pengaruh insentif dan motivasi kerja terhadap …akbpstie.ac.id/cmsz/medias/file/10. rusda...
TRANSCRIPT
Pengaruh Insentif Dan...(Rusda Khairati)
232
Jurnal KBP
Volume 1 - No. 2, September 2013
PENGARUH INSENTIF DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP
KINERJA PEGAWAI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN
DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN
Rusda Khairati
STIE”KBP” Padang
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Insentif terhadap kinerja
pegawai Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Pesisir Selatan. Metode yang
digunakan Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
statistik deskriptif. Motivasi kerja mempunyai pengaruh terhadap kinerja pegawai
Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Pesisir Selatan. Hal ini dapat
diketahui dari hasil uji regresi yang mendapatkan nilai p value 0,045 (lebih kecil dari
0,05). Besarnya konstribusi motivasi kerja terhadap kinerja pegawai Dinas Pengelolaan
Keuangan Daerah sebesar 10,17%. Ini kemungkinan disebabkan telah terpenuhinya
hal-hal yang menjadi impian pegawai, yaitu terbina hubungan yang baik antara atasan
dengan bawahan, maupun sesama pegawai, adanya perhatian dari atasan terhadap
pegawai dan juga telah mendapatkan jabatan yang diinginkan.
Kata Kunci : Insentif, Motivasi Dan Kinerja Pegawai
PENDAHULUAN
Untuk mendapatkan kinerja yang baik,
maka sumber daya manusia yang ada
dalam Dinas Pengelolaan Keuangan
Daerah harus mempunyai kualitas yang
baik pula. Jika kualitas sumber daya
manusianya tidak baik, maka
kinerjanya dalam melaksanakan tugas
tidak akan sesuai dengan yang
semestinya. Dalam hal ini diasumsikan
kinerja Dinas Pengelolaan Keuangan
Daerah dipengaruhi oleh faktor insentif
dan motivasi kerja.
Pemberian insentif merupakan imbalan
yang diberikan kepada seorang
pegawai yang telah melakukan suatu
pekerjaan di luar tugas pokoknya atau
melebihi target dari pekerjaan tersebut.
Insentif sangat penting bagi pegawai
guna merangsang seseorang untuk
melakukan pekerjaan melebihi apa
yang diinginkan oleh organisasi.
Disamping itu insentif juga berfungsi
sebagai penghargaan dari pegawai yang
telah melakukan suatu pekerjaan yang
telah ditetapkan oleh pimpinan.
Menurut Simamora (1997:435)
motivasi adalah sesuatu yang memulai
gerakan atau sesuatu yang membuat
orang bertindak atau berperilaku
dengan cara-cara tertentu. Motivasi
timbul dari diri seorang pegawai
dimulai dari pengenalan secara sadar
suatu kebutuhan yang belum terpenuhi,
kemudian ditetapkan sasaran yang
diperkirakan akan memenuhi
kebutuhan yang selanjutnya akan
diikuti dengan tindakan untuk
mencapai sasaran tersebut, sehingga
kebutuhannya dapat terpenuhi.
Jurnal KBP, Vol. 1, No. 2, September 2013: 232 - 253
233
Apabila tindakan tersebut sesuai yang
diharapkan maka tindakan tersebut
akan diulangi lagi apabila berhadapan
dengan peristiwa atau hal yang sama.
Pengalaman tersebut akan membentuk
reaksi spontan terhadap suatu situasi
tanpa disadari. Motivasi individual tiap
pegawai yang sejalan dengan misi
organisasi akan bermanfaat untuk
mengembangkan organisasi sehingga
akan berbentuk motivasi kelompok
yang sering disebut dengan komitmen.
Bagi pegawai Dinas Pengelolaan
Keuangan Daerah keberadaan insentif
dapat menjadi penambah semangat
untuk melaksanakan pekerjaannya
dengan baik, sehingga akhirnya
meningkatkan kinerjanya. Demikian
juga jika motivasi kerjanya meningkat
maka kinerjanya juga akan meningkat
TINJAUAN PUSTAKA DAN
HIPOTESIS
Konsep Kinerja
Sebuah organisasi memerlukan
manusia sebagai sumber daya
pendukung utama untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Sumber
daya manusia yang berkualitas akan
turut memajukan organisasi sebagai
suatu wadah peningkatan produktivitas
kerja. Kedudukan strategis untuk
meningkatkan produktivitas organisasi
adalah pegawai, yaitu individu-individu
yang bekerja pada suatu organisasi atau
perusahaan.
Faktor kritis yang berkaitan dengan
keberhasilan jangka panjang organisasi
adalah kemampuannya untuk
mengukur seberapa banyak pegawai-
pegawainya berkarya dan
mempergunakan informasi tersebut
guna memastikan bahwa pelaksanaan
kerja memenuhi standar-standar
sekarang dan meningkat sepanjang
waktu. Untuk mengetahui kinerja
pegawai dilakukan penilaian kinerja.
Penilaian kinerja adalah alat yang
bermanfaat tidak hanya untuk
mengevaluasi kerja dari para pegawai,
tetapi juga untuk mengembangkan dan
memotivasi pegawai. Pada intinya
penilaian kinerja dapat dianggap
sebagai alat untuk memverifikasi
bahwa individu-individu memenuhi
standar-standar kinerja yang telah
ditetapkan.
Pengertian Kinerja
Istilah kinerja mengandung berbagai
macam pengertian. Menurut Mutiasa S.
Panggabean (2002:129) kinerja dapat
ditafsirkan sebagai “arti penting suatu
pekerjaan”; “tingkat keterampilan yang
diperlukan”; “kemajuan dan tingkat
penyelesaian “ dari suatu pekerjaan. Di
lain pihak menurut Simamora
(1997:98) kinerja karyawan adalah
tingkat pencapaian pekerjaan oleh
karyawan.
Sehubungan dengan kebutuhan akan
keberhasilan, David Mc Clelland dalam
Panggabean (2002) mengemukakan
achievement motivation theory, yang
berpendapat bahwa orang yang
mempunyai kebutuhan untuk berhasil
atau mencapai suatu keinginan,
memiliki beberapa ciri, yaitu :
a. Menentukan tujuan yang tidak
terlalu rendah, tetapi tujuan yang bisa
memberi tantangan untuk dapat
dikerjakan dengan baik.
b. Menentukan tujuan yang secara
pribadi dapat diketahui bahwa hasilnya
dapat dikuasai bila mereka
mengerjakan sendiri.
c. Senang kepada pekerjaannya, dan
mempunyai kepentingan dengan
keberhasilannya sendiri.
d. Suka bekerja dalam bidang
pekerjaan yang bisa memberikan
gambaran tentang pekerjaan yang
dilakukan.
Pengaruh Insentif Dan...(Rusda Khairati)
234
Tolak Ukur Kinerja
Mutu kerja pegawai secara langsung
mempengaruhi kinerja institusi. Guna
mendapatkan kontribusi pegawai yang
optimal, manajemen harus memahami
secara mendalam strategi untuk
mengelola, mengukur dan
meningkatkan kinerja, yang dimulai
dengan terlebih dahulu menentukan
tolak ukur kinerja.
Menurut Werther dan Davis dalam I.
Bastira (1998:145) ada beberapa syarat
tolak ukur kinerja yang baik, yaitu:
a. Tolak ukur yang baik haruslah
mampu diukur dengan cara yang
dapat dipercaya. Konsep keandalan
pengukuran mempunyai dua
komponen; stabilitas dan
konsistensi. Stabilitas menyiratkan
bahwa pengukuran yang dilakukan
pada waktu yang berbeda haruslah
mencapai hasil yang kira-kira
serupa. Konsistensi menyiratkan
bahwa pengukuran kriteria yang
dilaksanakan dengan menggunakan
metode yang berbeda atau orang
yang berbeda haruslah mencapai
hasil yang kira-kira sama.
b. Tolak ukur yang baik harus mampu
membedakan individu-individu
sesuai dengan kinerja mereka.
Salah satu tujuan penilaian kinerja
adalah mengevaluasi kinerja
anggota organisasi. Jika tolak ukur
yang digunakan memberikan hasil
identik pada semua orang, maka
kriteria tersebut tidak berguna bagi
distribusi pengupahan untuk
kinerja, merekomendasikan
kandidat untuk promosi, ataupun
menilai kebutuhan-kebutuhan
latihan pengembangan.
c. Tolak ukur yang baik harus sensitif
terhadap masukan dan tindakan-
tindakan dari pemegang jabatan.
Karena tujuan penilaian kinerja
adalah untuk menilai efektivitas
individu-individu anggota
organisasi, kriteria efektivitas yang
dipakai harus dapat digunakan
semua individu di dalam organisasi.
Apabila tidak tepat, maka pembuat
tolak ukur harus peka terhadap
masukan yang diberikan.
d. Tolak ukur yang baik harus dapat
diterima oleh individu yang
mengetahui kinerjanya sedang
dinilai. Sangat penting untuk
diperhatikan bahwa orang-orang
yang kinerjanya sedang diukur
merasa bahwa tolak ukur yang
digunakan memberi petunjuk yang
akurat dan adil mengenai kinerja
mereka.
Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja adalah proses
pengukuran kinerja karyawan.
Penilaian kinerja merupakan
pengawasan terhadap kualitas personal.
Menurut T. Hani Handoko (2001:78)
penilaian kinerja adalah “proses
melalui mana organisasi-organisasi
mengevaluasi atau menilai kinerja
karyawan.” Penilaian kinerja pada
umumnya mencakup baik aspek
kualitatif maupun kuantitatif dari
kinerja pelaksanaan pekerjaan.
Tujuan penilaian kinerja secara umum
adalah menghasilkan informasi yang
akurat dan berkenaan dengan perilaku
dan kinerja anggota organisasi. Tujuan
tersebut biasanya dapat digolongkan ke
dalam tujuan evaluasi dan tujuan
pengembangan. Dalam pendekatan
evaluasi seorang atasan menilai kinerja
masa lalu seorang pegawai. Evaluator
menggunakan rating deskriptif untuk
menilai kinerja, dan setelah itu
menggunakan data tersebut dalam
keputusan-keputusan promosi
(perpindahan pegawai dari satu jabatan
ke jabatan yang lebih tinggi tingkat
tanggung jawabnya, gajinya, dan
jenjang organisasionalnya), demosi
(perpindahan pegawai dari satu jabatan
Jurnal KBP, Vol. 1, No. 2, September 2013: 232 - 253
235
ke jabatan yang lebih rendah tingkat
tanggung jawabnya, gajinya, dan
jenjang organisasionalnya), terminasi
(penghentian/pemecatan pegawai), dan
kompensasi (imbalan). Dalam
pendekatan pengembangan seorang
manajer mencoba untuk meningkatkan
kinerja seorang individu dimasa
mendatang. Aspek pengembangan dari
penilaian kinerja mendorong
pertumbuhan karyawan. Walker dalam
Muhammad Hasibuan (2003:187)
mengemukakan bahwa dengan
mengkombinasikan baik aspek evaluasi
maupun aspek pengembangan,
penilaian kinerja haruslah (1)
menyediakan basis bagi tindakan-
tindakan personalia; dan (2)
meningkatkan pendayagunaan sumber
daya manusia melalui penempatan
pekerjaan yang lebih baik dan
spesifikasi kebutuhan-kebutuhan
latihan.
Penilaian kinerja karyawan merupakan
salah satu fungsi penting manajemen.
Menurut As’ad (2003:91) ada beberapa
alasan perlunya dikembangkan sistem
penilaian kinerja yang lebih efektif:
a. Merasa tidak puas atas kondisi
/kinerjanya saat ini.
b. Kejelasan akan target atau
perilaku yang harus dicapai.
c. Kejelasan tentang bagaimana
caranya untuk mencapai target
dan merubah perilaku yang
diharapkan.
d. Imbalan (materi dan non-materi)
yang akan didapat apabila
pegawai telah memperbaiki
kinerja/mencapai target dan
perilakunya.
Pengertian Insentif Menurut Yono, dkk (2004:90) insentif
merupakan bagian dari upah/gaji yang
diterima karyawan sebagai imbalan
atas jerih payah mereka dalam bekerja.
Insentif adalah imbalan yang diberikan
kepada seorang karyawan telah
melakukan suatu pekerjaan di luar
tugas pokoknya atau melebihi target
dari pekerjaan tersebut. Jadi insentif
bukan gaji pokok, tetapi tambahan dari
gaji pokok yang diterima karyawan.
Menurut Simamora (1973:645) insentif
adalah program-program kompensasi
yang mengaitkan bayaran dengan
produktivitas. Tujuan mendasar dari
program insentif adalah meningkatkan
produktivitas karyawan guna mencapai
suatu keunggulan kompetitif.
Pembayaran berdasarkan kinerja (merit
pay) dijadikan prosedur standar untuk
memberikan insentif kepada karyawan.
Masih menurut Henry Simamora merit
pay adalah “kenaikan kompensasi yang
terkait dengan kinerja yang ditunjukkan
karyawan”. Merit pay merupakan alat
motivasional utama bagi karyawan-
karyawan pada semua jenjang
organisasi.
Hubungan Insentif dengan Kinerja
Pegawai
Salah satu cara yang ditempuh
departemen personalia untuk
meningkatkan kinerja, motivasi dan
kepuasan kerja adalah melalui
pemberian insentif. Tujuan sistem
insentif pada hakekatnya adalah untuk
meningkatkan motivasi karyawan
dalam berupaya mencapai tujuan-
tujuan organisasi dengan menawarkan
perangsang finansial melebihi upah dan
gaji dasar ini dikemukakan oleh Henry
Simamora (2001:623).
Masih menurut Henry Simamora
insentif sangat penting bagi karyawan
guna merangsang seseorang untuk
melakukan pekerjaan melebihi apa
yang diinginkan oleh organisasi.
Disamping itu insentif juga berfungsi
sebagai penghargaan dari karyawan
yang telah melakukan suatu pekerjaan
yang telah ditetapkan oleh pimpinan.
Pengaruh Insentif Dan...(Rusda Khairati)
236
Menurut Henry Simamora (2001:624)
ada alasan-alasan tertentu yang
dikemukakan para ahli mengenai
pengkaitan antara bayaran dengan
kinerja, yaitu:
Motivasi Kerja
Berelson & Steiner, dalam
Mochammad As'ad (2003:121)
mengemukakan bahwa motivasi berasal
dari kata motive. Motive adalah
keadaan dalam diri seseorang yang
menimbulkan kekuatan,
menggerakkan, mendorong,
mengarahkan, atau menyalurkan
perilakunya untuk mencapai tujuan.
Menurut Gerungan (1982:45) motif
meliputi semua penggerak, alasan-
alasan atau dorongan-dorongan dalam
diri manusia yang menyebabkan ia
berbuat sesuatu. Sedang motivasi
adalah pemberian atau penimbulan dari
motif atau dapat juga dikatakan bahwa
motivasi adalah sesuatu yang
menimbulkan semangat atau dorongan
kerja.
Berkaitan dengan motivasi kerja,
seseorang yang memiliki motivasi kerja
yang kuat akan melaksanakan
pekerjaan dengan sungguh-sungguh
(kerja keras), sebaliknya seseorang
dengan motivasi kerja yang
lemah/rendah akan melaksanakan
pekerjaan dengan sekedarnya saja.
Secara umum, menurut As’ad
(2003:125) motivasi kerja dapat
diartikan sebagai semangat yang
mendorong seseorang bekerja.
Teori-teori Motivasi
Ada beberapa teori yang berkaitan
dengan motivasi, antara lain teori
hierarki kebutuhan Maslow, teori ERG
Alderfer, teori kebutuhan yang
dipelajari David Mc.Clelland dan teori
pengharapan Victor Vroom dalam
Zainun (1989:239). Berikut akan
diuraikan mengenai teori-teori itu.
1. Teori Hierarki Kebutuhan Maslow
2. Teori Erg Alderfer
3. Teori Kebutuhan Yang Dipelajari
4. David C. Mc.Clelland
Berdasarkan tinjauan pustaka, maka
dapat dikembangkan hipotesis
penelitian sebagai berikut:
1. Insentif berpengaruh terhadap
kinerja pegawai Dinas Pengelolaan
Keuangan Daerah Kabupaten
Pesisir Selatan.
2. Motivasi berpengaruh terhadap
kinerja pegawai Dinas Pengelolaan
Keuangan Daerah Kabupaten
Pesisir Selatan.
METODE PENELITIAN
Metode Pengumpulan Data
a. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan dengan
mengumpulkan data penelitian dari
buku-buku, jurnal, artikel,
peraturan perundang-undangan
yang terkait, dan bahan-bahan lain
yang dapat menunjang penelitian.
b. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan dengan
meminta dokumen-dokumen yang
dimiliki Dinas Pengelolaan
Keuangan Daerah Kabupaten
Pesisir Selatan yang menjadi objek
penelitian.
c. Angket atau Kuesioner
Angket atau kuisioner ini adalah
merupakan instrumen pengumpulan
data dengan mengajukan
pertanyaan tertulis kepada
responden, yang harus dijawab oleh
responden secara tertulis pula. Pada
penelitian ini angket atau kuisioner
yang dipergunakan adalah angket
berstruktur, yaitu angket yang telah
dilengkapi dengan alternatif
jawaban dan responden tinggal
memilih jawaban yang paling
sesuai dengan pengalaman,
pendapat atau perasaan responden.
Jurnal KBP, Vol. 1, No. 2, September 2013: 232 - 253
237
Angket tersebut disusun dengan
skala Likert, dimana skala Likert
mempunyai gradasi dari sangat
positif sampai negatif dan semua
pertanyaan dalam kuesioner
tersebut berbentuk pernyataan
dengan empat pilihan jawaban yang
diberikan yaitu: Pilihan (a) diberi
skor 4; Pilihan (b) diberi skor 3;
Pilihan (c) diberi skor 2; Pilihan (d)
diberi skor 1. Sebaliknya jika
pernyataan bersifat negatif, maka
nilai untuk setiap jawaban dibalik
mulai dari 1 untuk jawaban pilihan
(a) dan seterusnya.
d. Wawancara
Wawancara adalah metode
pengumpulan data dengan
melakukan tanya jawab secara lisan
kepada responden.
Sumber Data
Data yang diperlukan dalam penelitian
ini meliputi data primer dan data
sekunder :
1) Data primer yaitu data yang
diperoleh atau dikumpulkan dari
responden yang didapat melalui
daftar pertanyaan (questionnaire),
baik untuk variabel X1 (insentif),
variabel X2 (motivasi), maupun
variabel Y (kinerja instansi
pemerintah pada Dinas Pengelolaan
Keuangan Daerah Kabupaten
Pesisir Selatan).
2) Data sekunder adalah data yang
diperoleh atau dikumpulkan dari
laporan kinerja Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD), serta
masukan-masukan yang didapat
dari lingkungan yang diteliti.
Defenisi Operasional Variabel
Variabel-variabel dalam penelitian ini
terdiri : insentif (X1), motivasi kerja
(X2) dan kinerja instansi pemerintah
pada Dinas Pengelolaan Keuangan
Daerah Kabupaten Pesisir Selatan (Y).
Berdasarkan kajian teori yang relevan
dengan variabel-variabel dalam
penelitian ini, secara konseptual
defenisi operasional variabel-variabel
penelitian dapat dijelaskan sebagai
berikut :
Variabel Insentif (X1)
Pemberian insentif merupakan imbalan
yang diberikan kepada seorang
pegawai yang telah melakukan suatu
pekerjaan diluar tugas pokoknya atau
melebihi target dari pekerjaan tersebut
menurut Yono dkk (2004:90). Insentif
sangat penting bagi pegawai guna
merangsang seseorang untuk
melakukan pekerjaan melebihi apa
yang diinginkan oleh organisasi.
Disamping itu insentif juga berfungsi
sebagai penghargaan dari pegawai yang
telah melakukan suatu pekerjaan yang
telah ditetapkan oleh pimpinan.
Variabel Motivasi Kerja (X 2)
Secara umum menurut As’ad
(2003:125) motivasi merupakan
dorongan individu untuk menjadi yang
terbaik dalam menjalankan suatu tugas
atau dalam melaksanakan tanggung
jawabnya. Pegawai yang memiliki
motivasi tinggi akan senantiasa bekerja
dengan maksimal, menaati apa yang
menjadi peraturan organisasi dan
berusaha menunjukkan yang terbaik
bagi organisasinya serta memiliki
tanggung jawab yang besar atas tugas-
tugasnya. Motivasi yang tinggi juga
akan mendorong pegawai
mengembangkan kreativitas dan
mengaktualkan semua kemampuan
serta energi yang dimilikinya demi
mencapai prestasi yang maksimal.
Variabel Kinerja instansi
pemerintah pada Dinas Pengelolaan
Keuangan Daerah Kabupaten Pesisir
Selatan (Y)
Kinerja instansi pemerintah adalah
merupakan suatu alat manajemen yang
Pengaruh Insentif Dan...(Rusda Khairati)
238
digunakan untuk meningkatkan kualitas
pengambilan keputusan dalam rangka
menilai keberhasilan /kegagalan
pelaksanaan kegiatan/program/
kebijaksanaan sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan dalam rangka
mewujudkan visi dan misi suatu
instansi pemerintah. Secara
administratif, kedudukan Dinas
Pengelolaan Keuangan Daerah
Kabupaten Pesisir Selatan adalah
sebagai perangkat teknis pengelolaan
keuangan daerah dalam pemerintah
daerah dan bertanggung jawab
langsung kepada kepala daerah.
Dari defenisi konsep yang telah
dibakukan oleh para ahli, maka untuk
memudahkan pengukuran dari masing-
masing variabel, defenisi konsep
tersebut dijabarkan kedalam defenisi
operasional seperti pada uraian diatas
Populasi dan Sampel
Arikunto (2002) berpendapat “Populasi
adalah keseluruhan subyek penelitian”.
Populasi juga dapat dikatakan sebagai
subyek yang dikenai kesimpulan
penelitian.
Penentuan responden dilakukan secara
strifield random yaitu dengan
mengambil responden yang paling
mengetahui keadaan organisasi (
Sugiyono,2005 ) yaitu pegawai Dinas
Pengelolaan Keuangan Daerah yang
ada di Kabupaten Pesisir Selatan yaitu
di kota Painan yang berjumlah 70
orang, yang terdiri dari:
Tabel 2.
Daftar Pengambilan Sampel Berdasarkan Populasi pada Dinas Pengelolaan
Keuangan Daerah Kabupaten Pesisir Selatan
No Divisi Populasi Sampel
1 Sekreteriat 11 Orang 6 Orang
2 Bidang Anggaran 8 Orang 5 Orang
3 Bidang Perbendaharaa& Akutansi 23 Orang 14 Orang
4 Bidang Aset Daerah 9 Orang 5 Orang
5 Bidang Pendapatan 19 Orang 11 Orang
Jumlah 70 Orang 41 Orang
Metode Teknik Analisa Data
Metode analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
a. Analisis statistik deskriptif
Analisis statistik deskriptif adalah
statistik yang digunakan untuk
menganalisa data dengan cara
menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum atau generalisasi
menggunakan metode-metode tertentu
yang berkaitan dengan pengumpulan
dan penyajian data sehingga
membentuk informasi yang berguna.
Untuk menganalisa data penelitian ini
akan digunakan analisa tingkat
persentase frekwensi pegawai yang
dikatakan penilaian kinerjanya sangat
baik-sampai sangat tidak baik
(Suprianto,1997:81)
Fi = Ji x 100%
Ti
Dimana :
Fi = Frekwensi
Ji = Skor jumlah penilaian (item)
Ti = Skor total penilaian (item)
b. Analisis statistik inferensial
Analisis statistik inferensial adalah
analisis data dengan menggunakan
metode-metode yang berhubungan
dengan alat statistik, pengujian
hipotesis sampai pada kesimpulan.
Dalam penelitian ini digunakan alat
Jurnal KBP, Vol. 1, No. 2, September 2013: 232 - 253
239
analisis regresi linear berganda dengan
menggunakan alat bantu program SPSS
(Statistical Package for Social
Science).
Analisis data yang digunakan adalah
analisis regresi linear berganda dengan
dua prediktor, analisis ini digunakan
untuk mengetahui apakah variabel
independen secara simultan
berpengaruh terhadap variabel
dependen.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Dinas Pengelolaan
Keuangan Daerah Kabupaten Pesisir
Selatan.
Struktur Organisasi
Adapun susunan struktur organisasi
Struktur Organisasi Dinas Pengelolaan
Keuangan Daerah (DPKD) Kabupaten
Pesisir Selatan sebagai berikut:
Gambar 1 :Struktur Organisasi Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kab.
Pesisir Selatan
Sumber : Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Pessel
Uraian Job Discription
Dinas Pengelola Keuangan Daerah di
Pimpin oleh seorang Kepala Dinas
yang membawahi I (satu) Sekretaris
dan dan 4 (empat) Kepala Bidang.
Secara lengkapnya susunan organisasi
Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah
adalah sebagai berikut.
Kepala Dinas
Kepala Dinas mempunyai tugas
membantu Bupati dalarn
penyelenggaraan kewenangan
Pemerintah Daerah di bidang
pengelolaan keuangan dan kekayaan
daerah. Untuk menyelenggarakan tugas
sebagaimana tersebut, Kepala Dinas
memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Menyusun perumusan kebijakan
daerah dalam penyelenggaraan
Pernerintah di bidang pengelolaan
keuangan dan kekayaan daerah
berdasarkan tugas pokok dan fungsi
Dinas Pengelolaan Keuangan
Pengaruh Insentif Dan...(Rusda Khairati)
240
Daerah serta visi dan arah
Pernbangunan Daerah;
2. Mengatur dan mendistribusikan
tugas kepada Kepala Bidang Tata
Usaha, para Kepala Bidang dan
Unit Pelaksana Teknis;
3. Memberi petunjuk dan arahan
kepada Kepala Bidang Tata Usaha,
para Kepala Bidang dan Unit
Pelaksana Teknis agar pelaksanaan
tugas sesuai dengan petunjuk dan
ketentuan yang berlaku;
4. Mengkoordinasikan Kepala Bagian
Tata. Usaha, para Kepala Bidang
dan Unit Pelaksana. Teknis baik
secara langsung maupun melalui
pertemuan berkala agar terjalin
hubungan kerja sama yang baik dan
saling menndukung dalam
pelaksanaan tugas masing-masing;
5. Memantau dan mengevaluasi
pelaksanaan. tugas pimpinan unit
kerja di lingkungan Dinas
Penggelolaan Keuangan Daerah
untuk mengetahui perkembangan,
hambatan dan permasalahan yang
timbul dan upaya tindak lanjut
penyelesaiannya;
6. Menyampaikan saran dan
pertimbangan kepada Bupati /
Wakil Bupati dan Sekretaris Daerah
menyangkut bidang pengelola
keuangan dan kekayaan daerah;
7. Mengkoordinir pelaksanaan tugas
rencana dan program yang meliputi
pengelolaan potensi pajak dan
retribusi, perencanaan. dan
pelaksanaan pinjaman dan
penyertaan modal;
8. Perencanaan dan pengalokasian
dana perimbangan keuangan dan
sumber lainnya serta menganalisa
efektifitas pemanfaatan dana
Pernerintah Daerah;
9. Mengkoordinir pelaksanaan
anggaran daerah yang meliputi
pendapatan daerah, pengelolaan
tatalaksana. penerimaan atau
pendapatan daerah, pelaksanaan
atau realisasi anggaran serta
evaluasi terhadap, pendapatan dan
pengeluaran. keuangan daerah;
10. Membina, dan melaksanakan kerja
sama dalarn pengelolaan. keuangan
dan kekayaan daerah dengan
instansi pemerintah serta pihak-
pihak lain sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berfaku;
11. Mengkoordinir penyusunan dan
pelaksanaan kegiatan pengolahan
keuangan daerah;
12. Mengkoordinir penyusunanan
rancangan APBD dan rancangan
perubahan APBD;
13. Mengkordinir pelaksanaan
pemungutan pendapatan daerah
yang telah ditetapkan dengan
peraturan daerah;
14. Mengkoordinir penyusunan laporan
keuangan daerah dalam rangka
pelaksanaan APBD;
15. Melaksanakan tugas lain yang
diberikan Bupati/Wakil Bupati dan
Sekretaris Daerah sesuai dengan.
bidang tugas dan.
permasalahannya;
Sekretariat
1. Sub Bidang Umum dan
Kepegawaian
2. Sub Bidang Perencanaan &
Program
3. Sub Bidang Keuangan
Bidang Pendapatan terdiri dari :
1. Sub Bidang Pajak Daerah
2. Sub Bidang Retribusi Daerah
3. Sub Bidang Pendapatan Lain-lain
Bidang Anggaran terdiri dari :
1. Sub Bidang Kebijakan Anggaran
2. Sub Bidang Perencanaan Anggaran
3. Sub Bidang Evaluasi Anggaran
Bidang Perbendaharaan dan
Akuntansi terdiri dari :
1. Sub Bidang Perbendaharaan
Jurnal KBP, Vol. 1, No. 2, September 2013: 232 - 253
241
2. Sub Bidang Verifikasi
3. Sub Bidang Akuntansi dan
Pelaporan
Bidang Kekayaan dan Aset Daerah
terdiri dari :
1. Sub Bidang Evaluasi dan Pelaporan
2. Sub Bidang Perencanaan dan
Pengelolaan
3. Sub Bidang Pemeliharaan dan
Penghapusan
Sekretariat
Bagian Sekretariat mempunyai tugas
melakukan pengelolaan urusan rumah
tangga Dinas, Ketatausahaan,
tatalaksana, humas, protokol, laporan,
hukum dan organisasi serta hubungan
masyarakat.
Untuk menyelenggarakan tugas
tersebut, Sekretariat mempunyai fungsi
sebagai berikut :
a. Pengkoordinasian kegiatan
kesekretariatan untuk memfasilitasi
kelancaran tugas bidang
Administrasi Keuangan Daerah;
b. Pelaksanaan dan Penjabaran
peraturan perundang-undangan
sesuai ketentuan yang berlaku;
c. Pelaksanaan dan perumusan
Rencana Strategis;
d. Pelaksanaan pelayanan administrasi
keluar dan didalam organisasi;
e. Pelaksanaan fasilitas kelancaran
tugas dan urusan bidang
Administrasi Keuangan Daerah
berdasarkan azas keseimbangan;
f. Pengkoordinasian penyusunan
laporan akuntabilitas kinerja SKPD.
Bidang Pendapatan
Bidang Pendapatan mempunyai tugas
menyiapkan bahan kebijakan dan
perumusan kegiatan berdasarkan
urusan dan program sesuai ruang
lingkup bidang pendapatan. Dalam
menyelenggarakan tugasnya tersebut,
Bidang Pendapatan memiliki fungsi
sebagai berikut:
a. Pengkoordinasian kegiatan dan
tugas penunjang serta tugas yang
bersifat rutinitas;
b. Penganalisaan program dan urusan
yang menjadi kewenangan bidang
pendapatan;
c. Perencanaan kegiatan di ruang
lingkup bidang Pendapatan
berdasarkan skala prioritas;
d. Pengaturan pelaksanaan kegiatan
sesuai sasaran yang ditetakan;
e. Pelaksanaan pengawasan kegiatan
sesuai perencanaan;
f. Pelaksanaan fasilitasi kelancaran
tugas berdasarkan azas
keseimbangan;
g. Pelaksanaan pertanggungjawaban
dan pelaporan.
Bidang Anggaran
Bidang Anggaran mempunyai tugas
menyiapkan bahan kebijaksanaan dan
perumusan pelaksanaan kegiatan
berdasarkan urusan dan program sesuai
ruang lingkup Bidang Anggaran. Untuk
menyelenggarakan tugas tersebut,
Bidang Anggaran memiliki fungsi
sebagai berikut :
a. Pengkoordinasian kegiatan dan
tugas penunjang serta tugas yang
bersifat rutinitas;
b. Penganalisaan program dan urusan
lingkup Bidang Anggaran
berdasarkan skala prioritas;
c. Perencanaan kegiatan di ruang
lingkup Bidang Anggaran
berdasarkan skala prioritas;
d. Pengaturan pelaksanaan kegiatan
sesuai sasaran yang ditetakan;
e. Pelaksanaan pengawasan kegiatan
sesuai perencanaan;
f. Pelaksanaan fasilitasi kelancaran
tugas berdasarkan azas
keseimbangan;
g. Pelaksanaan pertanggungjawaban
dan pelaporan.
Pengaruh Insentif Dan...(Rusda Khairati)
242
Bidang Perbendaharaan dan
Akuntansi
Bidang Perbendaharaan dan Akuntansi
mempunyai tugas menyiapkan bahan
kebijakan dan perumusan pelaksanaan
kegiatan berdasarkan urusan dan
program sesuai ruang lingkup Bidang
Perbendaharaan dan Akuntansi. Untuk
menyelenggarakan tugas tersebut,
Bidang Perbendaharaan dan Akuntansi
memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Pengkoordinasian kegiatan dan
tugas penunjang serta tugas yang
bersifat rutinitas;
b. Penganalisaan program dan urusan
lingkup Bidang Anggaran
berdasarkan skala prioritas;
c. Perencanaan kegiatan di ruang
lingkup Bidang Anggaran
berdasarkan skala prioritas;
d. Pengaturan pelaksanaan kegiatan
sesuai sasaran yang ditetakan;
e. Pelaksanaan pengawasan kegiatan
sesuai perencanaan;
f. Pelaksanaan fasilitasi kelancaran
tugas berdasarkan azas
keseimbangan;
g. Pelaksanaan pertanggungjawaban
dan pelaporan.
Bidang Kekayaan dan Aset Daerah
Bidang Kekayaan dan Aset Daerah
mempunyai tugas menyiapkan bahan
kebijakan dan perumusan pelaksanaan
kegiatan berdasarkan urusan dan
program sesuai ruang lingkup Bidang
Kekayaan dan Aset Daerah. Untuk
menyelenggarakan tugas tersebut,
Bidang Perbendaharaan dan Akuntansi
memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Pengkoordinasian kegiatan dan
tugas penunjang serta tugas yang
bersifat rutinitas;
b. Penganalisaan program dan urusan
lingkup Bidang Anggaran
berdasarkan skala prioritas;
c. Perencanaan kegiatan di ruang
lingkup Bidang Anggaran
berdasarkan skala prioritas;
d. Pengaturan pelaksanaan kegiatan
sesuai sasaran yang ditetakan;
e. Pelaksanaan pengawasan kegiatan
sesuai perencanaan;
f. Pelaksanaan fasilitasi kelancaran
tugas berdasarkan azas
keseimbangan;
g. Pelaksanaan pertanggungjawaban
dan pelaporan.
Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif mendeskripsikan
responden yang dijadikan subjek
penelitian. Deskripsi ini antara lain
berisi deskripsi mengenai responden
penelitian dan deskripsi mengenai hasil
jawaban responden terhadap kuesioner
yang diberikan. Dalam penelitian ini
yang dijadikan responden adalah
seluruh pegawai Dinas Pengelolaan
Keuangan Daerah Kabupaten Pesisir
Selatan berjumlah 70 orang.
Karakteristik Responden
Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 1.
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Prosentase (%)
Laki-laki 19 46
Perempuan 22 54
Jumlah 41 100
Sumber: Data primer, diolah, 2012
Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa
responden yang berjenis kelamin laki-
laki hampir sama jumlahnya dengan
responden yang berjenis kelamin
Jurnal KBP, Vol. 1, No. 2, September 2013: 232 - 253
243
perempuan, dengan rincian 46 persen
berjenis kelamin laki-laki dan 54
persen berjenis kelamin perempuan.
Komposisi ini menunjukkan komposisi
yang sebenarnya di lapangan, dimana
banyak pegawai yang berjenis kelamin
perempuan dari pada laki-laki.
Karakteristik Responden
Berdasarkan Usia
Responden yang paling muda usianya
adalah 21 tahun, sedangkan yang
paling tua usianya adalah 55 tahun.
Berdasarkan keadaan tersebut dibuat
pengelompokan usia yang harus dapat
mencakup usia tertinggi dan terendah
dari karyawan. Untuk pembagian 5
kelas maka didapatkan interval = 5.
Berikut karakteristik responden
berdasarkan usianya dapat dilihat
dalam tabel .2.
Tabel 2
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Usia (Tahun) Jumlah (Orang) Prosentase (%)
21 – 27 8 20
28 – 34 17 41
35 – 41 5 12
42 – 48 4 10
49 – 55 7 17
Jumlah 41 100
Sumber: Data primer yang diolah tahun 2012.
Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa
dilihat dari segi usia, responden yang
berusia 28 – 34 tahun menempati
jumlah terbesar, yaitu sebanyak 41
persen. Pegawai yang mempunyai usia
pada golongan ini kebanyakan berasal
dari kelompok staf. Jumlah responden
yang diambil adalah 59 persen dari
jumlah pegawai negeri sipil yang
bertugas pada Dinas Pengelolaan
Keuangan Daerah. Selain itu untuk
melengkapi hasil penelitian juga
diklasifikasikan pegawai menurut
kelompok usia. Rincian selengkapnya
dapat dilihat pada tabel 2.
Karakteristik Responden
Berdasarkan Pendidikan
Salah satu faktor yang menunjang
tercapainya kinerja sesuai dengan yang
diinginkan adalah tingkat pendidikan
pegawai. Dalam hal ini diasumsikan
bahwa semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang akan semakin
mampu dalam melaksanakan
pekerjaan, sehingga semakin baik pula
kinerjanya. Berikut diberikan
karakteristik responden berdasarkan
tingkat pendidikannya.
Tabel 3
Data Responden Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan Jumlah (Orang) Prosentase (%)
SLTA 16 39
D3 9 22
S1 10 24
S2 6 15
Jumlah 41 100
Sumber: Data primer yang diolah tahun 2012.
Pengaruh Insentif Dan...(Rusda Khairati)
244
Dari tabel 3 dapat diketahui bahwa
pegawai Dinas Pengelolaan Keuangan
Daerah yang merupakan responden
sebagian besar berpendidikan SLTA
(39 persen). Responden sebagian besar
berpendidikan SLTA hal ini
dikarenakan pada dinas Pengelolaan
Keuangan Daerah ini banyak dibutuh
tenaga administrasi, operator dan
tenaga pemungut pajak dilapangan.
Seperti halnya pegawai yang
berpendidikan SLTA, pegawai yang
berpendidikan S2 juga menjadi
pegawai Dinas Pengelolaan Keuangan
Daerah Kabupaten Pesisir Selatan,
kebanyakan dari pegawai yang berasal
dari S2 berada pada unsur pimpinan. Di
lain pihak ada pula pegawai yang
berpendidikan S1 dan D3. Pegawai
yang mempunyai tingkat pendidikan S1
dan D3 ini kebanyakan berada pada
staf administrasi.
Karakteristik Responden
Berdasarkan Status Perkawinan Berbicara tentang kinerja kadang kala
tidak bisa dilepaskan dari faktor-faktor
internal pegawai yang dinilai
kinerjanya. Salah satu faktor yang
dapat menunjang tetapi juga dapat
menjadi kendala dalam mencapai
kinerja yang terbaik adalah faktor
keluarga. Keluarga dapat menjadi salah
satu motivasi yang mendukung dalam
pencapaian kinerja, tetapi keluarga juga
dapat menjadi kendala apabila keluarga
tidak mendukung apa yang dilakukan
pegawai dalam pekerjaannya. Adapun
karakteristik responden berdasarkan
status perkawinannya dapat dilihat
dalam tabel berikut.
Tabel 4
Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan
Status Jumlah (Orang) Prosentase (%)
Kawin 33 80
Belum Kawin 8 20
Jumlah 41 100
Sumber: Data primer yang diolah tahun 2012.
Dari tabel 4 dapat diketahui bahwa
sebagian besar responden sudah kawin
(80 persen). Sebagian besar responden
telah mempunyai status kawin karena
responden telah bekerja. Orang yang
telah bekerja biasanya berani
mengambil keputusan untuk berumah
tangga. Selanjutnya dalam
pembentukan kinerja, faktor keluarga
juga mempunyai peranan yang berarti.
Jika seorang pegawai bekerja dengan
dukungan penuh isteri/suaminya maka
ia akan termotivasi untuk mencapai
kinerja yang tinggi. Sebaliknya apabila
keluarga tidak mendukung
pekerjaannya, seorang pegawai dapat
lemah semangat kerjanya.
Analisis Kuantitatif
Deskripsi Data
Deskripsi Kinerja
Dari penelitian yang dilakukan
didapatkan data penilaian kinerja
pegawai Dinas Pengelolaan Keuangan
Daerah Kabupaten Pesisir Selatan.
Selanjutnya data yang diperoleh
tersebut dideskripsikan. Adapun
deskripsi data penilaian kinerja hasil
penelitian tersebut dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
Jurnal KBP, Vol. 1, No. 2, September 2013: 232 - 253
245
Tabel 5
Deskripsi Kinerja Pegawai Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah
Kabupaten Pesisir Selatan
Variabel
Data Hipotetik
SD
Data Empiris
SD Skor
Mean Skor
Mean Maks Min Maks Min
Kinerja
24 6 15 3 23 14 17,756 1,881
Keterangan:
Data hipotetik = Skor yang seharusnya diperoleh oleh responden
Data empiris = Skor yang sebenarnya diperoleh dari hasil penelitian
Dari data hasil penelitian, total skor
penilaian insentif akan diklasifikasikan
untuk mengetahui tingkat insentif pada
Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah
Kabupaten Pesisir Selatan. Klasifikasi
yang dilakukan adalah dengan
mengasumsikan bahwa skor populasi
responden mempunyai distribusi
normal, sehingga dapat dibuat skor
hipotetik yang terdistribusi menurut
model normal. Dari 6 item kuesioner
kinerja, skor minimum yang dapat
diperoleh dari responden adalah 6 x 1 =
6 dan skor maksimum yang dapat
diperoleh adalah 6 x 4 = 24, sehingga
jarak sebarannya adalah 24 – 6 = 18
dan setiap satuan deviasi standar ()
bernilai 18: 6 = 3 serta mean
hipotetiknya (µ) = 18 – 3 = 15. Dari
hasil perhitungan ini maka tingkat
insentif dapat diklasifikasikan menjadi
tiga klasifikasi yaitu rendah, sedang,
dan tinggi. Klasifikasi evaluatif data
penelitian tingkat insentif dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Tabel 6
Klasifikasi Evaluatif Kinerja Pegawai Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah
Kabupaten Pesisir Selatan
Norma Klasifikasi Skor Klasifikasi Frekuensi Persen
(%)
X µ - 1
µ - 1 < X < µ + 1
X µ + 1
X 12
12 < X < 18
X 18
Rendah
Sedang
Tinggi
-
27
14
-
65,9
34,1
Total 41 100
Keterangan:
X = Skor responden
µ = Mean hipotetik
= Deviasi standard
Berdasarkan hasil klasifikasi
sebagaimana dimuat dalam Tabel 6,
diketahui bahwa tidak satu pun
responden yang menyatakan kinerja
Pegawai Dinas Pengelolaan Keuangan
Daerah Kabupaten Pesisir Selatan
rendah, karena responden yang
menganggap kinerja sedang sebanyak
65,9%, sedangkan responden yang
menganggap kinerja Pegawai Dinas
Pengelolaan Keuangan Daerah
Kabupaten Pesisir Selatan tinggi
Pengaruh Insentif Dan...(Rusda Khairati)
246
sebanyak 34,1%. Dari hasil ini dapat
disimpulkan bahwa tingkat kinerja
Pegawai Dinas Pengelolaan Keuangan
Daerah Kabupaten Pesisir Selatan
tergolong Baik karena sebagian besar
responden memberikan nilai sedang,
dan sisanya menyatakan tinggi.
Deskripsi Insentif
Dari penelitian yang dilakukan juga
didapatkan data mengenai insentif di
Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah
Kabupaten Pesisir Selatan. Deskripsi
data penilaian insentif hasil penelitian
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 7
Deskripsi Insentif pada Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah
Kabupaten Pesisir Selatan
Variabel
Data Hipotetik
SD
Data Empiris
SD Skor
Mean Skor
Mean Maks Min Maks Min
Insentif
40 10 27 3 36 26 30,17 2,132
Keterangan:
Data hipotetik =Skor yang seharusnya diperoleh oleh responden
Data empiris =Skor yang sebenarnya diperoleh dari hasil penelitian
Dari data hasil penelitian, total skor
penilaian insentif akan diklasifikasikan
untuk mengetahui tingkat insentif pada
Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah
Kabupaten Pesisir Selatan. Klasifikasi
yang dilakukan adalah dengan
mengasumsikan bahwa skor populasi
responden mempunyai distribusi
normal, sehingga dapat dibuat skor
hipotetik yang terdistribusi menurut
model normal. Dari 10 item kuesioner
insentif, skor minimum yang dapat
diperoleh dari responden adalah 10 x 1
= 10 dan skor maksimum yang dapat
diperoleh adalah 10 x 4 = 40, sehingga
jarak sebarannya adalah 40 – 10 = 30
dan setiap satuan deviasi standar ()
bernilai 30 : 10 = 3 serta mean
hipotetiknya (µ) = 30 – 3 = 27. Dari
hasil perhitungan ini maka tingkat
insentif dapat diklasifikasikan menjadi
tiga klasifikasi yaitu rendah, sedang,
dan tinggi. Klasifikasi evaluatif data
penelitian tingkat insentif dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 8
Klasifikasi Evaluatif Tingkat Insentif
pada Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah
Kabupaten Pesisir Selatan
Norma Klasifikasi Skor Klasifikasi Frekuensi Persen
(%)
X µ - 1
µ - 1 < X < µ + 1
X µ + 1
X 24
24 < X < 30
X 30
Rendah
Sedang
Tinggi
-
16
25
-
39
61
Total 41 100
Jurnal KBP, Vol. 1, No. 2, September 2013: 232 - 253
247
Keterangan:
X = Skor responden
µ = Mean hipotetik
= Deviasi standar
Berdasarkan hasil klasifikasi
sebagaimana dimuat dalam Tabel 4.8,
diketahui bahwa tidak satupun
responden memberikan nilai rendah
terhadap insentif pada Dinas
Pengelolaan Keuangan Daerah
Kabupaten Pesisir Selatan,sedangkan
responden yang memberikan penilaian
sedang sebanyak 39,0%, sedangkan
responden yang memberikan penilaian
tinggi sebanyak 61,0%. Dari hasil ini
dapat disimpulkan bahwa menurut
penilaian responden tingkat insentif
pada Dinas Pengelolaan Keuangan
Daerah Kabupaten Pesisir Selatan
tergolong tinggi karena sebagian besar
responden memberikan nilai tinggi.
Deskripsi Motivasi Kerja
Dari penelitian yang dilakukan juga
didapatkan data mengenai motivasi
kerja di Dinas Pengelolaan Keuangan
Daerah Kabupaten Pesisir Selatan.
Adapun deskripsi data penilaian
motivasi kerja hasil penelitian dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 9
Deskripsi Motivasi Kerja pada Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah
Kabupaten Pesisir Selatan
Variabel
Data Hipotetik
SD
Data Empiris
SD Skor
Mean Skor
Mean Maks Min Maks Min
Motivasi
kerja
40 10 27 3 18 12 15,804 1,536
Keterangan:
Data hipotetik = Skor yang seharusnya diperoleh oleh responden
Data empiris = Skor yang sebenarnya diperoleh dari hasil penelitian
Dari data hasil penelitian, total skor
penilaian motivasi kerja juga akan
diklasifikasikan dengan
mengasumsikan bahwa skor populasi
responden mempunyai distribusi
normal, sehingga dapat dibuat skor
hipotetik yang terdistribusi menurut
model normal. Dari 6 item kuesioner
motivasi kerja skor minimum yang
dapat diperoleh dari responden adalah
10 x 1 = 10 dan skor maksimum yang
dapat diperoleh adalah 10 x 4 = 40,
sehingga jarak sebarannya adalah 40 –
10 = 30 dan setiap satuan deviasi
standar () bernilai 30 : 10 = 3 serta
mean hipotetiknya (µ) = 30 – 3 = 27.
Dari hasil perhitungan ini maka tingkat
pelaksanaan motivasi kerja dapat
diklasifikasikan menjadi tiga klasifikasi
yaitu rendah, sedang, dan tinggi.
Klasifikasi evaluatif data penelitian
tingkat pelaksanaan motivasi kerja
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Pengaruh Insentif Dan...(Rusda Khairati)
248
Tabel 10
Klasifikasi Evaluatif Tingkat Motivasi kerja
pada Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah
Kabupaten Pesisir Selatan
Norma Klasifikasi Skor Klasifikasi Frekuensi Persen
(%)
X µ - 1
µ - 1 < X < µ + 1
X µ + 1
X 24
24 < X < 30
X 30
Rendah
Sedang
Tinggi
41
100
Total 41 100
Keterangan:
X = Skor responden
µ = Mean hipotetik
= Deviasi standar
Berdasarkan hasil klasifikasi
sebagaimana dimuat dalam Tabel 10,
diketahui bahwa semua responden
(100% ) memberikan nilai rendah
terhadap motivasi kerja pada Dinas
Pengelolaan Keuangan Daerah
Kabupaten Pesisir. Dari hasil ini dapat
disimpulkan bahwa menurut penilaian
responden tingkat motivasi kerja
Pegawai Dinas Pengelolaan Keuangan
Daerah Kabupaten Pesisir Selatan
tergolong rendah karena sebagian
semua responden memberikan nilai
rendah.
Hasil Uji Regresi Linear Berganda
Analisis kuantitatif dalam penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan regresi
linear berganda. Pengujian dilakukan
dengan menggunakan alat bantu SPSS
for windows version 15. Adapun hasil
pengujian regresi dapat dilihat dalam
tabel berikut.
Tabel 11
Hasil Uji Regresi Linear Berganda
Variabel Koefisien
Regresi
thitung Signifikansi Keterangan
Insentif
Motivasi kerja
0,339
0,397
2,452
2,071
0,019
0,045
Konstanta 1,259
R
0,402
Fhitung 12,747
Sumber: Data primer yang diolah.
Dari hasil pengolahan data di atas,
dapat disusun persamaan regresi
sebagai berikut:
Y = 1,259 +0,339 X1 +0,397 X2
Berdasarkan persamaan regresi yang
diperoleh ini dapat diketahui bahwa:
a = 1,259
Artinya tanpa dipengaruhi variabel
insentif, motivasi kerja, atau semua
variabel tersebut = 0, maka kinerja
Jurnal KBP, Vol. 1, No. 2, September 2013: 232 - 253
249
Pegawai Dinas Pengelolaan Keuangan
Daerah Kabupaten Pesisir Selatan
sebesar 1,259
b1 = 0,339
Koefisien regresi variabel insentif
menunjukkan hubungan positif
terhadap kinerja pegawai Dinas
Pengelolaan Keuangan Daerah
Kabupaten Pesisir Selatan dengan nilai
sebesar 0,339 artinya bahwa setiap
penambahan satu satuan variabel
insentif maka akan meningkatkan
kinerja Pegawai Dinas Pengelolaan
Keuangan Daerah Kabupaten Pesisir
Selatan sebesar 0,339
b2 = 0,397
Koefisien regresi variabel motivasi
kerja menunjukkan hubungan positif
terhadap kinerja pegawai Dinas
Pengelolaan Keuangan Daerah
Kabupaten Pesisir Selatan dengan nilai
sebesar 0,397 artinya bahwa setiap
penambahan satu satuan variabel
motivasi kerja maka akan
meningkatkan kinerja Pegawai Dinas
Pengelolaan Keuangan Daerah
Kabupaten Pesisir Selatan sebesar
0,397
Berdasarkan tabel 11 di atas dapat
diketahui nilai R (R square) adalah
0,402 (40,2%). Artinya variansi
variabel terikat yang dapat dijelaskan
variabel bebas sebesar 40,2%
sedangkan yang 59,8% dijelaskan oleh
variabel lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini.
Hasil uji F mendapatkan hasil
probalitas (p value) yang signifikan
pada alpha(α) = 0,05. Hal ini berarti
bahwa variabel insentif, motivasi kerja,
secara bersama-sama mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap
kinerja Dinas Pengelolaan Keuangan
Daerah Kabupaten Pesisir Selatan.
Dalam hal ini pengaruh yang diberikan
adalah positif. Hal tersebut dapat
diketahui dari nilai koefisien regresi
yang ditunjukkan oleh b1 dan b2, yang
bernilai positif. Adanya nilai yang
positif tersebut menunjukkan bahwa
apabila variabel-variabel ini
ditingkatkan, maka akan meningkatkan
kinerja karyawan. Oleh karena itu
apabila Dinas Pengelolaan Keuangan
Daerah Kabupaten Pesisir Selatan ingin
meningkatkan kinerja pegawai, maka
dapat membuat kebijakan yang dapat
meningkatkan kedua faktor tersebut,
misalnya dengan memberikan insentif
yang lebih besar kepada pegawai yang
mempunyai tingkat kinerja yang paling
tinggi dan memberikan motivasi berupa
perhatian dari pimpinan atau
penempatan staf sesuai dengan latar
belakang pendidikannya.
Untuk menguji digunakan uji
signifikansi hitung .
1. Hasil Uji Parsial
a) Uji Parsial Variabel Insentif
Terlihat pada hasil uji Parsial pada
tabel 4.11, diperoleh koefisien
regresi untuk variabel insentif
sebesar 0,339 yang diuji
keberartianya dengan uji t diperoleh
t hitung = 2,452 dengan harga
signifikansi = 0,019<0,05, karena
nilai signifikansi 0,019<0,05 dapat
disimpulkan Ha diterima dan H0
ditolak, yang berarti ada pengaruh
yang signifikan insentif terhadap
kinerja pegawai. Besarnya
konstribusi Insentif terhadap kinerja
pegawai sebesar (0,370)2
x 100 %
= 13,69%
b) Uji Parsial Variabel motivasi
kerja
Terlihat pada hasil uji Parsial pada
tabel 4.11, diperoleh koefisien
regresi untuk variabel motvasi kerja
sebesar 0,397 yang diuji
keberartianya dengan uji t diperoleh
t hitung = 2,071 dengan harga
signifikansi = 0,045< 0,05, karena
nilai signifikansi 0,045< 0,05 dapat
disimpulkan Ha diterima dan H0
ditolak, yang berarti ada pengaruh
Pengaruh Insentif Dan...(Rusda Khairati)
250
yang signifikan motvasi kerja
terhadap kinerja pegawai. Besarnya
konstribusi motivasi kerja terhadap
kinerja pegawai sebesar (0,319)2
x
100 % = 10,17%
2. Hasil Uji secara serentak
Terlihat pada tabel 4.11, nilai Fhitung
= 12,747. Uji signifikansi dilakukan
dengan membandingkan p value
dengan nilai α. Jika p < α, maka
signifikan. Jika Jika p > α, maka
tidak signifikan.
Dari pengujian yang dilakukan dengan
menggunakan regresi linear berganda
diketahui bahwa nilai p < α (0,000 <
0,05). Karena nilai p < α, maka Ha
diterima dan H0 ditolak, maka hipotesis
ini terbukti. Artinya ada pengaruh
positif faktor insentif dan motivasi
secara serentak, terhadap kinerja
Pegawai Dinas Pengelolaan Keuangan
Daerah Kabupaten Pesisir Selatan .
Berdasarkan hasil pengujian yang
dilakukan di atas, dapat diketahui
bahwa insentif merupakan faktor yang
lebih besar pengaruh signifikan
terhadap kinerja pegawai Dinas
Pengelolaan Keuangan Daerah
Kabupaten Pesisir Selatan yaitu sekitar
13,69%. Keinginan untuk mendapatkan
insentif yang tinggi memang
merupakan alasan utama pegawai
menunjukkan kinerja yang baik. Di
Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah
Kabupaten Pesisir Selatan,
diberlakukan sistem gaji tetap dan
sistem insentif. Sistem gaji tetap
memberi penghasilan yang kecil bagi
pegawai, akan tetapi pegawai diberi
kesempatan untuk meningkatkan
penghasilannya dengan menunjukkan
kinerja yang melebihi dari target yang
ditetapkan. Sistem insentif lebih fair
bagi pegawai dan bagi Dinas
Pengelolaan Keuangan Daerah
Kabupaten Pesisir Selatan, karena
pegawai yang mempunyai kinerja yang
lebih baik akan mendapatkan hasil
yang lebih baik pula. Insentif baru
diberikan jika pegawai melakukan
pekerjaan melebihi target. Dalam
prakteknya, besar insentif sering kali
jauh lebih kecil dari gaji tetap pegawai.
Oleh karena itulah pegawai akan lebih
produktif dengan adanya harapan
mendapatkan imbalan tambahan.
Berdasarkan fakta bahwa pegawai
terpacu untuk mencapai kinerja yang
terbaik agar insentif yang diterimanya
dapat lebih tinggi itulah, maka adanya
insentif yang diberikan Dinas
Pengelolaan Keuangan Daerah
Kabupaten Pesisir Selatan dapat
meningkatkan kinerja pegawai secara
signifikan.
Fakta ini sesuai dengan tujuan
pemberlakuan sistem insentif yang
pada hakekatnya adalah untuk
meningkatkan motivasi pegawai dalam
berupaya mencapai tujuan-tujuan
organisasi dengan menawarkan
perangsang finansial melebihi upah dan
gaji dasar (Simamora, 2001). Dengan
terbuktinya bahwa insentif mampu
meningkatkan kinerja pegawai, berarti
tujuan Dinas Pengelolaan Keuangan
Daerah Kabupaten Pesisir Selatan
memberlakukan sistem insentif untuk
meningkatkan kinerja pegawai telah
tercapai.
Motivasi Kerja
Motivasi kerja mempunyai pengaruh
yang signifikan pada Kinerja Pegawai
Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah,
dilihat dari hasil penelitan 10,17 %
kinerja pegawai dipengaruhi oleh
motivasi kerja.Dilihat dari aspek
motivasi kerja, dari semua faktor
motivasi yang ada dapat mendorong
semangat kerja pegawai di Pegawai
Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah
Kabupaten Pesisir Selatan. Ada tiga
indikator motivasi yang diungkap
dalam penelitian ini, yaitu:
Jurnal KBP, Vol. 1, No. 2, September 2013: 232 - 253
251
1. Pegawai termotivasi bekerja apabila
sarana dan prasarana dikantor telah
tercukupi sesuai dengan kebutuhan.
2. Pegawai termotivasi bekerja untuk
apabila pembagian kerja (job
description) di sesuaikan dengan
latar belakang pendidikan.
3. Hubungan yang baik dengan atasan,
bawahan dan rekan sekerja
meningkatkan motivasi kerja
pegawai.
Dilihat dari aspek motivasi yang
pertama, semua pegawai memang
termotivasi bekerja apabila mereka
bekerja pada ruangan yang dan
dilengkapi dengan peralatan yang
mereka butuhkan. Dalam hal ini
mereka merasa lebih nyaman bekerja
apabila ruangan yang mereka tempati
dapat memberikan kenyamanan dalam
bekerja dan dilengkapi dengan
peralatan yang mendukung pekerjaan
mereka.
Di lain pihak motivasi lain yang
membuat pegawai bekerja dengan baik
adalah apabila pembagian kerja
disesuaikan dengan latar belakang
pendidikan, sehingga pegawai dapat
menguasai pekerjaan dengan cepat dan
mereka yakin dapat memberikan hasil
kerja yang terbaik kepada Dinas
Pengelolaan Keuangan Daerah
Kabupaten Pesisir Selatan. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan juga
diketahui bahwa motivasi untuk
menjalin hubungan dengan atasan dan
sesama pegawai berjalan dengan baik
di Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah
Kabupaten Pesisir Selatan. Sistem kerja
di Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah
Kabupaten Pesisir Selatan memberikan
suasana yang kondusif bagi pegawai
untuk bisa menjalin hubungan yang
baik dengan atasan dan sesama
pegawai. Hal tersebut dikarenakan
antara sesama pegawai dan antara
pegawai dengan atasan, terjalin
hubungan yang baik serta atasan
memperhatikan bawahan dengan
memberikan penghargaan kepada
pegawai yang melaksanakan pekerjaan
dengan baik.
SIMPULAN DAN IMPLIKASI
Berdasarkan pembahasan yang telah
dilakukan, d
apat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Insentif berpengaruh secara positif
terhadap kinerja pegawai Dinas
Pengelolaan Keuangan Daerah
Kabupaten Pesisir Selatan. Hal ini
dapat diketahui dari hasil uji regresi
yang mendapatkan nilai p value
0,019 (lebih kecil dari 0,05).
Besarnya konstribusi Insentif
terhadap kinerja pegawai Dinas
Pengelolaan Keuangan Daerah
sebesar 13,69%. Dari ketentuan ini
dapat diketahui bahwa sistem
insentif menunjukkan hubungan
yang paling jelas antara kompensasi
dan kinerja. Oleh karena itulah
dalam pekerjaan yang
menggunakan sistem insentif,
faktor insentif mempunyai
pengaruh signifikan terhadap
kinerja pegawai.
2. Motivasi kerja mempunyai
pengaruh terhadap kinerja pegawai
Dinas Pengelolaan Keuangan
Daerah Kabupaten Pesisir Selatan.
Hal ini dapat diketahui dari hasil uji
regresi yang mendapatkan nilai p
value 0,045 (lebih kecil dari 0,05).
Besarnya konstribusi motivasi kerja
terhadap kinerja pegawai Dinas
Pengelolaan Keuangan Daerah
sebesar 10,17%. Ini kemungkinan
disebabkan telah terpenuhinya hal-
hal yang menjadi impian pegawai,
yaitu terbina hubungan yang baik
antara atasan dengan bawahan,
maupun sesama pegawai, adanya
perhatian dari atasan terhadap
pegawai dan juga telah
Pengaruh Insentif Dan...(Rusda Khairati)
252
mendapatkan jabatan yang
diinginkan.
3. Faktor insentif dan motivasi secara
serentak mempunyai pengaruh
terhadap kinerja pegawai Dinas
Pengelolaan Keuangan Daerah
Kabupaten Pesisir Selatan. Hal ini
dapat diketahui dari hasil uji regresi
F hitung yang mendapatkan nilai p
value 0,000 (lebih kecil dari 0,05)
Artinya bahwa variabel insentif dan
motivasi mempunyai pengaruh
besar terhadap kinerja pegawai.
4. Bagi mayoritas pegawai, uang
masih tetap merupakan motivasi
kuat, sehingga sangat wajar jika
variabel insentif merupakan faktor
yang paling mempengaruhi prestasi
kerja pegawai. Begitu juga dengan
motivasi apabila pegawai
mendapatkan pekerjaan yang sesuai
dengan latar belakang
pendidikannya menjadi pengaruh
yang besar terhadap kinerja
pegawai.
Saran
Berdasarkan kesimpulan yang
diperoleh, diberikan saran sebagai
berikut:
1. Kepada para peneliti selanjutnya
yang ingin melakukan penelitian
serupa, disarankan untuk meneliti
faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja pegawai Dinas Pengelolaan
Keuangan Daerah di
kabupaten/kota lain, sehingga dapat
mengetahui perbedaan faktor-faktor
yang mempengaruhi kinerja
pegawai Dinas Pengelolaan
Keuangan Daerah Kabupaten
Pesisir Selatan dengan
kabupaten/kota lainnya.
2. Kepada Dinas Pengelolaan
Keuangan Daerah Kabupaten
Pesisir Selatan disarankan untuk:
a. Meningkatkan insentif bagi
pegawai yang mempunyai kinerja
yang baik. Hal ini dapat terlihat dari
hasil penelitaian bahwa sebagian
besar responden memberikan nilai
sedang, artinya bahwa pemberian
insentif masih dapat ditingkatkan
untuk meningkatkan kinerja.
b. Dikarenakan Motivasi Kerja
Pegawai masih rendah, maka perlu
dilakukan peningkatkan motivasi
kerja pegawai dengan cara
memberikan ruangan yang
representatif pada pegawai yang
dilengkapi dengan peralatan
pendukung, pembagian tugas yang
disesuaikan dengan keahlianya,
menciptakan sistem persaingan
yang sehat dalam mencapai jenjang
karir dan jabatan yang diinginkan,
menjalin hubungan yang baik
antara sesama pegawai dan juga
antara pimpinan dan staf.
c. Kinerja pegawai Dinas
Pengelolaan Keangan Daerah yang
tergolong sedang sehingga perlu
ditingkatkan, antara lain:
mengadakan diklat-diklat yang
berkaitan dengan bidang tugas
pegawai, untuk meningkatkan
masing-masing keahliannya,
memberikan penghargaan baik
moril maupun materil kepada
pegawai yang terlihat memiliki
kinerja yang cukup tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Armstrong, M.,1994, Manajemen
Sumber Daya Manusia, Media
Kompetindo, Jakarta.
Arikunto, Suharsimi, 2002, Prosedur
Penelitian, Jakarta: Rineka
Cipta.
As'ad, Mochammad, 2003, Psikologi
Industri: Seri Sumber Daya
Manusia, Liberty,
Yogjakarta.
Jurnal KBP, Vol. 1, No. 2, September 2013: 232 - 253
253
Buchori Zainun, 1989, Manajamen
dan Motivasi, Bina Aksara,
Jakarta.
Gerungan, W. A., 1982, Manajemen
Personalia, Editor Hrman
Hutauruk, Pradnya Paramita,
Jakarta.
Heidjrachman dan Suad Husnan, 2002,
Manajemen Personalia, BPFE,
Yogjakarta.
I. Bestira, 1998, Produktivitas
Perusahaan, Alumni, Bandung.
Lembaga Administrasi Republik
Indonesia, 2000, Akuntabilitas
dan good governance; Modul,
Sosialisasi Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah
(AKIP).
Muhammad Hasibuan, 2003,
Manajemen Sumber Daya
Manusia, Bumi Aksara,
Jakarta.
Mutiara S. Panggabean,2002,
Manajemen Sumber Daya
Manusia, Ghalia Indonesia,
Jakarta.
Nawawi, Hadari, 2003,
Kepemimpinan
Mengefektifkan Organisasi.
Buku 1. Universitas
Terbuka/UPI-YAI, Jakarta.
Simamora, Henry, 1997, Manajemen
Sumber Daya. Bagian
Penerbitan STIE YKPN,
Yogyakarta.
Slovin Umar, 1999, Sampel
penelitian,,,Perencanaan
Penelitian, Penerbit PT.
Rinerka Erlangga.
Sugiono, 2005, Populasi, Administrasi
Personalia, Sari Manajemen
Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Suprianto, 1997, Penilaian Kinerja
dan Pengembangan
karyawan, BPFE, Yogyakarta.
Susilo Martoyo, 2000, Manajemen
Sumber Daya Manusia, BPFE,
Yogjakarta.