pembangunan daerah di indonesia, masalah, dan solusi

37
Pembangunan daerah Suci Hanifa 1111046100021) Sabrina Fitria 1111046100103) Niswah Muthiah 1111046100113) Kelompok 15 Perbankan Syariah 6 C UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Upload: sabrina-fitria

Post on 12-Oct-2015

181 views

Category:

Documents


26 download

DESCRIPTION

Mata Kuliah : Perekonomian IndonesiaJudul Presentasi : Pembangunan Daerah di Indonesia, Masalah, dan SolusiUIN Syarif Hidayatullah JakartaPresentasi ini disertai dengan data dari tiap provinsi yang menggambarkan pembangunan dari tiap daerah di Indonesia sehingga pembaca dapat melakukan komparasi.

TRANSCRIPT

Slide 1

Pembangunan daerahSuci Hanifa (1111046100021)Sabrina Fitria (1111046100103)Niswah Muthiah (1111046100113)

Kelompok 15Perbankan Syariah 6 CUIN Syarif Hidayatullah Jakarta

A. Pentingnya Pembangunan DaerahIndonesia merupakan negara yang memiliki potensi daerah yang berbeda-beda. Hal tersebut menjadikan wilayah (daerah) di Indonesia mempunyai APBD dan dana pemasukan yang berbeda pula. Jika sebuah daerah dapat mengembangkan potensinya masing-masing, maka pendapatan asli daerahnya (PAD) juga akan meningkat. Lebih dalam lagi daerah tersebut turut serta menciptakan sebuah atmosfer yang baik dalam program pembangunan pemerintah pusat.Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembangunan daerah merupakan salah satu langkah konkret guna melaksanakan pembangunan di Indonesia.

Itulah sebabnya mengapa penting bagi kita untuk membahas tema Pembangunan Daerah ini.2B. Teori-teori tentangPembangunan DaerahTeori Ekonomi Neo KlasikTeori ini memberikan dua konsep pokok dalam pembangunan ekonomi daerah yaitu: keseimbangan (equilibirium) dan mobilitas faktor produksi. Artinya, sistem perekonomian akan mencapai keseimbangan alamiahnya jika modal bisa mengalir tanpa restriksi (pembatasan). Oleh karena itu, modal akan mengalir dari daerah yang berupah tinggi menuju ke daerah yang berupah rendah.Jika mobilitas faktor produksi antar daerah tinggi, maka akan semakin tinggi pula tingkat pembangunan ekonominya.b. Teori Basis EkonomiTeori ini menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah hubungan langsung permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah. Model ini didasarkan pada permintaan eksternal, bukan internal sehingga akan timbul ketergantungan yang sangat tinggi terhadap kekuatan-kekuatan global.Jika permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah tinggi , maka akan semakin tinggi pula tingkat pembangunan ekonominya.c. Teori LokasiPara ekonom regional mengatakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan daerah adalah lokasi. Pernyataan tersebut masuk akal jika dikaitkan dengan pengembangan kawasan industri, yaitu adanya kecenderungan dari suatu perusahaan untuk meminimumkan biaya-biayanya dengan cara memilih lokasi yang dapat memaksimumkan peluangnya untuk mendekati pasar.Jika lokasi suatu daerah semakin strategis (dekat dengan pasar lokal, pemukiman penduduk, dll), maka akan semakin tinggi pula tingkat pembangunan ekonominya.C. Pola Pembangunan Daeraha. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)ProvinsiPDRB Harga Konstan (2000)PDRB Harga BerlakuPDRB PerkapitaPDRBLaju PDRBPDRBPresentas Distribusi1Aceh331032.74791451.4973653712Sumatera Utara1187196.422750575.1991447493Sumatera Barat388625.94872271.6580178934Riau977364.213457746.53176470795Jambi174727.35538581.0256502276Sumatera Selatan638595.631577352.9885712247Bengkulu83406.10186000.3548615058Lampung383905.881084042.0550457359Kepulauan Bangka Belitung108855.99267130.50889809110Kepulauan Riau410767.19716151.352446218711DKI Jakarta3956226.5086199216.284117722412Jawa Barat3222246.2077159414.57748422913Jawa Tengah1869935.844446663.24577447914DI.Yogyakarta210444.88456268.40608649415Jawa Timur3422816.687785640.86913315416Banten885526.1117174814.70832868817Bali288825.83671941.27742323418Nusa Tenggara Barat200736.35496320.94446045619Nusa Tenggara Timur125475.25277460.52267879220Kalimantan Barat303295.47605421.14689925321Kalimantan Tengah188066.50425710.80850146622Kalimantan Selatan306755.59598231.13845829823Kalimantan Timur1109535.103217646.083122671924Sulawesi Utara183777.16368090.70809346925Sulawesi Tengah176248.74373140.70668840226Sulawesi Selatan512008.191178622.23637229927Sulawesi Tenggara116548.22283770.54521995528Sulawesi Barat47447.6380570.15409441629Gorontalo29176.03109850.21280436530Maluku42516.4780850.15277207931Maluku Utara30367.9553900.10292461032Papua Barat936128.47268730.511231026933Papua22400-3.19877331.667905749Jumlah 33 Provinsi22229876.145295074100.009354378Semakin tinggi PDRB di suatu daerah (provinsi), semakin tinggi pula tingkat pembangunan ekonomi atau kesejahteraan masyarakatnya.Indeks Ketimpangan Ekonomi Regional (IKER)Indeks Ketimpangan Ekonomi Regional (IKER) di Indonesia 1971-1998TahunIKERTahunIKER19710.39619850.49419720.40619860.47419730.41519870.47119740.48319880.46519750.46219890.48319760.41519900.48419770.39619910.53619780.42919920.53519790.41719930.54419800.42519940.64319810.44519950.65319820.43819960.65419830.49819970.67119840.51519980.605Semakin tinggi nilai IKER, semakin tinggi tingkat ketimpangan ekonomi antar daerah (propinsi)b. Konsumsi Rumah Tangga PerkapitaPresentase Pengeluaran Rata-rata Perkapita Sebulan untuk Makanan dan Bukan Makanan, menurut ProvinsiProvinsiKonsumsi MakananKonsumsi Bukan MakananProvinsiKonsumsi MakananKonsumsi Bukan Makanan20102011201020112010201120102011Aceh61.0359.4338.9740.57NTB52.7555.9347.2544.07Sumatera Utara53.4756.0346.5343.97NTT58.9657.9641.442.04Sumatera Barat56.8755.9643.1344.04Kalimantan Barat56.3553.343.6546.7Riau52.9551.1447.0548.86Kalimantan Tengah59.9558.4540.0541.55Kepulauan Riau53.6847.6646.3252.34Kalimantan Selatan53.0453.3746.9646.63Jambi56.3455.2543.6644.75Kalimantan Timur47.2145.3552.7954.65Sumatera Selatan56.9757.8643.0342.14Sulawesi Utara52.6949.5647.3150.44Kep. Babel53.3753.1646.6346.84Gorontalo51.5849.6148.4250.39Bengkulu54.5855.3745.4244.63Sulawesi Tengah52.0853.2947.9246.71Lampung53.4253.3546.5846.65Sulawesi Selatan53.1251.446.8848.6DKI Jakarta38.9433.7661.0666.24Sulawesi Barat55.6659.0644.3440.94Jawa Barat52.3348.8947.6751.11Sulawesi Tenggara52.750.1247.349.88Banten46.0947.3553.9152.65Maluku57.9850.1942.0249.81Jawa Tengah51.7949.5348.2150.47Maluku Utara54.553.245.546.8DI Yogyakarta44.0544.2155.9555.79Papua61.159.4638.940.54Jawa Timur52.2450.2547.7649.48Papua Barat56.849.0343.250.97Bali44.7841.5655.2258.44-Semakin tinggi presentase pengeluaran daerah terhadap konsumsi bukan makanan, semakin baik pula pembangunan ekonomi atau kesejahteraan masyarakatnya.c. Human Development IndexHuman Development Index (HDI) by Province and National, 2011-2012Province20112012Province2011201211. Aceh72.1672.51-12. Sumatera Utara74.6575.1352. Nusa Tenggara Barat66.2366.8913. Sumatera Barat74.2874.7053. Nusa Tenggara Timur67.7568.2814. Riau76.5376.9061. Kalimantan Barat69.6670.3115. Jambi73.373.7862. Kalimantan Tengah75.0675.4616. Sumatera Selatan73.4273.9963. Kalimantan Selatan70.4471.0817. Bengkulu73.473.9364. Kalimantan Timur76.2276.7118. Lampung71.9472.4571. Sulawesi Utara76.5476.9519. Kepulauan Bangka Belitung73.3773.7872. Sulawesi Tengah71.6272.1420. Kepulauan Riau75.7876.2073. Sulawesi Selatan72.1472.7031. DKI Jakarta77.9778.3374. Sulawesi Tenggara70.5571.0532. Jawa Barat72.7373.1175. Gorontalo70.8271.3133. Jawa Tengah72.9473.3676. Sulawesi Barat70.1170.7334. Yogyakarta76.3276.7581. Maluku71.8772.4235. Jawa Timur72.1872.8382. Maluku Utara69.4769.9836. Banten70.9571.4991. Papua Barat69.6570.2251. Bali72.8473.4994. Papua65.3665.86INDONESIA72.7773.29INDONESIA72.7773.29Semakin tinggi Indeks Pembangunan Manusia suatu daerah, maka akan semakin baik pula pembangunan ekonomi atau tingkat kesejahteraan masyarakatnyaAlat Ukur HDI : Pendapatan Perkapita, Tingkat Melek Huruf, Tingkat Pendidikan11Rangking HDI 20122012 HDI Rank (Source : UNDP)RankNameHDI ValueRankNameHDI Value1Norway0.95513Hongkong (China)0.9062Australia0.93814Iceland0.9063United States0.93715Denmark0.9014Netherlands0.92116Israel0.95Germany0.9217Belgium0.8976New Zealand0.91918Austria0.8957Ireland0.91619Singapore0.8958Sweden0.91620France0.8939Switzerland0.91310Japan0.91211Canada0.91112Korea (Republic of)0.909122Indonesia0.629Perbedaan HDI Value dengan slide sebelumnya disebabkan oleh adanya perbedaan metodologi yang digunakan oleh BPS dan UNDP.12d. Kontribusi Sektoral terhadap PDRBProduk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita menurut migas dan non migas, 2005Sumber Source : Indonesia Human Development ReportProvinsiHarga BerlakuHarga Konstan 2000ProvinsiHarga BerlakuHarga Konstan 2000Dengan migasTanpa migasDengan migasTanpa migasDengan migasTanpa migasDengan migasTanpa migas00. Indonesianananana00. Indonesianananana11. NAD12,679.007,752.008,384.005,305.0012. Sumatera Utara10,995.0010,910.007,060.007,007.0052. NTB6,151.006,151.003,639.003,639.0013. Sumatera Barat9,784.009,784.006,386.006,386.0053. NTT3,427.003,427.002,286.002,286.0014. Riau30,356.0017,264.0017,314.007,318.0061. Kalbar8,327.008,327.005,787.005,787.0015. Jambi8,531.006,982.004,788.004,197.0062. Kaliteng10,976.0010,976.007,290.007,290.0016. Sumatera Selatan12,021.007,774.007,318.005,355.0063. Kalisel8,859.008,664.006,568.006,402.0017. Bengkulu6,460.006,460.004,027.004,027.0064. Kaltim61,407.0023,253.0032,852.0014,700.0018. Lampung5,598.005,461.004,121.004,042.0071. Sulawesi Utara8,369.008,360.005,987.005,978.0019. Kep. Babel12,830.0012,234.007,883.007,578.0072. Sul Tengah7,447.007,447.005,111.005,111.0020. Kepulauan Riau32,149.0029,348.0023,831.0022,418.0073. Sulsel6,930.006,913.004,850.004,839.0031. DKI Jakartanananana74. Sul Tenggara6,613.006,613.004,089.004,089.0032. Jawa Barat9,941.009,465.006,308.006,080.0075. Gorontalo3,673.003,673.002,196.002,196.0033. Jawa Tengah7,331.006,293.004,473.004,177.0076. Sulawesi Barat4,562.004,562.003,219.003,219.0034. DI Yogyakarta7,551.007,551.005,066.005,066.0081. Maluku3,652.003,637.002,604.002,592.0035. Jawa Timur11,114.0011,090.007,064.007,046.0082. Maluku Utara2,919.002,919.002,530.002,530.0036. Banten9,372.009,372.006,436.006,436.0091. Papua Barat12,287.008,425.008,246.006,085.0051. Bali10,033.0010,033.006,228.006,228.0092. Papua23,269.0023,269.0011,858.0011,858.00Semakin jauh gap antara PDRB dengan harga berlaku dan harga konstan, akan semakin tinggi pula ketergantungan suatu daerah dengan sumber daya yang ada.e. Tingkat KemiskinanPropinsi (2012)Number of PP(000)Percentage of PP (%)Garis Kemiskinan (Rp)P1 (%)P2 (%)Kota+DesaKota+DesaKota+DesaKota+DesaKota+DesaAceh 876.60 18.58321 893 3.07 0.83Sumatera Utara1 378,40 10.41271 738 1.82 0.50Sumatera Barat 397.90 8.00292 052 1.24 0.31Riau 481.30 8.05310 603 1.13 0.25Jambi 270.10 8.28273 267 1.37 0.44Sumatera Selatan1 042,00 13.48259 668 1.85 0.43Bengkulu 310.50 17.51283 252 3.05 0.80Lampung1 219,00 15.65263 088 2.53 0.62Kepulauan Bangka Belitung 70.20 5.37382 412 0.66 0.14Kepulauan Riau 131.20 6.83363 450 0.85 0.19DKI Jakarta 366.80 3.70392 571 0.56 0.15Jawa Barat4 421,50 9.89242 104 1.62 0.42Jawa Tengah4 863,40 14.98233 769 2.39 0.57Population density(in agriculturestanding stockandstanding crop) is a measurement ofpopulationper unit area or unit volume; it is a quantity of typenumber density.P1 (Indeks Kedalaman Kemiskinan) : Ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan.Nilai agregat dari poverty gap index menunjukkan biaya mengentaskan kemiskinan dengan membuat target transfer yang sempurna terhadap penduduk miskin dalam hal tidak adanya biaya transaksi dan faktor penghambat. Semakin kecil nilai poverty gap index, semakin besar potensi ekonomi untuk dana pengentasan kemiskinan berdasarkan identifikasi karakteristik penduduk miskin dan juga untuk target sasaran bantuan dan program. Penurunan nilai indeks Kedalaman Kemiskinan mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin menyempit.P2 (Indeks Keparahan Kemiskinan) : Indeks yang memberikan informasi mengenai gambaran penyebaran pengeluaran di antara penduduk miskin.Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin.14DI Yogyakarta 562.10 15.88270 110 2.89 0.75Jawa Timur4 960,50 13.08243 783 1.93 0.44Banten 648.30 5.71251 161 0.95 0.28Bali 161.00 3.95254 221 0.39 0.07Nusa Tenggara Barat 828.30 18.02248 758 3.20 0.83Nusa Tenggara Timur1 000,30 20.41222 507 3.47 0.91Kalimantan Barat 355.70 7.96239 162 1.24 0.33Kalimantan Tengah 141.90 6.19277 407 1.08 0.27Kalimantan selatan 189.20 5.01269 714 0.76 0.17Kalimantan Timur 246.10 6.38363 887 0.99 0.25Sulawesi Utara 177.50 7.64223 883 1.18 0.30Sulawesi Tengah 409.60 14.94266 718 2.82 0.82Sulawesi Selatan 805.90 9.82195 627 1.68 0.42Sulawesi Tenggara 304.30 13.06203 333 1.92 0.49Gorontalo 187.70 17.22212 476 3.21 0.84Sulawesi Barat 160.60 13.01207 072 1.74 0.40Maluku 338.90 20.76295 904 4.38 1.31Maluku Utara 88.30 8.06250 184 0.85 0.14Papua Barat 223.20 27.04354 626 5.71 1.71Papua 976.40 30.66297 502 7.35 2.44Indonesia28 594,60 11.66259 520 1.90 0.49Sumber: Diolah dari Susenas Maret 2012Terdapat korelasi positif antara population density dengan tingkat kemiskinan. Semakin tinggi jumlah penduduk per km2, semakin sempit lahan untuk dibuat ladang atau pabrik, yang berarti semakin kecil kesempatan kerja dan semakin besar presentase penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan.Garis Kemiskinan (GK)Garis Kemiskinan merupakan representasi dari jumlah rupiah minimum yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pokok minimum makanan yang setara dengan 2100 kilokalori per kapita per hari dan kebutuhan pokok bukan makanan.Garis kemiskinanataubatas kemiskinanadalah tingkat minimumpendapatanyang dianggap perlu dipenuhi untuk memperolehstandar hidupyang mencukupi di suatu negara.15f. Struktur Fiskal Tahun 2014UraianPendapatanBelanjaPADDana PerimbanganLain-lain Belanja Tidak LangsungBelanja LangsungAceh 1,312,371 2,462,716 7,389,322 5,876,207 7,491,821 Sumatera Utara 4,944,502 1,906,486 1,637,656 5,706,320 2,819,981 Sumatera Barat 1,568,557 1,359,925 568,815 1,830,142 1,778,747 Riau 2,840,011 3,638,492 648,147 3,745,617 4,531,135 Jambi 973,070 1,631,448 377,473 1,423,219 1,842,111 Sumatera Selatan 2,482,129 3,841,412 813,335 4,273,129 2,228,143 Bengkulu 532,938 1,074,577 198,001 867,946 1,028,686 Lampung 2,005,246 1,471,956 821,506 2,101,432 2,216,773 DKI Jakarta 39,559,415 17,770,000 7,386,320 15,876,622 49,006,125 Jawa Barat 13,037,556 2,820,258 4,050,158 17,276,335 3,918,030 Jawa Tengah 8,347,875 2,606,901 2,782,382 9,837,615 4,159,543 DI Yogyakarta 1,233,739 1,038,621 827,838 1,547,087 1,782,982 Pendapatan asli daerah adalah penerimaan yang diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengeloalaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.16Jawa Timur 11,103,565 3,459,731 2,830,482 11,769,244 6,041,891 Kalimantan Barat 1,656,665 1,511,410 561,822 2,088,596 1,666,301 Kalimantan Tengah 1,244,421 1,516,384 281,102 1,520,005 1,698,902 Kalimantan Selatan 2,975,594 1,374,101 351,632 2,513,515 2,752,811 Kalimantan Timur 5,519,834 6,186,052 424,113 6,872,728 6,932,272 Sulawesi Utara 944,590 1,109,528 275,218 1,327,670 1,124,948 Sulawesi Tengah 769,714 1,237,628 372,305 1,172,862 1,267,622 Sulawesi Selatan 3,107,045 1,575,062 911,826 3,620,254 2,219,123 Sulawesi Tenggara 529,176 1,212,197 314,274 1,189,772 996,399 Bali 2,303,812 1,065,533 588,828 3,062,434 1,427,233 NTB 1,144,588 1,215,276 503,691 1,699,164 1,135,040 NTT 695,416 1,290,418 735,139 1,756,409 981,652 Maluku 439,589 1,180,985 219,128 925,436 981,197 Papua 762,151 2,604,848 7,122,111 6,783,512 4,421,567 Maluku Utara 204,901 1,119,302 295,451 609,315 957,838 Banten 4,675,126 1,151,027 1,051,919 4,022,623 3,326,779 Bangka Belitung 494,204 1,126,643 134,613 970,282 1,045,577 Gorontalo 274,275 801,586 127,221 597,770 696,888 Kepulauan Riau 875,913 1,871,269 223,506 1,236,068 2,223,932 Papua Barat 203,783 2,393,669 2,672,864 3,223,824 2,646,386 Sulawesi Barat 215,353 849,335 161,486 528,903 776,337 Kalimantan Utara 1,146,569 552,981 770,385 1,129,165 Semakin tinggi penerimaan suatu daerah, semakin tinggi pula tingkat pembangunan ekonomi dan kesejahteraan masyarakatnya.D. Masalah Pembangunan Daerah1. Ketimpangan antar DaerahKonsentrasi Kegiatan Ekonomi Wilayah yang Tidak MerataTeori :Jika tingkat konsentrasi ekonomi suatu daerah rendah, maka tingkat pembangunan dan pertumbuhannya juga akan rendah.Solusi :Mulai berikan perhatian lebih pada daerah-daerah yang kurang terkonsentrasi (terutama di luar Jawa).Langkah-langkah :- Memperluas pasar lokal yang ada di daerah-daerah yang kurang terkonsentrasi.- Peningkatan infrastruktur di daerah-daerah yang kurang terkonsentrasi.- Peningkatan SDM.Daerah200720082009201020112012Jawa23.06721.20720.39719.52919.44018.996Luar Jawa4.9314.4874.0713.8163.8303.849Jumlah27.99825.69424.46823.34523.27022.845Jumlah Industri Pengolahan Besar dan Sedang di Jawa dan Luar Jawab. Alokasi Investasi yang Tidak MerataTeori :Berdasarkan teori Harrod-Domar, terdapat korelasi positif antara tingkat investasi dan laju pertumbuhan ekonomi. Artinya semakin tinggi investasi di suatu wilayah, semakin tinggi pula pendapatan perkapita masyarakat yang berarti semakin tinggi juga pertumbuhan ekonominya.Solusi :Memperluas investasi ke daerah-daerah yang belum terjamah.Langkah-langkah :- Promosi yang gencar untuk menarik investor di berbagai event dan workshop.- Birokrasi yang mudah dan tidak berbelit-belit.- Adanya pemberian jaminan keamanan untuk investor.Data :-PERKEMBANGAN REALISASI INVESTASI PMDN BERDASARKAN LOKASI Q3 2013 (1)-1.xls-PERKEMBANGAN REALISASI INVESTASI PMA BERDASARKAN LOKASI Q3 2013 (1)-1.xlsTingkat Mobilitas Faktor Produksi Antardaerah yang RendahTeori :Jika perpindahan faktor produksi antardaerah tidak mengalami hambatan, maka pada akhirnya pembangunan ekonomi antardaerah yang optimal akan tercapai (A. Lewis : Unlimited Supply of Labor).Solusi :Mendorong kelancaran mobilitas faktor produksi antardaerah.Langkah-langkah :- Pembangunan sarana dan prasarana perhubungan ke seluruh pelosok wilayah.- Pengembangan sarana komunikasi agar tidak ada daerah yang terisolasi.- Mendorong transmigrasi dan migrasi spontan (faktor produksi tenaga kerja).Data :- Data Presentasi.xlsxd. Perbedaan Sumber Daya Alam AntarpropinsiTeori :Sumber daya alam adalah sumber kekayaan utama suatu negara (Teori Fisiokratis).Solusi :Pengembangan potensi daerah selain SDA, terutama di wilayah-wilayah yang miskin SDA.Langkah-langkah :-Kenali lebih dalam semua potensi selain SDA yang dimiliki.-Penguasaan teknologi dan sumber daya manusia. Peningkatan kedua hal ini sangat membantu dalam mengembangkan potensi yang ada.Data :-Persebaran SDAGambar 1. Peta Persebaran Migas di Indonesia

Gambar 2. Peta Persebaran Hasil Bumi

Gambar 3. Peta Kepemilikan AS dan Negara Lain atas Migas di Idonesiae. Perbedaan Kondisi Demografis AntarPropinsiTeori :Kondisi demografi seperti jumlah penduduk yang besar merupakan potensi yang besar pula bagi pertumbuhan pasar, yang berarti faktor pendorong bagi pertumbuhan kegiatan-kegiatan ekonomi.Langkah-langkah :- Mendorong program transmigrasi.- Pengadaan program wajib belajar sebagai upaya peningkatan pendidikan masyarakat.- Pembangunan rumah sakit khusus orang miskin.Data :-Kondisi Demografi2. Kelemahan Kinerja Aparat DaerahGambar 5 : Pendapatan dan Belanja Daerah Nasional (2012)

3. Fenomena Desentralisasi KorupsiGambar 6 : Data Penyerahan Dana Gratifikasi ke Kas Negara

4. Politisasi Ekonomi Daerah : Pemekaran Daerah yang BerlebihanGambar 7 : Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Daerah Otonomi Baru

Gambar 8 : Perbandingan PDRB Perkapita dan Tingkat KemiskinanDaerah Otonomi Baru

Terimakasih