antara

sumber radiasi dengan kulit penderita dengan Cobalt 60 atau linear accelerator. Lapangan operasi

digambar lebih dahulu sebelumnya atau pada hari radiasi dan penderita disuruh datang pada jam yang

telah ditentukan tanpa persiapan khusus. Brachiterapi yaitu sumber radiasi ditempelkan pada tumor,

contohnya brachiterapi intracavitair karsinoma serviks dan radiasi internal dengan memasukkan cairan

radioaktif secara oral ataupun intravena. Misalnya dengan menggunakan Jodium 131 radioaktif untuk

terapi adenokarsinoma papiliferum dan folikular tiroid.

C. Radioterapi Eksternal

Peranan Radioterapi Eksternal Seluruh Panggul (Whole Pelvis)

Radioterapi eksternal pada seluruh panggul (whole pelvis radiation) dapat digunakan untuk

radioterapi tumor-tumor yang terletak di panggul seperti karsinoma vesica urinaria, prostat, serviks,

uterus dan rektum. Kebijakan apakah metastasis limfonodi dimasukkan dalam target volume lapangan

radioterapi eksternal whole pelvis tergantung pada derajat histologi, stadium tumor primer, pola infiltrasi

tumor, pola metastasis jauh. Dosis maksimum pada tumor-tumor di panggul tergantung dari dosis

toleransi maksimal jaringan normal di panggul. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya dosis radiasi

eksternal whole pelvis adalah umur penderita dimana terapi radiasi kurang dapat ditoleransi pada

penderita umur tua dengan keadaan umum yang buruk, beberapa keadaan yang menyebabkan turunnya

dosis toleransi seperti pada kelainan vaskuler pada diabetes, arteriosklerosis yang diikuti hipertensi,

penyakit pada kolon dan rektum sebelumnya, pembedahan maupun kemoterapi yang telah diberikan.

Bagian superior panggul secara normal terisi oleh usus halus ileum yang bergerak bebas dengan dosis

Page 9: Radioterapi CA Cervix Tgs

toleransi maksimum adalah 4 Gy dan 50 Gy dalam 4,5 sampai 5 minggu, sehingga dosis radiasi

maksimum whole pelvis tidak boleh melebihi dosis toleransi usus halus sebesar 45 Gy-50 Gy.

Dosis yang radikal, lebih tinggi dari 50 Gy, akan menyebabkan adhesi segmen usus yang

teradiasi serta atrofi villi chorialis sehingga fungsi absorbsi makanan dan cairan terganggu. CT scan

panggul menunjukkan vesica urinaria yang penuh terbukti dapat mendorong usus halus ke superior,

keluar lapangan radiasi whole pelvis, sehingga disarankan pada saat radiasi whole pelvis, sebaiknya vesica

urinaria penuh.

Struktur dalam panggul yang harus dilindungi adalah rektum, sigmoid serta caput femoris yang

terkena radiasi lapangan lateral. Proktitis dan tenesmus merupakan efek samping radiasi.

Definisi target volume pada karsinoma serviks uteri

Target volume meliputi tumor primer, limfonodi pelvis, limfonodi parailiaka dan limfonodi

iliaka komunis. Target volume ini harus mendapatkan dosis yang homogen sebesar 50. Agar setiap organ

yang menjadi target volume mendapatkan dosis 50 Gy secara homogen, dapat dilaksanakan dengan

menggunakan 4 lapangan radiasi yaitu lapangan anterior, posterior, lateral kanan, lateral kiri. Sehingga

target volume berupa sebuah "kotak" yang terdapat didalam panggul dimana serviks, korpus uteri,

parametrium, salfing, tuba, ovarium kelenjar limfe regional (limfonodi paraservikal, limfonodi

parailiakal, limfonodi paraaortal) sebagian dinding lateral panggul keras, bagian anterior rektum, bagian

posterior vesika urinaria, semuanya masuk didalam "kotak" target volume. Teknik ini disebut "box

system" yang terutama digunakan pada karsinoma serviks uteri stadium inoperable yaitu IIB, IIIA, IIIB

yang tumornya masih utuh, yang infiltratif ke parametrium atau vagina. Untuk karsinoma serviks uteri

stadium IA/1B post operasi pan histerektomi dan karsinoma serviks IIA post operasi Wertheim, teknik

radiasi whole pelvis 2 lapangan anterior-posterior dapat digunakan karena yang harus dieradikasi dengan

radioterapi berupa mikroskopik residual disease karena stadiumnya masih dini sehingga 2 lapangan AP-

PA sudah mencukupi.

Batas-batas lapangan anterior posterior whole pelvis meliputi batas atas tepi atas vertebra

lumbal V, batas bawah tepi bawah foramen obturatoria, batas lateral 2 cm lateral dari linea inominata.

Batas-batas lapangan radiasi lateral whole pelvis meliputi batas atas corpus vertebra lumbal V, batas

bawah foramen obturatoria, batas posterior adalah tepi posterior simfisis ossis pubis.

Page 10: Radioterapi CA Cervix Tgs

Radioterapi eksternal pada karsinoma serviks uteri pasca wertheim

Indikasi radioterapi eksternal pada karsinoma serviks uteri stadium Ia, Ib, IIa adalah terdapat

metastasis limfonodi para iliaka dan para aorta, jenis histologi karsinoma epidermoid berdiferensiasi

buruk, sayatan operasi tidak bebas tumor.

Khusus untuk karsinoma serviks uteri pasca operasi wertheim karena yang dihadapi adalah

mikroskopik disease, radiasi eksternal dapat diberikan dengan dua lapangan anterior posterior dan

posteroanterior dengan dosis 48 Gy s/d 50 Gy dalam 25 fraksi radiasi, dosis perfraksi 2 Gy. Target

volume adalah tumor bed bekas tempat serviks, uterus dan adneksa, proksimal vagina pada punctum

bekas operasi, limfonodi parailiakal, parailiaka komunis.

Bila pada akhir radiasi box system masih didapatkan residual disease pada punctum vagina,

yang dibuktikan dengan pemeriksaan pap smear, dapat dilakukan booster radiasi dengan brakiterapi ovoid

kembar, dengan dosis 500 cGy 2 cm dari source sebanyak 2 kali aplikasi.

Radioterapi eksternal pada karsinoma serviks uteri stadium inoperable IIb, IIIA dan I1Ib

Target volume adalah proksimal vagina, forniks vagina, portio uteri, serviks uteri, korpus uteri,

parametrium, salfing, tuba, ovarium, kelenjar limfe regional (Limfonodi paraservikal, limfonodi

parailiakal, limfonodi paraaortal) sebagian dinding lateral panggul keras, bagian anterior rektum, bagian

posterior vesika urinaria. Teknik radiasi whole pelvis menggunakan sistem box 4 lapangan dengan batas

lapangan seperti sudah disebutkan sebelumnya.

Dosis yang digunakan adalah 46 Gy- 50 Gy dalam 23-25 fraksi radiasi, 2 Gy per fraksi.

Kontribusi dosis dari lapangan anterior 0,6 Gy, lapangan posterior 0,6 Gy, lapangan lateral kanan 0,4 Gy,

lapangan lateral kiri 0,4 Gy. Total dalam 1 hari mendapat dosis per fraksi 2 Gy. Kontribusi dosis dapat

berubah sesuai bentuk panggul, panggul semakin besar dan pipih maka kontribusi dosis dari lapangan

lateral makin kecil < 0,4 Gy, kontribusi dari lapangan anterior dan posterior > 0,6 Gy.

D. Brakiterapi Karsinoma Serviks

Brakiterapi adalah radiasi dalam jarak yang dekat. Sumber radiasi berbentuk kabel, lempengan

yang dimasukkan ke dalam tumor untuk menyalurkan radiasi dengan dosis tinggi. Sumber radioaktif ini

adalah cesium, iridium dan iodine. Pengobatan tipe ini sangat efektif untuk beberapa jenis kanker, seperti

kanker serviks, beberapa kasus kanker leher dan kepala serta kanker paru-paru.

Page 11: Radioterapi CA Cervix Tgs

Terdapat dua jenis brakiterapi. Radiasi intrakaviter adalah salah satu jenis brakiterapi dimana

sumber radiasi ditempatkan pada suatu gagang dan dimasukkan ke dalam organ tubuh, seperti uterus atau

vagina. Radiasi interstisial, pada jenis ini sumber radiasi langsung dimasukkan pada jaringan tubuh dan

diletakkan langsung pada tumor. "High dose rate brachytherapy" merupakan jenis brakiterapi yang baru

yang sangat populer belakangan ini. Sebuah mesin yang memiliki sumber radiasi dengan aktivitas yang

sangat tinggi, kemudian sumber itu disalurkan melalui kateter ke organ yang ada di dekat tumor.

Brakiterapi intracaviter pada karsinoma serviks uteri memungkinkan memberikan dosis yang

tinggi pada sentral tumor primer di serviks uteri untuk mendapatkan kontrol tumor lokal yang maksimal

tanpa melebihi dosis toleransi maksimal pada jaringan normal sekitar tumor. Hal ini dimungkinkan

karena uterus normal dan vagina bersifat relatif radioresisten, sehingga penurunan dosis yang tajam pada

jarak 2 cm dari source radiactive didalam seviks dan uterus serta vagina akan melindungi jaringan normal

sekitar serviks yaitu rektum, vesika urinaria dan intestinum ileum.

E. Radioterapi Radikal

Radioterapi radikal diindikasikan untuk kasus-kasus nonoperable. Pengobatan terdiri dari

radioterapi eksternal (24 kali pengobatan selama 5 minggu) dilanjutkan dengan pengobatan intrakavitas

selama 3 kali. Terapi ini biasanya dilakukan bersamaan dengan pemberian kemoterapi dengan sisplatin.

Radioterapi ajuvan diindikasikan sebagai pengobatan lanjutan pada pasien post operasi histerektomi

radikal dimana didapatkan sel ganas pada limfonodi pelvis dengan batas yang tertutup (25 kali

pengobatan selama 5 minggu).

Kanker vagina

Ini merupakan kasus yang jarang dan manajemennya serupa dengan kanker serviks.

Kanker endometrium

Radioterapi ajuvan diberikan pada pasien dengan risiko tinggi pada stadium I (stadium Ic dan semua

stadium III). Idealnya radioterapi diberikan dalam konteks percobaan ASTEC. Pengobatan terdiri dari

radioterapi eksternal (20-25 pengobatan selama 3 hari). Radioterapi ajuvan dan brachiterapi diberikan

pada wanita dengan stadium II-III. Pada beberapa wanita dengan stadium IIa dengan grade 1-2 pemberian

brakiterapi saja bisa diterapkan (6 kali pemberian). Sarkoma uteri jarang ditemukan dan radioterapi

adjuvant bisa diberikan pada kasus ini.

Page 12: Radioterapi CA Cervix Tgs

F. Efek Samping Radioterapi

Efek samping radioterapi bervariasi pada tiap pasien. Secara umum efek samping tersebut

tergantung dari dosis terapi, target organ dan keadaan umum pasien. Beberapa efek samping berupa

kelelahan, reaksi kulit (kering, memerah, nyeri, perubahan warna dan ulserasi), penurunan sel-sel darah,

kehilangan nafsu makan, diare, mual dan muntah bisa terjadi pada setiap pengobatan radioterapi.

Kebotakan bisa terjadi tetapi hanya pada area yang terkena radioterapi. Radiasi tidak menyebabkan

kehilangan rambut yang total. Pasien yang menjalani radiasi eksternal tidak bersifat radioaktif setelah

pengobatan sehingga tidak berbahaya bagi orang di sekitarnya. Efek samping umumnya terjadi pada

minggu ketiga atau keempat dari pengobatan dan hilang dua minggu setelah pengobatan selesai.

Untuk mengurangi efek samping radioterapi beberapa hal perlu dilakukan. Bila terdapat

kelelahan, pasien dianjurkan untuk tetap beraktivitas seperti biasa, bila memang diperlukan maka

aktivitas bisa dikurangi, usahakan untuk bisa tidur nyenyak di malam hari serta beristirahat yang cukup.

Bila terjadi kehilangan nafsu makan maka sebaiknya pasien dianjurkan untuk makan segala makanan

yang diinginkan, makan dalam jumlah kecil tetapi sering, hindari memakan makanan yang kering, minum

banyak air, bisa diberikan makanan suplemen untuk meningkatkan nafsu makan. Perubahan kulit yang

terjadi bisa dikurangi dengan tidak menggunakan produk-produk pada kulit sebelum radioterapi,

menggunakan baju yang tidak terlalu sempit, menggunakan sabun yang lembut dan air hangat pada saat

membasuh tubuh, dilarang menggosok terlalu keras pada area yang terkena radioterapi, hindari

temperatur yang terlalu panas atau terlalu dingin serta hindari sinar matahari langsung. Pada umumnya

efek samping dari radioterapi akan hilang dengan sendirinya setelah pengobatan dihentikan. Tetapi pada

beberapa kasus yang jarang akan terjadi efek samping yang berkepanjangan karena radiasi menyebabkan

kerusakan pada organ dalam yang berhubungan atau berdekatan dengan tempat tumor.

VII. PROGNOSIS KANKER SERVIKS

Prognosis kanker serviks adalah buruk. Prognosis yang buruk tersebut dihubungkan dengan 85-

90 % kanker serviks terdiagnosis pada stadium invasif, stadium lanjut, bahkan stadium terminal

(Suwiyoga, 2000; Nugroho, 2000). Selama ini, beberapa cara dipakai menentukan faktor prognosis adalah

berdasarkan klinis dan histopatologis seperti keadaan umum, stadium, besar tumor primer, jenis sel,

derajat diferensiasi Broders. Prognosis kanker serviks tergantung dari stadium penyakit. Umumnya, 5-

years survival rate untuk stadium I lebih dari 90%, untuk stadium II 60-80%, stadium III kira - kira 50%,

dan untuk stadium IV kurang dari 30% (Geene,1998; Kenneth, 2000).

Page 13: Radioterapi CA Cervix Tgs

1. Stadium 0 100 % penderita dalam stadium ini akan sembuh.

2. Stadium 1 Kanker serviks stadium I sering dibagi menjadi IA dan IB. Dari semua wanita

yang terdiagnosis pada stadium IA memiliki 5-years survival rate sebesar 95%. Untuk stadium IB 5-years

survival rate sebesar 70 sampai 90%. Ini tidak termasuk wanita dengan kanker pada limfonodi mereka.

3. Stadium 2 Kanker serviks stadium 2 dibagi menjadi 2, 2A dan 2B. Dari semua wanita yang

terdiagnosis pada stadium 2A memiliki 5-years survival rate sebesar 70-90%. Untuk stadium 2B 5-years

survival rate sebesar 60 sampai 65%.

4. Stadium 3 Pada stadium ini 5-years survival rate-nya sebesar 30-50%.

5. Stadium 4 Pada stadium ini 5-years survival rate-nya sebesar 20-30%. 6. Stadium 5 Pada

stadium ini 5-years survival rate -nya sebesar 5-10%.

Page 14: Radioterapi CA Cervix Tgs

DAFTAR PUSTAKA

1. Tjokronagoro, M.. Biologi Sel Tumor Maligna. Fakultas Kedokteran UGM, 2001.

2. Radiotherapy. http://www.cancerlinksusa.com/radiation/info.htm.

3. Azis F., Kampono N., Sjamsudin S., Djakarta M.. Manual Prekanker dan Kanker Serviks uterus. Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran UI. Jakarta. Edisi pertama. 1985.

4. Safety Consideration for Health Care Workers Caring for Radiotherapy. Resource Manual. Health care helath & safety association of ontario (HCHSA). Toronto, Ontario. 2003

Page 15: Radioterapi CA Cervix Tgs

BAGIAN RADIOLOGIFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKALAH

FEBRUARI 2012

RADIOTERAPI KANKER SERVIKS

DISUSUN OLEH

ISBUL C11108261

HADIIDMAN RANTE 110 207 126

BAGIAN RADIOLOGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2012