praktikum analisis kimia lingkungan argentometri

25
PRAKTIKUM ANALISIS KIMIA LINGKUNGAN LAPORAN PENENTUAN KANDUNGAN BAHAN ORGANIK PADA LIMBAH BEKAS CUCIAN PIRING RUMAH TANGGA DENGAN TITRASI ARGENTOMETRI SECARA MOHR Oleh: Ni Luh Ramadhani Ade Mula 1313031018/VI L.G. Dwi Karyani 1313031019/VI Made Enny Budi Astuti 1313031027/VI I Putu Junia Purwanto 1313031063/VI JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Upload: dwi-karyani

Post on 08-Jan-2017

91 views

Category:

Education


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Praktikum analisis kimia lingkungan argentometri

PRAKTIKUM ANALISIS KIMIA

LINGKUNGAN

LAPORAN PENENTUAN KANDUNGAN BAHAN ORGANIK PADA LIMBAH BEKAS CUCIAN

PIRING RUMAH TANGGA DENGAN TITRASI ARGENTOMETRI SECARA MOHR

Oleh:Ni Luh Ramadhani Ade Mula 1313031018/VI

L.G. Dwi Karyani 1313031019/VI

Made Enny Budi Astuti 1313031027/VI

I Putu Junia Purwanto 1313031063/VI

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

2016

Page 2: Praktikum analisis kimia lingkungan argentometri

PRAKTIKUM

PENENTUAN KANDUNGAN BAHAN ORGANIK PADA LIMBAH BEKAS CUCIAN

PIRING RUMAH TANGGA DENGAN TITRASI ARGENTOMETRI SECARA MOHR

I. Tujuan

Untuk mengetahui kadar klorida yang terkandung dalam limbah bekas cucian piring rumah

tangga dengan menggunakan titrasi argentometri secara mohr.

II. Dasar Teori

Limbah merupakan sisa dari suatu usaha dan/atau kegiatan manusia baik bentuk padat,

cair, ataupun gas yang dipandang mudah tidak memiliki nilai ekonomis sehingga cenderung

untuk dibuang (Vini, 2011). Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001,

limbah adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya atau

beracun yang karena sifat atau konsentrasi dan jumlahnya baik secara langsung maupun tidak

langsung akan dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup

manusia serta makhluk lain. Jadi, pada dasarnya limbah adalah bahan yang terbuang atau

dibuang dari suatu sumber hasil aktivitas manusia maupun proses-proses alam yang

dipandang tidak memiliki nilai ekonomis.

Berdasarkan sumbernya limbah dapat dibagi menjadi tiga yaitu : (a) limbah domestik

(rumah tangga) yang berasal dari perumahan, perdagangan, dan rekreasi; (b) limbah industri;

dan (c) limbah rembesan dan limpasan air hujan. Menurut Keputusan Mentri Negara

Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 tentang baku mutu air limbah domestik, air limbah

domestik adalah air limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan pemukiman (real estate),

rumah makan (restaurant), perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama. Adapun komposisi

dari air limbah domestik adalah sebagai berikut:

Air Limbah

Air (99,9%) Bahan Padatan

Organik (70%) Anorganik (30%)

- Protein (65%) - Butiran

- Karbohidrat (25%) - Garam

Page 3: Praktikum analisis kimia lingkungan argentometri

- Lemak (10%) - Logam

Limbah cair rumah tangga merupakan sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan yang

berwujud cair yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat menurunkan kualitas

lingkungan. Salah satu jenis limbah cair rumah tangga adalah limbah bekas cuci piring.

Limbah cair rumah tangga yang dalam hal ini limbah bekas cucian piring termasuk ke dalam

limbah cair domestic yang dikarakterisasikan ke dalam darkgrey water (Nur’arif,2008).

Limbah cair rumah tangga selain mengandung bahan organic, juga diduga mengandung

klorida.

Klorida adalah satu senyawa umum yang terdapat pada perairan alam. Senyawa –

senyawa klorida tersebut mengalami proses disosiasi dalam air membentuk ion. Ion klorida

pada dasarnya mempunyai pengaruh kecil terhadap sifat – sifat kimia dan biologi perairan.

Kation dari garam – garam klorida dalam air terdapat dalam keadaan mudah larut.Ion klorida

secara umum tidak membentuk senyawa kompleks yang kuat dengan ion – ion logam.Ion ini

juga tidak dapat dioksidasi dalam keadaan normal dan tidak bersifat toksik.Tetapi kelebihan

garam klorida dapat menyebabkan penurunan kualitas air. Oleh karena itu sangat penting

dilakukan analisis terhadap klorida, karena kelebihan klorida dalam air menyebabkan

pembentukan noda berwarna putih di pinggiran badan air. Adapun kandungan klorida dalam

limbah domestik dapat dilihat pada tabel karakteristik air limbah di bawah ini:

Table 1. Karakteristik Air Limbah Domestik

Parameter Konsentrasi

Kisaran Rata – rata

Padatan:

Terlarut

Tersuspensi

BOD

COD

TOC

250-850

100-350

110-400

250-1000

80-290

500

220

220

500

160

Page 4: Praktikum analisis kimia lingkungan argentometri

Nitrogen:

Organic

NH3

8-35

12-50

15

25

Phospor:

Organic

Anorganik

1-5

3-10

3

5

Klorida

Minyak dan Lemak

Alkalinitas

30-100

50-150

50-200

50

100

100

Anion Cl- dengan larutan perak nitrat AgNO3 membentuk endapan perak klorida , AgCl,

yang seperti dadih dan putih. Perak klorida tak larut dalam air dan dalam asam nitrat encer

tetapi larut dalam larutan amonia encer dan dalam larutan-larutan kalium sianida dan

tiosulfat.

Ion klorida terdapat dalam bentuk senyawa. Begitu juga pada limbah rumah tangga

khususnya limbah bekas cucian piring juga mengandung klorida. Kadar klorida tiap senyawa

berbeda-beda. Oleh karenanya sebelum diolah, maka perlu dilakukan analisis kandungan klor

dalam limbah cair rumah tangga khususnya air bekas cucian piring. Analisis kadar klor ini

dapat dilakukan secara titrasi pengendapan atau sering disebut dengan titrasi argentometri

yaitu dengan metode Mohr.

Titrasi pengendapan adalah suatu proses titrasi yang mengakibatkan terjadinya endapan.

Titrasi yang meliputi reaksi-reaksi pengendapan sangat terbatas dibandingkan dengan

analisis volumetri yang lain (Selamat, 2002). Dalam titrasi pengendapan, zat yang ditentukan

bereaksi dengan titran membentuk senyawa yang sukar larut dalam air. Karena itu kepekatan

zat yang ditentukan itu berkurang selama berlangsungnya proses titrasi. Perubahan kepekatan

itu diamati dekat dengan titik ekivalen dengan bantuan indikator. Namun demikian ada

beberapa persyaratan dalam titrasi pengendapan sehingga pemakaiannya terbatas dalam

titrimetri. Persyaratan itu adalah sebagai berikut:

Page 5: Praktikum analisis kimia lingkungan argentometri

1. Terjadinya kesetimbangan yang serbaneka harus berlangsung cukup cepat;

2. Zat yang ditentukan harus beraksi secara stoikiometri dengan titran;

3. Endapan yang terbentuk harus cukup sukar larut sehinggs terjamin kesempurnaan

reaksi sampai 99,9 %;

4. Harus tersedia cara penentuan titik akhir yang sesuai.

Adapun rangkaian alat titrasi yang digunakan adalah sebagai berikut:

Gambar 01. Buret yang umum digunakan dalam titrasi

Karena persyaratan diatas harus terpenuhi dalam dalam titrasi pengendapan, maka reaksi

pengendapan dengan ion perak yang lazim digunakan dalam titrasi pengendapan.Salah satu

jenis titrasi pengendapan yang sudah lama dikenal adalah melibatkan reaksi pengendapan

antara ion halida (Cl-, I-, Br-) dengan ion perak Ag+. Titrasi ini biasanya disebut sebagai

argentometri yaitu titrasi penentuan analit yang berupa ion halida (pada umumnya) dengan

menggunakan larutan standart perak nitrat (AgNO3). Titrasi argentometri tidak hanya dapat

digunakan untuk menentukan ion halida akan tetapi juga dapat dipakai untuk menentukan

merkaptan (tioalkohol), asam lemak, dan beberapa anion divalen seperti ion fosfat PO43- dan

ion arsenat AsO43-. Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah

larut antara titran dengan analit, sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi penentuan

NaCl dimana ion Ag+ dari titran akan bereaksi dengan ion Cl- dari analit membentuk garam

yang tidak mudah larut AgCl.

AgNO3(aq) + NaCl(aq) AgCl(s)(putih) + NaNO3(aq)

Titrasi argentometri dimana terbentuk endapan yang dibedakan menjadi tiga macam

berdasarkan indicator yang dipakai untuk penentuan titik akhir. Salah satu metode dalam

argentometri adalah Titrasi argentometri cara Mohr. Metode Mohr pertama kali

diperkenalkan oleh K.F Mohr , seorang ahli farmasi Jerman pada tahun 1865. Titrasi ini

terutama digunakan untuk menentukan garam klorida dengan titrasi langsung, atau

Sumber : www.chem-is-try.org

Page 6: Praktikum analisis kimia lingkungan argentometri

menentukan garam perak dengan titrasi kembali setelah ditambah larutan standar NaCl

berlebih. Titrasi argentometri cara Mohr menggunakan ion-ion kromat (CrO42-) sebagai

indikator. Titik akhir titrasi ditandai dengan terbentuknya endapan merah kecoklatan dari

Ag2CrO4. Apabila ke dalam larutan yang mengandung ion klorida ditambahkan indikator

K2CrO4 dan selanjutnya dititrasi dengan larutan standar AgNO3 maka akan terjadi

pengendapan bertingkat berikut:

1. Cl- + Ag+ ↔ AgCl Ksp = 1,2 x 10-10

2. CrO42- + 2Ag+ ↔ Ag2CrO4 Ksp = 1,7 x 10-12

Dari dua persamaan reaksi tersebut dapat dihitung konsentrasi ion kromat pada saat AgCl

mulai mengendap yaitu sebesar 0,014 M. Dengan demikian untuk menghindari pengendapan

Ag2CrO4 mendahului atau berbarengan dengan AgCl maka konsentrasi ion kromat yang

dipergunakan harus lebih kecil dari 0,014 M.

Tirasi Argentometri cara Mohr harus dilakukan dalam suasana yang relatif netral. Pada

kondisi pH terlalu tinggi, menyebabkan terbentuknya endapan AgOH dan lebih lanjut terurai

menjadi Ag2O sehingga titran yang diperlukan menjadi lebih banyak.

2Ag+ + 2OH- ↔ 2 AgOH(s) ↔ Ag2O(s) + H2O

Pada kondisi pH terlalu rendah ion CrO42- sebagian berubah menjadi Cr2O7

2-. Dengan

berkurangnya konsentrasi indikator akan menyebabkan timbulnya endapan menjadi sangat

terlambat.

2H+ + 2CrO42- ↔ Cr2O7

2- + H2O

Selama titrasi Mohr, larutan diaduk dengan baik untuk menghindari terjadinya kelebihan

titran secara lokal. Hal ini dapat menyebabkan indikator mengendap sebelum titik ekivalen

tercapai dan oklusi oleh endapan AgCl yang terbentuk nanti, serta akibat lebih lanjut adalah

titik akhir menjadi tidak tajam.

Untuk menentukan kadar klorida dalam limbah bekas cucian rumah tangga, dapat

dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini:

Kadar Cl- (mg/L) = ( A−B ) X N X 35,450

V

Keterangan :

A = volume larutan baku AgNO3 untuk titrasi contoh uji (mL)

B = volume larutan baku AgNO3 untuk titrasi blanko (mL)

Page 7: Praktikum analisis kimia lingkungan argentometri

N = normalitas larutan baku AgNO3 (mgrek/mL)

V = volume contoh uji

III. ALAT DAN BAHAN

a. Alat

No Nama Alat Ukuran Jumlah

1 Buret 50mL 1

2 Labu erlenmeyer 20mL 5

3 Labu Erlenmeyer 100mL 2

4 Gelas ukur 10mL 1

5 Pipet volumetri 10mL 1

6 Gelas piala 250 mL 1

7 Spatula - 1

8 pH meter - 1

9 Corong - 1

10 Timbangan analitik - 1

11 Kaca arloji - 1

12 Labu ukur 100 mL 1

b. Bahan

No Nama Bahan Konsentrasi/Spesifikasi Amount

1 Larutan NaCl 0,0141 N 100 mL

2 Larutan K2CrO4 5% 5% Secukupnya

3 Larutan AgNO3 0,1M Secukupnya

4 Padatan NaOH - Secukupnya

5 H2SO4 - Secukupnya

6 Sampel (Limbah Cucian Piring)

- 30 mL

Page 8: Praktikum analisis kimia lingkungan argentometri

IV. PROSEDUR DAN HASIL PENGAMATAN

No Prosedur Kerja Hasil Pengamatan

Pembuatan larutan natrium klorida (NaCl) 0,0141 N

1 Serbuk NaCl dikeringkan didalam

oven bersuhu 1400C selama 2 jam,

kemudian didinginkan didalam

desikator.

-

2 Sebanyak 0,824 gram NaCl kering

ditimbang, kemudian dilarutkan

dengan air suling bebas klorida ke

dalam labu ukur 1000 mL sampai

tanda batas. Larutan ini

mempunyai kadar klorida 500 µg

Cl-/mL.

-

Larutan Indikator Kalium Kromat (K2CrO4) 5% b/v

1 Sebanyak 5,0080 g K2CrO4

dilarutkan dengan sedikit air suling

bebas klorida. Larutan AgNO3

ditambahkan sampai mulai

terbentuk endapan merah

kecoklatan yang jelas. dibiarkan

selama 12 jam, lalu di saring.

Filtrat yang diperoleh diencerkan

dengan air suling bebas klorida

hingga volume 100 mL.

-

Pembuatan Larutan Baku Perak Nitrat (AgNO3) 0,1M

1 Sebanyak 8,5 g AgNO3 dilarutkan Sebanyak 8,5 gram AgNO3 dilarutkan

Page 9: Praktikum analisis kimia lingkungan argentometri

dengan air suling bebas klorida

dalam labu ukur 500 mL sampai

tanda batas. Pembakuan dilakukan

dengan menggunakan larutan NaCl

0,0141 N. Simpan di dalam botol

berwarna coklat

dengan aquades dalam labu ukur 500 mL

sampai tanda batas.

Gambar 01. Larutan AgNO3

Pembakuan larutan baku perak nitrat (AgNO3) dengan NaCl 0,0141 N

1 Sebanyak 25 mL larutan NaCl

0,0141 N dipipet dan dimasukkan

ke dalam labu erlenmeyer

berukuran 100 mL.

-

2 Sebanyak 1 mL larutan indikator

K2CrO4 5% b/v ditambahkan ke

dalam larutan tersebut dan diaduk.

-

3 Kemudian dititrasi dengan larutan

AgNO3 sampai terjadi warna merah

kecoklatan.

-

4 Volume larutan AgNO3 yang

digunakan untuk titrasi dicatat.

kemudian dirata-ratakan.

Titrasi

ke

Volume NaCl Volume

AgNO3

1 5 mL

2 5 mL

Page 10: Praktikum analisis kimia lingkungan argentometri

3 5 mL

Volume rata-rata

Prosedur Persiapan Contoh Uji ( Limbah Rumah Tangga)

1 Sampel limbah rumah tangga

disiapkann terlebih dahulu

Limbah yang digunakan adalah limbah

rumah tangga yaitu air bekas cucian piring

Gambar 02. Sampel limbah cucian piring

rumah tangga

2 Limbah disaring menggunakan

kertas saring

Limbah di saring menggunakan kertas saring

dan warna limbah setelah disaring adalah

bening.

Gambar 03. Penyaringan limbah dengan

kertas saring

3 Apabila warna limbah setelah

disaring adalah pekat, maka

Pada prosedur ini tidak dilakukan, karena

warna limbah yang dihasilkan setelah

Page 11: Praktikum analisis kimia lingkungan argentometri

ditambahkan 3mL suspense

Al(OH)3, dan diaduk, biarkan

sampai terbentuk endapan

dilakukan penyaringan adalah bening

4 Sebanyak 1mL H2O2 30%

ditambahkan kedalam limbah yang

telah disaring. Ini dilakukan

apabila limbah mengandung

sulfide, sulfit atau tiosulfat

-

5 Limbah disaring menggunakan

kertas saring

-

6 pH sampel limbah dicek hingga

kisaran 7 sampai dengan 10.

Apabila pH terlalu asam maka

ditambah NaOH pada sampel tetes

demi tetes, namun apabila pH

sampel terlalu basa maka

ditambahkan H2SO4 1N tetes demi

tetes

Sampel limbah awal memiliki pH 6,15

kemudian ditambahkan NaOH tetes demi

tetes pada sampel, setelah ditambahkan

NaOH pH sampel menjadi 9.

Gambar 04. Pengukuran pH setelah

ditambahkan NaOH

Prosedur Titrasi Limbah Rumah Tangga Bekas Cucian Piring dengan AgNO3

Sebanyak 10 mL contoh uji limbah

rumah tangga yang sudah disaring

diencerkan dengan aquades hingga

-

Page 12: Praktikum analisis kimia lingkungan argentometri

100 mL.

Sebanyak 100 mL contoh uji

digunakan secara duplo,

dimasukkan ke dalam Erlenmeyer

250 mL dan dibuat larutan blanko.

Sebanyak 10 mL limbah rumah tangga

digunakan secara duplo, dimasukkan ke

dalam Erlenmeyer.

Gambar 05. Sampel limbah dimasukkan ke

dalam Erlenmeyer dan berwarna bening

Larutan blanko dibuat dan dimasukan ke

dalam erlenmeyer sebanyak 10 mL.

Gambar 06. Larutan blanko berwarna

bening

Limbah rumah tangga dan larutan

blanko ditambahkan 1 mL larutan

indikator K2CrO4 5%

Setelah limbah rumah tangga ditambahkan 1

mL larutan indikator K2CrO4 5%,

Page 13: Praktikum analisis kimia lingkungan argentometri

Gambar 07. Limbah rumah tangga setelah

ditambahkan indikator

Setelah larutan blanko ditambahkan 1 mL

larutan indikator K2CrO4 5%, warnanya

berubah dari bening tak berwarna menjadi

kuning.

Gambar 08. Larutan blanko setelah

ditambah indikator

Contoh uji dan blanko dititrasi

dengan larutan baku AgNO3

sampai titik akhir titrasi yang

ditandai dengan terbentuknya

endapan berwarna merah

kecoklatan dari Ag2CrO4. Catat

volume AgNO3yang digunakan dan

titrasi diulang sebanyak tiga kali.

Setelah limbah rumah tangga dan blanko

dititrasi dengan larutan AgNO3 warna larutan

berubah dari kuning menjadi merah

kecoklatan.

Titrasi ke

Volume Limbah

rumah tangga

Volume AgNO3

1 10.00 mL 0,75 mL

2 10.00 mL 0,85 mL

3 10.00 mL 0,75 mL

Volume rata-rata 0,78 mL

Page 14: Praktikum analisis kimia lingkungan argentometri

Titrasi ke

Volume Larutan Blanko

Volume AgNO3

1 10.00 mL 0,15 mL

2 10.00 mL 0,15 mL

3 10.00 mL 0,15 mL

Volume rata-rata 0,15 mL

V. ANALISIS PERHITUNGAN

Titrasi Blanko

Titrasi blanko dilakukan dengan menggunakan air suling bebas klorida. Kemudian didapat

data titrasi sebagai berikut:

Table 2. Hasil Titrasi Blanko

Perhitungan Kadar Klorida dalam Sampel

Table 3.Volume AgNO3 yang dihabiskan untuk titrasi sampel

Berdasarkan data di atas, maka dapat ditentukan kadar klorida dalam sampel (limbah bekas

cucian piring rumah tangga) dengan menggunakan persamaan berikut ini:

No Titrasi ke Volume Blanko Volume AgNO3

1 I 10 mL 0,15 mL

2 II 10 mL 0,15 mL

3 III 10 mL 0,15 mL

Rata-rata : 0,15 mL

No Titrasi ke Volume Sampel Volume AgNO3

1 I 10 mL 0,75 mL

2 II 10 mL 0,85 mL

3 III 10 mL 0,75 mL

Rata-rata : 0,78 mL

Page 15: Praktikum analisis kimia lingkungan argentometri

Kadar Cl- (mg/L) = ( A−B ) X N X 3540

V

Keterangan :

A = volume larutan baku AgNO3 untuk titrasi contoh uji (mL)

B = volume larutan baku AgNO3 untuk titrasi blanko (mL)

N = normalitas larutan baku AgNO3 (mgrek/mL)

V = volume contoh uji

Kadar Cl- (mg/L) = ( A−B ) X N X 3540

V

= (0,78−0,15 ) x 0,1x 3540

10

= 22,3 mg/L

Jadi dalam praktikum ini kadar klorida dalam sampel limbah cucian piring sebesar 22,3 mg/L.

VI. PEMBAHASAN

Anasisis kadar klorida dalam sampel dapat dilakukan dengan menggunakan titrasi

argentometri secara Mohr. Titrasi ini terutama digunakan untuk menentukan garam klorida

dengan titrasi langsung, atau menentukan garam perak dengan titrasi kembali setelah

ditambah larutan standar NaCl berlebih (Selamat,2002 ). Titrasi argentometri cara Mohr

menggunakan ion-ion kromat (CrO42-) sebagai indikator. Titik akhir titrasi ditandai dengan

terbentuknya endapan merah bata dari Ag2CrO4. Apabila ke dalam larutan yang mengandung

ion klorida ditambahkan indikator K2CrO4 dan selanjutnya dititrasi dengan larutan standar

AgNO3 maka akan terjadi pengendapan bertingkat berikut:

Cl- + Ag+ ↔ AgCl Ksp = 1 x 10-10

CrO42- + 2Ag+ ↔ Ag2CrO4 Ksp = 2 x 10-12

(Selamat, 2002)

Selain itu, tirasi Argentometri cara Mohr harus dilakukan dalam suasana yang relatif netral

atau sedikit alkali. Dalam larutan netral atau sedikit alkali, kalium kromat (K2CrO4) dapat

menunjukkan titik akhir pada penitaran klorida dengan perak nitrat (AgNO3). (Dewa Sastra,

Page 16: Praktikum analisis kimia lingkungan argentometri

2015). Pada kondisi pH terlalu tinggi, menyebabkan terbentuknya endapan AgOH dan lebih

lanjut terurai menjadi Ag2O sehingga titran yang diperlukan menjadi lebih banyak.

2Ag+ + 2OH- ↔ 2 AgOH(s) ↔ Ag2O(s) + H2O

Pada kondisi pH terlalu rendah ion CrO42- sebagian berubah menjadi Cr2O7

2-. Dengan

berkurangnya konsentrasi indikator akan menyebabkan timbulnya endapan menjadi sangat

terlambat.

2H+ + 2CrO42- ↔ Cr2O7

2- + H2O

Oleh karenanya, pada saat persiapan sampel dilakukan pengecekan pH dengan menggunakan

pH meter. Setelah dicek pH dari sampel, ternyata rendah yaitu sebesar 6,15 oleh karenanya

sampel ditambahkan larutan NaOH untuk menaikkan pH sampel. Setelah ditambahkan

NaOH pH sampel menjadi 9.Selanjutnya adalah dilakukan titrasi blanko.Yang digunakan

sebagai blanko adalah air suling bebas klorida atau aquades. Titrasi ini dilakukan sebanyak

tiga kali pengulangan untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat, yang mana AgNO3

digunakan sebagai titran. Setelah dilakukan titrasi, volume rata – rata perak nitrat yang

dihabiskan untuk mentitrasi blanko yaitu sebanyak 0,15 mL. Hasil dari titrasi blanko ini lebih

lanjut akan digunakan dalam perhitungan penentuan kadar klorida dalam sampel.

Setelah melakukan titrasi blanko, tahap selanjutanya yang dilakukan adalah menentukan

kadar klorida dalam sampel. Penentuan kadar klorida dalam sampel dilakukan dengan cara

titrasi. Untuk mentitrasi sampel bekas cucian piring rumah tangga digunakan larutan perak

nitrat. Titrasi pada praktikum kali ini dilakukan sebanyak tiga kali untuk mendapatkan data

yang lebih akurat sehingga didapat volume rata-rata perak nitrat yang dihabiskan untuk

mentitrasi sampel adalah sebanyak 0,78 mL. Lebih lanjut setelah dilakukan perhitungan,

dapat diketahui kadar klorida dalam sampel yaitu sebesar 22,3 mg/L atau 22,3 ppm.

Klorida adalah satu senyawa umum yang terdapat pada perairan alam. Senyawa -

senyawa klorida tersebut mengalami proses disosiasi dalam air membentuk ion. Ion klorida

pada dasarnya mempunyai pengaruh kecil terhadap sifat-sifat kimia dan biologi perairan.

Kation dari garam-garam klorida dalam air terdapat dalam keadaan mudah larut. Ion klorida

secara umum tidak membentuk senyawa kompleks yang kuat dengan ion-ion logam. Ion ini

juga tidak dapat dioksidasi dalam keadaan normal dan tidak bersifat toksik. Tetapi kelebihan

garam klorida dapat menyebabkan penurunan kualitas air. Oleh karena itu sangat penting

Page 17: Praktikum analisis kimia lingkungan argentometri

dilakukan analisis terhadap klorida, karena kelebihan klorida dalam air menyebabkan

pembentukan noda berwarna putih di pinggiran badan air.

Tabel 4. Karakteristik air limbah domestik

Parameter Konsentrasi

Kisaran Rata – rata

Padatan:

Terlarut

Tersuspensi

BOD

COD

TOC

250-850

100-350

110-400

250-1000

80-290

500

220

220

500

160

Nitrogen:

Organic

NH3

8-35

12-50

15

25

Phospor:

Organic

Anorganik

1-5

3-10

3

5

Klorida

Minyak dan Lemak

Alkalinitas

30-100

50-150

50-200

50

100

100

Dari data di atas diketahui bahwa rata-rata konsentrasi klorida dalam limbah cair domestik

yaitu sebesar 50 mg/L. Akan tetapi, dalam praktikum kali ini didapat konsentrasi klorida

dalam sampel yaitu sebesar 22,3 mg/L. konsentrasi tersebut tergolong rendah jika

dibandingkan dengan teori. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh ion klorida tidak

membentuk senyawa kompleks yang kuat dengan ion-ion logam sehingga konsentrasinya

rendah. Karena kadar klorida dalam limbah cucian piring rumah tangga relative rendah, maka

limbah tersebut dapat dibuang langsung ke lingkungan.

Page 18: Praktikum analisis kimia lingkungan argentometri

VII. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa

kadar klorida dalam limbah bekas cucian piring rumah tangga adalah sebesar 22,3 mg/L.

Kadar tersebut jika dibandingkan dengan teori masih rendah, sehingga dapat langsung

dapat dibuang ke lingkungan.

VIII.DAFTAR PUSTAKA

Badan Standarisasi Nasional. 2004. Air dan Limbah-Bagian 12: Cara Uji Kesadahan Total

Kalsium dan Magnesium dengan Metode Titrimetri.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, Nomor 112 Tahun 2003 Tentang Baku Mutu Air

Limbah Domestik, Tersedia :http://hukum.unsrat.ac.id/men/menlh_112_2003.pdf,

diakses tanggal : 11 April 2016

Nur’arif, Muhamad. 2008. Pengelolaan Air Limbah

Domestik.Tesis.Tersedia :http://eprints.undip.ac.id/17344, diakses tanggal : 11 April

2016

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang standar baku

kualitas air.

Sastrawidana,I Dewa Ketut & Siti Maryam.2015.Penuntun Praktikum Analisis Kimia Tanah dan

Air. Singaraja: UNDIKSHA

Selamat, I Nyoman, dkk. 2008. Penuntun Praktikum Kimia Analitik. Singaraja : Jurdik Kimia,

IKIP N Singaraja.

Widyaningsih, Vini. 2011. Pengolahan Limbah Cair Yongma FISIP UI, Skirpsi Program S1,

Universitas Indonesia.