praktikum dasar elektro

101
PRAKTIKUM DASAR ELEKTRO KELOMPOK 9 (SEMBILAN) LA ODE MUHAMMAD YAMIN (E1D1 13 044) JASRIN (E1D1 13 008) LA ODE SYUKUR (E1D1 13 012) WESNU PRAJATI ( E1D1 13 037) FEBRIAN RAMADHAN (E1D1 13 004) HIDAYAT PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2014

Upload: wesnu-prajati

Post on 11-Jul-2015

663 views

Category:

Education


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: praktikum dasar elektro

PRAKTIKUM DASAR ELEKTRO

KELOMPOK 9 (SEMBILAN)

LA ODE MUHAMMAD YAMIN (E1D1 13 044)

JASRIN (E1D1 13 008)

LA ODE SYUKUR (E1D1 13 012)

WESNU PRAJATI ( E1D1 13 037)

FEBRIAN RAMADHAN (E1D1 13 004)

HIDAYAT

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2014

Page 2: praktikum dasar elektro

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat

limpahan rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini

sesuai waktu yang di tentukan.

Penyusun laporan ini sebagai tindak lanjut yang telah di laksanakan sesuai

kurikulum Tahun Akademik 2013/2014 dimana dalam penyusunan makalah ini

kami menemukan kendalah, namun berkat petunjuk dan bimbingan dari

asisten/teknisi laboratorium maka kendalah tersebut dapat terselesaikan.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

memberikan kami bimbingan dan dorongan selama kami mengikuti praktikum

sehingga selesainya laporan praktikum elektro ini.

Kami menyadari dalam penulisan laporan ini masih banyak terdapat

kekurangan , oleh karena itu kami sebagai insan akademis yang membutuhkan

bimbingan secara intensif. Mudah-mudahan praktikum ini menjadi bahan

teladan/sumbangsi bagi pelaksaan praktikum untuk di abaikan pada Nusa dan

Bangsa.

Kendari, Juni 2014

Penulis

Page 3: praktikum dasar elektro

DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar

Daftar Isi

Jenis percobaan :

1. Hukum Ohm

2. Hukum Kirchhoff

3. Pembagi Tegangan

4. Resistor Di Hubung Seri

5. Karakteristik VDR

6. Karakteristik LDR

7. Karakteristik Dioda

8. Karakteristik NTC

9. Karakteristik lampu pijar

Page 4: praktikum dasar elektro

LAPORAN LENGKAP

PERCOBAAN I

HUKUM OHM

OLEH :

KELOMPOK : 9 (SEMBILAN)

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2014

Page 5: praktikum dasar elektro
Page 6: praktikum dasar elektro

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Landasan Teori

Hukum Ohm merupakan suatu pernyataan bahwa besar arus listrik

yang mengalir melalui sebuah penghantar selalu berbanding lurus dengan

bedapotensial yang di terapkan kepadanya. Sebuah benda penghantar

dikatakan mematuhi hokum ohm apabila nilai resistansinya tidak

bergantung terhadap besar dan polaritas bedapotensial yang dikenakan

kepadanya. Walaupun pernyataan ini tidak selalu berlaku untuk semua

jenis penghantar namun istilah hokum ohm tetap karena alas an sejarah.

Seorang guru fisika deri Jerman bernama George Simon Ohm

(1789-1854) berhasil mendapatkan hubungan antara besarnya

bedapotensial dengan besarnya arus yang mengalir. Ia menyimpulkan

penemuan ini kedalam suatu suatu hokum yang dikenal dengan nama

hokum ohm. Bunyi hokum ohm adalah sebagai berikut :

“Kuat arus yang mengalir dalam suatu penghantar sebanding dengan

bedapotensial antara ujung-ujung penghantar itu, asalkan suatu penghantar

itu tetap’ (Siswoyo, 2008). Secara ringkasnya hokum ini dapat ditulis

sebagai berikut :

V sebanding dengan I

=R

Page 7: praktikum dasar elektro

Dimana :

R = Tahanan (Ω)

V = Tegangan yang diberikan kepada tahanan (V)

I = Arus yang mengalir pada tahanan (A)

Dalam R merupakan persamaan ini merupakan factor perbandingan

yang besarnya tetap untuk suatu penghantar tertentu dan pada suhu tertentu

pula. Factor tetap R ini disebut hambatan listrik.

Dalam suatu hambatan juga dipengaruhi factor-faktor yaitu :

1. Panjang kawat penghantar (I)

Semakin panjang kawat semakin besar pula hambatannya.

2. Luas penampang kawat penghantar (A)

Semakin besar penampang penghantar semakin kecil hambatannya.

3. Hambat jenis kawat penghantar (ƿ)

Semakin besar hambat jenis penghantar semakin besar nilai

hambatanya.

Apabila ada dua titik mempunyai beda potensial berbeda berarti

kedua titik tersebut mempunyai bedapotensial. Kemudian bila kedua

titik tersebut dihubungkan dengan suatu penghantar, maka pada

penghantar tersebut akan mengalir arus listrik. Besarnya arus listrik

tersebut tergantung dari besarnya kedua titik bedapotensial tersebut dan

nilai penghantarnya. Besarnya arus listrik tersebut ternyata berbanding

terbalik dengan tahanan penghantarnya.

Page 8: praktikum dasar elektro

1.2 Tujuan Percobaan

a. Kita dapat membuktikan kebenaran hokum ohm dengan percobaan.

b. Dapat menganalisa hubungan antara tegangan dan arus pada suatu

tahanan tertentu.

c. Mampu menganalisa hubungan antara arus dan tahanan pada tegangan

tertentu.

Page 9: praktikum dasar elektro

BAB II

METODE PRATIKUM

2.1 Waktu dan Tempat

Adapun percobaan ini dilakukan pada :

Hari / tanggal : Sabtu, 07 Juni 2014

Pukul : 09:00 WITA sampai selesai

Tempat : Laboratorium Listirk Dasar

Fakultas teknik

Universitas Halu oleo

2.2 Alat dan Bahan

1. Digital analyzer : 1 buah

2. Modul COM3LAB versi 70011 : 1 buah (pada percobaan hokum

ohm)

3. computer : 1 unit (yang menggunakan

software COM3LAB).

2.3 Langkah Percobaan

1. Meneliti semua peralatan/ bahan yang akan digunakan.

2. Membuat rangkaian seperti pada gambar 2.1

Gambar 2.1 Rangkaian percobaan saklar seri

Page 10: praktikum dasar elektro

3. Mengatur tegangan input pada 2 V.

4. Melakukan pengukuran seperti pada tabel 2.1

5. Mengulangi langkah 3 dan 4 pada tahanan R2 dan R3

2.4 Data Percobaan

Tabel 2.1 Data hasil percobaan

U/V 2 4 6 8 10

I 1/Ma 9,8 19,9 29,9 39,8 50,7

I 2/mA 4,4 7,9 11,8 15,7 20,2

I 3/mA 2,0 4,0 6,1 8 10

Page 11: praktikum dasar elektro

BAB III

ANALISA DATA

3.1 Perhitungan mencari arus ( I ) pada percobaan hokum ohm

.

I untuk V = 2 v

I1 =

I1 untuk V = 4 v

I1 =

I1 untuk V = 6 v

I1 =

I1 untuk V = 8 v

I1 =

I1 untuk V = 10 v

I1 =

I2 untuk V = 2 v

I2 =

I2 untuk V = 4 v

Page 12: praktikum dasar elektro

I2 =

I2 untuk V = 6 v

I2 =

I2 untuk V = 8 v

I2 =

I2 untuk V = 10 v

I2 =

I3 untuk V = 2 v

I3 =

I3 untuk V = 4 v

I3 =

I3 untuk V = 6 v

I3 =

I3 untuk V = 8 v

I3 =

Page 13: praktikum dasar elektro

I3 untuk V = 10 v

I3 =

Table 3.1 Data hasil perhitungan

V/v 2 4 6 8 10

I1 / mA 20 20 30 40 50

I2/ mA 3,92 7,84 11,76 15,68 19,6

I3/ mA 2 4 6 8 10

Table 3.2 Perbandingan pada percobaan hokum Ohm

Data hasil percobaan Data hasil perhitungan

V/v 2 4 6 8 10 V/v 2 4 6 8 10

I1/mA 9,9 20 19,9 29,9 50,4 I1/mA 10 20 30 40 50

I2/mA 4 8,2 12 16,2 19,7 I2/mA 3,92 7,84 11,76 15,68 19,6

I3/mA 2 4,1 6,2 8 10 I3/mA 2 4 6 8 10

Page 14: praktikum dasar elektro

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kuat arus yang mengalir dalam suatu penghantar sebanding dengan

bedapotensial antar ujung-ujung penghantar itu, asalkan suhu penghantar

itu teatap. Untuk mencari tahanan dapat dilakukan dengan menggunakan

alat ukur ohm meter, atau dengan melakukan perhitungan secara

matematis.

4.2 Saran

1. Dalam melakukan pengukuran tahanan atau suatu rangkaian maka

dilakukan sangat teliti menginggat seringkali terjadi, perbedaaan nilai

perhitungan secara matematis dan pengukuran.

2. Semoga laporan pratikum ini dapat menjadi referensi dalam melakukan

penelitian selanjutnya.

Page 15: praktikum dasar elektro

LAPORAN LENGKAP

PERCOBAAN II

HUKUM KIRCHHOFF

OLEH :

KELOMPOK : 9 (SEMBILAN)

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2014

Page 16: praktikum dasar elektro

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Landasan Teori

Hukum Kirchoff I berbunyi “jumlah aljabar dari arus yang menuju

atau masuk dengan arus yang meninggalkan atau keluar pada satu titik

sambungan atau cabang sama dengan nol “Hukum I Kirchoff merupakan

hukum kekekalan muatan listrik yang menyatakan bahwa jumlah muatan

listrik yang ada pada sebuah sistem tertutup adalah tetap. Hal ini berarti

dalam suatu rangkaian bercabang, jumlah kuat arus listrik yang masuk

pada suatu percabangan sama dengan jumlah kuat arus listrik yang ke luar

percabangan itu. Untuk lebih jelasnya tentang Hukum I Kirchoff,

perhatikanlah rangkaian berikut ini:

Gambar 1.1 Rangkaian hokum kirchoff

Hukum Kirchoff II ini berbunyi “di dalam satu rangkaian listrik

tertutup jumlah aljabar antara sumber tegangan dengan kerugian-kerugian

tegangan selalu sama dengan nol.”

Hukum II Kirchoff adalah hukum kekekalan energi yang diterapkan

dalam suatu rangkaian tertutup. Hukum ini menyatakan bahwa jumlah

aljabar dari GGL (Gaya Gerak Listrik) sumber beda potensial dalam

sebuah rangkaian tertutup (loop) sma dengan nol. Secara matematis,

Hukum II Kirchoff ini dirumuskan dengan persamaan

∑ E + ∑ v = 0

Page 17: praktikum dasar elektro

Di mana V adalah beda potensial komponen komponen dalam

rangkaian (kecuali sumber ggl) dan E adalah ggl sumber. Untuk lebih

jelasnya mengenai Hukum II Kirchoff, perhatikanlah sebuah rangkaian

tertutup sederhana berikut ini

Gambar 1.2 Rangkaian tertutup

Di dalam rangkaian listrik (terdiri dari sumber tegangan dan

komponen-komponen), maka akan berlaku Hukum-hukum kirchhoff.

Hukum ini terdiri dari hukum kirchhoff tegangan (Kirchhoff voltage law

atau KVL) dan hukum Kirchhoff arus (Kirchhoff Current Law atau KCL).

Hukum Kirchhoff Tegangan

Hukum ini menyebutkan bahwa di dalam suatu lup tertutup maka

jumlah sumber tegangan serta tegangan jatuh adalah nol.

Gambar 1. 3 rangkaian suatu ikal tertutup dari rangkaian listrik

Seperti diperlihatkan dalam Gambar 1 di atas, rangkaian ini terdiri

dari sumber tegangan dan empat buah komponen. Jika sumber tegangan

dijumlah dengan tegangan jatuh pada keempat komponen, maka hasilnya

adalah nol, seperti ditunjukan oleh persamaan berikut.

V1 + V2 + V3 + V4 – E = 0

Page 18: praktikum dasar elektro

Hukum Kirchhoff Arus

Hukum Kirchhoff arus menyebutkan bahwa dalam suatu simpul

percabangan, maka jumlah arus listrik yang menuju simpul percabangan

dan yang meninggalkan percabangan adalah nol.

Gambar 2. Percabangan arus listrik dalam suatu simpul

Gambar 2 adalah contoh percabangan arus listrik dalam suatu

simpul. Dalam Gambar 2, terdapat tiga komponen arus yang menuju

simpul dan tiga komponen arus yang meninggalkan simpul. Jika keenam

komponen arus ini dijumlahkan maka hasilnya adalah nol, seperti

diperlihatkan dalam persamaan berikut.

I1 + I2 + I6 – I3 – I4 – I5 = 0

1.2 Tujuan Percobaan

a. Kita dapat membuktikan kebenaran hukum Kirchoff I dengan suatu

percobaan

b. Mengetahui harga yang mengatur pada suatu cabang, bila cabang yang lain

diketahui

Page 19: praktikum dasar elektro

BAB II

METODE PRATIKUM

2.1 Waktu dan Tempat

Adapun percobaan ini dilakukan pada :

Hari / tanggal : Sabtu, 07 Juni 2014

Pukul :09:00 WITA sampai selesai

Tempat : Laboratorium Listirk Dasar

Fakultas teknik

Universitas Halu oleo

2.2 Alat dan Bahan

1. Digital analyzer : 1 buah

2. Modul COM3LAB versi 70011 : 1 buah (pada percobaan

hokum kirchoff)

3. komputer : 1 unit (yang menggunakan

software COM3LAB)

2.3 Langkah Percobaan

1. Meneliti semua peralatan/ bahan yang akan digunakan.

2. Membuat rangkaian seperti pada gambar 2.1

Gambar 2.1 Rangkaian percobaan hokum kirchoff

. 3. Melakukan pengukuran seperti pada tabel 2.1

Page 20: praktikum dasar elektro

2.4 Data Percobaan

Tabel 2.4 Data Hasil Percobaan

I1 (mA) I2 (mA) Itot (mA)

12,1 31,2 43,2

Page 21: praktikum dasar elektro

BAB III

ANALISA DATA

3.1 Perhitungan Mencari Arus Total (Itot) I1 dan I2

11 =

= 0,0125 A = 12,5 ma

I2 =

= 0,0321 A = 32,12 ma

Itot = 11 + I2

= 12,5 ma + 32,12 ma

= 44,62 ma

Tabel 3.1 hasil perhitungan pada Hukum Kirchhoff

I1 (ma) I2 (ma) Itot (ma)

12,5 32,12 14,67

Table 3.1 Perbandingan percobaan dan perhitungan

Data percobaan Data perhitungan

I1(ma) I2(ma) Itot(ma) I1(ma) I2 (ma) Itot (ma)

12,1 31,1 13,7 12,5 32,12 14,67

Page 22: praktikum dasar elektro

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pada percobaan hokum kirchoff dapat disimpulkan bahwa arus

total dapat diperoleh dengan menjumlahkan arus-arus yang mengalir pada

masing-masin resistor yang dihubungkan secara paralel.

4.2 Saran

Adapun pada percobaan ini saran dari kami yaitu semoga

kedepannya pratikum ini dapat dijelaskan dengan baik tiap percobaan agar

nantinya dapat dimengerti dengan mudah dan dapat diaplikasikan dalam

bidang yang digeluti yakni teknik elektro.

Page 23: praktikum dasar elektro

LAPORAN LENGKAP

PERCOBAAN III

PEMBAGI TEGANGAN

OLEH :

KELOMPOK : 9 (SEMBILAN)

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2014

Page 24: praktikum dasar elektro

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Landasan Teori

Rangkaian pembagi tengangan biasanya digunakan untuk membuat

suatu tegangan referensi dari sumber tegangan yang lebih besar, titik

tegangan referensi pada sensor. Untuk memeberikan bias pada rangkaian

penguat atau untuk member biar pada rangkaian aktif. Rangkaian pembagi

tegangan pada dasarnya dapat dibuat dengan dua buah resistor. Contoh

rangkaian dasar pembagi tegangan dengan output Vo dari tegangan

sumber V1 menggunakan resistor pembagi tegangan R1 dan R2 seperti

pada gambar dibawah ini:

Rangkaian dasar pembagi tegangan

R1

+

Vs

+ I-

V1 +

_

R2

V0

- -

Gambar 1.1 Rangkaian pembagi tegangan

Dari rangkaian pembagi tegangan diatas dapat dirumuskan

tegangan output Vo, arus (I). Pada R1 dan R2 sehingga nilai tegangan

sumber V1 adalah penjumlahan Vs dan Vo. Sehingga dapat dirumuskan

sebagai berikut :

Page 25: praktikum dasar elektro

VO = V1 X

Rangkaian beban terbebani

R1

+ I

io

V1 +

_

R2

Vo

-

Gambar 1.2 Rangkaian tegangan terbebani

Gambar rangkaian diatas memperlihatkan suatu pembagi tegangan

dengan beban terpasang pada terminal keluarnya, mengambil arus Io dan

penurunan tegangan sebesar Vo. Kita akan mencoba menemukan

hubungan antara Io dan Vo. Jika arus yang mengalir melalui R1 sebesar I

seperti ditunjukkan pada gambar, maka arus yang mengalir melalui R2

adalah sebesar i-io.

Vo = V1

Vo = Vo ic – io Rp

Dimana VoIc adalah besarnya tegangan Vo tanpa tegangan beban

saat Io = 0 dan harga ini disebut sebagai tegangan keluar saat rangkaian

terbuka ( open-circuit output voltage) sebesar :

beban

a

Page 26: praktikum dasar elektro

VoIc = V1

Rp =

Rp di sebut sebagai resistansi sumber dimana besarnya sama

besarnya sama dengan R1 dan R2 yang dihubungkan secara paralel. Harga

VoIc atau Rp tergantung pada sifat beban sehingga efek Vo akibat

besarnya beban dapat dengan mudah dihitung menggunakan

penyederhanaan rangkaian seperti terlihat pada gambar di bawah ini :

Rp

+ Io

VoIc +

- Vo

-

Gambar 1.3 Penyederhanaan rangkaian dengan beban

Dengan rangkaian yang disederhanakan seperti diatas maka dapat

dengan mudah ditentukan tegangan output Vo. Dengan beban adalah R1

maka besarnya tegangan output Vo adalah

Vo = VoIc .

1.2 Tujuan Percobaan

1. Kita dapat membuktikan kebenaran hokum Kirchoff II dengansuatu

percobaan.

2. Menganalisa hubungan tegangan pada suatu rangkaian tertutup.

Beban

Page 27: praktikum dasar elektro

BAB II

METODE PRATIKUM

2.1 Waktu dan Tempat

Adapun percobaan ini dilakukan pada :

Hari / tanggal : Sabtu, 07 Juni 2014

Pukul : 09:00 WITA sampai selesai

Tempat : Laboratorium Listirk Dasar

Fakultas teknik

Universitas Halu oleo

2.2 Alat dan Bahan

1. Digital analyzer : 1 buah

2. Modul COM3LAB versi 70011 : 1buah (pada percobaan

pembagi tegangan)

3. komputer : 1 unit (yang

menggunakan

software COM3LAB).

2.3 Langkah Percobaan

1. Meneliti semua peralatan/ bahan yang akan digunakan.

2. Membuat rangkaian seperti pada gambar 2.1

Page 28: praktikum dasar elektro

V

in = 13 V

Gambar 2.1 Rangkaian percobaan pembagi tegangan

3. Melakukan pengukuran tegangan R1dan R2 , hasil

pengukuran dimasukan pada tabel percobaan

4 . Membuat rangkaian seperti pada gambar 2.2

V

in = 13 V

Gambar 2.2 Pengukuran untuk tegangan V3 dan V4

5. Melakukan pengukuran tegangan R3dan R4 , hasil

pengukuran dimasukan pada tabel percobaan.

6. Membuat rangkaian seperti pada gambar 2.3

Page 29: praktikum dasar elektro

Gambar 2.3 Pengukuran untuk tegangan V5 dan V6

7. Melakukan pengukuran tegangan R5dan R6 , hasil

pengukuran dimasukan pada tabel percobaan.

2.4 Data Percobaan

Tabel 2.1Data Hasil Percobaan

Tegangan (V)

R 1 R 2 R 3 R 4 R 5 R 6

3,66 9,18 6,14 6,12 9,21 3,06

Page 30: praktikum dasar elektro

BAB III

ANALISA DATA

3.1 Perhitungan percobaan pembagi tegangan

R1 = 100 Ω

R2 =

R3 = 200 Ω

R4 =

R5 = 300 Ω

R6 =

3.2 perhitungan tegangan pada pembagi tegangan

Untuk R1 =

=

= 3, 25 Volt

Untuk R2 =

=

= 9,18 Volt

Page 31: praktikum dasar elektro

Untuk R3 =

=

= 6,14 Volt

Untuk R4 =

=

= 6,12 Volt

Untuk R5 =

=

= 9,21 Volt

Untuk R6 =

=

= 3,06 Volt

Table 3.1 Data perhitungan

Data perhitungan

Tegangan (V)

R1

R2

R3

R4

R5

R6

3,25

9,75

6,5

6,5

9,75

3,25

Page 32: praktikum dasar elektro

Tabel 3.1 perbandingan pembagi tegangan

Data percoban Data perhitungan

Tegangan (V) Tegangan (V)

R1

R2

R3

R4

R5

R6

R1

R2

R3

R4

R5

R6

3,66

9,18

6,14

6,12

9,21

3,06

3,25

9,75

6,5

6,5

9,75

3,25

Page 33: praktikum dasar elektro

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari hasil pratikum yang kami lakukan, maka kami

menyimpulkan :

1. Ketika resistor pada rangkaian, dirangkai secara seri maka tegangan

akan terbagi pada setiap resistor yang dilewatinya dimana tegangan

yang terbagi berbanding lurus dengan nilai resistansinya.

2. Tegangan yang terbagi pada setiap resistor merupakn rasio dan

resistansi total pada rangkaian dikalikan dengan total rangkaian.

4.2 Saran

1. Penggunaan peralatan yang canggih dapat memberikan bantuan agar

pengukuran dapat dilakukan dengan sangat teliti.

2. Tenaga ahli merupakan salah satu pendukung agar pengukuran , alat

lebih dapat dilakukan dengan cara yang benar.

3. Semoga laporan pratikum ini dapat memberikan sumbangsi dalam

mencerdaskan kehidupan bangsa terutama dibidang elektro.

Page 34: praktikum dasar elektro

LAPORAN LENGKAP

PERCOBAAN IV

RESISTOR DIHUBUNG SERI

OLEH :

KELOMPOK : 9 (SEMBILAN)

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2014

Page 35: praktikum dasar elektro

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Landasan Teori

Resistansi adalah komponen dasar elektronika yang digunkan untuk

membatasi atau menghambat arus listrik yang melewatinya dalam suatu

rangkaian.

1. Fungsi atau kegunaan resistor dalam rangkaian

a. Sebagai pembagi arus.

b. Sebagai pembagi tegangan .

c. Sebagai penghambat arus listrik.

d. Sebagai penurun tegangan.

2. Macam-Macam Resistor.

a. Resistor Tetap

Resistor tetap adalah resistor yang dinilai hambatannya tidak dapat

dirubah-rubah dan besarnya sudah ditentukan oleh baprik yang

membuatnya.

b. Resistansi Tidak Tetap

Resistansi tidak tetap adalah resistansi yang mempunyai nilai resistansi

yang dapat diubah-ubah sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan

Dalam rangkaian listrik biasanya, tidak hanya terdapat satu buah

tahanan saja pada rangkaian tersebut, tetapi dihubungkan dengan tahanan

lain yang dapat dirangkaikan dengan beberapa cara lain yaitu:

1. Tahanan yang dihubungkan secara seri.

2. Tahanan yang dihubungkan secara paralel.

3. Tahanan yang dihubungkan secara kombinasi.

Dalam keterangan tersebut, jadi jelas bahwa hubungan tahanan

tersebut dirangkai menurut kebutuhan.

Page 36: praktikum dasar elektro

R1 R2 R3

Gambar 1.1 Resistor yang dihubung seri.

Nilai resistansi ( R ) pada rangkaian resistor seri akan lebih besar dan

nilainya adalah penjumlahan semua resistor yang dirangkai tersebut.

Besarnya resistor total ( R ) dalam rangkaian resistor seri diatas dapa

dirumuskan besarnya nilai resistansi ( R ) tersebut sebagai berikut :

R = R1 + R2 + R3

Seperti terlihat dari dalam rangkain seri diatas terlihat bahwa bahwa

semua resistansi dialiri arus listrik dengan nilai tegangan sama. Pada

rangkaian resistor seri adalah berbeda tergangtung nilai resistor yang

dipasang. Jika arus yang mengalir tersebut adalah sama maka dapat

ditentukan besarnya tegangan total berdasarkan hokum ohm :

V1 = I x R1

V2 = I x R2

V3 = I x R3

V = V1 + V2+ V3

Karena arus ( I ) adalah sama maka

V = I ( R1 + R2 + R3 )

1.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu :

Page 37: praktikum dasar elektro

2. Kita dapat membuktikan bahwa nilai tahanan seri (RS) dapat dicari

dengan menggunakan rumus yaitu : RS = R1 + R2 + R3 …….. + Rn

1. Membandingkan hasil pengukuran dan perhitungan pada nilai tegangan

tiap tahanan.

Page 38: praktikum dasar elektro

BAB II

METODE PRATIKUM

2.1 Waktu dan Tempat

Adapun pratikum ini dilaksanakan pada :

Hari/tanggal : Sabtu, 07 Juni 2014

Pukul : 09:00 WITA sampai selesai

Tempat : Laboratorium Listrik Dasar

Fakultas Teknik

Universitas Halu Oleo

2.2 Alat dan Bahan

1. Digital analyzer : 1 buah

2. Modul COM3LAB versi 70011 : 1 buah (pada percobaan resistor yang

dihubung seri)

3. komputer : 1 unit (yang menggunakan software

COM3LAB)

2.3 Langkah Percobaan

1. Meneliti semua peralatan/ bahan yang akan digunakan.

2. Membuat rangkaian seperti pada gambar 2.1

Gambar 2.1 Rangkaian percobaan resistor dihubung seri

3. Melakukan pengukuran seperti pada tabel 2.1

Page 39: praktikum dasar elektro

3.1 Data Percobaan

Tabel 2.1 Data hasil percobaan Resistor dihubung seri

V I (mA)

R1 R2 R3 R tot

0,837 3,25 8,35 15,06 12,35

Page 40: praktikum dasar elektro

BAB III

ANALISA DATA

3.1 Perhitungan Percobaan Resistor Hubung Seri.

Rs = R1 + R2 + R3

= 100 + 390 + 1000

= 1490 Ω

3.2 Menghitung tegangan di setiap tahanan

1. Tahanan pada 100 Ω

V1 = I ∙ R1

= 8,2 mA ∙ 100 Ω

= 0,82 volt

2. Tahanan pada 390 Ω

V2 = I ∙ R2

= 8,2 mA ∙ 390 Ω

= 3,198 volt

3. Tahanan pada 1000 Ω

V3 = I ∙ R3

= 8,2 mA ∙ 1000 Ω

= 8,2 volt

4. Tahanan pada total

Vtot = V1 + V2 + V3

= 0,82 + 3,198 + 8,2

= 12,218 volt

Page 41: praktikum dasar elektro

Table 3.1 Data hasil perhitungan

Data hasil perhitungan

V

I ( MA )

V tot R1 R2 R3 Rtot

0,820 3,198 8,200 12,218 8,2 0,1

Page 42: praktikum dasar elektro
Page 43: praktikum dasar elektro

Table 3.2 Perbandingan percobaan resistor di hubung seri

Data percobaan

Data hasil perhitungan

V

I

(MA)

Vtot

V

I

(MA)

Vtot

R1

R2

R3

Rtot

R1

R2

R3

Rtot

0,824

3,21

8,26

12,15

8,2

12,35

0,820

3,198

8,200

12,218

8,2

12,35

Page 44: praktikum dasar elektro

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari data hasil pratikum yang kami lakukan, maka saya

menyimpulkan :

1. Dalam rangkaian listrik biasanya, tidak hanya terdapat satu buah tahanan

saja pada rangkaian tersebut, tetapi dihubungkan dengan tahanan lain

yang dapat dirangkaikan dengan beberapa cara lain yaitu:

a. Tahanan yang dihubungkan secara seri.

b. Tahanan yang dihubungkan secara paralel.

c. Tahanan yang dihubungkan secara kombinasi.

2. Tahanan total dari rangkaian seri adalah jumlah dari masing-masing

hambatan yang ada dalam rangkaian tersebut

4.2 Saran

1. Penggunaan alat yang tidak terlalu dikuasai akan mengakibatkan

pengambilan data yang sering salah. Oleh karena itu bimbingan yang

sangat serius sangat penting untuk mengatasi masalah ini.

2. Semoga laporan ini menjadi sumber referensi dalam melakukan

penelitian dan pengerjaan tugas dibidang elektro.

Page 45: praktikum dasar elektro

LAPORAN LENGKAP

PERCOBAAN V

KARAKTERISTIK VDR

OLEH :

KELOMPOK : 9 (SEMBILAN)

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2014

Page 46: praktikum dasar elektro

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Landasan Teori

VDR adalah resistor yang nilai hambatannya tergantung dari

besarnya tegangan dimana pada kenaikan tegangan maka nilai

hambatannya akan turun. Resistor VDR biasa digunakan pada pesawat

televise. VDR atau Voltage Dependent Resistor semikonduktor yang

secara prinsip sebagai penggabungan secara anti paralel dari hubungan seri

PN junction. Komponen ini termaksud jenis resistor non linear. Ketika

tegangan variabel. Ketika tegangan variabel maka DC sambungan ke VDR

(Voltage Dependet Resistor) tanpa memperhatikan polaritas arus yang

mengalir mengakibatkan tegangan diseluruh PN junction di hubung seri.

Oleh karena itu, VDR mempunyai tegangan tinggi saat tegangan rendah

dan bertahanan rendah saat tegangan tingggi.

Gambar 1.1 Simbol VDR

Sifat dari VDR adalah semakin besar tegangan yang diterima maka

tahanan akan semakin kecil sehingga arus yang melalui VDR akan sangat

baik digunakan sebagai stabilizer bagi komponen transistor.

Resistansi dari suatu resistor peka tegangan (VDR) jatuh dengan

sangat cepat ketika tegangan yang bekerja pandanya melampaui suatu

tegangan nominal arus melalui VDR dapat diabaikan besarnya tetapi

ketika resistansi jatuh, arus akan menjadi besar dan energi dalam jumlah

signifikan akan terserap.

Page 47: praktikum dasar elektro

R

v

Gambar 1.2 Grafik karakteristik VDR

VDR disebut juga varistor yaitu suatu resistor dengan nilai

tahanan yang variabel non linearnya atau tidak satu garis lurus tergantung

dari tegangan yang diberikan pada VDR tersebut. Nilai resistansi VDR

akan tinggi pada saat VDR tersebut berada pada tengangan ambang

(treshold) dan resistansi akan turun cepat pada saat tegangan yang

diberikan pada VDR tersebut melebihi nilai ambang (treshold).

Bertambah besarnya harga tegangan yang terdapat diujung kedua

VDR, maka hambatn VDR akan menurun. Dalam protek VDR digunakan

sebagai stabilisator tegangan atau sebagai pengaman rangkaian terhadap

kelebihan tegangan. Perhatikan contoh pemakaian VDR pada gambar di

bawah ini :

+ Vo

oV

Gambar 1.3 Contoh pemakaian VDR

D1

D3 D4

V

Page 48: praktikum dasar elektro

1.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan percobaan ini yaitu Dapat memahami prinsip kerja

dan karakteristik VDR

Page 49: praktikum dasar elektro

BAB II

METODE PRATIKUM

2.1 Waktu dan Tempat

Adapun pratikum ini dilaksanakan pada :

Hari/tanggal : Sabtu, 07 Juni 2014

Pukul : 09:00 WITA sampai selesai

Tempat : Laboratorium Listrik Dasar

Fakultas Teknik

Universitas Halu Oleo

2.2 Alat dan Bahan

1. Digital analyzer : 1 buah

2. Modul COM3LAB versi 700112 : 1 buah (pada percobaan karakteristik

VDR)

3. komputer : 1 unit (yang menggunakan software

COM3LAB)

2.3 Langkah Percobaan

1. Membuat rangkaian seperti pada gambar 2.1

Gambar 2.1 Rangkaian VDR

2. Membuka multi meter 1 untuk mengukur arus pada kotak alat

instrument.

Page 50: praktikum dasar elektro

3. Menghubungkan multimeter 1 sebagai ampere meter A(ampere) dan

hubungkan soket yang kanan pada terminal com untuk mengukur arus

listrik yang masuk pada rangkaian.

4. Membuka multimeter 2 untuk mengukur tegangan pada kotak alat

instrument

5. Menghubungkan multimeter 2 sebagai voltmeter dengan

menghubungkan soket kiri pada V(volt) dan hubungkan soket yang

kanan pada terminal com untuk mengukur tegangan pada VDR.

6. Mengatur tegangan input pada 1 V, 4 V, 6 V, 7V 8 V,8.4V, 9.V 9,5

10V,10.5 V, dengan memutar tombol dari generator, dan masukan nilai

pengukuran pada table 2.1

2.4 Data Percobaan

Table 2.1 Data Percobaan

U/ V 10,5 10 9,5 8,5 7,9 6,9 8,9 6,9 6 1

I/ mA 17,7 6 2,9 1,6 0,7 0,7 0 0 0 0

R / Ω 0,6 1,7 3,3 5,6 12 ∞ ∞ ∞ ∞ ∞

Page 51: praktikum dasar elektro

BAB III

ANALISA DATA

3.1 VDR

Untuk tegangan 10,7 volt

R =

=

Ω

Untuk tegangan 10,7 volt

R =

=

Ω

Untuk tegangan 9,5 volt

R =

=

Untuk tegangan 9 volt

R =

=

Untuk tegangan 8,4 volt

R =

=

Page 52: praktikum dasar elektro

Untuk tegangan 8 volt

R =

=

Untuk tegangan 6 volt

R =

=

Untuk tegangan 4 volt

R =

=

Untuk tegangan 1 v

R =

=

Tabel 3.1 Perbandingan Hasil Perhitungan Karakteristik VDR

U/ V 10,7 10,7 9,5 9 8,4 8 2 6 4 1

I/ mA 17,7 6 2,9 2,9 0,7 0 0 0 0 0

R / Ω 6045 2140 3275 5625 1200 ∞ ∞ ∞ ∞ ∞

Page 53: praktikum dasar elektro

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari hasil pratikum yang kami lakukan maka kami menyimpulkan

bahwa VDR resistor yang nilai tahanannya aliran berubah tergantung dari

tegangan yang diterima. VDR merupakan semikonduktor yang secara

prinsip merupakan penggabungan secara paralel dari hubungan seri PN

junction ketika tegangan variabel DC disambung ke VDR tanpa

memperhatikan polaritas arus mengalir menyebabkan seluruh tegangan di

PN junction terhubung seri.

4.2 Saran

Adapun saran dari kelompok kami bahwa penggunaan alat yang

tidak teralu dikuasaiakan mengakibatkan pengambilan data yang sering

salah. Oleh karena itu kami perlu bimbingan yang lebih serius karena

sangat penting untuk mengetahui masalah ini.

Page 54: praktikum dasar elektro

LAPORAN LENGKAP

PERCOBAAN VI

KARAKTERISTIK LDR

OLEH :

KELOMPOK : 9 (SEMBILAN)

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2014

Page 55: praktikum dasar elektro

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Landasan Teori

LDR atau Light Dependet Resitor adalah salah satu jenis resistor

yang nilai hambatannya di pengaruhi oleh cahaya yang diterimanya.

Besarnya nilai hambatan pada LDR tergantung pada besar kecilnys cahaya

yang diterima oleh LDR itu sendiri. Contoh penggunaan adalah pada

lampu taman dan lampu dijalan yag biasa menyala dimalam hari dan

padam pada siang hari secara otomatis. Adapun symbol dari LDR yaitu :

Gambar 1.1 Simbol LDR atau photoresistor

Simbol LDR digambarkan dengan arah panah yang masuk yang

menandakan tahanan berupa tergantung pada intensitas cahaya yang ada

disekitar LDR.

1.1.1 Karakteristik LDR

LDR adalah salah satu bentuk komponen yang mempunyai

perubahan resistansi yang besarnya tergantung pada cahaya.

1.1.2 Prinsip Kerja LDR

Resistansi LDR akan berubah seiring dengan perubahan

intensitas cahaya yang mengenalnya. Dalam keadaan resistansi

LDR sekitas 10 mΩ dan dalam terang sebesar 10 K Ω atau kurang.

LDR terbuat dari bahan semikonduktor seperti kadunium sulfide.

Dengan bahan ini energi dari cahaya yang masuk menyebabkan

lebih banyak muatan yang lepas atau arus listrik meningkat.

Artinya resistansi bahan telah menuruni penurunan.

Page 56: praktikum dasar elektro

1.1.3 Pengontrolan Lampu dan Sensor LDR Menggunkan

Mikrokontroler.

Dalam pengontrolan lampu dan menggunakan

mikrokontroler, kita memerlukan beberapa port pada

mikrokontroler. Untuk pengontrolan lampu menggunakan sensor

cahaya LDR. Satu port dihubungkan lansung kelampu dan satu port

lagi dihubungkan kesensor LDR. Port ini hanya bias mendekati

data digital. Karena lampunyang digunakan ON pada saat diberikan

nilai digital “O” makan lampu ON akan port bernilai “O” dan jika

lampu OFF maka port tersebut bernilai satu.

Rangkaian lampu taman dapat juga dipergunakan sebgai

lampu otomatis luar rumah. Dengan menambahkan sedikit

rangkaian yang sangat sederhana dan memanfaatkan LDR sebagai

sensor cahaya yang membuat lampu menyala secara otomatis

tanpa harus mematikan atau menghidupkan lampu secara manual ,

dimana lampu yang menyala berdasrkan cahaya yang diterima oleh

sensor LDR.

1.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan pada percobaan ini adalah Dapat memahami prinsip

kerja dan karakteristik LDR.

Page 57: praktikum dasar elektro

BAB II

METODE PRATIKUM

2.1 Waktu dan Tempat

Adapun pratikum ini dilaksanakan pada :

Hari/tanggal : Sabtu, 07 Juni 2014

Pukul : 09:00 WITA sampai selesai

Tempat : Laboratorium Listrik Dasar

Fakultas Teknik

Universitas Halu Oleo

2.2 Alat dan Bahan

1. Digital analyzer : buah

2. Modul COM3LAB versi 70012 : 1 buah ( pada percobaan

karakteristik LDR )

3. Komputer : 1 unit (yang

menggunakan software

COM3LAB)

2.3 Langkah Percobaan

1. Membuat rangkaian seperti pada gambar 2.1

Gambar 2.1 Rangkaian percobaan LDR

2. Membuka multimeter 1 untuk mengukur arus pada kotak alat

instrument

Page 58: praktikum dasar elektro

3. Menghubungkan multimeter 1 sebagai ampere meter dengan

menghubungkan soket kiri pada A(ampere) dan hubungkan soket yang

kanan pada terminal com untuk mengukur arus listrik yang masuk pada

rangkaian.

4. Membuka multimeter 2 untuk mengukur tegangan pada kotak alat

instrument.

5. Menghubungkan multimeter 2 sebagai voltmeter dengan

menghubungkan soket kiri pada V(volt) dan hubungkan soket yang

kanan pada terminal com untukmengukur tegangan pada LDR.

6. Memasukan nilai pengukuran pada tabel 2.1

7. Mengatur tegangan input pada 4 V, 5 V, 6 V, 7 V, dan 8 V, serta

memasukan hasil pengukurannya pada tabel 2.1

2.4 Data Percobaan

Tabel 2.1 Data hasil percobaan

VT/v 0 4 5 6 7 8

V/v 12,8 12,5 12 11,2 10,4 9,5

I 11,9 15 19,9 27 35,6 44,9

R/KΩ 1,1 0,8 0,6 0,5 0,4 0,3

Page 59: praktikum dasar elektro

BAB III

ANALISA DATA

3.1 Karakteristik LDR

1. Pada tegangan 12,8 volt

R =

=

= 1075,65 Ω = 1,08 kΩ

2. Pada tegangan 12,5 volt

R =

=

= 833,33 Ω = 0,833 kΩ

3. Pada tegangan 12 volt

R =

=

= 603,02 Ω = 0,603 kΩ

4. Pada tegangan 11,2 volt

R =

=

= 414,81 Ω = 1,415 kΩ

5. Pada tegangan 10,4 volt

R =

=

= 192,13 Ω = 0,192 kΩ

Page 60: praktikum dasar elektro

6. Pada tegangan 9,5 volt

R =

=

= 213,48 Ω = 0,214 kΩ

Table 1.3 Hasil Perhitungan Pada Karakteristik LDR

VT/v 0 4 5 6 7 8

V/v 12,8 12,5 12 11,2 10,4 9,5

I 11,9 15 19,9 27 35,6 44,9

R/KΩ 1,08 0,833 0,603 0,415 0,192 0,124

Page 61: praktikum dasar elektro

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari kami yaitu bahwa LDR akan berubah

seiring dengan perubahan intensitas cahaya yang mengenainya atau ada

disekitarnya. Dalm keadaan resistor LDR sekitar 10Ω dan dalam terang

sebesar 1 KΩ atau kurang. LDR tersebut dari bahan semikonduktor seperti

kadnium sulfide. Dengan bahan ini energi dapat dari cahaya yang jatuh

yang menyebabkan lebih banyak akibat muatan yang dilepas atau arus

listrik meningkat. Artinya resistansinya bahan lebih mengalami penurunan.

4.2 Saran

Saran dari kelompok kami yaitu dalam melakukan pratikum

sebaiknya asisten lebih member kami pengajaran agar kami dapat paham

dan semoga laporan ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan

bermanfaat.

Page 62: praktikum dasar elektro

LAPORAN LENGKAP

PERCOBAAN VII

KARAKTERISTIK DIODA

OLEH :

KELOMPOK : 9 (SEMBILAN)

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2014

Page 63: praktikum dasar elektro

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Landasan Teori

Dioda adalah komponen aktif dua kutub yang pada umumnya

bersifat semikonduktor, yang memperbolehkan arus listrik mengalir ke

satu arah dan mengahambat arus dari arah sebaliknya. Diode dapat

disamakan katub didalam elektronika. Diode sebenarnya tidak dapat

menunjukan karakteristik kesearahan yang sempurna, melainkan

mempunyai karakteristik hubungan arus dan tegangan kompleks yang

tidak linear dan sering kali tergantung pada teknologi atau material yang

digunakan atau parameter penggunaan. Beberaoa jenis diode yang

mempunyai fungsi yang tidak di tujukan untuk penggunaan penyearahan.

Awal mula dari diode adalah piranti cristal cat’s whisker dan

tabung hampa. Saat ini diode yang paling umum dibuat adalah dari bahan

Ssemikonduktor seperti silicon atau germanium.

1.1.1 Sejarah Dioda

Walaupun diode Kristal (semikonduktor) dipopulerkan

sebelum diode termionik. Diode termionik dan diode Kristal

dikembangkan secara terpisah pada waktu yang sama. Prinsip kerja

dari diode termionik ditemukan oleh Frederick Guthril pada tahun

1873. Sedangkan prinsip kerja diode Kristal ditemukan pada tahun

1874 oleh peneliti Jerman, Kail Ferdinand Braun.

Pada waktu penemuan, piranti ini dikenal sebagai

penyearah. Tahun 1919 William Henry Eccles memperkenalkan

istilah diode yang berasal dari di yang berarti yang berarti dua dan

ode (dari ooos) berarti jalur.

1.1.2 Prinsip Kerja Dioda

Prinsip kerja diode pada umumnya adalah sebgai lat yang

terbentuk dari beberapa bahan semikonduktor dengan muatan

anoda (P) dan muatan katoda (H) yang biasanya terdiri dari

geranium atau sislikon yang digabungkan, dan muatan berupa N

merupakan bahan dengan kelebihan electron, dan sebaliknya

Page 64: praktikum dasar elektro

muatan bertipe P merupakan bahan dengan kekurangan satu

electron yang dipisahkan oleh depetron layer yang terjadi akibat

keseimbangan kedua muatan tersebut, oleh karena itu diode

tersebut menghasilkan suatu hole yang berfungsi sebagai pembawa

tegangan atau muatan sehingga terjadi perpindahan sekaligus

pengaliran arus yang terjadi di hole tersebut, yang menghasilkan

tegangan arus searahan atau biasanya disebut dengan DC.

Prinsip kerja diode berbeda dengan prinsip atau teori electron

yang menyebut bahwa arus listrik yang terjadi karenakan oleh

pergerakan electron dari kutub positif menuju kekutub negative,

tetapi diode ini hanya mengalirkan arus satu arah saja yaitu DC.

Oleh karena itu jika diode di aliri oleh tegangan P yang lebih besar

dari muatan N, maka electron yang terdapat pada muatan N akan

mengalir kemuatan P yang disebut dengan format bias. Bila terjadi

sebaliknya, yaitu jika diode tersebut dengan dialiri dengan

tegangan P, maka electron yang ada didalamnya tidak akan

bergerak sehingga diode tidak mengaliri muatan apapun, pada

kondisi seperti ini sering disebut dengan referse bias.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa prinsip kerja

diode adalah salah satu prinsip keraj diode merupakan salah satu

alat sangat unik karena mampu memanipulasi muatan hingga

menjadi muatan yang searah atau DC.

1.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah dapat memahami prinsip

kerja dan karakteristik diode.

Page 65: praktikum dasar elektro

BAB II

METODE PRATIKUM

2.1 Waktu dan Tempat

Adapun pratikum ini dilaksanakan pada :

Hari/tanggal : Sabtu, 07 Juni 2014

Pukul : 09:00 WITA sampai selesai

Tempat : Laboratorium Listrik Dasar Fakultas Teknik

Universitas Halu Oleo

2.2 Alat dan Bahan

1. Digital analyzer : 1 buah

2. Modul COM3LAB versi 700112 : 1 buah (pada percobaan

karakteristik dioda)

3. computer :1 unit (yang menggunakan software

COM3LAB)

2.3 Langkah Percobaan

1. Membuat rangkaian seperti pada gambar 2.1

Gambar 2.1 Rangkaian Dioda

2. Membuka multimeter 1 untuk mengukur arus pada kotak alat

instrument

3. Menghubungkan multimeter 1 sebagai ampere meter dengan

menghubungkan soket kiri pada A(ampere) dan hubungkan soket yang

Page 66: praktikum dasar elektro

kanan pada terminal com untuk mengukur arus listrik yang masuk pada

rangkaian.

4. Membuka multimeter 2 untuk mengukur tegangan pada kotak alat

instrument.

5. Menghubungkan multimeter 2 sebagai voltmeter dengan

menghubungkan soket kiri pada V (volt) dan hubungkan soket yang

kanan pada terminal com untuk mengukur tegangan pada Dioda

6. Mengukur arus pada sepuluh pengaturan tegangan yang berbeda dan

masukkan nilai-nilai dalam tabel. Tarik nilai yang ditunjukkan oleh

multimeter 1dan 2(nilai arus dan tegangan) ke dalam kolom tabel 2.1.

2.4 Data Percobaan

Table 2.1 Data hasil percobaan

Tegangan Input /V -0,2 -0,4 -0,6 -0,8 -1,0 0,2 0,4 0,5 0,6 0,63

Tegangan yang di

ukur /V -0,2 -0,4 -0,6 -0,8 -1,0 0,2 0,4 0,5 0,6 0,63

Arus yang di ukur /

mA 0 0 0 0 0 0 0 0,1 1,6 3,3

Page 67: praktikum dasar elektro

BAB III

ANALISA DATA

3.1 DIODA

Pada saat tegangan input -0,2 v

Dik : V = 0,2 Volt

I = 0,21 mA

Dit : Vin…..?

Penye :

Vin =

=

= 1,05 Volt

2. Tegangan Pada 0,42 volt

Dik : V = 0,42 Volt

I = 0, mA

Dit : Vin…..?

Penye :

Vin =

=

= ∞ Volt

3. Tegangan pada 0,61 Volt

Dik : V = 0,61 Volt

I = 0 mA

Dit : Vin…..?

Penye :

Page 68: praktikum dasar elektro

Vin =

=

= ∞ Volt

4. Tegangan pada 0,01 Volt

Dik : V = 0,01 Volt

I = 0 mA

Dit : Vin…..?

Penye :

Vin =

=

= ∞ Volt

5. Tegangan Pada 1,01 Volt

Dik : V = 1,01 Volt

I = 0 mA

Dit : Vin…..?

Penye :

Vin =

=

= ∞ Volt

6. Tegangan pada 0,22 Volt

Dik : V = 0,22 Volt

Page 69: praktikum dasar elektro

I = 0 mA

Dit : Vin…..?

Penye :

Vin =

=

= ∞ Volt

7. Tegangan pada 0,39 volt

Dik : V = 0,39 Volt

I = 0 mA

Dit : Vin…..?

Penye :

Vin =

=

= ∞ Volt

8. Tegangan Pada 0,47 volt

Dik : V = 0,47 Volt

I = 0 mA

Dit : Vin…..?

Penye :

Vin =

Page 70: praktikum dasar elektro

=

= ∞ Volt

9. Pada Tegangan 0,51 Volt

Dik : V = 0,51 Volt

I = 0 mA

Dit : Vin…..?

Penye :

Vin =

=

= 2,5 Volt

10. Tegangan Pada 0,6 volt

Dik : V = 0,6 Volt

I = 0,1 mA

Dit : Vin…..?

Penye :

Vin =

=

= 0,28 Volt

Page 71: praktikum dasar elektro

Tabel 3.1 Hasil perhitungan percobaan diode

Tegangan Input /V 0,2 -0,4 -0,6 -0,8 -1,0 0,2 0,4 0,5 0,6 0,63

Tegangan yang di

ukur /V 1,05 ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ 2,5 0,28

Arus yang di ukur /

Ma

0,2 0 0 0 0 0 -1 -1 0,20 0,21

Page 72: praktikum dasar elektro
Page 73: praktikum dasar elektro

Tabel 3.2 Hasil Perbandingan dan Perhitungan pada Percobaan karakteristik Dioda

Hasil Percobaan Hasil Perhitungsn

Tegangan Input

/V -0,2 -0,4 -0,6 -0,8 -1,0 0,2 0,4 0,5 0,6 0,6

Tegangan input

/V -0,2 -0,4 -0,6 -0,8 -1,0 0.2 0,4 0,5 0,6 0,6

Tegangan yang

di ukur /V 0,2 0,4 0,6 0,8 -1,0 0,2 0,4 0,5 0,6 0,63

Tegangan yabg

diukur / V 1,05 ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ 2.5 0,28

Arus yang di

ukur / mA 0 0 0 0 0 0 0 0 0,2 2,1

Arus yang di

ukur / mA 0,2 0 0 0 0 0 -1 -1 0,20 0,21

Page 74: praktikum dasar elektro

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari kelompok kami bahwa diode merupakan jenis

kompone pasif. Diode memiliki dua komponen aktif yaitu kaki anoda dan kaki

katoda. Diode tersebut terbuat dari bahan semikonduktor tipe P dan

semikonduktor tipe N yang disambung. Diman semikonduktor P berfungsi

sebagai anoda dan semikonduktor berfungsi sebagai katoda.

4.2 Saran

Adapun saran dari kelompok kami yaitu Sebaiknya dalam kami melakukan

praktek sebaiknya asisten ada didalam ruangan praktek tersebut untuk

membimbing berjalannya praktek agar dalam membuat rangkaian dan

pengambilan data kami tidak salah.

Page 75: praktikum dasar elektro

LAPORAN LENGKAP

PERCOBAAN VIII

KARAKTERISTIK LAMPU PIJAR

OLEH :

KELOMPOK : 4 (EMPAT)

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2014

Page 76: praktikum dasar elektro

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Landasan Teori

Termistor NTC (Negative Coefisien Temperature) merupakan resistor

dengan koefisien temperatur negatif yang sangat tinggi. Termistor jenis ini

dibuat dari oksida dar kelompok elemen transisi besi ( misalnya FE2O3, NiO

CoO dan lain - lain ) .

Oksida - oksida ini mempunyai resistivitas yang sangat tinggi dalam

zat murni , tetap bisa ditransformasikan kedalam semi konduktor dengan

jalan menambahkan sedikit ion ion lain yang valensinya berbeda . Harga

nominal biasanya ditetapkan pada temperatur 25oC . Perubahan resistansi

yang diakibatkan oleh non linieritasnya ditunjukkan dalam bentuk diagram

resistansi dengan temperatur , seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.14

berikut ini.

Gambar 1.1. simbol simbol NTC

Bilamana memungkinkan untuk menemukan termistor NTC untuk

memenuhi seluruh harga NTC yang dibutuhkan, kadang - kadang jauh lebih

ekonomis bila beberapa NTC digabung atau diadaptasikan hargaharga

resistansi yang sudah ada dalam rangkaian dengan salah satu atau lebih

termistor NTC yang kita punyai

Kadang-kadang , dengan menambah resistor seri dan paralel dengan

NTC , dan kita bisa memperoleh harga termistor NTC standart yang kita

Page 77: praktikum dasar elektro

perlukan . Seandainya tidak bisa maka kita perlu mencari type termistor NTC

khusus yang kita butuhkan.

Jadi seandainya dari seluruh kombinasi resistor yang telah kita

lakukan kita tidak mendapat harga NTC standart yang kita butuhkan , maka

dalam hal ini kita perlu mencari NTC sesuai dengan spesifikasi yang kita

butuhkan. Dalam suatu rangkaian dimana terdapat suatu NTC , maka

rangkaian resistor tambahan seringkali banyak manfaatnya .

Contoh berikut ini akan menunjukkan dan menjelaskan suatu hasil

kombinasi antara NTC dengan resistor biasa .Anggap saja sekarang kita

sedang membutuhkan termistor NTC dengan harga yang berkisar antara 50

pada 30o C dan 10 pada 100oC . Tentunya type standart yang mempunyai

karakteristik demikian tidak terdapat dalam program kita . Sekalipun

demikian , kita tak perlu cemas sebab masalah ini bisa kita atasi dengan satu

buah NTC standart dan dua buah resistansi biasa .

paralel dengan sebuah resistor biasa sebesar 6 dan resistor lainsebesar

95 , Dari kombinasi ini , kebutuhan kita akan resistansi pada temperatur 30

oC dan pada temperatur 100 o C akan bisa terpenuhi

Gambar 1.2. Rangkaian NTC

.Untuk lebih jelasnya coba bandingkan gambar grafik NTC standart

dengan kurva hasil kombinasi NTC standart dengan dua buah resistansi

.

Page 78: praktikum dasar elektro

1.2.Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu dapat memahami prinsip kerja

dan karaktristik NTC.

Page 79: praktikum dasar elektro

BAB II

METODE PRAKAKTIKUM

2.1. Waktu dan Tempat

Adapaun waktu dan tempat dilaksanakan praktikum yaitu

Hari, tanggal : sabtu, 7 juni 2014-07-01

Pukul : 09.00 WITA sampai selesai

Tempat : laboratorium listrik dasar

Fakultas Teknik

Universitas Halu oleo

2.2. Alat dan Bahan

a. Digital analyzer : 1 buah

b. Modul COM3LAB versi 70012 : 1 buah pada percobaan karakteristik

NTC

c. Komputer : 1 unit dengan menggunakan software

COM3LAB

2.3. Lankah Percobaan

1. Membuat rangkaian seperti pada gambar

Gambar 2.1. rangkaian karakteristik LDR

Page 80: praktikum dasar elektro

2. Membuka multimeter 1 untuk mengukur arus pada kotak alat instrument

3. Menghubungkan multimeter 1 sebagai ampere meter dengan

menghubungka soket kiri pada A ( ampere) dan menghubungkan soket

kanan pada com untuk mengukur arus listri yang masuk pada rangkaian.

4. Membuka multimeter 2 untuk mengukur tegangan pada kotak alat

instrumen

5. Menghubungkan multimeter 1 sebagai voltmeter dengan menghubungkan

soket kiri paa V ( volt) dan menghubungkan soket kanan pada com.

6. Mengukur arus dan tegangn pada sepuluh pengaturan waktu yang berbeda,

memasukan nilai nilai dalam tabel. Tarik nilai yang ditunjukan multimeter

1 dan 2 ( arus dan tegangan)kedalam kolom.

Page 81: praktikum dasar elektro

Tabel 2.1. percobaan karakteristik NTC

Uf /V 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

U /V 13,3 13,2 13,1 13 12,9 12,8 12,7 12,6 12,5 12,3

I /mA 6,9 7,9 8,7 9,8 10,6 11,8 12,5 13,5 15,1 16,5

R /kΩ 1,9 1,7 1,5 1,3 1,2 1,1 1 0,9 0,8 0,7

Page 82: praktikum dasar elektro

BAB III

ANALISA DATA

3.1. Menghitung tahanan pada percobaan karakteristik ntc

1. Pada teganagan 13,3 volt

R =

=

= = 1, 92 kΩ

2. Pada tegangan 13,2 volt

R =

=

= 1,67

3. Pada tegangan 13,1 volt

R =

=

=1,5 kΩ

4. Pada tegangan 13 volt

R =

Page 83: praktikum dasar elektro

=

= 1,32 kΩ

5. Pada tegangan 12,9 volt

R =

=

= 1,2 kΩ

6. Pada teganagan 12,8volt

R =

=

= 1,08 kΩ

7. Pada tegangan 12,7 volt

R =

=

= 1,016 kΩ

8. Pada tegangan 12,6 volt

R =

Page 84: praktikum dasar elektro

=

= 0,9 kΩ

9. Pada tegangan 12,5 volt

R =

=

= 0,8 kΩ

10. Pada tegangan 12,3volt

R =

=

= 0,7 kΩ

Page 85: praktikum dasar elektro

Tabel 3.1 perhitungan karakteristik NTC

Uf /V 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

U /V 13,3 13,2 13,1 13 12,9 12,8 12,7 12,6 12,5 12,3

I /mA 6,9 7,9 8,7 9,8 10,6 11,8 12,5 13,5 15,1 16,5

R /kΩ 1,9 1,67 1,5 1,32 1,2 1 1,06 0,9 0,8 0,7

tabel 3.2 perbandingan data hasil percobaan dan hasil perhitungan percobaan karakteristik NTC

Uf /V 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Uf /V 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

U /V 13 13 13 13 13 13 13 12,6 12,5 12,3 U /V 13 13 13 13 13 13 13 12,6 12,5 12,3

I /mA 6,9 7,9 8,7 9,8 11 12 13 13,5 15,1 16,5 I /mA 6,9 7,9 8,7 9,8 11 12 13 13,5 15,1 16,5

R /kΩ 1,9 1,7 1,5 1,3 1 1,1 1 0,9 0,8 0,7 R /kΩ 1,9 1,67 1,5 1,32 1,2 1,1 1,06 0,9 0,8 0,7

Page 86: praktikum dasar elektro

3.2. Analisa grafik percobaan karakteristik NTC

Gambar 3.1. grafik percobaan karakteristik NTC

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

1.6

1.8

2

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

percobaan NTC

Page 87: praktikum dasar elektro

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Besar nilai tahanan pada themistor NTC tergantung pada suhu

yang berada di permukaannya. NTC digunakan untuk hal hal yang

berhubungan dengan suhu.

Gambar 4.1. Simbol thenistor NTC

4.2. Saran

1. Semoga laporan ini dapat menjadi refesensi bagi teman teman yang akan

melakukan praktikum elektro di kemudian hari.

2. Sebaiknya disetiap percobaan, dilakukan beberapa kalipercobaan

kemudian hasilnya dirata ratakan.

3. Hasil rata rata itu yang akan menjadi hasil percobaan sehingga hasil

percobaan dan hasil perhitungan tidak berbeda.

Page 88: praktikum dasar elektro

LAPORAN LENGKAP

PERCOBAAN IV

KARAKTERISTIK LAMPU PIJAR

OLEH :

KELOMPOK : 4 (EMPAT)

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2014

Page 89: praktikum dasar elektro

BAB I

PEDAHULUAN

1.1.Landasan Leori

Lampu pijar adalah sumber cahaya buatan yang dihasilkan melalui

penyaluran arus listrik melalui filamen yang kemudian memanas dan

menghasilkan cahaya. Kaca yang menyelubungi filamen panas tersebut

menghalangi udara untuk berhubungan dengannya sehingga filamen tidak

akan langsung rusak akibat teroksidasi.

Lampu pijar dipasarkan dalam berbagai macam bentuk dan tersedia

untuk tegangan (voltase) kerja yang bervariasi dari mulai 1,25 volt hingga

300 volt. Energi listrik yang diperlukan lampu pijar untuk menghasilkan

cahaya yang terang lebih besar dibandingkan dengan sumber cahaya buatan

lainnya seperti lampu pendar dan diode cahaya, maka secara bertahap pada

beberapa negara peredaran lampu pijar mulai dibatasi.

Di samping memanfaatkan cahaya yang dihasilkan, beberapa

penggunaan lampu pijar lebih memanfaatkan panas yang dihasilkan,

contohnya adalah pemanas kandang ayam, [8]

dan pemanas inframerah dalam

proses pemanasan di bidang industri.

1.1.1. Sejarah

Pengembangan lampu pijar sudah dimulai pada awal abad

XIX.

Sejarah lampu pijar dapat dikatakan telah dimulai dengan

ditemukannya tumpukan volta oleh Alessandro Volta.[10]

Pada tahun

1802, Sir Humphry Davy menunjukkan bahwa arus listrik dapat

memanaskan seuntai logam tipis hingga menyala putih. Lalu, pada

tahun 1820, Warren De la Rue merancang sebuah lampu dengan cara

menempatkan sebuah kumparan logam mulia platina di dalam sebuah

tabung lalu mengalirkan arus listrik melaluinya. Hanya saja, harga

logam platina yang sangat tinggi menghalangi pendayagunaan

penemuan ini lebih lanjut. Elemen karbon juga sempat digunakan,

Page 90: praktikum dasar elektro

namun karbon dengan cepat dapat teroksidasi di udara; oleh karena itu,

jawabannya adalah dengan menempatkan elemen dalam vakum.

Pada tahun 1870-an, seorang penemu bernama Thomas

Alva Edison dari Menlo Park, negara bagian New Jersey, Amerika

Serikat, mulai ikut serta dalam usaha merancang lampu pijar. Dengan

menggunakan elemen platina, Edison mendapatkan paten pertamanya

pada bulan April 1879. Rancangan ini relatif tidak praktis namun

Edison tetap berusaha mencari elemen lain yang dapat dipanaskan

secara ekonomis dan efisien. Pada tahun yang sama, Sir Joseph Wilson

Swan juga menciptakan lampu pijar yang dapat bertahan selama 13,5

jam. Sebagian besar filamen lampu pijar yang diciptakan pada saat itu

putus dalam waktu yang sangat singkat sehingga tidak berarti secara

komersial. Untuk menyelesaikan masalah ini, Edison kembali mencoba

menggunakan untaian karbon yang ditempatkan dalam bola lampu

hampa udara hingga pada tanggal 19 Oktober 1879 dia berhasil

menyalakan lampu yang mampu bertahan selama 40 jam.

1.1.2. Konstruksi

Komponen utama dari lampu pijar adalah bola lampu yang

terbuat dari kaca, filamen yang terbuat dari dasar lampu yang terdiri

dari filamen, bola lampu, gas pengisi, dan kaki lampu.

Page 91: praktikum dasar elektro

Keterangan:

1. Bola lampu

2. Gas bertekanan rendah (argon, neon, nitrogen)

3. Filamen wolfram

4. Kawat penghubung ke kaki tengah

5. Kawat penghubung ke ulir

6. Kawat penyangga

7. Kaca penyangga

8. Kontak listrik di ulir

9. Sekrup ulir

10. Isolator

11. Kontak listrik di kaki tengah

Page 92: praktikum dasar elektro

1.1.3. Bola lampu

Selubung gelas yang menutup rapat filamen suatu lampu

pijar disebut dengan bola lampu. Macam-macam bentuk bola lampu

antara lain adalah bentuk bola, bentuk jamur, bentuk lilin, dan bentuk

lustre. Warna bola lampu antara lain yaitu bening, warna susu atau

buram, dan warna merah, hijau, biru, atau kuning

1.1.4. Gas pengisi

Pada awalnya bagian dalam bola lampu pijar dibuat hampa

udara namun belakangan diisi dengan gas mulia bertekanan rendah

seperti argon, neon, kripton, dan xenon atau gas yang bersifat tidak

reaktif seperti nitrogen sehingga filamen tidak teroksidasi.[1]

Konstruksi lampu halogen juga menggunakan prinsip yang sama

dengan lampu pijar biasa[1]

, perbedaannya terletak pada gas halogen

yang digunakan untuk mengisi bola lampu

1.1.5. Kaki lampu

Dua jenis kaki lampu adalah kaki lampu berulir dan kaki

lampu bayonet yang dapat dibedakan dengan kode huruf E (Edison)

dan B (Bayonet), diikuti dengan angka yang menunjukkan diameter

kaki lampu dalam milimeter seperti E27 dan E14.

1.1.6. Operasi

Pada dasarnya filamen pada sebuah lampu pijar adalah

sebuah resistor.[1]

Saat dialiri arus listrik, filamen tersebut menjadi

sangat panas, berkisar antara 2800 derajat Kelvin hingga maksimum

3700 derajat Kelvin.[14]

. Ini menyebabkan warna cahaya yang

dipancarkan oleh lampu pijar biasanya berwarna kuning

Page 93: praktikum dasar elektro

kemerahan.[15]

Pada temperatur yang sangat tinggi itulah filamen

mulai menghasilkan cahaya pada panjang gelombang yang

kasatmata.[1]

Hal ini sejalan dengan teori radiasi benda hitam.

Indeks renderasi warna menyatakan apakah warna obyek

tampak alami apabila diberi cahaya lampu tersebut dan diberi nilai

antara 0 sampai 100.[12]

Angka 100 artinya warna benda yang disinari

akan terlihat sesuai dengan warna aslinya. Indeks renderasi warna

lampu pijar mendekati 100.

1.1.7. Efisiensi

Efisiensi lampu atau dengan kata lain disebut dengan

efikasi luminus[12]

adalah nilai yang menunjukkan besar efisiensi

pengalihan energi listrik ke cahaya dan dinyatakan dalam satuan

lumen per Watt. Kurang lebih 90% daya yang digunakan oleh lampu

pijar dilepaskan sebagai radiasi panas dan hanya 10% yang

dipancarkan dalam radiasi cahaya kasat mata.

Pada tegangan 120 volt, nilai keluaran cahaya lampu pijar

100W biasanya adalah 1.750 lumen, maka efisiensinya adalah 17,5

lumen per Watt.[22]

Sementara itu pada tegangan 230 volt seperti yang

digunakan di Indonesia, nilai keluaran bolam 100W adalah 1.380

lumen[23]

atau setara dengan 13,8 lumen per Watt. Nilai ini sangatlah

rendah bila dibandingkan dengan nilai keluaran sumber cahaya putih

"ideal" yaitu 242,5 lumen per Watt, atau 683 lumen per Watt untuk

cahaya pada panjang gelombang hijau-kuning di mana mata manusia

sangatlah peka.[1]

Efisiensi yang sangat rendah ini disebabkan karena

pada temperatur kerja, filamen wolfram meradiasikan sejumlah besar

radiasi inframerah.

Page 94: praktikum dasar elektro

1.2. Tujuan Percobaan

Asapun tujan percobaan ini yaitu untuk Kita dapat memahmi prinsip

kerja dan karakteristik lampu piijar.

Page 95: praktikum dasar elektro

BAB II

METODE PRAKTIKUM

2.1. Waktu dan Tempat

Adapun waktu dan tempat dilaksanakan praktikum ini yaiu:

Hari, tanggal : sabtu 7 oktober 2014

Pukul :09.00 WITA s.d selesai

Tempat : Laboratorium listrik dasar

Fakultas Teknik

Universitas Halu Oleo.

2.2. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang di gunakan yaitu :

a. Digital analyzer : 1 buah

b. Modul COM3LAB versi 70012 : 1 buah pada percobaan

karakteristik

lampu pijar

c. Komputer : 1 unit dengan menggunakan software

COM3LAB

2.3. Langakah Percobaan

1. Menelitih semua perlatan/ bahan yang akan di gunakan

2. Membuat rangkaian seperti pada gambar

Page 96: praktikum dasar elektro

Gambar 2.1. Rangkaian karakkteristik lampu pikar.

3. Membuka multimeter 1 untuk mengukur arus pada kota alat instrument.

4. Menghubungkan multimetrer 1 sebagai parameter dengan menghubungkan

soket kiri pada A( ampere) dan menghubungkan soket kanan pada terminal

com untuk mengukur arus listrik yang masuk pada rangkaian

5. Membuka multimeter 2 untuk mengukur tegangan pada kota alat

instrument

6. Menghubungkan multimetrer 2 sebagai parameter dengan menghubungkan

soket kiri pada volt dan menghubungkan soket kanan pada terminal com

untuk mengukur tegangan pada lampu.

7. Mengatur tegangan input pada 2 v, 3,9v ,5,9v,7,9 v, 9,9 v, 11,9 v, 13,9 v,

dan kemudian memasukan nilai pengukuran pada tabel yang telah di

tentukan.

Tabel 2.1. Data percobaan karakteristik lampu pijar

U/ V 2 3,9 5,9 7,9 9,9 11,9 13,9

I/ mA 27,3 29,5 49,5 58,8 67,1 74,5 81,6

R / Ω 73,3 40,7 118,7 134,4 147,5 159,7 170,3

Page 97: praktikum dasar elektro

BAB III

ANALISA DATA

2.1. Perhitungan mencari tahanan pada lampu pijar.

1. Pada tegangan 2 volt

R =

=

= 73,26 Ω =73,3 Ω

2. Pada tegangan 3,9 volt

R =

=

= 98,73 Ω

3. Pada tegangan 5,9 volt

R =

=

=118,71 Ω

4. Paa tegangan7,9 volt

R =

=

=134, 35 Ω = 134,4 Ω

Page 98: praktikum dasar elektro

5. Pada tegangan 9,9 volt

R =

=

= 147,54 Ω

6. Pada tegangan 11.9 volt

R =

=

= 159, 73 Ω

7. Pada tegangan 13,9 volt

R =

=

= 170,3 Ω

Page 99: praktikum dasar elektro

Tabel 3.2. perbandingan hasil percobaan dan perhitungan karakteristik lampu pijar

Data prercobaan Data perhitungan

U/ V 2 3,9 5,9 7,9 9,9 11,9 13,9 U/ V 2 3,9 5,9 7,9 9,9 11,9 13,9

I/ mA 27,3 29,5 49,5 58,8 67,1 74,5 81,6 I/ mA 27,3 29,5 49,5 58,8 67,1 74,5 81,6

R / Ω 73,3 101,7 118,7 134,4 147,5 159,7 170,3 R / Ω 73,3 40,7 119 134 148 160 170,3

Tabel 3.1 Data hasil perhitungan karakteristik lampu pijar

U/ V 2 3,9 5,9 7,9 9,9 11,9 13,9

I/ mA 27,3 39,5 49,5 58,8 67,1 74,5 81,6

R / Ω 73,3 98,73 118,7 134,4 147,5 159,7 170,3

Page 100: praktikum dasar elektro

3.2. Analisa grafik pada percobaan karakteristik lampu pijar

Gambar 3.1. grafik percobaan karaktristik lampu pijar

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

1 2 3 4 5 6 7

grafik perhitungan lampu pijar

Page 101: praktikum dasar elektro

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Untuk menghitung arus dalam satuan rangkaian, selain dengan

menggunakan percobaan bisa juga dengan menggunakan hukum ohm untuk

mencari nilai yang belum diketahui. Dengan persamaan:

R =

Keterangan:

V = tegangan (volt)

I = arus (ampere)

R = tahanan (Ω)

4.2. Saran

1. Hasil percobaan yang dilakukan bebrap kali tadi di rata rata kan kemudian

hasil rat rata itu yang akan diambil sebagai hasil percobaan

2. Sebaiknya percobaan jangan dilakukan hanya sekali saja karena untuk

memperkecil nilai kesalahan.