penegakan diagnosis

4
PENEGAKAN DIAGNOSIS A. Diagnosis Adanya mola hidatidosa harus dicurigai bila ada perempuan dengan amenorea, perdarahan pervaginam, uterus yang lebih besar dari tuanya kehamilan dan tidak ditemukan tanda kehamilan pasti seperti ballotemen dan detak jantung anak. Untuk memperkuat diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan kadar Human Chorionic Gonadotropin (hCG) dalam darah atau urin, baik secara bioassay, imunoasay, maupun radio imunoasay. Peninggian hCG, terutama di hari ke 100, sangat sugestif. Bila belum jelas dapat dilakukan pemeriksaan USG, dimana kasus mola menunjukkan gambaran yang khas, yaitu berupa badai salju (snow flake pattern) atau gambaran seperti sarang lebah (honey comb) (Prawirohardjo, 2009). Diagnosis yang paling tepat bila kita telah melihat adanya gelembung mola. Namun bila menunggu sampai gelembung mola keluar biasanya sudah terlambat karena pengeluaran gelembung umumnya disertai perdarahan yang banyak dan keadaan umum pasien menurun (Prawirohardjo, 2009). Pada kehamilan trimester I gambaran mola ini tidak spesifik, sehingga sulit dibedakan dengan kehamilan anembrionik, missed abortion, abortus inkompletus, atau

Upload: nadia-hanifah-yahya

Post on 23-Dec-2015

10 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

repro

TRANSCRIPT

Page 1: Penegakan Diagnosis

PENEGAKAN DIAGNOSIS

A. Diagnosis

Adanya mola hidatidosa harus dicurigai bila ada perempuan dengan

amenorea, perdarahan pervaginam, uterus yang lebih besar dari tuanya kehamilan

dan tidak ditemukan tanda kehamilan pasti seperti ballotemen dan detak jantung

anak. Untuk memperkuat diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan kadar Human

Chorionic Gonadotropin (hCG) dalam darah atau urin, baik secara bioassay,

imunoasay, maupun radio imunoasay. Peninggian hCG, terutama di hari ke 100,

sangat sugestif. Bila belum jelas dapat dilakukan pemeriksaan USG, dimana

kasus mola menunjukkan gambaran yang khas, yaitu berupa badai salju (snow

flake pattern) atau gambaran seperti sarang lebah (honey comb) (Prawirohardjo,

2009).

Diagnosis yang paling tepat bila kita telah melihat adanya gelembung mola.

Namun bila menunggu sampai gelembung mola keluar biasanya sudah terlambat

karena pengeluaran gelembung umumnya disertai perdarahan yang banyak dan

keadaan umum pasien menurun (Prawirohardjo, 2009).

Pada kehamilan trimester I gambaran mola ini tidak spesifik, sehingga sulit

dibedakan dengan kehamilan anembrionik, missed abortion, abortus

inkompletus, atau mioma uteri. Pada kehamilan trimester II gambaran mola lebih

spesifik. Kavum uteri berisi massa ekogenikbercampur bagian-bagian anekoik

vesikuler berdiameter antara 5-10 mm. gambaran tersebut dapat dibayangkan

seperti gambaran sarang lebah (coney comb) atau baday salju (snow storm). Pada

20-50% kasus dijumpai adanya massa kistik multilokuler di daerah adneksa.

Massa tersebut berasal dari kista teka-lutein (Prawirohardjo, 2009).

Apabila jaringan mola memenuhi sebagian kavum uteri dan sebagian berisi

jaringan yang ukurannya relatif kecil dari umur kehamilannya disebut mola

parsialis. Umumnya janin mati pada bulan pertama, tapi ada juga yang hidup

sampai besar atau bahkan aterm. pada pemeriksaan histopatologik tampak di

beberapa tempat villi yang edema dengan sel trofoblas yang tidak begitu

Page 2: Penegakan Diagnosis

berproliferasi, sedangkan di tempat lain masih tampak villi yang normal.

Umumnya mola parsialis mempunyai kariotipe triploid. Pada perkembangan

selanjutnya jenis mola in jarang menjadi ganas (Prawirohardjo, 2009).

B. Gejala dan Tanda

Pada penyakit mola hidatidosa gejala yang muncul hampir sama dengan

kehamilan biasa yaitu adanya mual, muntah, pusing dan lain-lain, tetapi derajat

keluhannya sering dan lebih hebat. Perdarahan merupakan gejala utama mola

yang menyebabkan mereka datang ke rumah sakit. Gejala perdarahan ini biasanya

terjadi antara bulan pertama sama ketujuh dengan rata-rata 12-14 minggu. Sifat

perdarahan ini biasanya intermiten, sedikit-sedikit atau sekaligus banyak sehingga

dapat menyebabkan syok atau kematian. Pada keadaan ini pada pasien mola

hidatidosa masuk dalam keadaan anemia (Prawirohardjo, 2009).

Mola hidatidosa bisa disertai juga dengan preeklampsia (eklampsia), hanya

perbedaan dengan kehamilan biasa adalah bahwa preeklampsia pada mola

terjadinya lebih muda daripada kehamilan biasa. Penyakit yang menyertai mola

hidatidosa biasanya adalah tirotoksikosis. Biasanya penderita meninggal karena

krisis tiroid. Penyulit lain yang mungkin terjadi ialah emboli sel trofoblas ke paru-

paru. Sebenarnya pada tiap kehamilan selalu ada migrasi sel trofoblas ke paru-

paru tanpa memberikan gejala apa-apa. Akan tetapi, pada mola kadang-kadang

jumlah sel trofoblas ini sedemikian banyak sehingga dapat menimbulkan emboli

paru-paru akut yang bisa menyebabkan kematian (Prawirohardjo, 2009).

Mola hidatidosa sering disertai dengan kista lutein, baik unilateral

maupun bilateral. Umumnya kista ini menghilang setelah jaringan mola

dikeluarkan. Dengan pemeriksaan klinis insidensi kista lutein lebih kurang 10,2%,

tetapi bila menggunakan USG angkanya meningkat sampai 50%. Kasus mola

dengan kista lutein mempunyai resiko 4 kali lebih besar untuk mendapat

degenerasi keganasan di kemudian hari daripada kasus tanpa kista

(Prawirohardjo, 2009).

Page 3: Penegakan Diagnosis

Daftar pustaka

Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta :

PT Dina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.