penerapan sistem akuntansi persediaan barang … · tabel 2.1 p erb andi n gp y j ilapora lab ru...
TRANSCRIPT
PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI PERSEDIAAN BARANG
DAGANGAN PADA UD. HARAPAN KECAMATAN
MANDREHE BARAT
SKRIPSI MINOR
Disusun Oleh:
FEBRIELI PUTRA JAYA GULO
NPM. 14100131013
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI NIAS SELATAN
TELUKDALAM
2018
PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI PERSEDIAAN BARANG
DAGANGAN PADA UD. HARAPAN KECAMATAN
MANDREHE BARAT
SKRIPSI MINOR
Diajukan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Ahli Madya
Disusun Oleh:
Disusun Oleh:
FEBRIELI PUTRA JAYA GULO
NPM. 14100131013
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI NIAS SELATAN
TELUKDALAM
2018
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Febrieli Putra Jaya Gulo
NIM : 14100131013
Jenjang program : Diploma Tiga (D3)
Program Studi : Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi Minor yang berjudul: “Penerapan Sistem
Akuntansi Persediaan Barang Dagangan pada UD. Harapan Kecamatan
Mandrehe Barat” adalah benar hasil karya saya sendiri bukan merupakan plagiat
dari karya ilmiah orang lain, kecuali yang disebutkan daftar pustaka. Apabila
dikemudian hari surat pernyataan ini dinyatakan tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademis berupa pencabutan gelar akademik dan sanksi lainnya
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Demikian pernyataan ini diperbuat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Telukdalam, 15 Agustus 2018
Pembuat Pernyataan
Febrieli Putra Jaya Gulo
NIM: 14100131013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi minor yang berjudul “Penerapan
Sistem Akuntansi Persediaan Barang Dagangan pada UD. Harapan
Kecamatan Mandrehe Barat”. Skripsi Minor ini adalah untuk memenuhi salah
satu syarat kelulusan dalam meraih gelar Ahli Madya pada Program Studi
Akuntansi di STIE Nias Selatan.
Selama penelitian dan penyusunan laporan penelitian ini, penulis tidak
luput dari kekurangan dan kelemahan. Hal ini dapat diatasi penulis berkat adanya
bantuan bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis
ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr.Taosige Wau, S.E., M.Si sebagai Ketua STIE Nias Selatan yang
telah memberikan ijin kepada penulis untuk meneliti dan menulis skripsi
minor ini.
2. Bapak Samalua Waoma, S.E., M.M sebagai Wakil Ketua I Bidang Akademik
STIE Nias Selatan yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk meneliti
dan menulis skripsi minor ini dan sekaligus dosen pembimbing saya yang
telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran untuk membimbing serta
memberikan saran dalam menyelesaikan skripsi minor saya ini.
3. Ibu Alwinda Manao, S.E., M.M selaku wakil ketua II STIE Nias Selatan yang
telah memberikan ijin kepada penulis untuk meneliti dan menulis skripsi
minor saya ini.
4. Bapak Yohanes Dakhi, S.E., M.M selaku wakil ketua III STIE Nias Selatan
yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk meneliti dan menulis skripsi
minor saya ini.
5. Bapak Reaksi Zagoto, S.E., M.M selaku Ketua Program Studi dan Ibu
Anskaria Gohae, S.E., M.M selaku sekretaris Program Studi Akuntansi yang
telah memberikan pelayanan Akademik kepada penulis dalam menyusun
skripsi minor saya ini.
6. Bapak/Ibu dosen yang telah mengajari, memberikan motivasi dan semangat
sehingga penulis dapat menyusun skripsi minor saya ini.
7. Orang Tua saya yang telah mendidik, mengarahkan, memotivasikan,
memberikan semangat, dukungan doa dan material sehingga penulis dapat
menyusun skripsi minor saya ini.
8. Seluruh teman teman yang telah berpatisipasi dalam menyelesaikan
penyusunan skripsi minor saya ini.
Akhir kata, saya berharap semoga Tuhan yang Maha Kuasa berkenan
membalas semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi minor ini
membawa manfaat dan pengembangan ilmu.
Telukdalam, Agustus2018
Penulis,
Febrieli Putra Jaya Gulo
NIM. 14100131013
DAFTAR ISI
Lembaran Pengesahan .…………...…………………………………………… i
Surat Pernyataan .................................................................................................
Kata Pengantar ………………………………………………………………… ii
Daftar Isi ……………………………………………………………………… iv
Daftar Tabel …………………………………………………………………… vi
Daftar Gambar ………………………………………………………………… vii
Daftar Lampiran ………………………………………………………………. viii
Abstrak ………………………………………………………………………… ix
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………. 1
1.2 Identifikasi Masalah ………………………………………………………. 4
1.3 Rumusan Masalah …………………………………………………………. 5
1.4 Tujuan Penelitian ………………………………………………………….. 5
1.5 Manfaat Penelitian ………………………………………………………… 6
1.6 Sistematika Penulisan……………………………………………………… 7
BAB II TINJAUAN LITERATUR DAN METODE ANALISIS …………. 8
2.1 Tinjauan Literatur ………………………………………………………… 8
2.2 Penelitian Terdahulu ……………………………………………………… 22
2.3 Metode Analisis…………………………………………………………… 23
BAB III PEMBAHASAN ……………………………………………………. 25
3.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ………………………………………. 25
3.2 Deskripsi Data Penelitian …………………………………………………. 26
3.3 Pembahasan ……………………………………………………………….. 28
BAB IV PENUTUP ………………………………………………………….. 36
4.1 Kesimpulan ……………………………………………………………….. 36
4.2 Saran ……………………………………………………………………….. 36
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 38
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................... 40
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbandingan penyajian laporan laba rugi …………………… 16
Tabel 2.2 Penyajian Persediaan dalam Laporan Keuangan ........................... 21
Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu …………………………………………… 22
Tabel 3.1 Daftar persediaan barang dagangan UD. Harapan Kecamatan
Mandrehe Barat …………………………………………………. 26
Tabel 3.2 Perbandingan teori dengan objek penelitian ……………………. 29
Tabel 3.3 Sistem perpektual ……………………………………………….. 30
Tabel 3.4 Sistem periodik …………………………………………………. 30
Tabel 3.5 Identifikasi khusus ……………………………………………… 31
Tabel 3.6 Rata-rata tertimbang ……………………………………………. 31
Tabel 3.7 FIFO …………………………………………………………….. 31
Tabel 3.8 Neraca …………………………………………………………… 32
Tabel 3.9 Laporan laba rugi ………………………………………………. 33
Tabel 3.10 Perbandingan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang … 34
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Struktur Perusahaan UD. Harapan ……………………………. 25
DAFTAR LAMPIRAN
Daftar Riwayat Hidup ..................................................................................... 40
ABSTRAK
PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI PERSEDIAAN BARANG
DAGANGAN PADA UD. HARAPAN KECAMATAN
MANDREHE BARAT
Oleh:
Febrieli Putra Jaya Gulo
NIM. 14100131013
DosenPembimbing:
SamaluaWaoma, S.E., M.M
Ruang lingkup penelitian ini adalah tentang Penerapan Sistem Akuntansi
Persediaan Barang Dagangan pada UD.Harapan Kecamatan Mandrehe Barat.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menerapkan system akuntansi persediaan
barang pada UD. Harapan Kecamatan Mandrehe Barat berdasarkan PSAK No 14
Tahun 2009. Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu
untuk mengetahui atau menggambarkan kenyataan dari kejadian yang diteliti
sehingga memudahkan penulis untuk mendapatkan data yang objektif dalam
rangka mengetahui dan memahami system akuntansi persediaan yang diterapkan
oleh UD. Harapan Kecamatan Mandrehe Barat. Hasil yang didapat menunjukan
bahwa: Sistem pencatatan persediaan pada UD. Harapan Kecamatan Mandrehe
Barat tidak mengunakan system pencatatan persediaan sesuai dengan PSAK No
14 Tahun 2009. Metode penilaian persediaan pada UD. Harapan Kecamatan
Mandrehe Barat tidak mengunakan metode penilaian persediaan sesuai dengan
PSAK No 14 Tahun 2009. Penyajian persediaan dalam laporan keuangan UD.
Harapan Kecamatan Mandrehe Barat tidak dibuat sesuai dengan PSAK No 14
Tahun 2009. Perusahaan UD. Harapan Kecamatan Mandrehe Barat sebaiknya,
menerapkan PSAK No. 14 Tahun 2009 pada penyusunan laporan keuangannya.
Melaksanakan system pencatatan persediaan barang dagangan dengan membuat
kartu persediaan yang dicatat baik secara manual maupun dengan menggunakan
system komputerisasi. Melakukan pemeriksaan terhadap pencatatan persediaan
untuk menghindari hal-hal yang tidak diingikan misalnya kecurangan, kehilangan
dan kadaluarsa.
Kata kunci : Persediaan, Pencatatan Persediaan, Penilaian Persediaan,
Penyajian laporan keuangan, PSAK No. 14 Tahun 2009.
ABSTRACT
THE APPLICATION OF ACCOUNTANCE SYSTEM
SUPPLIER SELLING GOODS IN UD. HARAPAN
WEST MANDREHE SUBSDISTRIC
By:
Febrieli Putra Jaya Gulo
NIM. 14100131013
Supervisor:
Samalua Waoma, S.E.,M.M
The scope of this research was about the application of accountance
system supply selleing goods at UD. Harapan West Mandrehe Subsdistric. The
purpose of this research was application of acountance supplying selling goods in
UD. Harapan West Mandrehe Subsdistric these on PSAK NO. 14 2009 in year.
The research method which was used in this research was descriptive method that
was for knowing or describing the realiti from phenomenon that will be searched
so that the writer was easier to get the data objectively in knowing and
comprehension the accountance system selling goods suppler that will be applied
in UD. Harapan West mandrehe Subsdistric. The result was found show that: The
recorded system supplying based on PSAK NO. 14 2009 in year. The disscussion
supplying in financial report UD. Harapan West Mandrehe Subsdistric was not
arranged based on PSAK NO. 14 2009 in year in arranging the financial report. In
making the recorder system goods supplier seller with making supplying card that
was recorded in manual stage and the computering system also. In done the
interogation with supplyer recorded for avoiding that thing in needed such as,
cheaping, missing, and expired date.
Key word: Supplying, Supplier recorded, assesment supplier, Disscussion
financial recorded PSAK NO. 14 2009 in year.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah
Penting bagi perusahaan untuk memantau tingkat persediaan. Persediaan
merupakan kunci pokok bagi perusahaan karena dalam hal ini perusahaan
memiliki fungsi ganda yaitu menentukan posisi keuangan perusahaan dan
mempunyai pengaruh yang besar dalam menentukan kalkulasi harga pokok
untuk menetapkan besarnya laba rugi dalam satu periode.
Akuntansi persediaan diharapkan semua kegiatan perusahaan dapat
dikoordinasikan dengan baik sehingga dapat mengurangi terjadinya
penyelewengan terhadap aset perusahaan khususnya persediaan dan laporan serta
informasi yang dihasilkan dengan cepat, tepat dan dapat dipertanggungjawabkan
keabsahannya terbukti dari tujuan akuntansi itu sendiri yaitu menyediakan
informasi laporan keuangan, sehingga dapat menjadi pedoman dan bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak-pihak yang
merasa berkepentingan. Untuk itu agar informasi yang dihasilkan dapat di sajikan
secara wajar dan dapat bermanfaat bagi setiap pihak yang memerlukan (baik
intern maupun ekstern), maka laporan keuangan yang disusun hendaklah sesuai
dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK).
Dari sudut manajemen, persediaan merupakan harta yang sangat penting.
Persediaan merupakan aset yang selalu dalam keadaan berputar dimana secara
terus-menerus mengalami perubahan. Masalah penentuan besarnya alokasi
persediaan mempunyai efek yang langsung terhadap keuntungan perusahaan.
Persediaan juga sering dijadikan objek penyelewengan karena persediaan
merupakan salah satu unsur harta lancar yang mudah dimanipulasi atau dicari dari
perusahaan yang tidak mempunyai sistem pengawasan yang memadai terhadap
perusahaan. Sistem perencanaan yang baik dan cermat sangat diperlukan untuk
mengetahui jumlah persediaan yang sebaiknya dimiliki sehingga dapat
dihindarkan resiko yang timbul akibat kekurangan, kelebihan, kadaluarsa atau
kecurangan.
Perencanaan sangat diperlukan dalam menyusun jadwal pekerjaan.
Kegiatan prosedur pemesanan, penerimaan, penyimpangan dan pengeluaran
barang karena perencanaan fungsi utama dalam kerangka kegiatan atau prosedur
untuk mencapai tujuan akhir yang diinginkan setiap perusahaan. Dalam
perencanaan juga mempertimbangkan masalah yang mungkin timbul atau terjadi
dimasa yang akan datang. Hal ini untuk membuat perencanaan yang baik,
pembuatan perencanaan harus melihat jauh ke depan dalam rangka meminimalisir
resiko yang mungkin terjadi. Sehubungan dengan sistem akuntansi perusahaan,
ada beberapa hal yang sangat penting sebagai unsur harga pokok perolehan
persediaan, yaitu penentuan harga perolehan persediaan, metode pencatatan
persediaan, metode penilaian persediaan dan penyajian didalam laporan keuangan.
Penilaian persediaan dapat dilakukan dengan beberapa metode penilaian
persediaan menurut Soemarso (2009:385) “mengatakan bahwa metode penilaian
persediaan diantaranya adalah metode FIFO (First in First Out), LIFO (last in-
first out) dan average”. Pada metode FIFO (First In First Out) yaitu metode
penetapan harga pokok persediaan yang didasarkan atas anggapan bahwa
barang-barang terdahulu dibeli akan merupakan barang yang dijual pertama
kali, Metode LIFO (last in-first out) yaitu metode penetapan harga pokok
persediaan yang didasarkan atas anggapan bahwa barang-barang paling akhir
dibeli akan merupakan barang yang dijual pertama kali, metode average yaitu
metode penetapan harga pokok persediaan dimana dianggap bahwa harga pokok
rata-rata dari barang yang tersedia dijual akan digunakan untuk menilai harga
pokok yang dijual dan yang dalam persediaan.
Persediaan merupakan aset besar yang dimiliki oleh perusahaan. Investasi
yang besar ditanamkan dalam bentuk persediaan akan menimbulkan permasalahan
yang berkenaan dengan biaya penyelenggaraan dimana biaya tersebut akan
meningkat baik berupa biaya gudang, selain itu persediaan sangat rentan terhadap
kerusakan, pencurian, dan penyelewengan. Sistem akuntansi persediaan
memegang peranan penting didalam pengaturan menghindari pemanipulasian
terhadap kekayaan perusahaan khususnya persediaan.
Dengan sistem persediaan yang baik, persediaan yang ada akan terlindungi
dari kemungkinan kesalahan prosedur pencatatan atau kehilanagn persediaan
barang dagangan. Pada prakteknya, disaat terjadinya pembelian barang dan
pembuatan faktur pembelian dilakukan oleh bagian gudang dan pada saat
penerimaan barang juga diterima oleh bagian gudang. Ini berarti bagian gudang
banyak berperan dalam penerimaan dan pembelian suatu barang. Didalam
perusahaan terutama perusahaan dagang harus ada pemisahan tugas antara
bagian satu dengan bagian yang lainnya, baik didalam pembelian barang maupun
penerimaan barang, bagian akuntansi dan bagian lainya. Ini bertujuan agar
mempermudah dalam pengawasan.
Pada penelitian ini penulis memfokuskan pada penelitian terhadap sistem
akuntansi persediaan barang dagangan yang diterapkan oleh UD. Harapan
kecamatan mandrehe barat yang merupakan perusahaan yang bergerak dalam
bidang penjualan beras, pupuk, gula, garam, minyak tanah dan sebagainya. Sesuai
dengan aktifitas perusahaan dagang, perusahaan ini membeli dan menjual kembali
barang, sehingga persediaan hanya tergolong kedalam persediaan barang
dagangan saja. Dari alur pembelian yang dilakukan UD. Harapan Kecamatan
Mandrehe Barat tidak melakukan pengawasan dan ketilitian pada jumlah
persediaan barang awal dan persediaan akhir, tetapi hanya berpatokan pada
jumlah barang yang ada pada faktur pembelian saja. UD. Harapan Kecamatan
Mandrehe Barat tidak mengkalkulasikan semua biaya yang terjadi pada saat
pembelian, hanya harga pembelian yang tercantum pada faktur pembelian tanpa
menambahkan biaya angkut. Pencatatan persedian pada UD. Harapan Kecamatan
Mandrehe Barat tidak ada atau tidak dibuat, disebabkan karena tidak paham dalam
membuat pecatatan persediaan.
Berdasarkaan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
yang berjudul “Penerapan Sistem Akuntansi Persediaan Barang Dagangan
pada UD. Harapan Kecamatan Mandrehe Barat”.
1.2 Identifikasi masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka yang
menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini yaitu :
1. Tidak melakukan pengawasan dan ketilitian pada jumlah persediaan barang
awal dan persediaan akhir.
2. Tidak mengkalkulasikan semua biaya yang terjadi pada saat pembelian.
3. Pencatatan persedian pada UD Harapan Kecamatan Mandrehe Barat tidak ada
atau tidak dibuat.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka yang
menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah sistem akuntansi pencatatan persediaan barang dagangan pada UD.
Harapan Kecamatan Mandrehe Barat sesuai dengan Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 14 Tahun 2009?
2. Apakah metode penilaian persediaan barang dagangan pada UD. Harapan
Kecamatan Mandrehe Barat sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) No. 14 Tahun 2009?
3. Apakah penyajian persediaan dalam laporan keuangan pada UD. Harapan
Kecamatan Mandrehe Barat sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) No. 14 Tahun 2009?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan penelitian
ini adalah :
1. Untuk menganalisis apakah sistem akuntansi pencatatan persediaan barang
dagangan pada UD. Harapan Kecamatan Mandrehe Barat sesuai dengan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 14 Tahun 2009.
2. Untuk menganalisis apakah metode penilaian persediaan barang dagangan
pada UD. Harapan Kecamatan Mandrehe Barat sesuai dengan Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 14 Tahun 2009.
3. Untuk menganalisis apakah penyajian persediaan dalam laporan keuangan
pada UD. Harapan Kecamatan Mandrehe Barat sesuai dengan Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 14 Tahun 2009.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak
nantinya, antara lain adalah:
1. Bagi penulis
Sebagai sarana dalam pengembangan dan pemikiran terhadap ilmu
pengetahuan pada bidang ekonomi, guna menambah wawasan pengetahuan
serta pengembangan kemampuan penulis dalam menerapkan teori yang telah
didapat dibangku kuliah dengan praktek nyata dilapangan.
2. Bagi UD. Harapan Kecamatan Mandrehe Barat
Penelitian ini diharapakan dapat dijadikan sebagai masukan dan sebagai
bahan pertimbangan untuk perbaikan atas kekurangan yang ada guna
tercapainya tujuan yang hendak dicapai.
3. Bagi STIE Nias Selatan
Hasil penelitian ini akan menambah referensi bagi penelitian lanjutan, serta
bagi penelitian lain yang berkepentingan untuk melakukakan penelitian lebih
lanjut dapat digunakan sebagai referensi dan revalansi sesuai sesuai dengan
judul penelitian ini.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika yang digunakan oleh peneliti dalam penulisan skripsi minor
ini adalah sebagai berikut yaitu: Bab I Pendahuluan, terdiri atas: latar belakang
masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Literatur dan Metode
Analisis, terdiri atas: tinjauan literature, penelitian terdahulu, dan metode analisis.
Bab III Pembahasan terdiri dari: deskripsi data penelitian dan pembahasan. Bab
IV Penutup, terdiri atas kesimpulan dan saran. Daftar Pustaka dan Lampiran-
lampiran.
BAB II
TINJAUAN LITERATUR DAN METODE ANALISIS
2.1 Tinjauan Literatur
2.1.1 Pengertian sistem
Secara Etimologi, kata sistem sebenarnya berasal dari bahasa Yunani yaitu
“systema” yang dalam bahasa inggris dikenal dengan “system”. Menurut
berbagai literatur, sistem mempunyai suatu pengertian sehimpunan bagian atau
komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan satu
keseluruhan yang tidak terpisahkan. Menurut Sugiri (2004:6) “sistem merupakan
kumpulan sumber daya yang berhubungan untuk mencapai tujuan tertentu”.
Menurut Hamizar (2010:12) “Kata sistem berasal dari bahasa Yunani yaitu
“systema” yang mempunyai arti sebagai berikut: Pertama, suatu keseluruhan
yang tersusun dari sekian banyak bagian. Kedua hubungan yang berlangsung di
antara satuan-satuan atau komponen secara teratur. Dengan perkataan lain
“systema” itu mengandung arti sehimpunan bagian atau komponen yang saling
berhubungan secara teratur dan merupakan satu keseluruhan”. Menurut Hery
(20012:6) “sistem merupakan suatu perangkat (atau kesatuan) yang di dalamnya
terdiri atas komponen-komponen yang terorganisasi menurut urutan dan menurut
tugasnya dalam rangka mencapai tujuan atau misi tertentu”.
Dari pengertian diatas disimpulkan bahwa sistem adalah sebuah
perkumpulan yang kaitannya antara satu dengan yang lainnya itu erat, yang
mempunyai manfaat kesamaan demi mendapatkan tujuan tertentu dengan sistem
yang diciptakan untuk menangani suatu hal yang sering terjadi.
2.1.2 Pengertian Sistem Akuntansi
Sistem akuntansi merupakan sistem yang sangat luas dan merupakan salah
satu bidang dalam akuntansi dan diperlukan dalam perusahaan agar kegiatannya
dapat berjalan sebagaimana mestinya. Menurut Mulyadi (2008:3) “sistem
akuntansi adalah organisasi formulir, catatan, dan laporan yang dikoordinasi
sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan
manajemen guna memudahkan pengelolaan perusahaan”. Menurut Alan
(2013:13) “sistem akuntansi adalah kumpulan formulir, catatan-catatan dan
prosedur-prosedur yang digunakan sedemikian rupa untuk menyediakan dan
mengolah data keuangan yang berfungsi sebagai media kontrol bagi manajemen
untuk mendukung pengambilan keputusan bisnis”.
Menurut Mulyadi (2008:3) menjelaskan terdapat unsur sistem akuntansi
pokok yaitu sebagai berikut:
a. Formulir
Formulir merupakan dokumen yang digunakan untuk merekam
terjadinya transaksi. Formulir sering disebut dengan istilah
dokumen, karena dengan formulir ini peristiwa yang terjadi dalam
organisasi direkam diatas selembar kertas. Formulir sering juga
disebut dengan istilah media, karena formulir merupakan media
untuk mencatat peristiwa/kejadian yang terjadi dalam organisasi ke
dalam catatan. Dengan formulir ini data yang bersangkutan dengan
transaksi direkam pertama kalinya sebagai dasar pencatatan dalam
catatn. Contoh formulir adalah faktur penjualan, bukti kas keluar,
dan cek. Dengan faktur penjualan misalnya direkam nama
pembeli, alamat pembeli, jenis dan kuantitas barang yang dijual,
harga barang tanda tangan otorisasi dan sebagainya. Dengan
demikian faktur pejualan digunakan untuk mendokumentasikan
transasksi penjulan. Informasi alam faktur penjualan tersebut
kemudian dicatat dalam jurnal penjualan dan buku besar pembantu
piutang.
b. Jurnal
Juranal merupakan catataan akuntansi pertama yang digunakan
untuk mencatat, mengklasifikasikan dan meringkas data keuangan
dan data lainnya.
c. Buku Besar
Buku besar (general ledger) terdiri dari rekening-rekening yang
digunakan untuk meringkas data keuangan yang telah dicatat
sebelumnya dalam jurnal. Rekening-rekening dalam buku besar ini
disediakan sesuai dengan unsur-unsur informasi yang akan
disajikan dalam laoporan keuangan. Rekening-rekening buku besar
ini disuatu pihak dapat dipandang sebagai wadah untuk
menggolongkan data keuangan, dipihak lain dapat dipandang
pula sebagai sumber informasi keuangan untuk penyajian laporan
keuangan.
d. Buku Pembantu
Buku pembantu terdiri dari rekening-rekening pembantu yang
merinci data keuangan yang tercantum dalam rekening tertentu
dalam buku besar. Buku besar dan buku pembantu disebut juga
sebagai catatan akuntansi akhir karena setelah akuntansi keuangan
dicatat dalam buku-buku tersebut, proses selanjutnya adalah
penyajian laporan keuangan. Bukan pencatatan lagi ke dalam
catatan akuntansi.
e. Laporan
Hasial akhir proses akuntansi adalah laporan keuangan yang dapat
berupa neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan yang ditahan,
laporan harga pokok produksi, laporan biaya pemasaran, laporan
harga pokok penjualan, daftar umum piutang, daftar utang yang
akan dibayar, daftar saldo persediaan yang lambat penjualannya.
Lapoaran ini berisi informasi yang merupakan keluaran sistem
akuntansi. Laporan dapat berbentuk hasil cetak komputer dan
tayangan layar monitor komputer.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sistem akuntansi yaitu
kebutuhan manajemen pada sesuatu hal bagi penyedia informasi keuangan untuk
pengelolaan perusahaan yang lebih mudah serta berisikan organisasi formulir,
pencatatan, dan pelaporan yang terkoordinir.
2.1.3 Pengertian Persediaan
Perusahaan dagang yang aktivitasnya membeli dan menjual barang jadi,
memiliki persediaan dalam bentuk barang jadi atau barang dagangan. Sedangkan
perusahaan manufaktur yang harus memproses bahan baku sampai menjadi
barang jadi, memiliki tiga jenis persediaan, yaitu persediaan bahan baku,
persediaan dalam proses, dan persediaan barang jadi. Persediaan barang dagang
perusahaan industri berbeda dengan persediaan pada perusahaan dagang. Hal ini
disebabkan karena aktivitas sehari-hari kedua jenis perusahaan ini berbeda. Secara
umum istilah persediaan dagangan dipakai untuk menunjukan barang-barang yang
dimiliki untuk dijual kembali atau digunakan untuk memproduksi barang- barang
yang akan dijual.
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam PSAK No.14 Tahun
2009 menyatakan persediaan adalah: a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan
usaha normal, b. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan atau c. Dalam
bentuk atau perlengkapan supplier untuk digunakan dalam proses produksi atau
pemberian jasa. Menurut Kieso dan Weygandt (2008:402) Persediaan (inventory)
adalah pos-pos aktiva yang dimiliki untuk dijual dalam operasi bisnis normal atau
barang yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam memproduksi barang yang
akan dijual. Menurut Yadiati (2006:122) bahwa persediaan barang dagangan
adalah persediaan yang masih belum dijual pada akhir periode akuntansi. Menurut
Manurung (2011:53) menyebutkan bahwa persediaan (inventory) dikategorikan
sebagai barang dagangan yang dimiliki dan disimpan untuk dijual kepada para
pelanggan (customers). Menurut Soemarso (2009:411) persediaan barang
dagangan adalah barang-barang yang dimiliki perusahaan untuk dijual kembali.
Menurut Rudianto (2008:236) persediaan adalah sejumlah barang jadi,
bahan baku, barang dalam proses yang dimiliki perusahaan dengan tujuan untuk
dijual atau diproses lebih lanjut. Menurut Hery (2012:95) istilah inventory
menunjukan: 1) Goods yang dimiliki untuk dijual dalam kegiatan normal
perusahaan, 2) Untuk perusahaan manufaktur, goods in production atau
ditempatkan ke dalam proses produksi.
Menurut Ikhsan (2009:105) mengatakan dalam perusahaan dagang,
persediaan adalah barang-barang yang ditangani untuk dijual kembali. Sedangkan
dalam perusahaan manufaktur, biasanya persediaan barang dari bahan baku dan
barang dalam proses ditambahkan terhadap persediaan barang jadi. Menurut
Baridwan (2004:149) Secara umum istilah persediaan barang dipakai untuk
menunjukan barang-barang yang dimiliki untuk dijual kembali atau digunakan
untuk memproduksi barang-barang yang akan dijual.
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa persediaan
merupakan barang–barang yang dimiliki perusahaan yang digunakan atau dibeli
untuk dijual dalam operasi normal perusahaan, baik berupa barang jadi, barang
setengah jadi maupun bahan baku serta bahan penolong yang digunakan untuk
memproduksi barang–barang yang akan di jual perusahaan. Dengan kata lain,
sifat barang dapat diklasifikasikan sebagai persediaan menurut sifat aktivitas
perusahaan
2.1.4 Sistim Pencatatan Persediaan
Sistem akuntansi yang akurat dan catatan yang up to date merupakan hal
yang sangat penting. Penjualan dan pelanggan bisa hilang jika pesanan mereka
tidak sesuai dengan model, kuantitas dan kualitas yang diinginkan. Oleh karena
itu, perusahaan harus selalu memonitor tingkat persediaan secara seksama dan
mengatasi biaya pembiayaan akibat penimbunan persediaan. Perusahaan
menggunakan satu dari dua jenis sistem pencatatan persediaan.
Terdapat dua sistem pencatatan persediaan yang digunakan menurut
Reeve (2009:348) yaitu :
1. Metode Biaya Persediaan dalam Sistem Persediaan Perpetual
Dalam sistem perpetual,seluruh kenaikan dan penurunan dalam
persediaan dicatat dengan cara yang sama dengan pencatatan
kenaikan dan penurunan dalam kas. Akun persediaan pada awal
periode akuntansi menunjukkan persediaan tersedia pada tanggal
tersebut. Pembelian dicatat dengan mendebit persediaan dan
menkredit kas atau utang usaha. Pada tanggal terjadinya
penjualan, Harga pokok penjualan dicatat dengan mendebit
harga pokok penjualan dan mengkredit persediaan.
2. Metode Biaya Persediaan Dalam Sistem Periodik (fisik)
Dalam sisitem periodik, hanya pendapatan yang dicatat setiap
kali terjadi penjualan. Tidak ayat jurnal yang dibuatpada saat
penjualan untuk mencatat harga pokok penjualan. Pada akhir
periode akuntansi, perhitungan fisik persediaan dilakukan untuk
menghitungbiaya persediaan dan harga pokok penjualan.
Metode pencatatan persediaan menurut Kieso (2008:404) adalah: Dalam
pencatatan persediaan ada dua metode pencatatan, perusahaan menggunakan
salah satu dari dua jenis sistem agar pencatatan persediaan tetap aktual yaitu
sistem perpetual atau sistem periodik.
a. Sistem Perpetual
Sistem persediaan perpertual (perpetual inventory system) secara
terus-menerus melacak perubahan akun persediaan. Yaitu, semua
pembelian dan penjualan (pengeluaran) barang dicatat secara
langsung ke akun persediaan pada saat terjadi. Karakteristik
akuntansi dari sistem persediaan perpertual adalah :
1. Pembelian barang dagang untuk dijual atau Pembelian
bahan baku untuk produksi didebet ke persediaan dan bukan
ke pembelian
2. Biaya teransportasi masuk, retur pembelian dan pengurangan
harga, serta diskon pembelian didebet ke persediaan dan
bukan ke akun terpisah.
3. Harga pokok penjualan diakui untuk setiap penjualan
dengan mendebet akun harga pokok penjualan, dan
mengkredit persediaan.
4. Persediaan merupakan akun pengendalian yang didukung
oleh buku besar pembantu yang berisi catatan persediaan
individual. b. Sistem Periodik
Menurut sistem persediaan periodik (periodic inventory system),
kuantitas persediaan di tangan ditentukan, seperti yang tersirat
oleh namanya, secara periodik. semua pembelian persediaan
selama periode akuntansi dicatat dengan mendebet akun
pembelian. Total akun pembelian pada akhir periode akuntansi
ditambahkan ke biaya persediaan di tangan pada awal periode
untuk menentukan total biaya barang yang tersedia untuk dijual
selama periode berjalan.
Perbedaan dari metode pencatatan persediaan perpetual dengan metode
pencatatan persediaan fisik menurut baridwan (2011:129), adalah sebagai berikut:
a. Metode Perpetual
1. Tidak terdapat perkiraan pembelian, retur pembelian,
potongan pembelian, dan biaya angkut pembelian.
2. Transaksi pembelian, retur pembelian, potongan pembelian
dan biaya angkut pembelian dicatat dalam perkiraan
persediaan barang dagang.
3. Setiap terjadi penjualan harus diikuti adanya pencatatan
harga pokok penjualan.
4. Lebih sesuai digunakan oleh grosir, agen khusus atau
distributor dengan sedikit macam barang yang diperdagang-
kan dan mudah untuk menentukan besarnya harga pokok
penjuala setiap terjadi penjualan secara tepat.
b. Metode Periodik/fisik
1. Terdapat perkiraan pembelian, retur pembelian, potongan
pembelian, dan biaya angkut pembelian.
2. Transaksi pembelian, retur pembelian, potongan pembelian,
dan biaya angkut pembelian dicatat dalam perkiraan masing-
masing.
3. Setiap terjadi penjualan tidak perlu dilakukan pencatatan
harga pokok penjualan. Harga pokok penjualan dihitung pada
akhir periode secara agregat.
4. Lebih sesuai digunakan pada perusahaan eceran/retail yang
mempunyai banyak macam persediaan dagang dan sulit
untuk dilakukan untuk penentuan harga pokok setiap terjadi
penjualan.
Metode pencatatan persediaan menurut Kartikahadi (2012:332) yaitu :
1. Metode Periodik
Dalam metode periodik, jumlah persediaan ditentukan secara
berkala (periodik) dengan melakukan perhitungan fisik dan
mengalikan jumlah unit tersebut dengan harga satuan untuk
menghitung nilai persediaan yang ada pada saat itu. Dalam
metode ini, setiap kali ada pembelian persediaan akan dicatat
pada akun Pembelian. Sedangkan pada saat penjualan hanya
dibukukan Penjualan sejumlah harga penjualan, dan tidak
dihitung harga pokok penjualan untuk setiap transaksi. Pada
akhir periode usaha untuk menyusun laporan keuangan, harus
dilakukan perhitungan fisik persediaan untuk mengetahui
nilai Persediaan Akhir dan Harga Pokok Penjualan.
2. Metode Perpetual
Dalam metode perpetual, catatan persediaan selalu
dimutakhirkan (updated) setiap kali terjadi transaksi yang
melibatkan persediaan, sehingga perusahaan selalu mengetahui
kuantitas dan nilai persediaannya setiap saat. Setiap kali
dilakukan pembelian barang maka perusahaan akan mendebit
akun Persediaan (bukan akun Pembelian). Setiap kali terjadi
penjualan, selain membukukan Penjualan sejumlah harga jual,
sekaligus juga dihitung dan dibukukan Harga Pokok Penjualan
dengan mendebit akun Harga Pokok Penjualan dan mengkredit
akun Persediaan.
Ada dua sistem yang dapat digunakan dalam hubungannya dengan
pencatatan persediaan yaitu, metode perpetual dan metode periodik. PSAK No.
14 revisi Tahun 2009 menyatakan dalam sistem persediaan perpetual (perpetual
inventory system), biaya persediaan akhir dan harga pokok penjualan selama
tahun berjalan dapat ditentukan secara langsung dari catatan akuntansi. Sedangkan
PSAK No. 14 revisi tahun 2009 menyatakan sistem pencatatan fisik/periodik
(phisical/periodic inventory system-berkala), nilai persediaan akhir ditentukan
melalui pemeriksaan stok fisik (phisical stock-take).
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam sistem
biaya persediaan dalam sistem persediaan perpetual, pencatatan persediaan
dilakukan secara terus-menerus, sehingga harga pokok penjualan dan jumlah
persediaan dapat setiap saat diketahui. Sedangkan dalam metode biaya persediaan
dalam sistem persediaan periodik (fisik), pencatatan persediaan tidak dilakukan
secara terus-menerus, perhitungan fisik persediaan dan perhitungan harga pokok
penjualan dilakukan setiap akhir periode akuntansi.
2.1.5 Perbedaan Sistem Pencatatan Periodik dan Perpetual
Perbedaan penggunaan kedua metode adalah pada akun yang digunakan
untuk mencatat pembelian persediaan. Pada sistem pencatatan periodik pembelian
persediaan dilakukan dengan mendebit akun pembelian sehingga pada akhir
periode akan dilakukan penyesuaian untuk mencatat harga pokok barang yang
dijual dan melaporkan nilai persediaan pada akhir periode.
Tabel 2.1
Perbandingan penyajian laporan laba rugi
Sistem Periodik Sistem Perpetual
Penjualan xxx
Retur Penjualan (xxx)
Pot. Penjualan (xxx)
Penjualan Bersih xxx
Harga Pokok Penjualan :
Pers. Barang (awal) xxx
Pembelian xxx
Ongkos Angkut (xxx)
Pot. Pembelian (xxx)
Barang tersedia dijual xxx
Pers. Barang (akhir) (xxx)
HPP (xxx)
Laba Kotor xxx
Penjualan xxx
Retur Penjualan (xxx)
Pot. Penjualan (xxx)
Penjualan Bersih xxx
HPP (xxx)
Laba Kotor xxx
Sumber: Kieso (2007:287)
2.2.6 Metode Penilaian Persediaan
Pencatatan nilai persediaan barang yang dikeluarkan menentukan harga
pokok penjualan dan persediaan akhir. Menurut Baridwan (2011:158-175), untuk
menghitung harga pokok penjualan dan harga pokok persediaan terdapat sepuluh
cara yaitu:
1. Identifikasi Khusus
Metode identifikasi khusus didasarkan pada anggapan bahwa arus
barang harus sama dengan arus biaya. Untuk itu perlu disiapkan
tiap- tiap jenis barang berdasarkan harga pokoknya dan untuk
masing-masing kelompok dibuatkan kartu persediaan sendiri,
sehingga masing-masing harga pokok dapat diketahui. Harga
pokok penjualan terdiri dari harga pokok harga pokok barang-
barang yang dijual dan sisanya merupakan persediaan akhir.
2. Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP)/FIFO
Harga pokok persediaan akan dibebankan sesuai dengan urutan
terjadinya. Apabila ada penjualan atau pemakaian barang-barang
maka harga pokok yang dibebankan adalah harga pokok yang
paling dahulu, disusul yang masuk berikutnya. Persediaan akhir
dibebani harga pokok terakhir.
3. Rata-rata Tertimbang (Weighted Average)
Dalam metode ini barang-barang yang dipakai untuk produksi
atau dijual akan dibebani harga pokok rata-rata. Perhitungan
harga pokok rata-rata dilakukan dengan cara membagi jumlah
harga perolehan dengan kuantitasnya.
4. Masuk Terakhir Keluar Pertama (MTKP)/LIFO
Barang-barang yang dikeluarkan dari gudang akan dibebani
dengan harga pokok pembelian yang terakhir disusul yang
masuk sebelumnya. Persediaan akhir dihargai dengan harga
pokok pembelian yang pertama dan berikutnya.
5. Persediaan Besi/Minuman
Dalam metode ini dipakai anggapan bahwa perusahaan
memerlukan suatu jumlah persediaan minimum (besi) untuk
menjaga kontunuitas usahanya. Persediaan minimum (besi) ini
dianggap sebagai suatu elemen yang selalu tetap, sehingga dinilai
dengan harga pokok yang tetap. Harga pokok untuk persediaan
minimum (besi) biasanya diambil dari pengalaman yang lalu
dimana harga pokok itu nilainya rendah. Pada akhir periode
jumlah barang yang ada digudang dihitung. Jumlah persediaan
besi dinilai dengan harga pokok yang tetap sedangkan selisih
antara jumlah barang yang ada dengan persediaan besi dinilai
dengan harga pada saat tersebut (bisa dengan metode MTKP,
rata-rata tertimbang atau metode lainnya).
6. Biaya Standar (Standard Cost)
Dalam perusahaan manufaktur yang memakai sistem biaya
standar, persediaan barang dinilai dengan biaya standar, yaitu
biaya-biaya yang seharusnya terjadi. Biaya standar ini ditentukan
dimuka, yaitu sebelum proses produksi dimulai, untuk bahan
baku, upah langsung dan biaya produksi tidak langsung. Apabila
terdapat perbedaan antara biaya-biaya yang sesungguhnya terjadi
dengan biaya standarnya, pebedaan-perbedaan itu akan dicatat
sebagai selisih. Karena persediaan barang dinilai dengan
biaya standar maka dalam harga pokok penjualan tidak
temasuk kerugian-kerugian yang timbul karena pemborosan-
pemborosan dan hal-hal yang tidak biasa. Biaya standar yang
ditetapkan akan terus digunakan apabila tidak ada perubahan
harga maupun metode produksi. Apabila ternyata ada perubahan
maka biaya standar harus direvisi dan disesuaikan dengan
keadaan yang baru.
7. Biaya Rata-rata sederhana (Simple Average)
Harga pokok persediaan dalam metode ini ditentukan dengan
menghitung rata-ratanya tanpa memperhatikan jumlah barangnya.
Apabila jumlah barang yang dibeli berbeda-beda maka
metode ini tidak menghasilkan harga pokok yang dapat mewakili
seluruh persediaan.
8. Harga Beli Terakhir (Latest Purchase Price)
Dalam hal ini persediaan barang yang ada pada akhir periode
dinilai dengan harga pokok pembelian terakhir tanpa
mempertimbangkan apakah jumlah persediaan yang ada melebihi
jumlah yang dibeli terakhir.
9. Metode Nilai Jual Relatif
Metode ini dipakai untuk mengalokasikan biaya bersama (joint
costs) kepada masing-masing produk yang dihasilkan/dibeli.
Masalah alokasi ini dapat timbul dalam usaha dagang maupun
perusahaan manufaktur. Dalam perrusahaan dagang apabila
dibeli beberapa barang yang harganya menjadi satu, timbul
masalah berapakan harga pokok masing-masing barang tersebut.
Pembagian biaya bersama ini dilakukan berdasarkan nilai
penjualan ralatif dari masing-masing barang tersebut.
10. Metode Biaya Variabel (Direct Costing)
Dalam metode ini harga pokok produksi dari produk yang
dihasilkan oleh perusahaan hanya dibebani dengan biaya produksi
yang variabel yaitu bahan baku, upah langsung dan biaya
produksi tidak langsung variabel. Biaya produksi tidak langsung
yang tetap akan dibebankan sebagai biaya dalam periode yang
bersangkutan dan tidak ditunda dalam persediaan. Metode ini
berguna bagi pimpinan perusahaan untuk merencanakan dan
mengawasi biaya-biayanya. Agar metode ini dapat digunakan
rekening-rekening biaya harus dipisahkan menjadi biaya variabel
dan tetap. Karena yang dimasukan dalam perhitungan harga
pokok produksi hanya biaya-biaya yang variabel, metode ini tidak
diterima sebagai prinsif akuntansi yang lazim. Oleh karena itu
jika digunakan metode biaya variabel maka pada akhir periode
harus diadakan penyesuaian terhadap persediaan dan harga pokok
penjualan.
Dalam situasi tertentu persediaan tidak dinilai menurut harga perolehan
yang sesungguhnya, melainkan dengan harga yang ditaksir. Kebutuhan untuk
menaksir persedian umumnya timbul dalam perusahaan yang menggunakan
sistem pencatatan fisik, karena tidak tersedia catatan persediaan yang terinci.
Ada tiga macam metode Menurut Kartikahadi (2012:335) tentang
Penilaian persediaan dan harga pokok penjualan berdasarkan biaya pembelian
yaitu:
1. Identifikasi khusus (Specific Indentification)
Metode identifikasi khusus lazimnya diaplikasikan untuk
perdagangan atau perusahaan dagang yang khusus atau unik dan
lazimnya bernilai tinggi. Misalnya barang antic, gaun pengantin
yang dirancang khusus, bangunan rumah, kapling tanah menurut
lokasi dan ukuran, dan lain- lain.
2. Rata-rata (Average)
Dalam metode rata-rata atau metode rata-rata tertimbang
(weighted average) biaya barang tersedia untuk dijual (persediaan
awal dan pembelian) dibagi dengan unit tersedia untuk dijual,
untuk mendapatkan biaya rata-rata per unit. Apabila perusahaan
menggunakan metode pencatatan periodik, maka biaya rata-rata
per unit hanya akan dihitung di akhir periode saja. Sedangkan
dalam metode pencatatan perpetual, setiap kali dilakukan
pembelian maka akan dihitung biaya rata-rata per unit yang baru.
Untuk metode pencatatan perpetual arus biaya rata-rata dikenal
dengan nama metode biaya rata-rata bergerak (moving average
method).
3. Masuk Pertama Keluar Pertama (First In First Out-FIFO)
Metode ini mengasumsikan bahwa barang yang pertama dibeli
merupakan barang yang pertama terjual. Keunggulan metode
ini terletak pada nilai persediaan yang dilaporkan di laporan
keuangan (neraca). Karena barang yang dibeli pertama
diasumsikan dijual pertama kali dan barang yang dilaporkan
sebagai persediaan di neraca mencerminkan harga perolehan yang
terakhir sehingga dalam keadaan perputaran persediaan normal,
nilai persediaan di neraca mendekati nilai sekarang dari
persediaan.
Penggunaan metode penilaian persediaan dalam menentukan harga pokok
penjualan tergantung pada kebijakan perusahaan dalam pengambilan keputusan.
Masing-masing metode penilaian yang telah diuraikan di atas, akan menghasilkan
nilai harga pokok penjualan dan persediaan akhir yang berbeda. Jadi, penggunaan
metode penilaian persediaan tersebut akan berpengaruh langsung pada laporan
keuangan, yaitu laporan laba rugi dan neraca. Dalam standar akuntansi keuangan,
metode penilaian masuk terakhir, keluar pertama (last-in, first-out-LIFO) tidak
diperkenankan lagi dipakai. Oleh karena itu, dalam laporan ini tidak akan
membahas mengenai metode masuk terakhir, keluar pertama (last-in, first-out-
LIFO).
Sedangkan menurut PSAK No. 14 tahun 2009 mengemukakan bahwa
“biaya untuk persediaan yang secara umum tidak dapat ditukar dengan
persediaan lain (not ordinary interchangeable) dan barang atau jasa yang
dihasilkan dan dipisahkan untuk proyek tertentu diperhitungkan berdasarkan
identifikasi khusus terhadap biayanya masing-masing”.
2.1.6 Penyajian Persediaan dalam Laporan Keuangan
Pada akhir periode setiap perusahaan akan menyusun laporan keuangan.
Laporan keuangan merupakan ringkasan suatu proses pencataan dan merupakan
suatu ringkasan dari transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang
bersangkutan. Laporan keuangan ini berfungsi sebagai laporan pertanggung
jawaban atas hasil-hasil yang telah dicapai dalam satu periode dan sebagai
sumber informasi yang dapat digunakan manajemen dalam pengambilan
keputusan.
Laporan keuangan dibuat oleh pihak-pihak yang berkepentingan
didalam perusahaan, agar dapat lebih mudah memperoleh gambaran yang jelas
tentang posisi keuangan perusahaan.
Dalam laporan keuangan persediaan terdapat dalam Neraca dan laporan
Laba Rugi. Untuk penyajian persediaan dalam neraca lazimnya dikelompokan
oleh perusahaan pada aktiva lancar dan diletakan setelah kas, bank, dan
piutang. Sedangkan untuk laporan laba rugi, pencatatan persediaan disajikan
dalam menentukan harga pokok penjualan.
Berikut contoh penyajian persediaan dalam Neraca yang dapat dilihat
dalam Tabel 2.2 :
Tabel 2.2
Penyajian Persediaan Dalam Laporan Keuangan
AKTIVA Jumlah PASIVA Jumlah
Aktiva Lancar:
Kas Bank
Piutang
Persediaan
Aktiva Tetap:
Tanah
Bangunan
Peralatan
Total Aktiva
Xxx
Xxx
xxxx
Xxx
Xxx
Xxx
xxxx
Xxxx
Utang lancar:
Utang Wesel
Utang Dagang
Utang Pajak
Ekuitas:
Modal
Xxx
Xxx
Xxx
xxxx
xxx
xxxx
Sumber: (Kasmir 2008:37)
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu ini menjadi acual peneliti dalam melakukan penelitian
sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji
penelitian yang dilakukan. Penulis mengangkat beberapa penelitian terdahulu
sebagai referensi dalam perbandingan pada penelitian penulis.
Ada beberapa penelitian terdahulu berupa hasil penelitian terkait dengan
penelitian yang dilakukan penulis, yaitu: (lihat tabel : 2.3)
Tabel 2.3
Penelitian Terdahulu
No Nama Tahun Judul Hasil Penelitian
1 Herman
Karamoy
2013 Analisis Penerapan
Metode Pencatatan
dan Penilaian
Terhadap
Persediaan Barang
Dagangan Menurut
PSAK No.14 pada
PT. Tirta
Investama Manado
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pengungkapan
persediaan telah sesuai dengan
standar akuntansi yang berlaku
di Indonesia yaitu PSAK
No.14, dengan metode
penilaian yang digunakan
adalah metode FIFO.
Jenis penelitian ini adalah
deskriptif kualitatif.
Reinhard S. 2014 Analisis Sistim Jenis penelitian ini adalah
Sambuaga
Penerapan
Akuntansi
Persediaan pada
PT. Sukses Era
Niaga Manado
deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukan
bahwa penerapan akuntansi
persediaan pada PT. Sukses
Era Niaga telah sesuai dengan
PSAK No. 14 dengan metode
penilaian yang digunakan
adalah metode FIFO.
Jenis penelitian ini adalah
deskriptif kualitatif.
Ali Ibrahim 2004 Analisis Sistim
penerapan
kuntansi
persediaan
berdasarkan
PSAK
No.14 pada
PT.CLI
Jenis penelitian ini adalah
deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukan
bahwa penerapan akuntansi
persediaan pada PT.CLI telah
sesuai dengan PSAK No. 14
dengan metode penilaian yang
digunakan adalah metode
FIFO.
Jenis penelitian ini adalah
deskriptif kualitatif
Sumber: Diambil dari berbagai sumber skripsi minor terdahulu
2.3 Metode Analisis
2.3.1 Jenis penelitian
Dalam Penilitian ini, Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis
penelitian kualitatif; dimana dalam penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif
yaitu untuk mengetahui atau menggambarkan kenyataan dari kejadian yang diteliti
sehingga memudahkan penulis untuk mendapatkan data yang objektif dalam
rangka mengetahui dan memahami sistem akuntansi persediaan yang diterapkan
oleh UD. Harapan Kecamatan Mandrehe Barat.
2.3.2 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Datar primer, yaitu data yang dipeoleh secara langsung dari objek penelitian.
Dalam hal ini adalah UD. Harapan Kecamatan Mandrehe Barat. Data yang
diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak perusahaan.
2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari perusahaan dan data tersebut
sudah diolah dan terdokumentasi diperusahan seperti sejarah singkat
perusahaan, struktur perusahaan, laporan laba rugi maupun neraca perusahaan
serta kelengkapan lainnya.
2.3.3 Teknik analisis Data
Untuk menganalisis data yang diperoleh dalam penulisan skripsi minor ini,
peneliti menggunakan metode analisis deskriptif. Menurut Sugiyono (2005:21)
pengertian metode analisis deskriptif adalah metode yang digunakan untuk
menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian. Oleh karena itu penulis
menggunakan metode analisis deskriptif untuk menggambarkan, menjalankan dan
menggunakan data yang telah diperoleh pada lokasi tinjauan dan kemudian
membuat kesimpulan.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
3.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan
UD. Harapan Kecamatan Mandrehe Barat didirikan pada tanggal 15 April
Tahun 2014 yang berada di Desa Onolimburaya kecamatan Mandrehe Barat
kabupaten Nias Barat. Nomor Daftar Perusahaan : 1225-0302-4-007 dengan luas
tempat usaha : 5m x 5m + 4m x 5m. Nama pemilik perusahaan Bapak Temamano
Daeli dengan memiliki 3 karyawan. UD. Harapan Kecamatan Mandrehe Barat
merupakan usaha dagang yang mempuyai aktifitas utama menjual barang jadi
seperti barang sembako/kelontong, sub agen bahan bakar minyak, pengecer pupuk
dan pemberantas hama.
3.1.2 Struktur Perusahaan
Gambar 3.1 :
STRUKTUR PERUSAHAAN UD. HARAPAN
KECAMATAN MANDREHE BARAT
Sumber : UD. Harapan Kecamatan Mandrehe Barat
BAGIAN
PENJUALAN
AN
PEMILIK
PERUSAHAAN
BAGIAN
KASIR
3.1.3 Tugas Masing-Masing Bagian
Bagian tugas dalam sebuah perusahaan sangat penting dalam mencapai
suatu tujuan. Tugas dari masing-masing bagian sebagai berikut:
1. Pemilik perusahaan
Bertugas untuk mengatur operasional perusahaan dan mengatur strategi
perusahaan serta sebagai penanggung pemilik perusahaan.
2. Kasir
Bertugas untuk bertanggung jawab dengan masalah keuangan seperti hasil
pendapatan dari penjualan barang, pengeluaran dari pembelian barang gaji
pegawai serta membuat laporan keuangan.
3. Bagian penjualan
Bertugas mengatur produk yang dijual oleh perusahaan dan mempunyai
loyalitas yang tinggi supaya mencapai target yang maksimal dalam penjualan
barang demi kemajuan perusahaan.
3.2 Deskripsi Data Penelitian
3.2.1 Jenis-jenis persedian
Jenis persediaan yang ada pada UD. Harapan Kecamatan Mandrehe Barat
yaitu persediaan barang jadi yaitu barang yang siap dipakai yang bisa langung
dikonsumsi atau dapat dimanfaatkan secara langsung. Adapun jenis-jenis
persediaan tersebut lihat tabel : 3.1.
Tabel 3.1
Daftar Persediaan Barang UD. Harapan Kecamatan Mandrehe Barat
Nama Barang Saldo
Persediaan Barang Jadi Unit H. Satuan Jumlah
Beras 24 300.000 3.600.000
Minyak Tanah 6 800.000 4.800.000
Pupuk 12 120.000 1.440.000
Indomie Supermi 20 76.000 1.520.000
Indomie Sarimi 20 58.000 1.160.000
Indomie ABC 20 73.000 1.460.000
Indomie Sedap 20 81.000 1.620.000
Minyak makan Bimoli 24 11.000 264.000
Gula 1 580.000 580.000
Garam 12 18.000 216.000
Azinomoto 10 16.000 160.000
Aqua Botol besar 10 62.000 620.000
Aqua/Kados Botol Tanggung 20 50.000 1.000.000
Aqua /kados gelas 35 17.000 595.000
Sabun mandi life boy 5 25.000 125.000
Sabun mandi Lux 5 36.000 180.000
Telur 25 35.000 875.000
Rokok Sampoerna 16 10 200.000 2.000.000
Rokok Sampoerna 12 10 140.000 1.400.000
Rokok Surya 16 10 198.000 1.980.000
Rokok Surya 12 10 138.000 1.380.000
Rokok Dji Sam Soe 10 150.000 1.500.000
Rinso Daia 5 108.000 540.000
Rinso Smart 5 180.000 900.000
Sabun Cuci tangan 10 28.000 280.000
Sabun cuci crem 10 42.000 420.000
Pepsodent kecil 10 44.000 440.000
Pepsodent besar 10 72.000 720.000
Sumber: UD. Harapan Kecamatan Mandrehe Barat
3.2.2 Sistem pencatatan persediaan
Sistem pencatatan persediaan pada UD. Harapan Kecamatan Mandrehe
Barat tidak mengunakan sistem pencatatan persediaan sesuai dengan PSAK
NO 14 Tahun 2009 sebagai pedoman yang berlaku umum di Indonesia karena
masih belum mengerti. Hal ini UD. Harapan Kecamatan Mandrehe Barat tidak
mengetahui posisi suatu persediaan secara keseluruhan dan UD. Harapan
Kecamatan Mandrehe Barat tidak dapat mengantisipasi peluang penjualan dan
penurunan penjualan itu sendiri.
3.2.3 Metode Penilaian Persediaan
Metode penilaian persediaan pada UD. Harapan Kecamatan Mandrehe
Barat tidak mengunakan metode penilaian persediaan sesuai dengan PSAK NO
14 Tahun 2009 karena masih belum mengerti.
3.2.4 Penyajian Persediaan dalam Laporan Keuangan
Penyajian persediaan dalam laporan keuangan UD. Harapan Kecamatan
Mandrehe Barat tidak disajikan sesuai dengan PSAK NO 14 Tahun 2009,
dimana persediaan tidak disajikan pada neraca dan pada laporan laba rugi.
3.3 Pembahasan
Dari perbandingan antara teori-teori dengan data yang telah dideskripsikan
oleh penulis sistem pencatatan persediaan yang digunakan oleh UD. Harapan
Kecamatan Mandrehe Barat tidak menggunakan sistem pencatatan perpetual yang
sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntasi Keuangan (PSAK) No. 14 Tahun
2009. Metode penilaian persediaan pada UD. Harapan Kecamatan Mandrehe
Barat tidak mengunakan metode penilaian FIFO (First in first out)/MPKP dan
LIFO (last in first out)/MTKP serta penilaian dengan metode Average (rata-rata
tertimbang) sesuai dengan PSAK NO 14 Tahun 2009. Sedangkan Penyajian
persediaan dalam laporan keuangan UD. Harapan Kecamatan Mandrehe Barat
tidak dibuat sesuai dengan PSAK NO 14 Tahun 2009, dimana persediaan tidak
disajikan pada neraca, dan persediaan pada laporan laba rugi tidak disajikan.
Pada penelitian ini penulis mempedomani PSAK No 14 Tahun 2009 yang
dimana membahas tentang penerapan sistem akuntansi persediaan barang dagang
dagangan berdasarkan PSAK No. 14 Tahun 2009, jika dibandingkan dengan
penelitian terdahulu memiliki persamaan dalam pembahasan tentang PSAK NO.
14 Tahun 2009, sedangkan perbedaan penelitian penulis dengan penelitian
terdahulu terletak pada objek penelitiannya dan perbedaan metode atau sistem
dalam pencatatan, penilaian dan penyajian persedian serta laporan keuangannya
serta dalam pembahasan hasil data yang diteliti pada masing-masing penelitian.
3.3.1 Perbandingan Teori Dengan Objek Penelitian
Tabel 3.2
Perbandingan Teori Dengan Objek Penelitian
Teori Objek Penelitian
Sistem pencatatan persediaan yaitu:
sistem persediaan perpetual dan sistem
persediaan periodik.
Sistem pencatatan persediaan pada
UD. Harapan Kecamatan Mandrehe
Barat tidak dipergunakan.
Metode penilaian persediaan yaitu:
Identifikasi khusus (Specific Indenti-
fication), Rata-rata (Average) dan Masuk
Pertama Keluar Pertama (First In First
Out-FIFO)
Metode penilaian persediaan pada
UD. Harapan Kecamatan Mandrehe
Barat tidak dipergunakan.
Sumber : diolah penulis Tahun 2018
Dari hasil analisis perbandingan antara sistem pencatatan dan penilaian
persediaan pada UD. Harapan Kecamatan Mandrehe Barat dengan sistem
pencatatan dan penilaian dari teori, banyak kekurangan kelemahan dimana sistem
pencatatan dan penilaian persediaan pada UD. Harapan Kecamatan Mandrehe
Barat tidak dilakukan atau tidak dilaksanakan sistim pencatatan dan metode
penilaian serta penyajian dalam laporan keuangan. Hal ini bisa menimbulkan
kesalahan dalam mengelola suatu usaha khususnya pada UD. Harapan Kecamatan
Mandrehe Barat.
3.3.2 Penerapan sistim pencatatan persediaan
a. Sistem perpektual
Tabel 3.3
Sistem perpektual
Sistem Perpetual :
Saat terjadi pembelian :
Persediaan 50.000.000
Utang Dagang
50.000.000
Saat terjadi penjualan
Piutang Dagang 30.000.000
Penjualan
30.000.000
HPP
25.000.000
Persediaan
25.000.000
Sumber : Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam
PSAK No.14 Tahun 2009
b. Sistem periodik
Tabel 3.4
Sistem Periodik
Sistem Periodik
Saat terjadi pembelian
Pembelian 50.000.000
Utang
Dagang
50.000.000
Saat terjadi penjualan
Piutang Dagang 30.000.000
Penjualan
30.000.000
Penyesuaian pada akhir periode
HPP
10.000.000
Persediaan
10.000.000
HPP
50.000.000
Pembelian
50.000.000
Persediaan 35.000.000
HPP
35.000.000
Sumber : Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam
PSAK No.14 Tahun 2009
Dari tabel tersebut sistem pencatatan perpetual adalah sistem dimana
setiap persediaan yang masuk dan keluar dicatat di pembukuan dan sedangkan
pada sistem periodik dimana apabila terjadi pembelian maka jurnalnya adalah
mendebet rekening pembelian dan mengkredit kas atau utang dagang.
3.3.3 Penerapan metode penilaian persediaan
a. Meode penilaian persediaan dengan metode Indentifikasi khusus
Tabel 3.5
Identifikasi khusus Keterangan Unit Harga/Unit Total
Persediaan awal (1 Jan) 200 100 20.000,00
Pembelian (09 Jan) 300 110 33.000,00
Pembelian (15 Jan) 400 116 46.400,00
Pembelian (24 Jan) 100 126 12.600,00
112.000,00
Sumber : Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam PSAK No.14 Tahun 2009
b. Metode penilaian persediaan dengan metode average/rata-rata tertimbang
Tabel 3.6
Rata-rata tertimbang
Tgl
Masuk/Pembelian Keluar/ Penjualan Saldo
Unit
Hrg/Unit
(Rp)
Jumlah
(Rp)
Unit
Hrg/Unit
(Rp)
Jumlah
(Rp)
Unit
Hrg/Unit
(Rp)
Jumlah
(Rp)
Jan
uar
i 2
00
7
1 200 100 20.000
9 300 110 33.000 500 106 53.00
10 400 106 42.400 100 106 10.600
15 400 116 46.400 500 114 57.000
18 300 114 34.200 200 114 22.800
24 100 126 12.600 300 118 35.400
Sumber : Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam PSAK No.14 Tahun 2009
c. Metode penilaian persediaan dengan metode FIFO
Tabel 3.7
FIFO Tgl Diterima dikeluarkan Saldo
kuantitas Biaya
per unit
biaya
total
kuantitas Biaya
per unit
Biaya
total
Kuantitas Biaya
per unit
Biaya
total
1/1 200 10 2.000
12/1 400 12 4.800 200
400
10
12
2.000
4.800
16/1 200
300
10
12
2.000
3.600
100
12
1.200
26/1 300 11 3.300 100
300
12
11
1.200
1.300
29/1 100
100
12
11
1.200
1.100
200
11
2.200
30/1 100 12 1.200 200
100
11
12
2.200
1.200
Sumber : Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam PSAK No.14 Tahun 2009
Dari tabel tersebut metode Indentifikasi khusus, dapat dikatakan paling
tepat dalam hubungannnya dengan peroses penentuan laba rugi periodik,
karena hasil penjualan dibebani dengan harga pokok yang melekat pada
barang-barang yang bersangkutan. Metode penilaian persediaan dengan metode
average/rata-rata tertimbang, metode ini didasarkan atas anggapan bahwa bahan
yang dimiliki pada akhir periode akuntansi sama dengan biaya persediaan yang
dimiliki pada awal periode dan biaya bahan yang dibeli selama periode tersebut.
Metode penilaian dengan menggunakan metode FIFO, penilaian persediaan
didasarkan atas anggapan bahwa barang yang terjual berdasarkan pada urutan
pembelian dari barang tersebut, barang yang pertama kali dibeli akan dikeluarkan
(dijual) pertama kali.
3.3.4 Penerapan penyajian dalam Laporan keuangan
a. Neraca
Tabel 3.8
NERACA
NERACA
31 Desember 2017
AKTIVA
Aktiva Lancar
Kas Operasional
Kas Dalam Bank
Piutang Dagang
Persediaan Barang
Rp 248.000.000
Rp 1.095.648.000
Rp 340.000.000
Rp 16.629.000
Jadi Total Aktiva Lancar Rp 1.700.277.000
Sumber : Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam PSAK No.14 Tahun 2009
b. Laporan laba rugi
Tabel 3.9
LAPORAN LABA RUGI
LAPORAN LABA RUGI
31 Desember 2017
Penjualan Bersih
Persediaan Akhir Tahun
Harga Pokok Penjualan
BIAYA ADMINISTRASI & UMUM
BIAYA PRODUKSI
1. Pembelian Persediaan
2. Biaya Angkut
3. Gaji Pegawai
4. Biaya Listrik
5. Biaya Air
TOTAL
RUGI/LABA
PAJAK
Laba Bersih Setelah Pajak
Laba Bruto
Rp xxx
Rp xxx
Rp xxx
Rp xxx
Rp xxx
Rp xxx
Rp xxx
(Rp xxx)
Rp xxx
Rp xxx
Rp xxx
Rp xxx
Rp xxx
Rp xxx
Sumber : Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam PSAK No.14 Tahun 2009
Dari tabel tersebut bahwa Neraca menampilkan aset, kewajiban, dan
ekuitas suatu entitas pada suatu tanggal tertentu akhir periode pelaporan. Neraca
dapat dikatakan seimbang apabila harta perusahaan atau aset jumlahnya sama
dengan jumlah utang ditambah modal (harta = utang + modal) dan Dalam
laporan laba rugi, pendapatan disajikan pertama kali, kemudian diikuiti dengan
beban, terakhir laba (rugi) bersih dihitung setelah pengurangan dari pajak.
3.3.5 Perbandingan Penelitian Terdahulu Dengan Penelitian Sekarang
Tabel 3.10
Perbandingan Penelitian Terdahulu Dengan Penelitian Sekarang
No Penelitian Terdahulu Penelitian Sekarang
1 Herman Karamoy. (2013) yang
berjudul Analisis Penerapan
Metode Pencatatan dan Penilaian
Terhadap Persediaan Barang
Dagangan Menurut PSAK No.14
pada PT. Tirta Investama
Manado. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
pengungkapan persediaan telah
sesuai dengan standar akuntansi
yang berlaku di Indonesia yaitu
PSAK No.14, dengan metode
penilaian yang digunakan adalah
metode FIFO.
Sistem Pencatatan persediaan pada
UD. Harapan Kecamatan Mandrehe
Barat, tidak dilakukan atau tidak
dilaksanakan sesuai dengan PSAK
No. 14 Tahun 2009.
2 Reinhard S. Sambuaga. (2014)
yang berjudul Analisis Sistim
Penerapan Akuntansi Persediaan
pada PT. Sukses Era Niaga
Manado. Hasil penelitian
menunjukan bahwa penerapan
akuntansi persediaan pada PT.
Sukses Era Niaga telah sesuai
dengan PSAK No. 14 dengan
metode penilaian yang digunakan
adalah metode FIFO
Metode Penilaian persediaan pada
UD. Harapan Kecamatan Mandrehe
Barat, tidak dilakukan atau tidak
dilaksanakan sesuai dengan PSAK
No. 14 Tahun 2009.
3 Ali brahim. (2004) dengan judul
Analisis Sistim penerapan
kuntansi persediaan berdasarkan
PSAK
No.14 pada PT. CLI. Hasil
penelitian menunjukan bahwa
penerapan akuntansi persediaan
pada PT.CLI telah sesuai dengan
PSAK No. 14 dengan metode
penilaian yang digunakan adalah
metode FIFO.
Penyajian persediaan dalam laporan
keuangan baik itu neraca maupun
laporan laba rugi pada UD. Harapan
Kecamatan Mandrehe Barat tidak
dilakukan atau tidak dilaksanakan
sesuai dengan PSAK No. 14 Tahun
2009.
Sumber : diolah penulis Tahun 2018
Dari uraian persamaan dari penelitian terdahulu dan penelitian sekarang
yang dilaksanakan pada UD. Harapan Kecamatan Mandrehe Barat tidak memiliki
persamaan dalam sistem akuntansi persediaan, pada UD. Harapan Kecamatan
Mandrehe Barat dilihat dari sistem pencatatan persediaan, metode penilaian
persediaan dan penyajian persediaan dalam laporan keuangan dalam sistem
akuntansi persediaan.
BAB IV
PENUTUP
Berdasarkan uraian penelitian maka dapat diambil kesimpulan
sehubungan tentang akuntansi persediaan khususnya tentang sistem pencatatan
persediaan barang dagangan pada UD. Harapan Kecamatan Mandrehe Barat.
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil oleh peneliti dari penelitian ini
sesuai dengan rumusan masalah adalah sebagai berikut:
1. Sistem pencatatan persediaan pada UD. Harapan Kecamatan Mandrehe
Barat tidak mengunakan sistem pencatatan persediaan sesuai dengan
PSAK NO 14 Tahun 2009 sebagai pedoman yang berlaku umum di
Indonesia karena masih belum mengerti.
2. Metode penilaian persediaan pada UD. Harapan Kecamatan Mandrehe Barat
tidak mengunakan metode penilaian persediaan sesuai dengan PSAK NO 14
Tahun 20009 karena masih belum mengerti.
3. Penyajian persediaan dalam laporan keuangan UD. Harapan Kecamatan
Mandrehe Barat tidak dibuat sesuai dengan PSAK NO 14 Tahun 2009,
karena masih belum mengerti.
4.2 Saran
Dari hasil kesimpulan di atas maka peneliti menyampaikan beberapa
saran sebagai berikut:
1. Perusahaan “UD. Harapan Kecamatan Mandrehe Barat” sebaiknya,
menerapkan PSAK No. 14 Tahun 2009 pada penyusunan laporan
keuangannya..
2. Perusahaan “UD. Harapan Kecamatan Mandrehe Barat” sebaiknya,
Melaksanakan sistem pencatatan persediaan barang dagangan dengan
membuat kartu persediaan yang dicatat baik secara manual maupun dengan
menggunakan sistem komputerisasi.
3. Perusahaan “UD. Harapan Kecamatan Mandrehe Barat” sebaiknya,
Melakukan pemeriksaan terhadap pencatatan persediaan untuk menghindari
hal-hal yang tidak diingikan misalnya kecurangan, kehilangan dan kadaluarsa.
DAFTAR PUSTAKA
Alan, Jayaatmaja. 2013. Akuntansi Keuangan Menengah. Jilid 1. Bandung:
UniversitasWidyatama.
Baridwan. 2011. Accounting Theory. E disi Kelima. Salemba Empat, Jakarta.
Hery, 2012. Akuntansi Keuangan Menengah 1, Edisi 1, Cetakan Pertama, PT.
Bumi Aksara, Jakarta.
Hamizar dan Nuh, Muhamad. 2010. Intermediate Accounting, Fajar, Jakarta.
Herman Karamoy. 2014. Analisis Penerapan Metode Pencatatan dan Penilaian
terhadap Persediaan Barang menurut PSAK No.14 pada PT. Tirta
Investama DC Manado. Jurnal Emba Vol. 2 No. 2 http://ejournal.
unsrat.ac.id/index.php/emba/article/view/4715/4238. Diakses tanggal 14
Maret 2017. Hal. 1296-1305.
Irawati, Saragih, Berliana. 2010. Analisis system penerapanakuntansi Persediaan
Barang Menurut PSAK No.14 pada PT. CLI . Jurnal EMBA. ISSN 2303-
1174 No.2. Vol.2. Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sam Ratulangi. http://ejournal. unsrat.ac.id/index.php/emba
/article/view/4715/4238.Tanggal akses 14 Maret 2017.Hal. 1296-1305.
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). 2009, Standar Akuntansi Keuangan: Jakarta.
Ikhsan. 2009. Akuntansi : Konsep dan Aplikasi, Halaman Moeka. Jakarta.
Kieso, Donald. E, Weigandt dan J, Warfield. 2008. Intermediate Accounting. Edisi
Kesepuluh. PT. Indeks, Jakarta.
Kartikahadi, Martani, Dwi.Veronica, Sylvia, NPS. Wardhani, Ratna. Farahmita,
dan Tanujaya, Edward. 2012, Akuntansi Keuangan Menengah berbasib
PSAK, Buku 1,salemba empat, Jakarta.
Kasmir. 2008, Akuntansi Pengantar 2, Ganbika, Yogyakarta.
Manurung. P, 2011. Pengantar Akuntansi. Edisi 1. Jakarta: Rajawali Pers.
Mulyadi. 2008. Sistem Akuntansi. Yokyakarta: Salemba Empat
Reeve, James R., Warren, dkk. 2009. Pengantar Akuntansi- Adaptasi Indonesia
Buku1. Salemba Empat, Jakarta Selatan. Erlangga, Jakarta.
Rudianto. 2012. Pengantar Akuntansi. Edisi IFRS. Jakarta: Erlangga.
Sambuaga, Reinhard. 2013. Analiisis penerapan Akuntansi Persediaan Pada PT.
Sukses Era Niaga Manado. Jurnal Emba. Vol. 1 No. 4
http://ejournal.unsrat.ac.id/index. php/emba/article/view/3349/2899.
Diakses tanggal 14 Maret 2017. Hal. 1697-1705.
Simamora, Henry. 2000. Akuntansi (Basis Pengembilan Keputusan Bisnis).
Jakarta: Salemba Empat.
Soemarso. 2009. Akuntansi Suatu Pengantar. Jakarta: Salemba Empat.
Sugiri. 2004. Akuntansi Penganta Satu. Edisi I. Jakarta: Erlangga.
Sugiyono. 2005. Metodologi penelitian. Jakarta: Erlangga.
Stice dan Skousen. 2009, Akuntansi Intermediate. edisi keenam belas ,Buku 1,
Salemba Empat, Jakarta.
Yadiyati, Ely. Dewi, Sri, Anggadini, 2009, Akuntansi keuangan, Graha ilmu,
Yogyakarta.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Febrieli Putra Jaya Gulo
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat/Tanggal Lahir : Lasarabagawu, 04 Februari 1997
Agama : Kristen Protestan
Status : Belum Kawin
Alamat Rumah : Desa Onolimbu Raya
Alamat e-mail : [email protected]
Pendidikan Formal :
Sekolah Dasar (2002-2008) : SD Negeri 076714 Hiliwaito
SMP (2008-2011) : SMP Negeri 1 Sirombu
SMK (2011-2014) : SMK Negeri 1 Mandrehe Barat
Perguruan Tinggi (2014-2018) : D3 Program Studi Akuntansi
STIE Nias Selatan